• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Radio Frequency Phase Shifter Pada Smart Antenna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Tentang Radio Frequency Phase Shifter Pada Smart Antenna"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG RADIO FREQUENCY PHASE SHIFTER PADA SMART ANTENNA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Oleh:

DWI PURNAMA SARI NIM : 100402008

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

STUDI TENTANG RADIO FREQUENCY PHASE SHIFTER PADA SMART ANTENNA

Oleh:

DWI PURNAMA SARI NIM : 100402008

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun 2014 di depan penguji : 1. Ketua Penguji : Ir. M. Zulfin, M.T.

2. Anggota Penguji : Suherman, S.T., M.Comp., Ph.D Disetujui Oleh :

Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Arman Sani, M.T.) NIP : 19631128 199103 1 003

Diketahui Oleh :

Ketua Departeman Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

(3)

ABSTRAK

Antena sebagai salah satu komponen penting dalam sistem telekomunikasi

telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu pengembangan

antena adalah smart antenna yang merupakan kombinasi antena array dengan

pengolahan sinyal. Pola radiasi antena array dapat dikendalikan dengan mengatur

fasa pada masing-masing elemennya dengan menggunakan phase shifter sehingga

pola radiasinya dapat diubah secara elektronik tanpa harus mengubah posisi

fisiknya.

Pada Tugas Akhir ini dibahas kinerja phase shifter dengan lumped element

dan high pas-low pass phase shifter yang dirancang bekerja pada frekeuensi 433

MHz. Perancangan dilakukan menggunakan perangkat lunak Advance Design

System (ADS) versi 2011.10. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa nilai phase

error mendekati 0°, nilai insertion loss mendekati 0 dB, dan nilai return loss

minimum pada frekuensi tengahnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa phase

shifter yang dirancang dapat bekerja dengan baik pada frekuensi yang diinginkan.

Kata kunci: smart antenna, RF phase shifter, phase shifter dengan lumped

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan, halangan,

dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring

salam penulis sampaikan kepada junjungan ummat Nabi Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

ayahanda Wagiran C, ST dan ibunda Nursiah yang senantiasa mendukung dan

mendo’akan dari sejak penulis lahir hingga sekarang, serta kakanda Wieka

Marcilinda, S.Kom yang senantiasa mendukung dan memberi semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah :

“STUDI TENTANG RADIO FREQUENCY PHASE SHIFTER PADA SMART ANTENNA”

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Arman Sani, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas

(5)

2. Bapak Dr. Ali Hanafiah Rambe, ST, MT selaku Penasehat Akademis

penulis, atas bimbingan dan arahannya dalam melayani perkuliahan

selama ini.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

4. Ayahanda Wagiran C, ST dan Ibunda Nursiah tercinta yang senantiasa

selalu mendo’akan, memberikan semangat dan segalanya sehingga

penulisan Tugas Akhir ini terselesaikan.

5. Kakakku tersayang Wieka Marcilinda S.Kom yang selalu mendukung dan

memberi semangat. Terima kasih atas perhatian dan do’anya.

6. Bapak Ir. M. Zulfin, MT dan Bapak Suherman, ST, M.Comp., Ph.D selaku

dosen penguji Tugas Akhir, atas masukan dan bantuannya dalam

penyempurnaan Tugas Akhir ini.

7. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas segala bantuannya.

8. Rimbo Gano yang selama ini mendukung dan memberi semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih atas perhatian

dan do’anya.

9. Teman – teman di Teknik Elektro FT-USU, terkhusus angkatan 2010 atas

dukungan, do’a, suka dan duka selama di bangku perkuliahan.

10. Abang dan kakak senior stambuk 2008 yang selalu membantu, mendukung

(6)

11. Keluarga Besar Laboratorium Dasar Elektronika FT USU.

12. Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali

pembelajaran.

13. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik

dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan

tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat

penulis harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(7)
(8)

2.5.2 Phase Error ... 12

3.4.1 Penentuan Nilai Komponen Phase Shifter dengan Lumped Element ... 37

(9)

IV. ANALISIS KINERJA RANGKAIAN RF PHASE SHIFTER

4.1 Umum ... 50

4.2 Analisis Kinerja Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped

Element ... 50

4.3 Analisis Kinerja Rangkaian High Pass-Low Pass Phase

Shifter ... 60

4.3.1 Analisis Kinerja Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter

2 Bit ... 60

4.3.2 Analisis Kinerja Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter

3 Bit ... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 74

5.2 Saran ... 75

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Pergeseran Fasa pada Phased Array Antenna ... 6

Gambar 2.2 Pola Cakupan Switched Beam Antenna ... 8

Gambar 2.3 Pola Cakupan Adaptive Array Antenna ... 9

Gambar 2.4 Switched-Line Phase Shifter ... 15

Gambar 2.5 Phase Shifter dengan Rangkaian Lumped Element yang Setara degan Saluran Transmisi ... 16

Gambar 2.12 Gelombang yang Dipantulkan dan Ditransmisikan ... 22

Gambar 2.13 S11 ... 23

Gambar 2.14 S21 ... 23

Gambar 2.15 S22 dan S12 ... 23

Gambar 2.16 Parameter S Dua Port ... 24

Gambar 2.17 Rangkaian Π yang Setara dengan Saluran Transmisi... 25

Gambar 2.18 Jaringan Π ... 26

Gambar 2.19 Jaringan Τ ... 28

Gambar 3.1 Konfigurasi Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element 32 Gambar 3.2 Pola Cakupan Phase Shifter dengan Lumped Element ... 33

(11)

Gambar 3.4 Pola Cakupan High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit ... 34

Gambar 3.5 Konfigurasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 3

Bit ... 35

Gambar 3.6 Pola Cakupan High Pass-Low Pass Phase Shifter 3 Bit ... 36

Gambar 3.7 Diagram Alir Perancangan RF Phase Shifter ... 37

Gambar 3.8 Skema Perancangan Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped

Element ... 38

Gambar 3.9 Skema Perancangan High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit 43

Gambar 3.10 Skema Perancangan High Pass-Low Pass Phase Shifter 3 Bit 43

Gambar 4.1 Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element yang dirancang

menggunakan perangkat lunak ADS ... 51

Gambar 4.2 Rangkaian phase shifter dengan lumped element pada keadaan

000001 ... 52

Gambar 4.3 Hasil Simulasi Perancangan Rangkaian Phase Shifter dengan

Lumped Element pada Keadaan 000001... 53

Gambar 4.4 Rangkaian phase shifter dengan lumped element pada keadaan

000010 ... 53

Gambar 4.5 Hasil Simulasi Perancangan Rangkaian Phase Shifter dengan

Lumped Element pada Keadaan 000010... 54

Gambar 4.6 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit yang dirancang

pada Frekuensi 433 MHz... 60

Gambar 4.7 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

(12)

Gambar 4.8 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

Keadaan 00 ... 61

Gambar 4.9 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

01 ... 62

Gambar 4.10 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

Keadaan 01 ... 62

Gambar 4.11 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

10 ... 63

Gambar 4.12 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

Keadaan 10 ... 63

Gambar 4.13 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

11 ... 64

Gambar 4.14 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

Keadaan 11 ... 64

Gambar 4.15 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 3 Bit yang dirancang

pada Frekuensi 433 MHz ... 66

Gambar 4.16 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

100 ... 67

Gambar 4.17 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

Keadaan 100 ... 68

Gambar 4.18 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

101 ... 68

Gambar 4.19 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

(13)

Gambar 4.20 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

110 ... 69

Gambar 4.21 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

Keadaan 110 ... 70

Gambar 4.22 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada Keadaan

111 ... 70

Gambar 4.23 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter pada

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai Komponen Phase Shifter dengan Lumped Element Untuk

Frekuensi 433 MHz ... 42

Tabel 3.2 Nilai Komponen High Pass-Low Pass Phase Shifter Untuk

Frekuensi 433 MHz ... 49

Tabel 4.1 Hasil Simulasi Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element

Untuk Frekuensi 433 MHz ... 55

Tabel 4.2 Hasil Simulasi Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element 6

Bit Berdasarkan Urutan Pergeseran Fasa 0° Hingga 360° ... 57

Tabel 4.3 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter

2 Bit ... 65

Tabel 4.4 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter

3 Bit ... 71

Tabel 4.5 Hasil Simulasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 3 Bit

(15)

ABSTRAK

Antena sebagai salah satu komponen penting dalam sistem telekomunikasi

telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu pengembangan

antena adalah smart antenna yang merupakan kombinasi antena array dengan

pengolahan sinyal. Pola radiasi antena array dapat dikendalikan dengan mengatur

fasa pada masing-masing elemennya dengan menggunakan phase shifter sehingga

pola radiasinya dapat diubah secara elektronik tanpa harus mengubah posisi

fisiknya.

