• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cendawan dan bahan kimiawi sebagai formula inokulan penginduksi gaharu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cendawan dan bahan kimiawi sebagai formula inokulan penginduksi gaharu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

CENDAWAN DAN BAHAN KIMIAWI SEBAGAI FORMULA

INOKULAN PENGINDUKSI GAHARU

RINA SITI HODIJAH

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

CENDAWAN DAN BAHAN KIMIAWI SEBAGAI FORMULA

INOKULAN PENGINDUKSI GAHARU

RINA SITI HODIJAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains di

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(3)

Judul

: Cendawan dan Bahan Kimiawi Sebagai Formula Inokulan

Penginduksi Gaharu.

Nama

: Rina Siti Hodijah

NIM

:

G34062147

Departemen :

Biologi

Menyetujui :

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Gayuh Rahayu

Dr. Ir. Bonny P.W. Soekarno, MS

NIP. 19580105 198303 2 002 NIP.19620618 198811 1 001

Mengetahui :

Kepala Departemen Biologi

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si

NIP. 19641002 198903 1 002

(4)

ABSTRAK

RINA SITI HODIJAH. Cendawan dan Bahan Kimiawi Sebagai Formula Inokulan Penginduksi Gaharu. Dibimbing oleh GAYUH RAHAYU dan BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh asam salisilat 0,1 mM dan metil jasmonat 0,75 mM terhadap pertumbuhan Acremonium sp. (IPBCC 08.566, IPBCC 07.525) dan

Fusarium sp. (IPBCC 08.568, IPBCC 08.569 dan IPBCC 08.570) pada media laboratorium dan formula inokulan berbentuk pelet. Acremonium sp. atau Fusarium sp. (diam. 5 mm) ditumbuhkan pada media PDA dan dipasangkan dengan lempeng kertas saring (diam. 5 mm) yang mengandung 1 mL asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM. Pengamatan dilakukan terhadap diameter koloni dan jumlah konidia setiap dua hari sampai koloni memenuhi cawan. Senyawa kimia yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan diteliti lebih lanjut sebagai komponen formulasi pelet dan pelet diuji viabilitasnya. Uji viabilitas dilakukan dengan menumbuhkan cendawan berupa pelet pada media PDA. Asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium dan produksi konidia pada semua isolat. Namun asam salisilat 0,1 mM merangsang pembentukan konidia Fusarium IPBCC 08.568 (sebesar 1,005x produksi konidia kontrol). Secara umum Acremonium sp. maupun Fusarium sp. pada pelet dengan penambahan asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM dan 750 mM memiliki viabilitas sebesar 85-95,8% dan tidak berbeda nyata dari kontrol yaitu sebesar 90-96,6%. Sedangkan semua cendawan pada pelet yang diberi asam salisilat 100 mM tidak tumbuh sehingga dianggap tidak viabel.

ABSTRACT

RINA SITI HODIJAH. Fungi and Chemical Substance as bases of Agarwood Induction Agent Formulation. Supervised by GAYUH RAHAYU and BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO.

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang maha berkehendak atas segala sesuatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Cendawan dan Senyawa Kimiawi sebagai Formula Inokulan Penginduksi Gaharu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Gayuh Rahayu dan Bapak Dr. Ir. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MS selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, koreksi, motivasi, dan fasilitas selama penyusunan karya ilmiah ini serta Bapak Ir. Hadisunarso, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak-kakakku dan adik-adikku atas dukungan moril dan materi serta kasih sayang yang tak terhingga; epoy teman seperjuangan; kak Lia atas bimbingan teknisnya; mba Dita, kak Tia, kak Dory, Uni Dezi, mbak Ade, kak Riana, kak Jaka, ibu Emi dan pak Kus atas pengalamannya; sahabat Kerzjakru dan teman-teman Bio 43.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 November 1987 sebagai anak keempat dari enam bersaudara, putri dari pasangan Bapak Ahmad Suhadri dan Ibu Dewi Nurul Fadjar. Pada tahun 2006 Penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bogor dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Mayor Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan memilih Minor Ekonomi Pertanian, Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 1

