• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SINDANG BARANG, BOGOR BARAT

IRVA MAVRUDAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

IRVA MAVRUDAH.Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY.

Peran wanita dalam pembangunan pertanian yang sering disebut dengan wanita tani dapat terlihat dari perannya yang dapat menghasilkan pemasukan ekonomi rumah tangga. Peran produktif yang disandang oleh kaum wanita merupakan salah satu peran penting diantara dua peran penting lainnya yaitu peran reproduktif dan peran sosial masyarakat. Melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani, kualitas wanita dapat dikembangkan menjadi wanita wirausaha yang mandiri. Kemandirian wanita wirausaha dapat terlihat dari perilaku wirausahanya yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dalam berwirausaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik individu, karakteristik kelompok, perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha yang selanjutnya akan dilihat hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha melalui uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok wanita tani Tapak Dara, karakteristik individu lebih erat hubungannya dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha dibandingkan dengan karakteristik kelompoknya. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha lebih ditentukan oleh pribadi masing-masing individu. Meskipun sebenarnya melalui kelompok, pengetahuan dan keterampilan individu juga dapat ditingkatkan dengan cara pembinaan dan pelatihan. Kata kunci : keberhasilan usaha, kelompok wanita tani, perilaku wirausaha, wanita wirausaha

ABSTRACT

IRVA MAVRUDAH. Behaviour Analysis of Women Entrepreneurs on Tapak Dara Women Farmers Group in Sindang Barang Village, West Java. Supervised by RACHMAT PAMBUDY

Woman role in agriculture development that rather frequently known as wanita tani, can be seen from their role which create a sum of householdeconomy revenues.femalesproductive role is one of important role between two others role, they are reproductive role and social community role.Through Kelompok Wanita Tani forming, female quality can be developed as an independent entrepreneur woman. Entrepreneur woman independence is seen from their entrepreneurship behavior that include the following : knowledge, mental attitude, and creativity of entrepreneurship. The aim of research is to analyze the individual characteristic, group characteristic, entrepreneur behavior, and effort achievement, which will be seen the relation between individual characteristic and group characteristic with entrepreneur behavior and effort achievement through rank spearman correlation test. The result shows that kelompok wanita tani Tapak Dara has a tighter relation between individual characteristic, entrepreneur behavior, and effort achievement than their group characteristic. their basic entrepreneur behavior and effort achievement is more determined by their own personal. eventhough it was came through the group, the knowledge and individual characteristic can be developed too within training and intens relation development.

(5)

ANALISIS PERILAKU WANITA WIRAUSAHA PADA

KELOMPOK WANITA TANI TAPAK DARA, KELURAHAN

SINDANG BARANG, BOGOR BARAT

IRVA MAVRUDAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat

Nama : Irva Mavrudah NIM : H34090055

Disetujui oleh

Dr Ir Rachmat Pambudy, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah karunia dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2013 ini ialah kewirausahaan,dengan judul Analisis Perilaku Wirausaha Wanita pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmat Pambudy Ms selaku dosen pembimbing, Bapak Ir Burhanuddin MM selaku dosen kewirausahaan, Ibu Ir Narni Farmayanti Msc, serta Ibu Eva Yolynda Aviny SP MM sebagai dosen penguji atas segala kritik dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh anggota dari Kelompok Wanita Tani Tapak Dara selaku responden yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, Ibu Septiva Herlin selaku ketua dan Ibu Titik Purwati selaku sekretaris yang telah memberikan perizinan serta informasi mengenai kelompok dan pihak Dinas Pertanian Kota Bogor yang telah memberikan informasi dan keterbukan mengenai hal-hal yang diperlukan penulis. Terima kasih kepada teman satu bimbingan, sahabat-sahabat Agribisnis 46, teman-teman asrama, dan Stephanus Wahyu Nugroho atas semangat, doa dan dukungan yang diberikan. Ungkapan terima kasih tak terhingga terutama penulissampaikan kepada kedua orang tuaserta seluruh keluarga atas perhatian, doa, dukungan, dan kasih sayang yang tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Kelompok Wanita Tani 8

Wanita Wirausaha 10

Karakteristik Individu 11

Karakteristik Kelompok 12

Penelitian Mengenai Perilaku Wirausaha 13

Keberhasilan Usaha 15

KERANGKA PEMIKIRAN 16

Kerangkat Pemikiran Teoritis 16

Konsep Pemberdayaan 16

Pengertian Wirausaha 17

Perilaku Wirausaha 18

Ciri-ciri Wirausahawan yang Berhasil 23

Kerangka Pemikiran Operasional 24

METODE PENELITIAN 28

Waktu dan Tempat Penelitian 28

Jenis dan Sumber Data 28

Teknik Pengumpulan Data 28

Metode Pengolahan dan Analisis Data 29

GAMBARAN UMUM KWT TAPAK DARA 32

Sejarah Singkat Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 32 Visi, Misi, dan Tujuan Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 33 Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 34

Produk Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 36

Permodalan Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 37

HASIL DAN PEMBAHASAN 38

Karakteristik Individu 38

Karakteristik Kelompok 47

Perilaku Wirausaha 52

Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha dan

Keberhasilan Usaha 55

Hubungan Antara Karakteristik Kelompok dengan Perilaku Wirausaha dan

Keberhasilan Usaha 65

Hubungan Antara Perilaku Wirausaha dengan Keberhasilan Usaha 69

SIMPULAN DAN SARAN 71

(10)

LAMPIRAN 76

DAFTAR TABEL

1 Kriteria penilaian skor perilaku wirausaha 31 2 Perbedaan komposisi kimia tepung mocaf dengan tepung singkong (%) 36 3 Distribusi responden menurut usia pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 39

4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 39

5 Distribusi responden menurut pendidikan non formal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 41

6 Distribusi responden menurut lama usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 41

7 Distribusi responden menurut sumber modal awal pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 42

8 Distribusi responden menurut pinjaman pengembangan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 42

9 Distribusi responden menurut waktu yang dicurahkan untuk berwirausaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 43 10 Distribusi responden menurut persentase kebutuhan keluarga yang

terpenuhi pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 44 11 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 45

12 Distribusi responden menurut pendapatan pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 45

13 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 46

14 Distribusi responden menurut asal daerah pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 47

15 Distribusi responden menurut lama bergabung pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 47

16 Distribusi responden menurut motivasi bergabung pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 48

17 Distribusi responden menurut harapan bagi kelompok pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 49

18 Distribusi responden menurut mekanisme pengambilan keputusan pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 49

19 Distribusi responden menurut keinginan anggota pada kelompok wanita

tani Tapak Dara 50

20 Distribusi responden menurut intensitas rapat dan kegiatan pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 50

21 Distribusi responden menurut pelayanan kelompok pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 51

22 Distribusi responden menurut suasana kelompok pada anggota

(11)