Pada Tugas Akhir ini dibahas kinerja phase shifter dengan lumped element

dan high pas-low pass phase shifter yang dirancang bekerja pada frekeuensi 433

MHz. Perancangan dilakukan menggunakan perangkat lunak Advance Design

System (ADS) versi 2011.10. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa nilai phase

error mendekati 0°, nilai insertion loss mendekati 0 dB, dan nilai return loss

minimum pada frekuensi tengahnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa phase

shifter yang dirancang dapat bekerja dengan baik pada frekuensi yang diinginkan.

Kata kunci: smart antenna, RF phase shifter, phase shifter dengan lumped

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antena merupakan salah satu komponen penting dalam sistem

telekomunikasi. Sebagai perangkat yang meradiasi dan menerima gelombang

elektromagnetik, antena telah mengalami perkembangan yang sangat pesat baik

dalam bentuk maupun aplikasinya. Salah satu pengembangan antena adalah smart

antenna yang merupakan susunan dari antena yang dikombinasikan dengan

pengolahan sinyal. Antena array merupakan antena yang menggunakan beberapa

elemen antena individual yang berkerja sama sehingga membentuk suatu antena

dengan karakteristik yang berbeda dari antena individualnya. Keunikan antena

array ini adalah bahwa pola radiasi dari antena dapat dikendalikan dengan cara

mengatur sedemikian rupa fasa arus catu masing-masing elemen antena dan

mengatur jarak antar elemennya.

Pada smart antenna, dapat dilakukan perkiraan arah kedatangan sinyal

terhadap sinyal terima antena array, kemudian sinyal yang diterima oleh receiver

smart antenna tersebut akan dikendalikan fasanya sehingga main beam (pola

radiasi maksimum) dapat diarahkan ke penerima yang dimaksud.

Untuk dapat mengatur fasa masing-masing antena array dibutuhkan suatu

rangkaian penggeser fasa (phase shifter). Phase shifter adalah suatu rangkaian

fungsional yang digunakan untuk menggeser atau menambah fasa dari sinyal yang

ditransmisikan sehingga pola radiasi antena dapat diubah secara elektronik tanpa

(17)

Pada Tugas Akhir ini, penulis melakukan studi tentang Radio Frequency

(RF) phase shifter untuk smart antenna. Dari studi ini diharapkan dapat dianalisis

kinerja dari RF phase shifter tersebut dengan bantuan perangkat lunak Advanced

Design System (ADS) yang diproduksi oleh Agilent Eesof EDA, sebuah produk

dari Agilent Technologies.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana rangkaian RF phase shifter?

2. Metode apa saja yang bisa digunakan dalam perancangan RF phase

shifter?

3. Apa parameter yang menentukan kinerja dari RF phase shifter?

4. Bagaimana merancang rangkaian RF phase shifter yang akan dianalisis?

1.3 Tujuan Penulisan

Tugas Akhir ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kinerja RF

phase shifter pada smart antenna, sehingga pola radiasi dari smart antenna dapat

diarahkan secara elektronik ke arah yang dimaksud tanpa mengubah posisinya.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat

pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Hanya membahas smart antenna secara umum.

(18)

3. Phase shifter yang dianalisis adalah phase shifter dengan lumped element

dan high pass- low pass phase shifter yang bekerja pada frekuensi 433

MHz.

4. Parameter yang dianalisis phase error, return loss, dan insertion loss.

5. Pengukuran parameter RF phase shifter dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak ADS versi 2011.10.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang diterapkan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi literatur

Yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik Tugas

Akhir ini dari buku-buku referensi yang dimiliki oleh pemilik atau di

perpustakaan dan juga artikel-artikel, jurnal, dan lain-lain.

2. Perhitungan

Melakukan perhitungan secara analitik dengan menggunakan perumusan

ilmiah untuk RF phase shifter yang akan dianalisis.

3. Perancangan dan Analisis

Dari hasil perhitungan analitik dengan menggunakan perumusan ilmiah

kemudian dilakukan pengukuran RF phase shifter dengan menggunakan

perangkat lunak ADS versi 2011.10.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini secara singkat,

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisi penjelasan tentang smart antenna secara umum dan

penjelasan mengenai RF phase shifter.

BAB III PERANCANGAN RF PHASE SHIFTER

Bab ini berisi mengenai perancangan RF phase shifter yang akan

dianalisis, yaitu phase shifter dengan lumped element dan high

pass-low pass phase shifter.

BAB IV ANALISIS KINERJA RANGKAIAN RF PHASE SHIFTER

Bab ini membahas mengenai analisis kinerja dari rangkaian phase

shifter dengan lumped element dan high pass-low pass phase

shifter dengan menggunakan software ADS versi 2011.10.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan pada

(20)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengerian Smart Antenna

Istilah smart antenna umumnya mengacu kepada antena array yang

dikombinasikan dengan pengolahan sinyal yang canggih, yang mana desain

fisiknya dapat dimodifikasi dengan menambahkan beberapa elemen. Ide utama

dari pengembangan smart antenna adalah memaksimumkan gain antena ke arah

yang diinginkan dan pada saat yang sama membuat pola radiasi minimum ke arah

sinyal yang mengganggu [1].

Pemikiran dasar suatu smart antenna adalah bagaimana membuat pola

radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

Dengan smart antenna maka pemakaian daya dan spektrum akan semakin hemat

dan terhindar dari gangguan sinyal-sinyal yang lain [2].

Antena array dirancang sedemikian rupa menjadi suatu sistem antena

yang dapat menggeser sinyal sebelum ditransmisikan atau sesudah diterima pada

masing-masing elemen sehingga antena mempunyai suatu pengaruh kombinasi.

Konsep tersebut dikenal sebagai antena phased array.

Antena phased array digunakan dalam berbagai aplikasi seperti radar dan

sistem komunikasi nirkabel. Pada antena ini, berbagai elemen antena ditempatkan

secara terpisah dalam satu, dua atau tiga dimensi untuk membentuk suatu pola

sorotan antena sehingga kekuatan sinyal ke / dari arah yang dimaksud meningkat

dan pancaran ke / dari penerima / sumber yang tidak diinginkan dihilangkan [3].

(21)

pola radiasi dari antena dapat dikendalikan secara elektronik dengan

menggunakan phase shifter.

Gambar 2.1 menampilkan arsitektur umum smart antenna dengan metode

phased array menggunakan pergeseran fasa RF [4]. Pada arsitektur ini, sinyal

pada masing-masing elemen antena mengalami pergeseran fasa oleh phase shifter

dan kemudian sinyal tersebut dikombinasikan dalam wilayah RF.

Gambar 2.1 Diagram Pergeseran Fasa pada Phased Array Antenna

2.2 Tipe Smart Antenna

Secara umum, sistem smart antenna terbagi menjadi dua jenis yaitu

switched beam antenna dan adaptive array antenna. Pada dasarnya, kedua jenis

smart antenna ini menggunakan prinsip yang sama dalam meningkatkan kualitas

dan kinerja dari sistem yaitu dengan meningkatkan gain sampai level masksium

ke arah dimana posisi pengguna berbeda. Perbedaan dari kedua sistem ini terletak

pada teknik yang digunakan untuk menempatkan main lobe pada arah yang

(22)

kualitas sinyal terbaik berdasarkan sejumlah pola pancaran tetap yang

dihasilkannya. Sedangkan adaptive array antenna atau antena susun adaptif akan

mengarahkan main lobe ke arah pengguna dan secara bersamaan menempatkan

null ke arah sumber interferensi setelah terlebih dahulu mendeteksi posisi

pengguna dan sumber interferensi [5].

2.2.1 Switched Beam Antenna

Sistem switched beam antenna merupakan sistem yang menggunakan

teknik yang paling sederhana dimana sistem ini hanya menggunakan fungsi dasar

penyambungan antara beberapa antena direksional atau beberapa pola pancaran

yang dihasilkan antena susun. Sistem ini akan menyeleksi atau memilih salah satu

beam atau pancaran mana yang memiliki daya keluaran yang paling besar [5].

