• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pengembangan Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Berbasis Geografis (GIS) Dengan Menggunakan Algoritma Koloni Semut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pengembangan Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Berbasis Geografis (GIS) Dengan Menggunakan Algoritma Koloni Semut."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT

Nama : Ardiana Hari Riyanti

NIM : 00.41010.0205

Program : S1 ( Strata Satu )

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

Halaman

ABSTRAKSI……… v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR TABEL ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2Perumusan Masalah………. 2

1.3Pembatasan Masalah……… 2

1.4Tujuan……….. 3

1.5Sistematika Penulisan……….. 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi………. 5

2.2 Sistem Informasi Dinas Kesehatan………. 6

2.3 Sistem Informasi Geografi……….. 6

2.4 Sistem Informasi Geografis Dalam Bidang Medis………. 10

2.5 Sistem Informasi Geografis Sebagai Basis Data……….... 12

2.6 Sistem Semut……….. 13

2.7 Sistem Semut Buatan……….. 18

2.8 Algoritma Koloni Semut………. 20

(3)

3.2 Analisa Permasalahan dan Pemecahan……… 23

3.3 Perancangan Sistem………. 28

3.4 Struktur File………. 35

3.5 Rancangan Input………. 41

3.6 Rancangan Output……….. 47

3.7 Rancangan Online……… 48

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem……… 52

4.2 Penggunaan Program Sistem Informasi Geografis pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jember……….. 53

4.3 Pengujian Program……….. 63

4.4 Analisa Hasil………. 70

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………. 78

5.2 Saran……… 78

DAFTAR PUSTAKA………. 80

BIODATA PENULIS………. 81

LAMPIRAN……… 82

(4)

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Penggunaan sistem yang terkomputerisasi akan membantu instansi

dalam menjalankan proses bisnisnya. Penggunaan sistem terkomputerisasi pada

sebuah organisasi tidak hanya pada perkembangan dunia internet saja, melainkan

sudah mulai memanfaatkan salah satunya adalah aplikasi informasi yang berbasis

geografis seperti terdapat pada bidang transportasi dan perhubungan, bidang

kelautan, bidang militer, bidang lingkungan dan perencanaan kota serta dalam

bidang kesehatan.

Dalam lingkup bidang kesehatan, sistem informasi geografi

dimanfaatkan dalam proses pencarian dokter, dokter spesialis, baik pada rumah

sakit besar maupun pada tempat-tempat praktek, apotek, serta laboratorium umum

terdekat. Balai kesehatan, praktek dokter, apotik, dan laboratorium ini berada

dalam naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Semakin banyaknya balai

kesehatan, apotik, dan laboratorium pendukung yang ada, membuat pihak Dinas

Kesehatan kesulitan dalam melakukan pemantauan dan pengidentifikasian

terhadap balai kesehatan, apotik, laboratorium umum, dokter, serta tenaga medis

yang ada di Kabupaten Jember.

Untuk itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember membuat suatu sistem

informasi berbasis geografis yang memberikan kemudahan dalam pencarian dan

pengidentifikasian terhadap balai kesehatan yang ada dan sarana pendukungnya

(5)

seperti dokter spesialis dan bidan, pengidentifikasian terhadap apotik dan

laboratorium umum, serta pendataan praktek dokter baik yang dirumah sakit

maupun ditempat praktek agar dapat membantu meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana mengembangkan sistem informasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Jember yang berbasis geografis (GIS) dengan

menggunakan algoritma koloni semut ?”

1.3 Batasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam pembuatan aplikasi sistem informasi

ini adalah :

1. Sistem informasi geografis yang dibuat hanya terdapat pada lingkup daerah

kabupaten Jember.

2. Pengaksesan sistem informasi geografis ini terdiri dari dinas kesehatan

kabupaten Jember yang meliputi rumah sakit, puskesmas, tempat praktek

dokter, apotik, dan laboratorium umum yang berada dikawasan Kabupaten

Jember.

3. Sistem informasi yang diberikan tidak mempertimbangkan faktor internal

dalam pengambilan keputusan dari suatu instansi.