23 Distribusi responden menurut perilaku wirausaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 52

24 Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 56 25 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan formal dengan

perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha dari anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 57

26 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendidikan non formal dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 57

27 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama usaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 59

28 Hasil uji korelasi rank spearman antara sumber modal awal dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 59

29 Hasil uji korelasi rank spearman antara pinjaman pengembangan usaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 60

30 Hasil uji korelasi rank spearman antara waktu yang dicurahkan untuk berwirausaha dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 61

31 Hasil uji korelasi rank spearman antara persentase kebutuhan keluarga yang terpenuhi dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 62

32 Hasil uji korelasi rank spearman antara status pekerjaan suami dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 62

33 Hasil uji korelasi rank spearman antara pendapatan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 63

34 Hasil uji korelasi rank spearman antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 64

35 Hasil uji korelasi rank spearman antara asal daerah dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 64

36 Hasil uji korelasi rank spearman antara lama bergabung dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani

Tapak Dara 65

37 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 66

38 Hasil uji korelasi rank spearman antara motivasi bergabung dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

(12)

39 Hasil uji korelasi rank spearman antara mekanisme pengambilan keputusan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada

anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 67

40 Hasil uji korelasi rank spearman antara keinginan anggota dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 67

41 Hasil uji korelasi rank spearman antara intensitas rapat dan kegiatan dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota

kelompok wanita tani Tapak Dara 68

42 Hasil uji korelasi rank spearman antara pelayanan kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 68

43 Hasil uji korelasi rank spearman antara suasana kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok

wanita tani Tapak Dara 69

44 Hasil uji korelasi rank spearman antara pengetahuan dengan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 69 45 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 70 46 Hasil uji korelasi rank spearman antara sikap mental dengan dengan

keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara 70

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011 1

2 Persentase wanita pengusaha di Indonesia 10

3 Faktor-Faktor yang menyebabkan wanita pengusahaenggan untuk

mengajukan permohonan pinjaman bank 11

4 Perubahan perilaku manusia 18

5 Kerangka pemikiran operasional 27

6 Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara 35

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1960-2011 76 2 Persentase penduduk menurut provinsi dan jenis kelamin tahun

2009-2011 76

3 Status kesempatan kerja menurut gender tahun 1990-2006 77 4 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik individu terhadap perilaku

wirausaha 78

5 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik kelompok terhadap

perilaku wirausaha 80

6 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik individu terhadap

(13)

7 Hasil uji korelasi rank spearman antara karakteristik kelompok terhadap

keberhasilan usaha 84

8 Hasil uji korelasi rank spearman antara perilaku wirausaha terhadap

keberhasilan usaha 85

9 Data diri responden 86

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakan

g

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2011 sebesar 242.32 juta jiwa, sedangkan di China sebesar 1.34 milyar jiwa yang kemudian diikuti oleh India dan Amerika serikat masing-masing sebesar 1.24 milyar dan 311.59 juta jiwa (Gambar1).Selain itu, jumlah penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Lampiran1.1

Gambar 1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011

Sumber : Bank Dunia (2013)

Data BPS (2012) melaporkan bahwa perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011 memiliki persentase sebesar 50.37 dan 49.63%2. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, perempuan memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan nasional Indonesia. Data mengenai persentase penduduk menurut provinsi dan jenis kelamin tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada Lampiran2.

Menurut Mugniesyah (1986), menyertakan wanita dalam proses pembangunan tidak sekedar untuk menunjukkan emansipasi wanita semata-mata, akan tetapi lebih ditekankan pada suatu kepentingan yang mendesak, mengingat wanita sebagai pendukung unit keluarga yang juga berperan dalam tenaga kerja pembangunan yang berarti juga berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga. Lebih lanjut, Hubeis dalam Rinaldi (1999) menjelaskan bahwa peran wanita dalam kebijakan pembangunan Indonesia meliputi : 1) peran sebagai isteri yang mendampingi suami dengan baik dan mampu

1

Bank Dunia. 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dunia dan Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 19]. Tersedia pada :www.google.co.id/publicdata

2

(16)

menopang karir suami, 2) peran sebagai ibu yang mampu mendidik dan membina generasi muda, jasmani, dan rohani agar kelak mampu menghadapi tantangan zaman dan menjadi wanita yang berguna, 3) peran sebagai pengatur rumah tangga yang mampu menciptakan suasana aman dan damai untuk seluruh anggota keluarga, 4) peranan sebagai tenaga kerja yang mampu menambah pendapatan keluarga untuk mencapai keluarga yang sehat sejahtera, 5) peran sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kegiatan sosial, dan 6) peran sebagai manusia pembangunan yang berkemampuan mengembangkan karier dan profesinya.

Perkembangan peran dan posisi kaum wanita sejak dahulu hingga saat ini telah menempatkan wanita sebagai mitra yang sejajar dengan kaum pria. Wanita memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai bidang, dan memiliki tanggungjawab yang sama pula terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, seiring dengan perkembangan zaman, wanita juga telah berfungsi sebagai pekerja nyata yang bertugas selain sebagai ibu rumah tangga juga bertugas sebagai pencari nafkah untuk menambah pendapatan rumah tangga. Lebih lanjut, disebutkan bahwa diskriminasi terhadap wanita setelah kemerdekaan tidak hanya terjadi pada kesempatan bersekolah bagi anak perempuan saja, melainkan juga terjadi pada dunia pekerjaan untuk peningkatan karir dan dalam dunia politik praktis. Namun, meskipun demikian, pada kenyataannnya masih banyak hambatan bagi wanita untuk mencapai kedudukan atau peningkatan prestasi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai kedudukan yang setara dengan kedudukan laki-laki, seperti kedudukan pimpinan, dan pengambil keputusan, perempuan dituntut untuk mempunyai kelebihan prestasi yang lebih menonjol, serta harus melalui perjuangan yang sangat berat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya motivator untuk mendorong kaum wanita lebih berprestasi. Visi pembangunan pemberdayaan perempuan adalah tercapainya keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara, yang dalam pencapaiannya perlu dilaksanakan berbagai ragam kegiatan3.

Di Indonesia, dalam beberapa tahun belakangan ini, terutama sejak krisis keuangan Asia pada periode 1997 sampai 1998 dan diperkuat oleh adanya MDG (Millenium Development Goals) yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa pemberdayaan wanita merupakan salah satu dari tujuan, dan perhatian terhadap perkembangan kewirausahaan wanita di Indonesia semakin besar. Perhatian tersebut tidak hanya berasal dari dunia akademis, tetapi juga dari pengambil-pengambil kebijakan, praktisi-praktisi, dan lembaga-lembaga masyarakat non-pemerintah (LSM). Meningkatnya perhatian tersebut berasal dari kesadaran bahwa penciptaan kewirausahaan wanita, khususnya di pedesaan akan sangat membantu upaya-upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan. Selain itu juga sangat penting sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di pedesaan (Tambunan 2012).

