• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSI MENGIKUTI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RW.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB. MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTENSI MENGIKUTI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RW.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB. MALANG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sunan Ampel pernah mengatakan “Negeri ini merupakan tenggalan surga, surga seakan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan

cipratan itu bernama Indonesia Raya”. Sudah banyak yang mengetahui dan mengerti bahwa Indonesia merupakan negeri yang sangat indah, bergandeng-gandeng mesra pulau-pulau yang beraneka ragam, serta tetap hijau jikalau dipandang dari kejauhan. Dimana setiap pulau memiliki keberagaman keindahan yang jarang dimiliki oleh negara-negara lain di dunia ini. Ragam keindahan tersebut berupa ragam kesenian, ragam budaya, dan ragam agama, serta ragam-ragam tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain.

Seperti yang kita telah ketahui bahwa agama Islam merupakan agama yang baru di negara Indonesia ini jikalau dilihat dari perspektif sejarah, karena dahulu kepercayaan nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme kemudian disusul agama Hindu-Budha, kemudian masuklah agama yang dibawa para saudagar dari jazirah arab yaitu agama Islam.

(2)

2

Indonesia. Salah satu suku bangsa atau masyarakat yang sangat kental dengan pengaruh unsur budaya Hindu dan Budha adalah suku atau masyarakat Jawa, suku Jawa hampir sebagian aktifitasnya baik aktifitas budaya maupun aktifitas keagaman masih terasa kental unsur Hindu-Budhanya.

Tradisi peninggalan kebudayaan agama Hindu dan Budha yang masih tetap lestari hingga saat ini adalah tradisi kumpul-kumpul pasca hari kematian, yang mana tradisi tersebut dalam Islam sering disebut dengan istilah Tahlilan. Ritual Tahlilan merupakan salah satu fenomena sosial dan agama yang sebagian besar ada di Negara Indonesia, khususnya Jawa walaupun tradisi ini juga dilakukan oleh sebagian rakyat di Negara Malaysia.

Ritual Tahlilan merupakan tradisi yang berakar dari kebudayaan Hindu, hal ini dibuktikan dengan ungkapan syukur seorang pendeta Hindu dalam sebuah acara pada tahun 2006 sebagai berikut :

“Tahun 2006 silam bertempat di Lumajang, Jawa Timur diselengggarakan kongres Asia para penganut agama Hindu. Salah satu point penting yang diangkat adalah ungkapan syukur mereka terhadap Tuhan mereka, karena bermanfaatnya salah satu ajaran agama mereka yakni peringatan kematian pada hari 1,2,3,4,5,6,7,40,100,1000 dan hari matinya tiap tahun yang disebut geblake dalam istilah jawa, untuk kemaslahatan manusia yang terbukti dengan diamalkannya ajaran tersebut oleh sebagian umat manusia (Ali, 2007).”

(3)

3

da’i terdahulu dari upacara kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu. Hal semacam itu dilakukan pada malam pertama kematian, selanjutnya malam ketiga, ketujuh, ke – 100, satu tahun, dua tahun dan malam ke-1000. Setelah orang-orang yang mempunyai kepercayaan tersebut masuk Islam, mereka tetap melakukan upacara-upacara tersebut. Sebagai langkah awal, para dai terdahulu tidak memberantasnya, tetapi mengalihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam (Ali, 2007).

Hingga saat ini, banyak dijumpai penelitian-penelitian mengenai Tahlilan. Namun, penelitian-penelitian tersebut secara umum lebih banyak membahas akan permasalahan Tahlil hanya dari perspektif hukum, kajian sosisologis dan Antropologi. Sedangkan yang membahas tradisi ritual Tahlilan dari segi psikologis, menurut sepengetahuan peneliti hanya ada satu, itupun hanya dilihat dari perspektif belief atau kepercayaan saja.