4. Proses pencarian hanya digunakan untuk mencari jalur terpendek.

(6)

6. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Arc View untuk membuat data

geografis, SQL Server 7.0 sebagai database, Macromedia Dreamweaver MX

untuk membuat desain web dengan bahasa pemrograma ASP-VBScript,

Visual Basic untuk pengolahan peta, dan map object untuk mengubungkan

Visual Basic dengan Arc View dan sekaligus untuk menampilkan pada web.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah mengembangkan sistem informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

berbasis geografis (GIS) dengan menggunakan algoritma koloni semut.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang laporan Tugas Akhir

ini, penyusun membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang permasalahan, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem

Informasi Geografi, Sistem Manajemen Basis Data.

BAB III METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam

merancang dan membangun Sistem Informasi Geografi ini.

(7)

dokter spesialis yang meliputi pembuatan Data Flow Diagram

(DFD), Entity Relationship Diagram (ERD), struktur database dan

desain input-output.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini memberikan gambaran berupa input dan output yang akan

digunakan pada sistem dan pengendalian proyek.

BAB V PENUTUP

Berisikan kesimpulan pembahasan permasalahan yang telah

(8)

2.1 Sistem Informasi

Sistem merupakan kumpulan 2 atau lebih bagian atau komponen yang

saling terkait, berhubungan dan berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama

membentuk satu kesatuan. Pada sistematikanya, sistem informasi melakukan 3

kegiatan dasar, yaitu : input data, pemrosesan data, dan menyediakan output.

Informasi adalah kumpulan dari beberapa data ( data yang tidak

memiliki arti ) yang telah diolah sehingga memiliki arti yang lebih mudah

dimengerti dan lebih bermanfaat bagi penggunanya. Informasi merupakan

sumber kehidupan suatu organsasi. Setiap informasi mempunyai kualitas

(Quantity of Information) dan untuk menentukan bahwa informasi tersebut

berkualitas, bergantung pada 3 hal utama yaitu : keakuratan data yang diperoleh,

ketepatan datangnya suatu informasi, dan adanya manfaat dari informasi tersebut

bagi penggunanya.

Manajemen mempunyai pengertian mengelola, mengendalikan,

mengatur dan mengoptimalkan suatu sumber daya. Jadi sistem informasi

digunakan untuk mengolah, mengatur, mengendalikan sumber daya (informasi)

sehingga sumber daya tersebut dapat bermanfaat bagi penggunanya.

Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang melakukan

fungsi-fungsi untuk untuk menyediakan semua informasi yang mempengaruhi

semua operasi. Sistem informasi manajemen tergantung dari besar kecilnya suatu

organisasi dan dapat terdiri dari beberapa sistem informasi.

(9)

2.2 Sistem Informasi Dinas Kesehatan

Sistem Informasi Dinas Kesehatan merupakan komponen sistem yang

meliputi apotik, laboratorium umum, dan rumah sakit. Dimana dalam suatu rumah

sakit terdapat komponen sistem yang terdiri dari pasien, dokter, dan perawat yang

saling berhubungan dan berinteraksi untuk mendukung berjalannya kegiatan

manajemen rumah sakit dan pengambilan keputusan mengenai informasi yang

dibutuhkan oleh semua komponen rumah sakit maupun masyarakat.

2.3 Sistem Informasi Geografi

Otomatisasi Sistem Informasi Geografis dikembangkan pertama kali

oleh Canadian. Sistem Informasi Geografis didefinisikan sebagai sistem yang

diimplementasikan dengan hardware dan software untuk menyusun, menyimpan,

memperbarui / merubah data, memanipulasi, mengolah, menganalisa dan

mengkombinasikan data biasa dengan data geografi untuk menghasilkan

informasi berkualitas yang berbasis geografi.

Saat ini, perkembangan teknologi digital sangat besar perannya pada

perkembangan penggunaan Sistem Informasi Geografi dalam berbagai bidang.

Hal ini dikarenakan teknologi Sistem Informasi Geografi banyak mendasarkan

pada teknologi digital ini sebagai alat analisis.

