PENGARUH TERAPI MUSIK AUDIO VISUAL TERHADAP
STRESHOSPITALISASI PADA ANAK USIA 6-8 TAHUN DI RSPAU
HARDJOLUKITO YOGYAKARTA
Anggriasha Nastiti P1, Listyana Natalia R2, Endang Lestiawati3
INTISARI
Latar Belakang: Terapi musik audio visual merupakan terapi komplementer yang menjadi salah satu alternatif yang melibatkan indera penglihatan, pendengaran, aspek estetika serta memiliki aspek terapeutik yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhkan, menurunkan stress hospitalisasi pada anak. Pelayanankeperawatansecaraholistik diharapkandapatmenggunakan terapimusik audio visual dalammenurunkan stress hospitalisasipadaanaksehinggaanakmemilikipengalaman yang baikselamaperawatan di rumahsakit.TujuanPenelitian: Untukmengetahuipengaruhterapimusik audio visual terhadap stress hospitalisasipadaanakusia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.Metode Penelitian: Jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan one group pre and post test. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 18 orang. Teknik analisa data menggunakan uji beda paired sample t-test. Hasil Penelitian: Rata-rata stress hospitalisasi pada anak sebelum diberikan terapi musik audio visual adalah 62.00 dan setelah diberikan terapi adalah 44.61, dengan nilai p-value 0.000. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito
Kata Kunci: Stres hospitalisasi, terapi musik audio visual, anak usia 6 – 8 tahun
THERAPEUTIC EFFECT OF AUDIO-VISUAL MUSIC OVER
HOSPITALIZATION STRESS ON CHILDREN AGED 6-8 YEARS
OLD AT RSPAU HARDJOLUKITO YOGYAKARTA
Anggriasha Nastiti P1, Listyana Natalia R2, Endang Lestiawati3
ABSTRACT
Background: Audio-visual therapy is a complementary therapy, which can be an alternative involving sight, hearing, an aesthetic aspect, and possessing a therapeutic aspect often used for calming, healing, and reducing hospitalization stress towards children. Audio-visual therapy can be an alternative to holistic treatment in order to reduce hospitalization stress towards children, so that they have a pleasant experience in hospital. Research aim: To find influence of audio-visual therapy over hospitalization stress on children aged 6-8 years old at RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. Research method: Type of this research was quasi-experimental using one group pre and posttest. Sampling technique used was total sampling, with 18 people as the samples. Data analysis technique used different test of paired sample t-test. Result: The average hospitalization stress level before given audio-visual music therapy was 62.00 and after given therapy was 44.61, with p value 0.000. Conclusion: There was an influence of audio-visual music therapy over hospitalization stress on children aged 6-8 years old at RSPAU Hardjolukito.
PENDAHULUAN
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan krisis pada
kehidupan anak.Di rumah sakit anak harus
menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi
asuhan yang tidak dikenal.Anak yang dirawat
mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri,
kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang
tidak menyenangkan.
Persepsi dan respon anak terhadap pengalaman
selama di rumah sakit akan diasumsikan sebagai
pengalaman yang kurang baik, yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi tingkat
perkembangan anak. Pada saat seperti itu perasaan
anak akan penuh dengan beban emosional, seperti
rasa cemas, ketakutan, perasaan rendah diri,
perasaan marah, depresi, perasaan tidak berdaya,
ketergantungan yang berlebihan pada orang lain
dan tidak mampu berfikir dengan baik1.
Hasil penelitian menyatakan bahwa usia sekolah
yang mengalami kecemasan karena hospitalisasi
didominasi oleh usia terendah 6-9 tahun.
Keberadaan anak di lingkungan baru seperti rumah
sakit merupakan stressor bagi anak untuk
mengalami ketidaknyamanan, ketakutan dan
kecemasan. Hal ini disebabkan oleh kondisi anak
yang tidak sehat, lingkungan baru dan adanya
tindakan-tindakan keperawatan atau medis yang
menyebabkan anak takut dan stres2.
Stres yang dialami oleh anak akibat hospitalisasi
dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan
kendali atas tubuhnya, ancaman dari penyakit serta
adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang
rumah sakit disebabkan oleh pengalaman dirawat
sebelumnya maupun pengalaman orang lain4.
Perawatan anak selama di rumah sakit
membutuhkan perhatian khusus dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif termasuk asuhan keperawatan
tentang hospitalisasi pada anak. Perawat
diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang holistik dan komprehensif guna
memenuhi kebutuhan psikologis pada anak maupun
keluarga akibat hospitalisasi.