Sistem switched beam terdiri dari beberapa pancaran tetap dengan arah

yang belum ditentukan, dimana pancaran yang akan dipilih adalah yang menerima

sinyal dengan kualitas yang paling baik dari pengguna. Pancaran yang dihasilkan

mempunyai lebar main lobe yang sempit dan side lobe-side lobe yang kecil

sehingga sinyal yang datang dari arah selain dari arah yang diinginkan akan

diredam. Penggunaan lebar main lobe yang sempit akan mereduksi jumlah sumber

interferensi yang tertangkap oleh pola radiasi antena [5].

Pola cakupan switched beam antenna diilustrasikan pada Gambar 2.2 [5].

Perangkat lunak atau perangkat keras yang menggunakan prinsip pengolahan

sinyal digital dapat digunakan untuk memilih arah pancaran. Sistem akan secara

terus-menerus memindai setiap beam dan kemudian memilih pancaran dalam arah

yang berbeda-beda dengan mengubah perubahan fasa dari sinyal yang digunakan

(23)

Gambar 2.2 Pola Cakupan Switched Beam Antenna

2.2.2 Adaptive Array Antenna

Teknologi adaptive array antenna menggunakan berbagai algoritma

pengolahan sinyal untuk membedakan sinyal pengguna dengan sinyal interferensi

berdasarkan arah kedatangan dari sinyal-sinyal tersebut. Sistem ini akan secara

adaptif beradaptasi dengan lingkungan dimana sinyal berada. Berbeda dengan

sistem switched beam antenna, sistem adaptive array antenna akan menghasilkan

pola pancaran yang tidak tetap dimana pancaran yang dihasilkan dapat diarahkan

sesuai dengan arah yang diinginkan [5].

Sistem adaptive array antenna menggunakan algoritma pembentukan

pancaran untuk mengarahkan main lobe ke arah pengguna dan secara simultan

menempatkan null pada arah sinyal interferensi seperti yang terlihat pada Gambar

2.3 [5]. Dengan demikian, sistem akan dapat membedakan sinyal pengguna

(24)

Gambar 2.3 Pola Cakupan Adaptive Array Antenna

Titik tengah main lobe dari pola pancaran pada arah tertentu dapat

ditempatkan dengan menggunakan arah kedatangan sinyal pengguna yang sudah

diketahui sehingga diperoleh gain maskimum. Arah kedatangan sinyal interferensi

digunakan untuk menempatkan null pada arah interferensi.

Sistem adaptive array antenna lebih rumit jika dibandingkan dengan

switched beam antenna karena sistem ini menggunakan algoritma pengolahan

sinyal yang lebih kompleks. Namun sistem ini dapat bereaksi terhadap pergerakan

pengguna dan dapat membedakan sinyal pengguna dengan sinyal interferensi

berdasarkan arah [6].

2.3 Manfaat Teknologi Smart Antenna

Teknologi smart antenna memiliki banyak manfaat, di antaranya [1] :

1. Pengurangan interferensi co-channel

Smart antenna memiliki kemampuan agar dapat fokus

memancarkan energi dalam bentuk pola radiasi hanya ke arah yang

diinginkan pengguna dan memiliki pola radiasi nulls ke arah yang tidak

(25)

2. Peningkatan jangkauan / cakupan

Penggunaan antena array menimbulkan peningkatan rata-rata

kekuatan sinyal pada penerima, hal ini disebabkan adanya kombinasi

koheren dari sinyal yang diterima pada semua elemen antena. Peningkatan

kekuatan sinyal tersebut menyebabkan peningkatan jangkauan dan

cakupan dari sistem.

3. Peningkatan kapasitas

Smart antenna memungkinkan pengurangan interferensi

co-channel, yang menyebabkan peningkatan faktor frekuensi reuse. Hal ini

berarti bahwa smart antenna memungkinkan pengguna yang lebih banyak

untuk menggunakan spektrum frekuensi yang sama pada saat yang sama

dan mengakibatkan peningkatan yang sangat besar dalam kapasitas.

4. Pengurangan daya yang ditransmisikan

Antena konvensional memancarkan energi ke segala arah yang

mengakibatkan pemborosan listrik, sementara smart antenna

memancarkan energi hanya ke arah yang diinginkan. Oleh karena itu, daya

yang diperlukan untuk memancarkan energi berkurang. Pengurangan daya

yang ditransmisikan juga menyiratkan pengurangan gangguan terhadap

pengguna lain.

5. Kompatibilitas

Teknologi smart antenna dapat diterapkan pada berbagai teknik

multiple access seperti TDMA, FDMA, dan CDMA. Hal ini sesuai dengan

(26)

2.4 Pengertian RF Phase Shifter

Phase shifter merupakan suatu perangkat yang sangat penting pada sistem

smart antenna, yang digunakan untuk menggeser atau menambah fasa dari sinyal

yang ditransmisikan pada sistem. Jika diaplikasikan ke dalam antena, phase

shifter digunakan untuk menggeser atau menambah fasa dari sinyal yang

diumpankan ke antena [7].

Phase shifter dapat dikatakan bekerja dengan baik jika memenuhi

persyaratan berikut ini [8] :

1. Memiliki jangkauan phase-control yang luas, yaitu hingga 360°.

2. Memiliki ukuran langkah pergeseran fasa yang kecil, misalnya 22,5°.

3. Insertion loss rendah.

4. Setiap state phase shifter memiliki rugi-rugi variasi yang rendah.

5. Daya yang digunakan rendah.

6. Mudah dikendalikan.

2.5 Parameter – Parameter Phase Shifter

Parameter – parameter phase shifter digunakan untuk menggambarkan

kinerja dari phase shifter yang akan digunakan. Berikut penjelasan beberapa

parameter yang sering digunakan yaitu bandwidth, phase error, return loss dan

insertion loss.

2.5.1 Bandwidth

Bandwidth operasi dari phase shifter merupakan bagian yang sangat

penting terutama setelah perkembangan aplikasi broadband yang semakin pesat.

(27)

mana kinerja dari phase shifter yang berhubungan dengan beberapa karakteristik

(seperti impedansi masukan, pola, beamwidth, polarisasi, gain, VSWR, return

loss) memenuhi spesifikasi standar [3].

2.5.2 Phase Error

Salah satu ciri dari phase shifter yang ideal adalah memiliki nilai

pergeseran fasa yang konstan selama bandwidth operasi. Phase error dapat

diartikan sebagai selisih dari nilai pergeseran fasa yang dihasilkan oleh suatu

sistem dengan nilai pergeseran fasa yang diinginkan. Nilai phase error digunakan

untuk mengetahui seberapa besar kesalahan nilai pergeseran fasa yang dihasilkan

oleh suatu sistem.

2.5.3 Return Loss

Koefisien refleksi yang biasa disimbolkan dengan Γ, merupakan

perbandingan amplitudo tegangan gelombang ternormalisasi yang dipantulkan

terhadap amplitudo tegangan gelombang datang yang dirumuskan oleh Persamaan

(2.1) [9].

=

=

=

(2.1)

Dimana

= gelombang yang direfleksikan

= gelombang yang dikirim

= impedansi karakteristik

= impedansi beban

Gelombang pantul yang terjadi pada suatu rangkaian dapat mengakibatkan

(28)

kondisi-kondisi batas untuk tegangan dan arus di daerah ujung saluran transmisi,

atau pada lokasi-lokasi di mana terdapat titik sambungan antara dua saluran yang

berbeda, yang disebut dengan titik-titik diskontinuitas [10].

Ketika Γ = 0, maka tidak ada gelombang yang dipantulkan. Hal ini hanya

bisa dicapai jika impedansi beban mempunyai nilai yang sama dengan

impedansi karakteristik saluran transmisi. Pada kondisi tersebut, beban

dikatakan match dengan saluran transmisi karena tidak ada pemantulan dari

gelombang datang. Ketika beban tidak match (missmatch), maka ini berarti bahwa

tidak semua daya yang tersedia dari generator dihantarkan ke beban. Hal ini akan

menimbulkan loss yang disebut dengan return loss (RL) yang dinyatakan dalam

decibel (dB), dapat dirumuskan seperti Persamaan (2.2) [9].

= −20 log| | (2.2)

Jika Γ = 0 atau kondisi beban dalam keadaan match, maka return loss

bernilai ∞ dB, hal ini berarti bahwa tidak ada daya yang dipantulkan. Jika Γ = 1,

maka return loss bernilai 0 dB, hal ini berarti bahwa semua daya yang dikirimkan

dipantulkan dan terjadi pemantulan total [9]. Umumnya, phase shifter digunakan

dengan komponen lain yang membentuk suatu sistem yang lebih rumit. Nilai

return loss pada phase shifter harus dijaga serendah mungkin agar tidak

menimbulkan berbagai gangguan terhadap fungsi komponen lain yang dapat

berakibat ke seluruh sistem [11].