Gis

User

Gambar 2.1 Gambaran Sistem Informasi Geografis

Software tool Database

Real Word

(10)

Dalam Sistem Informasi Geografis, dunia nyata (Real word) dijelaskan

dengan menggunakan peta digital (data geografi), yang menjelaskan lokasi suatu

tempat dan data attribut ini berupa sebuah table. Kedua tipe data yang berbeda

yaitu data geografi dan data attribute yang berbeda disimpan dalam suatu

database. Dengan cara tradisional, data geografi ditampilkan dari peta dengan

menggunakan simbol, garis dan warna. Banyak peta mempunyai legend yang

berisi dan menjelaskan elemen-elemen data geometrik, misalnya : garis hitam

tebal untuk jalan besar, garis hitam tipis untuk jalan kecil, dan masih banyak lagi

yang lainnya. Peta dapat menampilkan dan menyimpan data geografi dengan

efektif, tetapi peta juga mempunyai keterbatasan, yaitu : informasi yang disimpan

banyak yang ditampilkan didalam peta dan biasanya untuk keperluan tertentu.

Perubahan pada peta jarang sekali terjadi karena hampir selalu berbeda diantara

kebutuhan pemakai yang banyak. Sedangkan user, dalam melakukan analisanya

terhadap informasi geografis yang ada juga membutuhkan perangkat keras

komputer dan perangkat lunak pendukung.

Sistem Informasi Geografis bekerja dengan menggunakan referesi data

dengan bentuk geografi. Bentuk data yang digunakan dalam Sistem Informasi

Geografis adalah bentuk data spasial. Data spasial berupa layer yang dapat

disusun menjadi satu kesatuan.

Data spasial terdiri dari :

1. Peta

Spasial data menyimpan data dalam bentuk gambar secara fisik,

(11)

(tidak mempunyai linier), garis (tidak memiliki dimensi), area/polygons (bersifat 2

dimensidan dibatasi oleh garis yang mengelilingi area tersebut).

2. Data Vektor

Posisi dari peta yang terdiri dari X, Y, Z. Format vektor berbentuk garis

yang dapat menggambarkan lokasi dan batas wilayah secara tepat.

3. Data Raster

Merupakan gambar peta secara general seperti pixel yang disimpan

dalam matrix grid. Data ini dapat menjelaskan lebih detail dari data vektor setelah

semua pixel disimpan dalam matrik grid.

Sistem Informasi Geografis biasanya digunakan untuk masalah dalam

skala daerah yang luas, dan banyak diaplikasikan oleh semua bidang kegiatan

usaha dengan permasalahan yang luas.

Data geografi dapat disimpan dalam format vektor dan raster.

Menggunakan format vektor 2 dimensi, data dapat disimpan dalam koordinat

(x,y). Oleh karena itu Sistem Informasi Geografis dapat :

1. Menerima gambar geografi yang dimasukkan dengan scanner dan digital maps

image.

2. Dapat melakukan manipulasi data geografi untuk tujuan berbeda.

3. Dapat memasukkan data base manajer terutama relational data base

manajemen sistem.

(12)

Beberapa software yang dapat digunakan dalam sistem informasi geografis ini

meliputi :

1. Arc View

Arc View merupakan salah satu software pengolah data-data spasial

yang cukup handal. Dengan didukung oleh berbagai kemampuannya, arc view

mampu menangani berbagai perolehan, pengolahan hingga penyajian informasi

data.

2. Arc Info

Arc Info merupakan salah satu software yang digunakan untuk

mengoptimalisasi, menganalisa dan menampilkan data geografi.

3. JShape

JShape merupakan komponen software berbasis java yang memberikan

izin untuk menambah pemetaan dalam aplikasi yang dibuat khususnya yang

berbasis web.

Pengolahan data spasial merupakan hal yang penting dalam pengelolaan

lingkungan. Pengelolaan yang tidak benar dapat menimbulkan berbagai dampak

yang merugikan. Bencana dalam skala besar dan kecil merupakan contoh dari

sistem pengelolaan data spasial yang tidak terencana dan terorganisir dengan baik.

Pengelolaan lahan selalu memanfaatkan berbagai data, baik data spasial terestris

maupun data penginderaan jauh.