Selanjutnya, Tambunan (2012) juga menyebutkan bahwa jumlah wanita pengusaha di Indonesia, mengalami peningkatan sejak tahun 1980-an, dan

3

(17)

perkembangan ini bersamaan dengan era pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang mendorong peningkatan pendapatanmasyarakat per kapita yang pesat. Pada tahun 1990, tercatat bahwa hanya sekitar 30.5% perempuan yang membuka usaha sendiri dengan atau tanpa pekerja, dan pada tahun 2006 bertambah sedikit menjadi 34,3%. Terdapat dua hal yang menarik dari data yakni pertama, walaupun mengalami peningkatan namun dapat disimpulkan bahwa perkembangan wanita pengusaha di Indonesia menurut data kesempatan kerja tersebut masih lemah karena masih sekitar 30%. Kedua, bukti tersebut telah mendukung pandangan umum bahwa wanita pengusaha di Indonesia terkonsentrasi di UMI atau tepatnya self-employment atau usaha seorang diri tanpa pekerja yang diupah. Data mengenai status kesempatan kerja menurut gender dapat dilihat pada Lampiran3. Selain itu, menurut menteri pemberdayaan perempuan, potensi wanita Indonesia untuk berkiprah di sektor usaha atau sebagai pebisnis cukup besar. Populasi wanita yang mencapai 49% dari total penduduk Indonesia merupakan potensi besar bagi kaum perempuan. Selanjutnya, disebutkan pula bahwa hampir sebagian besar sektor UMKM lebih banyak digerakkan oleh kaum perempuan baik kategori industri rumahan, kelompok usaha maupun usaha kecil dalam memanfaatkan kemampuan diri seperti menjahit, membuat kue, kerajinan dan lainnya4.

Selain berperan dalam pembangunan perekonomian, wanita juga merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dikembangkan kualitasnya dalam rangka menyukseskan pembangunan pada sektor pertanian. Peran wanita dalam pembangunan pertanian yang sering disebut dengan wanita tani dapat terlihat dari perannya yang dapat menghasilkan pemasukan ekonomi rumah tangga. Peran produktif yang disandang oleh kaum wanita merupakan salah satu peran penting diantara dua peran penting lainnya yaitu peran reproduktif dan peran sosial masyarakat. Peran wanita tani dalam sektor pertanian tidak hanya dilihat dari segi kuantitas, tetapi juga harus dilihat dari segi kualitasnya seperti bermanfaat bagi peningkatan kapasitas wanita sebagai wanita tani yang berwawasan lingkungan, maju, dan mengenal teknologi.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan kontribusinya pada sektor pertanian dengan proporsi wanita yang bekerja pada sektor tersebut sebesar 1.17 juta jiwa. Tahun 2011, penduduk Jawa Barat yang bekerja pada sektor pertanian sebesar 21.06% yang diikuti oleh sektor industri, sektor lainnya dan sektor jasa-jasa dengan persentase masing-masing sebesar 20.46, 16.92, dan 15.46%.Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian di Jawa Barat merupakan hal yang sangat penting guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional dibidang pertanian, yaitu (1)peningkatan produksi pangan, terutama menuju pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, (2)stabilisasi harga pangan, (3)pemantapan penganekaragaman pangan berbasis sumberdayalokal, dan (4)perlindungan dan pemberdayaanpetani serta peningkatan kesejahteraan petani (BPS 2011). Selanjutnya, salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang masih memiliki potensi untuk dikembangkan pada sektor pertanian adalah Kota Bogor. Kota Bogor memiliki lahan pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan yakni meliputi 1 006Ha lahan sawah, 1 479.67

4

(18)

Ha lahan kering, 868.29 Ha lahan pekarangan, 309.624 Ha lahan perkebunan, dan 11 470 Ha bendungan dan kolam. Potensi lainnya adalah sumber daya manusia petani atau pelaku agribisnis, dan aparatur5.

Pemberdayaan petani, khususnya bagi wanita tani dapat dilakukan melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan memberikan pembinaan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan para wanita tani agar dapat menjadi wanita wirausaha mandiri. Tambunan (2012) menyatakan bahwa perkembangan wanita pengusaha atau kewirausahaan di dalam kelompok wanita sangat berpotensi sebagai motor utama pendorong proses pemberdayaan wanita dan transformasi sosial, yang pada akhirnya bisa sangat berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

Selain itu, kelompok wanita tanijuga sebaiknya diarahkan pada peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan agribisnisdan penguatan kelompok wanita tani menjadi organisasi wanita tani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain :

1. Adanya pertemuan anggota atau pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.

2. Mempunyai rencana kerja kelompok yang disusun secara bersama berdasar atas kesepakatan.

3. Memiliki aturan yang disepakati dan ditaati bersama. 4. Mempunyai pencatatan atau administrasi.

5. Berperan sebagai sumber informasi teknologi bagi para anggotanya. 6. Adanya jalinan kerjasama antar anggota antar kelompok serta kerjasama

dengan pihak lain.

7. Adanya pemupukan modal usaha dari iuran anggota ayau penyisihan hasil usaha kelompok6.

Kemandirian wanita tani dapat terwujud apabila wanita tani mampu memahami potensi yang dimiliki, sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara efektif dan efisien. Menurut World Bankdalam Rahadian (2002), unsur terpenting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pelatihan dan pendidikan. Pelatihan merupakan proses pembelajaran atau kegiatan yang melibatkan perolehan konsep, peraturan, dan sikap dalam peningkatan kemampuan dan keahlian. Sementara itu, pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam meningkatkan pengetahuan, sikap mental, serta keahlian dan keterampilan menuju pribadi yang lebih produktif. Pengembangan wirausaha melalui pendidikan kewirausahan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menjadikan wanita tani sebagai wanita wirausaha yang produktif dan mandiri yang kemudian akan diikuti oleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada di Kota Bogor dan memiliki program pengembangan kewirausahaan melalui pelatihan dan pendidikan adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapak Dara.