2.5.4 Insertion Loss

Tidak semua gelombang dapat dipantulkan, sebagian diantaranya

(29)

koefisien transmisi yang biasa disimbolkan dengan T, yang dapat dirumuskan

oleh Persamaan (2.3) [9]:

= 1 + = 1 +

=

(2.3)

Insertion loss (IL) merupakan koefisien transmisi di antara dua titik pada

sebuah rangkaian listrik yang biasa dinyatakan dalam dB. Insertion loss dapat

juga didefinisikan sebagai loss yang terjadi karena penyisipan komponen pada

saluran transmisi, yang dapat dinyatakan dalam Persamaan (2.4) [9]. Dalam

keadaan ideal, insertion loss bukan merupakan bagian yang diinginkan tetapi

dalam prakteknya tidak mungkin mendapatkan insertion loss bernilai 0 [11].

= −20 log| | (2.4)

2.6 Metode Perancangan RF Phase Shifter

Ada beberapa metode perancangan RF phase shifter yang biasa digunakan,

diantaranya adalah :

2.6.1 Switched-Line Phase Shifter

Switched-line phase shifter merupakan phase shifter yang memiliki

konfigurasi paling sederhana. Sinyal yang melewati saluran transmisi dengan

panjang tertentu akan mengalami penundaan waktu yang setara dengan pergeseran

fasa sinyal tersebut. Saluran transmisi yang digunakan pada switched-line phase

shifter terdiri dari saluran referensi dan saluran delay. Pergeseran fasa terjadi

dengan men-switch sinyal di antara saluran referensi dan saluran delay yang telah

(30)

Gambar 2.4 Switched-Line Phase Shifter

Nilai pergeseran fasa yang diinginkan dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.5)

[13] :

∆ = ( − ) (2.5)

Dengan :

Δφ = Pergeseran fasa (°)

β = Konstanta propagasi (rad/m)

l1 = Saluran delay

l2 = Saluran referensi

Nilai pergeseran fasa yang dihasilkan tergantung pada panjang fisik

saluran transmisi, frekuensi sinyal, dan kecepatan fasa dari sinyal yang merambat

dalam media saluran transmisi [12]. Phase shifter ini biasanya digunakan untuk

pergeseran fasa sebesar 90° dan 180°. Keuntungan penting dari rangkaian ini

adalah pergeseran fasa yang dihasilkan merupakan fungsi linier dari frekuensi dan

sangat stabil terhadap waktu dan temperatur [14]. Sementara itu, kekurangan dari

phase shifter ini adalah dibutuhkan saluran transmisi yang semakin panjang untuk

menghasilkan waktu tunda yang semakin besar, hal ini dapat mengakibatkan

(31)

waktu tunda akan mempunyai atenuasi yang berbeda, hal ini mengakibatkan

ketidakseimbangan amplitudo di antara kedua state tersebut [15].

Pada frekuensi rendah, bagian ¼ panjang gelombang dari saluran delay

phase shifter dapat diganti dengan rangkaian lumped-element untuk

meminimalkan dimensi rangkaian [14]. Konfigurasi phase shifter dengan

komponen lumped-element dapat direkomendasikan untuk aplikasi dengan

rentang HF (High Frequency) hingga UHF (Ultra High Frequency) seperti pada

Gambar 2.5 [16].

Gambar 2.5 Phase Shifter dengan Rangkaian Lumped Element yang Setara dengan Saluran Transmisi

2.6.2 Loaded-Line Phase Shifter

Loaded-line phase shifter merupakan jenis phase shifter yang biasa

digunakan untuk menghasilkan pergeseran fasa 22,5° hingga 45°. Setiap bagian

dari loaded-line phase shifter terdiri dari saluran transmisi yang pada kedua

ujungnya dipasang beban reaktif secara shunt. Dengan mengatur jarak beban

reaktif terpisah sekitar ¼ λ, maka refleksi yang dihasilkan oleh beban reaktif

tersebut dapat diminimalkan [17]. Rangkaian loaded-line phase shifter

(32)

Gambar 2.6 Loaded-Line Phase Shifter

Nilai pergeseran fasa yang dihasilkan bergantung pada nilai suseptansi

yang dipasang di ujung saluran transmisi, jika suseptansi adalah kapasitif maka

kecepatan fasa berkurang dan jika suseptansi adalah induktif maka kecepatan fasa

bertambah. Phase shifter ini biasa digunakan untuk pita sempit dan bisa

menghasilkan fasa yang konstan terhadap frekuensi [7].

Jaringan yang dihasilkan dapat dianalisis dengan mudah menggunakan matriks

transmisi ABCD sebagaimana yang ditunjukkan pada Persamaan (2.6) [15]:

= 1 01 ∙ 0 0 ∙ 1 01 = −

( ) (2.6)

Pergeseran fasa antara dua state dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.7)

[15]:

∆ = 2 −

(2.7)

Adapun kelebihan dari loaded-line phase shifter adalah phase shifter ini

dapat menghasilkan fasa yang konstan terhadap frekuensi pada pita sempit,

mempunyai rangkaian yang cukup sederhana, dan insertion loss rendah.

Kekurangan dari phase shifter ini terletak pada keterbatasan pergeseran fasa, yaitu

maksimal hanya sekitar 45°. Jika nilai pergeseran fasa semakin besar, maka nilai

(33)

2.6.3 Reflection Phase Shifter

Rangkaian reflection phase shifter terdiri dari sebuah quadrature coupler

dan sepasang beban reflektif sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 [8].

Sinyal input yang melalui quadrature coupler dibagi menjadi dua buah sinyal

output dengan perbedaan fasa sebesar 90°, kemudian sinyal tersebut dipantulkan

oleh sepasang beban reflektif dan bergabung dalam fasa pada keluaran phase

shifter. Pergeseran fasa bergantung pada variasi nilai impedansi beban reflektif

[8].

Gambar 2.7 Reflection Phase Shifter

Koefisien pantul dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.8) [8]:

=

(2.8)

Jika bervariasi dari hingga , maka pergeseran fasa dicapai dengan

Persamaan (2.9) [8]:

∆ = 2 −

(2.9)

Kelebihan dari reflection phase shifter adalah rangkaian ini dapat

digunakan untuk menghasilkasn pergeseran sesuai dengan yang diinginkan, baik

besar maupun kecil. Sedangkan kekurangan dari phase shifter ini adalah

(34)

yang dipantulkan, hal ini mengakibatkan rugi-rugi dalam variasi yang besar

terhadap pengaturan fasa yang berbeda. Quadrature coupler berbasis silikon

on-chip dapat menghasilkan insertion loss yang tinggi pada gelombang mikro [8].

2.6.4 High Pass-Low Pass Phase Shifter

Sesuai dengan namanya, phase shifter ini terdiri dari dua buah filter, yaitu

high pass filter dan low pass filter. Induktor yang dipasang shunt dan kapasitor

yang dipasang seri membentuk high pass filter sementara low pass filter dibentuk

oleh induktor yang dipasang seri dan kapasitor yang dipasang shunt yang

memberikan fasa delay [11]. Gambar 2.8 mengilustrasikan rangkaian high

pass-low pass phase shifter [12].

Gambar 2.8 High Pass-Low Pass Phase Shifter

Pergeseran fasa disebabkan oleh perbedaan respon fasa yang terjadi pada

high pass filter dan low pass filter, yang dapat diperoleh dengan men-switch

antara dua rangkaian filter tersebut seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.8.