Musik dapat mengubah fungsi-fungsi fisik dalam
tubuh, seperti perubahan detak nadi, kekuatan otot,
dan sirkulasi darah.Selain berpengaruh terhadap
kinerja jantung, ritme atau irama juga
mempengaruhi gerakan otot dan setiap sel, molekul
dan atom dalam tubuh, sehingga musik yang
didengar bisa merangsang atau menenangkan,
menyeimbangkan atau dapat pula mengganggu atau
mengacaukan5.
Terapi musik audiovisual merupakan terapi
komplementer yang menjadi salah satu alternatif
yang melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran yang dapat menumbuhkan
keseimbangan emosi. Selain memiliki aspek
estetika juga memiliki aspek terapeutik yang
banyak digunakan untuk membantu menenangkan,
menyembuhkan dan memulihkan kondisi fisiologis
pasien maupun tenaga medis.Mekanisme kerja
musik yang mempunyai efek distraksi untuk
mengurangi rasa sakit, stress, kecemasan maupun
menurunkan tekanan darah.Terapi musik audio
visual juga merupakan salah satu terapi bermain
yang merupakan aktivitas yang sangat sesuai
dengan perkembangan emosi anak7.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu atau quasi experimental. quasi experimental Penelitian ini menggunakan rancangan One Group pre and posttest design untuk mengetahui pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress
hospitalisasi pada anak. Populasi target pada
penelitian ini adalah seluruh anak usia 6 – 8 tahun
yang dirawat di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.
responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 3
Juli 205. Intervensi musik audio visual diberikan
sebanyak 2 kali dengan durasi masing-masing
selama 30 menit.
Alat pengumpul data menggunakan laptop untuk
memutar musik audiovisual dan kuesioner untuk
mengukur stress hospitalisasi. Analisis data dalam
penelitian ini adalah univariat dan bivariat dengan
ujiPaired T-Testyang digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi musik audio visual terhadap
penurunan stress hospitalisasi pada anak usia
sekolah di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tabel 1
Karakteristik Responden
Karakteristik anak Frekuensi Persentase Jenis kelamin Riwayat di rawat di
RS
Berdasarkan tabel 1 diketahui mayoritas jenis
kelamin anak adalah laki-laki sebanyak 11 orang
(61.1%) dan sebagian besar anak sebelumnya
pernah dirawat di rumah sakit sebanyak 11 orang
(61.1%).
Tabel 2
Stress hospitalisasi sebelum terapi musik audio visual
Berdasarkan tabel 2 rata-rata stress hospitalisasi
sebelum diberikan terapi musik audio visual 62,00,
median 61,50 (95% CI: 60,19-63,81) dengan
standar deviasi 3,630. Skor terendah 56 dan skor
tertinggi 69. Dari estimasi interval disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata stress
hospitalisasi sebelum diberikan terapi musik audio
visual yaitu 60,19 sampai dengan 63,81.
Tabel 3
Stress hospitalisasi sesudah terapi musik audio visual
Berdasarkan tabel 3 rata-rata stress hospitalisasi
sesudah diberikan terapi musik audio visual 44,61,
median 52,50 (95% CI: 41,16-48,06) dengan
standar deviasi 6,938. Skor terendah 36 dan skor
tertinggi 61. Dari estimasi interval disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata stress
hospitalisasi sesudah diberikan terapi musik audio
visual yaitu 41,16sampai dengan 48,08.
Tabel 4
Perbedaan stress hospitalisasi sebelum dan sesudah terapi musik audio visual berdasarkan karakteristik
anak
Berdasarkan tabel 4 rata-rata stress hospitalisasi
sebelum diberikan terapi musik audio visual pada
anak laki-laki sebesar 63.30 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan anak perempuan sebesar
diketahui bahwa terjadi penurunan stress
hospitalisasi pada anak tetapi stress hospitalisasi
pada anak laki-laki lebih tinggi (45.09) bila
dibandingkan dengan anak perempuan (43.86).
Rata-rata stress hospitalisasi sebelum diberikan
terapi musik audio visual pada anak yang pernah
dirawat di RS lebih tinggi (62.86)dibandingkan
dengan anak yang tidak pernah dirawat di rumah
sakit (61.45) dan setelah diberikan terapi musik
audio visual, diketahui rata-rata stress hospitalisasi
anak mengalami penurunan namun anak yang
pernah dirawat di RS lebih rendah (42.55)
dibandingkan dengan anak yang tidak pernah
dirawat di RS (47.86).