Alat dan Bahan ... 1

Metode ... 2

Peremajaan biakan Acremonium sp. dan Fusarium sp. ... 2

Pengaruh Metil Jasmonat dan Asam Salisilat terhadap Acremonium sp. dan Fusarium sp. pada PDA ... 2

Formulasi Inokulan ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 3

Pengaruh senyawa kimia terhadap pertumbuhan koloni Acremonium sp. dan Fusarium sp ... 3

Pengaruh senyawa kimia terhadap jumlah konidia Acremonium sp. dan Fusarium sp ... 4

Viabilitas cendawan ... 4

Pembahasan ... 5

Pengaruh asam salisilat dan metil jasmonat terhadap Pertumbuhan Acremonium sp. dan Fusarium sp ... 5

Viabilitas cendawan ... 5

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 6

Saran ... 6

DAFTAR PUSTAKA ... 6

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Isolat Acremonium sp. dan Fusarium sp. yang berpotensi

menginduksi gaharu ... 2 2 Pengaruh asam salisilat 0,1 mM dan metil jasmonat 0,75 mM

pada produksi konidia Acremonium sp. dan Fusarium sp. ... 4

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pengaruh asam salisilat 0,1 mM dan metil jasmonat 0,75 mM

(9)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Gubal gaharu merupakan resin gaharu yang diproduksi oleh pohon gaharu sebagai bentuk pertahanan terhadap suatu gangguan (Dewan Standarisasi Nasional Indonesia 1999). Menurut Nobuchi dan Siripatanadilok (1991), gangguan dapat berupa pemberian pestisida, pelukaan, dan atau infeksi cendawan. Selain pestisida, beberapa senyawa sinyal sekunder seperti metil jasmonat, asam salisilat dan etilen pernah diteliti kemampuannya dalam menginduksi senyawa gaharu. Putri at al.

(2008) menemukan bahwa metil jasmonat pada 750 mM dapat menginduksi pembentukan wangi melati pada pohon gaharu dengan indeks perubahan warna kayu lebih rendah dari Acremonium. Pemberian metil jasmonat 750 mM secara berulang mampu meningkatkan deposit senyawa terpenoid (Hamim et al. 2008). Pemberian asam salisilat dapat menginduksi pembentukan senyawa terpenoid tetapi tidak dapat menginduksi wangi gaharu (Rahayu 2010). Pemberian etilen dalam bentuk etepon mampu menginduksi berbagai wangi kayu namun tidak mampu mengubah warna kayu menjadi lebih baik daripada ketika kayu diinduksi Acremonium sp. (Rahayu et al. 2009a).

Selain bahan kimia, beberapa cendawan telah dilaporkan mampu menginduksi pembentukan gubal gaharu. Rahayu et al. (1999) menyatakan bahwa beberapa isolat Acremonium sp. asal gubal gaharu pada Gyrinops verstegii dan A. malaccensis mampu menginduksi gejala pembentukan gubal pada pohon gaharu (A. crassna, A. malaccensis, A. microcarpa) umur 2 tahun. Santoso (1996) melaporkan bahwa Fusarium oxyporum dan F. lateritium

mampu menginduksi pembentukan gubal gaharu. Selain itu Parman dan Mulyaningsih (2004) melaporkan bahwa Fusarium lateritium terbukti efektif dalam memacu terbentuknya gubal gaharu.

Pada saat ini gubal gaharu alami dengan kualitas baik sudah sulit ditemukan. Upaya peningkatan produksi gubal secara buatan melalui pemberian bahan kimia tunggal atau inokulasi cendawan tunggal belum memperoleh hasil yang memadai. Oleh sebab itu, modifikasi inokulan perlu dilakukan. Artatiah (2005) melaporkan bahwa formulasi Acremonium pada media padat yang dikombinasikan dengan alginat

dan dicelupkan ke dalam CaCl2

menghasilkan batangan pelet yang mudah dibuat, peluang kontaminasi kecil dan memiliki viabilitas yang tinggi. Selain itu komposisi nutrisi media padat yang terdiri dari jagung sebagai sumber karbohidrat dan dedak sebagai sumber protein dan lemak dapat memacu pertumbuhan cendawan (Artatiah 2005). Namun Maryani (2005) menemukan bahwa CaCl2 dapat menekan

perkecambahan konidia. Oleh sebab itu modifikasi pembuatan pelet perlu dilakukan.

