• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI UNSUR P DARI SP-36 DAN FOSFAT ALAM

PADA TANAH ULTISOL, ANDISOL DAN ENTISOL

S K R I P S I

Oleh :

YENNI PASARIBU 030303026 / ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TRANSFORMASI UNSUR P DARI SP-36 DAN FOSFAT ALAM

PADA TANAH ULTISOL, ANDISOL DAN ENTISOL

S K R I P S I

Oleh :

YENNI PASARIBU 030303026 / ILMU TANAH

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Di fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Komisi Pembimbing :

( Ir. Mukhlis, MSi ) ( Ir. Bintang Sitorus, MP ) Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

This research was coducted at soil fertilizer and chemical laboratory of Agricultural Faculty of North Sumatera, Medan. This research aims to study when P available in maxsimum content, before and after the availability of P in what form of the application of SP-36 fertilizer and Rock Fosfat on Ultisol, Andisol and Entisol soils based on the duration of incubation. This research applies Complete Random Sampling with 3 treatment factor that consists of 2 types of fertilizer, SP-36, Rock Fosfat and 3 types soils, Ultisol, Andisol, Entisol and 10 duration of incubation 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 days, with 3 repetition to obtain 180 experiment units. The measured parameters : P availability , pH H2O, Retention of

P, Al-P, Fe-P and Ca-P.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kapan P-tersedia maksimum, sebelum dan sesudah tersedia P berada dalam bentuk apa dari pemberian pupuk SP-36 dan Fosfat Alam pada tanah Ultisol, Andisol dan Entisol menurut lamanya masa inkubasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor perlakuan yang terdiri dari 2 jenis pupuk yaitu SP-36 , Fosfat Alam dan 3 jenis tanah Ultisol, Andisol,

Entisol dan 10 masa inkubasi 0, 5, 10,15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 hari dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 180 unit percobaan. Parameter yang diukur adalah :

P-tersedia, pH H2O, Retensi-P, Al-P, Fe-P dan Ca-P.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

berkat dan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini.

Skripsi berjudul “Transformasi Unsur P dari SP-36 dan Fosfat Alam

Pada Tanah Ultisol , Andisol dan Entisol” merupakan hasil penelitian tentang

unsur hara P dari pemberian pupuk SP-36 dan Fosfat Alam pada tanah Ultisol,

Andisol dan Entisol.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Mukhlis, MSi dan Ibu

Ir. Bintang Sitorus, MP selaku komisi pembimbing yang telah begitu banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada bapak Ir. Fauzi, MP selaku moderator. Ungkapan terbesar

juga disampaikan kepada kedua orang tua Ayahanda Ridwan Pasaribu dan Ibunda

Lisdawati Pane, serta seluruh keluarga dan teman–teman atas segala do,a dan

perhatiannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

kelengkapannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 30 Januari 1985 dari ayah

Ridwan Pasaribu dan Ibu Lisdawati Pane. Penulis merupakan putri kedua dari

delapan bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 12 Medan dan pada tahun

2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih minat studi

Kimia dan Nutrisi Tanaman, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan pernah menjadi asisten Laboratorium

Analisis Tanah dan Tanaman, Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA),

mengikuti pengajian Al-Bayan Departemen Ilmu Tanah FP USU.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kebun Laras,

PTPN IV, Siantar.

(7)

DAFTAR ISI

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Kelarutan Fosfat Dalam Tanah ... 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat... 17

Metode Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Parameter Yang Diamati ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 48 Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Teks Hal

1. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia Tanah...21

2. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah ...22

3. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah 24 4. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O Tanah...25

5. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O Tanah...27

6. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah ... ...28

7. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Al-P Tanah ... ...29

8. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Fe-P Tanah ... ...31

9. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah . ...32

10.Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah ...34

11.Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah. ...35

12.Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Trhadap Ca-P Tanah...37

13.Perubahan bentuk P tanah Ultisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari tertinggi sampai terendah ... ...44

14.Perubahan bentuk P tanah Andisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari tertinggi sampai terendah... ...45

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal

1. Fiksasi P dengan variasi pH TanaH ... ... ...14

2. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia Tanah... ...22

3. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah ...23

4. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah ...25

5. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O ... ...26

6. Interaksi Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O...27

7. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah ... ...28

8. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Al-P Tanah ... ...30

9. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Fe-P Tanah ... ...32

10.Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah ... ...33

11.Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah ...34

12.Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah... ...36

13.Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah...37

14.Perubahan Bentuk P Pada Tanah Ultisol ... ...38

15.Perubahan Bentuk P Pada Tanah Andisol... ...39

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hal

1...Data Analisa Awal Tanah ...… ...49

2. Hasil Pengukuran P-Tersedia Tanah... ...50

3. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia ... ...51

4. Hasil Pengukuran pH H2O Tanah ... ...52

5. Daftar Sidik Ragam pH H2O Tanah... ...52

6. Hasil Pengukuran Retensi-P Tanah... ...53

7. Daftar Sidik Ragam Retensi-P Tanah ... …...53

8. Hasil Pengukuran Al-P Tanah... ...54

9. Daftar Sidik Ragam Al-P Tanah ... ...54

10.Hasil Pengukuran Fe-P Tanah...… ...55

11.Daftar Sidik Ragam Fe-P Tanah ...… ...55

12.Hasil Pengukuran Ca-P Tanah ...… ...56

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fosfor (P) merupakan unsur hara yang esensial bagi tanaman. Tanaman

membutuhkan unsur P untuk merangsang pertumbuhan akar, mempercepat serta

memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tua, membantu asimilasi dan

pernafasan serta mempercepat pembungaan (Blogpusri, 2007)

Jumlah unsur P dalam tanah relatif sedikit umumnya kurang dari 0,3 ppm

dan pergerakannya sangat lambat (Tisdale,et al,1985). Faktor yang mempengaruhi unsur P antara lain : tipe mineral liat, pH tanah, waktu reaksi, ion Fe, Al dan Mn

larut . Ketersediaan P dalam tanah tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri.

Pada tanah masam bersenyawa dalam bentuk Al-P, Fe-P dan Occluded P.

Sedangkan pada tanah bereaksi basa , pada umumnya P bersenyawa sebagai Ca-P

(Foth, 1985).

Pemupukan P merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan P dalam

tanah. Sumber pupuk P yang umum dipakai di perkebunan adalah pupuk Fosfat

Alam dan pupuk TSP. Efektifitas Pupuk Fosfat Alam ternyata lebih tinggi pada

tanah–tanah masam dibandingkan dengan TSP. Setelah pupuk TSP tidak

dipasarkan maka sebagai penggantinya digunakan SP-36 dengan takaran yang

sama, meskipun tanggungan P2O5 pupuk SP-36 12% lebih rendah dibanding TSP

(13)

Tanah Ultisol, Andisol dan Histosol merupakan tiga jenis tanah yang

mempunyai ciri dan sifat berbeda. Ketiga jenis tanah ini tersebar luas di Sumatera

Utara dan di usahakan dalam bidang pertanian. Tanah Ultisol merupakan tanah

dengan ciri kadar bahan organik rendah dan muatan variabel rendah, muatan

listrik rendah, KTK rendah. Pada umumnya tanah Ultisol sangat tercuci sehingga

kandungan basa-basa menjadi sangat rendah. Hal ini menyebabkan pH menjadi

sangat rendah sekali yang mengikat kadar Al bebas, sehingga memperbesar

bahaya toksisitas dan fiksasi fosfat. Tanah Andisol merupakan tanah bermuatan

variabel, muatan variabel Andisol di sebabkan liat amorf alofan dan liat

parakristalin imogilit yang dikenal memiliki muatan listrik dan KTK tinggi. Pada

tanah Andisol terjadi proses akumulasi bahan organik yang tinggi yang

disebabkan proses khelasi antara asam humik dan alofan (Tan, 2007). Menurut

Munir (1996) tanah Entisol memiliki sifat kimia antara lain KB bervariasi, pH

asam , netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon

A maupun C, mempunyai nisbah C/N <20% dimana tanah mempunyai tekstur

kasar berkadar bahan organik lebih rendah dibanding tanah yang bertekstur halus.