Tabel 5
Pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi pada anak di RSPAU Hardjolukito
Yogyakarta
Variabel Mean SD
p-value
Terapi musik audiovisual Sebelum Sesudah
62.00 44.61
3.630 6.938
0.000
Berdasarkan table 5 rata-rata stress hospitalisasi
sebelum diberikan terapi musik audio visual adalah
62.00 dengan standar deviasi 3,630. Setelah
diberikan terapi musik audio visual rata-rata stress
hospitalisasi pada anak adalah 44,61 dengan
standar deviasi 6,938. Terlihat ada perbedaan nilai
mean perbedaan antara stress hospitalisasi sebelum
dan sesudah diberikan terapi musik audio visual
sebesar 18,61 dengan standar deviasi 3,308. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 maka dapat
disimpulkan ada pengaruh terapi musik audio
visual terhadap stress hospitalisasi pada anak di
RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
tingkat stress hospitalisasi pada anak sebelum
diberikan terapi musik audio visual adalah 62.00.
Anak sekolah sangat rentan terhadap stress karena
kemampuan anak untuk mengatasi stress masih
sangat terbatas selain itu anak belajar beradaptasi
dengan lingkungan dan orang-orang yang dianggap
asing9. Lingkungan dan orang yang baru
dikenalnya akan menimbulkan stress sehingga
berdampak pada perkembangan anak. Hospitalisasi
menimbulkan suatu kondisi krisis baik bagi anak
maupun bagi keluarganya9.
Stress yang dialami anak karena kondisi sakit dan
hospitalisasi juga dialami oleh anak dapat
disebabkan oleh perubahan lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan
kendali atas tubuhnya, ancaman dari penyakit serta
adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang
rumah sakit disebabkan oleh pengalaman dirawat
sebelumnyamaupun pengalaman orang lain10.
Berdasarkan pengalaman dirawat di rumah sakit
diketahui bahwa anak yang pernah dirawat di
rumah sakit memiliki tingkat stress (mean = 62.86)
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak
yang tidak pernah dirawat di rumah sakit (mean =
61,45). Hospitalisasi dan penyakit
merupakanpengalaman yang penuh tekanan,
utamanya karena perpisahan dengan lingkungan
normal, seleksi perilaku, koping terbatas dan
perubahan status kesehatan11.
Stress hospitalisasi yang dialami anak selama
dirawat di rumah sakit dapat diturunkan melalui
terapi musik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata stress hospitalisasi yang dialami anak
setelah diberikan terapi musik audio visual sebesar
44.61 minimal 38 dan maksimal stres 76. Adapun
penurunan stress hospitalisasi setelah diberikan
terapi musik audio visual sebesar 18,61. Terapi
musik audio visual yang diberikan berupa lagu
anak-anakdapat mengalihkan perhatian anak dan
memberikan persepsi yang baik bagi anak bahwa
dirawat di rumah sakit sama seperti berada di
denyut nadi dan tekanan darah.Denyut jantung
manusia terutama disesuaikan dengan bunyi dan
musik.Denyut jantung menanggapi
variabel-variabel musik seperti frekuensi, tempo dan volume
dan cenderung menjadi lebih cepat atau menjadi
lebih lambat guna menyamai ritme suatu
bunyi.Semakin cepat musiknya semakin lambat
detak jantung.Sama dengan laju pernapasan, detak
jantung yang lebih lambat menciptakan tingkat
stress dan ketegangan fisik yang lebih rendah,
menenangkan pikiran dan membantu tubuh untuk
menyembuhkan dirinya sendiri12.
Penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa
ada pengaruh pemberian terapi musik Mozart
terhadap tingkat kecemasan pada anak yang
mengalami hospitalisasi saat dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital di RSUD
Banyumas.Suara dan musik dapat menggetarkan
serta meresonan iramaalamiah tersebut agar kondisi
kesehatan kembali menjadi harmonis. Setiap sel di
dalam tubuh manusia adalah resonator suara dan
hidupdalam pola ritmis serta masing-masing organ
memiliki siklus, impuls, dannada musikal. Berbagai
sistem dalam tubuh akan bereaksi terhadapgetaran
suara seperti yang terjadi pada mental, emosi dan
kesadaran spiritual seseorang13.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
terapi musik audio visual terhadap stress
hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU
Hardjolukito Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terapi musik audio visual
merupakan salah satu terapi yang dapat digunakan
untuk menurunkan stress hospitalisasi pada anak.