Pemberian inokulan ganda (cendawan dan senyawa kimia) berpengaruh terhadap pembentukan gubal. Acremonium

sp. yang dikombinasikan dengan metil jasmonat mampu menginduksi pembentukan gubal dengan mutu yang lebih baik dari perlakuan tunggalnya (Rahayu et al. 2009b). Namun formulasi inokulan tersebut belum tersedia. Oleh sebab itu pengembangan inokulan berbasis campuran senyawa kimia dan cendawan perlu dilakukan. Sebelum formulasi ini dibuat perlu diketahui pengaruh senyawa kimia tersebut terhadap pertumbuhan Acremonium sp. dan Fusarium

sp. penginduksi wangi gaharu. Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh metil jasmonat dan asam salisilat terhadap pertumbuhan Acremonium sp. dan

Fusarium sp. pada media laboratorium dan pada formula inokulan berbentuk pelet.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2010 di Laboratorium Mikologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah laminar air flow, autoklaf, cawan petri, erlenmeyer, mikroskop cahaya, haemacytometer, cork borrer, lempeng kertas saring, pipet mikro, alat pelet, oven dan beberapa peralatan laboratorium lainnya. Bahan yang digunakan adalah biakan Acremonium sp. dan

(10)
[image:10.595.170.407.98.177.2]

2

Tabel 1. Isolat Acremonium dan Fusarium yang berpotensi menginduksi gaharu. Cendawan No Aksesi

Acremonium sp F IPBCC 07.525

Acremonium sp L IPBCC 08.566

Fusarium sp A IPBCC 08.568

Fusarium sp B IPBCC 08.569

Fusarium sp D IPBCC 08.570

Metode

Peremajaan Biakan Acremonium sp. dan Fusarium sp.

Acremonium sp. dan Fusarium sp. diremajakan pada media PDA dan diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Isolat ini digunakan sebagai sumber inokulum untuk pembuatan inokulan.

Pengaruh Metil Jasmonat dan Asam Salisilat terhadap Acremonium sp. dan Fusarium sp.

Sebanyak 1 potong Acremonium sp. atau Fusarium sp. (diameter 5 mm) ditumbuhkan pada media PDA dan dipasangkan dengan lempeng kertas saring (diameter 5 mm) yang mengandung 1 mL metil jasmonat 0,75 mM atau asam salisilat 0,1 mM. Kemudian potongan isolat tersebut diinkubasi pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan (diameter koloni dan jumlah konidia) kedua cendawan tersebut setiap dua hari sampai koloni memenuhi cawan.

Jumlah konidia dihitung menggunakan haemacytometer dengan metode pengenceran. Koloni Acremonium

sp. atau Fusarium sp. dalam media PDA dibilas dengan beberapa ml aquades steril. Kemudian sebanyak 0,1 sampai 0,5 ml air bilasan dipipet dan diletakkan pada lekukan pada tepi kaca tutup haemacytometer. Ruang

haemacytometer dibiarkan sampai cairan terpenuhi secara kapiler. Selanjutnya

haemacytometer diletakkan di atas pentas mikroskop, diamati dengan objek berkekuatan rendah dan dihitung jumlah konidia. Jumlah konidia dihitung setiap dua hari sampai koloni memenuhi cawan pada tingkat pengenceran 106.

Media yang tidak diberi senyawa kimia dan ditumbuhi cendawan saja dijadikan pembanding. Senyawa kimia yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan diteliti lebih lanjut sebagai komponen formulasi pelet.