Salah satu penelitian sosisologis yang membahas persoalan Tahlilan adalah penelitian yang dilakukan oleh Prihatmy Eko Diantoro “Ritual Dan Rutinitas Keagamaan Masyarakat Jawa (Studi Makna Slametan Dan Tahlilan)” menemukan bahwa ritual Tahlilan yang diikuti oleh kaum abangan (Islam yang masih terpengaruh budaya Jawa) terdapat beberapa makna didalamnya, antara lain yaitu : solidaritas sosial, solidaritas sosial, perkumpulan yang bermanfaat, menghindar dari keributan dan sebagai sarana berkirim doa.

(4)

4

Banyak pro dan kontra yang terjadi mengenai acara tahlilan. Hal ini disebabkan karena acara Tahlilan erat kaitannya dengan tradisi budaya, dan tidak ditemukan dalam tuntunan ajaran agama Islam. H. Mahrus Ali dalam bukunya yang berjudul Mantan Kiai Nu Menggugat Tahlilan, Istighosahan, Dan Ziarah Para Wali, menyatakan bahwa Tahlilan adalah bid’ah karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah melakukan acara Tahlilan, serta acara Tahlilan tidak disyariatkan dalam ajaran Islam. H. Mahrus Ali menceritakan bahwa Tahlilan itu diadakan untuk mengikuti budaya kumpulan masyarakat Hindu setelah kematian, hanya saja diisi dengan Tahlilan. Kemudian dikenal luas dengan sebutan Tahlilan, asal acaranya menjadi tenggelam padahal inilah inti dari acara tersebut yakni melakukan peringatan atas kematian seseorang. Selain itu, acara Tahlilan yang dilangsungkan selama tujuh hari berturut-turut, genap 40 harinya, 100 harinya, setahunnya dan genap seribu harinya dan tiap tahun diperingati hari kematiannya (Khol/Haul) justru akan memberatkan dan merepotkan keluarga mayat, karena mereka dituntut untuk menyediakan berbagai hidangan bagi orang yang melakukan Tahlilan.

Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabi’uts tsani 1345 Hijriyah / 21 Oktober 1926 Masehi mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan menyatakan bahwa selamatan setelah kematian adalah bid’ah yang hina/tercela, namun tidak sampai diharamkan. (Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas dan Kombes Nahdlatul Ulama 1926-2004 M LTN NU Jawa Timur bekerjasama dengan Penerbit Khalista, Surabaya-2004. Cetakan ketiga, Februari 2007 Halaman 15 s/d 17). Selaras dalam hal tersebut, mantan rektor al-Azhar Syaikh Mahmud Syaltut menyatakannya haram. Syaikh Ahmad al-Syirbashi menyatakan bahwa selamatan setelah kematian adalah bid’ah. (Ali, 2007).

(5)

5

berdasarkan keyakinan-keyakinan, sikap dan persepsi. Hal senada juga diungkapkan oleh Mann yang menjelaskan bahwa “komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu”, Azwar (2007).

Masyarakat yang menyelenggarakan acara Tahlilan pada umumnya meyakini bahwa acara Tahlilan diselenggarakan bertujuan untuk mengirimkan doa bagi arwah leluhur, keluarga, teman bahkan pemuka agama yang telah meninggal dunia. Bagi masyarakat yang mengikuti Tahlilan pada umumnya, mengirimkan doa bagi arwah yang telah meninggal dunia merupakan wujud penghormatan dan sebagai ungkapan terima kasih kepada almarhum, juga sarana berbakti karena telah mendoakan leluhur dan orang tua yang telah meninggal.