5

[Pemkot Bogor]. Pemerintahan Kota Bogor. 2011. Profil investasi bidang agribisnis Kota Bogor. [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada : www.kotabogor.go.id

6

(19)

Kelompok wanita tani Tapak Dara adalah kelompok wanita tani yang dibentuk pada tanggal 27 Januari 2011 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pengelolaan lingkungan hidup dan pengembangan industri pertanian. Program-program yang dilaksanakan pada kelompok wanita tani Tapak Dara untuk mencapai tujuan tersebut, meliputi :

a) Pemanfaatan lahan pekarangan, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan di tingkat keluarga. b) Pengelolaan terhadap kebun bibit dan kebun percobaan, merupakan

kegiatan dalam hal mengelola kebun bibit dan kebun percobaan. Kebun percobaan digunakan sebagai sarana belajar pengembangan pertanian perkotaan yang ramah lingkungan.

c) Sekolah Lapang (SL) pertanian ramah lingkungan, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk pemahaman secara langsung bagi anggota agar mampu memanfaatkan produk pertanian.

d) Pengembangan industri tepung, khususnya tepung mocaf, bumbu, dan kue, merupakan kegiatan untuk mengembangkan produk unggulan, khususnya produk pertanian.

e) Pengembangan kewirausahaan produk pertanian, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku wirausaha anggota yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan tindakan.

Program kegiatan pengembangan kewirausahaan yang dilakukan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara terhadap para anggota dimaksudkan agar para anggota mampu menumbuhkembangkan niat dan jiwa dalamberwirausaha yang nantinya akan menjadikan para wanita tani menjadi wanita wirausaha. Berbagai kajian mengenai wanita wirausaha yang terlibat dalam suatu kelompok perlu dilakukan dan salah satunya dapat ditelaah dari sisi perilaku wirausahanya. Kajian perilaku wanita wirausaha, khususnya pada kelompok wanita tani dapat memberikan gambaranmendalam mengenai perilaku yang dimiliki mulai dari pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan. Selain itu, keberhasilan usaha dari anggota kelompok juga perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari perilaku wirausaha terhadap keberhasilan usaha. Perilaku wirausaha antar anggota dalam kelompok berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan untuk lebih mengoptimalkan peningkatan potensi anggota dalam membentuk wanita wirausaha mandiri.

Perumusan Masalah

(20)

aman, peningkatan status individu, dan kelompok dalam masyarakat atau peningkatan kekuatan hukum (Suharno 2009).

Selain berperan sebagai kelompok sosial, suatu kelompok juga berperan sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan produk-produk tertentu untuk dipasarkan agar memperoleh keuntungan atau pendapatan yang layak. Secara ekonomi, suatu kelompok harus dapat menghasilkan produk terbaik yang sesuai dengan selera konsumen. Oleh sebab itu, para wanita tani yang tergabung dalam suatu kelompoksebaiknya memfokuskan kegiatannya pada jenis usaha yang menghasilkan produk atau pelayanan terbaik, sehingga memberikan kentungan atau kepuasan bagi anggota.

Kelompok wanita tani Tapak Dara merupakan suatu kelompokyang terbentuk pada tahun 2011. Meskipun baru berjalan selama kurang dari 3 tahun,kelompok tersebut telah berhasil merebut juara kedua dalam kategori kelompok wanita tani dan juara pertama pada lomba cipta menu se-Kota Bogor. Kelompok wanita tani Tapak Dara telah memperoleh bantuan berupa peralatan dan modal dari Dinas Pertanian dan Kantor Ketahanan Pangan Kota Bogor. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua kelompok, kelompok wanita tani Tapak Daratelah memiliki visi dan misi yang telah dinyatakan secara tertulis dengan pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah.

Pembinaan dan pelatihan juga sering dilakukan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara dalam rangka peningkatan potensi diri anggota. Salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan oleh kelompok wanita tani Tapak Dara adalah pengetahuan mengenai kewirausahaan. Pengetahuan tersebut diberikan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Sementara itu, program pelatihan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan para anggota yang nantinya dapat menjadikan anggota sebagai pribadi yang produktif, kreatif, dan inovatif. Namun, terkadang pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada anggota tidak dijadikan sebagai landasan dan tidak dilaksanakan atau dipraktekkan secara langsung. Artinya, anggota hanya memanfaatkan pengetahuan yang diterima tanpa adanya praktek langsung atau tindakan selanjutnya.

Program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan pada Kelompok wanita tani Tapak Dara adalah program pengolahan hasil pertanian, khususnya singkong yang nantinya akan dijadikan sebagai tepung mocaf yang merupakan produk unggulan kelompok. Namun, pada kenyataannya hanya beberapa anggota yang memanfaatkan program pelatihan tersebut dan dijadikan sebagai pekerjaan sampingan atau bahkan pekerjaan utama. Sebagian besar dari anggota kelompok wanita tani Tapak Dara tidak berkeinginan untuk lebih berusaha atau bekerja kerasdalam mencapai sesuatu hal, artinya mereka tidak ingin merasakan kegagalan, tetapi hanya ingin merasakan kesuksesan. Akibatnya, banyak dari anggota kelompok yang tidak bertahan lama untuk memproduksi suatu produk baru apabila dari awalnya produk tersebut kurang diminati oleh konsumen.

(21)

akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Namun, kenyataannya program pengembangan kewirausahaan belum terlaksana secara optimal yang berdampak pada pencapaian visi dan misi yang telah dirincikan. Hal tersebut dapat terlihat dari kurangnya respon dan minat anggota terhadap program dan kegiatan kewirausahaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua kelompok yang menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang dialami oleh kelompok wanita tani Tapak Dara adalah kurangnya partisipasi anggota dalam meningkatkan kualitas diri dan keterampilan dalam rangka pencapaian program pengembangan kewirausahaan.

Berdasarkan gambaran tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana karakteristik individu dan karakteristik kelompok pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?

2. Bagaimana perilaku wanita wirausaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik kelompok dengan perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha serta bagaimana hubungan antara perilaku wanita wirausaha dengan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik kelompok pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

2. Menganalisis perilaku wanita wirausahapadaanggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik kelompok dengan perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha, serta hubunganantara perilaku wanita wirausaha terhadap keberhasilan usahapada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Kelompok wanita tani Tapak Dara sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan peran dan fungsinya sebagai kelompok terutama dalam hal pengembangan kewirausahaan bagi anggota kelompok.

2. Pemerintah dan dinas terkait sebagai bahan masukan dan bahan kajian dalam rangka meningkatkan program penyuluhan dan pembinaan khususnya bagi kelompok wanita tani dan pemberdayaan wanita menjadi wanita wirausaha mandiri.

(22)

4. Peneliti sendiri, dapat melatih kemampuan analisis serta dapat mengaplikasikan konsep-konsep ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam kehidupan bermasyarakat dengan melihat fenomena praktis yang terjadi di lapangan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik kelompok terhadap perilaku wanita wirausaha dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok wanita tani Tapak Dara. Pembatasan dilakukan hanya pada lingkup perilaku wanita wirausaha dari anggota kelompok tanpa melihat atau membandingkan dengan perilaku wirausaha pria dan tanpa membahas karakteristik wirausaha, tipe wirausaha, serta keberhasilan kelompok. Pembatasan juga dilakukan pada karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu yang telah dicurahkan untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga yang telah terpenuhi, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan asal daerah. Selanjutnya, karakteristik kelompok yang diteliti meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan, pelayanan kelompok, dan suasana kelompok. Sementara itu, keberhasilan usaha dalam penelitian ini menggunakan 5 indikator dengan tidak menggunakan data kuantitatif atau laporan keuangan. Indikator dari keberhasilan usaha yang digunakan mencakup keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran, peningkatan pendapatan, loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing. Keberhasilan usaha digunakan hanya untuk melihat hubungannyadengan karakteristik individu, karakteristik kelompok, dan perilaku wirausaha tanpa dilakukan pembahasan secara mendalam.