Pengolahan data spasial banyak memanfaatkan berbagai tekhnologi baik

dalam penyediaan, penyimpanan, pengolahan, atau penyajian data. Pemanfaatan

(13)

pengolahan itu sendiri. Tekhnologi yang banyak digunakan dalam hal ini adalah

tekhnologi yang terkait dengn sistem informasi geografis.

2.4 Sistem Informasi Geografi Dalam Bidang Medis

Kemajuan tekhnologi yang ada sekarang ini telah dimanfaatkan oleh

Sistem Informasi Geografi untuk bergerak dalam bidang medis. Kehandalan

sistem informasi geografi salah satunya digunakan dalam melakukan visualisasi

dan analisis pada data epidemologi, dan selanjutnya dimanfaatkan oleh para

administrator untuk melakukan proses perencanaan, analisis, monitoring dan

manajemen terhadap kesehatan. Pada suatu literature yang diterbitkan oleh

Dr.C.P Johnson dan Dr. Jasmine, dijelaskan bahwa SIG sangat berperan terhadap

proses analisis data epidemologi. Beberapa informasi jika digambarkan secara

bersamaan dapat membentuk suatu alat manajemen monitoring kesehatan dan

juga program yang digunakan untuk mengawasi kesehatan manusia secara

menyeluruh. Software gabungan dari SIG dengan bidang medis ini, menurut

GeoHealth, dapat membantu memvisualisasikan data pada kliniknya. Informasi

kesehatan sangat berhubungan dengan representasi grafik dari tubuh manusia dan

untuk mengetahui letak (secara geografis) penyakit yang sedang diderita

(Dr.C.P.Johnson & Dr.Jasmine, 2001).

Yang disebut sebagai manajemen data dalam hal ini adalah SIG dapat

digunakan untuk menggambarkan, menyimpan dan memegang kendali secara

geografis, kemampuan SIG melakukan eliminasi terhadap duplikasi data, serta

(14)

penggunaan lahan dari satelit. Dalam bidang kesehatan bisa dicontohkan dalam

pemantauan proses operasi pada tubuh manusia secara terkomputerisasi.

SIG dapat melakukan visualisasi terhadap informasi maksudnya SIG

mampu melakukan generate terhadap suatu peta thematic, melakukan pewarnaan

terhadap simbol untuk menentukan dan membedakan vector suatu object (Gatis

and Ord, 1998). Dalam bidang kesehatan dapat dicontohkan pada adanya survey

yang dilakukan di India pada penderita penyakit malaria, dimana SIG berperan

dalam melakukan pencarian lokasi penyebaran penyakit tersebut. Kesimpulannya:

dengan SIG, pengguna dapat memvisualisasi dan menganalisa suatu area studi

berdasarkan lokasi unsur geografis tertentu (Vinogradov et al, 2000 ).

Dalam bidang kesehatan, kemampuan SIG dapat juga dikenali dari

fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum, terdapat dua jenis

fungsi analisis yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis attribut (basis data

attribut). Sebagai contoh adalah proses pengklasifikasian terhadap suatu penyakit.

Beberapa aplikasi bidang medis dengan SIG :

a. Pencarian secara geografis pendistribusian obat-obatan.

b. Peramalan (forecast) terhadap musim penyakit.

c. Pencarian lokasi rumah sakit terdekat.

d. Penginformasian kesehatan yang digambarkan secara geografis pada suatu

(15)

2.5 Sistem Informasi Geografi Sebagai Basis Data

SIG dimulai dengan penggunaan tools yang sangat terbatas baik jumlah

maupun kemampuannya. Tetapi saat ini SIG dikembangkan dengan menggunakan

sistem manajemen basis data yang telah lahir sebelumnya. Hal mengenai sedikit

kemudahan didalam pengembangan SIG dengan DBMS ini dapat dijelaskan

dengan beberapa fakta bahwa biaya DBMS yang telah hadir dipasaran telah

mendominasi biaya keseluruhan perangkat lunak sistem (termasuk SIG) dan

banyaknya sistem penanganan yang dilakukan oleh DBMS untuk menangani

fungsi-fungsi dan prosedur yang sangat diperlukan SIG. Beberapa DBMS

menggunakan beberapa asumsi mengenai data-data yang ditanganinya. Untuk

mengefektifkan penggunaan DBMS, maka asumsi ini haru dipenuhi. Beberapa

tipe DBMS lebih sesuai untuk SIG daripada tipe-tipe yang lain karena DBMS

memiliki asumsi yang sesuai untuk data spasial SIG yang bersangkutan. Pada

umumnya, terdapat dua pendekatan untuk menggunakan DBMS didalam SIG.

