• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII, Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII, Palembang"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG

HARDA RAMADHAN SYAH

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Harda Ramadhan Syah

(3)

ABSTRAK

HARDA RAMADHAN SYAH. Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS

PTPN VII adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan Indonesia yang menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII dan Menganalisis penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR dengan menggunakan metode CRP. Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep pull system. Berdasarkan metode CRP diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR pada pengolahan karet unit usaha Tebenan PTPN VII masih dapat diminimalkan karena perbandingan peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766 ton/tahun dengan peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun memiliki selisih bahan baku sebesar 166 ton. Dengan kapasitas total yang 13.600 ton/tahun, keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan biaya operasional untuk mengurangi beban.

Kata kunci : peramalan bahan baku, perencanaan kapasitas, pull system

ABSTRACT

HARDA RAMADHAN SYAH. Application Analysis of Integrated Production Systems On Rubber Processing Business Unit SIR Tebenan PT. PTPN VII, Palembang. Supervised by H. MUSA HUBEIS

PTPN VII is one of the State-Owned Enterprises (SOE) sector Indonesian plantation which carries on business in the field of agribusiness and agro-industries The purpose of this study identify the production system on rubber processing SIR Business Unit Tebenan PTPN VII and analyze the application of rubber processing capacity planning system SIR using CRP. Production system be applicable by PTPN VII has make to stock strategy. This strategy is used as raw material available for the manufacturing process can not be predicted. This makes the production system PTPN VII established the concept of a pull system. CRP obtained by the method that the system capacity in the processing of raw materials SIR rubber business unit Tebenan PTPN VII still be minimized because the ratio of raw material forecasting company produces 13 766 tonnes / year with winter forecasting method produces 13.600ton/tahun has a difference of 166 tons of raw materials. With a total capacity of 13,600 tons / year, load balancing and capacity of raw materials result in operating costs to reduce the burden.

(4)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PRODUKSI TERPADU

PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG

Harda Ramadhan Syah

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Program Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Proposal : Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII, Palembang

Nama : Harda Ramadhan Syah NIM : H24114075

Disetujui oleh

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan

judul ”Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet

SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang”.

Skripsi ini merupakan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan lapang di PT. Perkebunan Nusantara VII dengan waktu kurang lebih tiga (3) bulan.

Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat memberikan kontribusi positif dan menimbulkan sikap kritis kepada para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka mengharapkan saran dan kritik, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Penelitian Terdahulu yang Relevan 6

METODE 7

Kerangka Pemikiran Penelitian 7

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Pengumpulan Data 8

Pengolahan dan Analisis Data 8

Metode Peramalan Time Series 8

Capacity Requirement Planning (CRP) 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Gambaran Umum Perusahaan 10

Sejarah Perusahaan 10

Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan 10

Struktur Organisasi 11

Lokasi dan Tata Letak Pabrik 11

Jenis Produk 12

Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII 12

Analisis Proses Produksi 13

Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP) 17

Implikasi Manajerial 22

SIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 23

(8)

DAFTAR TABEL

1. Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan 16 2. Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013 17 3. Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013 18 4. Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013 19

DAFTAR GAMBAR

1. Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia 1 2. Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia 2

3. Kerangka pemikiran penelitian 7

4. Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII 12

5. Proses produksi karet SIR di PTPN VII 13

6. Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII 14

7. Pola data bahan baku SIR 15

8. Pola data bahan baku SIR 2013 16

9. Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter 21 10. Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur organisasi PTPN VII 25

2. Standard Indonesian Rubber (SIR) PTPN VII 26

3. Penjabaran produksi lateks unit usaha Tebenan PTPN VII tahun 2011-2012 27 4. Hasil perbandingan peramalan bahan baku lateks SIR metode perusahaan

dengan metode winter 28

5. Hasil perhitungan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013 29 6. Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan

baku

SIR metode winter tahun 2013 31

7. Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku

SIR perusahaan tahun 2013 33

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Menurut data yang telah diolah oleh BPS, beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia adalah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, gula dan lainnya. Kelapa sawit, karet, kopi dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan menurut data yang telah diolah oleh Departemen Pertanian (Deptan) , pertumbuhan yang pesat dari keempat (4) komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan komoditas dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut. Berikut ini gambar perkembangan produksi dan luas areal perkebunan di Indonesia yang dimuat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1 Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia (BPS, 2011)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Jan-Agst 2010 Jan-Agst 2011

Sawit

Karet

Kopi

(10)

Gambar 2 Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia (Deptan, 2008) Saat ini penerapan sistem produksi merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena perusahaan berskala kecil, maupun besar memiliki permasalahan yang sama. Sistem produksi terpadu merupakan sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan mutu, biaya dan waktu penyerahan sebaik mungkin. Sistem produksi ini mengedepankan suatu penghematan dalam segala hal untuk memperkecil pemborosan (waste). Pemborosan-pemborosan ini biasanya datang dari berbagai kegiatan produksi yang tidak menghasilkan nilai tambah, atau nilai guna pada barang yang diproduksi seperti biaya penyimpanan, transportasi ke gudang, perbaikan (rework) dan kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan biaya tambahan pada kegiatan produksi.

(11)

Rumusan Masalah

Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin. Namun untuk mencapai hal tersebut banyak kendala-kendala yang dihadapi perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif, maka perusahaan harus menggunakan metode yang tepat dalam menjalankan kegiatan produksinya. Kesuksesan suatu sistem produksi adalah dilihat pada kemampuanya untuk mengendalikan aliran bahan yang tepat, disuatu tempat yang tepat, pada saat yang tepat untuk memenuhi jadwal produksi, menekan persediaan seminimum mungkin, menjaga tingkat pembebanan atas pekerjaan dan mesin, serta akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang optimum . Salah satu metode perencanaan kapasitas adalah metode CRP. Sistem CRP mampu memberikan indikasi apabila tidak terjadi keseimbangan antara persediaan dan kemampuan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII.

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII.

2. Menganalisis penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR dengan menggunakan metode CRP.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat berikut : a. Bagi Penulis

1) Menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan pada lapangan kerja sesungguhnya.

2) Menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang penerapan sistem produksi terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan PTPN VII.

b. Bagi Perusahaan

1) Memberikan masukan dalam membantu perusahaan untuk mengoptimalkan efektifitas penerapan sistem produksi terpadu pada pengolahan karet SIR.

2) Sebagai pengembangan, atau media promosi PTPN VII di lingkungan kampus, atau pendidikan.

Ruang Lingkup Penelitian

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Produksi dan Operasi

Menurut Handoko (1997), manajemen produksi dan operasi (MPO) merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa. Para manajer produksi dan operasi mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output) dalam jumlah, mutu, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Menurut Assauri (2008), proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan, atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana). Komponen atau unsur struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi dan tanah. Sedangkan komponen, atau unsur fungsional seperti supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang berkaitan dengan manajemen dan organisasi.

Menurut Handoko (1997), berbagai kegiatan yang dilaksanakan para spesialis perencanaan dan pengawasan produksi pada umumnya dapat dirinci sebagai berikut :

1. Berpartisipasi dalam penyusunan jadwal produksi induk dan realistis atas dasar kapasitas tersedia.

2. Berpartisipasi dalam perencanaan bahan baku dan tenaga kerja untuk menerima jadwal proses produksi.

3. Menerima pesanan-pesanan untuk memproduksi produk-produk.

4. Menentukan kebutuhan-kebutuhan bahan mentah untuk komponen-komponen yang diproduksi.

5. Menentukan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk proses produksi.

6. Mempersiapkan perintah-perintah produksi yang mengarahkan pelaksanaan operasi-operasi.

7. Menyusun jadwal-jadwal untuk pelaksanaan operasi-operasi pada mesin-mesin tertentu.

8. Menjamin bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia dalam jumlah dan pada waktu yang tepat pula sesuai perintah yang diumumkan.

9. Membantu dalam pemecahan masalah-masalah yang mengakibatkan penundaan-penundaan produksi.

10. Menerima laporan-laporan tentang pekerjaan yang telah diselesaikan dan membandingkannya dengan apa yang telah dijadwalkan.

(13)

12. Merevisi rencana-rencana, bila rencana-rencana semula tidak dapat dilaksanakan dan bila ada perubahan-perubahan ukuran suatu pesanan, atau hari penyelesaian yang disyaratkan.

Sistem Produksi

Menurut Assauri (2008), Sistem produksi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran. Menurut Ishak (2010), sistem produksi mengombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi, komponen-komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal dan lainnya, dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir yang sama.

Proses Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda, atau menciptakan benda baru, sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Menurut Heizer dan Render (2004), produksi adalah aktifitas yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya perubahan input menjadi output.

Assauri (2008), menyatakan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan, atau proses mentraformasikan masukan (input) menjadi luaran (output). Menurut Handoko (2008) produksi dan operasi adalah pengelolaan secara optimal penggunaan input atau faktor produksi (tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya) dalam proses transformasi menjadi berbagai produk atau jasa.

Peramalan

Menurut Gaspersz (2001), pada dasarnya manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk mengetahui dan menyadari semua permintaan produk ini. Menurut Heizer dan Render (2006) peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Menurut Harding (1999), peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk periode yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan menggunakan softwere Minitab teknik winter dan moving average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD, MSE dan MAPE.

Perencanaan Jadwal Induk Produksi

(14)

Perencanaan Kapasitas

Menurut Gaspersz (2001), perencanaan kapasitas adalah mengukur kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya yang tersedia. Menurut Handoko (1997), perencanaan kapasitas adalah berusaha mengatur secara bersama kapasitas dari pusat kerja untuk mencapai suatu aliran yang seimbang.

Menurut Assauri (2008), pada dasarnya dalam sistem CRP terdapat tiga alternatif teknik perencanaan produksi, yaitu :

1. Level method adalah mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang bervariasi untuk mengakumulasi

output apabila terjadi kelebihan permintaan total.

2. Chase strategy adalah metode perencanaan produksi yang mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi bervariasi mengikuti permintaan total.

3. Compromise strategy adalah kompromi antara kedua metode perencanaan produksi level method dan chase strategy.

Menurut Ishak (2010), terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan apabila menggunakan CRP, yaitu :

Keuntungan dari CRP :

1. Memberikan informasi dari ketidakseimbangan kapasitas dan beban 2. Mengkonfirmasi kapasitas pada periode waktu tertentu

3. Mempertimbangkan untuk menyesuaikan kapasitas dan beban Kelemahan dari CRP :

1. Hanya dapat diterapkan terutama dalam strategi make to stock

2. Tidak mampu memberikan informasi terperinci yang tepat dalam periode harian (day-to-day) sehingga keputusan jangka pendek menjadi sulit diambil secara tepat.

3. Tidak menunjukkan secara jelas pengaruh perbaikan kepada master production schedule terhadap keseimbangan yang dicapai.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Hutajulu (2010), melakukan penelitian tentang kajian peramalan permintaan dan perencanaan optimasi produksi semen pada plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Parameter-parameter yang mempengaruhi proses perencanaan optimasi produksi adalah jumlah permintaan, jam tenaga kerja langsung, kapasitas gudang dan kecepatan produksi.

Naibaho (2009), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan produksi agregat di PT Wiska. Faktor-faktor yang menjadi sorotan pada laporannya adalah faktor yang mempengaruhi perencanaan produksi, waktu produksi dan kebijakan perusahaan terhadap tingkat persediaan tiap periode.

(15)

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Umumnya dari sekian banyak perusahaan pastinya ingin mendapatkan keuntungan optimal. Dalam hal ini, banyak perusahaan mengalami kendala pada proses produksinya, sehingga tidak dapat mencapai keuntungan optimalImplementasi sistem produksi terpadu pada pengolahan karet didukung oleh faktor-faktor beserta berbagai unsur yang berkaitan dengan sistem produksi di perusahaan.