TINJAUAN PUSTAKA

KelompokWanita Tani

Pusat Penyuluhan Pertanian dalam Manoppo (2009) berpendapat bahwawanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang dibagi kedalam dua bagian, yakni wanita tani menurut statusnya dalam keluarga dan wanita tani menurut fungsinya dalam usahatani. Apabila dilihat dari statusnya dalam keluarga, wanita tani terdiri dari :

a. Kepala keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi : wanita janda (ditinggal suami karena bercerai atau meninggal) atau wanita tidak menikah yang hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga mempunyai tanggungan.

(23)

c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur diatas 30 tahun atau yang sudah pernah menikah dan tinggal bersama seorang petani (ibu, mertua, saudara, ipar, anak, kemenakan, dan lain-lain). d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah

menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan, dan lainnya).

e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur dibawah 16 tahun dan belum pernah menikah yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang petani.

Sementara itu, apabila dilihat dari fungsinya dalam usahatani, wanita tani terdiri dari :

1. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya secara mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai :

a. Kepala keluarga yang hidup atau mencukupi nafkah keluarganya dari usahatani.

b. Isteri petani,seorang suami tidak berfungsi sebagai pencari nafkah utama atau bekerja di luar usahatani keluarga.

c. Wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita yang bertindak sebagai pengelola usahatani secara mandiri.

2. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa pemberian upah atau pembagian hasil secara ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai :

a. Isteri petani

b. Wanita dewasa anggota keluarga c. Pemuda atau taruna tani wanita

Lebih lanjut, Departemen Pertanian dalam Ramanti (2006) mendefinisikan wanita tani sebagai isteri dari petani yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, Kelompok Wanita Tani (KWT) dapat didefinisikan sebagaikumpulan isteri petani atau para wanita aktif yang memiliki aktivitas pada bidang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan yang memiliki keserasian untuk tujuan bersama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT), para wanita yang tergabung didalamnya akan memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk lebih produktif agar menjadi wanita wiraushaa yang mandiri dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.

(24)

produktif,(2)wahana kerjasama, tempat untuk memperkuat antar anggota dalam kelompok wanita tani atau kerjasama dengan kelompok wanita tani lain dalam rangka pertukaran informasi, dan (3) unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang.

Wanita Wirausaha

Muljaningsih et al (2013) menyatakan bahwa motivasi internal seorang wanita berwirausaha adalah untuk pemenuhan diri sebagai motivator penting dalam memulai suatu bisnis. Wanita wirausaha di Negara maju termotivasi oleh adanya kebutuhan untuk berprestasi. Sementara itu, motivasi wanita dalam berwirausaha di Negara berkembang karena adanya faktor kombinasi antara factor pendorong dan daya tarik.

Selanjutnya, dalam perjalanannya menjalankan kegiatan usaha, seorang wirausaha wanita memiliki berbagai tantangan ataupun kendala dalam berwirausaha. Meskipun, pada dasarnya proses berwirausaha antara pria dan wanita adalah sama. Namun, pada pada kenyataannya parkatek berwirausaha yang dijalankan oleh seorang wanita cenderung sering mengalami hambatan dari berbagai dimensi yang pada akhirnya akan mencegah dari adanya penyadadaran akan potensi diri yang dimiliki.

Di Indonesia, sebagian besar wanita pengusaha menjalankan kegiatan usaha di sektor UMKM (Gambar2). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sektor UMKM merupakan jalur masuk bagi wanita untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Meskipun, sektor UMKM berfungsi sebagai sarana pemberdayaan ekonomi wanita, wanita pengusaha masih menghadapi hambatan-hambatan yang menghalangi keikutsertaan mereka dalam kegiatan ekonomi melalui sektor UMKM. Hambatan-hambatan tersebut meliputi akses memperoleh pendanaan, pendaftaran usaha, pajak, pungutan, dan biaya. Selanjutnya, pada penelitian akademika Surabaya (2005) disebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menyebabkan wanita wirausaha enggan untuk melakukan peminjaman dana kepada pihak bank (Gambar3).7

Gambar2Persentase wanita pengusaha di Indonesia

Sumber : IWAPI

7

Widyadari F, Sharder H, Pranoto S. [tahun terbit tidak diketahui]. Suara-suara perempuan pengusaha. Jakarta (ID) : International Finance Corporation dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

pengusaha kecil, 85% pengusaha

menengah, 13%

(25)

Gambar3Faktor-faktor yang menyebabkan wanita pengusaha enggan untuk mengajukan permohonan pinjaman bank

(Acces to credit businesswoman 2005)

Tambunan (2009) menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi oleh seorang wanita dalam berwirausaha adalah dalam hal mengakses kredit formal. Wanita memiliki peluang yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria untuk mendapatkan akses kredit formal. Adanya berbagai alasan seperti kurangnya jaminan, dan persepsi negatif dari pihak penjamin resmi. Wanita yang kurang dalam hal berpendidikan akan cenderung lebih sulit dalam mendpatakan pembiayaan dari pihak bank. Hal tersebut disebabkan karena mereka kurang informasi dalam hal tata cara peminjaman.

Karakteristik Individu

Rakhmat dalam Ramanti (2006) mendefinisikan karakteristik individu sebagai ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia, yaitu karakteristik personal dan karakteristik situasional. Karakteristik personal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri individu, sedangkan karakteristik situasional sebagai faktor-faktor yang yang timbul dari luar individu dan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang.

Lionbergerdalam Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik individu atau karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah umur, pendidikan, dan karakter psikologis. Karakter psikologis meliputi rasionalitas, fleksibiltas mental, dogmatisme, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis serta kemudahan dalam menerima inovasi.Selanjutnya, Rogers dalam Jokopushito (2006) berpendapat bahwa karakteristik personal meliputi status sosial ekonomi, ciri kepribadian, dan perilaku komunikasi. Secara lebih rinci, karakteristik personal tersebut dijabarkan lagi ke dalam umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah keluarga, pengalaman berusaha tani, usaha keluarga, penghasilan keluarga, kekosmopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat,

3.57% 7.10% 7.10% 7.10%

17.90% 21.40%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% Prosedur rumit

(26)

partisipasi dalam kelompok, dan kontak media. Menurut Simamora dalam Rachmat (2006), karakteristik seseorang akan mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian, dan lain-lain.

