• Tidak ada hasil yang ditemukan

Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Komunitas Kupu-kupu

Superfamili Papilionoidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol,

Sukabumi, Jawa Barat” ialah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan tercantum

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

ABSTRACT

HASNI RUSLAN. Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE

ABSTRACT

Changes of habitats which functioned as butterfly habitat have implicated to butterfly abundance. Aim of this research was to study Papilionoidea butterfly diversity based on habitat types i.e heterogenous, coniferous forest, and agricultural land. Observations of butterflies were conducted from July to December 2010 by scan sampling method. `Data were analyzed by using Shannon diversity index, equitability, Sorensen similarity, relative density, and frequency of occurance. Data were also shown in biplot using Principle Component Analysis and Correspondence Analysis. Result showed that as many as 132 species from 3864 individuals of butterflies the species were recorded into 4 families i.e Lycaenidae (21 species), Nymphalidae (80 species), Papilionidae (15 species), and Pieridae (17 species) were recorded. Diversity of butterflies at heterogeneous forest was highest, followed by agricultural land and coniferous forest. Similarity of butterflies between heterogenous and coniferous forest was 74%, between heterogenous forest and the agricultural land was 64%, and between coniferous forest and agricultural land was 70%. Family Nymphalidae has a higher density in heterogenous and coniferous forest. Whereas Papilionidae, Lycaenidae, and Pieridae were dominant in agricultural land. Heterogenous and coniferous forest were characterized by high humidity and lower temperature, light intensity and wind speed. Agricultural land was characterized by lower humidity and higher temperature, light intensity, and wind speed.

(4)

HASNI RUSLAN. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.

Beberapa spesies kupu-kupu superfamili Papilionoidea berperan penting sebagai bioindikator perubahan lingkungan. Kupu-kupu juga berperan sebagai polinator tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari komunitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea di Pusat Penelitian dan Konservasi Alam Bodogol berdasarkan perbedaan habitat, yaitu di hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2010, di tiga habitat yang berbeda, yaitu hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian. Lokasi penelitian terletak di kaki Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian sekitar 800 meter dpl. Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan metode scan sampling di sepanjang jalur yang sudah ada di 3 tipe habitat, yaitu hutan heterogen, hutan pinus dan lahan pertanian. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00 WIB - 12.00 WIB) dan siang hari (13.00 WIB -16.00 WIB). Pada tiap habitat, dilakukan pengamatan selama tiga hari setiap bulannya, yang berlangsung selama 5 bulan, sehingga total pengamatan di tiga lokasi ialah 45 hari. Pada setiap pengamatan kupu-kupu dicatat jumlah spesies dan individu. Kupu-kupu yang telah diketahui spesiesnya, segera didata, sedangkan yang belum diketahui spesiesnya, ditangkap dengan jaring serangga, dimasukkan ke dalam kertas papilot, disimpan dalam kotak penyimpanan sementara, dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi spesimen kupu-kupu dilakukan di Laboratorium Zoologi Universitas Nasional, Jakarta dan diverifikasi di Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI Cibinong. Pengukuran parameter lingkungan yang meliputi kelembaban udara (%), suhu udara (°C), intensitas cahaya (lux), dan kecepatan angin (m/s) dilakukan selama pengamatan kupu-kupu.

Di ketiga tipe habitat di PPKA Bodogol, ditemukan 132 spesies kupu-kupu dari 3864 individu, kupu-kupu tersebut termasuk dalam empat famili, yaitu Lycaenidae, Nymphalidae, Papilionidae, dan Pieridae. Di hutan heterogen, kelimpahan dan frekuensi kupu-kupu yang ditemukan tinggi ialah Euploea mulciber, Faunis canens, Lethe confusa, Mycalesis janardana, Mycalesis mineus, Tanaecia iapis, dan Ypthima pandocus. Pada hutan pinus, kelimpahan dan frekuensi kupu-kupu ditemukan tinggi ialah Faunis canens, Mycalesis horsfieldi, Mycalesis janardana, Mycalesis mineus, Mycalesis moorei, Ypthima horsfieldi, danYpthima pandocus. Pada lahan pertanian, kupu-kupu dengan kelimpahan dan frekuensi ditemukan tinggi ialah Jamides celeno, Hypolimnas bolina, Mycalesis mineus, Papilio memnon, Eurema blanda,danEurema hecabe.

Penelitian menunjukkan keragaman spesies kupu-kupu di PPKA Bodogol tergolong tinggi (H’=4,55). Keragaman spesies kupu-kupu di hutan heterogen

(H’=3,85) lebih tinggi dibandingkan hutan pinus (H’=3,14) dan lahan pertanian

(5)

2

individu). Hasil correspondence analysis menunjukkan bahwa hutan heterogen dan homogen didominasi oleh kupu-kupu dari famili Nymphalidae, sedangkan pada lahan pertanian didominasi oleh kupu-kupu dari famili Papilionidae, Lycaenidae, dan Pieridae. Kemerataan (evenness) kupu-kupu di hutan heterogen, hutan pinus dan kawasan lahan pertanian berkisar 0,70-0,83. Similaritas kupu-kupu antara hutan heterogen dengan hutan pinus sebesar 74 %, antara hutan heterogen dengan lahan pertanian sebesar 64%, dan antara hutan pinus dengan lahan pertanian sebesar 70 %.

(6)

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA

DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL,

SUKABUMI, JAWA BARAT

HASNI RUSLAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Biosains Hewan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Hasni Ruslan

NRP : G352090061

Program Studi : Biosains Hewan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M.Si. Djunijanti Peggie, M.Sc.,Ph.D.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto Dr.Ir.Dahrul Syah, M.Sc.,Agr.

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul “Komunitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat”.Tesis ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Tri Atmowidi dan Djunijanti Peggie, M.Sc., Ph.D. selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan koreksi dengan sabar dan tulus kepada penulis selama penelitian berlangsung hingga tercapainya kesempurnaan dalam penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Bambang Suryobroto, yang telah memberikan banyak bantuan dalam proses belajar dan penyelesaian tesis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar Biosains Hewan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan bagi penulis. Kepada Sekretariat Biosains Hewan yang telah memberikan banyak pelayanan sejak proses perkuliahan hingga penulisan tesis. Tidak lupa, penulis haturkan terima kasih kepada Sdr. Andi yang telah memberikan bantuan dengan ikhlas dalam penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Mayor Biosains Hewan atas bantuan, dukungan, kebersamaan, dan doa yang diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberikan Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS), sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

Ucapan terima kasih yang paling tulus penulis sampaikan kepada suami dan anak-anakku tercinta, Muthia Rizka Neldy, Fahreza Aditya Neldy, M. Fadhlan Aulia Neldy, dan Purnama Wulansari Neldy, Ibunda, Kakak dan Adik tersayang yang telah memberikan doa, cinta, semangat, dan dukungan yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mulia ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang diberikan, penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan Indonesia.

Bogor, Desember 2011

(10)

Penulis dilahirkan di Kerinci pada tanggal 9 Agustus 1962 sebagai putri keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Halimah dan Ruslan. Penulis menikah dengan Yuneldi pada tahun 1985 dan dikaruniai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki.

Pada tahun 1981 penulis lulus dari SMA Don Bosko Padang. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Andalas Padang, dan lulus pada tahun 1986. Penulis berkesempatan mengikuti Sekolah Pascasarjana (S2) pada Mayor Biosains Hewan, Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

(11)
(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah famili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, nilaievennesskupu-kupu yang ditemukan di PPKA Bodogol,

Sukabumi, Jawa Barat... 18

2. Jumlah spesies (S) dan individu (I) famili kupu–kupu yang

ditemukan di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa……….…..18

Kelimpahan relatif (%) dan frekuensi kehadiran (%) kupu-kupu pada tiap stasiun di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat ... 19

3. Nilai Indeks similaritas/kesamaan pada tiap habitat di

PPKA Bodogol, Sukabumi Jawa Barat... 26

4. Rata-rata suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya dan kecepatan angin di hutan heterogen, hutan pinus dan lahan pertanian

di PPKA Bodogol ... 30

Nilai korelasi Pearson (r) dan nilai p antara jumlah individu kupu-kupu

dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian... 30

Nilai korelasi Pearson (r) dan nilai p antara spesies kupu-kupu

dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian... 31 3.

4.

5.

6.