Yang pertama adalah pendekatan solusi DBMS total. Pada pendekatan

ini, semua data spasial dan non spasial diakses melalui DBMS sehingga data-data

tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi yang telah ditentukan oleh perancang

DBMS-nya.

Yang kedua adalah pendekatan solusi kombinasi. Pada pendekatan ini,

beberapa data diakses melalui DBMS karena data-data tersebut telah sesuai

dengan modelnya. Sistem seperti ini biasanya mengadopsi 2 sistem basis data,

yang pertama untuk data spasial yang dikelola oleh sistem basis data yang secara

(16)

data non spasial yang dikelola oleh sistem basis data yang khusus dirancang untuk

data non spasial (info pada Arc Info).

2.6 Sistem Semut

Optimasi koloni semut merupakan sistem cerdas yang diinspirasi oleh

perilaku semut dan koloninya, yang digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan optimasi diskrit (Marco Dorigo, 1996). Sistem ini pertama kali

diperkenalkan oleh Marco Darigo pada tahun 1992 yang kemudian dinamakan

dengan sistem semut. Sistem semut merupakan hasil dari penelitian dalam bidang

komputasi cerdas yang digunakan untuk mendekati permasalahan optimasi

kombinatorial, yang dalam hal ini digunakan dalam permasalahan pencarian rute

terpendek. Karakteristik utama dari model ini adalah :

a. Feedback Positive, yaitu menghitung penemuan solusi secara tepat dan

mudah.

b. Penghitungan alur yang terdistribusi.

c. Penggunaan konsep Greedy Heuristic, yang digunakan untuk membantu

menemukan solusi yang cocok dalam pengaturan sejak awal proses

pencarian.

Beberapa kelebihan dalam penggunaan algoritma heuristik dalam sistem adalah :

a. Serbaguna, yaitu dapat digunakan untuk versi serupa dari masalah yang

sama, sebagai contoh masalah penyebaran perjalanan salesman secara

(17)

b. Handal, dapat digunakan hanya dengan perubahan minimal untuk masalah

optimasi kombinatorial yang lain seperti Quadratic Assigment Problem

(QAP).

c. Pendekatan berdasarkan jumlah pertumbuhan, ini menarik karena

memperbolehkan eksploitasi sebuah mekanisme pencarian.

Sifat ini mengimbangi dengan fakta bahwa untuk beberapa aplikasi, sistem semut

dapat menjadi autoperformed khususnya pada algoritma.

Penelitian perilaku semut sesungguhnya sangat mengilhami kerja

manusia. Salah satu masalah yang diperlajari oleh ethologist adalah memahami

bagaimana binatang yang hampir buta seperti semut dapat mengatur jalur

terpendek dari sarang dan sumber makanan misalnya. Setelah melakukan

beberapa penelitian, ditemukanlah jawaban dari masalah tersebut yaitu adanya

jejak feromon dari perjalanan semut. Semut yang berjalan meninggalkan feromon

dalam jumlah yang berbeda ditanah dan kemudian jalur ditandai dengan substansi

ini. Sementara semut yang terisolasi bergerak secara random, semut yang

menemukan jejak feromon pada suatu persimpangan mempunyai probabilitas

yang sama dalam memilih jalur. Semut yang telah melewatinya akan

meninggalkan jejak feromon lagi. Sehigga muncul perilaku autocatalytic dimana

semut lebih banyak memilih mengikuti sebuah jalur dengan banyak feromon,

yang prosesnya kemudian digolongkan sebagai positive feedback loop dimana

probabilitas dengan jalur yang dipilih oleh semut meningkat dengan jumlah semut

yang sebelumnya telah memilih jalur yang sama.