Karakteristik individu sering digunakan dalam studi penelitian, begitu pula dengan penelitian yang berhubungan dengan kewirausahaan. Dirlanudin (2010) menjelaskan bahwa seorang wirausaha dalam menjalankan suatu kegiatan usaha memiliki faktor individu yang meliputi: (1) karakteristik biologis, yaitu :umur, jenis kelamin, pendidikan; (2) latar belakang wirausaha yaitu: pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga; dan (3) motivasi, sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu usaha, seperti: ketekunan, kegigihan dan kemauan keras untuk berhasil.

Pada penelitian yang dilakukan, variabel karakteristik individu yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu yang telah dicurahkan untuk berwirausaha, persentase kebutuhan keluarga yang telah tercukupi, status pekerjaan suami, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan asal daerah.

Karakteristik Kelompok

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam proses kehidupannya membutuhkan manusia lain yang ada disekitarnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lain akan menjadikan manusia saling ketergantungan dengan yang lainnya dalam suatu lingkungan. Melalui pembentukan kelompok, maka kebutuhan manusia yang saling membutuhkan akan menjadi sebuah wadah dalam menangani kesulitan-kesulitan yang ada dan nantinya dapat diatasi secara bersama-sama.

Menurut Sarwono dalam Jokopusphito (2006), kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, dan menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Sebuah kelompok sosial mempunyai empat ciri antara lain : 1) dorongan (motif) yang sama, 2) reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan, 3) penegasan struktur kelompok, dan 4) penegasan norma-norma kelompok. Soekanto dalam Rona (1999) memaknai kelompok sosial sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antar mereka, seperti hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.

(27)

dalam Suharno (2009) mendefinisikan karakteristik sebagai sifat-sifat atau ciri-ciri yang melekat pada sesuatu (benda, orang, atau makhluk hidup lainnya) yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan. Merujuk pada pengertian tersebut, karakteristik kelompok dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri atau sifat-sifat yang melekat pada kelompok, khususnya pada kelompokwanita tani dan hal-hal yang berhubungan dengan kelompok wanita tani tersebut.

Secara sosiologis, penelitian Sutjipta dalam Suharno (2009) tentang kelompok tradisional subah menyimpulkan bahwa karakteristik khusus kelompok subak yang memberikan kontribusi bagi kelestarian kehidupan kelompok meliputi : faktor pengikat, otonomi subak, kepemimpinan subak, keanggotaan subak, peraturan kelompok subak, upacara keagamaan, konflik, mobilitas sumberdaya, dan kegiatan kelompok. Penelitian lain mengenai karakteristik kelompok juga dilakukan oleh Sulistiawati (2002), Reslawati (2004), dan Rachmat (2006).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2002), karakteristik kelompok yang digunakan dalam penelitiannya meliputi lama berdiri, jumlah anggota, homogenitas anggota, intensitas kegiatan usaha, tingkat keterbukaan kelompok, dan nilai tujuan kelompok. Sementara itu, peran anggota kelompok, suasana kelompok, dan tujuan kelompok dijadikan sebagai variabel karakteristik kelompok yang digunakan dalam penelitian Reslawati (2004) mengenai karakteristik kelompok dan jaringan komunikasi. Menurut Slamet dalam Reslawati (2004), suasana kelompok merupakan keadaan moral,sikap dan perasaan-perasaan yang terdapat didalam kelompok. Suasana kelompok tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya hubungan antara para anggota kelompok, kebebasan berpartisipasi, dan lingkungan fisik. Selanjutnya, Rachmat (2006) dalam penelitiannya mengenai hubungan karakteristik dan sikap anggota terhadap keberadaan kelompok menggunakan variabel karakteristik kelompok yang meliputi pelayanan kelompok, fungsi kelompok, dan suasana kelompok.

Merujuk pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, variabel karakteristik kelompok yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat dan kegiatan, pelayanan kelompok, dan suasana kelompok. Pada penelitian ini, karakteristik kelompok digunakan untuk menggambarkan keadaan kelompok yang nantinya akan dianalisis hubungannya atau keterkaitan antara karakteristik kelompok dengan perilaku wirausaha dan keberhasilan usaha dari anggota kelompok wanita tani Tapak Dara.

Penelitian Mengenai Perilaku Wirausaha

Pada penelitian ini, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan adalah penelitian yang membahas mengenai perilaku wirausaha yang difokuskan pada alat analisis yang digunakan dan hasil analisis yang didapatkan. Penelitian yang dilakukan oleh Pambudy (1999) yang berjudul perilaku komunikasi, perilaku wirausaha peternak, dan penyuluhan dalam sistem agribisnis, penelitian Ramanti (2006) dengan judul perilaku wirausaha wanita peternak dalam mencari dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras

(kasus kelompok tani ternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kabupaten

(28)

wirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan.

Pambudy (1999), dan Ramanti (2006), dan Azzahra (2009) menggunakan indikator perilaku wirausaha yang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan atau tindakan. Selain itu, karakteristik individu juga digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku wirausahanya. Karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian Pambudy (1999) antara lain : umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak, dan rata-rata penghasilan dengan alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman, analisis PATH (jalur). Ramanti (2006) menggunakan variabel karakteristik individu yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah anggota keluarga, pendapatan, kegiatan kelompok, kegiatan domestik, dan motivasi berusaha dengan alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearmandan chi-square. Sementara itu, Azzahra (2009) menggunakan variabel karakteristik individu yang mencakup kelamin, fakultas, minor, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), keikutsertaan dalam PKMK sebelum tahun 2009, dan pengambilan Mata Kuliah Kewirausahaan dengan alat analisis uji korelasi rank spearman dan chi-square.

Pambudy (1999) dalam penelitiannya mengenai peternak ayam buras dan ayam broiler skala kecil, menengah, dan besar menunjukkan bahwa dari beberapa variabel faktor individu yang digunakan, hasil analisis path menunjukkan bahwa faktor umur, lama beternak dan penghasilan memiliki hubungan struktural yang nyata terhadap perilaku wirausaha peternak ayam buras skala kecil. Umur dan penghasilan memiliki hubungan struktural positif dengan perilaku wirausaha, sedangkan lama beternak memiliki hubungan struktural negatif dengan perilaku wirausaha. Hal ini disebabkan karena kemungkinan adanya pengaruh mental dari terlalu lamanya menjadi peternak usaha kecil tanpa mengalami perkembangan. Berbeda dengan peternak ayam buras skala kecil, pada peternak ayam broiler skala kecil hanya faktor umur yang memiliki hubungan struktural nyata dengan perilaku wirausaha. Pada peternak ayam buras skala menengah menunjukkan hasil bahwa jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan struktural yang nyata dengan perilaku wirausaha, sedangkan pendidikan dan penghasilan memiliki hubungan struktural nyata dengan perilaku wirausaha pada peternak ayam broiler skala menegah. Selanjutnya, pada peternak ayam buras dan ayam broiler skala besar menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dan penghasilan tidak memiliki hubungan struktural dengan perilaku wirausaha.