Nilai pergeseran fasa yang dihasilkan bergantung kepada nilai komponen L dan C

yang terdapat pada kedua rangkaian filter tersebut. Kedua filter tersebut dapat

dirancang dengan menggunakan model T atau Π seperti yang diilustrasikan pada

(35)

Gambar 2.9 Model Π dan T

Nilai setiap komponen yang terdapat pada Gambar 2.7 dapat dihitung sebagai

berikut [15]:

1. Low-pass dengan model Π (Gambar 2.7a) dengan pergeseran fasa -90° < φ

< 0° :

=

| |

(2.10)

=

| / | (2.11)

2. High-pass dengan model Π (Gambar 2.7a) dengan pergeseran fasa 0° < φ

< 90° :

=

| / |

(2.12)

=

| |

(2.13)

3. Low-pass dengan model T (Gambar 2.7a) dengan pergeseran fasa -90° < φ

(36)

=

| / |

(2.14)

=

| |

(2.15)

4. High-pass dengan model T (Gambar 2.7a) dengan pergeseran fasa 0° < φ

< 90° :

=

| |

(2.16)

=

| / |

(2.17)

Phase shifter ini dapat menghasilkan pergeseran fasa hingga 180° dan

mampu menyediakan pergeseran fasa mendekati konstan dalam rentang frekuensi

yang lebar. Keuntungan lain dari rangkaian ini adalah memiliki tata letak yang

compact karena lumped-element biasanya digunakan sebagai saluran delay. Hal

ini merupakan pertimbangan yang cukup penting bagi frekuensi rendah mengingat

saluran transmisi delay bisa menjadi sangat besar [17].

2.7 Analisis Phase Shifter dengan Parameter S

Analisis kinerja dari rangkaian phase shifter yang dibahas pada Tugas

Akhir ini dilakukan dengan menggunakan parameter S. Penjelasan mengenai

parameter S akan diuraikan sebagai berikut.

2.7.1 Bentuk Umum Parameter S

Parameter S merupakan metode yang berguna untuk merepresentasikan

sebuah rangkaian sebagai diagram blok. Karakteristik eksternal dari diagram blok

ini dapat diprediksi tanpa perlu mengetahui isi dari diagram blok tersebut, yang

(37)

diagram blok mempunyai sejumlah port (terminal sepasang saluran) [10].

Umumnya, parameter S diterapkan pada frekuensi RF dan gelombang mikro dan

dapat digunakan untuk menyatakan VSWR, gain, return loss, koefisien transmisi

dan koefisien pantul. Parameter S dapat dihitung dengan mudah menggunakan

perangkat lunak Agilent ADS [17]. Gambar 2.10 merupakan jaringan sederhana

dengan dua port [10].

Gambar 2.10 Diagram Blok Dengan Dua Port

Parameter S diukur dengan mengirimkan sebuah sinyal dengan satu

frekuensi ke dalam jaringan atau diagram blok dan mendeteksi gelombang yang

keluar dari setiap port seperti yang terlihat pada Gambar 2.10. Daya, tegangan dan

arus dapat dianggap berupa gelombang berjalan pada dua buah arah [10].

Black box Port 2 Port 1

Gelombang datang

Gambar 2.11 Gelombang Masuk ke Diagram Blok

Untuk gelombang datang pada port 1, sebagian dari sinyal ini memantul

kembali keluar dari port tersebut dan sebagian lagi keluar dari port lainnya seperti

yang terlihat pada Gambar 2.12 [10].

(38)

S11 menunjukkan sinyal yang dipantulkan pada port 1 untuk sinyal yang

datang dari port 1. S11 merupakan perbandingan antara dua buah gelombang b1/a1

seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.13 [10].

Gambar 2.13 S11

S21 menunjukkan sinyal yang keluar pada port 2 untuk sinyal yang datang

dari port 1. S21 merupakan perbandingan antara dua gelombang b2/a1 seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 2.14 [10].

Gambar 2.14 S21

S22 menunjukkan sinyal yang keluar pada port 2 untuk sinyal yang datang

dari port 2. Dari gambar 2.15 dapat dilihat bahwa S22 merupakan perbandingan

antara dua gelombang b2/a2. S12 menunjukkan sinyal yang keluar pada port 1

untuk sinyal yang datang dari port 2. Dari gambar 2.15, S12 merupakan

perbandingan antara dua gelombang b1/a2 [10].

(39)

Gelombang yang ditransmisikan dan dipantulkan akan berubah amplitudo

dan fasanya dibandingkan dengan gelombang datang. Umumnya gelombang yang

ditransmisikan dan dipantulkan akan mempunyai frekuensi yang sama dengan

gelombang datang. Parameter S merupakan bilangan kompleks (mempunyai besar

dan sudut), karena besar dan fasa dari sinyal masukan akan diubah oleh jaringan

[10].

Parameter S bergantung kepada jaringan dan impedansi karakteristik dari

sumber dan beban yang digunakan untuk mengukurnya, serta pada frekuensi

pengukurannya. Parameter S akan berubah jika jaringan, frekuensi, impedansi

beban dan impedansi sumber diubah. Gambar 2.16 memperlihatkan representasi

matematis dari parameter S dua port [10].

Gambar 2.16 Parameter S Dua Port

(40)

= | = 0 (2.24)

= | = 0 (2.25)

2.7.2 Parameter S Untuk Rangkaian Π

Pada frekuensi rendah, rangkaian Π dapat digunakan untuk menggantikan

saluran transmisi untuk meminimalkan dimensi. Dengan mengatur nilai setiap

komponen dengan benar, maka akan diperoleh nilai pergeseran fasa yang

diinginkan. Gambar 2.17 memperlihatkan rangkaian Π yang direkomendasikan

menggantikan saluran transmisi untuk aplikasi dengan rentang HF (High

Frequency) hingga UHF (Ultra High Frequency) [18].

Gambar 2.17 Rangkaian Π yang Setara dengan Saluran Transmisi

Persamaan (2.26) merupakan persamaan untuk parameter ABCD dari

lumped element yang setara dengan parameter saluran transmisi [18].

1 0

1 10 1 1 1 = / (2.26)

Persamaan (2.26) dapat disederhanakan menjadi Persamaan (2.27) [18].

1 +

(41)

Dengan pertimbangan bahwa induktor adalah elemen seri dan kapasitor adalah

elemen paralel, maka diperoleh Persamaan (2.28). Jaringan Π diperlihatkan pada

Gambar 2.18 yang disintesis reverse untuk dapat menghitung parameter S [18].

1 +

(2 + ) 1 + = / (2.28)

Dimana

= panjang saluran transmisi dalam radian

= impedansi karakteristik

Y = admitansi

Z = impedansi dari rangkaian Π

Gambar 2.18 Jaringan Π

Dari Gambar 2.18, diperoleh Persamaan (2.29) [18].

= ( + ) −

(42)

= ( + ) ( + )− (2.29)

Dengan pertimbangan bahwa dan sebagai kapasitor paralel dan sebagai

induktor seri, maka diperoleh Persamaan (2.30) dan (2.31) [18]:

= = / (2.30)

Dan,

= 1⁄ (2.31)

Sehingga, elemen matriks dari admitansi dari parameter jaringan lumped dapat

dituliskan dalam Persamaan (2.32) [18]:

= = 1 −

= = 1

= (2.32)

Parameter S untuk rangkaian Π juga dapat diperoleh langsung dari parameter Y

sebagaimana yang ditunjukkan pada Persamaan (2.33) dan (2.34) [18].

=( )( ) (2.33)

(43)

Setelah disederhanakan, maka diperoleh dan dalam bentuk L dan C

sebagaimana yang ditunjukkan pada Persamaan (2.35) dan (2.36) [18].

= 1−

2 1

1−

2 1

(2.35)

= ( ) ( ) (2.36)

2.7.3 Parameter S Untuk Rangkaian Τ

Perancangan phase shifter telah dikembangkan secara matematis dan

Persamaan (2.37) merupakan persamaan untuk parameter ABCD dari Gambar 2.5

[16].

1

0 1 1 01 10 1 = / (2.37)

Dengan pertimbangan bahwa induktor adalah elemen seri dan kapasitor adalah

elemen paralel, maka diperoleh Persamaan (2.38). Jaringan Τ diperlihatkan pada

Gambar 2.19 yang disintesis reverse untuk dapat menghitung parameter S [16].

1 + (2 + )

(44)

Gambar 2.19 Jaringan Τ

Parameter Z dari Gambar 2.19 dapat dihitung dengan mudah menggunakan

Persamaan (2.39) [16].

[ ] = = ( + ) ( + ) (2.39)

Dengan pertimbangan bahwa dan sebagai kapasitor paralel dan sebagai

induktor seri, maka diperoleh Persamaan (2.40) [16].

= ( − ) ( − )( − ) (2.40)

Parameter S untuk rangkaian Τ juga dapat diperoleh secara langsung dari

parameter Z sebagaimana yang ditunjukkan pada Persamaan (2.41) dan (2.43)

[16].

=( )( ) (2.41)

=( ) (2.43)

Setelah disederhanakan, maka diperoleh dan dalam bentuk L dan C

sebagaimana yang ditunjukkan pada Persamaan (2.44) dan (2.45) [16].

=[[ (( )]) ] (2.44)

(45)

2.8 Aplikasi Phase Shifter

Phase shifter merupakan salah satu bagian terpenting pada aplikasi radar

array. Phase shifter digunakan untuk membentuk main beam phased array

antenna yang dipindai secara elektronik dan menghasilkan nilai-nilai fasa yang

sesuai untuk perancangan setiap elemen antena. Phase shifter juga dapat

digunakan baik pada bagian antena pemancar maupun antena penerima [11].

Phased array antenna terdiri dari beberapa fix beam yang memiliki arah

tertentu dan bagian mana saja yang akan diaktifkan dapat dipilih. Teknik phase

array merupakan sebuah metode yang mampu merubah fasa dari sinyal yang

berakibat pada perubahan pola radiasi antena. Dengan kata lain, pemutaran pola

radiasi ini menggunakan manipulasi secara elektrik, sehingga akan lebih efisien

dan lebih sederhana dibandingkan dengan pemutaran secara mekanik [18].

Inggris, Amerika dan Jerman merupakan negara yang telah

mengoperasikan phased array antenna pada Perang Dunia II [19]. Kinerja yang

baik dan phase shifter dengan biaya yang murah secara signifikan akan

memperbaiki kinerja dan mengurangi biaya dari pembuatan phased array

antenna, yang seharusnya dapat membantu mengubah teknologi ini dari aplikasi

yang didominasi oleh keperluan militer menjadi aplikasi komersial [11].

Phase shifter juga digunakan pada berbagai peralatan seperti pembeda

fasa, beam forming network, pembagi tegangan dan untuk mengendalikan fasa

linier dari sebuah amplifier yang mana disediakan pada pemancar/penerima

sistem komunikasi bergerak, menyesuaikan pemindaian sudut berkas sorotan dari

antena base station, atau mengontrol fasa sinyal keluaran dari band pass filter

(46)

BAB III

PERANCANGAN RF PHASE SHIFTER

3.1 Perancangan RF Phase Shifter

Perancangan RF phase shifter yang dibahas pada Tugas Akhir ini terdiri

dari metode perancangan phase shifter dengan lumped element dan high pass-low

pass phase shifter yang bekerja pada frekuensi 433 MHz. RF phase shifter

dirancang dengan menggunakan perangkat lunak ADS versi 2011.10. Setelah

selesai dirancang pada perangkat lunak ADS, maka rangkaian phase shifter

tersebut disimulasikan dan dianalisis.

3.2 Konfigurasi RF Phase Shifter

Berikut ini adalah konfigurasi dari rangkaian RF Phase Shifter yang akan

dirancang.

3.2.1 Konfigurasi Phase Shifter dengan Lumped Element

Phase shifter dengan lumped element merupakan rangkaian phase shifter

yang dirancang dengan menggunakan blok-blok lumped element yang membentuk

sebuah jaringan Tee. Phase shifter dengan lumped element yang dirancang dibagi

menjadi 6 blok jaringan Tee agar dapat mencapai pergeseran fasa mulai dari 0°

hingga 360° dan menawarkan langkah pergeseran fasa minimum 5,625° [16].

Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa saluran transmisi dengan

panjang tertentu dapat menghasilkan pergeseran fasa terhadap input sinyal RF

yang bergantung pada frekuensi sinyal dan jumlah pergeseran fasa yang

(47)

semakin panjang untuk dapat menghasilkan pergeseran fasa yang semakin besar.

Untuk mengatasi hal tersebut, saluran delay pada switched-line phase shifter dapat

diganti dengan menggunakan rangkaian lumped-element untuk meminimalkan

dimensi rangkaian phase shifter yang bekerja pada frekuensi 433 MHz.

Phase shifter enam bit yang dirancang menggunakan blok-blok jaringan

Tee yang masing-masing dibangun oleh lumped element. Jaringan Tee tersebut

dapat menggantikan saluran transmisi dengan panjang tertentu dan menawarkan

perubahan pergeseran fasa yang diinginkan.

Phase shifter enam bit yang dirancang terdiri dari sejumlah unit serial

yang memberikan perubahan pada setiap satu bit terhadap input sinyal RF.

Konfigurasi dari phase shifter dengan lumped element dapat dilihat pada Gambar

3.1 [16]. Rangkaian tersebut terdiri dari enam unit serial yang berbeda yang

masing – masing menyediakan pergeseran fasa sebesar 5,625°; 11,25°; 22,5°; 45°;

90°; dan 180°.

Gambar 3.1 Konfigurasi Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element

Pergeseran fasa dan penambahan fasa yang diperlukan secara keseluruhan

terjadi berdasarkan masukan aktif (logika 1) yang sesuai terhadap masing-masing

(48)

dengan pergeseran fasa sebesar 5,625° di antara dua state berturut- turut seperti

yang diilustrasikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Pola Cakupan Phase Shifter Dengan Lumped Element

Semua blok dirancang membentuk jaringan Tee yang setara dengan

sepotong saluran transmisi yang dapat memberikan pergeseran fasa yang

diinginkan [16]. Setiap komponen yang terdapat pada Gambar 3.1 harus diberikan

nilai yang sesuai agar rangkaian yang dirancang dapat bekerja pada frekuensi

yang diinginkan. Nilai komponen yang sesuai dapat diperoleh dengan

menggunakan Persamaan (3.1a) dan (3.1b) [16].

1 + = (3.1a)

= / (3.1b)

Dimana

(49)

3.2.2 Konfigurasi High Pass-Low Pass Phase Shifter

Rangkaian high pass-low pass phase shifter yang dirancang pada Tugas

Akhir ini terdiri rangkaian high pass-low pass phase shifter 2 bit dan 3 bit.

Rangkaian phase shifter 2 bit teridiri dari 2 rangkaian high pass-low pass phase

shifter yang dipasang serial, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.3 [20].

Gambar 3.3 Konfigurasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit

Rangkaian pertama meyediakan pergeseran fasa dalam rentang +45°

hingga -45° dan rangkaian kedua menyediakan pergeseran fasa dalam rentang

+90° hingga -90°. Oleh karena itu, pergeseran fasa terjadi dalam rentang +135°

hingga -135° yang dapat dioperasikan dalam empat tahap fasa sebesar 45° seperti

yang diilustrasikan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pola Cakupan High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit

(50)

Setiap kelas atau bit dikendalikan dengan menggunakan switch SPDT

yang diwakilkan oleh keadaan 0 atau 1 memilih rangkaian yang akan diaktifkan.

Untuk dapat memperoleh cakupan yang lebih luas hingga mencakup 360°, maka

dirancang rangkaian high pass-low pass phase shifter 3 bit yang terdiri dari 3

rangkaian high pass-low pass phase shifter, sebagaimana yang diilustrasikan pada

Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Konfigurasi Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 3 Bit

Rangkaian pertama dan kedua merupakan rangkaian high pass-low pass

phase shifter 2 bit. Rangkaian ketiga menyediakan pergeseran fasa dalam rentang

-1° hingga +90°. Dengan rangkaian high pass-low pass phase shifter 3 bit,

pergeseran fasa dapat terjadi dalam rentang 0° hingga +360° yang dapat

dioperasikan pada delapan tahap pergeseran fasa sebesar 45° seperti yang

(51)

Gambar 3.6 Pola Cakupan High Pass-Low Pass Phase Shifter 3 Bit

Sama halnya dengan phase shifter dengan lumped element, setiap

komponen yang terdapat pada rangkaian high pass-low pass phase shifter juga

harus memiliki nilai yang sesuai agar dapat menghasilkan pergeseran fasa yang

diinginkan dan bekerja dengan baik pada frekuensi yang telah ditentukan, yaitu

433 MHz. Untuk memperoleh nilai komponen yang sesuai, Persamaan (2.10)

hingga (2.17) dapat digunakan untuk menghitung nilai setiap komponen.

3.3 Proses Perancangan RF Phase Shifter

Perancangan rangkaian phase shifter dengan lumped element dan high

pass-low pass phase shifter dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

ADS. Diagram alir perancangan RF phase shifter yang ditunjukkan pada Gambar

3.7 merupakan tahapan yang digunakan dalam proses perancangan RF phase

(52)

Gambar 3.7 Diagram Alir Perancangan RF Phase Shifter

3.4 Penetuan Nilai Komponen RF Phase Shifter

Berikut ini merupakan uraian tentang penentuan nilai komponen setiap

yang terdapat pada rangkaian RF phase shifter yang akan dianalisis.