Sistem produksi terpadu merupakan suatu sistem yang saling terkait dan berhubungan. Analisis Capacity Requirement Planning membuat kesesuaian antara kapasitas produksi dengan bahan baku yang dimiliki, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Sebagai ilustrasi, pada Gambar 3 disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini.

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII yang beralamat di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang, Palembang, Sumatera Selatan dengan waktu ± 3 bulan (Mei sama Juli 2013).

Sistem Produksi Pengolahan Karet Unit Usaha Tebenan PTPN VII :

Proses Produksi

Push System

Sistem CRP

 Jadwal Induk Produksi

 Kapasitas Produksi

 Waktu Pengolahan

Peramalan Time

Series untuk Jadwal Induk Produksi

Analisis CRP Teknik Level Method

Efisiensi Penjadwalan Produksi

(16)

Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara dengan bagian produksi dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari data dokumen perusahaan yang telah ada.

Data dalam penelitian berupa :

1. Data gambaran umum perusahaan seperti sejarah, lokasi, visi dan misi, struktur organisasi dan proses produksi.

2. Laporan bulanan perusahaan dari bagian production planning control (PPC) dan logistic departement.

Pengumpulan data berupa kegiatan survei lapangan, wawancara, dokumentasi dan penelitian pustaka. Tahapan dalam pengumpulan data dilakukan berikut :

1. Studi Literatur

Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan cara membaca dan mempelajari buku literatur, serta sumber-sumber yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak bersangkutan, diantaranya pihak produksi, akuntasi dan pemasaran.

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data Peramalan

Pengolahan dan analisis data kuantitatif untuk peramalan bahan baku SIR dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14 teknik

winter dan moving average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD, MSE dan MAPE.

Metode Peramalan Time Series

Penelitian ini menggunakan metode peramalan time series. Menurut Baroto (2002), metode peramalan time series terdiri dari beberapa metode. Untuk menggunakan time series perlu diketahui beberapa asumsi penting, yaitu adanya ketergantungan kejadian masa datang terhadap masa sebelumnya dan aktivitas masa depan mengikuti pola yang terjadi di masa lalu. Proses analisis time series

memperlakukan data asli sebagai produk dari komponen-komponen, yaitu data tahunan merupakan produk dari fluktuasi tren, siklus, musiman dan fluktuasi tidak tentu, yang dinyatakan sebagai berikut :

(17)

Y= nilai sebenarnya T = trend sekuler C = pergerakan siklus S = fluktuasi musiman I = variasi tak beraturan

Penilaian terhadap akurasi hasil peramalan dapat dilakukan dengan mengamati besarnya selisih nilai aktual pengamatan dengan nilai estimasi dari peramalan. Nilai residual atau error adalah perbedaan antara nilai aktual dengan hasil peramalan. Terdapat tiga jenis penilaian terhadap akurasi peramalan, yakni MSE, MAD dan MAPE. Berdasarkan semua metode yang digunakan tersebut dipilih metode yang paling sesuai dengan pola data yang terdapat pada perusahaan berdasarkan kriteria nilai MSE, MAD dan MAPE terkecil.

Formulasi peramalan berdasarkan pola data yang sesuai : 1) Metode winter

= α

= β

= ……….(2)

dimana :

= nilai pemulusan baru

α = konstanta pemulusan data (0 < α < 1)

= pengamatan baru atau nilai aktual dari deret periode t β = konstanta pemulusan untuk estimasi tren (0 < β < 1)

= estimasi tren

P = periode yang diramalkan kedepan

= ramalan p periode kedepan

Capacity Requirement Planning (CRP)

Langkah-langkah perhitungan dalam menganalisis data dengan sistem CRP adalah sebagai berikut :

(18)

2. Menghitung kapasitas adalah perhitungan pusat kerja yang ditentukan berdasarkan sumber daya mesin atau manusia dan faktor-faktor jam operasi yang dijadwalkan dalam suatu periode waktu.

3. Menyeimbangkan kapasitas dan beban adalah perhitungan yang menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban, dengan cara salah satu dari kapasitas atau beban harus disesuaikan kembali untuk memperoleh jadwal yang seimbang. Sekaligus mengindentifikasi apakah terjadi

overloads atau underloads.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

PTPN VII merupakan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam sektor perkebunan, yaitu penghasil karet alam dengan jenis produk RSS dan SIR. PT. Perkebunan Nusantara VII berkomitmen tangguh dengan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan mutu produk untuk memenuhi kepuasaan pelanggan.

Karet alam yang dihasilkan PTPN VII mempunyai karakter global, yaitu perusahaan berkelas dunia, proses bisnis dan kinerja prima dan menghasilkan produk berstandar internasional. Tujuan pasar yang dituju oleh PTPN VII adalah 27 % pasar dalam negeri dan 73 % mancanegara.

Sejarah Perusahaan

PTPN VII dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 40 tanggal 11 Maret 1996. PTPN VII berkantor pusat di Bandar Lampung. PT. Perkebunan Nusantara VII merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan X, PT. Perkebunan XXXI, Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XI di kabupaten Lahat dan Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XXIII di Provinsi Bengkulu.

PTPN VII memiliki komoditas yang diusahakan seperti karet, kelapa sawit, teh dan gula. Produk yang dihasilkan merupakan karet alam (SIR dan RSS),

Crude Palm Oil (CPO), inti sawit, teh hitam, gula putih dan tetes. Jaringan distribusi meliputi tiga provinsi sebagai wilayah usaha yaitu Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Wilayah usaha tersebut terdiri dari 27 unit usaha yang tergabung menjadi lima (5) distrik, yang didukung oleh 16.219 tenaga kerja organik. Wilayah distrik tersebut yakni distrik Bengkulu, distrik Banyuasin, distrik Muara Enim, distrik Way Sekampung dan distrik Way Seputih. Luas areal tanaman karet yang diusahakan PTPN VII, yaitu 55.617 ha yang terdiri dari areal inti 34.918 Ha dan areal plasma 20.699 Ha.

Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan

(19)

mewujudkan visi tersebut, PTPN VII memiliki lima (5) misi, yaitu (1) Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh dan tebu dengan menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan efektif, serta ramah lingkungan; (2) Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti (karet, kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbaru; (3) Mengembangkan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi; (4) Membangun tata kelola usaha yang efektif; (5) Memelihara keseimbangan kepentingan stakeholders untuk mewujudkan daya saing guna menumbuh-kembangkan perusahaan.

Kebijakan mutu perusahaan yang diterapkan, secara rutin ditinjau untuk menjamin kualitas produksi karet yang diisyaratkan dalam Sistem Manajamen Mutu (SMM) ISO 9001. PTPN VII juga mengaplikasikan sistem manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14001. Selain itu, PTPN VII juga sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya di seluruh pabrik dengan menerapkan Sistem Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sesuai OHSAS 18001. Dimana semuaa tools sistem manajemen tersebut akan diintegrasikan ke dalam Sistem Manajemen Terpadu PTPN VII.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PTPN VII merupakan struktur organisasi garis (Lampiran 1). Wilayah kerja PTPN VII tersebar di tiga (3) provinsi yang terdiri atas lima (5) distrik dengan 27 unit usaha. Masing-masing distrik dikepalai manajer distrik dan masing-masing unit usaha dikepalai manajer unit usaha. Secara struktural direksi membawahi manajer distrik dan manajer unit usaha. Organisasi di kantor pusat terdiri atas 15 bagian yang masing-masing dikepalai seorang manajer.

Lokasi dan Tata Letak Pabrik

PTPN VII saat ini memilki 12 buah pabrik karet yang terdiri dari empat (4) unit pabrik karet RSS dan delapan (8) unit pabrik karet SIR, serta satu buah kantor head office dari perusahaan. Kedua belas pabrik dan kantor pusat tersebut masing-masing berlokasi sebagai berikut :

1. Kantor pusat (Head Office), jalan Teuku Umar No. 300, Bandar Lampung 2. Dua (2) unit usaha karet RSS dan empat (4) unit usaha karet SIR, Lampung 3. Satu (1) unit usaha karet RSS dan tiga (3) unit usaha karet SIR, Sumatera

Selatan

(20)

G

Gambar 4 Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII

Jenis Produk

PTPN VII sebagai salah satu produsen karet alam di Indonesia memproduksi dua (2) jenis produk yaitu Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan

Standard Indonesian Rubber (SIR) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memenuhi standar kualitas global. Perkembangan harga minyak dunia yang tinggi dan kesadaran akan pemanasan global, menjadi salah satu tantangan bagi PTPN VII menghasilkan produksi karet alam yang lebih tinggi dan ramah lingkungan. Salah satu jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN VII untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah karet Standard Indonesian Rubber (SIR). SIR adalah standar mutu karet bongkah Indonesia berdasarkan warna atau penilaian visual, golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, dan lateks pekat. Terdapat dua (2) jenis karet yang diproduksi PTPN VII berdasarkan SIR, yaitu lateks pekat dan crumb rubber. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak termasuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dibuat melalui proses pendidihan atau creamed lateks dan melalui pemusingan atau

centrifuged lateks. Sedangkan crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus, sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis (Lampiran 2).

Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII

(21)

benda baru sehingga mempunyai nilai manfaat yang lebih dalam memenuhi kebutuhan.

Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Bahan baku tersebut dikirim dari unit penyadapan karet untuk menuju gudang penyimpanan lateks, kuantitas lateks yang dikirim oleh unit penyadapan karet selalu berubah-ubah setiap pengirimannya. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep

push system. Konsep push system ini membuat lateks yang yang dikirim unit penyadapan karet sebagai bahan baku akan disesuaikan dengan jadwal produksi pabrik pengolahan karet. Lateks yang dikirim unit penyadapan karet ke gudang penyimpanan lateks akan mengikuti aturan FIFO scheduling. Aturan FIFO

scheduling ini digunakan untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang penyimpanan lateks, akan masuk pertama ke pabrik pengolahan karet.

Analisis Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di PTPN VII adalah serangkaian proses yang panjang dimulai dari perencanaan hingga pengolahan karet yang bermutu. Secara umum proses dari pengolahan tanaman karet dapat dibagi menjadi tiga (3) proses utama, yaitu proses perencanaan budidaya karet, proses penyadapan karet dan proses pengolahan karet. Proses pengolahan karet SIR pada PTPN VII dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Proses produksi karet SIR di PTPN VII

Proses pengolahan karet SIR dimulai di gudang lateks, hasil lateks dari penyadapan dimasukan ke truk pengangkutan, kemudian lateks dimasukan ke dalam mixer untuk dilakukan penyaringan selama satu (1) jam. Setelah dilakukan penyaringan kemudian lateks di alirkan ke bak penampungan. Lateks yang telah berada didalam penampungan dibekukan menggunakan asam semut, asam semut yang digunakan dengan konsentrasi 3-5 kg/ton lateks selama enam (6) jam.

Lateks yang telah beku kemudian masuk ke pabrik pengolahan, lateks tersebut akan dicacah terlebih dahulu menggunakan mesin hamer mill. Kemudian lateks tersebut digiling menggunakan mesin giling crepper menjadi lembaran

(22)

dikeringkan, lembaran crepe tersebut digiling kembali menggunakan mesin giling

crepper. Lembaran crepe yang telah digiling lalu masuk ke oven untuk dikeringkan selama enam (6) jam, kapasitas oven tersebut untuk 10 ton lembaran

crepe. Setelah di oven lembaran crepe masuk ke dalam kamar sortir untuk seleksi

great (SIR 10, SIR 20 dan 3L). Penyortiran selesai, lembaran crepe masuk ke mesin cetakan untuk di pres, yang beratnya masing-masing 20 kg. Setelah itu di bungkus plastik menjadi bal, kemudian disusun menjadi palet (1 palet beratnya 1.260 kg).