Langkah secara umum tentang algoritma ini, digambarkan pada suatu

(18)

sarang (E), digambarkan pada sample a), dengan sedikit penghalang (obstacle)

yang memotong jalur perjalanan semut, yang digambarkan pada sample b). Pada

posisi B dimana semut berjalan dari A menuju E (atau pada posisi D dari arah

yang berlawanan ) mempunyai suatu percabangan arah untuk melewati jalur

kanan atau kiri, pada sample b). Jalan yang akan dipilih dipengaruhi oleh

intensitas feromon dari jejak semut yang telah mendahului. Level tertinggi dari

feromon berada pada jalur sebelah kanan yang memberikan stimulus yang kuat

untuk melewati jalur sebelah kanan. Saat pertama kali semut mencapai point B

(atau D) mempunyai kemungkinan yang sama untuk melangkah ke jalur kanan

atau kiri. Karena jalur BCD lebih dekat dari pada jalur BHD, maka semut akan

memilih jalur BCD sebagai alternatif jalan yang dilalui (Marco Dorigo, 1996).

Gambar 2.2 Alur Perjalanan Semut

Sesuai dengan proses yang ada, maka algoritma ini disebut sebagai algoritma ant

colony (algoritma koloni semut).

Jika diimplementasikan dengan penghitungan dan gambaran yang lebih

(19)

Gambar 2.3 Gambaran Sistem Koloni Semut

Penjelasan dari gambar diatas :

i. Penginisialisasian jarak pada graph.

ii. Saat t=0 tidak ada rintangan yang ada, kemudian setelah

terdapat rintangan, akan dipilih jalur kanan atau kiri yang akan ditempuh

dengan jumlah probabilitas semut sama.

iii. Saat t=1 semut sudah mulai banyak yang memilih jalur

yang terpendek.

Dari persoalan diatas dapat dijabarkan pada suatu perumusan dengan

menggunakan beberapa variable, seperti disebutkan dibawah ini :

dij

=

jarak path antara i sampai j dengan rumus pencarian :

dij = [(Xi - Xj) 2

+ (Yi - Yj) 2

] 1/2

bi(t) (I-1,…,n) merupakan jumlah pengguna jalur pada tempat i, waktu ke t

merupakan rumus penghitungan total jumlah pengguna jalur.

(20)

rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas gangguan :

keterangan :

ρ = koefisien evaporasi dari gangguan yang diilustrasikan dengan (1-ρ)

diantara t dan t+n.

keterangan :

= merupakan jumlah unit gangguan pada jalur (i,j)

t = waktu diantara t dan t + n

k = jumlah pengguna jalur yang melewati jalur yang berbeda

keterangan :

Q = constanta

Lk = panjang jalur yang ditempuh k-th pengguna jalur.

Rumus pendefinisian probabilitas dari path i ke j untuk k-th pengguna

(21)

keterangan : = visibilitas dari quantitas 1/dij

α , β = parameter rintangan.

2.7 Sistem Semut Buatan

Artificial Ant Colony System atau yang disebut sebagai sistem koloni

semut bantuan adalah sistem berbasis agen yang mensimulasikan tingkah laku asli

semut dan membangun mekanisme saling bekerja sama dan pembelajaran. Ant

Colony System pertama kali ditemukan oleh Dorigo (1996) sebagai pendekatan

baru untuk memecahkan masalah optimasi kombinatorial. Pendekatan baru ini

disebut sebagai Ant Colony Optimization (ACO). Ant Colony Optimization yang

dikenal handal dalam membantu memecahkan permasalahan kombinatorial, juga

disebut sebagai proses pendekatan berbasis populasi, yaitu mekanisme umpan

balik tambahan diantara para agen dalam hal ini semut.