(14)

Halaman

Kerangka penelitian ... 3

Peta PPKA Bodogol sebagai lokasi penelitian (tanda panah) ... 10

Lokasi pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol: hutan heterogen (a), hutan pinus (b), dan lahan pertanian (c). ... 11

Lokasi Pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol:

hutan heterogen (a), hutan pinus (b), dan lahan pertanian (c)………..11 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian:

lightmeter (a), 4 in 1Environment Tester(b), jaring serangga (c), kotak serangga (d), kertas papilot (e), kapur barus (f)……….…………12 Beberapa tanaman yang berada di hutan heterogen:

Ageratum conizoides(a),Clidema hirta(b),Coffea canephora(c),Ficus sp. (d),Globba pendula(e),Lantana camara(f),Melastoma polyanthum(g), Eupatorium inulifolium(h),Jasminum sambac(i),Gnetum gnemon(j),

Passiflorasp. (k)... 16

Beberapa tanaman yang ditemukan di hutan pinus: Caliandrasp. (a), Lantana camara(b),Eugeniasp.(c),Impatiens platipetala(d),Melastoma polyanthum(e),Selaginellasp. (f),Smilaxsp. (g),Pinus mercusii(h) ... 17

Beberapa vegetasi yang ada pada kawasan lahan pertanian:Persea americana (a),Manihot esculenta(b),Zea mays(c),Musasp. (d),Morinda citrifolia(e), Ipomoea batatas(f),Citrussp. (g) ... 17

Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Lycaenidae: Jamides alecto(a), J. celeno(b),Yasoda pita(c),

danEooxylides ethion(d)... 23

Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Pieridae:Eurema hecabe(a), Catopsilia pamona(b),Cepora judith(c), danLeptosia nina(d). ... 23

Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Nymphalidae:

Amnosia decora(a),Athyma nefte(b),A. pravara(c),Faunis canens(d), Danaus genutia(e),Doleschallia bisaltide(f),Idea hypermnestra(g), Hypolimnas bolina(h),Tanaecia iapis(i),M. horsfieldi(j),M. moorei(k), Neorina crhishna(l)... 24

Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Papilionidae:

(15)

2

Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan heterogen dengan kelimpahan dan frekuensi kehadiran tertinggi:E. mulciber(a),F. canens(b),

L.confusa(c),M. janardana(d),M. mineus(e),T. iapis(f),

Y. pandocus(g). ... 26

Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan pinus dengan kelimpahan dan frekuensi kehadiran tertinggi:F. canens(a), M. horsfieldi(b),

M. janardana(c),M. mineus(d),M. moorei(e), Y. horsfieldi(f),

Y. pandocus(g). ... 27

Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada kawasan lahan pertanian dengan kelimpahan dan frekuensi kehadiran tertinggi:J. celeno(a),H. bolina(b), M. mineus(c),P. memnon(d),E. blanda(e),E. hecabe(f). ... 27

Jumlah individu kupu-kupu yang ditemukan pada pagi hari dan siang

haridi PPKA Bodogol ... 28

Jumlah Spesies kupu-kupu yang ditemukan di masing-masing lokasi

pada tiap bulan pengamatan ... 29

Jumlah individu kupu-kupu ditemukan di masing-masing lokasi pada

tiap bulan pengamatan ... 29

Hasil analisis PCA hubungan antara jumlah spesies (SP) dan jumlah individu (IND) kupu-kupu dengan suhu udara (SUHU), kelembaban udara (RH) intensitas cahaya (IC), dan kecepatan angin (KA). ... 31

Diagram koresponden analisis yang menunjukkan keterkaitan lokasi

pengamatan dengan kelimpahan berdasarkan famili kupu-kupu ... 32 13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

(16)

Latar Belakang

Konservasi keragaman hayati telah menjadi topik utama dalam penelitian

ekologi selama beberapa dekade terakhir ini. Penelitian yang dilakukan

menyangkut kekayaan spesies dan analisis faktor lingkungan yang mempengaruhi

kehadiran spesies di suatu habitat. Perubahan habitat dapat menyebabkan

terjadinya perubahan komposisi spesies (Rossi & Halder 2009) dan dapat

mempengaruhi kelimpahan kupu-kupu (Jonason et al. 2009). Penyebaran dan

kelimpahan tumbuhan inang dapat mempengaruhi keragaman kupu-kupu (Cleary

& Genner 2004). Keragaman kupu-kupu menurun dengan menurunnya keragaman

tumbuhan inang. Menurunnya tumbuhan inang, dapat terjadi karena adanya

aktivitas manusia dalam mengkonversi habitat alami. Selain itu, keragaman

kupu-kupu juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat (altitude), suhu, kelembaban,

intensitas cahaya, cuaca, musim, dan volume nektar tumbuhan (Rizal 2007).

Di lingkungan, kupu-kupu memiliki nilai penting, yaitu sebagai

penyerbuk, karena kupu-kupu aktif mengunjungi bunga (Amiret al.2003; Joshi &

Arya 2007) dan kupu-kupu berperan dalam memelihara lingkungan hutan.

Kupu-kupu mengunjungi bunga berbagai spesies tumbuhan untuk mengambil nektar dan

serbuk sari. Bentuk, warna, dan aroma bunga dipergunakan sebagai petunjuk

kupu-kupu dalam mengunjungi bunga (Proctor & Yeo 1975).

Kupu-kupu termasuk ke dalam ordo Lepidoptera. Lepidoptera mudah

dikenali dengan adanya sisik-sisik halus pada sayap dan permukaan tubuhnya.

Sisik-sisik ini mengandung pigmen yang memberikan variasi warna pada sayap

dan tubuh. Variasi warna kupu-kupu merupakan salah satu karakter penting dalam

identifikasi kupu (Triplehorn & Johnson 2005). Penelitian tentang

kupu-kupu di Indonesia telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Amir et al. (2003)

melaporkan 77 spesies kupu-kupu di Taman Nasional Gunung Halimun. Di

Kebun Raya Bogor, Peggie & Amir (2006) melaporkan 96 spesies kupu-kupu. Di

Gunung Ciremai, Noerdjito & Erniwati (2009) melaporkan 66 spesies kupu-kupu.

PPKA Bodogol didirikan atas kerjasama Conservation International (CI)

(17)

2

Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKA Bodogol merupakan hutan hujan tropis

yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian sekitar 800 meter

dpl. Secara administrasi pemerintahan, PPKA Bodogol termasuk ke dalam

wilayah Kabupaten Sukabumi, meliputi Desa Benda dan Purwasari Kecamatan

Cicurug, Desa Watesjaya dan Desa Bodogol Kecamatan Caringin. Secara

geografis, PPKA Bodogol terletak antara 6o32’-6o34’ LS dan 106o50’

-106o56’BT (Wisnubudi, 2002). Keragaman kupu-kupu di PPKA Bodogol, belum banyak

dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian tentang keragaman kupu-kupu

(Lepidoptera) pada habitat yang berbeda di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa

Barat perlu dilakukan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari keragaman kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

berdasarkan perbedaan habitat, yaitu di hutan heterogen, hutan pinus, dan

lahan pertanian.

2. Mempelajari karakteristik habitat dalam kaitannya dengan keragaman

kupu-kupu.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah:

1. Memberikan informasi keragaman kupu-kupu di habitat yang berbeda di

PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat.

2. Data keanekargaman kupu-kupu yang diperoleh dapat digunakan sebagai

(18)

Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (Gambar 1)

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan

sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

satunya adalah Superfamili Papilionoidea. Superfamili Papilionoidea terdiri dari

5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Lycaenidae, Nymphalidae, dan Riodinidae.

Dalam identifikasi Lepidoptera ke dalam tingkat takson rendah, digunakan

karakter berupa bentuk dan pola warna sisik pada sayap, abdomen, dan tungkai

(Kristensen et al. 2007). Klasifikasi kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

menurut Kristensenet al.(2007) ialah sebagai berikut:

Kingdom :Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas:Insekta

Ordo : Lepidoptera

Superfamili : Papilionoidea

Famili Papilionidae

Famili Pieridae

Famili Riodinidae

Famili Lycaenidae

Famili Nymphalidae

Kristensen et al. (2007) memasukkan famili Riodinidae ke dalam superfamili

Papilionoidea. Sebelumnya, pada buku Handbook of Zoology (2007) Riodinidae

dimasukkan ke dalam family Lycanidae.

kupu dibedakan dengan ngengat (moth) dalam beberapa hal.

Kupu-kupu bersifat diurnal, sedangkan ngengat nokturnal. Selain itu, bentuk dan corak

warna kupu-kupu lebih menarik dibandingkan ngengat (Stavenga et al. 2004).

Tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi kepala, toraks, dan abdomen (Fleming

1983). Pada kepala kupu-kupu, terdapat sepasang antena yang panjang yang

membesar pada ujungnya. Antena tersebut berfungsi sebagai organ peraba dan

(20)

Toraks kupu-kupu merupakan sebagai sumber kekuatan tubuh. Toraks

terbagi tiga segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada bagian ini

terdapat tiga pasang tungkai dan dua pasang sayap, serta sekumpulan otot yang

digunakan dalam pergerakan dan terbang (Fleming 1983).