3.4.1 Penetuan Nilai Komponen Phase Shifter dengan Lumped Element

Phase shifter dengan lumped element ini terdiri dari komponen induktor

dan kapasitor yang disusun membentuk sebuah jaringan Tee. Skema perancangan

(53)

Gambar 3.8 Skema Perancangan Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element

Penentuan nilai setiap komponen yang terdapat pada Gambar 3.8 dapat

dilakukan dengan menggakan Persamaan (3.1a) dan (3.1b) sebagai berikut:

1. Penentuan nilai L dan C pada blok 1

Untuk menentukan nilai , maka digunakan Persamaan (3.1b):

= (5,625° )

(2 × × ) = (0,09801714)50

(2720,62 × 10 ) = 0,001960342

= 0,7205

Untuk menentukan nilai dan , maka digunakan Persamaan (3.1a) :

1 + =

1 + (−1)(2720,62 × 10 ) (0,7205 × 10 ) = (5,625°)

1 − 5,33334 × 10 = 0,995184726

5,33334 × 10 = 0,004815273

(54)

Nilai = = = 0,903

2. Penentuan nilai L dan C pada blok 2

Untuk menentukan nilai , maka digunakan Persamaan (3.1b):

= (11,25 °)

(2 × × ) = (0,195090322)50

(2720,62 × 10 ) = 0,00390180644

= 1,4342

Untuk menentukan nilai dan , maka digunakan Persamaan (3.1a) :

1 + =

1 + (−1)(2720,62 × 10 ) (1,4342 × 10 ) = (11,25°)

1 − 10,61 56231 × 10 = 0,98 078528

10,6156231 × 10 = 0,019214719

= 1,81

Nilai = = = 1,81

3. Penentuan nilai L dan C pada blok 3

Untuk menentukan nilai , maka digunakan Persamaan (3.1b):

(55)

(2 × × ) = (0,382683432)50

(2720,62 × 10 ) = 0,007653668647

= 2,8132

Untuk menentukan nilai dan , maka digunakan Persamaan (3.1a):

1 + =

1 + (−1)(2720,62 × 10 ) (2,81 32 × 10 ) = (22,5°)

1 − 20,8226683 × 10 = 0,923879532

20,82 26683× 10 = 0,07 6120468

= 3,656

Nilai = = = 3,65 6

4. Penentuan nilai L dan C pada blok 4

Untuk menentukan nilai , maka digunakan Persamaan (3.1b):

= (45°)

(2 × × ) = (0,707106781)50

(2720,62 × 10 ) = 0,014142135

= 5,19 8

(56)

1 + =

1 + (−1)(2720,62 × 10 ) (5,19 8 × 10 ) = (45 °)

1 − 38,474417× 10 = 0,70 7106781

38,474417 × 10 = 0,292893218

= 7,61 26

Nilai = = = 7,61 26

5. Penentuan nilai L dan C pada blok 5

Untuk menentukan nilai , maka digunakan Persamaan (3.1b):

= (90°)

(2 × × ) = 50(1)

(2720,62 × 10 ) = 0,02

= 7,3513

Untuk menentukan nilai dan , maka digunakan Persamaan (3.1a):

1 + =

1 + (−1)(2720,62 × 10 ) (7,35 13 × 10 ) = (90 °)

1 − 54,412655 × 10 = 0

(57)

= 18,37 8

Nilai = = = 18,37 8

6. Penentuan nilai L dan C pada blok 6

Rangkaian penggeser fasa pada blok 6 merupakan rangkaian yang terdiri

dari dua rangkaian penggeser fasa 90° (blok 5) yang disusun secara seri yang

dapat menghasilkan pergeseran fasa sebesar 180°. Oleh karena itu, nilai

komponen yang terdapat pada blok 6 adalah sama dengan nilai komponen yang

terdapat pada blok 5. Tabel 3.1 menunjukkan nilai setiap komponen yang terdapat

pada perancangan rangkaian phase shifter dengan lumped element.

Tabel 3.1 Nilai Komponen Phase Shifter dengan Lumped Element Untuk

(58)

3.4.2 Penetuan Nilai Komponen High Pass-Low Pass Phase Shifter

High pass-low pass phase shifter yang dirancang pada Tugas Akhir ini

tediri dari rangkaian low pass filter dengan model Π dan rangkaian high pass filter

dengan model Τ. Skema perancangan rangkaian high pass-low pass phase shifter

2 bit dan rangkaian high pass-low pass phase shifter 3 bit masing-masing

diperlihatkan pada Gambar 3.9 dan 3.10.

Gambar 3.9 Skema Perancangan Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit

Gambar 3.10 Skema Perancangan Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter

(59)

Penentuan nilai setiap komponen yang terdapat pada rangkaian yang

terlihat pada Gambar 3.9 dan 3.10 dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan (2.10), (2.11), (2.16), dan (2.17) sebagai berikut :

1. Penentuan nilai komponen pada rangkaian pertama yaitu rangkaian low

pass filter dengan model Π.

Untuk menentukan nilai C1 dan C2, maka digunakan Persamaan (2.11) :

= | 2⁄ |

=2720,62 × 10 × 50|45° 2⁄ |

=1,36031 × 10|22,5° |

=1,36 031 × 100,414213562

= 3,045

Nilai = = = 3,04 5

Untuk menentukan nilai L1, maka digunakan Persamaan (2.10) :

= | |

=2720,62 × 1050 × |45°|

=2720,62 × 1035,355

(60)

2. Penentuan nilai komponen pada rangkaian kedua yaitu rangkaian high

pass filter dengan model Τ.

Untuk menentukan nilai C3 dan C4, maka digunakan Persamaan (2.17) :

= 1 | 2⁄ |

=(2720,62 × 10 )(50)1 |22,5° |

=5,6345 × 101

= 17,74 8

Nilai = = = 17,74 8

Untuk menentukan nilai L2, maka digunakan Persamaan (2.16) :

= | |

=2720,62 × 1050 |45°|

=1,9238 × 1050

= 25,99 1

3. Penentuan nilai komponen pada rangkaian kedua yaitu rangkaian low pass

filter dengan model Π.

Untuk menentukan nilai C5 dan C6, maka digunakan Persamaan (2.11) :

= | 2⁄ |

(61)

=1,36031 × 10|45°|

=1,36031 × 101

= 7,351

Nilai = = = 7,35 1

Untuk menentukan nilai L3, maka digunakan Persamaan (2.10) :

= | |

=2720,62 × 1050 × |90°|

=2720,62 × 1050

= 18,37 8

4. Penentuan nilai komponen pada rangkaian kedua yaitu rangkaian high

pass filter dengan model Τ.

Untuk menentukan nilai C7 dan C8, maka digunakan Persamaan (2.17) :

= 1 | 2⁄ |

=(2720,62 × 10 )(50)1 |45°|

=1,36 031 × 101

(62)

Nilai = = = 7,351

Untuk menentukan nilai L4, maka digunakan Persamaan (2.16) :

= | |

=2720,62 × 1050 |90°|

=2720,62 × 1050

= 18,378

5. Penentuan nilai komponen pada rangkaian kedua yaitu rangkaian low pass

filter dengan model Π.

Untuk menentukan nilai C9 dan C10, maka digunakan Persamaan (2.11) :

= | 2⁄ |

=2720,62 × 10 × 50|1° 2⁄ |

=1,36031 × 10|0,5° |

=1,36031 × 100,00 87268678

= 0,064

Nilai = = = 0,06 4

(63)

= | |

=2720,62 × 1050 × |1°|

=2720,62 × 100,872620321

= 0,321

6. Penentuan nilai komponen pada rangkaian kedua yaitu rangkaian high

pass filter dengan model Τ.

Untuk menentukan nilai C11 dan C12, maka digunakan Persamaan (2.17) :

= 1 | 2⁄ |

=(2720,62 × 10 )(50)1 |45°|

=1,36 031 × 101

= 7,351

Nilai = = = 7,351

Untuk menentukan nilai L6, maka digunakan Persamaan (2.16) :

= | |

=2720,62 × 1050 |90°|

(64)

= 18,37 8

Nilai setiap komponen yang telah ditentukan untuk rangkaian high

pass-low pass phase shifter yang dirancang dapat ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Komponen High Pass-Low Pass Phase Shifter Untuk Frekuensi

(65)

BAB IV

ANALISIS KINERJA RANGKAIAN RF PHASE SIFTER

4.1 Umum

Bab ini akan membahas kinerja rangkaian RF phase shifter yang dirancang

menggunakan perangkat lunak Advanced Design System (ADS) versi 2011.10.

Kinerja yang akan dianalisis meliputi :

1. Phase error (S21)

2. Return loss (S11)

3. Insertion loss (S21)

Idealnya, return loss dan insertion loss memiliki nilai yang minimum pada

frekuensi tengahnya dan kemudian meningkat pada frekuensi ujungnya. Namum

keduanya memiliki tafsiran yang berbeda terhadap kata “minimum”. Nilai

minimum yang ideal untuk return loss adalah - ∞ dB, sementara nilai minimum

yang ideal untuk insertion loss adalah 0 dB.

4.2 Analisis Kinerja Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element Rangkaian phase shifter dengan lumped element yang telah dirancang

menggunakan perangkat lunak ADS yang juga mewakili bit 111111 ditunjukkan

pada Gambar 4.1. Kinerja dari rangkaian phase shifter dengan lumped element

dianalisis secara bertahap dari state pertama hingga state terakhir yaitu state ke –

(66)
(67)

Analisis kinerja rangkaian phase shifter dengan lumped element 6 bit

dibagi menjadi 64 tahapan yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Keadaan 000000

Pada keadaan ini, keenam blok dari rangkaian phase shifter tidak ada yang

aktif, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada pergeseran fasa yang terjadi pada

keadaan ini atau dengan kata lain pergeseran fasanya adalah sebesar 0°. Maka

nilai kinerja dari keadaan ini juga tidak ada atau nol.

2. Keadaan 000001

Rangkaian phase shifter dengan lumped element pada keadaan 000001

diperlihatkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Rangkaian phase shifter dengan lumped element pada keadaan 000001

Hasil simulasi dari kinerja rangakain pada Gambar 4.2 diperlihatkan pada

Gambar 4.3. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pergeseran fasa yang dihasilkan

adalah sebesar -179,999°, return loss -207,497 dB dan insertion loss yang sangat

(68)

(a) Pergeseran Fasa (b) Insertion Loss

(c) Return Loss

Gambar 4.3 Hasil Simulasi Perancangan Rangkaian Phase Shifter dengan

Lumped Element pada Keadaan 000001

3. Keadaan 000010

Rangkaian phase shifter dengan lumped element pada keadaan 000010

diperlihatkan pada Gambar 4.4.

(69)

Hasil simulasi dari kinerja rangakain pada Gambar 4.4 diperlihatkan pada

Gambar 4.5. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pergeseran fasa yang dihasilkan

adalah sebesar -90,000°, return loss -107,111 dB dan insertion loss yang sangat

kecil yaitu -8,447E-11 dB.

(a) Pergeseran Fasa (b) Insertion Loss

(c) Return Loss

Gambar 4.5 Hasil Simulasi Perancangan Rangkaian Phase Shifter dengan

Lumped Element pada Keadaan 000010

Dengan cara yang sama, dilakukan simulasi terhadap rangkaian phase

shifter dengan lumped element yang telah dirancang dengan menggunakan

perangkat lunak ADS pada keadaan lainnya hingga mencapai state ke- 64 atau

keadaan 111111. Hasil simulasi dari rangkaian phase shifter dengan lumped

element 6 bit yang meliputi phase error, return loss, dan insertion loss

(70)
(71)

Tabel 4.1 Lanjutan

bahwa urutan pergeseran fasa berdasarkan urutan state tidak menghasilkan

pergeseran fasa yang berurut mulai dari 0° hingga mendekati 360°. Pergeseran

fasa yang berurut mulai dari 0° hingga mendekati 360° pada setiap state

(72)

diinginkan pergesaran fasa yang berurut mulai dari pergeseran fasa yang paling

kecil (0°) hingga pergeseran fasa yang paling besar (360°).

Tabel 4.2 Hasil Simulasi Rangkaian Phase Shifter dengan Lumped Element 6 Bit Berdasarkan Urutan Pergeseran Fasa 0° Hingga 360°

(73)
(74)

Berikut ini diuraikan analisis dari setiap kinerja rangkaian phase shifter

dengan lumped element yang dirancang bekerja pada frekuensi 433 MHz :

1. Phase Error

Hasil simulasi yang diperlihatkan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa

nilai pergeseran fasa yang dihasilkan pada sebagian state sesuai dengan nilai yang

diinginkan, sementara pada sebagian state lainnya terdapat phase error sebesar

0,001 dari nilai yang diinginkan. Nilai phase error yang mendekati 0 tersebut

menunjukan nilai phase error yang sangat kecil sehingga tidak berpengaruh buruk

pada kinerja dari rangkaian phase shifter yang dirancang.

Dari hasil simulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian phase

shifter dengan lumped element yang dirancang pada frekuensi 433 MHz dapat

bekerja dengan baik pada frekuensi yang diinginkan.

2. Return Loss

Hasil simulasi yang diperlihatkan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa

nilai return loss yang dihasilkan pada setiap state memiliki nilai minimum pada

frekuensi tengahnya sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4.3 dan 4.5. Dari

hasil simulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian phase shifter dengan

lumped element yang dirancang pada frekuensi 433 MHz dapat bekerja dengan

baik pada frekuensi yang diinginkan.

3. Insertion Loss

Hasil simulasi yang diperlihatkan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa

nilai insertion loss yang dihasilkan pada setiap state memiliki nilai minimum pada

frekuensi tengahnya, yaitu mendekati 0 sebagaimana yang terlihat pada Gambar

(75)

Semakin kecil nilai insertion loss maka semakin kecil pula daya yang

hilang akibat penyisipan di antara kedua port. Sehingga dari hasil simulasi

tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian phase shifter dengan lumped element

yang dirancang pada frekuensi 433 MHz dapat bekerja dengan baik pada

frekuensi yang diinginkan.

4.3 Analisis Kinerja Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter Analisis rangkaian high pass-low pass phase shifter yang dirancang pada

Tugas Akhir ini terdiri dari dua rangkaian.

4.3.1 Analisis Kinerja Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit Rangkaian high pass-low pass phase shifter 2 bit yang telah dirancang

menggunakan perangkat lunak ADS ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Rangkaian High Pass-Low Pass Phase Shifter 2 Bit yang dirancang pada Frekuensi 433 MHz

Berikut ini diuraikan tahapan simulasi rangkaian high pass-low pass phase

(76)

1. Keadaan 00

Rangkaian high pas-low passphase shifter pada keadaan 00 diperlihatkan

pada Gambar 4.7. Hasil simulasi dari rangakain pada Gambar 4.7 diperlihatkan

pada Gambar 4.8.

Gambar 4.7 Rangkaian High Pass-Low PassPhase Shifter pada Keadaan 00

(a) Pergeseran Fasa (b) Insertion Loss

(c) Return Loss

Gambar

Gambar 2.9 Model Π dan T
Gambar 2.15 S22 dan S12
Gambar 2.16 Parameter S Dua Port
Gambar 3.2 Pola Cakupan Phase Shifter Dengan Lumped Element
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat, yang berusaha untuk mengatur warga Negara untuk berindak dalam bentuk tertentu tentang bagaimana mereka mengatur modalnya, bukan hanya membuat dirinya mendapat

Penulis melakukan wawancara dengan pihak UPT Bimbingan Konseling untuk melihat apa permasalahan yang ada dan kebutuhan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

Berdasarkan model di atas, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan web terhadap kepuasan aktivitas belajar bagi pengguna wanita variabel Performance Expectancy (PE) yang

Hasil perhitungan total untuk masing-masing varietas padi diketahui indeks kemerataan jenis Arthropoda pada padi pada lahan organik dapat dilihat berda- sarkan nilai

0 Inner model  model struktural yang menghubungkan antar variabel laten 0 Outer model  model pengukuran yang.. menghubungkan indikator dengan

Dengan pendekatan ini, dapat diketahui kesinambungan antara satu peraturan perundang-undangan dan peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu Undang-Undang Dasar Republik

Dari tabel 5.6 dapat dilihat, hasil penelitian pada 55 responden Tanggal 15 Februari s/d 5 April 2010 di Klinik Bersalin Mariani Medan, didapatkan hasil uji statistik nilai p=0,943

pelaku tindak pidana yang dapat dikenakan hukuman pidana yaitu manusia 55. 5) Kejahatan adalah suatu perbuatan yang oleh masyarakat (dalam hal ini negara) diberi pidana