Entisol yang digunakan pada penelitian ini adalah Entisol dari subgroup

Thapto-histic Fluvaquent, yaitu Entisol yang senantiasa tergenang dalam hal ini

oleh banjir sungai dan adanya akumulai bahan organik sehingga tanah ini dapat

berupa tanah mineral bergambut (Peaty Mineral)

Oleh karena sifat-sifatnya yang berbeda maka pupuk P yang diberikan

kedalam tanah berbeda pula ketersediaannya. Banyak penelitian tentang inkubasi

pupuk fosfat pada tanah. Tetapi sampai saat ini belum di ketahui secara pasti

(14)

Penelitian ini berusaha mencari beberapa lama waktu dibutuhkan agar pupuk

SP-36 dan Fosfat Alam menjadi bentuk P-tersedia secara maksimum pada tanah

Ultisol, Andisol, dan Entisol. Sebelum dan sesudah P-tersedia maksimum

berbentuk apakah P-tersebut, apakah bentuk P yang teretensi atau P yang

terfiksasi oleh unsur Al, Fe dan Ca.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kapan P-tersedia maksimum dan mengetahui bentuk P

sebelum dan sesudah P tersedia dari pupuk SP-36 dan Fosfat Alam pada tanah

Ultisol, Andisol dan Entisol.

Hipotesa Penelitian

1. Terdapat perbedaan waktu ketersediaan P dari pupuk SP-36 dan Fosfat

Alam pada tanah Ultisol, Andisol dan Entisol.

2. Sebelum dan setelah tersedia P dari pupuk SP-36 dan Fosfat Alam berada

dalam bentuk Retensi-P, Al-P, Fe-P, Ca-P pada tanah Ultisol.

3. Sebelum dan setelah tersedia P dari pupuk SP-36 dan Fosfat Alam berada

dalam bentuk Retensi-P, Al-P, Fe-P, dan Ca-P pada tanah Andisol.

4. Sebelum dan setelah tersedia P dari pupuk SP-36 dan Fosfat Alam berada

(15)

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan infosmasi mengenai ketersdiaan unsur hara P dari pupuk

SP-36 dan Fosfat Alam pada tanah Ultisol, Andisol dan Entisol.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana program studi

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Dan Ciri Tanah

Ultisol

Ultisol berasal dari kata Ultimus yang berarti terakhir, Ultisol merupakan tanah berwarna merah kuning, yang sudah mengalami proses hancuran iklim

(ultimate). Terbentuk pada daerah humid dengan intensitas curah hujan tinggi

(Subagyo, dkk, 2000). Menurut taksonomi, tanah dimasukkan ke dalam Ultisol

apabila tanah mempunyai kejenuhan basa < 35 %, kapasitas tukar kation

< 16 cmol /kg liat, dan pada umumnya reaksi tanah Ultisol bersifat masam hingga

sangat masam (pH 5 – 3,0). Kejenuhan Al yang tinggi > 60 % dengan kandungan

unsur hara rendah karena pencucian basa yang berlangsung intensif, sedangakan

kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan

sebahagian terbawa erosi.

Menurut Munir (1996) faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah

Ultisol adalah :

- Bahan induk, Ultisol berkembang dari bahan induk tua ( terutama bahan

induk batuan liat).

- Iklim, berkembang dengan curah hujan rata – rata 2500 – 3500 mm per

tahun, dan terdapat tiga bulan kering.

- Tofografi pada daerah bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian

(17)

- Vegetasi, berupa hutan tropika basah , padang alang – alang dan

paku – pakuan.

Proses yang mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah proses hancuran

iklim (pelapukan) kimia yang sangat intensif. Penghancuran yang sangat intensif

pada tanah Ultisol menyebabkan Ultisol mempunyai kejenuhan basa rendah.

Selain itu Ultisol mempunyai kendala pada kemasaman tanah, KTK yang rendah

yaitu kurang dari 24 me/100 g tanah, kandungan nitrogen rendah, fosfor dan

kalium rendah serta tingginya kelarutan Al, Fe dan Mn. Tingginya kelarutan Al,

Fe dan Mn menyebabkan P pada tanah terfiksasi, akibat terjadinya fiksasi maka P

pada tanah menjadi tidak tersedia (Munir, 1996; Buckman dan Brady, 1982).

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan P dalam tanah adalah dengan

cara pemupukan. Karena Ultisol bersifat masam maka umumnya pupuk P yang

ditambahkan akan diubah menjadi bentuk besi fosfat dan aluminium fosfat.

Ultisol lebih banyak menambat fosfor dalam setiap satuan kandungan besi

(Sanchez,1992). Pada tanah masam, kelarutan Al dan Fe menjadi tinggi. Dengan

demikian, ion fosfat (H2PO4-, HPO42-, PO43-) akan segera terikat membentuk

senyawa P yang kurang tersedia bagi tanaman. Mula-mula senyawa ini bersifat

koloidal, lambat laun menjadi kristal Varisit (Al PO4. 2H2O) dan

Strengit (Fe PO4. 2H2O) . Dengan reaksi sebagai berikut :

Al3+ + H2PO4- + 2H2O Al PO4. 2H2O + 2 H+

( Varisit)

Fe3+ + H2PO4- + 2H2O Fe PO4. 2H2O + 2 H+

(18)

Ultisol di Indonesi memiliki sebaran yang luas. Luas Ultisol di Indonesia

mencapai 24,3 % atau sekitar 45,794 juta ha. Di Sumatera Utara luas Ultisol yaitu

lebih kurang 1,549 juta ha, Ultisol termasuk tanah yang luas di Sumatera Utara

selain Inseptisol dan Andisol (Subagyo, dkk, 2000).

Andisol

Andisol berasal dari kata ando yang artinya tanah hitam. Andisol merupakan tanah yang gembur, ringan dan porous, tanah bagian atasnya berwarna

hitam atau gelap, bertekstur sedang ( lempung, lempung berdebu), terasa licin

seperti sabun (smeary) apabila diraba dan dipilin, secara khusus terbentuk dari

bahan piroklastik yang kaya gelas volkan (Subagyo, dkk, 2000). Menurut

taksonomi tanah Andisol merupakan tanah yang memiliki sifat andik, yaitu

dengan kadar bahan organik kurang dari 25 % dan kandungan bahan amorf

(alofan dan imogolit, ferindrit atau senyawa kompleks Al-cukup tinggi).

Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan volkanik, tanah

Andisol yang berkembang dari abu vulkan, dirajai bahan-bahan amorf (alofan,

imigolit dan fraksi humus). Persoalan utama yang dihadapi adalah tingginya

kapasitas jerapan P, bahkan melebihi jerapan P oksida hidrat Al dan Fe. Hal ini

disebabkan karena bahan amorf mempunyai permukaan spesifik yang luas,

sehingga jerapan P lebih tinggi. Untuk dapat disebut tanah Andisol harus memiliki

sifat andik sekurang – kurangnya setebal 35 cm pada kedalaman 60 cm teratas

(19)

Andisol di Indonesia terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian

0 – 3500 mdpl, dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung serta dibawah

kondisi iklim tropika dan pada landscape volkanik muda. Andisol di Sumatera

Utara terbentuk dari andesito desit tuf dari lahar Gunung Sibayak dan

didepositkan pada daerah yang lebih rendah (Munir,1996).

Menurut Darmawijaya (1997) Horizon A1 pada Andisol berwarna kelam,

sangat poreus, sangat gembur, mengandung bahan organik antara 8% - 30%

dengan pH 4,5 -6. Pada horizon B2 berwarna kuning sampai coklat, tekstur

sedang, struktur gumpal dengan granulasi yang tak pulih, kandungan bahan

organik antara 2% - 8% dengan kapasitas pengikat air tinggi, terasa seperti sabun

jika diremas.Pada horizon C terbentuk gibsit dan oksida Al dan Fe dengan bahan

amorf terdiri dari atas plasma poreus isotropik. Dalam keluarga alofan,

penambatan terjadi dalam bentuk Aluminium fosfat karena tingginya kandungan

oksida aluminium dan rendahnya kandungan oksida besi pada andep yang asam

(Sanchez, 1992).

Luas tanah Andisol seluruhnya di Indonesia di perkirakan 5,39 juta ha,

atau sekitar 2,9 % wilayah daratan Indonesia. Berdasarkan urutan luasnya,

penyebaran Andisol yang cukup luas terdapat di Sumatera Utara yaitu

1,06 juta ha (Subagyo, dkk, 2000).