Sayap kupu-kupu berupa selaput yang ditutupi sisik. Ukuran, pola dan

warna sayap sangat bervariasi pada masing-masing spesies. Sistem venasi sayap

sangat penting dalam identifikasi kupu-kupu (Triplehorn & Johnson 2005).

Banyak spesies kupu-kupu menunjukkan dimorfisme seksual dengan pola warna

sayap berbeda pada kupu-kupu jantan dan betina (Beldade & Brakefield 2002).

Abdomen kupu-kupu terdiri dari 10 ruas. Tergum adalah ruas bagian

dorsal, sedangkan sternum pada bagian ventralnya. Pada ruas pertama sampai ruas

ke tujuh terdapat spirakel yang berfungsi untuk jalan masuk dan keluarnya udara.

Dua atau tiga ruas terakhir abdomen mengalami modifikasi membentuk alat

genital. Di dalam abdomen terdapat sistem pencernaan, sistem peredaran darah,

sistem ekskresi, sistem reproduksi, dan sistem otot (Triplehorn & Johnson 2005).

Ciri-ciri dari masing-masing famili kupu-kupu dalam Superfamili

Papilionoidea adalah sebagai berikut: (Peggie & Amir, 2006)

Famili Papilionidae. Famili ini umumnya berwarna menarik, merah, kuning, hijau, dengan kombinasi hitam dan putih, dengan ukuran tubuh sedang

sampai besar. Beberapa spesies memiliki ‘ekor’ sebagai perpanjangan sayap belakang. Banyak spesies bersifatdimorfisme seksual,yaitu kupu-kupu jantan dan

betina memiliki pola sayap yang berbeda. Pada beberapa spesies, kupu-kupu

betina bersifat polymorphic, yaitu memiliki beberapa pola sayap. Pada jantan

dan betina yang memiliki pola sayap serupa, maka betina umumnya memiliki

sayap yang lebih besar dan lebih membulat.

Famili Pieridae. Famili ini umumnya berwarna kuning, putih atau oranye, dengan sedikit hitam atau merah, dan berukuran sedang. Banyak spesies

menunjukkan variasi sayap sesuai musim. Selain itu, beberapa spesies juga

memiliki kebiasaan bermigrasi. Umumnya, kupu-kupu betina lebih gelap dan

(21)

6

Famili Nymphalidae. Anggota famili ini sangat bervariasi. Umumnya berwarna coklat, oranye, jingga, kuning, dan hitam. Kupu-kupu ini berukuran

beragam, mulai kecil sampai besar. Ciri yang paling penting pada Nymphalidae

ialah mengecilnya pasangan tungkai depan (kecuali pada kupu-kupu betina

Libytheinae). Pada kupu-kupu jantan, biasanya pasangan tungkai depan ini

tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini

juga dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat.

Famili Lycaenidae. Famili ini umumnya berukuran kecil, berwarna biru, ungu, atau oranye dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Biasanya jantan

berwarna lebih terang daripada betina. Banyak spesies mempunyai‘ekor’sebagai perpanjangan sayap belakang. Kupu-kupu Lycaenidae umumnya ditemukan saat

hari cerah dan di tempat terbuka. Beberapa anggota dari famili ini, terutama pada

fase larva, bersimbiosis secara mutualistik dengan semut. Larva dijaga semut dari

serangan parasitoid dan semut mendapatkan cairan manis yang dikeluarkan

kelenjar pada ruas abdomen larva tersebut.

Famili Rionidae. Famili ini banyak ditemukan di Amerika Selatan. Di Indonesia, anggota dari famili ini jarang ditemukan.

Ekologi dan Distribusi Kupu-kupu

Kupu-kupu banyak dikenal, karena bentuk dan warnanya yang indah dan

beragam. Kupu-kupu sering bertebangan diantara dedaunan dan di sekitar bunga

untuk mencari pakan. Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk

dan tidak terpolusi oleh insektisida, asap, bau yang tidak sedap dan lain-lain.

Karena sifatnya yang demikian, maka kupu-kupu menjadi salah satu serangga

yang dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap perubahan ekologi. Makin

tinggi keragaman spesies kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan

(22)

Keraragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Faktor

abiotik yang mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu antara lain suhu,

kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya. Faktor biotik yang

mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu ialah komposisi dan struktur vegetasi,

predator, parasit, dan parasitoid (Rizal 2007). Smart (1991) melaporkan ukuran

populasi kupu-kupu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dependent (saling

tergantung) dan faktor independent (tidak saling tergantung). Faktor dependent

ialah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam

habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya (ruang dan pakan). Faktorindependent

ialah faktor yang pengaruhnya tidak tergantung dari ukuran populasi, misalnya

iklim. Faktor dependent merupakan faktor yang paling banyak berpengaruh

terhadap kupu-kupu.

Komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu ialah

tersedianya vegetasi sebagai sumber pakan, tempat berkembang biak, dan tempat

berlindung. Pada daerah dengan jumlah vegetasi yang sedikit, kupu-kupu akan

berpindah dan mencari daerah baru yang banyak terdapat vegetasi sebagai sumber

pakannya. Selain berperan sebagai sumber pakan bagi kupu-kupu, vegetasi juga

sebagai tempat berlindung dari serangan predator, dan tempat untuk berkembang

biak (Clark et al. 1996). Whalley (1992) melaporkan kehidupan kupu-kupu

sangat tergantung pada tumbuhan dan sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan. Terjadinya kerusakan hutan dapat mengakibatkan berkurangnya

jumlah tumbuhan inang. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah

spesies dan individu kupu-kupu.

Keberadaan kupu-kupu di suatu kawasan, selain dipengaruhi oleh kondisi

tanaman inangnya, juga dipengaruhi oleh kondisi iklim, musim dan ketinggian

tempat. Amir et al. (2003) melaporkan keragaman spesies kupu-kupu di Taman

Nasional Gunung Halimun berbeda dengan keragaman spesies kupu-kupu di

taman nasional lainnya di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan

iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis-jenis tanaman inang sebagai makanan

bagi larvanya.

Kupu-kupu memiliki sebaran geografi yang luas. Distribusi spesies kupu-kupu

(23)

8

pakan larva maupun dewasa. Braby (2000) melaporkan distribusi kupu-kupu

Graphium agamemnon, meliputi India selatan sampai India utara, Nepal, Sri

Lanka, Andamans, Nicobars, Banglades, Brunei, Myanmar, Thailand, Laos,

Kamboja, China selatan (meliputi Hainan), Taiwan, Malaysia, Indonesia

(Sumatra, Nias, Mentawai, Bangka, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan),

Filipina, dan Australia. DistribusiG. dosonmeliputi Nepal, Sri Lanka, Banglades,

Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Cina Selatan, Taiwan, Malaysia, Brunei,

Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan), Filipina,

Papua Nugini, Solomon dan Australia. Distribusi kupu-kupu tersebut berkaitan

dengan keberadaan inang dan iklim yang sesuai.

Musuh Alami Kupu-kupu

Predator, parasitoid, penyakit, dan serangan cendawan menyebabkan

menurunnya populasi kupu-kupu. Kupu-kupu betina dapat menghasilkan sekitar

500 telur. Namun, umumnya kurang dari 100 telur kupu-kupu yang dapat

bertahan sekitar 95 dari 100 telur yang dihasilkan oleh kupu-kupu betina dapat

menjadi larva dan 90% dari larva biasanya mati akibat dimakan oleh burung,

parasitoid, penyakit, dan cendawan. Hanya sekitar 5% telur yang dapat mencapai

fase pupa. Seluruh tahap perkembangan kupu-kupu terancam oleh adanya

serangan parasitoid yang menyebabkan kematian. Parasitoid yang menyerang

kupu-kupu ialah parasitoid (tawon dan lalat) dan cacing parasit. Parasit umumnya

menyerang kupu-kupu dewasa dan tidak menyebabkan kematian. Parasitoid

menyerang tahap awal perkembangan kupu-kupu (telur, larva dan pupa) dan dapat

menyebabkan kematian. Sedangkan parasitoid yang menyerang telur kupu-kupu

ialah tabuhan (wasp), sedangkan Parasitoid yang menyerang larva ialah tabuhan,

dan lalat Tachynidae. Parasit pada kupu-kupu dewasa ialah tungau yang

menyerang bagian toraks dan tungkai kupu-kupu.

Cendawan dan virus patogen juga merupakan ancaman bagi kelangsungan

hidup kupu-kupu saat kelembaban udara tinggi, terutama saat musim hujan .

Cendawan dan virus merupakan ancaman bagi kupu-kupu di wilayah tropis.

Cendawan patogen yang menyerang kupu-kupu disebut cendawanentomophagous

(24)

kupu-kupu. Larva kupuu-kupu juga dapat diserang oleh nuclear polyhydrosis

viruse, virus granulosis (granulosis viruses), dan cytoplasmic polyhydrosis

viruses. Serangan cendawan dan virus patogen memiliki daya infeksi yang tinggi

(Hoskins 2010). Hampir 50% dari kupu-kupu memiliki predator alami, seperti

katak, burung, beberapa spesies insekta karnivora, dan laba-laba. Predator bagi

kupu-kupu berperan dalam menjaga kestabilan jaring-jaring makanan di alam

(Pippen 2003).

Peranan Kupu-kupu

Kupu-kupu dengan bentuk, ukuran, dan pola warna yang menarik

memiliki nilai estetika tinggi. Para kolektor kupu-kupu berusaha untuk

mendapatkan spesies yang indah dan jarang dimiliki orang lain. Para pengumpul

biasanya berburu di hutan, tukar menukar dengan pengumpul lainnya, dan bahkan

membeli dari pengumpul kupu-kupu dengan harga yang mahal. Warna dan

bentuknya yang indah memberikan nilai estetika yang tetap menjadi perhatian

para pengumpul dan penggemar kupu-kupu sejak lama, serta menjadi salah satu

alasan untuk tetap dipelihara keberadaannya di alam.

Kupu-kupu mempunyai nilai yang penting dalam ekosistem hutan, yaitu

sebagai penyerbuk (pollinator) untuk menjaga keragaman tumbuhan. Keberadaan

kupu-kupu sebagai serangga penyerbuk dapat membantu mempertahankan banyak

spesies tumbuhan di habitatnya (Kevan & Baker 1983; Sembel 1993). Beberapa

tumbuhan dan serangga mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Beberapa

tumbuhan hanya dapat diserbuk oleh serangga tertentu. Namun demikian, dalam

bidang pertanian, kupu-kupu juga dapat menjadi hama, terutama pada stadia larva,

terutama dari famili Danaidae, Morphinae, Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae,

dan Hesperidae yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan

tanaman hias (Salmah 1993). Serangga-serangga tersebut akan menjadi hama

potensial, jika terjadi peningkatan jumlah populasi dan tanpa adanya penekanan

dari musuh alaminya. Keragaman kupu-kupu dapat memberikan informasi tentang

(25)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Nopember 2010 di PPKA

Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 2). Lokasi pengambilan data kupu-kupu

di PPKA Bodogol, meliputi hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian

(Gambar 3). Identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Zoologi Universitas

Nasional, Jakarta dan verifikasi spesimen dilakukan di Bidang Zoologi,

Puslitbang Biologi, LIPI Cibinong

Gambar 2. Peta PPKA Bodogol sebagai lokasi penelitian (tanda panah)

(26)

Gambar 3. Lokasi pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol: A. Hutan heterogen, B. Hutan pinus, C. Lahan pertanian

Pengamatan kelimpahan dan keragaman kupu-kupu dilakukan di tiga

habitat, yaitu hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian (Gambar 4).

Gambar 4. Lokasi pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol: hutan heterogen (a), hutan pinus (b), dan kawasan lahan pertanian (c).

a

b

c

(27)

Alat dan Bahan

Alat yang digunaka

papan perentang, pinset, ja

koleksi, light meter, 4 in1

dan anemometer. Bahan ya

papilot, dan kapur barus (Ga

a

d

Gambar 5. Alat dan bahan Environment Te papilot (e), kapu

Metode

Pengamatan Kupu-kupu

Pengamatan kupu-kupu

Bateson 1993) di tiga habit

dan lahan pertanian. Pada

yang sudah ada, selama tig

kan dalam penelitian ini ialah jaring serangga, gun

, jangka sorong, jarum pentul, jarum serangga, k

1 Environment Tester, kamera, oven listrik (37-5

yang digunakan ialah alkohol 70%, kertas label, k

Gambar 5)

b c

e f

n yang digunakan dalam penelitian:lightmeter (a), 4 Tester(b), jaring serangga (c), kotak serangga (d), k

pur barus (f).

pu dilakukan dengan metode scan sampling (Mar

bitat yang berbeda, yaitu hutan heterogen, hutan

a tiap habitat dilakukan pengamatan di sepanjang

(28)

dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00 WIB-12.00 WIB) dan siang hari (13.00

WIB-16.00 WIB). Pada pengamatan, kupu-kupu yang telah diketahui spesiesnya

dicatat nama spesies dan jumlah individunya. Kupu-kupu yang belum diketahui

spesiesnya, ditangkap dengan jaring serangga untuk diidentifikasi. Pengukuran

parameter lingkungan hanya meliputi kelembaban udara (%), suhu udara (°C),

intensitas cahaya (lux meter), dan kecepatan angin dilakukan setiap 15 menit,

dalam setiap pengamatan.

Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu

Kupu-kupu yang dikoleksi dibawa ke laboratorium, kemudian direntang

dengan cara menusuk bagian toraknya menggunakan jarum serangga di atas

balok. Spesimen kemudian dipindahkan ke atas papan perentang sehingga sayap,

kepala, antena, tungkai, dan abdomennya berada pada posisi yang baik. Agar

posisi tetap terjaga, digunakan kertas minyak dan jarum pentul. Sampel kemudian

dikeringkam selama 7-10 hari di dalam oven listrik dengan suhu 35-50°C. Setelah

kering, sampel dikeluarkan dan disimpan di dalam kotak spesimen yang telah

diberi kapur barus. Spesimen diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan

Yata (1981), Aoki et al. (1982), Tsukada (1985 dan 1991), dan Peggie & Amir

(2006). Sekitar 100 individu spesimen kupu-kupu disimpan di laboratorium

Zoologi Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta.

Analisis Data

Data kupu-kupu dianalisis meliputi kelimpahan relatif spesies, frekuensi

kehadiran, keragaman spesies, kemerataan spesies, dan kesamaan spesies.

Kelimpahan Relatif (KR). Kelimpahan relatif kupu-kupu dihitung dari menggunakan persamaan menurut Broweret al.(1990), sebagai berikut:

%

keterangan : KR = kelimpahan relatif spesies

Ni = jumlah individu kupu-kupu spesies ke-i

(29)

14

Frekuensi Kehadiran (FK). Frekuensi kehadiran spesies kupu-kupu dihitung menggunakan persamaan menurut Krebs (1985), sebagai berikut:

%

Keterangan: FK= 0 - 25% : sangat jarang FK= 25–50% : jarang FK= 50–75% : banyak FK > 75% : sangat banyak

Keragaman dan Kemerataan Spesies. Keragaman spesies kupu-kupu pada setiap lokasi dihitung menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’)

(Magurran 1988), sebagai berikut:

H' =-Σ pi ln pi

Keterangan :

H' = indeks keragaman

Pi = ni / N

ni = jumlah individu masing-masing spesies N = jumlah total individu yang ditemukan

Kemerataan spesies kupu-kupu pada suatu habitat dihitung menggunakan

rumus indeks ekuitabilitas menurut Magurran (1988), sebagai berikut:

S

Keterangan: E = indeks ekuitabilitas

H’ = indekskeragaman Shannon-Wiener S = Jumlah spesies yang ditemukan

Kesamaan Spesies. Kesamaan spesies kupu-kupu dihitung menggunakan indeks similaritas menurut Broweret al.(1990), sebagai berikut:

%

Keterangan: IS = Indeks similaritas

a = jumlah spesies pada lokasi A b = jumlah spesies pada lokasi B

(30)

Keragaman kupu-kupu dalam kaitannya dengan parameter lingkungan

dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p) dan

ditampilkan dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis),

dengan program R 2.10.0 (Everitt & Hothorn 2006). Sebaran spesies kupu-kupu

berdasarkan karakteristik habitat dianalisis menggunakan correspondence

(31)

HASIL Deskripsi Habitat

Hasil pengamatan di PPKA Bodogol, vegetasi yang terdapat di hutan

heterogen (gambar 6), antara lain Agathis damara, Schima wallicii, Ficus sp.,

Ageratum conizoides, Clidema hirta, Coffea canephora, Globba pendula, Lantana

camara, Melastoma polyanthum, Eupatorium inulifolium,dan Jasminum sambac.

Secara geografis, letak hutan heterogen terdapat pada 06° 46’- 63,5” LS, 106° 51’-46,7”BT, 806 m dpl.

Gambar 6. Beberapa tanaman yang berada di hutan heterogen: Ageratum conizoides (a), Clidema hirta (b), Coffea canephora (c), Ficus sp. (d), Globba pendula (e), Lantana camara (f), Melastoma polyanthum (g),Eupatorium inulifolium (h),Jasminum sambac (i), Gnetum gnemon(j), danPassiflorasp. (k)

Vegetasi yang dijumpai di hutan Pinus (Gambar 7), antara lain: Pinus

merkusii, Caliandra sp., Lantana camara, Agathis damara, Schima wallicii,

Eugenia sp., Impatiens platipetala, Melastoma polyanthum, Selaginella sp.,

Smilax sp. Secara geografis letak hutan pinus ialah 06° 46’ 45,9” LS, 106° 51’ 23,1”BT, 811 m dpl.

(32)
(33)

18

Keragaman Kupu-kupu

Di kawasan PPKA Bodogol ditemukan 132 spesies dari 3864 individu (Tabel 1) yang termasuk ke dalam 4 famili, yaitu Lycaenidae (21 spesies), Nymphalidae (80 spesies), Papilionidae (15 spesies) dan Pieridae (17 spesies) (Tabel 2). Secara umum, keragaman spesies kupu-kupu di kawasan PPKA Bodogol tergolong tinggi (H=4,55). Nilai kemerataan (evenness) kupu-kupu di kawasan PPKA Bodogol tergolong sedang dan tinggi (E=0,82) (Tabel 1). Keragaman dan kemerataan spesies kupu-kupu di hutan heterogen lebih tinggi (H= 3,85; E= 0,83) dibandingkan dengan hutan pinus (H= 3,14; E= 0,70) dan lahan pertanian (H=3,41 E= 0,79).

Tabel 1 Jumlah famili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, nilai kemerataan kupu-kupu yang ditemukan di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat

Spesies 104 88 75 132

Individu 1221 1333 1310 3864

H’ 3,85 3,14 3,41 4,55

E 0,83 0,70 0,79 0,82

Pada penelitian ini, Nymphalidae ditemukan dengan jumlah spesies dan

individu tertinggi di masing-masing habitat, yaitu hutan heterogen (62 spesies,

828 individu), hutan pinus (50 spesies, 1093 individu) dan lahan pertanian (42

spesies, 481 individu) (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah spesies (S) dan individu (I) famili kupu–kupu yang ditemukan di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat

Famili

Lycaenidae 16 138 13 80 12 177 21 395

Nymphalidae 62 828 50 1093 42 481 80 2402

Papilionidae 10 71 10 38 8 98 15 207

(34)

Selama 5 bulan pengamatan, total individu kupu-kupu yang ditemukan di

hutan heterogen adalah 1221 individu, di hutan pinus 1333 individu, dan lahan

pertanian adalah 1310 individu. Kelimpahan relatif dan frekuensi ditemukan

kupu-kupu pada setiap habitat di PPKA Bodogol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelimpahan relatif (%) dan frekuensi ditemukan kupu-kupu (%) pada setiap habitat di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat

Hutan Heterogen Hutan Pinus Lahan Pertanian Jumlah

Allotinus sarrastes 1 0.08 6.67 Anthene lycaenina 2 0.16 13.33 Arhopala overdijkinki 1 0.08 6.67

Catochrysops strabo 3 0.25 20 2 0.15 6.67 1 0.08 13.33 Eooxylides tharis 35 2.87 73.33 7 0.53 20.00 2 0.15 6.67

Euchrysops cnejus 1 0.08 6.67 2 0.15 6.67 9 0.69 46.67 Jamides alecto 20 1.64 40 7 0.53 20 34 2.60 60 Jamides caeruleus 3 0.25 13.33

Jamides celeno 37 3.03 60 23 1.73 60 61 4.66 93.33 Jamides pura 18 1.47 40 7 0.53 20 32 2.44 53.33 Lampides boeticus 1 0.08 6.67 28 2.14 46.67

Miletus boisduvali 9 0.74 20 9 0.68 20 1 0.08 6.67

Petrelaea dana 1 0.08 6.67 6.67

Prosotas gracilis 2 0.15 13.33 3 0.23 13.33

Rapala dieneces 3 0.23 6.67

Rapala suffusa 1 0.08 6.67

Spalgis epius 2 0.16 6.67 1 0.08 6.67

Tajuria cippus 4 0.30 13.33 Yasoda pita 2 0.16 6.67 4 0.30 13.33

Zizina otis 2 0.16 13.33 11 0.83 13.33 2 0.15 6.67

Zizula hylax 1 0.08 6.67

Nymphalidae

Erites argentina 19 1.56 46.67 27 2.03 73.33

Tanaecia trigerta 1 0.08 6.67

Amathusia phidippus 1 0.08 6.67

Amnosia decora 4 0.30 13.33

Athyma nefte 1 0.08 6.67 2 0.15 13.33

Athyma pravara 11 0.90 13.33 2 0.15 13.33 Chersonesia rahria 6 0.49 33.33 4 0.30 26.67

Cirrochroa clagia 2 0.16 13.33

Cirrochroa tyche 1 0.08 6.67 3 0.23 20 2 0.15 13.33 Famili

(35)

20

Hutan Heterogen Hutan Pinus Lahan Pertanian Jumlah

Cyretis nivea 2 0.16 6.67

Danaus chrysippus 4 0.33 26.67 3 0.23 20 4 0.31 13.33 Danaus genutia 2 0.16 6.67 2 0.15 13.33 Danaus melanippus 1 0.08 6.67

Discophora sondaica 1 0.08 6.67 Doleschallia bisaltide

4 0.33 26.67 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67

Dophla evelina 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67

Elymnias casiphone 1 0.08 6.67

Elymnias hypermnestra 1 0.08 6.67

Elymnias kamara 1 0.08 6.67

Elymnias panthera 6 0.46 26.67

Euplea eunice 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67

Euploea climena 3 0.25 20 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67 Euploea midamus 3 0.25 13.33

Euploea modesta 1 0.08 6.67

Euploea mulciber 39 3.19 86.67 1 0.08 6.67 6 0.46 13.33

Euploea phaenareta 1 0.08 6.67

Euploea radamanthus 3 0.25 20 3 0.23 13.33 Euthalia aconthea 1 0.08 6.67

Euthalia palguna 20 1.64 73.33 4 0.30 20 8 0.61 13.33 Faunis canens 74 6.06 80 150 11.25 100 27 2.06 66.67 Hypolimnas bolina 5 0.41 20 7 0.53 33.33 95 7.25 86.67

Hypolimnas misippus 5 0.41 26.67 16 1.22 40 Idea hypermnestra 24 1.97 60 4 0.30 20

Ideopsis juventa 1 0.08 6.67

Junonia almana 3 0.23 20 9 0.69 33.33

Junonia atlites 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67 10 0.76 13.33 Junonia erigone 1 0.08 6.67 3 0.23 20 1 0.08 6.67 Junonia hedonia 1 0.08 6.67

Junonia iphita 5 0.41 26.67 6 0.45 33.33 19 1.45 60 Junonia orithya 4 0.33 13.33 32 2.44 66.67 Lethe confusa 64 5.24 93.33 9 0.68 33.33

Lethe manthara 1 0.08 6.67

Lexias dirtea 3 0.25 20 1 0.08 6.67

Melanitis leda 8 0.66 33.33 22 1.65 66.67 21 1.60 60

Melanitis phedima 2 0.16 13.33 2 0.15 13.33 2 0.15 13.33 Melanitis zitenius 1 0.08 6.67 2 0.15 13.33 Moduza procris 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67

Mycalesis fusca 2 0.15 13.33

Mycalesis horsfieldi 8 0.66 33.33 64 4.80 93.33 14 1.07 26.67 Mycalesis janardana 65 5.32 100 245 18.38 100 34 2.60 66.67

Mycalesis mineus 38 3.11 80 122 9.15 100 40 3.05 80

Lanjutan tabel 3.

Doleschallia bisaltide Famili

(36)

Hutan Heterogen Hutan Pinus Lahan Pertanian

Myclaesis moorei 40 3.28 53.33 144 10.80 93.33 Mycalesis sudra 2 0.16 13.33 2 0.15 6.67 Neorina crishna 16 1.31 60 22 1.65 60 Neptis clinia 1 0.08 6.67

Neptis duryodana 1 0.08 6.67

Neptis hylas 8 0.66 33.33 3 0.23 20 21 1.60 66.67 Neptis leucoporos 2 0.16 6.67

Neptis miah 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67

Neptis pravara 1 0.08 6.67

Neptis vikasi 6 0.49 26.67 7 0.53 33.33 1 0.08 6.67

Orsotriaena medus 2 0.16 13.33

Parantica agleoides 1 0.08 6.67

Phaedyma columella 11 0.90 46.67 3 0.23 13.33 21 1.60 40

Polyura hbe 1 0.08 6.67

Stibochiona coresia 1 0.08 6.67 Symbrenthia hypatia 8 0.66 40

Symbrenthia hypselis 1 0.08 6.67

Tanaecia iapis 44 3.60 86.67 7 0.53 46.67 8 0.61 33.33 Tanaecia palguna 2 0.15 13.33 1 0.08 6.67 Thaumantis odana 15 1.23 40 11 0.83 53.33 2 0.15 13.33 Vagrans egista 2 0.16 6.67

Vanessa cardui 1 0.08 6.67

Ypthima baldus 7 0.57 13.33 6 0.45 26.67 7 0.53 33.33 Ypthima horsfieldi 33 2.70 73.33 72 5.40 100 13 0.99 33.33 Ypthima iarba 17 1.39 13.33 2 0.15 13.33

Ypthima nigricans 7 0.57 20 6 0.45 20 5 0.38 13.33 Ypthima pandocus 149 12.20 100 92 6.90 93.33 13 0.99 46.67 Ypthima philomela 16 1.31 66.67 13 0.98 40 25 1.91 60

Zeuxidia luxerii 3 0.25 13.33 Papilionidae

Graphium

agamemnon 1 0.08 6.67 17 1.30 60

Graphium antiphates 4 0.33 20 5 0.38 20

Graphium bathycles 1 0.08 6.67

Graphium doson 1 0.08 6.67 5 0.38 26.67 2 0.15 13.33

Graphium macareus 1 0.08 6.67

Graphium sarpedon 6 0.49 26.67 6 0.45 26.67 18 1.37 53.33 Pachilopta

aristolochiae 4 0.33 6.67

Papilio demoleus 1 0.08 13.33

Papilio demolion 16 1.31 60 1 0.08 6.67 1 0.08 13.33

Papilio helenus 23 1.88 46.67 16 1.20 53.33 1 0.08 53.33

Lanjutan tabel 3.

(37)

22

Hutan Heterogen Hutan Pinus Lahan Pertanian Jumlah

Papilio memnon 4 0.33 20 1 0.08 6.67 57 4.35 86.67 Papilio peranthus 7 0.57 20

Troides cuneifera 1 0.08 6.67 1 0.08 6.67 Troides helena 5 0.41 13.33

Troides vandepolli 1 0.08 6.67 Pieridae

Appias lyncida 4 0.33 20 1 0.08 6.67 4 0.31 26.67 Appias nero 9 0.74 46.67 5 0.38 26.67

Appias olferna 10 0.82 26.67 4 0.30 13.33 6 0.46 26.67 Catopsilia pomona 12 0.98 46.67 2 0.15 13.33 4 0.31 20

Catopsilia pyranthe 4 0.33 20 4 0.30 20

Catopsilia scylla 8 0.66 40 2 0.15 13.33 4 0.31 6.67 Cepora judith 9 0.74 33.33 1 0.08 6.67

Delias belisama 6 0.49 13.33 2 0.15 13.33 31 2.37 60 Delias hyparete 18 1.47 53.33 1 0.08 6.67 3 0.23 20

Delias pasithoe 3 0.23 13.33

Eurema alitha 4 0.33 13.33 4 0.30 26.67 41 3.13 73.33 Eurema blanda 25 2.05 33.33 27 2.03 53.33 128 9.77 100 Eurema hecabe 30 2.46 73.33 41 3.08 73.33 202 15.42 100 Eurema sari 26 2.13 66.67 16 1.20 66.67 71 5.42 66.67 Gandaca harina 14 1.15 66.67 5 0.38 26.67 16 1.22 6.67 Leptosia nina 2 0.16 13.33 7 0.53 26.67 41 3.13 60

Prioneris philonome 3 0.25 20

Jumlah 1221 1333 1310

Beberapa spesies kupu-kupu dari masing-masing famili yang ditemukan di

ketiga lokasi pengamatan tertera dalam Gambar 9-12. Lanjutan tabel 3.

(38)

Gambar 9. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Lycaenidae:Jamides alecto(a), J.celeno(b),Yasoda pita(c), danEooxylides tharis(d).

Gambar 10. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Pieridae:Eurema hecabe (a),Catopsilia pomona (b),Cepora judith (c), danLeptosia nina(d).

1 cm

1 cm

1 cm

c

d

1 cm

1 cm 1 cm

1 cm

d

(39)

24

Gambar 11. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Nymphalidae: Amnosia decora (a), Athyma nefte (b), A. pravara (c), Faunis canens (d), Danaus genutia(e),Doleschallia bisaltide(f),Idea hypermnestra(g), Hypolimnas bolina(h),Tanaecia iapis(i),M. horsfieldi(j),M. moorei (k), danNeorina crishna(l).

1 cm 1 cm 1 cm

1 cm 1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

L

1 cm

L

(40)

Gambar 12. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Papilionidae: Graphium agamemnon (a), G. sarpedon (b), Papilio memnon (c), P. polytes (d), danP. demolion(e).

Indeks similaritas kupu-kupu antara hutan heterogen dan hutan pinus ialah

74%, hutan heterogen dan lahan pertanian ialah 64%, hutan pinus dan lahan

pertanian ialah 70% (Tabel 4).

1 cm

d

e

c

1 cm 1 cm

a

b

(41)

Habitat Hutan Heterogen Hutan Pinus Lahan Pertanian

Hutan Heterogen 1 74 64

Hutan Pinus

Lahan Pertanian

74

64

1

70

70

(42)

Gambar 14.Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan pinus dengan kelimpahan dan frekuensi kehadiran tinggi:F. canens(a), M. horsfieldi (b),M. janardana (c), M. mineus(d), M. moorei(e), Y. horsfieldi(f), danY. pandocus(g).

Gambar 15. Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada kawasan lahan pertanian dengan kelimpahan dan frekuensi kehadiran tinggi: J. celeno (a), H. bolina (b), M. mineus (c), P. memnon (d), E. blanda (e), dan E. hecabe(f).

(43)

Pengamatan kupu-ku

lahan pertanian) juga menun

pada pengamatan pagi hari l

Gambar 16. Jumlah individu haridi PPKA Bo

Berdasarkan bulan p

tertinggi terdapat pada bulan

kupu-kupu menurun pada b

jumlah spesies dan individu k

-kupu di tiga habitat (hutan heterogen, hutan pinus

unjukkan bahwa jumlah individu dan spesies

kupu-i lebkupu-ih tkupu-inggkupu-i dkupu-ibandkupu-ingkan skupu-iang harkupu-i (Gambar 16).

idu kupu-kupu yang ditemukan pada pagi hari dan A Bodogol.

n pengamatan, jumlah spesies dan individu

kupu-lan Agustus dan September. Jumlah spesies dan ind

bulan Oktober dan November. Pada bulan Desem

u kupu-kupu meningkat kembali (Gambar 17 dan 1

Habitat

28

us, dan

u-kupu

6).

n siang

u-kupu

ndividu

sember,

(44)

Gambar 17. Jumlah spesies pada setiap bul

Gambar 18. Jumlah individu pada setiap bul

Paramater Lingkungan da

Hasil pengamatan

pertanian memiliki suhu rat

es kupu-kupu yang ditemukan di masing-masing lok ulan pengamatan.

idu kupu-kupu yang ditemukan di masing-masing lo ulan pengamatan.

dalam Kaitannya dengan Keragaman Kupu-kup

parameter lingkungan, menunjukkan bahwa

rata-rata 29,63°C, kelembaban udara 69,52%, inten

Bulan

Bulan

lokasi

g lokasi

upu

wa lahan

(45)

30

cahaya 1690 lux, dan kecepatan angin 1,14 m/detik. Hutan heterogen memiliki

suhu rata-rata 26,39°C, kelembaban udara 80,81%, intensitas cahaya 946,59 lux,

dan kecepatan angin 0,06 m/detik. Hutan pinus memiliki suhu rata-rata 26,35°C,

kelembaban udara 80,45%, intensitas cahaya 788,33 lux, dan kecepatan angin

0,176 m/detik (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-rata suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya dan kecepatan angin di hutan heterogen, hutan pinus dan lahan pertanian di PPKA Bodogol

Berdasarkan uji korelasi Pearson, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan

suhu udara berkorelasi positif dengan jumlah individu kupu-kupu. Kelembaban

udara berkorelasi negatif terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 6 dan

Gambar 19).

Tabel 6. Nilai korelasi Pearson (r) dan nilai p antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian.

Berdasarkan uji korelasi Pearson, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan

suhu udara berkorelasi negatif terhadap jumlah spesies kupu-kupu di tiga habitat

(hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian). Kelembaban udara

berkorelasi positif terhadap jumlah spesies kupu-kupu (Tabel 7 dan Gambar 19).

Lokasi Suhu

Parameter lingkungan Jumlah individu kupu-kupu

r Nilai p

Intensitas cahaya 0,0001965 0,991

Kecepatan angin 0,3332 0,6082

Suhu udara 0,05403 0,8507

Kelembaban udara -0,07215 0,8269

(46)

Intensitas cahaya -0,5322 0,4795

Kecepatan angin -0,9771 0,09669

Suhu -0,7421 0,3391

(47)

32

Gambar 20. Diagram koresponden analisis tentang keterkaitan lokasi pengamatan dengan kelimpahan famili kupu-kupu.

Hutan pinus

(48)

Keragaman Kupu-kupu

Di PPKA Bodogol, famili Nymphalidae ditemukan dominan di tiga

habitat, yaitu hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian. Di hutan

heterogen, ditemukan 62 spesies dari 828 individu. Di hutan pinus, ditemukan 50

spesies dari 1093 individu, sedangkan di lahan pertanian, ditemukan 42 spesies

dari 481 individu. Famili ini merupakan famili dengan jumlah spesies yang

terbanyak dibandingkan famili yang lain dalam super famili Papilionoidea

(Triplehorn & Johnson 2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan

Dendang (2008), mengenai keragaman kupu-kupu di resort Salabintana, Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

Berdasarkan jumlah spesies, hutan heterogen memiliki jumlah spesies

tertinggi dibanding dua habitat lainnya. Hal ini berkaitan dengan hutan heterogen

memiliki kondisi lingkungan dengan vegetasi yang lebih beragam, dibanding

hutan pinus dan lahan pertanian. Lahan pertanian memiliki jumlah spesies paling

sedikit dibandingkan dengan hutan pinus dan hutan heterogen. Lahan pertanian

merupakan daerah monokultur dengan vegetasi yang seragam.

Secara keseluruhan, nilai indeks keragaman kupu-kupu di ketiga habitat

berkisar antara 3,14-3,85. Keragaman spesies kupu-kupu di PPKA Bodogol,

tergolong sedang dan tinggi. Magurran (1988) menyatakan jika indeks keragaman

(H’) < 1,5 termasuk rendah, 1,5<H’<3,5 menunjukkan keragaman sedang, dan H’>3,5 menunjukkan keragaman tinggi.

Nilai ekuitabilitas atau indeks kemerataan (E) pada ketiga habitat berkisar

0,70-0,83. Kisaran nilai ini termasuk kategori sedang sampai tinggi (Magurran,

1988). Nilai E berkisar antara 0-1, jika nilai mendekati nol menunjukkan

kemerataan yang rendah. Nilai E mendekati 1, berarti memiliki kemerataan yang

tinggi. Kemerataan spesies juga erat kaitannya dengan dominansi. Bila nilai E

tinggi mengindikasikan tidak adanya dominansi dari spesies-spesies tertentu. Nilai

E yang rendah mengindikasikan adanya dominansi dari spesies-spesies tertentu.

(49)

34

di lokasi pengamatan relatif tinggi (E= 0,70-0,83), sehingga tidak ada spesies

yang dominan dalam komunitas (Krebs, 1985).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman spesies kupu-kupu di

hutan heterogen (H’ =3,85) lebih tinggi dibandingkan hutan pinus (H’ = 3,14 ) dan lahan pertanian (H’ =3,41). Dolia (2006) melaporkan bahwa tutupan kanopi merupakan faktor yang mempengaruhi keragaman kupu-kupu di suatu habitat.

Tingginya keragaman kupu-kupu di hutan heterogen menunjukkan bahwa habitat

tersebut masih baik. Odum (1993) menyatakan bahwa semakin beragamnya

spesies kupu-kupu di suatu habitat, menandakan kondisi lingkungan tersebut

masih baik. Pada habitat hutan heterogen juga dijumpai beragam jenis tumbuhan

sebagai pakan untuk larva dan kupu-kupu. Clark et al.(1996) melaporkan selain

berperan sebagai sumber pakan bagi kupu-kupu, vegetasi juga sebagai tempat

berlindung dari serangan predator dan tempat untuk berkembang biak.

Keragaman spesies kupu-kupu terendah (H = 3,14) ditemukan pada habitat

hutan pinus. Kondisi ini menggambarkan adanya dominansi suatu spesies

kupu-kupu yang terdapat pada habitat ini.

Hutan pinus memiliki kelimpahan individu yang paling tinggi (1333

individu) dibandingkan lahan pertanian (1310 spesies) dan hutan heterogen (1221

individu) (Tabel 3). Melimpah jumlah individu pada hutan pinus disebabkan oleh

karakteristik hutan pinus, yaitu kawasan hutan dengan vegetasi yang seragam.

Melimpahnya spesies tanaman tertentu pada hutan pinus yang menjadi sumber

pakan bagi beberapa spesies kupu-kupu. Jumlah individu kupu-kupu F. canens

lebih banyak didapatkan di hutan pinus (150 individu) dan hutan heterogen (74

individu) dibandingkan di lahan pertanian (27 individu). Menurut Leong (2011),

F. canens lebih menyukai di kawasan hutan dibandingkan kawasan terbuka. F.

canens sering ditemukan beristirahat pada daun-daun yang berguguran di lantai

hutan atau ditemukan hinggap di daun-daun tanaman perdu.

M. mineus paling banyak ditemukan di hutan pinus (122 individu)

dibandingkan hutan heterogen (38 individu). Spesies ini tidak ditemukan di lahan

pertanian. Hasil tersebut sesuai dengan Vu & Vu (2011) yang melaporkan bahwa

M. mineus paling banyak ditemukan di hutan alami yang sudah mengalami

(50)

dan hutan sekunder. Kupu-kupu Mycalesis banyak ditemukan di wilayah hutan

tropis, hutan sabana terbuka, hutan terbuka dengan banyak rumput-rumputan, dan

hutan tertutup tanpa rumput-rumputan (Moore 1999). Berdasarkan hasil penelitian

ini,Mycalesisbanyak ditemukan di kawasan yang lebih terbuka, yaitu hutan pinus

dari pada hutan heterogen.

Kupu-kupu Y. pandocus banyak ditemukan di hutan heterogen (149

individu), hutan pinus (92 individu) dan lahan pertanian (13 individu). Chiaet al.

(2011) melaporkan bahwaY. pandocusmerupakan spesies yang banyak ditemui

di kawasan terbuka dengan vegetasi rumput-rumputan yang lebat.

Kupu-kupuP. memnonbanyak ditemukan di lahan pertanian (57 individu)

dibandingkan hutan heterogen (4 individu) dan hutan pinus (1 individu).

Berdasarkan pengamatan, kawasan lahan pertanian memiliki beberapa vegetasi

utama seperti Citrus sp.,Persea americana, Manihot esculenta, Zea mays, Musa

sp., Morinda citrifolia, dan Ipomoea batatas. Sumber pakan bagi larva P.

memnon ialah daun dari tanaman jeruk (Citrus sp.). Yukawa (2000) melaporkan,

P. memnon merupakan hama bagi tanaman jeruk. Troides vandepolli hanya

ditemukan 1 individu di kawasan hutan pinus. Berdasarkan Nagypal (2000), T.

vandepolli sangat sensitif terhadap destruksi habitat. Perubahan kawasan hutan

menjadi kawasan pertanian merupakan ancaman bagi kelestarian spesies tersebut.

Spesies ini masih ditemukan di kawasan hutan tertutup di bagian utara Sumatera

dengan jumlah individu yang sedikit.

E. hecabe lebih banyak ditemukan di lahan pertanian (202 individu)

daripada hutan pinus (41 individu) dan hutan heterogen (30 individu). E. blanda

lebih banyak ditemukan di lahan pertanian (128 spesies) dibandingkan hutan

pinus (27 individu) dan hutan heterogen (25 individu). Berdasarkan Tsukada dan

Nishiyama (1985), kupu-kupu genus Eurema banyak ditemukan di dalam hutan

dan area terbuka. Kupu-kupu Euremajuga sering ditemukan hidup berkelompok

dalam jumlah yang besar. Kupu-kupu Eurema merupakan kupu-kupu pemakan

daun dari tanaman-tanaman Fabaceae (Hirota & Kato 2001). Berdasarkan

pengamatan, di lahan pertanian banyak ditemukan tanaman dari famili Fabaceae,

(51)

36

heterogen. Hal ini menyebabkan E. hecabe dan E. blanda banyak ditemukan di

lahan pertanian.

Konversi hutan hujan menjadi lahan pertanian dan hutan pinus

mengakibatkan tutupan kanopi berkurang dan kelimpahan tanaman herba di

kawasan lahan konversi menjadi meningkat. Peningkatan kelimpahan tanaman

herba berdampak pada meningkatnya sejumlah serangga herbivora dan polinator,

seperti kupu-kupu. Kelimpahan kupu-kupu di hutan heterogen lebih rendah dari

hutan pinus dan kawasan lahan pertanian. Tingginya kelimpahan individu

kupu-kupu di kawasan lahan pertanian disebabkan oleh adanya vegetasi monokultur,

berupa tanaman pertanian dengan jumlah yang tinggi (Bos et al. 2007).

Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks similaritas kupu-kupu antara

habitat hutan heterogen dan hutan pinus sebesar 74%, hutan heterogen dan lahan

pertanian sebesar 64%, sedangkan hutan pinus dan lahan pertanian sebesar 70%.

Kemiripan yang besar ialah antara hutan heterogen dan hutan pinus yang

menggambarkan bahwa kedua habitat tersebut memiliki tingkat kesamaan spesies

kupu-kupu yang tinggi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kesamaan

beberapa vegetasi pada hutan pinus dan hutan heterogen.

Kelimpahan relatif dan frekuensi kehadiran kupu-kupu tertinggi pada

hutan heterogen, ialahE. mulciber, Faunis canens, L.confusa, M. janardana, M.

mineus, T. iapis,danY. pandocus(Nymphalidae). Di hutan pinus, kelimpahan dan

frekuensi kehadiran tertinggi ialah F. canens, M. horsfieldi, M. janardana, M.

mineus, M. moorei, Y. horsfieldi, dan Y. pandocus. Tingginya kelimpahan dan

frekuensi kehadiran spesies kupu -kupu tersebut disebabkan karena spesies

kupu-kupu tersebut memiliki jumlah individu yang banyak, juga memiliki kemampuan

terbang yang relatif rendah, sehingga mudah ditangkap (Spitzeret al. 1993). Pada

penelitian ini, banyak ditemukan spesies L. confusa dan Neorina crishna pada

hutan heterogen dan hutan pinus. Hal tersebut sesuai dengan Spitzeret al. (1993),

yang melaporkan bahwa L. confusa dan N. crishnabanyak ditemukan di habitat

hutan heterogen yang merupakan karakteristik spesies kupu-kupu hutan.

Spesies J. celeno, H. bolina, M. mineus, P. memnon, E. blanda, dan E.

hecabememiliki kelimpahan dan frekuensi kehadiran yang lebih tinggi di habitat

(52)

umum dijumpai di lahan pertanian (Peggie & Amir, 2006). Hasil penelitian ini

juga sesuai dengan Spitzer et al. (1993) yang melaporkan spesiesE. hecabedan

P. memnon merupakan spesies kupu-kupu yang banyak dijumpai di lahan

pertanian, terutama bila pada kawasan lahan pertanian tersebut memiliki vegetasi

tanaman inang yang mendukung keberadaan kupu-kupu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah individu kupu-kupu pada

waktu pengamatan pagi hari lebih tinggi dibanding siang hari (Gambar 16). Hal

ini berkaitan dengan aktivitas kupu-kupu yang terbang mencari nektar ketika

cuaca cerah dan tubuhnya cukup hangat untuk dapat terbang. Kupu-kupu

tremasuk serangga diurnal (Triplehorn & Johnson 2005). Pengamatan di

lapangan, kupu-kupu berhenti melakukan aktivitasnya, ketika intensitas cahaya

berkurang atau mendung dan kembali melakukan aktivitasnya ketika intensitas

cahaya tinggi atau cerah. Braby (2000) melaporkan kupu-kupu aktif di pagi hari

sampai sore hari.

Berdasarkan bulan pengamatan, kupu-kupu paling banyak ditemukan

pada bulan Agustus dan September. Pada bulan Oktober dan November, terjadi

penurunan jumlah spesies dan individu kupu-kupu (Gambar 17 dan Gambar 18).

Tingginya jumlah spesies dan jumlah individu kupu-kupu pada bulan Agustus dan

September, berkaitan dengan kondisi cuaca yang cerah pada saat pengamatan.

Pada bulan Oktober dan bulan November, kondisi cuaca sering mendung dan

terjadi hujan. Pada bulan Desember terjadi peningkatan jumlah spesies dan jumlah

individu. Komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu ialah faktor

cahaya yang cukup, udara yang bersih atau tidak terpolusi, dan ketersediaan air

(Odum 1993). Rizal (2007) melaporkan keragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh

faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi keragaman

kupu-kupu, antara lain suhu, kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya. Faktor

biotik yang mempengaruhi ialah komposisi struktur vegetasi, predator, dan

parasit.

Berdasarkan hasil correspondence analysis (CA), hutan heterogen dan

hutan pinus memiliki kelembaban udara yang tinggi, sedangkan lahan pertanian

memiliki suhu lingkungan, intensitas cahaya, dan kecepatan angin yang tinggi.

(53)

38

pertanian dikarenakan lokasi tersebut lebih terbuka dibandingkan hutan heterogen

dan hutan pinus. Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa faktor abiotik seperti

intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin tidak berkorelasi secara

nyata (P<0,05) terhadap jumlah spesies dan individu kupu-kupu (Tabel 6 dan 7).

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Dolia (2006), kondisi mikroiklim di

suatu habitat yang meliputi suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya tidak

berkorelasi secara nyata terhadap jumlah dan keragaman kupu-kupu. Berdasarkan

Clark et al. (1996), keragaman kupu-kupu di habitat sangat dipengaruhi oleh

kondisi vegetasi sebagai sumber pakan, tempat berlindung, dan tempat

berkembang biak. Borkar & Komarpant (2004) melaporkan bahwa tanaman

merupakan sumber pakan bagi kupu yang menentukan keragaman

kupu-kupu di suatu habitat. Selain itu, terdapat faktor ketersediaan air dan vegetasi

(Brown & Frietas 2002), serta tutupan kanopi yang mepengaruhi keragaman

(54)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Di kawasan PPKA Bodogol ditemukan 132 spesies dari 3864 individu

kupu-kupu yang termasuk ke dalam 4 famili, yaitu Lycaenidae, Nymphalidae,

Papilionidae, dan Pieridae. Keragaman kupu-kupu di PPKA Bodogol tergolong

sedang sampai tinggi. Hutan heterogen memiliki keragaman kupu-kupu tertinggi,

diikuti dengan lahan pertanian, dan hutan pinus. Kelimpahan individu kupu-kupu

tertinggi terdapat pada hutan pinus, diikuti dengan lahan pertanian dan hutan

heterogen.

Kupu-kupu Nymphalidae dominan ditemukan di hutan heterogen dan

homogen. Famili Papilionidae, Lycaenidae, dan Pieridae dominan ditemukan di

lahan pertanian. Spesies kupu-kupu yang didapatkan pada hutan heterogen

memiliki kesamaan yang tinggi dengan hutan pinus. Hutan heterogen dan

homogen dicirikan oleh kelembaban udara yang tinggi, intensitas cahaya, suhu

dan kecepatan angin yang rendah. Lahan pertanian dicirikan oleh kelembaban

rendah, suhu, intensitas cahaya tinggi, dan kecepatan angin yang tinggi.

Berdasarkan analisis PCA, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan

angin, dan intensitas cahaya tidak berkorelasi secara nyata terhadap jumlah

spesies dan individu kupu-kupu.

Saran

Tingginya keragaman kupu-kupu di Kawasan PPKA Bodogol, Sukabumi,

Jawa Barat, sehingga perlu dilakukannya langkah-langkah pelestarian kawasan

sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 7 thn 1999. Salah satu langkah konservasi

yang dapat dilakukan ialah dengan menjaga komposisi vegetasi sebagai sumber

pakan bagi kupu-kupu. Pengelola kawasan perlu mensosialisasikan PP no 7

kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi. Studi mengenai faktor biotik,

Gambar

Tabel 2 Jumlah spesies (S) dan individu (I) famili kupu – kupu yang ditemukan di
Tabel 3.Kelimpahan  relatif (%) dan frekuensi ditemukan kupu-kupu (%) padasetiap habitat di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 10. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Pieridae: Eurema hecabe(a), Catopsilia pomona (b), Cepora judith (c), dan Leptosia nina (d).
Gambar 11. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Nymphalidae: Amnosia
+7

Referensi

Dokumen terkait