Analisis Push System

Prinsip selanjutnya dalam sistem produksi terpadu pengolahan karet SIR unit pada unit usaha Tebenan PTPN VII adalah push system. Penerapan pull system pada proses pengolahan karet adalah bahan baku dari proses sebelumnya yaitu unit penyadapan karet mendistribusikan lateks ke gudang penyimpanan lateks. Dengan sistem ini, pabrik pengolahan karet akan menyesuaikan kapasitas produksi dengan bahan baku yang dikirim dari unit penyadapan karet dengan berbagai ketentuan. Sehingga unit penyadapan karet mengikuti aturan kebijakan yang dibuat perusahaan untuk berapa kali melakukan penyadapan karet. Hal ini dilakukan karena tidak adanya pengiriman bahan baku yang bersifat tetap. Dari hasil penyadapan tersebut lateks disimpan sesuai aturan first in first out (FIFO) untuk masuk selanjutnya ke proses pengolahan karet (Gambar 6).

Perkebunan

Karet Warehouse Karet Plant Karet

Gambar 6 Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII

(23)

Pengolahan Data

Hasil Peramalan Bahan Baku Lateks SIR

Penyusunan jadwal induk produksi unit usaha Tebenan PTPN VII dipengaruhi oleh peramalan bahan baku lateks. Peramalan bahan baku dapat dilakukan dengan melihat data hasil penyadapan karet SIR tahun-tahun sebelumnya. Peramalan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai gambaran bagi perusahaan untuk melakukan alternatif kebijakan terhadap peramalan selanjutnya yang akan dilakukan. Proses peramalan dalam penelitian ini didapatkan berdasarkan data hasil penyadapan karet SIR terhitung dari bulan januari 2011 hingga desember 2012 atau selama 24 bulan (Lampiran 3). Peramalan bahan baku lateks disusun untuk 12 periode selanjutnya, yaitu untuk tahun 2013. Proses peramalan dilakukan terlebih dahulu dengan melihat pola data dengan pola trend, musiman, siklikal dan random. Pola data yang dimiliki akan mempengaruhi cara melakukan peramalan. Pola data hasil penyadapan karet SIR dapat dilihat pada Gambar 7.

Bulan

Pola Data Bahan Baku SIR 2011-2012

Gambar 7 Pola data bahan baku SIR

(24)

Tabel 1 Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan

Bahan baku Lateks SIR Metode winters Metode moving average

MAPE 2,53 28,4

MAD 30,59 260,2

MSE 1534,46 89834,5

Teknik yang memliki MAPE terkecil dalam peramalan bahan baku SIR adalah metode winter. Untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013. Hasil peramalan bahan baku 2013 menunjukan nilai pada

Winters' Method Plot for Bahan Baku SIR Tahun 2013

Multiplicative Method

Gambar 8 Pola data bahan baku SIR 2013

(25)

Tabel 2 Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013 Bulan Bahan Baku Lateks SIR

Januari 1160

Februari 1080

Maret 1160

April 1120

Mei 1160

Juni 1120

Juli 1200

Agustus 1000

September 1160

Oktober 1160

November 1120

Desember 1160

Total 13600

Sumber : Data hasil olahan

Hasil peramalan ini merupakan input yang menjadi penetapan jadwal induk produksi, berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR menggunakan metode winter mempunyai hasil yang berbeda dengan peramalan yang telah dilakukan oleh unit usaha Tebenan. Pembandingan hasil peramalan bahan baku SIR sebagai penetapan jadwal induk produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP)

Metode CRP Teknik Level Method

Metode CRP teknik level method adalah sebuah metode perencanaan produksi yang mempunyai distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan produksi, level method akan mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang bervariasi. Beberapa langkah yang diperlukan untuk melaksanakan analisis CRP, yaitu :

Langkah 1 : Memperoleh informasi tentang bahan baku yang tersedia

(26)

Langkah 2 : Memperoleh informasi tentang kapasitas produksi dan waktu produksi

Informasi mengenai kapasitas produksi unit usaha Tebenan didapatkan jumlah kapasitas mesin pengolahan karet dalam memproduksi karet sehari. Sedangkan waktu produksi didapatkan dari kebijakan waktu produksi dalam setahun 340 hari, yang kemudian dijabarkan kembali menjadi bulanan. Sehingga dari penjabaran tersebut dapat diketahui waktu produksi dari setiap bulannya (Tabel 3).

Tabel 3 Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013 Bulan Waktu Produksi

(hari)

Kapasitas Produksi (ton/hari) SIR 10 SIR 20

Januari 28 25 15

Februari 27 25 15

Maret 29 25 15

April 29 25 15

Mei 29 25 15

Juni 29 25 15

Juli 30 25 15

Agustus 29 25 15

September 24 25 15

Oktober 30 25 15

November 28 25 15

Desember 28 25 15

Langkah 3 : Menghitung kapasitas kebutuhan bahan baku dari masing-masing kapasitas produksi

Perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku diddapatkan dengan menggunakan rumus berikut :

Kapasitas kebutuhan bahan baku = kapasitas produksi × waktu produksi

(27)

Tabel 4 Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013

Bulan Kapasitas Kebutuhan Bahan baku (ton/hari)

Langkah 4 : Membuat laporan CRP

Metode CRP dengan teknik level method digunakan untuk menyeimbangkan beban (load) terhadap kapasitas. Teknik level method

mempunyai dua tindakan dasar apabila terjadi perbedaan antara kapasitas yang ada dengan beban. Tindakan dasar tersebut, yaitu :

1. Meningkatkan kapasitas (Increasing Capasity) 2. Mengurangi kapasitas (Reducing Capacity) 3. Meningkatkan beban (Increasing Load) 4. Mengurangi beban (Reducing Load)

Berdasarkan empat tindakan dasar dalam membuat laporan CRP dapat ditentukan, peningkatkan kapasitas pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan tidak dapat dilakukan, karena kapasitas yang dimiliki merupakan maksimum produksi yang dapat dilakukan unit usaha Tebenan. Meningkatkan dan mengurangi beban produksi dapat dilakukan, unit usaha Tebenan merupakan unit usaha yang tergabung dalam distrik Banyuasin yang terdapat unit usaha lain yang juga memproduksi karet SIR. Unit usaha tersebut yaitu Musilandas, yang dalam perencanaan produksinya disebut unit usaha seinduk. Hasil laporan CRP teknik

level method dengan mengunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki hasil perhitungan berbeda dengan laporan CRP teknik level method dengan mengunakan metode perusahaan (Lampiran 7).