Formulasi Inokulan dan Uji Viabilitasnya Jagung pecah dimasak dengan perbandingan 1kg jagung : 1 liter air, kemudian ditiriskan. Setelah jagung tiris, jagung dimasukkan ke dalam plastik tahan panas untuk kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Kemudian sepotong biakan Acremonium sp. atau Fusarium sp. diinokulasikan ke media jagung secara aseptik. Kemudian inokulan tersebut diinkubasi pada suhu ruang sampai cendawan memenuhi plastik pada media jagung (± selama 10 hari).

Dedak dicampur dengan air 60% dari bobot total kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Kemudian bahan tersebut dicampur dengan inokulan pada media jagung dan ditambahkan dengan larutan asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM dan dibentuk berupa pelet. Pelet kemudian dikeringkan pada suhu 40oC dan diuji viabilitasnya pada kondisi ruang. Uji viabilitas dilakukan dengan menumbuhkan cendawan berupa pelet pada media PDA. Pada uji viabilitas, setiap 5% pelet dari pembuatan 1kg bahan pelet atau minimal sebanyak 100 pelet dari masing-masing perlakuan ditanam pada media PDA. Viabilitas dihitung berdasarkan:

% Viabilitas cendawan = Jumlah pelet yang menunjukkan pertumbuhan cendawan x 100%. Total jumlah pelet yang diuji

Analisis Data

Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Data hasil pengamatan diameter koloni dan jumlah

(11)

HASIL

Pengaruh senyawa kimia terhadap Acremonium sp. dan Fusarium sp.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

[image:11.595.82.442.92.673.2]

Gambar 1 Pengaruh senyawa kimia asam salisilat (kiri), metil jasmonat (tengah) dan kontrol (kanan): (a) Fusarium sp. IPBCC 08.568, (b) Fusarium sp. IPBCC 08.569, (c)

Fusarium sp. IPBCC 08.570, (d) Acremonium sp. IPBCC 07.525, (e) Acremonium

sp. IPBCC 08.566 yang dipasangkan pada sistem kultur ganda cendawan (1) dan lempeng kertas berbahan kimia (2).

1

2

1 1 2 1

1 2 1 2 1

1 2 1 2 1

1 1 2

2

1 1

1 2 1

2 1

2

1 1 2 1 2 1

(12)

4

Koloni Acremonium sp. dan

Fusarium sp. dapat memenuhi cawan dalam waktu 10 hari. Pemberian asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM pada masing-masing isolat cendawan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

Acremonium sp. dan Fusarium sp.. Hal itu terlihat dari diameter koloni yang bertambah setiap harinya sampai koloni memenuhi cawan (Gambar1).

Pengaruh asam salisilat dan metil jasmonat terhadap jumlah konidia

Asam salisilat 0,1 mM maupun metil jasmonat 0,75 mM tidak mempengaruhi produksi konidia Acremonium sp. (IPBCC 08.566 dan IPBCC 07.525) dan mikrokonidia Fusarium sp. (IPBCC 08.569, dan IPBCC 08.570). Namun asam salisilat 0,1 mM merangsang pembentukan konidia

[image:12.595.109.509.253.328.2]

Fusarium IPBCC 08.568 sebesar 1,005 x produksi konidia kontrol (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh asam salisilat 0,1 mM dan metil-jasmonat 0,75 mM pada produksi konidia

Acremonium sp. dan mikrokonidia Fusarium sp. pada hari ke 10 interaksi. Cendawan Jumlah konidia (x10

6

konidia/ml) Asam Salisilat Metil Jasmonat Kontrol

Acremonium sp. IPBCC 07.525 2.06a 2.04b 2.05ab

Acremonium sp. IPBCC 08.566 2.46a 2.46a 2.46a

Fusarium sp. IPBCC 08.568 2.35a 2.34b 2.34b

Fusarium sp. IPBCC 08.569 2.49a 2.49a 2.49a

Fusarium sp. IPBCC 08.570 2.33a 2.33a 2.33a

*) angka pada baris yang sama yang diikuti dengan huruf yang berbeda, berbeda nyata pada α=0.05