(20)

Entisol ( recent – holosin berarti tanah mineral yang masih muda ). Tanah

baru diendapkan atau masih sedikit mengalami pelapukan, atau berasal dari tanah

sisa erosi. Tanah ini dibentuk dari sedimen vulkanik, batuan kapur dan

metamorfik (Subagyo, 2000; Anonim, 2006). Menurut Taksonomi Tanah, entisol

didefinisikan sebagai tanah yang memenuhi syarat bila regim suhu adalah mesi,

isomesik atau lebih panas dan pada waktu kering ditemukan retakan – retakan

sampai selebar 1 cm pada kedalaman 50 cm tapi pada kadar liat < 39 %, di

beberapa sub horison pada kedalaman < 50 cm dan salah satu syarat dari kriteria

berikut ini yaitu bahan sulfidik pada kedalaman < 50 cm dari permukaan tanah

mineral atau mempunyai horison penciri epipedon okhrik, albik, anthropik, histik

atau spodik pada kedalaman lebih dari 2 meter

Proses pembentukan Entisol menurut Hardjowigeno (1993) dipengaruhi

oleh iklim yang sangat kering sehingga proses pelapukan berjalan lambat, erosi

yang kuat sehingga mampu membawa bahan endapan lebih banyak dari yang

dibentuk melalui proses pedogenik, pengendapan terus – menerus, bahan induk

yang sukar melapuk dan tidak subur, selalu jenuh air atau tergenang dan waktu

pedogenik yang singkat.

Menurut Subagyo,dkk (2000) Entisol terdiri dari 5 sub ordo dan 4 diantaranya termasuk dalam tanah pertanian utama yaitu Aquent yaitu entisol

basah yang selalu jenuh air sehingga drainase terhambat, Fluvent terbentuk dari

bahan endapan di dataran banjir sungai, Psamment, entisol bertekstur pasir atau

berlempung dan Orthent yaitu entisol berpenampang dangkal atau tipis dan

(21)

Fluent dan dan aquent (tanah aluvial) terdapat di dataran – dataran banjir

pada lembah – lembah sungai dan didataran pantai yang menerima

endapan – endapn baru dari sungai dan didataran pantai. Tanah aquent jenuh air

dalam satu periode yang panjang dan dalam satu tahun dengan ciri khas dalam ,

berwarna abu – abu dan warna lainnya, tingkat kesuburannya bergantung pada

kandungan mineral dan bahan organik endapan aluvial asalnya (Nordin, 2006).

Kesuburan tanahnya bervariasi bergantung pada bahan induk dan

topografi. Bahan organik tanah ini juga bervariasi seperti pada aquent

kandungannya rendah sampai tinggi di semua lapisan , pada Psamments

kandungannya sangat rendah sampai rendah dan kandungan lapisan atas lebih

tinggi dari lapisan bawah. Reaksi tanah aquent biasanya masam sampai agak

masam (4,7 – 6,6), Fluvents dan Orthens, cenderung masam sampai agak masam

(5,0 – 6,5). Sedangkan Psamments, sangat masam sampai masam (pH 4,0 – 4,8).

Lapisan bawah umumnya lebih masam dari lapisan atas (Subagyo,dkk , 2000).

Aceh Tamiang memang kaya akan bahan-bahan mineral, antara lain

minyak dan gas bumi, batu gamping, dolomit, dan andesit. Bahan-bahan tambang

ini tersebar di kecamatan-kecamatan Aceh Tamiang. Bahan tambang yang sudah

diolah hanya minyak bumi dan dolomit (Retno, 2002).

Jenis tanah ini Entisol kebanyakan di temukan di Irian Jaya (5,6 juta ha),

Kalimantan Tengah (1,54 juta ha), Sumatera Selatan (1,27 juta ha) dan

(22)

diperkirakan sekitar 18,0 juta ha atau sekitar 9,6% dari keseluruhan jenis tanah di

Indonesia (Anonim, 2006; Subagyo,dkk, 2000).

Pupuk SP-36 Dan Fosfat Alam

Pupuk P dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kelarutannya

yaitu : (a) Pupuk P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P2O5,

merupakan pupuk P yang lambat tersedia bagi keperluan tanaman) (b) Pupuk P

yang melarut dengan ammonium nitrat netral atau asam sitrun (mengandung P2O5,

merupakan pupuk yang mudah tersedia bagi keperluan tanaman) (c) Pupuk P yang

melarut dalam air (mengandung P2O5, juga merupakan pupuk P yang mudah

tersedia bagi tanaman) (Sutedjo, 2002).

Menurut Anonim (2002) pupuk SP-36 merupakan pupuk pilihan terbaik

untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara P karena keunggulan yang

dimilikinya :

• Kandungan hara P dalam bentuk P2O5 tinggi yaitu sebesar 36%

• Unsur hara P yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut

dalam air

• Bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi kemasaman tanah

• Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam

kondisi penyimpanan yang baik

(23)

Bahan pembentuk pupuk SP-36 tidak berbeda dengan yang dipergunakan

dalam pembentukan engkel fosfat, hanya kandungan gips dan kadar P2O5 lebih

rendah yaitu sekitar 36 – 38 % (Sutedjo, 2002).

Beberapa sifat Pupuk Fosfat Alam adalah:

• Kadar P dalam bentuk P2O5 berkisar antara 27 – 41% .

• Tidak larut dalam air atau asam sitrat dan hanya larut dalam asam keras.

• Tidak higroskopis

• Reaksi fisiologisnya netral

• Dapat bereaksi hanya dalam kondisi yang asam

(Setyamidjaja,1986).

Pupuk fosfat alam tersebar di wilayah Indonesia. Akan tetapi pupuk fosfat

alam mempunyai banyak kekurangan yaitu kelarutan yang rendah dibanding

pupuk buatan lainnya, sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.

Untuk meningkatkan kelarutan fosfat alam digunakan dengan aplikasi

bioteknologi sehingga pemupukan fosfat akan menjadi lebih efisien

(Anonim, 1987).

Meskipun hampir semua pupuk P dihasilkan dari fosfat alam, tetapi

penggunaan fosfat alam secara langsung sebagai pupuk masih sangat terbatas.

Bahkan pada beberapa negara fosfat alam belum dimasukkan dalam daftar pupuk

baik dalam perundang–undangan maupun dalam statistik penggunaan pupuk

(24)

Menurut Eliza (2004) Fosfat Alam China lebih baik digunakan untuk

peningkatan P- tersedia pada tanah Ultisol dan Histosol, sedangkan fofat alam

Crismast Island pada tanah Andisol.

Kelarutan P Dalam Tanah

Di dalam tanah P berbentuk organik dan anorganik. P organik dan P

anorganik merupakan sumber utama P bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi,

ketersediaannya diatur oleh sifat tanah dan kondisi lingkungan. Kandungan P

organik sangat berbeda – beda yaitu antara 20 – 80 %, tergantung pada bahan

organik tanah dan perbandingan C/Pnya. P organik dapat ditemukan pada humus

atau materi organik lainnya (Indranada, 1985; Schulte dan Kelling, 1996).

Menurut Datta, et al (1990) P anorganik tanah dapat di klasifikasikan menjadi 4 bagian :

• Besi fosfat (Fe-P) • Aluminium fosfat (Al-P)

• Kalsium fosfat (Ca-P)

• Reductant- soluble atau Fe-P dan Al-P occluded

Semua bentuk P tersebut ada dalam semua jenis tanah, tetapi Al-P dan Fe-P lebih

dominan pada tanah masam.

Bentuk P anorganik yang ada dalam tanah bergantung pada tingkat

(25)

Perubahan suatu bentuk P kebentuk yang lain terutama diatur oleh pH.

Bila tanah asam, aktivitas besi dan aluminium meningkat dan kalsium fosfat yang

dapat larut diubah menjadi aluminium fosfat dan besi fosfat yang tidak dapat larut.

Proses ini cukup lambat untuk memungkinkan terdapat jumlah kalsium fosfat

yang banyak dalam tanah asam dengan nilai dibawah pH 5,5 (Sanchez, 1992).

Penelitian Toisuta (1999) menyatakan bahwa bila pupuk fosfat diberikan kedalam

tanah dan dilakukan inkubasi maka akan dapat menurunkan pH secara kuadratik

mencapai pH 4,7 pada masa 10 minggu inkubasi.

Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar

ditentukan pH tanah . Jika pH tinggi P yang mudah larut ialah dalam bentuk

H2PO4-. Kalau pH menurun menjadi sedikit atau cukup asam , bentuk ion ialah

HPO4= dan H2PO4-. Sedangkan jika keberadaan dalam bentuk sangat asam

sebagian besar fosfor dalam bentuk H2PO4-. P organik terlebih dahulu mengalami

mineralisasi agar bisa dimanfaatkan tanaman (Sarief,1984).