Dalam mempertimbangkan meningkatkan dan mengurangi beban produksi pada unit usaha Tebenan perlu diperhatikan dalam meningkatkan biaya operasional produksi. Biaya operasional itu harus dikeluarkan unit usaha sebab dalam pengiriman bahan baku dari unit usaha seinduk ke unit usaha tebenan ataupun sebaliknya terdapat biaya transportasi. Biaya operasional tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya operasional = biaya transportasi × kapasitas pengiriman (truk)

(28)

40 Ton, sehingga dapat diketahui berdasarkan hasil laporan CRP teknik level method yang menggunakan peramalan winter, sehingga biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan adalah Rp 4.900.000 (Lampiran 8). Sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan berdasarkan hasil laporan CRP teknik level method menggunakan peramalan perusahaan Rp 8.400.000 (Lampiran 9). Dari kedua laporan CRP ini terdapat selisih biaya operasional Rp. 3.500.000. Biaya operasional yang dikeluarkan unit usaha Tebenan apabila menggunakan peramalan perusahaan lebih tinggi 41,67% dari peramalan winter.

Pembahasan

Berdasarkan perhitungan kapasitas menggunakan metode CRP menurut Baroto (2002) output dari sistem CRP adalah rencana produksi yang dibuat atas dasar kapasitas produksi. Menurut Handoko (2008) perencanaan kapasitas adalah menyeimbangkan beban terhadap kapasitas yang dimiliki. Dimana dengan mengidentifikasi overloads atau underloads, tindakan perencanaan dapat dilakukan untuk menghilangkan situasi itu guna mencapai suatu keseimbangan antara beban dan kapasitas. Hasil pengolahan data menunujukan bahan baku yang tersedia menunjukkan melebihi kapasitas dan mengalami dibawah kapasitas produksi.

(29)

Bulan

Gambar 9 Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter

Dari grafik tersebut terlihat pada bulan Januari, September dan Desember bahan baku melebihi kapasitas yang dimiliki unit usaha Tebenan. Sedangkan grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode CRP dengan teknik level method menggunakan peramalan perusahaan, seperti dimuat pada Gambar 10.

Gambar 10 Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan

Dari grafik tersebut dapat terlebih bahwa bahan baku melebihi kapasitas yang dimiliki unit usaha Tebenan terdapat pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli,September, November dan Desember.

(30)

serta mengurangi kapasitas. Adanya unit usaha seinduk membuat perencanaan kapasitas dapat lebih efektif dengan metode CRP teknik level method. Dari hasil perencanaan kapasitas ini dapat diketahui biaya operasional menggunakan peramalan winter lebih baik daripada peramalan metode perusahaan sebab dapat mengurangi biaya operasional Rp 3.500.000.

Implikasi Manajerial

Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi mengenai kemungkinan perencanaan kapasitas pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan untuk membuat keseimbangan antara kapasitas dan bahan baku.

Berdasarkan hasil pembahasan terdapat beberapa rekomendasi manajerial yang perlu dilakukan oleh unit usaha Tebenan PTPN VII.

1. Unit usaha Tebenan PTPN VII perlu memperkirakan peramalan bahan baku untuk produksi, agar dapat mempersiapkan kebutuhan produksi. Proyeksi permalan didapat dari jumlah bahan baku sebelumnya dengan metode peramalan sebagai komponen penyusunan jadwal induk produksi.

2. Analisis peramalan bahan baku SIR dengan menggunakan metode winter

menghasilkan total bahan baku 13.600 ton dibandingakan dengan metode yang diterapkan perusahaan 13.766 ton. Dengan selisih 166 ton, metode perusahaan lebih besar daripada metode winter.

3. Analisis perencanaan kapasitas dengan menggunakan metode CRP teknik

level method menghasilkan perhitungan perencanaan kapasitas dengan penambahan bahan baku dan pengurangan bahan baku, serta mengurangi kapasitas untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas dan bahan baku.

4. Analisis biaya operasional pengiriman bahan baku ke unit usaha seinduk menghasilkan biaya terendah dengan metode peramalan winter Rp 4.900.000 dengan besarnya penghematan 41,67% dibandingakan dengan metode yang diterapkan perusahaan.

5. Perhitungan berkala terhadap aktual stok bahan baku yang ada di gudang perlu dilakukan dengan metode tertentu untuk meningkatkan keakuratan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

a) Sistem produksi yang diterapkan oleh PTPN VII memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep push system. Aturan FIFO scheduling ini digunakan untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang penyimpanan lateks, akan masuk pertama ke pabrik pengolahan karet.

(31)

memiliki selisih bahan baku 166 ton. Dengan kapasitas total 13.600 ton/tahun, maka keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan biaya operasional untuk mengurangi beban. Biaya tersebut harus dikeluarkan unit usaha Tebenan lebih besar 41,67%, apabila menggunakan peramalan metode perusahaan.

Saran

1. Sistem produksi yang menerapkan konsep push system membutuhkan peramalan yang baik untuk menyesuikan dengan kapasitas dengan menggunakan peramalan bahan baku SIR metode winter.

2. Metode CRP teknik level method menghasilkan perhitungan perencanaan kapasitas dengan melakukan penambahan bahan baku dan pengurangan bahan baku, serta mengurangi kapasitas untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas dan bahan baku sehingga dapat mengetahui biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan PTPN VII.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID) : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Baroto T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta (ID) : Ghalia Indonesia.

[BPS] Badan Pusat Statistik Jakarta. 2011. Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia 2011. Jakarta (ID) : BPS.

Buffa S. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi Ke-8. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara.

Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Tahun 2008. Jakarta (ID) : Departemen Pertanian.

Gaspersz V. 2001. Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.

Handoko T. H. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta (ID) : BPFE.

Harding H. A. 1999. Manajemen Produksi. Jakarta (ID) : Balai Aksara.