Hal ini sesuai dengan penelitianada pengaruh terapi
musik audio visual dalam menurunkan kecemasan
karena hospitalisasi pada anak usia sekolah paska
bedah14. Penelitian mendukung penelitian ini yang
mengemukakan bahwa bimbingan imajinasi
rekaman audio dapat menurunkan stress
hospitalisasi pada anak usia sekolah15.
Stress hospitalisasi pada anak terjadi karena adanya
suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang
anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut
akan mudah mengalami krisis yang disebabkan
akan mengalami stress akibat perubahan, baik
terhadap status kesehatannyamaupunlingkungan
dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak
mempunyaisejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah
maupun kejadian-kejadian yang sifatnya menekan9.
Stress hospitalisasi pada anak dipengaruhi
olehpengalaman dirawat di rumah sakit.
Pengalaman ini membuat anak menjadi tahu apa
yang akan dilakukan pada anak, sehingga membuat
anak takut atau cemas. Hasil penelitian diketahui
bahwa tidak ada pengaruh riwayat dirawat di
rumah sakit terhadap stress hospitalisasi (p-value 0.116). Hal ini sejalan dengan
penelitianmenyatakan bahwa tidak ada perbedaan
antara anak yang pernah dirawat di rumah sakit dan
tidak dirawat di rumah sakit terhadap stress
hospitalisasi16.
Reaksi anak terhadap hospitalisasi berbeda-beda,
sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping
yang dimilikinya17. Penelitian menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara pengalaman pernah
dirawat dengan kecemasan anak18.Hal ini dapat
disebabkan karena tindakan medis yang didapatkan
sebelumnya menimbulkan trauma bagi anak,
sehingga walaupun anak pernah dirawat
sebelumnya tetapi memiliki pengalaman yang tidak
menyenangkan sehingga anak dapat mengalami
stress hospitalisasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada pengaruh terapi musik audio visual terhadap
stress hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di
RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.
Saran
a. Terapi musik audio visual dapat dijadikan
sebagai suatu kebijakan oleh rumah sakit terkait
penatalaksanaan stress hospitalisasi pada anak
selama dirawat di rumah sakit
b. Hasil penelitian ini agar dipublikasikan sebagai
literatur seperti jurnal yang mendukung
penelitian khususnya keperawatan anak di
masing-masing perpustakaan, sehingga literatur
dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan
c. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya menggunakan
faktor dan metode lain menggunakan variabel
terapi musik audio visual dengan terapi musik
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
2. Purwandari, H. (2009). Pengaruh Terapi Seni
dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak
Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di
Wilayah Kabupaten Banyumas. Tesis tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia.
3. Wong, D.L., et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
4. Hidayat, A.A.A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. 5. Wangsa, T. (2013).Menghadapi Stress dan
Depresi. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta:
Best Seller.
7. Dorothy, E. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak Usia 2-6 Tahun: Jakarta: Erlangga. 8. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
9. Nursalam., Susilaningrum, R., dan Utami, S.
(2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
10.Hidayat, A.A.A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika.
11.Potter dan Perry. (2005). Fundamental Of Nursing Concepts, Process, And Practice. Vol.1. Philadelphia: EGC, Mosby.
12.Collinge, W. (2010). Chidren experiences of
hospitalization. Journal of Child Helath Care, 10 (4), 324-336.
13.Mahanani, A. (2013). Durasi Pemberian Terapi
Musik Klasik Mozart terhadap Tingkat
Kecemasan padaAnak.Skripsi.Tidak dipublikasikan. Purwokerto: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan
Keperawatan.
14.Kustiningsih. (2010). Pengaruh terapi musik
audio visual terhadap nyeri dan kecemasan anak
usia sekolah pasca bedah di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
15.Masulili, F., Allenidekania, Hastono, S.P.
(2013). Metode Bimbingan Imajinasi Rekaman
Audio untuk Menurunkan Stress Hospitalisasi
pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit di
Kota Palu. Jurnal Makara Seri Kesehatan.DOI:10.7454/msk.vl7i2.xxx.
16.Subardiah, P. I. (2009). Pengaruh permainan
terapeutik terhadap kecemasan, kehilangan
kontrol dan ketakutan anak pra sekolah selama
di rawat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lmpung. Thesis (tidak dipublikasikan). Depok: fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
Indonesia.