Selain itu, acara Tahlilan juga bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT karena acara tersebut diisi dengan bacaan ayat-ayat al-Quran, zikir, doa-doa, dan sedekah melalui pembagian makanan serta ajang untuk bersilaturrahmi serta ajang untuk menambah tali persaudaraan dan ajang untuk menambah informasi karena didalam Tahlilan para warga berkumpul dan bercengkerama baik saat sebelum acara ritual dimulai ataupun sesudahnya. Kemudian adanya beberapa sanksi sosial yang terpapar secara norma subyektif secara tidak langsung akan diterima jikalau tidak mengikuti Tahlilan, hal ini seperti yang telah dipaparkan salah satu subyek yang berinisial (A.K) yang dimintai data dengan metode wawancara mengatakan “kalau saya tidak mengikuti Tahlilan, ya gak mau saya mas. Ntar saya terisolasi sama masyarakat dan mendapatkan cap anti sosial ”. Dapat dikatakan sanksi sosial seperti merupakan hal yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat, karena menurut Syani (seperti ditulis oleh Ahmadi, 2007); menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu :

(6)

6

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. System kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tradisi Tahlilan tetap lestari di masyarakat adalah karena adanya niat untuk mengikuti sesuatu (Intensi) pada masyarakat dalam mengenali dan mengikuti Tahlilan, yang didasari oleh keyakinan-keyakinan dan evaluasi, norma subyektif dan sikap masyarakat.

Terkait acara Tahlilan dengan teori dan dasar fenomena riil yang telah diuraikan di atas dengan dasar ingin mengetahui keyakinan tentang perilaku, keyakinan normatif, motivasi yang mendasari, serta keyakinan-keyakinan yang terdapat pada perilaku tahlilan, maka penulis tertarik untuk meneliti fenomena tersebut dengan mengajukan judul penelitian : INTENSI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RW.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI

(7)

7

B. TUJUAN

Untuk mengetahui intensi melakukan acara Tahlilan pada Rt.01/Rw.01 Dusun Krajan Desa Gondanglegi Wetan Kabupaten Malang.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Membantu mengembangkan informasi mengenai intensi mengikuti acara tahlilan pada masyarakat, sehingga dapat menambah referensi ilmiah di bidang Psikologi sosial dan Psikologi Lintas budaya.

2. Manfaat Praktis

(8)

INTENSI MENGIKUTI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RW.01

DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB. MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Malang Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

AGUNG ZAINUN SAPUTRO

08810272

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)
(10)
(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, dengan segala kebesaranNya, karunia, nikmat dan izinNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah pada junjungan Nabi akhir zaman Muhammad SAW, karena atas beliaulah kenikmatan cahaya akan Islam masih bisa rasakan sampai saat ini. Skripsi ini berjudul “INTENSI MENGIKUTI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RT.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB.

MALANG”. Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai seseorang yang sadar memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Cahyaning Suryaningrum, Dra, M.Si, Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Malang.

2. Tri Dayakisni, Dra. M.si selaku Dosen Pembimbing I dan Linda Yani D. M.si selaku Dosen Pembimbing yang telah member I curahan ilmu pengetahuan yang tak terhingga kepada penulis dan memberi motivasi kepada penulis tanpa henti.

3. Ibu Hj. Nanik A, A.ma. Pd. Selaku pemimpin dan penggagas Tahlilan di masyarakat Rt.01/RT.01 Dusun Krajan Desa Gondanglegi Wetan Kab. Malang, sekaligus juga sebagai ibu saya yang mendukung secara moril dan materiil.

4. Abah tercinta H. Achmad Siswoyo, yang selalu memotivasi dengan gaya yang aneh dan sangat menghibur.

5. Alya Rahayu Tresnaning, S. Kom yang selalu memberi dukungan baik moril juga materiil.

(13)

7. Salis Yuliardi, S.Psi.,M.si selaku Ketua Jurusan Psikologi yang selalu memberikan motivasi dan hiburan dalam setiap apa yang beliau ucapkan. 8. Zakarija Achmad, S.Psi.,M.si selaku Wali kelas E Psikologi 2008.

9. Seluruh dosen-dosen fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Malang, karena beliau-beliaulah saya bisa seperti sekarang ini.

10.Keluarga-keluarga Watudakon Gadang yang selalu mendukung dengan gaya-gaya guyonan khas daerah Malang yang sangat kasar dan menggelikan. 11.Ari Kurniawan, yang selalu mendampingi secara tidak langsung dalam

pengerjaan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat OMa-Campus A9-04, Ditya Ardi Nugroho, Izul Adda’awi dan Dimas.