Distribusi (%)

pH Tanah

P- Tersedia

Fiksasi P oleh Kalsium Fiksasi P oleh

(26)

Gambar 1. Gambar Fiksasi P dengan variasi pH (Anonim, 2003).

Pada tanah masam (pH <6,5 ) posfor di fiksasi terutama oleh Al dan Fe.

Pada tanah basa (alkalin) (pH >7,2 ) fosfor difiksasi terutama oleh kasium. P

tersedia maksimum dapat dilihat pada gambar di atas. Tanah Indonesia cenderung

masam, jadi fiksasi oleh Al dan Fe lebih dominan. Pada tanah yang lebih masam

fiksasi oleh Al dan Fe, dan derajat fiksasi P menjadi lebih besar. Diperkirakan

lebih dari 90% pupuk yang ditambahkan terfiksasi pada tanah massam. Kisaran

pH tanah dimana P tersedia maksimum yaitu berada diantara 6 dan 7

(Anonim, 2003).

Menurut Nyakpa, dkk (1988), semakin lama P bersentuhan dengan tanah maka semakin banyak P terfiksasi sehingga terbentuk Al-P atau Fe-P yang sukar

larut dan bersifat occluded (P yang terkepung).

Pada tanah–tanah tropika umumnya mengalami intensitas pelapukan

tinggi, bentuk–bentuk P–terfiksasi dapat terselubung (occluded) oleh

oksida – oksida Fe dan Al membentuk P-terselubung yang kelarutannya sangat

rendah. Hal ini kemudian menyebabkan pada tanah – tanah tua ( seperti Oksisol

dan Ultisol ) ketersediaan P menjadi sangat rendah , meskipun kadangkala total

kandungan P-nya tinggi (Hanafiah, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh

Sinuhaji (2003) menunjukkan hubungan antara P-tersedia dengan retensi P adalah

dengan meningkatnya P tersedia maka Retensi P semakin menurun. Hal ini

disebabkan karena semakin berkurangnya fosfat yang terikat oleh Al dan Fe di

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dimulai pada Maret 2007 hingga

Selesai.

Bahan Dan Alat

(28)

• Bahan Tanah Ultisol (Hapludult) (Tanah Abang, Galang), Andisol

(Melanudand) (Kuta Gadung, Brastagi), Entisol (Thapto-histic

Fluvaquent) (Pulo Tiga, Aceh Tamiang) sebagai objek yang akan diteliti.

• Pupuk Fosfat Alam China (32,33% P2O5) , Pupuk SP-36 (36% P2O5)

dosis 300 ppm sebagai sumber pupuk P.

• Bahan–bahan kimia untuk keperluan analisis.

• Aquades untuk menyiram tanah dalam keadaan kapasitas lapang.

Alat yang digunakan dalam penelitian :

• Pot plastik sebagai wadah tanah.

• Cangkul untuk mengambil tanah

• Timbangan untuk menimbang bahan

• Ayakan 10 mesh untuk mengayak tanah

• Alat–alat laboratorium lainnya untuk keperluan analisis

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL) faktorial

dengan menggunakan 3 faktor perlakuan dan 3 ulangan sebagai berikut

• Faktor I Pupuk terdiri dari dua jenis : S = SP-36

P = Fosfat Alam

• Faktor II tanah terdiri dari tiga jenis : U = Ultisol

A = Andisol

E = Entisol

(29)

W0 = 0 hari masa inkubasi

W1 = 5 hari masa inkubasi

W2 = 10 hari masa inkubasi

W3 = 15 hari masa inkubasi

W4 = 20 hari masa inkubasi

W5 = 25 hari masa inkubasi

W6 = 30 hari masa inkubasi

W7 = 35 hari masa inkubasi

W8 = 40 hari masa inkubasi

W9 = 45 hari masa inkubasi

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuannya sebagai berikut :

SUW0 SAW0 SEW0 PUW0 PAW0 PEW0

SUW1 SAW1 SEW1 PUW1 PAW1 PEW1

SUW2 SAW2 SEW2 PUW2 PAW2 PEW2

SUW3 SAW3 SEW3 PUW3 PAW3 PEW3

SUW4 SAW4 SEW4 PUW4 PAW4 PEW4

(30)

SUW6 SAW6 SEW6 PUW6 PAW6 PEW6

SUW7 SAW7 SEW7 PUW7 PAW7 PEW7

SUW8 SAW8 SEW8 PUW8 PAW8 PEW8

SUW9 SAW9 SEW9 PUW9 PAW9 PEW9

Model Linier Rancangan Acak Lengkap :

Yijkl = + i + j + k + ( )ij + ( )jk + ( )ik + ( )ijk + ijkl

Dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan pada suatu percobaan yang memperoleh perlakuan

jenis tanah taraf ke-i, pupuk posfat taraf ke-j, waktu inkubasi taraf

ke-k, ulangan taraf ke-l

= Nilai tengah umum

i = Pengaruh jenis tanah taraf ke-i

j = Pengaruh pupuk fosfat taraf ke-j

(31)

( )ij = Pengaruh interaksi penggunaan jenis tanah taraf ke-i dan pupuk fosfat taraf ke-j

( )jk = Pengaruh Interaksi pupuk pada taraf ke-j dan waktu inkubasi taraf ke-k

( )ik = Pengaruh interaksi penggunaan jenis tanah taraf ke-i dan waktu inkubasi taraf ke-k

( )ijk = Pengaruh interaksi antara jenis tanah taraf ke-i, pupuk fosfat taraf ke-j dan waktu inkubasi taraf ke-k

ijkl = Pengaruh galat percobaan yang mendapat prlakuan jenis penggunaan

tanah taraf ke-i, penggunaan pupuk fosfat taraf ke-j dan waktu

inkubasi taraf ke-k.

Pelaksanaan Penelitian

a. Pengambilan Dan Penanganan Contoh Tanah

Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm, kemudian

dikering udarakan dan dihaluskan dengan menggunakan ayakan 10 mesh

selanjutnya dilakukan analisis awal yang meliputi kadar air (%KA), Kapasitas

Lapang (%KL), tekstur , pH , Aldd, KTK dan P- tersedia.

b. Persiapan media inkubasi

Tanah yang telah diayak dimasukkan kedalam pot setara dengan

150 g BTKO

(32)

Setelah tanah dimasukkan kedalam pot, lalu di beri pupuk SP-36 dan fosfat

alam dengan dosis masing – masing 300 ppm untuk semua perlakuan.

Parameter yang diamati

Adapun parameter yang diamati :

- P tersedia tanah metode Bray II pada 0 sampai 45 hari setelah aplikasi pupuk

- Retensi P metode Blackmore pada 0 sampai 15 hari setelah aplikasi pupuk

- Fraksionasi Fosfat (Al-P, Fe-P, Ca-P) pada 0 sampai 15 hari setelah aplikasi

pupuk

- Pengukuran pH metode Elektromerti 0 sampai 15 hari setelah aplikasi

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

P- Tersedia Tanah

Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 3 diperoleh bahwa perlakuan jenis

tanah, jenis pupuk dan waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata pada P tersedia

tanah. Interaksi jenis tanah dengan pupuk, interaksi pupuk dengan waktu inkubasi

dan interaksi jenis tanah denga waktu inkubasi juga berpengaruh sangat nyata

terhadap P tersedia tanah.

Tabel 1. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia

Pupuk Ultisol Andisol Entisol

……….…….ppm……….

SP-36 8,52 a AB 6,22 de CD 8,19 ab AB

Fosfat Alam 5,76 e D 6,93 cd CD 7,40 bc BC

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa P-tersedia tanah Ultisol tertinggi pada

perlakuan Ultisol dengan SP-36 sebesar 8,52 ppm dan terendah pada perlakuan

Ultisol dengan Fosfat Alam sebesar 5,76 ppm. Pada tanah Andisol P-tersedia

tertinggi pada perlakuan Andisol dengan Fosfat Alam sebesar 6,93 ppm dan

terendah pada perlakuan Andisol dengan SP-36 sebesar 6,22 ppm. Pada tanah

Entisol P-tersedia tertinggi yaitu pada perlakuan Entisol dengan SP-36 sebesar

8,19 ppm dan yang terendah pada perlakuan Entisol dengan Fosfat Alam sebesar

7,40 ppm. Interaksi jenis tanah dengan pupuk terhadap P-tersedia dapat dilihat

(34)

0

Gambar 2. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia Tanah

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa P-Tersedia tanah tertinggi pada tanah

Ultisol dibanding Andisol dan Entisol. Pada tanah Ultisol pupuk SP-36 lebih

mudah menyediakan P dibandingkan dengan Fosfat Alam. Sedangkan pada tanah

Andisol dan Entisol antara pupuk SP-36 dan Fosfat Alam tidak berbeda nyata

dalam penyediaan unsur P.