Viabilitas Cendawan

Viabilitas cendawan pada pelet merupakan daya tahan hidup cendawan setelah inkubasi dalam bentuk pelet. Secara umum Acremonium sp. (IPBCC 08.566, IPBCC 07.525) maupun Fusarium sp. (IPBCC 08.568, IPBCC 08.569 dan IPBCC 08.570) pada pelet dengan penambahan asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM dan 750 mM memiliki viabilitas yang tinggi yaitu antara 85-95,8% dan tidak berbeda nyata dari kontrol. Cendawan pada pelet kontrol tanpa penambahan senyawa kimia memiliki viabilitas sebesar 90-96,6%.

Semua cendawan, kecuali

Acremonium sp. IPBCC 07.525, pada pelet

dengan penambahan asam salisilat 0,1 mM atau metil jasmonat 0,75 mM mulai tumbuh pada hari ke-3. Acremonium sp. IPBCC 07.525 pada perlakuan tersebut mulai tumbuh pada hari ke-4 (Gambar 2a). Sedangkan semua cendawan pada pelet kontrol mulai tumbuh pada hari ke-3 (Gambar 2c). Berbeda dengan perlakuan-perlakuan tersebut diatas, cendawan-cendawan pada pelet yang diberi metil jasmonat 750 mM baru tumbuh pada hari ke-7. Sedangkan cendawan-cendawan pada pelet yang diberi asam salisilat 100 mM tidak tumbuh sehingga dianggap tidak viabel (Gambar 2b).

(a)

(b) (c)

[image:12.595.119.504.516.656.2]
(13)

PEMBAHASAN

Pengaruh Asam Salisilat dan Metil Jasmonat terhadap Pertumbuhan Koloni Acremonium sp. dan Fusarium sp.

Asam salisilat 0,1 mM dan metil jasmonat 0,75 mM tidak menghambat pertumbuhan koloni Acremonium sp. (IPBCC 07.525 dan IPBCC 08.566) dan

Fusarium sp. (IPBCC 08.568, IPBCC 08.569, dan IPBCC 08.570). Diameter koloni selalu bertambah sampai koloni memenuhi cawan dan produksi konidianya relatif sama dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa asam salisilat 0,1 mM dan metil jasmonat 0,75 mM aman bagi pertumbuhan miselium cendawan tersebut. Hasil penelitian ini berbeda dari Yao dan Tian (2005) yang menyatakan bahwa asam salisilat 2 mM menghambat pertumbuhan miselium Monilinia fructicola pada PDA. Sedangkan metil jasmonat 0,2 mM agak menghambat pertumbuhan miselium dan perkecambahan spora pada M. fructicola

(Yao dan Tian 2005).

Aktivitas penghambatan bahan kimia terhadap pertumbuhan cendawan telah dilaporkan oleh banyak peneliti. Mills et al.

(2004) melaporkan bahwa sodium metabisulfite dan propyl-paraben pada konsentrasi 0,002 mM, 0,02 mM dan 0,2 mM menghambat pertumbuhan miselium dan perkecambahan spora Alternaria alternata, Botrytis cinerea, Fusarium solani

var. coeruleum, Phytophthora erythroseptica, P. infestans, Verticillium albo-atrum, and V. dahliae. Sodium benzoat, sodium metabisulfat, potassium sorbat dan trisodium fosfat pada konsentrasi 0,2 mM dapat menghambat pertumbuhan miselium dan perkecambahan spora Fusarium sambucinum (Mecteau et al. 2002). Gramaje

et al. (2009) melaporkan bahwa penggunaan azoxystrobin, carbendazim, flusilazole, imazalil, prochloraz dan tebuconazole dengan konsentrasi masing-masing 0,1 ppm pada fungisida dapat menghambat pertumbuhan miselium Phaeomoniella Chlamydospora.