13.Teman-teman 105 ML.

14.Teman-temanku yang telah membantu telah membantu penulis karena keterbatasan, tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih untuk semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah inibermanfaat bagi kita semua.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensi ... 7

1. Pengertian Intensi ... 7

2. Antara Pengetahuan, Sikap, Niat dan Perilaku ... 8

3. Teori Fishbein dan Ajzen tentang Pembentukan Intensi ... 8

(15)

B. Tahlilan ... 10

1. Pengertian Tahlilan ... 7

2. Asal-Usul Tahlilan ... 8

3. Tahlilan Pada Masyarakat Jawa ... 8

4. Belief Mengenai Tahlilan ……….… 9

5. Belief Mengenai Tahlilan ……… 9

6. Kesyirikan dalam Tahlilan………12

7. Dampak Melakukan Tahlilan ……… 14

C. Masyarakat ... … 15

1. Pengertian Masyarakat ... 15

2. Ciri-ciri Masyarakat ... 16

3. Syarat-Syarat sebagai Masyarakat……….. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 18

B. Batasan Istilah ... 19

1. Intensi ... 15

2. Tahlilan……….. 19

3. Masyarakat Rt.01/Rt.01 Dusun Krajan Desa Gondanglegi Wetan Kab. Malang………..……...……….. 17

C. Subyek Penelitian ... 19

D. Konteks Penelitian ... 19

E. Jenis Data, Instrumen Penelitian dan Metodologi Pengumpulan Data ... 20

1. Jenis Data………... 15

2. Instrumen Penelitian……….. 19

3. Metodologi Pengumpulan Data………. 17

F. Psosedur Penelitian……… 21

1. Tahap Pra Lapangan………... 15

2. Tahap Pekerjaan Lapangan……….... 15

G. Analisa Data……….. 22

(16)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek ... 58

1. Za………... 15

2. Dit………... 15

3. Add.………... 15

4. Rie..………... 15

5. Nan.………... 15

6. Yu….………... 15

7. Ning………... 15

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

1. Za………... 15

2. Dit………... 15

3. Add.………... 15

4. Rie..………... 15

5. Nan.………... 15

6. Yu….………... 15

7. Ning………... 15

C. Analisa Data Subyek ... 96

1. Za……… 15

2. Dit………... 15

3. Add.………... 15

4. Rie..………... 15

5. Nan.………... 15

6. Yu….………... 15

7. Ning……….. 15

BAB V PENUTUP ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.(2007). Mantan Kiai NU menggugat Tahlilan. Solo : Laa Tasyuki Press

Dayakisni,T dan Hudaniah. (2012). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press

Dayakisni,T dan Yuniardi, S. (2008). Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press diakses 16 November 2011.

Hoofer. (1975). The Theory of Reasoned Action. Http://wikipedia.org.com. (diakses pada 31 Desember 2011)

http://id.wikipedia.org/wiki/Tahlilan. Diakses pada 16 November 2011.

http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/09/santri-nu-memandang-tahlilan-tahlilan-dalam-perspektif-agama-dan-budaya/ diakses pada 31 Desember 2011.

Jaiz, Hartono Ahmad. (2007). Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan. Solo : Wacana Ilmiah Press

Khalid, A dan Wahyudi, A. (1984). Kisah Wali Songo. Surabaya : Karya Ilmu

Satori,D dan Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta

Sugiyono .(2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono .(2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta

Syani, Abdul. (2007). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Tammi, M.AT. (2003). Kitab Tauhid. Riadh : Al-Nasem

Yuniardi, H. (2009). Santri NU menggugat tahlilan. Bandung : Mujahid Press

Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

B.F. Skinner and radical behaviorism,

(18)

(diakses pada 9 Agustus 2012)

Gerungan. (1986). Psikologi sosial. Bandung : PT. Eresco

Koentjoroningrat. (2002). Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

Referensi

Dokumen terkait