Tabel 2. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia

Masa Inkubasi (hari) SP-36 Fosfat Alam

………..….ppm………..….

(35)

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa P-tersedia tertinggi pada perlakuan SP-36

dengan 10 hari masa inkubasi sebesar 13,80 ppm dan terendah pada 30 hari masa

inkubasi sebesar 5,01 ppm. Sedangkan pada perlakuan Fosfat Alam P-tersedia

tertinggi yaitu pada 10 hari masa inkubasi sebesar 9,77 ppm dan yang terendah

pada 30 hari masa inkubasi sebesar 4,63 ppm. Interaksi pupuk dengan waktu

inkubasi terhadap P-tersedia dapat dilihat pada gambar berikut :

0

Gambar 3. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah

Dari gambar 3 dapat dilihat pada 0 hari inkubasi, P-tersedia tanah pada

pemberian Fosfat Alam lebih tinggi dibandingkan dengan SP-36. Sedangkan pada

hari ke-10 masa inkubasi P-tersedia tanah Fosfat Alam menjadi lebih rendah

dibandingkan SP-36. Pemberian SP-36 pada 10 hari masa inkubasi menunjukkan

peningkatan yang signifikan. Dari grafik dapat dilihat pada setiap hari masa

(36)

Tabel 3. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia

Masa Inkubasi (hari) Ultisol Andisol Entisol

………..……….…ppm……..…….………..…

0 4,92 f E 5,87 e D 6,72 e D

5 5,39 ef E 7,77 d D 10,69 bc BC

10 12,59 b AB 8,22 d CD 14,53 a A

15 6,41 e D 6,34 e D 5,88 e D

20 8,85 cd C 8,2 d CD 8,51 d C

25 8,04 d D 6,31 e D 5,76 e DE

30 5,08 f E 4,52 f E 4,86 f E

35 7,29 de D 7,58 d D 8,15 d D

40 6,35 e D 6,62 e D 5,53 e D

45 6,46 e D 4,33 f E 6,31 e D

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa P-tersedia tanah Ultisol tertinggi pada 10

hari masa inkubasi waktu inkubasi sebesar 12,59 ppm dan yang terendah pada 0

hari masa inkubasi sebesar 4,92 ppm. P-tersedia tanah Andisol tertinggi pada 10

hari masa inkubasi sebesar 8,22 ppm dan yang terendah pada 45 hari masa

inkubasi sebesar 4,33 ppm. Sedangkan pada tanah Entisol P-tersedia tertinggi

pada 10 hari masa inkubasi sebesar 14,53 ppm dan yang terendah pada 30 hari

masa inkubasi sebesar 4,86 ppm. Interaksi jenis tanah dengan masa inkubasi

(37)

0

Gambar 4. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia

Dari gambar 4 dapat dilihat pada ketiga jenis tanah masing-masing Ultisol,

Andisol, dan Entisol, P-tersedia maksimum pada hari ke-10 masa inkubasi. Tetapi

pada tanah Andisol P-tersedia tertingi terjadi 2 kali, yaitu pada hari ke-10 dan 20

masa inkubasi.

pH H2O

Pada parameter pH H2O, Retensi- P, Al-P, Fe-P dan Ca-P dilakukan hanya

pada 0 hari sampai hari ke 15. Hal ini di karenkan pada hari ke 10 nilai P tersedia

sudah pada kondisi yang maksimum (dapat dilihat pada gambar 4).Dari hasil uji

statistik pada tabel lampiran 5 diperoleh jenis tanah dan masa inkubasi

berpengaruh sangat nyata dan perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap

pH tanah. Interaksi pupuk dengan masa inkubasi serta interaksi jenis tanah dengan

(38)

Tabel 4. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH Tanah

Masa Inkubasi (hari) SP-36 Fosfat Alam

0 4,79 a A 4,68 a B

5 4,29 c D 4,51 b BC

10 4,35 bc CD 4,31 c CD

15 4,31 c CD 4,30 c D

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pH H2O pupuk SP-36 tertinggi pada 0 hari

masa inkubasi yaitu 4,79 dan terendah pada 5 hari masa inkubasi yaitu 4,29. pH

H2O pupuk Fosfat Alam tertinggi pada 0 hari masa inkubasi yaitu 4,68 dan

terendah pada 15 hari masa inkubasi yaitu 4,30. Interaksi jenis pupuk masa waktu

inkubasi terhadap pH H2O dapat dilihat pada gambar berikut :

4,2

Gambar 5. Interaksi Pupuk Dengan Waktu Inkubasi Terhadap pH H2O

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa pada masa inkubasi 0 hari pH pupuk

SP-36 dan Fosfat Alam lebih tinggi dari hari berikutnya. pH H2O pada pupuk

SP-36 mengalami penurunan dan peningkatan pada tiap hari inkubasi, dan yang

(39)

mengalami penurunan pada tiap hari masa inkubasi sampai yang terendah yaitu

pada hari ke- 15 masa inkubasi.

Tabel 5. Tabel Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O

Masa Inkubasi (hari) Ultisol Andisol Entisol

0 4,49 c C 5,48 a A 4,24 de CD

5 4,32 cd CD 5,06 b B 3,82 fg EF

10 4,08 e DE 5,21 b B 3,70 fg F

15 4,05 ef F 5,23 b B 3,63 g G

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tanah Ultisol pH H2O yang tertinggi

pada masa inkubasi 0 hari yaitu 4,49 dan yang terendah pada 15 hari masa

inkubasi yaitu 4,05. Pada tanah Andisol pH H20 tertinggi pada 0 hari masa

inkubasi yaitu 5,48 sedangkan yang terendah pada 5 hari masa inkubasi yaitu

5,06. Pada tanah Entisol pH H2O yang tertinggi pada 0 hari masa inkubasi yaitu

4,24 dan yang terendah pada hari ke-15 masa inkubasi yaitu 3,63. Dari tabel 5

dapat dilihat bahwa pH H2O tanah yang tertinggi pada secara berurutan yaitu

Andisol, Ultisol dan Entisol. Interaksi jenis Tanah Dengan Waktu Inkubasi

(40)

0

Gambar 6. Gambar Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa pH H2O tanah Andisol lebih tinggi dari

pada tanah Ultisol dan Entisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi.

Retensi-P

Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 7 diperoleh hanya perlakuan

jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap retensi- P tanah.

Tabel 6. Tabel Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah

Jenis Tanah Retensi-P Tanah

………...…%...

Ultisol 19,41 c C

Andisol 67,51 a B

Entisol 55,50 b A

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa retensi-P tertinggi terdapat pada tanah

Andisol sebesar 67,51 %, sedangkan retensi-P terendah pada tanah Ultisol sebesar

19,41 %. Pada tanah Entisol retensi-P sebesar 55,50%. Pengaruh jenis tanah

(41)

0

Gambar 7. Gambar Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah.

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa retensi-P tertinggi yaitu pada tanah

Andisol diikuti tanah Entisol dan Ultisol.

Al-P Tanah

Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 9 diperoleh bahwa perlakuan

pupuk berpengaruh nyata terhadap Al-P tanah, sedangkan perlakuan jenis tanah

dan masa inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap Al-P tanah. Interaksi pupuk

dengan jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap Al-P tanah.

Tabel 7. Tabel Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Al-P Tanah

Pupuk Ultisol Andisol Entisol

………..…..ppm………

SP-36 29,5 cd CD 262,94 b B 32,94 c CD

Fosfat Alam 12,03 d D 307,72 c A 43,14 c C

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa Al-P tertinggi pada tanah Andisol sebesar

(42)

pada tanah Ultisol sebesar 12,03 ppm dengan penambahan Fosfat Alam . Interaksi

pupuk dengan jenis tanah terhadap Al-P tanah dapat dilihat pada gambar berikut :

0

Gambar 8. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Al-P Tanah

Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa Al-P tertinggi yaitu pada tanah

Andisol. Penambahan pupuk Fosfat Alam pada tanah Ultisol menyebabkan Al-P

tanah menjadi lebih tinggi dari pada dengan penambahan pupuk SP-36.

Sedangkan tanah Andisol dan Entisol dengan penambahan pupuk Fosfat Alam

(43)

Fe-P Tanah

Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 10 diperoleh bahwa pada semua

perlakuan dan interaksinya berpengaruh sangat nyata kecuali perlakuan pupuk

berpengaruh tidak nyata terhadap Fe-P tanah.

Tabel 8. Tabel Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Fe-P Tanah

Pupuk Ultisol Andisol Entisol

……….…..ppm………

SP-36 25,41 a A 4,58 c C 16,34 b B

Fosfat Alam 17,28 b B 6,64 c C 20,02 b AB

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa Fe-P tertinggi yaitu pada perlakuan

Ultisol sebesar 25,41 ppm dengan penambahan pupuk SP-36 dan yang terendah

sebesar 17,28 ppm dengan penambahan Fosfat Alam. Pada tanah Andisol dan

Entisol Fe-P tanah tertinggi yaitu sebesar 6,64 ppm 20,02 ppm dengan

penambahan Fosfat Alam dan terendah yaitu 4,58 ppm dan 16, 34 ppm dengan

penambahan SP-36. Interaksi pupuk dengan jenis tanah terhadap Fe-P tanah dapat

dilihat pada gambar berikut :

0

(44)

Dari gambar 9 dapat dilihat bahawa Fe-P tanah tertinggi yaitu pada tanah

Ultisol dengan penambahan pupuk SP-36. Penambahan SP-36 menyebabkan Fe-P

tanah menjadi tinggi pada tanah Ultisol tetapi tidak pada tanah Andisol Dan

Entisol. Pada tanah Andisol dan Entisol penambahan pupuk Fosfat Alam

menyebabkan Fe-P lebih tinggi dari pada penambahan pupuk SP-36.

Tabel 9. Tabel Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah

Masa Inkubasi (hari) SP-36 Fosfat Alam

………..…..ppm………

0 17,4 b BC 25,46 a A

5 8,42 c D 9,35 c CD

10 10,91 c CD 8,27 c D

15 25,05 a AB 12,38 bc CD

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Fe-P tanah tertinggi yaitu pada 0 hari

masa inkubasi dengan penambahan pupuk Fosfat Alam yaitu 25,46 ppm. Fe-P

terendah yaitu pada 10 hari masa inkubasi dengan penambahan pupuk Fosfat

Alam yaitu 8,27 ppm. Interaksi pupuk dengan masa inkubasi terhadap Fe-P tanah

dapat dilihat pada tabel berikut :

(45)

Gambar 10. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P tanah

Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa pada 0 hari masa inkubasi Fe-P tanah

dengan penambahan SP-36 dan Fosfat Alam tinggi. Dan mengalami penurunan

pada hari ke 5 dan 10 masa inkubasi, kemudian pada hari ke 15 masa inkubasi

Fe-P tanah kembali meningkat. Fe-Pada 0 hari masa inkubasi Fe-Fe-P tanah dari pupuk

Fosfat Alam labih tinggi dari pada pupuk SP-36 tetapi, pada hari ke15 masa

inkubasi Fe-P tanah dari pupuk SP-36 menjadi lebih tinggi dari pada pupuk Fosfat

Alam.

Tabel 10. Tabel Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah.

Masa Inkubasi (hari) Ultisol Andisol Entisol

………..…..ppm………

0 13,3 b CD 1,8 b H 49,5 a A

5 14,36 d C 5,04 d GH 11,94 c CD

10 15,18 d C 7,75 d DE 3,85 b GH

15 42,55 c B 5,86 c FG 7,75 b FG

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa nila Fe-P tertinggi tanah Ultisol yaitu

pada hari ke-15 masa inkubasi sebesar 42,55 ppm dan terendah pada 0 hari masa

inkubasi yaitu 13,3 ppm. Fe-P tanah tertinggi pada tanah Andisol yaitu pada hari

ke-10 masa inkubasi sebesar 7,75ppm dan terendah pada 0 hari masa inkubasi

sebesar 1,8 ppm. Di tanah Entisol Fe-P tertinggi yaitu pada 0 hari masa inkubasi

sebesar 49,5 ppm sedangkan yang terendah pada hari ke-10 masa inkubasi sebesar

3,85 ppm. Interaksi jenis tanah dengan masa inkubasi dapat dilihat pada gambar

(46)

0

Gambar 11. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah

Dari gambar 11 dapat dilihat bahwa pada masa inkubasi 0 hari Fe-P tanah

Entisol sangat tinggi diikuti tanah Ultisol dan Andisol. Dan pada masa inkubasi 5

hari Fe-P tanah Entisol turun secara drastis sehingga berada dibawah tanah Ultisol

tetapi masih berada di atas tanah Andisol. Pada masa Inkubasi 15 hari Fe-P tanah

Ultisol berada jauh diatas tanah Entisol dan Andisol. Dari gambar dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan dan penurunan kandungan Fe-P tanah di tanah Ultisol,

Andisol dan Entisol.

Ca-P Tanah

Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 12 dapat dilihat bahwa

perlakuan pupuk, jenis tanah dan masa inkubasi berpengaruh sangat nyata .

Interaksi pupuk dengan masa inkubasi berpengaruh nyata . Interaksi jenis tanah

dengan masa inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadar Ca-P tanah.

(47)

Masa Inkubasi (hari) SP-36 Fosfat Alam

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai Ca-P tertinggi yaitu pada Fosfat

Alam dengan masa inkubasi 0 hari sebesar 161,45 ppm. Ca-P tanah terendah yaitu

pada pupuk SP-36 dengan masa inkubasi 10 hari sebesar 85,05 ppm. Interaksi

pupuk dengan masa inkubasi terhadap Ca-P tanah dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 12. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah

Dari gambar 12 dapat dilihat bahwa Ca-P tanah dari pupuk Fosfat Alam

lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk SP-36. Ca-P tanah pada 0 hari masa

inkubasi baik Fosfat Alam maupun SP-36 berada pada puncak maksimum dan

pada hari inkubasi berikutnya mengalami penurunan. Penurunan pada pupuk

SP-36 terjadi sampai masa inkubasi ke 10 hari dan pada hari ke 15 masa inkubasi

(48)

masa inkubasi, pada hari ke 10 dan 15 masa inkubasi Ca-P tanah mengalami

peningkatan.

Tabel 12. Tabel Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah

Masa Inkubasi (hari) Ultiisol Andisol Entisol

………….………..…..ppm………..………

0 23,29 g E 256,08 a A 152,26 d C

5 27,91 g E 142,4 d C 115,7 e D

10 29,73 g E 185,91 c B 98,4 f D

15 33,76 g E 224 b A 103,48 ef D

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa Ca-P tertinggi tanah Ultisol yaitu pada

10 hari masa inkubasi sebesar 33,76 ppm dan yang terendah yaitu pada 0 hari

masa inkubasi sebesar 23,29 ppm. Pada tanah Andisol Ca-P tertinggi yaitu pada

0 hari masa inkubasi sebesar 256,08 ppm dan yang terendah yaitu pada 5 hari

masa inkubasi sebesar 142,4 ppm. Ca-P tertinggi tanah Entisol yaitu pada 0 hari

masa inkubasi sebesar 152,26 ppm dan terendah pada 10 hari masa inkubasi

sebesar 98,4 ppm. Interaksi jenis tanah dengan masa inkubasi dapat dilihat pada

(49)

0

Gambar 13. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah

Dari gambar 13 dapat dilihat bahwa pada tanah Ultisol Ca-P terendah yaitu

pada 0 hari masa inkubasi, Ca-P tanah Ultisol mengalami peningkatan pada setiap

hari masa inkubasi. Pada tanah Andisol Ca-P tanah tertinggi terjadi pada 0 hari

masa inkubasi yang kemudian menurun dan seterusnya meningkat lagi. Untuk

tanah Entisol Ca-P tertinggi yaitu pada 0 hari masa inkubasi dan menurun untuk

(50)

Bentuk P Tanah

Gambar 14. Perubahan Bentuk P Pada Tanah Ultisol

Dari gambar 14 dapat dilihat bahwa pada 0 hari masa inkubasi Al-P tanah

berada pada posisi tertinggi diikuti Al-P, Ca-P, Retensi-P dan Fe-P dengan nilai

P- tersedia rendah. Pada 5 hari masa inkubasi nilai Ca-P menjadi lebih tinggi dan

diikuti Retensi-P, Fe-P dan Ca-P, pada 10 hari masa inkubasi P- tersedia berada

pada kondisi maksimum, Ca-P tanah tetap berada pada posisi tertinggi diikuti

retensi-P, Fe-P, Al-P dan P-tersedia. Pada masa inkubasi 15 hari bentuk P

didominasi oleh Fe-P di ikuti Ca-P, Retensi-P dan Al- P dan nilai P-tersedia

menjadi rendah kembali. Dari gambar dapat dilihat bahwa P- tersedia maksimum

terjadi pada hari ke-15 masa inkubasi. Retensi- P pada tanah Ultisol cendrung

lebih stabil dari 0 hari masa inkubasi sampai dengan hari ke-15 masa inkubasi.