Asam salisilat 0,1 mM maupun metil jasmonat 0,75 mM tidak mempengaruhi produksi konidia Acremonium sp. (IPBCC 08.566 dan IPBCC 07.525) dan mikrokonidia Fusarium sp. (IPBCC 08.569, dan IPBCC 08.570). Namun asam salisilat 0,1 mM merangsang pembentukan konidia

Fusarium IPBCC 08.568 (sebesar 1,005 kali produksi konidia kontrol). Sebaliknya

Charoenporn (2010) melaporkan bahwa ekstrak Chaetomium globosum N0802 dengan heksan (157 µg/ml) menghambat produksi konidia Fusarium oxysporum f. sp.

lycopersici.

Pada penelitian sebelumnya asam salisilat 100 mM terbukti mampu menginduksi gaharu yang ditandai dengan perubahan warna kayu tanpa membuat kerapuhan pada kayu (Rahayu 2010) dan metil jasmonat 750 mM juga mampu menginduksi terbentuknya senyawa terpenoid pada gaharu (Putri et al. 2008). Konsentrasi ini 1000 kali dari konsentrasi yang digunakan di laboratorium. Jerald (1992) menyatakan bahwa pestisida yang dipergunakan di pertanaman jagung, kedelai, kapas, gandum dan sorgum efektif digunakan dengan konsentrasi 1000 x (1000 g/l) dari konsentrasi uji laboratorium (1g/l). Selain itu Jerald (1992) juga melaporkan bahwa herbisida efektif dipergunakan di lahan irigasi pada konsentrasi 5 mg/l berdasarkan hasil penelitian di laboratorium yang menggunakan herbisida dengan konsentrasi 0,005 mg/l.

Yang et al. (1997) melaporkan bahwa pemberian asam salisilat dan metil jasmonat dengan konsentrasi tertentu dapat mengaktivasi respon pertahanan tanaman terhadap serangan patogen dan juga berperan dalam transduksi sinyal gen

Pathogenesis-Related (PR) pada Systemic Acquired Resistance (SAR) tanaman terhadap serangan patogen. Selain itu metil jasmonat 0,75 mM merupakan senyawa sinyal (Michiho 2005) dan dapat merangsang pembentukan senyawa fitoaleksin pada kultur sel gaharu, sehingga pembentukan senyawa fitoaleksin tersebut dapat menghambat atau bahkan membunuh cendawan (Franceschi et al. 2002).

Viabilitas Cendawan

Secara umum cendawan baik

(14)

metil jasmonat 0,75 mM mulai tumbuh pada hari ke-3. Acremonium sp. IPBCC 07.525 pada perlakuan tersebut mulai tumbuh pada hari ke-4. Sedangkan semua cendawan pada pelet kontrol mulai tumbuh pada hari ke-3. Berbeda dengan perlakuan-perlakuan tersebut diatas, cendawan-cendawan pada pelet yang diberi metil jasmonat 750 mM baru tumbuh pada hari ke-7. Sedangkan cendawan-cendawan pada pelet yang diberi asam salisilat 100 mM tidak tumbuh sehingga dianggap tidak viabel. Artatiah (2005) melaporkan bahwa pertumbuhan

Acremonium sp. pada pelet mulai terlihat pada hari ke-3 setelah pelet ditanam di media PDA. Cendawan pada pelet asal media padat memiliki viabilitas yang baik, menghasilkan spora yang lebih toleran terhadap kekeringan dan lebih viabel bila diformulasikan dalam bentuk kering (Artatiah 2005).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Asam salisilat 0,1 mM dan metil jasmonat 0,75 mM tidak menghambat pertumbuhan koloni dan produksi konidia

Acremonium sp. dan mikrokonidia Fusarium

sp. asal gaharu. Viabilitas cendawan pada pelet dengan penambahan asam salisilat 0,1 mM maupun metil jasmonat 0,75 mM dan 750 mM pada Acremonium sp. atau

Fusarium sp. berkisar antara 85-95,8% dan pelet kontrol tanpa penambahan senyawa kimia sebesar 90-96,6%. Sedangkan cendawan pada pelet dengan penambahan asam salisilat 100 mM tidak viabel.

Saran

Viabilitas cendawan perlu diuji pada pelet yang telah disimpan lebih dari tiga bulan. Selain itu efektifitas pelet dalam menginduksi pembentukan gubal gaharu in planta perlu diuji.

DAFTAR PUSTAKA

Artatiah H. 2005. Formulasi Acremonium

Penginduksi Gubal Gaharu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Charoenporn C. 2010. Evaluation of bio-agent formulations to control Fusarium

wilt of tomato. AJB 9(36): 5836-5844.

Dewan Standarisasi Nasional Indonesia. 1999. SNI 01/5009. 1-1999 Gaharu. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Franceschi Vr, Trygve K, Erik C. 2002.

Application of methyl jasmonate on

Picea abies stem induces defense related in phloem and xylem. AJB

89:578-586.

Gramaje D, Aroca A, Raposo R, Garcı ´a-Jime´nez J, Armengol J. 2009. Evaluation of Fungicides to Control Petri Disease Pathogens in the Grapevine Propagation Process. Spain: Crop Protection.

Hamim, Rahayu G dan Rosita R. 2008. Efektivitas Pemberian Metil Jasmonat secara Berulang dalam Meningkatkan Deposit Senyawa Terpenoid Pohon Gaharu (Aquilaria crassna). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional I Gaharu, Menuju Produksi Gaharu secara Lestari di Indonesia. Bogor, 12 November 2009.

Jerald L. 1992. Fate of Pesticides and Chemicals in The Environment. New York: John Willey and Sons, Inc. Maryani N. 2005. Respon Acremonium spp.

Asal Gaharu Terhadap Alginat dan CaCl2 [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Mecteau R, Arul J, Tweddell R. 2002. Effect of organic and inorganic salts on the growth and development of Fusarium sambucinum, a causal agent of potato dry rot. Mycol Res 106: 688-696.

Michiho I. 2005. Induction of sesquiterpenoid production by Methyl Jasmonate in Aquilaria sinensis cell suspension culture. Essential Oil Res

http//www.findarticles.com [16 Juni 2010].

Mills A, Platt H, Hurta R. 2004. Effect of salt compounds on mycelial growth, sporulation and spore germination of various potato pathogens. Postharvest Biol Technol 34: 341-352.

Nobuchi T, Siripatanadilok S. 1991. Preliminary observation of Aquilaria crassna wood asosiated with the formation of Aloewood. Bull Kyoto Univ 63: 226-235.

(15)

7

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Putri AL, Gayuh R, Juliarni. 2008. Induksi

pembentukan senyawa terpenoid pada pohon gaharu (Aquilaria crassna) dengan Acremonium sp. dan metil jasmonat. Enviagro 2: 23-28.

Rahayu G, Isnaeni Y, Umboh MIJ. 1999. Potensi beberapa hifomiset dalam induksi gejala pembentukan gubal gaharu. Makalah Seminar Kongres Nasional Ke XV dan Seminar Ilmiah PFI: Purwokerto,16-18 September 1999. Purwokerto: Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Hlm: 1-6.

Rahayu G, Santoso E dan Widyastuti FR. 2009a. Efektivitas Etilen dalam Menginduksi Pembentukan Senyawa Terpenoid pada Pohon Gaharu (Aquilaria microcarpa). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional I Gaharu, Menuju Produksi Gaharu secara Lestari di Indonesia. Bogor, 12 November 2009.

Rahayu G, Santoso E dan Yunita L. 2009b. Interaksi Acremonium sp. dan Metil Jasmonat dalam Peningkatan Mutu Gaharu Asal Aquilaria microcarpa.

Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Fitopatologi Indonesia ke XX. Makassar, 4-7 Agustus 2009. Rahayu G. 2010. Modification of Wood

Characteristic of Aquilaria crassna by Application of Salicylic Acid in Comparison to Acremonium

Inoculation. Paper presented in the 2010 Meeting of the Association for Tropical Biology and Conservation. Bali, 19-23 July 2010.

Santoso E. 1996. Pembentukan Gaharu dengan cara inokulasi. Makalah diskusi hasil penelitian dalam menunjang pemanfaatan hutan yang lestari; Bogor, 11-12 Maret 1996. Bogor: Badan Litbang Kehutanan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Hlm: 1-3. Yang Y, Shah J, Klessig DF. 1997. Signal

perception and transduction in plant defense response. Genes Dev 11: 1621-1639.

Yao H, Tian S. 2005. Effects of pre-and post-harvest application of salicylic acid or methyl jasmonate on inducing disease resistance of sweet cherry fruit in storage. Postharvest Biol.Technol

35:253–262.

(16)
(17)

Lampiran 1 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan.

I. Sidik ragam jumlah konidia Acremonium sp. IPBCC 07.525 Sumber

Keragaman

Derajat bebas (db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT) F-hitung P Hitung

Perlakuan 2 0,0003 0,0001 0,0370 < ,0001

Galat 6 0,0001 0,0000

Total 8 0,0004

II. Sidik ragam jumlah konidia Acremonium sp. IPBCC 08.566 Sumber

Keragaman

Derajat bebas (db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT) F-hitung P Hitung

Perlakuan 2 0,0001 0,0000 0,2963 < ,0001

Galat 6 0,0001 0,0000

Total 8 0,0002

III.Sidik ragam jumlah konidia Fusarium sp. IPBCC 08.568 Sumber

Keragaman

Derajat bebas (db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT) F-hitung P Hitung

Perlakuan 2 0,0002 0,0000 0,0270 < ,0001

Galat 6 0,0000 0,0000

Total 8 0,0002

IV.Sidik ragam jumlah konidia Fusarium sp. IPBCC 08.569 Sumber

Keragaman

Derajat bebas (db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT) F-hitung P Hitung

Perlakuan 2 0,0000 0,0000 0,7290 < ,0001

Galat 6 0,0002 0,0000

Total 8 0,0002

V. Sidik ragam jumlah konidia Fusarium sp. IPBCC 08.570 Sumber

Keragaman

Derajat bebas (db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah

(KT) F-hitung P Hitung

Perlakuan 2 0,0000 0,0000 0,7290 < ,0001

Galat 6 0,0002 0,0000

Gambar

Tabel 1. Isolat Acremonium dan Fusarium yang berpotensi menginduksi gaharu.
Gambar 1  Pengaruh senyawa kimia asam salisilat (kiri), metil jasmonat (tengah) dan kontrol                    (kanan): (a) Fusarium sp
Tabel 2 Pengaruh asam salisilat 0,1 mM dan metil-jasmonat 0,75 mM pada produksi konidia Acremonium sp

Referensi

Dokumen terkait

dapat menghasilkan budaya pelayanan dapat menghasilkan budaya pelayanan kesehatan yg baik dan juga didukung oleh kesehatan yg baik dan juga didukung oleh kesehatan yg baik dan

‘I don’t like this.’ ‘Leave this to me.’ He called to Ivzid, ‘What are you planning?’ Ivzid looked away primly.. ‘Come on, I know a Chelonian can never resist the chance

Untuk melaksanakan perbaikan kerusakan pada baling-baling tersebut kapal harus masuk dok, biasanya dilaksanakan pada waktu docking tahunan, tapi pada kasus daun

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui metode yang di gunakan guru dalam membimbing siswa membaca Al-Qur’an kelas VII reguler di MTs Al-Huda Bandung

Perubahan perilaku pelanggan mendorong PT Rabbani Hypnofashion untuk merubah platform perusahaan ke pemasaran dengan menggunakan banyak model untuk memenangkan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Sistem dan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis secara

Metode yang digunakan yakni Metode Penelitian Kuantitatif dengan mendapatkan data dari responden dengan memberikan kuisioner dan data dari instansi terkait (PDAM,