Herjanto E. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. Jakarta (ID) : Grasindo.

Heizer J and B. Render. 2004. Principles of Operations Management. New Jersey (US) : Prentice Hall.

(32)

Naibaho P. 2009. Kajian Perencanaan Produksi Agregat di PT Wiska. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(33)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTPN VII

RUPS

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Direktur SDM

Direktur Produksi Direktur Keungan Direktur Pemasaran &

(34)

26

Lampiran 2. Standard Indonesian Rubber (SIR) PTPN VII

Uraian SIR 10 SIR 20

Kadar kotor maksimum 0,10% 0,50%

Kadar abu maksimum 0,75% 1,50%

Kadar zat asiri maksimum 1,0% 1,0%

Jumlah padatan (total solids) minimum 61,5% 64%

Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum 2,0% 2,0%

Kadar amoniak (berdasarkan jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum

1,6% 1,6%

Viskositas maksimum pada suhu 250 C 50 centipoises 50 centipoises

Kadar koagulum dari jumlah maksimum 0,08% 0,08%

PRI minimum 50 30

Plastisitas – Po minimum 30 30

Limit warna (skala lovibond) maksimum - -

Kode warna Kuning

(35)

27

Lampiran 3. Penjabaran produksi lateks unit usaha Tebenan PTPN VII tahun 2011-2012

PT Perkebunan Nusantara VII

(Persero)

PENJABARAN PRODUKSI LATEKS TAHUN 2011-2012

REAL

Distrik Banyuasin

KOMODITI : KARET

Tahun : 2011-2012

(36)

28

Lampiran 4. Hasil perbandingan peramalan bahan baku lateks SIR metode perusahaan dengan metode winter

Bahan

Baku Metode Januari Februari Maret April Mei Juni

Lateks SIR 10 dan SIR 20

Winter 1160 1080 1160 1120 1160 1120

Perusahaan 1146 1077 1172 1138 1188 1148

Bahan

Baku Metode Juli Agustus September Oktober November Desember

Lateks SIR 10 dan SIR

20

Winter 1200 1000 1160 1160 1120 1160

Perusahaan 1218 1015 1158 1165 1141 1200

(37)

29

Lampiran 5. Hasil perhitungan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013 1. SIR 10

Bulan

Waktu Pengolahan

(Hari)

Kapasitas

(Ton/hari) Kebutuhan Bahan Baku (Ton)

Januari 28 25 28 hari X 25 ton/hari = 700 ton

Februari 27 25 27 hari X 25 ton/hari = 675 ton

Maret 29 25 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton

April 29 25 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton

Mei 29 25 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton

Juni 29 25 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton

Juli 30 25 30 hari X 25 ton/hari = 750 ton

Agustus 29 25 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton

September 24 25 24 hari X 25 ton/hari = 600 ton

Oktober 30 25 30 hari X 25 ton/hari = 750 ton

November 28 25 28 hari X 25 ton/hari = 700 ton

Desember 28 25 28 hari X 25 ton/hari = 700 ton Keterangan :

Waktu pengolahan dalam 1 tahun = 340 hari

(38)

30

Lanjutan Lampiran 5. 2. SIR 20

Bulan

Waktu Pengolahan

(Hari)

Kapasitas

(Ton/hari) Kebutuhan Bahan Baku (Ton)

Januari 28 15 28 hari X 15 ton/hari = 420 ton

Februari 27 15 27 hari X 15 ton/hari = 405 ton

Maret 29 15 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton

April 29 15 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton

Mei 29 15 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton

Juni 29 15 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton

Juli 30 15 30 hari X 15 ton/hari = 450 ton

Agustus 29 15 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton

September 24 15 24 hari X 15 ton/hari = 360 ton

Oktober 30 15 30 hari X 15 ton/hari = 450 ton

November 28 15 28 hari X 15 ton/hari = 420 ton

Desember 28 15 28 hari X 15 ton/hari = 420 ton Keterangan :

Waktu pengolahan dalam 1 tahun = 340 hari

(39)

31

Lampiran 6. Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku SIR metode winter tahun 2013 UU Tebenan Januari Februari Maret TW I /

2013 April Mei Juni

TW II / 2013

Bahan Baku

UU

Sendiri 1160 1080 1160 3400 1120 1160 1120 3400 Ke UU

Seinduk 40 - - 40 - - - -

Dari UU

Seinduk - - - - - - - -

Kebutuhan Bahan

Baku

SIR 10 700 675 725 2100 725 725 725 2175 SIR 20 420 405 435 1260 435 435 435 1305

Total Kebutuhan bahan

Baku 1120 1080 1160 3360 1160 1160 1160 3480

Meningkatkan

Kapasitas - - - - - - - -

Mengurangi Kapasitas - - - - - - - -

Produksi 1120 1080 1160 3360 1120 1160 1120 3400

Total Bahan Baku TW I/2013 = 3400 ton

Total Kebutuhan Bahan Baku TW I/2013 = 3360 ton Total Bahan Baku TW II/2013 = 3400 ton

(40)

32

Lanjutan Lampiran 6.

UU Tebenan Juli Agustus September TW III /

2013 Oktober November Desember

TW IV / 2013

Bahan Baku

UU

Sendiri 1200 1000 1160 3360 1160 1120 1160 3440 Ke UU

Seinduk - - 200 200 - - 40 40

Dari UU

Seinduk - - - - - - - -

Kebutuhan Bahan

Baku

SIR 10 750 725 600 2075 750 700 700 2150 SIR 20 450 435 360 1245 450 420 420 1290

Total kebutuhan Bahan

Baku 1200 1160 960 3320 1200 1120 1120 3440

Meningkatkan

Kapasitas - - - - - - - -

Mengurangi Kapasitas - - - - - - - -

Produksi 1200 1000 960 3160 1160 1120 1120 3400

Total Bahan Baku TW III/2013 = 3360 ton

Total Kebutuhan Bahan Baku TW III/2013 = 3320 ton Total Bahan Baku TW IV/2013 = 3440 ton

(41)