Al-P tanah berada pada kondisi maksimum pada 0 hari masa inkubasi dan pada

hari berikutnya Al-P terus mengalami penurunan. Berbeda dengan Al-P pada Fe-P

(51)

15 hari masa inkubasi. Perubahan P pada tanah Andisol dapat dilihat pada gambar

Gambar 15. Perubahan Benuk P Pada Tanah Andisol

Dari gambar 15 dapat dilihat bahwa P- tersedia tanah sangat rendah sekali,

dimana terjadi peningkatan dan penurunan jumlah P- tersedia pada setiap hari

inkubasi dalam tanah. P-tersedia pada tanah Andisol menglami nilai maksimum

pada hari 10 masa inkubasi. Pada 0 hari masa inkubasi sampai dengan hari

ke-15 masa inkubasi Al-P selalu berada pada nilai yang tertinggi yang diikuti Ca-P

dan retensi–P, sementara nilai Fe-P tidak terlalu menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Pada tanah Andisol Al-P lebih mendominasi dari 0 hari sampai dengan

15 hari masa inkubasi dibandingkan dengan bentuk P yang lain. Al-P pada tanah

Andisol mecapai nilai maksimum pada 0 hari masa inkubasi dan pada hari

berikutnya terus mengalami penurunan sampai pada hari ke-15 masa inkubasi.

Ca-P tanah Andisol berda pada nilai maksimum yaitu pada 0 hari masa inkubasi

dan pada 5 hari masa inkubasi mengalami penurunan dan meningkat kembali

(52)

Andisol retensi-P lebih stabil karena tidak terjadi peningkatan dan penurunan

yang signifikan. Fe-P pada tanah Andisol tidak menunjukan perubahan yang

terlalu signifikan dan cenderung stabil dan berada di bawah bentuk P yang

lainnya. Perubahan bentuk P pada tanah Entisol dapat dilihat pada gambar berikut

:

Gambar 16. Perubahan Bentuk P Pada Tanah Entisol

Dari gambar 16 dapat dilihat bahwa P- tersedia tanah Entisol maksimum

pada hari ke-10 masa inkubasi. Dimana terjadi peningkatan dan penurunan nilai

P- tersedia pada tanah Entisol. Pada 0 hari masa inkubasi nilai Ca- P berada pada

posisi tertinggi dari pada bentuk P lainnya, kemudian diikuti Al-P , Retensi-P dan

Fe-P . Pada hari ke-5 sampai dengan ke-15 masa inkubasi Ca-P berada pada nilai

tertinggi diikuti Retensi-P, Al-P , P-tersedia dan Fe-P . Walaupun terjadi

penurunan dan peningkatan Ca-P pada tanah Entisol berada pada nilai tertinggi

(53)

masa inkubasi . Al-P pada tanah Entisol maksimum pada 0 hari masa inkubasi dan

hari berikutnya mengalami penurunan sampai pada hari ke-10 masa inkubasi dan

meningkat kembali pada hari ke-15 masa inkubasi. Retensi P pada tanah Entisol

mengalami penurunan dan peningkatan pada setiap hari inkubasi, tetapi

keadaannya cendrung lebih stabil. Fe-P pada tanah Entisol maksimum pada 0 hari

masa inkubasi dan untuk hari berikutnya Fe-P mengalami penurunan sampai pada

hari ke-15 masa inkubasi.

Pembahasan

Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk berpengaruh sangat

nyata terhadap P-tersedia dan Ca-P tanah dan berpengaruh nyata terhadap Al-P

tanah. P-tersedia tanah Ultisol dan Entisol lebih tinggi dengan pemberian pupuk

SP-36 dari pada pupuk Fosfat Alam, tetapi pada tanah Andisol pemberian Fosfat

Alam dan SP-36 tidak berbeda nyata dalam meningkatkan P- tersedia tanah.

Perlakuan jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia, pH H2O,

Retensi-P. Masa inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia,

Al-P, Fe-P dan Ca-P, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap Retensi-P

Interaksi jenis tanah dengan pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap

P-tersedia, Al-P, dan Fe-P. Interaksi pupuk dengan waktu inkubasi berpengaruh

sangat nyata terhadap P-tersedia, pH H2O, Fe-P dan berpengaruh nyata terhadap

Ca-P. Berpengaruh tidak nyata terhadap Retensi-P dan Al-P. Interaksi jenis tanah

dengan masa inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia, pH H2O,

(54)

Pada inkubasi 10 hari terlihat perbedaan pH yang nyata (Tabel 5) tanah

Ultisol dan Entisol memiliki pH yang lebih rendah dari tanah Andisol. pH asam

pada tanah Ultisol dan Entisol menyebabkan kelarutan SP-36 lebih cepat dari

pada tanah Andisol sehingga lebih cepat pula dalam penyediaan P. Rendahnya

kandungan P-tersedia Andisol disebabkan karena Andisol mempunyai pH lebih

besar dari tanah Ultisol dan Entisol dan ditambah lagi dengan sifat Andisol yang

memiliki mineral alofan. Mineral alofan memiliki daya retensi tinggi serta

kandungan Al yang tinggi, sehingga P yang ditambahkan ataupun yang ada pada

larutan tanah dapat segera terikat.

P-tersedia tanah tertinggi yaitu pada hari ke- 10 masa inkubasi baik dari

pemberian SP-36 atau Fosfat Alam pada tanah Ultisol, Andisol dan Entisol.

Pemberian pupuk SP-36 lebih besar menyumbangkan P-tersedia dari pada Fosfat

Alam pada 10 hari masa inkubasi. Sedangkan untuk hari berikutnya P-tersedia

dari pupuk SP-36 dan Fosfat Alam tidak berbeda nyata dalam menyumbangkan

unsur P dalam tanah. Setelah mencapai P tersedia tertinggi pada hari ke 10 masa

inkubasi. P-tersedia pada hari berikutnya menjadi semakin kecil, semakin kecilnya

nilai P-tersedia dalam tanah diakibatkan karena P terfiksasi sehingga terbentuk

Al-P dan Fe-P yang sukar larut. Hal ini sesuai dengan Nyakpa, dkk (1988) yang

menyatakan semakin lama P bersentuhan dengan tanah maka semakin banyak

P terfiksasi sehingga terbentuk Al-P dan Fe-P yang sukar larut dan bersifat

occluded (P yang terkepung).

Pemupukan P dapat menurunkan pH H2O pada tanah Ultisol, Andisol dan

Entisol pada tiap hari inkubasi. Penurunan pH pada tanah disebabkan karena pada

(55)

hari sesuai dengan kapasitas lapang. Dengan penyiraman yang dilakukan setiap

hari maka ion H yang ada dalam air akan masuk ke dalam tanah sehingga secara

langsung menjadi penyebab kemasaman tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian

Toisuta (1999) yang menyimpulkan bahwa pengaruh masa inkubasi menurunkan

pH secara kuadratik.

Fe-P pada tanah Ultisol lebih besar dabandingkan Fe-P tanah Andisol dan

Entisol. Hal ini disebabkan karena pada tanaha Ultisol yang masam banyak

terkandung oksida besi dan Aluminium yang memfiksasi unsur P. Menurut

Sanchez (1992) bahwa tanah Ultisol menambat lebih banyak P dalam setiap

satuan kandungan oksida besi. Dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

penambatan yang terjadi pada tanah Ultisol lebih banyak dilakukan oleh oksida

besi. Hal inilah yang menyebabkan Fe-P tanah Ultisol menjadi lebih tinggi dari

pada tanah Andisol dan Entisol. Dari tabel berikut dapat dilihat bentuk P tanah

Ultisol dari yang tertinggi sampai terendah dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi :

Tabel 13. Perubahan bentuk P tanah Ultisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari tertinggi sampai terendah

Masa inkubasi (hari) Bentuk P Tanah Ultisol

0 Al-P > Ca-P > Retensi-P > Fe-P > P-Tersedia

5 Ca-P > Retensi-P > Fe-P > Al-P > P-Tersedia

10 Ca-P > Retensi-P > Fe-P > P-Tersedia > Al-P

15 Fe-P > Ca-P > Retensi-P > Al-P > P-Tersedia

Dari tabel dapat dilihat bahwa terjadi perubahan bentuk P dari 0 sampai 15 hari

masa inkubasi. Dari tabel dapat disimpulakan Fe-P meningkat sejajar dengan

(56)

anorganik yang ada dalam tanah bergantung pada tingkat pelapukan kimianya.

Jika bagian kalsium fosfat berkurang maka bagian besi fosfat akan bertambah.

Pada tanah Andisol Al-P tanah lebih besar dari Ca-P, Retensi-P,

P-tersedia dan Fe-P tanah. Dari tabel berikut dapat dilihat bentuk P tanah Andisol

dari yang tertinggi sampai terendah dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi :

Tabel 14. Perubahan bentuk P tanah Andisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari tertinggi sampai terendah

Masa inkubasi Bentuk P Tanah Andisol

0 Al-P > Ca-P > Retensi-P > P-Tersedia > Fe-P

5 Al-P > Ca-P > Retensi-P > P-Tersedia > Fe-P

10 Al-P > Ca-P > Retensi-P > P-Tersedia > Fe-P

15 Al-P > Ca-P > Retensi-P > P-Tersedia > Fe-P

Al-P tanah Andisol lebih tinggi dari Al-P di Ultisol dan Entisol. Tingginya

kandungan Al-P pada tanah Andisol, disebabkan karena Andisol merupakan tanah

dengan mineral alofan di dalamnya. Alofan dalam susunan kimianya terdiri dari

O2-, OH- , Al3+, dan Si 4+, dimana Al yang terkandung dalam alofan berpotensi

mengikat P sehingga terbentuk Al-P yang lebih tinggi. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan Sanchez (1992) yang menyatakan bahwa dalam keluarga alofan ,

(57)

kandungan oksida aluminium dan rendahnya oksida besi pada andept yang asam.

Alofan juga menyebabkan retensi-P di tanah Andosol lebih tinggi dari pada tanah

Ultisol dan Entisol, Andisol dapat meretensi P > dari 80 %.

Pada tanah Entisol bentuk Ca-P lebih mendominasi dari pada bentuk Al-P

dan Fe-P. Dari tabel berikut dapat dilihat bentuk P tanah Entisol dari yang

tertinggi sampai terendah dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi :

Tabel 14. Perubahan bentuk P tanah Entisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari tertinggi sampai terendah

Masa inkubasi Bentuk P Tanah Entisol

0 Ca-P > Al-P > Retensi-P > Fe-P > P-Tersedia

5 Ca-P > Retensi-P > Al-P > Fe-P > P-Tersedia

10 Ca-P > Retensi-P > Al-P > P-Tersedia > Fe-P

15 Ca-P > Retensi-P > Al-P > Fe-P > P-Tersedia

Dari tabel dapat dilihat Ca-P tanah berada pada nilai tertnggi dari 0 sampai 15 hari

masa inkubasi. Tingginya nilai Ca-P pada tanah Entisol selain dari perlakuan

penambahan pupuk Fosfat Alam yang mengandung Ca, diduga tanah yang

digunakan sebagai objek penelitian kaya akan dolomit. Retno (2002 ) menyatakan

bahwa daerah Aceh Tamiang kaya akan bahan – bahan mineral, antara lain

minyak dan gas bumi, batu gamping, dolomit dan andesit. Hal ini dapat dilihat

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kadar P-Tersedia pada tanah Ultisol, Andisol dan Entisol mencapai

maksimum setelah 10 hari aplikasi pupuk (inkubasi).

2. Pada tanah Ultisol sebelum tersedia P dari pupuk SP-36 dan Fosfat

Alam berada dalam bentuk Fe-P, Ca-P dan Retensi-P setelah tersedia

erubah bentuk menjadi Al-P.

3. Pada tanah Andisol sebelum tersedia P dari pupuk SP-36 dan Fosfat

Alam berada dalam bentuk Al-P, Ca-P dan Retensi-P setelah tersedia

berubah bentuk menjadi Fe-P.

4. Pada tanah Entisol sebelum tersedia P dari pupuk SP-36 dan Fosfat

Alam berada dalam bentuk Ca-P, Retensi-P dan Al-P setelah tersedia

berubah bentuk menjadi Fe-P.

Saran

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bentuk P pada

jenis tanah lainnya.

• Dalam pengambilan sampel tanah sebaiknya di ketahui bagaimana

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1987. Penggunaan Pupuk P. Prosiding Lokakarya BPPP, Departemen Pertanian, Bogor.

Blogpusri,2007. Khasiat Unsur Hara Bagi Tumbuhan. http://pusri.wordpress.com/ category/ home. [1 Oktober 2007]

Buckman, H. O dan N. C. Brady.,1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Buringh, P., 1983. Pengantar Pengkajian Tanah – Tanah Wilayah Tropika. Terjemahan Notohadiprawiro. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Datta, D.S.K., T.K Biswas and C. Charoenchamratcheep, 1990. Phosphorus Requirements and Management For Lowland Rice. Proceeding of a Symposium. International Rice Research Institute

Darmawidjaya, M.I., 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press, Yogyakarta.

Foth,H.D, 1985. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti D.R.Lukiwati,R Trimulatsih. UGM Press, Yogyakarta.

Hanafiah K.A , 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Hardjowigeno, S, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Bogor.

Indranada, H. K., 1985. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.

(60)

Penyediaan Fosfat Bahan Gambut dalam Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Munir, M., 1996. Tanah – Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Malang.

Nordin. 2006. Save Our Borneo. http://www. Soborneo.blogspot.com/profile

[15 Desember 2007].

Retno. S, 2002. Kabupaten Aceh Tamiang. http://www.kompas.kcm.com/home [02 Maret 2004]

Sanchez, A. P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB – Bandung.

Sarief., 1984. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Schulte E.E dan Kelling K.A,1996. Soil And Applied Phosphorus. Understanding Plant Nutrients. University of Winconsin – Systm Board of Reagents and University of Winconsin – Extension, Cooperative Extension, Winconsin.

Sediyarso.M, 1999. Fosfat Alam Sebagai Bahan Baku Dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat, Bogor.

Setiamidjaja, S., 1986. Pupuk Dan Pemupukan. Simplex , Jakarta.

Sinuhaji, E.Y.A., 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk SP-36 dan Lamanya Inkubasi Terhadap Ketersdiaan P Pada PMK Bangun Purba Kab. Mandailing Natal. Skripsi Fakultas Pertanian USU, Medan.

Soil Survey Staff, 2006. Keys to Soils Taxonomy. Tenth Edition. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service

Subagyo, H., N.Suharta dan A.B Siswanto,2000. Tanah – Tanah Pertanian dalam

Tim Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat (ed) Sumber Daya Lahan Indonesia Dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tan. K.H , 2007 . Pendayagunaan Ilmu Tanah Dalam Pengelolaan Sumberdaya Lahan Di Indonesia. Ceramah Ilmiah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tisdale, S.L, W.L Nelson, J.D Beaton,1985. Soil Fertility and Fertilizer. Mac Millan Publishing Company. Inc. America.

(61)

Gambar

Tabel 1. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia
Tabel 2. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia
Gambar 3. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah
Tabel 3. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Dana Pihak Ketiga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pembiayaan Musyarakah, Non Performing Financing

PT merupakan organisasi yang bersifat non-profit sehingga pengukuran kinerjanya juga harus disesuaikan dimana lebih diarahkan bukan hanya hasil akhir tapi juga berdasar

Dengan adanya teknologi komputer maka kita dapat mempermudah segala pekerjaan yang rumit misalnya penerimaan pegawai disuatu perusahaan dapat terselesaikan dengan cepat dan

[r]

1. Merumuskan rencana prongram dan kegiatan ketatausahaan, rumah tangga serta pembinaan, pengembangan dan peningkatan kegiatan pelayanan umum perparkiran sesuai

[r]

If the firm’s average projects have CV NPV ranging from 1.25 to 1.75, would this project be of high, average, or low risk.  With a CV NPV of 2.0, this

Judul Penelitian : Pemanfaatan Daun Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) Pada Pembuatan Permen Karamel Dari Susu. Hasnudi, MS) Ketua Program Studi Peternakan.. Tanggal