(29)

berhubungan nyata dengan sikap wirausaha. Hal ini dikarenakan wanita peternka yang memiliki motivasi tinggi akan terpacu untuk berusaha selalu tanggap terhadap peluang-peluang usaha yang menyangkut kemampuan memuaskan pelanggan, menjaga mutu, dan tidak ketergantungan kepada pelanggan.

Selanjutnya, hasil penelitian Azzahra (2009) menunjukkan bahwa karakteristik minor agribisnisberpengaruh nyata terhadap sikap wirausaha mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan minor agribisnis akanmemberikan pandangan dan persepsi positif mengenai profesi wirausaha sehingga mempengaruhi sikap wirausaha responden. Pekerjaan ayah dan ibu memiliki pengaruh nyata terhadap tindakan wirausaha. Hal ini disebabkan karena ayah dan ibu dalam hal ini dijadikan role model untuk hidup dengan lebih baik dengan menjadi seorang wirausaha. Karakteristik suku daerah berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan wirausaha, karena adanya pandangan dan persepsi positif terhadap profesi wirausaha oleh beberapa suku daerah di Indonesia seperti suku Padang, sehingga mempengaruhi sikap wirausaha responden dan adanya adat atau kebiasaan di suku daerah yang lebih cepat dalam bertindak dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan suku daerah yang lain. Karakteristik keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan berhubungan nyata dengan sikap, tindakan, dan perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Selanjutnya, pengambilan MK Kewirausahaan memiliki hubungan nyata dengan sikap dan perilaku wirausaha. Hal ini berarti kuliah kewirausahaan yang diikuti responden membentuk sikap positif tentang wirausaha hingga berpengaruh juga terhadap perilaku wirausahanya, namun tidak berpengaruh nyata dari sisi kognitif dan tindakan responden untuk berwirausaha.

Apabila dilihat dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dan penyesuaian terhadap kondisi responden yang akan diteliti, maka perilaku wirausaha yang akan ditentukan dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dalam berwirausaha. Pengetahuan dalam berwirausaha meliputi pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada disekitarnya, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri, dan pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.Sikap mental wirausaha merupakan sikap yang harus dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan usaha, seperti optimis, realitime, kreatif, dan inovatif dan beberapa sikap lainnya yang dapat mendorong seesorang untuk menjadi wirausaha yang sukses dan mandiri. Keterampilan dalam berwirausaha juga diperlukan untuk membentuk perilaku wirausaha yang berhasil, mulai dari keikutsertaannya dalam berbagai pelatihan wirausaha, pameran bisnis, dan tindakan lainnya yang dapat menjadi pacuan bagi wirausaha agar berhasil dalam menjalankan usahanya.

Keberhasilan Usaha

(30)

Hasil penelitian Cunningham dalam Riyanti (2003) terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional Singapura menunjukkan bahwa keberhasilan usaha berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Sifat kepribadian, seperti memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil, dan memiliki motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar.

2. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan, yaitu jujur, ramah, adil pada pelanggan, pemasok, dan staf, serta kemampuan dengan orang lain. 3. Kemampuan memahami lingkungan bisnis, yaitu kemampuan belajar

dari pihak pesaing, ketertarikan pada industri, pengetahuan tentang bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengalaman dalam industri, pengetahuan tentang produk dan jasa, serta pemahaman tentang persaingan.

4. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas, yaitu berorientasi tujuan, kreatif, dan kemauan mengambil risiko, memiliki visi dan gambaran mental masa depan.

5. Kesadaran pribadi, yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta mampu menerima kesalahan.

6. Faktor lain.

Selanjutnya, Dirlanudin (2010) menggunakan variabel peningkatan jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar, kemampuan bersaing, dan peningkatan keuntungan sebagai indikator untuk menentukan keberhasilan suatu usaha. Dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha pada wanita wirausaha, hasil penelitian Maysami dan Ziemnowicz (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor keberhasilan usaha wanita wirausaha di Singapura mencakup produk dan layanan kualitas, kualitas pribadi, kualitas personel, pengetahuan akan produk dan jasa, loyalitas pelanggan, bantuan dari pemerintah, keunggulan teknologi, dan adanya modal dan pembiayaan.

Merujuk pada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai keberhasilan usaha, pada penelitian ini indikator variabel yang digunakan untuk menentukan keberhasilan usaha meliputi keragaman produk, perluasan wilayah pemasaran, peningkatan pendapatan, kecenderungan loyalitas konsumen, dan kemampuan bersaing. Pada penelitian ini, keberhasilan usaha digunakan untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap karakteristik individu, karakteristik kelompok, dan perilaku wirausaha.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kerangka pemikiran mengenai gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipergunakan sebagai landasan penelitian yang dilakukan.

Konsep Pemberdayaan

(31)

pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, antara lain melalui pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka.

Dalam kaitannya dengan agribisnis, terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara lain :

1. Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat. Misal:berfungsinya HKTI, HNSI, dan organisasi lokal lainnya.

2. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan nelayan. Misalnya : asosiasi dari organisasi petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun loka.

3. Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam mengakses sumber-sumber luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk di dalamnya kemampuan lobi ekonomi.

4. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-kelompok masyrakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik.

Pengertian Wirausaha

Istilah entrepreneur dilansir pertama kali pada tahun 1755 oleh Cantillon dalam Astamoen (2005) yang menyatakan bahwa entrepreneur memiliki fungsi unik sebagai penanggung risiko dengan cakupan sebagai berikut : 1) sebagai manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kreativitas, inovasi, ide, motivasi, cita-cita, dan lain-lain, 2) berusaha atau berproses untuk mengisi peluang dalam usaha jasa atau barang (goods) untuk tujuan ekonomi, dan 3) untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha. Lebih lanjut, hasil lokakarya sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia dalam Astamoen (2005) mendefinisikan wirausaha sebagai pejuang kemajuan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan (edukasi) dan bertekad dengan kemampuan sendiri sebagai rangkaian kiat (art) kewirausahaan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, memperluas lapangan pekerjaan, turut berupaya dalam mengakhiri ketergantungan pada luar negeri, dan di dalam fungsi-fungsi tersebut selalu tunduk dalam hukum lingkungannya.

(32)

ketidakpastian untk memperoleh keuntungan dan mengembangkan bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumberdaya yang diperlukan. Sementara itu, menurut Alma (2010) wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang yang mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukan dengan cara berpikir lamban dan malas. Seorang wirausaha mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi yang baru yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu : pengenalan barang dan jasa, metode produksi baru, sumber bahan mentah baru, pasar-pasar baru, dan organisasi industri baru.