33

Lampiran 7. Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku SIR perusahaan tahun 2013 UU Tebenan Januari Februari Maret TW I /

2013 April Mei Juni

TW II / 2013

Bahan Baku

UU

Sendiri 1146 1077 1172 3395 1138 1188 1148 3474 Ke UU

Seinduk 26 - 12 38 - 28 - 28

Dari UU

Seinduk - - - - - - - -

Kebutuhan Bahan

Baku

SIR 10 700 675 725 2100 725 725 725 2175 SIR 20 420 405 435 1260 435 435 435 1305

Total Kebutuhan bahan

Baku 1120 1080 1160 3360 1160 1160 1160 3480

Meningkatkan

kapasitas - - - - - - - -

Mengurangi kapasitas - 3 - 3 22 - 12 34

Produksi 1120 1077 1160 3357 1138 1160 1148 3446

Total Bahan Baku TW I/2013 = 3383 ton

Total Kebutuhan Bahan Baku TW I/2013 = 3360 ton Total Bahan Baku TW II/2013 = 3474 ton

(42)

34

Lanjutan Lampiran 7.

UU Tebenan Juli Agustus September TW III /

2013 Oktober November Desember

TW IV / 2013

Bahan Baku

UU

Sendiri 1218 1015 1158 3391 1165 1141 1200 3506 Ke UU

Seinduk 18 - 198 216 - 21 80 101 Dari UU

Seinduk - - - - - - - -

Kebutuhan Bahan

Baku

SIR 10 750 725 600 2075 750 700 700 2150 SIR 20 450 435 360 1245 450 420 420 1290

Total kebutuhan Bahan

Baku 1200 1160 960 3320 1200 1120 1120 3440

Meningkatkan

Kapasitas - - - - - - - -

Mengurangi Kapasitas - 145 - 145 35 - - 35

Produksi 1200 1015 960 3175 1165 1120 1120 3405

Total Bahan Baku TW III/2013 = 3391 ton

Total Kebutuhan Bahan Baku TW III/2013 = 3320 ton Total Bahan Baku TW IV/2013 = 3506 ton

(43)

35

Lampiran 8. Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan winter

UU Tebenan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu Sep Okt Nov Des

Bahan Baku

UU

Sendiri 1160 1080 1160 1120 1160 1120 1200 1000 1160 1160 1120 1160

Ke UU

Seinduk 40 - - - 200 - - 40

Produksi 1120 1080 1160 1120 1160 1120 1200 1000 960 1160 1120 1120

Keterangan :

Kapasitas satu truk = 40 ton Biaya Operasional :

BO Januari = Rp 700.000 × 1 = Rp 700.000

BO Febuari = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Maret = Rp 700.000 × 0 = 0

BO April = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Mei = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Juni = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Juli = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Agustus = Rp 700.000 × 0 = 0

BO September = Rp 700.000 × 5 = Rp 3.500.000

BO Oktober = Rp 700.000 × 0 = 0

BO November = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Desember = Rp 700.000 × 1 = Rp. 700.000

(44)

36

Lampiran 9. Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan perusahaan

UU Tebenan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu Sep Okt Nov Des

Bahan Baku

UU

Sendiri 1146 1077 1172 1138 1188 1148 1218 1015 1158 1165 1141 1200

Ke UU

Seinduk 26 - 12 - 28 - 18 - 198 - 21 80

Produksi 1120 1077 1160 1138 1160 1148 1200 1015 960 1165 1120 1120

Keterangan :

Kapasitas satu truk = 40 ton Biaya Operasional :

BO Januari = Rp 700.000 × 1 = Rp 700.000

BO Febuari = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Maret = Rp 700.000 × 1 = Rp 700.000

BO April = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Mei = Rp 700.000 × 1 = Rp 700.000

BO Juni = Rp 700.000 × 0 = 0

BO Juli = Rp 700.000 × 1 = Rp 700.000

BO Agustus = Rp 700.000 × 0 = 0

BO September = Rp 700.000 × 5 = Rp 3.500.000

BO Oktober = Rp 700.000 × 0 = 0

BO November = Rp 700.000 × 1 = Rp 700.000

BO Desember = Rp 700.000 × 2 = Rp. 1.400.000

Total biaya operasional = Rp 700.000 + Rp 700.000 + Rp. 700.000 + Rp 700.000 + Rp 3.500.000 + Rp 700.000

(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 April 1989, sebagai anak kedua dari Harnadi Bachtiar dan Benida Harnadi. Penulis merupakan lulusan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Sahari 01 Jakarta pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Jakarta pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 31 Jakarta. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Reguler IPB untuk Program Diploma.

Gambar

Gambar 1 Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia (BPS, 2011)
Gambar 3 disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
Gambar 4 Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
Gambar 7 Pola data bahan baku SIR
+5

Referensi

Dokumen terkait

Some researchers only focus on each concept either spiritual intelligence or organized culture or spiritualized leadership and considered each concept is a stand-alone without

Berdasarkan persepsi pelanggan Kecamatan Baitussalam yang belum terlayani air bersih PDAM Tirta Mountala, strategi dominan dalam penyediaan air bersih di desa rawan

Jarak yang ditempuh dan kalori yang terbakar oleh pemain akan ditampilkan di sebelah kanan layar bersamaan dengan gambar yang dapat dilakukan hover oleh pemain untuk

Bagaimana jika ukuran data tidak sesuai dengan jalur. dengan jalur Problem:

Tantangan terbesar seorang pemimpin millenial itu ada pada diri sendiri dimana apakah dia selaku pemimpin mampu menerima perubahan dan perkembangan zaman atau

Berdasarkan pada pembahasan dan pengujian yang dilakukan pada analisa keamanan jaringan menggunakan intrusion detection and prevention system (IDPS), maka dapat

Berdasarkan hasil Uji Tukey pengamatan tinggi tanaman dapat diketahui bahwa limbah lumpur aktif tmemberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap tinggi tanaman

Berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi organisasi untuk menjalankan tugas dan fungsi, rencana strategis kementerian dan penugasan lainnya secara umum adalah: