NAVIGASI PADA KAPAL PENANGKAP IKAN
DUDI FIRMANSYAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Turbin Angin Mini sebagai Alternatif Sumber Energi Listrik untuk Lampu Navigasi pada Kapal Penangkap Ikan merupakan karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
DUDI FIRMANSYAH, C44070044. Turbin Angin Mini sebagai Alternatif Sumber Energi Listrik untuk Lampu Navigasi pada Kapal Penangkap Ikan. Dibimbing oleh FIS PURWANGKA dan BUDHI HASCARYO ISKANDAR.
Mengetahui pengaruh waktu (siang dan malam) terhadap besarnya kecepatan angin (km/jam) di daerah penelitian, mengetahui tipe angin berdasarkan kecepatan angin (km/jam) rata-rata di daerah penelitian menurut tabel skala Beaufort, mengetahui pengaruh jumlah 3 sudu dan 6 sudu pada turbin angin terhadap kecepatan putaran per menit (rpm) alternator, mengetahui perbandingan lama waktu pengisian baterai oleh turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu, mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menghidupkan rangkaian lampu LED.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan, yaitu melakukan uji coba turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan/observasi, yaitu dengan cara mengamati turbin angin 3 sudu dan 6 sudu, adapun hal yang diamati pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : kecepatan angin (km/jam) dan arah angin, kecepatan putaran (rpm) alternator, arus (ampere) yang dihasilkan, jenis angin dan tipe angin. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu, analisis univariat, bivariat dan analisis lanjut. Waktu (siang dan malam) memberikan pengaruh terhadap besarnya kecepatan angin di daerah penelitian, dimana pada siang hari kecepatan angin lebih besar dibandingkan malam hari. Menurut tabel skala Beaufort, tipe angin yang di daerah penelitian pada saat melakukan pengamatan termasuk dalam tipe angin lemah. Jumlah sudu pada baling-baling memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator, dimana turbin angin dengan 6 sudu menghasilkan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator lebih besar dibandingkan turbin angin dengan 3 sudu. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ampere baterai sampai penuh oleh turbin angin dengan 3 sudu yaitu 1 jam 45 menit, sedangkan oleh turbin angin dengan 6 sudu waktu yang dibutuhkan hanya 1 jam 30 menit. Jadi, turbin angin dengan 6 sudu menghasilkan arus (ampere) yang lebih besar. Energi yang dihasilkan turbin angin mini dengan 6 sudu mampu untuk menghidupkan tiga buah rangkaian lampu LED (putih, merah, dan hijau) selama 125,6 jam atau sama dengan ± 5 hari.
© Hak cipta IPB, Tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
NAVIGASI PADA KAPAL PENANGKAP IKAN
DUDI FIRMANSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Mahasiswa : Dudi Firmansyah
NIM : C44070044
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Fis Purwangka, S.Pi., M.Si. Dr. Ir. Budhi H. Iskandar, M.Si. NIP. 1972 0502 200701 1 002 NIP : 1967 0215 199103 1 004
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 1962 1223 198703 1 001
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2011 ini adalah Turbin Angin Mini sebagai Alternatif Sumber Energi Listrik untuk Lampu Navigasi pada Kapal Penangkap Ikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Fis Purwangka, S.Pi., M.Si dan Dr. Ir. Budhi H. Iskandar, M.Si. atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini;
2. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Dr. Yopi Novita, S.Pi., M.Si. selaku penguji tamu;
3. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan selama ini;
4. Bidang Penelitian dan Publikasi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas pemberian dana untuk penelitian insentif 2011.
5. Orang tua dan Kakakku atas semua doa, nasehat, semangat serta kasih sayang yang diberikan selama ini kepada penulis;
6. Fitria Nur Indah Sari atas doa, dukungan dan semangatnya selama ini;
7. Teknisi SLK Palabuhanratu (Kang Syarif, Om Chris, Kang Arik dan yang lainnya) atas bantuannya selama melakukan penelitian;
8. Laboratorium KKO Crew (Kang Maman, Eko, Bang Bobi, Bang Komar, Mbak Dini dan Furqon “Golo”) atas bantuannya selama pembuatan alat; 9. Keluarga Bagan PSP (Ade, Beni, Dede, Reza Rois, dan Ryan) atas doa,
dukungan dan semangatnya selama ini;
10. Teman-teman seperjuangan PSP 44, adik-adik PSP 45, dan PSP 46 atas segala dorongan, inspirasi dan semangat kepada penulis;
11. Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis dilahirkan di Kota Kuda Kuningan-Jawa Barat pada tanggal 23 Desember 1988 dari pasangan Bapak Edi Heryadi (Alm) dan Rusih. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kuningan pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning - Kuningan (Himarika) sebagai Ketua Divisi P2M periode 2008-2009, Ketua Praktek Lapang (Fieldtrip) Oseanografi Umum Tahun 2009, dan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) periode 2010-2011.
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat Penelitian ... 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angin dan Proses Terjadinya Angin ... 4
2.1.1 Alat ukur kecepatan angin ... 4
2.1.2 Jenis-jenis angin ... 6
2.1.3 Pola umum angin di Indonesia ... 7
2.2 Jenis Turbin Angin ... 8
2.2.1 Konstruksi turbin angin ... 8
2.3 Alternator Mobil ... 11
2.4 Sistem Penyimpanan Energi Listrik ... 11
2.5 Sistem Kelistrikan pada Kapal Penangkap Ikan ... 12
2.6 Lampu LED (Light Emitting Diode) ... 13
2.7 Lampu Navigasi ... 14
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
3.2 Alat dan Bahan ... 16
3.3 Metode Penelitian ... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.5 Analisis dan Penyajian Data ... 18
3.6 Pembuatan dan Perancangan Alat ... 22
3.6.1 Pembuatan alat ... 22
3.6.2 Perancangan alat ... 24
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilyah ... 27
4.2 Musim Penangkapan Ikan ... 27
4.3 Unit Penangkapan Ikan ... 27
4.3.1 Kapal ... 27
4.3.2 Alat tangkap ... 28
4.3.3 Nelayan ... 29
Sudu dan 6 Sudu ... 31
5.1.1 Sebaran frekuensi kecepatan angin pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 32
5.1.2 Tipe angin dan jenis angin pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 33
5.2 Hubungan Kecepatan Angin (km/jam) dan Kecepatan Putaran per menit (rpm) Alternator pada Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu ... 36
5.3 Hubungan Kecepatan Putaran per menit (rpm) Alternator dan Arus yang Dihasilkan pada Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu ... 38
5.4 Pengaruh Jumlah 3 Sudu dan 6 Sudu pada Turbin Angin terhadap Peningkatan Kecepatan Putaran per menit (rpm) Alternator ... 40
5.5 Perbandingan Lama Waktu Pengisian Ampere Baterai oleh Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu ... 41
5.6 Waktu yang Dibutuhkan untuk Menghidupkan Rangkaian Lampu LED ... . 42
5.7 Spesifikasi Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu ... 43
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 45
6.2 Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 48
Halaman
1 Tabel Skala Beaufort ... 5
2 Jumlah perahu motor tempel dan kapal motor tahun 2005 - 2010 ... 28
3 Jumlah alat tangkap di kabupaten Sukabumi tahun 2005 - 2010 ... 28
4 Jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun 2006 - 2010 ... 29
5 Sebaran frekuensi kecepatan angin (km/jam) pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 32
6 Tipe angin berdasarkan skala Beaufort pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 34
7 Tipe angin berdasarkan skala Beaufort untuk kecepatan angin angin rata-rata pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 34
8 Jenis angin pada saat pengujian turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu .... 35
9 Kecepatan angin (km/jam) dan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ……… .... 36
10 Kecepatan putaran per menit (rpm) alternator dan arus (ampere) yang dihasilkan pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 38
11 Perbandingan lama waktu pengisian baterai oleh turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 41
1 Anemometer ... 4
2 Turbin angin Propeller dan Darrieus ... 8
3 Jenis-jenis model sudu ... 9
4 Alternator mobil ... 11
5 Accu mobil 12 Volt 45 ampere ... 12
6 Bagian lampu LED ... 13
7 Posisi lampu pada kapal ukuran kurang dari 7 m ... 14
8 Posisi lampu pada kapal ukuran 7 – 12 m ... 14
9 Posisi lampu pada kapal ukuran 12 – 20 m. ... 15
10 Bentuk baling-baling yang dibuat. ... 22
11 Rangka alternator yang telah dibuat. ... 23
12 Turbin angin mini. ... 23
13 Sudu yang telah dipasang pada puli ... 24
14 Alternator yang telah terpasang pada rangka alternator. ... 24
15 Puli baling-baling terpasang pada rotor alternator. ... 25
16 Rangka alternator dihubungkan dengan tiang. ... 25
17 Saat ekor telah terpasang. ... 25
18 Saat kabel sudah terhubung. ... 26
19 Semua komponen sudah terpasang. ... 26
20 Rata-rata kecepatan angin di Palabuhanratu bulan Januari – Agustus 2011. 30 21 Grafik hubungan antara waktu dan kecepatan angin saat pengamatan pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu. ... 31
22 Histogram sebaran frekuensi kecepatan angin pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu. ... 33
23 Grafik hubungan antara kecepatan angin (km/jam) dengan putaran (rpm) alternator pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 37
24 Grafik hubungan antara kecepatan putaran alternator (rpm) dengan arus (ampere) yang dihasilkan pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu ... 39
25 Pengaruh jumlah 3 sudu dan 6 sudu terhadap peningkatan kecepatan putaran (rpm) alternator ... 40
26 Perbandingan lama waktu pengisian ampere baterai oleh turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu. ... 42
Halaman
1 Tabel data hasil pengamatan turbin angin dengan 3 sudu ... 48
2 Tabel data hasil pengamatan turbin angin dengan 6 sudu ... 50
3 Alat dan bahan ... 52
4 Dokumentasi hasil penelitian ... 54
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Indartono (2005) yang diacu oleh Alamsyah (2007), energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk penerangan, proses industri atau untuk menggerakkan peralatan rumah tangga diperlukan energi listrik, untuk menggerakkan kendaraan baik roda dua maupun empat diperlukan bensin, serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan manusia yang memerlukan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari energi fosil yang berbentuk minyak bumi dan gas bumi. Jumlah energi fosil ini semakin lama akan semakin berkurang dan harganya akan terus naik, sehingga perlu dicarikan sumber energi alternatif untuk membangkitkan energi listrik tersebut.
Menurut Triharyanto (2007), banyak sekali energi alternatif dari alam terutama di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Salah satu alternatif energi yang dapat dipilih adalah angin, karena angin terdapat dimana-mana sehingga mudah didapatkan serta tidak membutuhkan biaya besar. Energi listrik tidak dapat langsung dihasilkan oleh alam, maka untuk memanfaatkan energi angin ini dibutuhkan sebuah alat yang dapat merubah energi angin tersebut menjadi energi listrik. Alat yang digunakan yaitu turbin angin, dimana turbin angin ini akan menangkap energi angin dan menggerakkan alternator yang nantinya akan merubah energi gerak menjadi energi listrik.
kebakaran di kapal ataupun kematian. Selain itu, perencanaan yang baik akan dapat menghemat biaya operasional (Koenhardono, 2009).
Mengacu pada data statistik yang diinformasikan oleh IMO, ILO dan FAO bahwa 7 persen kecelakaan fatal terjadi di industri penangkapan ikan dan setiap tahunnya terjadi sekitar 24.000 kecelakaan tersebut, dimana 80 persen kecelakaan kapal disebabkan oleh kesalahan manusia. Salah satu faktor penyebab kapal tersebut mengalami kecelakaan yaitu kapal tersebut tidak dilengkapi dengan peralatan navigasi yang sesuai dengan aturan yang berlaku, baik secara nasional dan internasional, contohnya penggunaan lampu navigasi.
Dalam penelitian ini, dibuat suatu turbin angin mini tipe propeller yang digunakan sebagai alternatif pembangkit listrik, dengan alternator mobil yang berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Selanjutnya, arus dan daya listrik yang dihasilkan digunakan untuk mengisi ulang baterai (accu) yang kemudian akan digunakan untuk kebutuhan listrik lampu. Lampu yang digunakan yaitu tiga buah rangkaian lampu LED (putih, merah dan hijau), dimana daya yang diperlukan oleh lampu LED ini jauh lebih hemat dibandingkan dengan lampu biasa.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui pengaruh waktu (siang dan malam) terhadap besarnya kecepatan angin (km/jam) di daerah penelitian.
2) Mengetahui tipe angin berdasarkan kecepatan angin (km/jam) rata-rata di daerah penelitian menurut tabel skala Beaufort.
3) Mengetahui pengaruh jumlah 3 sudu dan 6 sudu pada turbin angin terhadap kecepatan putaran per menit (rpm) alternator.
4) Mengetahui perbandingan lama waktu pengisian baterai oleh turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
1.3 Manfaat Penelitian
1) Bagi penulis, menambah pengetahuan mengenai pemanfaatan energi angin sebagai energi alternatif baik secara teori maupun praktek.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angin dan Proses Terjadinya Angin
Menurut Harun (1987) yang diacu oleh Setiono (2006), adanya perbedaan suhu antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain di permukaan bumi ini menyebabkan timbulnya angin. Terjadinya perputaran udara yaitu perpindahan udara dari daerah khatulistiwa (suhu tinggi) ke daerah kutub (suhu rendah) dan sebaliknya dari daerah kutub (suhu rendah) ke daerah khatulistiwa (suhu tinggi). Perpindahan udara atau gesekan udara terhadap permukaan bumi inilah yang disebut dengan angin. Perbedaan suhu di permukaan bumi dikarenakan penyinaran matahari ke bumi dan peredaran bumi terhadap matahari. Oleh karena itu, adanya angin pada suatu wilayah tergantung perbedaan suhu, sehingga dapat dikatakan secara periodik angin di suatu wilayah dibangkitkan kembali selama ada perbedaan suhu oleh penyinaran matahari. Atas dasar hal tersebut, angin dapat dikatakan sebagai sumber daya energi terbarukan.
2.1.1 Alat ukur kecepatan angin
Menurut Safarudin (2003) yang diacu oleh Alamsyah (2007), untuk memperkirakan kecepatan angin di lokasi, dapat dipergunakan dua teknik. Teknik pertama yaitu menggunakan alat yang disebut anemometer, sedangkan teknik kedua yaitu menggunakan pengamatan langsung berdasarkan Skala Beaufort. (1) Anemometer
Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis mangkok adalah yang mempunyai sumbu vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.
Sumber: Safarudin (2003) diacu oleh Alamsyah (2007)
Jumlah putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya, anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin. Jenis anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.
(2) Skala Beaufort
Menurut Hofman (1987) yang diacu oleh Alamsyah (2007), kecepatan angin dan tipe angin juga dapat diperkirakan dengan menggunakan skala Beaufort, dimana skala Beaufort memperkirakan kecepatan angin berdasarkan kondisi visual yang terdapat di daratan dan lautan. Sehingga, dapat ditentukan tipe angin di suatu wilayah berdasarkan besarnya kecepatan angin di wilayah tersebut. Berikut tabel skala Beaufort beserta penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Skala Beaufort.
Skala Beaufort
Skala Petersen
Uraian jelas dari angin Kecepatan angin Lazim
dipakai di laut
Lazim dipakai di
darat
2 Riakan ringan Kesejukan lemah
Angin
lemah 1,6- 3,3 6-11 3
Riakan ringan sampai
4 Bergelombang Kesejukan sedang sepoi yang
segar
Angin yang cukup kencang
8,0-10,7 29-38
6 Laut yang agak dahsyat
Angin sepoi – sepoi yang
kaku
Angin
kencang 10,8-13,8 39-49
7 Laut yang liar - Angin
keras 13,9-17,1
Skala
Beaufort
Skala Petersen
Uraian jelas dari angin Kecepatan angin Lazim
dipakai di laut
Lazim dipakai di
darat
m/s Km/jam
8 Laut yang
tinggi -
Angin
taufan 17,2-20,7 62-74 9 Laut yang
tinggi - Taufan 20,8-24,4 75-88
10 Laut yang
sangat tinggi -
Taufan
berat 24,5-28,4 89-102 11 Laut yang luar
biasa tinggi - Badai 28,5-32,6 103-117
12 Liar - Badai > 32,6 > 117
Sumber: Hofman (1987) diacu oleh Alamsyah (2007)
2.1.2 Jenis –jenis angin
Menurut Wyrtki (1961) yang diacu oleh Suardi (2009), secara umum angin dapat dibagi menjadi angin lokal dan angin musim. Salah satu yang termasuk ke dalam angin lokal yaitu angin angin laut dan angin darat.
(1) Angin laut
Angin laut terjadi ketika pada pagi hingga menjelang sore hari, daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan. Sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut, akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan.
(2) Angin darat
2.1.3 Pola umum angin di Indonesia
Pola angin yang sangat berperan di Indonesia yaitu angin muson. Hal ini disebabkan karena Indonesia teletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Australia dan di antara dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Menurut Wyrtki (1961) yang diacu oleh Suardi (2009), keadaan musim di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :
(1) Musim Barat (Oktober – April)
Di Pulau Jawa angin ini dikenal sebagai angin muson barat laut, musim barat umumnya membawa curah hujan yang tinggi di Pulau Jawa. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober - April, terjadi pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin muson barat. Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia turun hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi. (2) Musim Timur (April - Oktober)
Angin muson timur berhembus setiap bulan April - Oktober, dimana selama musim timur biasanya Pulau Jawa mengalami kekeringan. Terjadi pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur. Angin ini tidak banyak menurunkan hujan, karena hanya melewati laut kecil. Oleh sebab itu, di Indonesia sering menyebutnya sebagai musim kemarau. (3) Musim Peralihan
2.2 Jenis u motor yan erakkan oleh k merubah e (2003) yan yaitu turbin n angin Pro baling – ba kan sesuai d n angin Da ngkan dalam temukan ol
us yaitu tid r turbin ang
Sumber netik dari an
ngin
us Besar Ba ng roda pen h aliran air,
energi angi ng diacu ole n angin prop opeller ada aling pesaw dengan arah
rrieus meru m jenis turb
eh GJM Da ak memerlu gin dapat dil
r: Safarudin (2
mbar 2 Turb
rbin angin
ryanto (200 b sistem yan
i berikut :
bagian roto ngin dan diru
ahasa Indon nggeraknya , uap atau u in (energi g eh Alamsya peller dan tu alah jenis t wat terbang p
angin yang upakan sua in angin be arrieus tahu ukan mekan lihat pada G
2003) diacu o
bin angin Pr
07), kontru ng dapat me
or dari turb ubah ke dal
nesia (KBBI a berporos d udara. Seda g paling ting atu sistem k erporos tega
uksi turbin eningkatkan
bin angin, d lam energi g
I), pengerti dengan sudu angkan, turb jadi energi turbin angin ak. Turbin a Keuntungan tasi pada ar
bawah ini.
h (2007)
n Darieus.
angin secar n efisiensi d
dimana roto gerak putar.
ian turbin a u (baling-ba bin angin a
listrik. Me n dibagi me
poros horiz n angin ini annya. nergi angin angin ini per dari turbin rah angin. U
ra umum t dari turbin
(1)Model sudu
Model sudu yang umum digunakan untuk turbin angin tipe horizontal (propeller) terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu (1) bentuk persegi panjang, (2) bentuk taper linier terbalik dan (3) bentuk taper linier. Seperti terlihat pada Gambar 3 di bawah ini.
(1) (2) (3)
Sumber: Triharyanto (2007)
Gambar 3 Jenis-jenis model sudu.
Model sudu yang paling baik adalah yang mendekati bentuk streamline, dalam pengujian ini digunakan bentuk taper linear sebagai bentuk yang mendekati kondisi streamline. Menurut Hofman (1987) yang diacu oleh Alamsyah (2007), untuk mendapatkan hasil yang optimal dari sebuah turbin angin, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu bentuk sudu seperti sekrup atau memuntir, sehingga aerodinamisnya semakin baik. Untuk mendapatkan energi yang lebih baik, puli dipasang langsung pada rotor. Serta sudu yang ideal berjumlah 3 buah sudu, karena menghasilkan pembagian gaya dan keseimbangan yang lebih baik.
(2) Jumlah sudu/daun pada baling-baling
sudu bertambah) sehingga kecepatan putaran rotor (alternator) juga semakin lebih besar, akibatnya daya dan arus listrik yang dihasilkan juga semakin besar.
Menurut Fyson (1985) yang diacu oleh Sambada (2001), baling-baling pada kapal adalah alat untuk melanjutkan putaran yang diberikan mesin utama yang disalurkan melalui poros (shafting) baling-baling yang berupa kekuatan hantar (delivered horse power) menjadi tenaga dorong (thrust horse power) untuk melakukan gerakan atau mendorong kapal. Dimensi propeller menurut Fyson (1985) terdiri dari diameter baling-baling (Dp), diameter hub (biasanya 0,2 Dp), Disc Area Ratio (DAR) adalah total luas daun baling-baling per luas sapuan baling-baling, dan untuk baling-baling kapal berdaun tiga biasanya memiliki nilai DAR =0,5. Bentuk daun baling-baling secara melintang dan membujur, rake dan skew, pitch dan slip.
Menurut Harvald (1992) yang diacu oleh Sambada (2001), semakin sedikit jumlah daun baling-baling semakin tinggi efisiensi baling-baling. Hal ini berlaku jika angka maju mempunyai harga yang tetap. Dengan harga maju yang sudah tertentu demikian itu maka berarti harus dipilih baling-baling dengan jumlah daun yang sesedikit mungkin. Tetapi jika dilakukan perhitungan dengan menganggap bahwa kecepatan, dan dengan demikian daya baling-baling yang diperlukan serta garis tengah baling-baling-baling-baling semuanya sudah tertentu, dan memenuhi kriteria kavitasi maka penambahan jumlah daun baling-baling akan menurunkan efisiensi. Jumlah daun baling-baling tidak memiliki pengaruh yang berarti pada daya yang diperlukan untuk menggerakkan kapal.
(2) Generator
Generator merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin angin, karena generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
(3) Tower
2.3Altern
nator Mobil
nurut Nipon uatu mesin an energi a
memakai a ulley yang m
us bolak-bal da alternato mbangkitkan
, terdapat alus putaran a bagian te r mobil disa
epatan angi ernator. D emakin cepa n angin (km . Selain itu, dah. Sebalik amsyah, 20
m Penyimpa
nurut Alam panjang har nentu, oleh
l
ndenso (19 yang men angin menja alternator m memutarkan
lik ini diuba or adalah ro
n arus listr pula brush n rotor dan
, pada alter knya, semak
07).
anan Energ
msyah (2007 ri angin aka karena itu
80) yang d ngubah ten
adi energi l mobil, energ n rotor dan ah menjadi otor yang m rik dan dio h yang me
fan untuk m egang oleh ada Gambar
mber: Setiono
ambar 4 Alt ) sangat be makin tingg ran (rpm) a
banding lu rnator mob kin tinggi
gi Listrik
7), karena t an selalu te digunakan
diacu oleh naga mekan listrik pada gi mekanik
membangk lternator, h urus dengan il, saat rpm rpm maka kitkan arus b h oleh diode
kan elektrom menyearahka
arus ke r kan rotor, s rear frame h ini.
obil.
terhadap ke an angin ( hal ini mem n kecepatan
2006), alter di tenaga li ang kecil diterima m bolak-balik e, Bagian-b magnetik. S an arus. Se
otor coil u tator serta e. Untuk ga
ecepatan pu (km/jam) d mbuktikan b n putaran ( maka keluara ya akan sem
aan energi diaan listrik
sebagai satu atau b
Siste ena itu, kita elebihan da an daya pad yimpanan e ontoh seder alah accu m
up besar, i kebutuha di bawah in
m Kelistrik
nurut Koenh ak berbeda.
didistribus listrikan di kit listrik
menjadi sa a perlu men aya pada da masyarak energi ini di
rhana yang mobil. Accu sehingga e an listrik. atu, untuk m ulau.
kan di kapa k antara sis ung pada u menjaga k
rik. Ketika tau ketika mintaan ak
: Alamsyah (2
Accu mobi
Kapal Penan
009), sistem k dihasilkan ui sistem ka upakan sist isahkan da memenuhi
al hanya un stem pemba ukuran kap kontinyuitas
a beban kecepatan an daya lis ebagian ene n oleh suatu awat menuj tem terpusa alam jarak
kebutuhan
ntuk memen angkit dan pal. Perenca ketersedia
penggunaa angin suatu strik tidak ergi yang d erputar ken
enggunakan agai alat pe pasitas peny an secara m
mobil dis
5 Ah.
n
an yang ada u sistem pe ju ke beban at, dimana
an tenaga l
an daya l u daerah se dapat terpe dihasilkan k ncang atau
n alat penyi enyimpan e yimpanan e maksimal u sampaikan
a di darat d mbangkit li n listrik. Ap beberapa s bahkan ra k konsumen
sehingga dalam perencanaannya diperlukan pertimbangan-pertimbangan agar generator yang digunakan dapat melayani kebutuhan listrik secara optimal pada berbagai kondisi operasi di kapal (Koenhardono, 2009).
2.6 Lampu LED (Light Emitting Diode)
Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa muatan-elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon (Routledge, 2002).
Sumber: Routledge (2002)
Gambar 6 Bagian lampu LED.
2.7 Lamp
La berlayar p kapal. Me
uh meter (< vigasi yang
ngga jarak 2
Gambar 7 P kuran kedua (7-12 meter jau, dan pu anya bisa di kiri saja d n lampu pu
h.
Gambar si lampu
i
asi adalah l m hari untuk
O (2009), p k ukuran pe < 7 meter)
berwarna p 2 mil, serta
Sumber: FA
Posisi lampu a yaitu kapa
r). Pada ka utih. Lampu
ilihat dari sa dan lampu utih harus t
Sumber: FA putih, posisi lampu terse
AO (2009)
u pada kapa al yang mem apal ukuran u merah dan
atu sisi saja hijau hany erlihat hing
AO (2009)
mpu pada k
al yg harus hui arah kap
n lampu na itu kapal y atan kurang
lampu dipa ebut harus t
al ukuran ku mpunyai uku
ini digunak n hijau haru a. Untuk lam
ya bisa dil gga jarak 2
kapal ukuran
dipasang p pal, jenis k avigasi dib yang mempu
g dari 7 kno asang diatas
erlihat dari
urang dari 7 uran 7 mete kan tiga wa us terlihat h mpu merah h lihat dari
mil dan da
n 7 – 12 me
ada waktu kapal dan uk bagi berdas er sampai de
Uk mil dan han at dari sisi mpu putih ha
edangkan la dilihat dari
Gambar
ga yaitu ka 2-20 meter hijau, dan pu
nya bisa dil kiri saja da arus terliha ampu putih
arah belaka
Sumber: FA
9 Posisi lam
apal yang m r). Pada ka
utih. Lampu lihat dari sa an lampu h at hingga ja yang lain h ang saja.
AO (2009)
mpu pada ka
mempunyai apal ukuran u merah dan atu sisi saja hijau hanya arak 3 mil d harus dapat
apal ukuran
i ukuran 1 n ini diguna
n hijau haru . Untuk lam
bisa diliha dan dapat t t dilihat hin
n 12 – 20 me
2 meter sa akan tiga w us terlihat h mpu merah at dari sisi k
terlihat dari ngga jarak
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, tahap pertama yaitu pembuatan
alat yang dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2011 di Workshop Bagian Kapal
dan Transportasi Perikanan. Tahap kedua yaitu pengujian alat dan penyempurnaan
alat yang dilaksanakan pada tanggal 26 - 28 November 2011 di Stasiun Lapang
Kelautan (SLK) Palabuhanratu, Sukabumi - Jawa Barat. Tahap ketiga yaitu
pengolahan data dan penyusunan skripsi yang dilaksanakan pada bulan November
- Desember 2011 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
(1) Pipa paralon PVC 6 mm, digunakan untuk bahan pembuatan baling-baling
turbin angin (Lampiran 3).
(2) Alternator mobil Denso 27060 bz020, berfungsi untuk merubah energi gerak yang dihasilkan baling-baling menjadi energi listrik (Lampiran 3).
(3) Besi bulat dengan diameter 6 cm, digunakan untuk poros vertikal (tiang)
turbin angin
(4) Besi plat 2 mm, digunakan untuk alas alternator dan tiang ekor pada turbin
angin.
(5) Acrylic 2 mm, digunakan untuk bahan pembuatan ekor turbin angin (Lampiran 3).
(6) Kabel besar positif dan negatif, digunakan untuk mengalirkan arus yang
dihasilkan dari turbin angin ke baterai.
(7) Baut dengan panjang ± 2 cm dan mur diameter 0,2 cm sebanyak 12 buah
untuk menempelkan sudu dengan puli, baut dengan panjang ± 4 cm dan mur
diameter ± 2 cm untuk mengencangkan tiang , dan digunakan juga untuk alas
alternator.
(8) Baterai basah dengan daya 12 V 45 Ah, digunakan untuk menyimpan arus
yang dihasilkan (Lampiran 3).
(10)Tachometer, digunakan untuk mengukur kecepatan putaran alternator/baling-baling (rpm) (Lampiran 3).
(11)Anemometer 3 mangkok, digunakan untuk mengukur kecepatan angin
(Lampiran 3).
(12)Program aplikasi kecepatan angin, digunakan untuk mengetahui nilai
kecepatan angin yang dihasilkan oleh anemometer (Lampiran 3).
(13)Tabel skala Beaufort, digunakan untuk mengetahui tipe angin berdasarkan
kecepatan angin di daerah penelitian (Lampiran 3).
(14)Data sheet, digunakan untuk mencatat data hasil penelitian.
(15)Personal Computer (PC), digunakan untuk menyimpan dan mengolah data hasil penelitian yang didapatkan (Lampiran 3).
3.3Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
percobaan, yaitu melakukan uji coba turbin angin mini dengan jumlah
baling-baling 3 dan jumlah baling-baling-baling-baling 6 sebagai alternatif sumber energi listrik untuk
lampu navigasi pada kapal penangkap ikan.
Data primer pada penelitian ini didapatkan dari hasil uji coba turbin angin
mini dengan 3 baling-baling dan 6 baling-baling, dimana data yang diambil yaitu
berupa data kecepatan angin (km/jam), kecepatan putaran (rpm) alternator, dan
arus (ampere) yang dihasilkan oleh baling-baling.
Data sekunder pada penelitian ini yaitu data kecepatan angin rata-rata di
Palabuhanratu, literatur dari skripsi, tesis dan media lainnya yang berhubungan
dengan judul penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara
pengamatan/observasi, yaitu dengan cara mengamati turbin angin mini dengan 3
baling-baling dan 6 baling-baling, adapun hal yang diamati pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
(1) Kecepatan angin (km/jam) dan arah angin
Nilai kecepatan angin dan arah angin didapatkan dengan menggunakan
anemometer 3 mangkok yang dibuat oleh Heriyanto dan tim yang merupakan
Bogor. Kemudian anemometer tersebut dipasang di atas tower mercusuar kecil
dengan tinggi sekitar ± 4 meter, dengan kabel dihubungkan langsung ke laptop,
kemudian dengan menggunakan software kecepatan angin, nilai kecepatan angin
dan arah angin di daerah penelitian dapat terbaca dan tersimpan secara otomatis
tiap 5 menit sekali dengan satuan km/jam.
(2) Kecepatan putaran (rpm) alternator
Nilai kecepatan putaran alternator didapatkan dengan menggunakan alat
tachometer dengan modus optik, cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan kertas sensor pada puli yang menghubungkan baling-baling dengan alternator.
Kemudian alat tersebut ditembakkan ke bagian kertas sensor yang telah menempel
pada puli, sehingga setiap puli tersebut berputar per menit maka akan terbaca dan
muncul pada layar tachometer tersebut.
(3)Arus (ampere) yang dihasilkan
Arus yang dihasilkan dari turbin angin didapatkan dengan menggunakan
alat ampere meter gauge. Sebelum arus yang dihasilkan dari alternator masuk langsung ke baterai, terlebih dahulu melalui amper meter yang dipasang pada
kabel positif yang terhubung dengan alternator, sehingga setiap arus yang
dihasilkan dari alternator tersebut dapat terbaca pada ampere meter.
(4) Jenis angin
Sama halnya dengan arah angin, untuk jenis angin juga didapatkan langsung
saat melakukan uji coba. Jenis angin ditentukan berdasarkan arah angin, jika angin
datang dari darat menuju laut maka disebut angin darat. Sebaliknya, jika angin
datang dari arah laut menuju daratan maka disebut angin laut.
(5) Tipe angin
Tipe angin ditentukan berdasarkan kecepatan angin, kemudian besarnya
kecepatan angin yang diperoleh ditentukan tipe anginnya pada skala Beaufort.
3.5 Analisis dan Penyajian Data
Tahapan analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
univariat, analisis bivariat dan analisis lanjut.
1) Analisis univariat
(1) Rata-rata kecepatan angin (Va rata-rata)
Perhitungan untuk mengetahui nilai rata-rata kecepatan angin (Va rata-rata)
yaitu sebagai berikut:
Va (rata-rata) = ∑Va/n
Keterangan : Va(rata-rata) = Rata-rata kecepatan angin (km/jam)
∑V = Jumlah keseluruhan kecepatan angin
(km/jam)
n = Banyak data
(2) Rata-rata kecepatan putaran alternator (Val rata-rata)
Perhitungan untuk mengetahui nilai rata-rata kecepatan putaran alternator
yang dihasilkan (Val rata-rata) yaitu sebagai berikut:
Val (rata-rata) = ∑Val/n
Keterangan : Val(rata-rata) = Rata-rata kecepatan putaran (rpm)
alternator
∑V = Jumlah keseluruhan kecepatan putaran
(rpm) alternator
n = Banyak data
(3) Rata-rata keluaran arus (I rata-rata)
Perhitungan untuk mengetahui nilai rata-rata keluaran arus yang dihasilkan
(Irata-rata) yaitu sebagai berikut:
I (rata-rata) = ∑ I / n
Keterangan: I (rata-rata) = Rata-rata arus (ampere) yang dihasilkan
∑ I = Jumlah keseluruhan arus (ampere) yang
dihasilkan
n = Banyak data
(4) Sebaran frekuensi kecepatan angin (km/jam) pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu
Sebelum menyusun tabel sebaran frekuensi untuk kecepatan angin, data
kecepatan angin harus terlebih dahulu diurutkan dari yang terkecil sampai
yang terbesar yang berguna untuk mengetahui nilai maksimum dan
perhitungan untuk mendapatkan nilai range, banyak kelas, selang kelas,
batas kelas, dan frekuensi.
•Range
Range = Nilai maksimum – nilai minimum, atau Range = Max – Min
•Banyak kelas (BK)
Untuk mengetahui berapa banyak kelas yang akan disusun dari data
tersebut, digunakan
rumus sebagai berikut :
BK = 1 + 3.32 log n
Keterangan : BK = Banyak Kelas
n = Banyak data
•Selang kelas (SK)
Untuk mengetahui selang kelas atas (SA) dan selang kelas bawah (SB)
dari data kecepatan angin, digunakan rumus sebagai berikut:
SK = Range / Banyak kelas (BK)
Keterangan ; SK = Selang kelas
•Batas Kelas
Untuk mengetahui batas kelas atas (BA) dan batas kelas bawah (BB) dari
selang kelas, digunakan rumus sebagai berikut :
BB = SB – ½ nst
BA = SA + ½ nst
Keterangan : BB = Batas kelas bawah
BA = Batas kelas atas
SB = Selang kelas bawah
SA = Selang kelas atas
nst = Nilai satuan terkecil
•Frekuensi kecepatan angin
Frekuensi kecepatan angin yang terjadi pada saat pengujian turbin angin (3
sudu dan 6 sudu) dibuat dalam sebuah tabel sebaran frekuensi, tabel
• Histogram
Data yang terdapat pada tabel sebaran frekuensi dirubah dalam bentuk
histogram, hal ini dilakukan agar data sebaran frekuensi kecepatan angin
lebih mudah dibaca dan dipahami. Histogram sebaran frekuensi kecepatan
angin tersebut dihasilkan dengan menggunakan program Microsoft Excell.
2) Analisis bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
(1) Hubungan kecepatan angin (km/jam) dan kecepatan putaran (rpm)
alternator
Untuk mengetahui hubungan kecepatan angin (km/jam) berbanding lurus
atau berbanding terbalik dengan kecepatan putaran (rpm) alternator saat
pengujian turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu, maka dibuat suatu grafik
hubungan dengan menggunakan program Microsoft Excell.
(2) Hubungan kecepatan putaran (rpm) alternator dan arus (ampere) yang dihasilkan
Untuk mengetahui hubungan kecepatan putaran (rpm) alternator
berbanding lurus atau berbanding terbalik dengan arus (ampere) yang
dihasilkan saat pengujian turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu, maka
dibuat suatu grafik hubungan dengan menggunakan program Microsoft
Excell.
3) Analisis lanjut
Analisis lanjut yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
(1) Pengaruh jumlah 3 sudu dan 6 sudu terhadap peningkatan kecepatan putaran (rpm) alternator
Untuk mengetahui pengaruh jumlah 3 sudu dan 6 sudu pada baling-baling
terhadap peningkatan kecepatan putaran (rpm) alternator, maka dibuat
suatu grafik pengaruh antara kecepatan putaran (rpm) alternator yang
dihasilkan oleh turbin angin dengan 3 sudu dan turbin angin dengan 6
sudu. Grafik tersebut dihasilkan dengan menggunakan program Microsoft
Excell.
(2) Perbandingan lama waktu pengisian ampere baterai pada turbin angin dengan 3 baling-baling dan 6 baling-baling
Untuk mengetahui pengaruh jumlah 3 sudu dan 6 sudu terhadap lama
lam
uatan sudu
n
n program M
n Perancang
digunakan u
antara sud
0 Bentuk su
untuk mem
du dan roto
10 cm
ah x tinggi
udu yang di
masang sud
lternator, m
12 nomor 1.
dan turbin
(3) Po
ntuk poros v
nggi poros
ameter poro
ambar selen
angka altern
angka alter ekanisme ke
kor terbuat
or sesuai de l/tiang rnator berf
erja alterna n sebagai b
= 33 cm
= 19 cm
Gambar 11
dari acryli
engan yang
Gamba
ator. Alas in erikut:
Rangka alte
ic dengan P disajikan pa
ar 12 Turbin 2
1
an besi deng
da Gambar 1
agai tempa
ni terbuat d
ernator yan
P= ± 30 cm
ada Gambar
K
n angin min 3
gan ukuran s
12 nomor 2.
at keduduk
dari besi pla
ng telah dibu
m dan L= ±
at yang dib
3.6.2 Pera
yang telah
ang pada pu
ar di bawah
Gambar
sangan alter
alternator dipasang d
an mur uku
ambar 14 Al
sangan puli
sudu dihub
pakan bagian
baling-baling
alat
u pada puli
dibuat dihu
uli dengan
ini.
13
Baling-rnator pada dapat dudu
dalam rangk
uran 12 cm,
lternator ya sudu pada r
bungkan p
n yang berp
g menerima
ubungkan d
baut ukuran
baling yang
rangka alte
uk dan terp
ka alternato seperti terli
ang telah ter
rotor altern
pada rotor
putar pada a
a energi an
dengan puli
n 7 cm dan
g telah dipas
ernator pasang deng
or dan dipa ihat pada ga
rpasang pad
nator r alternato
alternator s ngin yang m
i, masing-m
n mur, sepe
sang pada p
gan baik sa
asang denga
ambar di baw
da rangka al
r, dimana saat puli dip
menghasilk
masing tiap
erti terlihat
puli.
aat alat bek
an menggun
wah ini.
lternator.
rotor ter
putar. Kemu
akan
5 Puli baling
ka alternato
n alternator gan tiang, s
16 Rangka
rgi listrik o
g-baling terp
or dengan ti r yang suda seperti terlih
alternator d
7 Saat ekor
irubah men
l positif yan
asang pada
oleh altern
pasang pada
ang
ah terpasang
hat pada gam
dihubungka
r telah terpa
njadi energ
ng dipasang
a badan ala
nator, seper
a rotor alter
g dengan ra
mbar di baw
an dengan ti
asang.
gi listrik
pada altern
t. Selanjutn
rti terlihat
rnator.
angka alter wah ini.
iang.
tersebu
tersim
(7) Semua
ut disambun
mpan dalam b
a komponen
Gam
ngkan pada
baterai, sep
Gambar 18
n sudah terp
mbar 19 Sem
a baterai, se
erti terlihat
8 Saat kabel
pasang
mua kompo
ehingga en
pada gamb
sudah terhu
onen sudah t
ergi listrik
bar di bawah
ubung.
terpasang.
yang dihas
h ini.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Wilayah
Secara astronomis kecamatan Palabuhanratu terletak pada 6097’ LS–7003’ LS dan 106059’ BT–106062’ BT. Untuk letak Teluk Palabuhanratu terletak di Desa Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Palabuhanratu memiliki luas wilayah sebesar 10.288 ha. Berikut merupakan batas wilayah administratif Kecamatan Palabuhanratu :
(1) Sebelah Barat berbatasan dengan Cikakak dan Samudera Hindia; (2) Sebelah Timur berbatasan dengan Bantar Gadung;
(3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang; (4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan;
4.2 Musim Penangkapan Ikan
Di daerah Palabuhanratu terdapat dua musim yang sangat mempengaruhi operasi panangkapan ikan, yaitu adanya musim barat dan musim timur. Musim barat terjadi pada bulan Desember hingga Februari, musim ini ditandai dengan sering kali terjadi hujan dengan angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar. Hal ini menyebabkan nelayan tidak pergi ke laut karena kondisi cuaca yang buruk dan keberadaan ikan yang sangat sedikit. Sedangkan musim timur terjadi pada bulan Juni hingga Agustus, musim ini ditandai dengan jarang turun hujan dan keadaan laut biasanya tenang. Musim timur biasanya disebut juga musim puncak oleh nelayan setempat, hal ini dikarenakan keberadaan ikan di perairan yang melimpah.
4.3 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan.
4.3.1 Kapal
dalam kapal (inboard engine). Perkembangan jumlah perahu/kapal motor tempel dan kapal motor setiap tahunnya ada yang meningkat dan ada pula yang menurun walaupun peningkatan dan penurunannya sedikit. Pada tahun 2007 jumlah perahu motor tempel mengalami kenaikan sebesar 3,9% dari tahun 2005. Pada tahun 2005 jumlah perahu motor tempel sebanyak 511 unit sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 531. Namun jumlah ini terus mengalami penurunan hingga menjadi 346 unit pada tahun 2010. Sebaliknya untuk kapal motor terus mengalami peningkatan secara bertahap pada tahun 2005 jumlah perahu motor 229 unit. Jumlah ini meningkat 114,4% menjadi 491 unit pada tahun 2010. Secara detail Perkembangan jumlah perahu motor tempel dan kapal motor disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah perahu motor tempel dan kapal motor tahun 2005 – 2010.
Tahun Perahu Motor Tempel Kapal Motor Jumlah
2005 428 229 657
2006 511 270 781
2007 531 321 852
2008 416 230 646
2009 364 394 758
2010 346 491 837
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2010
4.3.2 Alat tangkap
Jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu dibedakan atas perahu motor tempel dan kapal motor. Pada tahun 2005 jumlah alat tangkap mengalami kenaikan secara bertahap pada tahun 2005 jumlah alat tangkap sebanyak 637 unit. Jumlah ini meningkat 693,9% menjadi 6.478 unit. Secara detail jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Sukabumi.
Tahun Jumlah Alat Tangkap
2005 825 2006 923 2007 2.949 2008 2.872 2009 6.575 2010 6.478
4.3.3 Nelayan
Mayoritas nelayan di PPN Palabuhanratu merupakan penduduk asli daerah tersebut. Namun ada pula nelayan pendatang yang berasal dari Cirebon, Cilacap, Binuangen, Indramayu, dan beberapa nelayan dari luar pulau Jawa, seperti Sumatera dan Sulawesi. Nelayan yang berada di PPN Palabuhanratu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan buruh adalah orang yang ikut dalam operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan dan tidak selalu ikut dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan pemilik biasanya disebut juragan. Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan secara bertahap pada tahun 2005 jumlah nelayan sebanyak 3.498 orang. Jumlah ini meningkat 27,9% menjadi 4474 orang pada tahun 2010. Secara detail perkembangan jumlah nelayan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun 2006 – 2010.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2010
4.4 Kondisi Umum Angin di Wilayah Palabuhanratu
Sifat angin di perairan Selatan Jawa sangat bersesuaian dengan sifat laut, dimana kecepatan angin di Teluk Palabuhanratu berkisar antara 1-15 mil/jam. Karena angin merupakan penyebab utama gelombang, maka tinggi gelombang sangat ditentukan kecepatan angin tersebut. Di daerah ini dikenal dua musim ikan, yaitu musim timur dan musim barat. Musim timur merupakan musim banyak ikan, terjadi pada bulan Juni sampai dengan September/Oktober. Periode ini ditandai dengan angin lemah, laut tenang serta kemarau, sedangkan musim barat ditandai dengan angin kencang, gelombang besar dan bersesuaian dengan musim hujan. Periode musim barat ini merupakan musim kurang ikan, berlangsung sekitar bulan November/Desember sampai dengan bulan April/Mei.
Tahun Total Nelayan
Sumber: www.bmkg.go.id
5.1 Hasil
a saat melak beberapa var
cepatan ang m, dan aru n angin pad 20, untuk ta u terlampir
1 Grafik h gin dengan
m) alterna n sebesar 3,0
5 HASIL
an Kecepat
kukan uji c riabel yang gin dalam sa
s yang diha da turbin an abel data ha
pada Lamp
hubungan an rbin angin d
ambar 20 d n dengan 3 dengan arah n angin terti 5-16.00 WI 3 sudu ya ator rata-rat
0 ampere.
L DAN PE
tan Angin p
coba turbin g diamati tia
atuan km/ja dengan 3 sud dan Tabel d
3 sudu dike h angin dar
inggi yaitu IB. Kecepat aitu sebesar
ta sebesar
EMBAHA
pada Turbi
dengan 3 su ap 15 menit am, kecepata
am satuan an 3 sudu d matan pada t
2.
u dan kecep du dan 6 su ata hasil pe etahui kece ri darat pad 25,2 km/j tan angin ra r 17,5 km/j
117,2 rpm
ASAN
in Angin de
udu maupun t sekali sela
an putaran a ampere. H dan 6 sudu turbin angin
atan angin udu.
engamatan ( epatan angin da pukul 00
am dengan
u disajikan n dengan 3
saat pengam
(Lampiran n yang tere 0.15-00.30 n arah angin
ng diperoleh atan putaran s rata-rata
Sedangkan, pada turbin angin dengan 6 sudu diketahui kecepatan angin yang terendah yaitu 15,2 km/jam dengan arah angin dari darat pada pukul 00.45-01.00 WIB, Sedangkan kecepatan angin tertinggi yaitu 24,8 km/jam dengan arah angin dari laut pada pukul 16.45-17.00 WIB. Kecepatan angin rata-rata yang diperoleh dari turbin angin dengan 6 sudu yaitu sebesar 17,2 km/jam, kecepatan putaran per menit (rpm) alternator rata-rata sebesar 124,8 rpm, dan arus rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,44 ampere.
Berdasarkan hal tersebut, waktu (siang dan malam) memberikan pengaruh terhadap besarnya kecepatan angin yang bertiup di suatu daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Safarudin (2003) yang diacu oleh Alamsyah (2007), yang menyatakan bahwa kecepatan angin akan berfluktuasi terhadap waktu dan tempat. Di Indonesia misalnya kecepatan angin di siang hari bisa lebih kencang dibandingkan malam hari. Di beberapa lokasi bahkan pada malam hari tidak terjadi gerakan udara yang signifikan.
5.1.1 Sebaran frekuensi kecepatan angin pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu
Pada saat penelitian diperoleh data kecepatan angin yang sangat beragam, sehingga diperlukan pengelompokkan data agar dapat diketahui sebaran frekuensi kecepatan angin yang terjadi di daerah Palabuhanratu. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran frekuensi kecepatan angin (km/jam) pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
Kelas Selang Kelas (km/jam)
Batas Kelas (km/jam)
Frekuensi 3 sudu
Frekuensi 6 sudu
1 15,20-17,10 15,15-17,15 62 59
2 17,20-18,40 17,15-18,45 24 26
3 18,50-19,70 18,45-19,75 3 2
4 19,80-21,00 19,75-21,05 3 3
5 21,10-22,30 21,05-22,35 0 0
6 22,40-23,60 22,35-23,65 1 4
7 23,70-24,90 23,65-24,95 4 2
8 25,00-26,20 24,95-26,25 0 1
Sumber: Pengolahan data
dengan 3 itu, tidak a
5.1.2 Tip gin dengan 3
22 Histogra dengan ari Gambar
kecepatan n angin 15 yaitu sebany Sedangkan, n angin terti 20-17,10 km
1 kali, terda ada angin pa
pe angin d gujian turb
dasarkan ke gin dengan 3 jenis angin inggi yaitu m/jam. Sed apat pada se
ada selang k
dan jenis a bin angin d
ecepatan an 3 sudu dan n berdasarka
stogram seb 6 sudu disaj
n frekuensi 6 sudu. pada saat nggi yaitu s
km/jam. S terdapat pad
pengujian t sebanyak 5 dangkan frek
elang kecep kecepatan a
angin berd dengan 3 su
ngin yang t 6 sudu (La an Tabel 1 s
baran freku jikan pada G
i kecepatan
pengujian t sebanyak 62
edangkan f da selang k turbin angi 59 kali terd kuensi kece patan angin
angin
21,15-dasarkan s udu dan 6 s
terdapat pa mpiran 1 da skala Beaufo
uensi kecep Gambar 21.
n angin pa
turbin angin 2 kali terda frekuensi k kecepatan an n dengan 6 apat pada s epatan angi 25,00-26,20 -22,45 km/j
skala Beau
udu
ada tabel h an 2), maka fort.
patan angin
da turbin
(1) Tipe angin
Tabel 6 Tipe angin berdasarkan skala Beaufort pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
Parameter
Waktu Pengukuran Baling-baling
3 sudu 6 sudu
1 2 3 1 2 3
Kecepatan Angin
(km/jam) 12-19 20-28 12-19 12-19 20-28 12-19
Skala Beaufort 3 4 3 3 4 3
Tipe Angin Angin
Lemah
Angin Sedang
Angin Lemah
Angin Lemah
Angin Sedang
Angin Lemah
Sumber: Pengolahan data
Keterangan: Waktu Pengamatan
1. Pukul 06.00-15.45 WIB 2. Pukul 15.45-17.45 WIB 3. Pukul 17.45-06.00 WIB
Pada turbin angin dengan 3 sudu, pukul 06.00-15.30 WIB kecepatan angin berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya masuk dalam skala Beaufort 3 dan termasuk tipe angin lemah. Pukul 15.30-17.45 WIB kecepatan angin berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya masuk dalam skala Beaufort 4 dan termasuk tipe angin sedang. Pukul 17.45-06.00 WIB kecepatan angin berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya masuk dalam skala Beaufort 3 dan termasuk tipe angin lemah.
Pada turbin angin dengan 6 sudu, pukul 06.00-15.30 WIB kecepatan angin berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya masuk dalam skala Beaufort 3 dan termasuk tipe angin lemah. Pukul 15.30-17.45 WIB kecepatan angin berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya masuk dalam skala Beaufort 4 dan termasuk tipe angin sedang. Pukul 17.45-06.00 WIB kecepatan angin berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya masuk dalam skala Beaufort 3 dan termasuk tipe angin lemah.
Tabel 7 Tipe angin berdasarkan skala Beaufort untuk kecepatan angin rata-rata pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
Rata-rata kecepatan angin (km/jam)
Skala Beaufort Tipe Angin
3 sudu 6 sudu
17,5 17,2 3 Angin Lemah
Berdasarkan Tabel 7, kecepatan angin rata-rata pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu masing-masing sebesar 17,5 dan 17,2 km/jam. Kecepatan angin rata-rata keduanya berkisar antara 12-19 km/jam yang artinya memiliki nilai skala Beaufort 3 dan termasuk tipe angin lemah. Maka, kecepatan angin rata-rata di Palabuhanratu pada saat penelitian berkisar antara 12-19 km/jam dan termasuk tipe angin lemah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wyrtki (1961) yang diacu oleh Suardi (2009), yang menyatakan bahwa pada musim-musim peralihan baik musim peralihan I (Maret-Mei) maupun musim peralihan II (September-November) matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan arahnya tidak menentu.
(2) Jenis angin
Tabel 8 Jenis angin pada saat pengujian turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu. Waktu (Jam)
Jenis Angin
3 sudu 6 sudu
06.00 - 17.45 WIB 05.45 – 17.30 WIB Angin laut
17.45 - 06.00 WIB 17.30 – 05.45 WIB Angin darat
Sumber: Pengolahan data
Pada turbin angin dengan 3 sudu, pukul 06.00-17.45 WIB angin bertiup dari arah laut menuju daratan yang berarti masuk dalam jenis angin laut. Pada pukul 17.45-06.00 WIB angin bertiup dari darat menuju lautan yang berarti masuk dalam jenis angin darat. Sedangkan pada turbin angin dengan 6 sudu, pukul 05.45-17.30 WIB angin bertiup dari arah laut menuju daratan yang berarti masuk dalam jenis angin laut. Pada pukul 17.30-05.45 WIB angin bertiup dari darat menuju lautan yang berarti masuk dalam jenis angin darat.
konvektif tersebut menyebabkan udara dingin dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga terjadi aliran udara dari darat ke laut, dan biasanya angin darat terjadi pada tengah malam dan dini hari.
5.2 Hubungan Kecepatan Angin (km/jam) dan Kecepatan Putaran per menit (rpm) Alternator pada Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu
Pada tabel kecepatan angin (km/jam) dan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator hanya diambil beberapa data yang mewakili dari tabel data hasil pengamatan pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu (Lampiran 1 dan 2), hal ini bertujuan agar setiap perubahan yang ada pada kecepatan angin (km/jam) dan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator dapat terlihat secara nyata. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Kecepatan angin (km/jam) dan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
Turbin angin dengan 3 sudu Turbin angin dengan 6 sudu
Kecepatan angin (km/jam)
Kecepatan putaran per menit (rpm)
alternator
Kecepatan angin (km/jam)
Kecepatan putaran per menit (rpm)
alternator
15,9 115,1 15,2 118,0
16,9 116,0 16,2 120,0
17,8 117,3 17,1 128,0
18,2 118,2 18,2 132,0
18,9 119,0 19,1 139,0
20,1 119,7 19,7 149,0
22,6 120,0 20,1 150,0
23,5 123,5 23,2 154,0
24,8 124,8 24,6 155,0
25,2 125,0 24,8 156,0
Sumber: Pengolahan data
Gambar 2 tersebut b menyataka kecepatan
3 Grafik hu menit (r a turbin an n putaran pe
9 km/jam k t kecepatan r 117,3 rpm kecepatan p ngan 6 sudu
m) alternat n putaran pe 1 km/jam k a pada saat m) alternato dasarkan ha hat adanya p patan putar n tersebut h
pengaruhi o bisa berputa
an bahwa n putaran pe
ubungan ant rpm) alterna
ngin denga er menit (rp kecepatan p n angin 17 m, dan pun utaran per u, saat kece tor sebesar er menit (rp kecepatan pu
kecepatan or 156,0 rpm al di atas, pa
peningkatan ran per men hanya sedik
oleh kecep ar. Hal ini s kecepatan er menit (rp
tara kecepat ator pada tu an 3 sudu, pm) alterna putaran per
,8 km/jam ncaknya pad menit (rpm epatan angi r 118,0 rpm pm) alterna
utaran per m angin sebes m.
ada turbin a n perubahan pm) alternat
tan angin (k urbin angin
saat kece tor sebesar menit (rpm kecepatan da saat kec m) alternato in 15,2 km/ n pada setiap
alternator y menunjukk dengan 3 su epatan angi
115,1 rpm m) alternato n putaran p cepatan ang kan adanya yang mem m. Saat kece
or sebesar per menit ( gin sebesar
pm. Pada t atan putara gin 16,2 km m, saat kece
angin (km/jam) diikuti dengan semakin cepatnya putaran per menit (rpm) alternator.
5.3 Hubungan Kecepatan Putaran per menit (rpm) Alternator dan Arus yang Dihasilkan pada Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu
Sama halnya dengan kecepatan angin (km/jam) dan kecepatan putaran per menit (rpm) alternator, untuk tabel antara kecepatan putaran per menit (rpm) alternator dengan arus (ampere) yang dihasilkan hanya diambil beberapa data yang mewakili dari tabel data hasil pengamatan pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu (Lampiran 1 dan 2). Hal ini bertujuan agar setiap perubahan yang ada pada kecepatan putaran per menit (rpm) alternator dan arus (ampere) yang dihasilkan dapat terlihat secara nyata.
Tabel 10 Kecepatan putaran per menit (rpm) alternator dan arus (ampere) yang dihasilkan pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
Sumber: Pengolahan data
Berdasarkan Tabel 10 diatas, maka dapat dibuat suatu grafik hubungan antara kecepatan putaran per menit (rpm) alternator dengan arus (ampere) yang dihasilkan. Grafik hubungan tersebut disajikan pada Gambar 23.
Turbin angin dengan 3 sudu Turbin angin dengan 6 sudu
Kecepatan putaran per menit (rpm)
alternator
Arus (ampere)
Kecepatan putaran per menit (rpm)
alternator
Arus (ampere)
115,1 2,8 118,0 3,4
116,0 2,9 120,0 3,4
117,3 3,0 128,0 3,5
118,2 3,1 132,0 3,5
119,0 3,2 139,0 3,6
119,7 3,3 149,0 3,8
120,0 3,3 150,0 3,8
123,5 3,4 154,0 3,8
124,8 3,4 155,0 3,8
Gambar 2 putaran al kecepatan
4 Grafik hu dengan dilihat dar n putaran al kecepatan p pada saat k 3,0 ampere lkan arus se lternator 12
a turbin ang nghasilkan
r 120,0 rpm lternator 12 n putaran al
caknya yai lkan arus se dasarkan ha erlihat adan ernator dan dikit, namun
patan putara uk ke dalam
ubungan ant arus (amper ri Gambar 2 lternator 11 putaran alte kecepatan p
e, pada s ebesar 3,1 a 25,0 rpm me
gin dengan arus sebes m menghasil
28,0 rpm m lternator 13 itu pada s ebesar 3,9 am al tersebut, nya peningk
arus (ampe n menunjuk an (rpm) alt m baterai (a
tara kecepa re) pada tur 23 di atas, p 15,1 rpm m
ernator 116 putaran alte aat kecepa ampere dan enghasilkan 6 sudu, sa sar 3,4 am kan arus se menghasilka ere) yang dih kkan adany ternator yan accu). Sehin
atan putaran rbin angin d pada turbin n arus sebesa aat kecepata mpere, pad ebesar 3,4 a an arus seb menghasilka atan putar
n angin deng bahan pada hasilkan. M ya perubaha ng menyeba ngga hal in
n per menit dengan 3 sud n angin deng n arus sebe nghasilkan 7,3 rpm me an alterna a yaitu pad ar 3,4 ampe an putaran da saat kec ampere, pad
esar 3,5 am an arus seb
an alterna
gan 3 sudu a setiap ke Meskipun pe an yang terj
abkan adany ni sesuai de
(rpm) alter da saat kece
ere. alternator cepatan pu da saat kece mpere, pada ya arus (amp
Alamsyah ya akan sem
aruh Jumla ran per me
a kecepatan asilkan oleh
er menit (rp h karena it
peningkata n, selengkap
25 Pengaru putaran dasarkan g n putaran pe
sudu lebih ernator yan but, jumlah an kecepata n Jhon (19 besar luas b a akan m
lkan daya l
yang menya annya akan makin tinggi
ah 3 Sudu enit (rpm) A
n angin terte h turbin an pm) alterna tu, dibuat s an kecepata pnya dapat d
uh jumlah 3 per menit ( grafik di at
er menit (rp h kecil dib ng dihasilka h sudu pad an putaran p 985) yang baling-baling menyebabka
istrik kelua
atakan bah n rendah. S ator yang d suatu grafik
an putaran dilihat pada
sudu dan 6 rpm) altern tas, pada pm) alterna bandingkan
an oleh turb da baling-ba per menit (r diacu oleh g maka aka an putaran aran yang s
wa pada a Sebaliknya,
du terhadap
atan putaran an 3 sudu
dihasilkan o k pengaruh n per men Gambar 24
6 sudu terha nator.
saat kecep ator yang d dengan ke bin angin d aling memb
alternator m semakin ti
p Peningka
n per menit berbeda de oleh turbin jumlah 3 s nit (rpm) a
4.
adap pening
patan angin dihasilkan o ecepatan pu engan 6 su berikan pen nator. Hal in (2008), men ilkan gaya ang semak
n tertentu oleh turbin utaran per m udu. Berdas
ngaruh terh ni sesuai de nyatakan b
yang besar kin cepat ian pula, de
menambah jumlah sudu pada baling-baling akan menambah luas baling-baling yang berarti akan menambah gaya pada turbin sehingga akan memperbesar putaran rotor.
5.5 Perbandingan Lama Waktu Pengisian Ampere Baterai oleh Turbin angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu
Selain terhadap kecepatan putaran alternator (rpm), jumlah sudu pada baling-baling juga memberikan pengaruh terhadap lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ampere baterai sampai penuh. Pada saat pengukuran arus yang masuk ke dalam baterai, ampere awal baterai yang terukur yaitu 24.5 ampere. Sebelumnya ampere baterai dikosongkan, hal ini dilakukan agar dapat mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menambah ampere di baterai hingga mencapai 45 ampere.
Tabel 11 Perbandingan lama waktu pengisian ampere baterai oleh turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu.
Sumber: Pengolahan data
Berdasarkan Tabel 11 diatas, maka dapat dibuat suatu grafik perbandingan lama waktu pengisian ampere baterai pada turbin angin dengan 3 sudu dan 6 sudu. Grafik hubungan tersebut disajikan pada Gambar 25.
Waktu (Jam) Arus (ampere)
3 sudu 6 sudu
06.00 24,5 24,5
06.15 27,5 27,9
06.30 30,5 31,3
06.45 33,5 34,7
07.00 36,6 38,2
07.15 39,0 41,6
07.30 42,0 45,0