Menurut Rushing dalam Soesarsono (2002), seorang wirausaha dapat digambarkan dengan berbagai macam hal yang dilakukan yaitu :

1. A person who assumes the risk associated with uncertainty (seseorang yang mengambil risiko terkait dengan ketidakpastian

2. A supplier of financial capital (pemasok modal finansial) 3. An innovator (inovator)

4. A decision maker (pembuat keputusan) 5. An industrial leader (pemimpin industri)

6. A manager or superintendent (manajer atau penyelia)

7. An organizer or coordinator of economic resources (organisator atau koordinator sumber-sumber ekonomi)

8. A proprietor of an enterprise (pemilik suatu perusahaan)

9. An employer of factors of production (pemilik faktor-faktor produksi) 10.A contractor (kontraktor)

11.A person who allocates resources to alternative uses (seseorang yang mengalokasikan sumberdaya ke penggunaan alternatif).

Perilaku Wirausaha

Lunandi dalam Rahadian (2002) menyebutkan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki serta dalam hal materi yang tersedia (Gambar 2). Oleh karena itu, proses belajar manusia dewasa kearah perubahan perilaku, hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, pengetahuan baru, keterampilan baru, dan dalam hal tertentu disertai dengan penyediaan material baru.

Gambar4Perubahan Perilaku Manusia

Sumber : Lunandi dalam Rahadian (2002)

Wijandi dalam Sapar (2006) menjelaskan bahwa perilaku wirausaha mencakup tiga hal, yaitu pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan, serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang. Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang disampaikan olehMar‟at dalam Dirlanudin (2010) yang

PERILAKU

(33)

menyatakan bahwa terdapat tiga komponen penting untuk mengetahui proses terbentuk dan berkembangnya perilaku, yaitu :

1. Kognisi berhubungan dengan kepercayaan, ide dan konsep. Kepercayaan berasal dari apa yang pernah dilihat atau apa yang telah dketahui. Setelah kepercayaan terbentuk, maka akan memprediksi masa datang, termasuk didalamnya pengalaman pribadi yang cenderung membentuk stereotip. Ranah/domainkognisi akan menjawab pertanyaan sesuatu yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek.

2. Afeksi, menyangkut kehidupan emosional seseorang. Secara umum disamakan dengan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Reaksi emosional ditentukan oleh kepercayaan.

3. Konasi/Psikomotor, merupakan kecenderungan bertingkah laku, berkaitan dengan obyek yang dihadapi. Kecenderungan berperilaku secara konsisten dan selaras dengan kepercayaan serta perasaan yang dapat membentuk perilaku individu.

Menurut Hendro (2011), perilaku dapat diartikan sebagai langkah dan tindakan seesorang yang dilakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan sehari-hari. Perilaku wirausaha dalam setiap tindakannya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :

1. Perilaku wirausaha secara individu a. Teguh pendiriannya.

b. Selalu yakin dengan apa yang dikerjakan, sehingga cenderung keras kepala. Namun, sebenarnya memiliki konsep dan alasan yang kuat dalam melakukan sesuatu.

c. Berperilaku professional dalam arti memiliki tanggung jawab, komitmen tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur dan terbuka.

d. Optimis akan segala perilaku yang dilakukan.

e. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu kritik dan saran.

f. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan (visioner).

g. Selalu berorientasi „pasti ada jalan keluar‟ sehingga selalu berpikir kreatif dan inovatif untuk menemukan solusi.

2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan

a. Berpenampilan rapi dan ingin disukai oleh setiap orang. b. Berperilaku baik.

c. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan yang baik. d. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi. 3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaaan

a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang sempurna.

b. Gila bekerja (workaholic) dan bekerja dengan baik, sehingga tidak menyukai kelemahan.

c. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk cepat menyelesaikan pekerjaan.

(34)

f. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas. g. Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang.

h. Kreatif dan inovatif, sehingga selalu mempunyai ide-ide yang cemerlang dan bisa keluar dari tekanan.

4. Perilaku wirausaha dalam menghadapi risiko

a. Mengevaluasi risiko dan dampaknya terlebih dahulu. b. Mencari keputusan yang tepat dan optimal.

c. Tidak takut terhadap risiko, karena kuat dalam intuisi.

d. Waspada dan antisipatif, sehingga selalu berperilaku proaktif. 5. Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan

a. Seorang pemimpin yang berani dalam mengambil keputusan.

b. Berperilaku dengan penuh kehati-hatian, karena menjadi contoh bagi yang lain.

c. Membuat karyawan tenang dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan. d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar.

Pengetahuan Wirausaha

Manusia ditakdirkan memiliki otak yang merupakan sumber nalar, gagasan, dan kemampuan dalam berpikir kreatif. Daya penalaran merupakan kekuatan otak yang merupakan awal kelahiran berbagai kreasi dan penemuan baru, sehingga daya nalar merupakan ujung tombak bagi kemajuan bangsa. Daya nalar, daya pikir, pengetahuan, intelektual, atau kognisi merupakan pencirian dari tingkat penalaran (reasoning) seseorang atau kemampuan berpikir seseorang, sehingga kemampuan tersebut memberikan perbedaan daya kreativitas seseorang bahkan suatu bangsa yang menyebabkan perbedaan kemakmuran dan kejayaan. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pengetahuan. Semakin tinggi dan semakin luas tingkat pendidikan sesorang, maka semakin tinggi pula daya nalarnya. Selain melalui pendidikan formal, daya nalar (pengetahuan) juga dapat berkembang dari hasil belajar sendiri atau self study (Soesarsono 2002).

Pengetahuan mengenai kewirausahaan merupakan salah satu hal yang paling diperlukan oleh seorang wirausaha dalam membentuk kepribadian untuk menjadi wirausaha yang sukses dan berhasil. Menurut hasil survey yang dilakukan Lembing dalam Sunarya et al (2011) menunjukkan bahwa mayoritas responden menjadi wirausaha karena didasarkan atas pengalaman yang menjadikannya memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan dipengaruhi oleh keterampilan, dan kemampuan atau kompetensi yang dapat ditentukan dari pengetahuan dan pengalaman.

Casson dalam Sunarya et al.(2011) menjelaskan bahwa terdapat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu :

1. Self knowledge, memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dijalankan atau ditekuni.

2. Imagination, memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan kesuksesan masa lalu.

3. Partical knowledge, memiliki pengetahuan praktis, misalnya pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.

Gambar

Gambar 1 Jumlah penduduk di dunia tahun 2011
Gambar3Faktor-faktor yang menyebabkan wanita pengusaha
Gambar5 Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar6Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Tapak Dara
+5

Referensi

Dokumen terkait