Semut-semut buatan akan bertindak sebagai agen-agen yang menirukan

tingkah laku semut asli. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa sistem koloni

semut buatan punya beberapa perbedaan dengan sistem koloni semut asli :

1. Semut-semut buatan mempunyai ingatan

2. Semut-semut buatan tidak sepenuhnya buta

(22)

Sebaliknya sebuah sistem koloni semut buatan mempunyai beberapa

karakterisik yang dihadaptasi dari sistem koloni semut asli :

1. Semut-semut buatan mempunyai probabilitas acuan bagi setiap rule

dengan jumlah feromon yang lebih besar.

2. Rute yang lebih pendek cenderung mempunyai tingkat perkembangan

jumlah feromon yang lebih cepat.

3. Semut-semut menggunakan komunikasi secara tidak langsung melalui

jumlah feromon yang tertinggal disetiap rute.

Ide dasarnya adalah ketika 1 ekor semut harus memilih diantara dua atau

lebih rute, maka rute yang lebih sering dipilih oleh semut-semut lain sebelumnya

akan mempunyai probabilitas lebih besar untuk dipilih oleh semut tersebut,

sehingga jejak dengan jumlah feromon lebih besar sama artinya dengan rute yang

lebih pendek.

Pada intinya sebuah sistem koloni semut secara iterasi melakukan sebuah

perulangan yang berisi 2 prosedur dasar, antara lain :

1. Sebuah prosedur yang menentukan bagaimana semut-semut membangun

atau memodifikasi solusi dari permasalahan yang sedang dipecahkan.

2. Sebuah prosedur untuk memperbarui jumlah feromon.

Pembangunan solusi dikerjakan dengan cara probabilitas. Probabilitas

penambahan sebuah item pada solusi parsial saat ini dihitung dengan fungsi yang

bergantung pada problem dependent (η) dan jumlah feromon (τ) yang

ditinggalkan oleh semut-semut sebelumnya. Perubahan jumlah feromon

(23)

penurunan jumlah feromon dan pada kualitas dari solusi yang dihasilkan untuk

merealisasikan sebuah system koloni semut buatan haru ditetapkan sebagai

berikut (Bonabeau et al.,1999) :

1. Sebuah representasi yang tepat bagi permasalahan yang memungkinkan

semut-semut untuk membangun atau memodifikasi solusi kearah yang

lebih baik melalui penggunaan aturan probabilitas transisi berdasarkan

pada jumlah jejek feromon dan pada sebuah pendekatan local.

2. Sebuah fungsi pendekatan (η) yang mengukur kualitas daripada item yang

bias ditambahkan pada solusi parsial ini.

3. Sebuah metode yang memaksa pembangunan solusi yang benar yaitu

solusi yang sah dalam dunia nyata sesuai dengan permasalahan yang

ditetapkan.

4. Sebuah aturan untuk memperbarui jumlah feromon yang menentukan

bagaimana memodifikasi jejak feromon (τ).

Sebuah aturan probabilitas transisi berdasarkan pada nilai fungsi pendekatan (η)

dan pada isi dari jejak feromon (τ).

2.8 Algoritma Koloni Semut

Step 1 : Inisialisasi

Set t:=0 {t adalah time counter}

Set n:c=0 {NC adalah Cycles Counter}

Untuk setiap busur (i,j) set sebuah initial value τij =c untuk

intensitas jalur dan Δ τij = 0.

(24)

Step 2 : Set s:=1

For k :=1 to m do

Letakkan daerah awal dari semut ke-k dalam tabuk (S).

Step 3 : Repeat until tabu list penuh {langkah ini akan diulang (n-1)kali}

Set s:=s+1

For k :=1 to m do

Pilih kota j untuk bergerak, dengan probabilitas ρijk (t) diberikan

pada persamaan :

([τij (t) ]α ) . ([ηij]β)

ρijk (t) =

([τik (t) ]α ) . ([ηik]β)

{pada saat t semut ke k berada pada kota i = tabu k (s-1)}

pindahkan semut ke k kekota j

sisipkan kota j dalam tabu k (s).

Step 4 : for k:=1 to m do

Pindahkan semut ke k dari tabu k (n) ke tabu k (1).

Hitung jarak Lk dari tour yang dibuat oleh semut ke k.

Perbarui rute terpendek yang sudah ada untuk tiap busur (i,j).

For k:=1 to m do

Step 5: untuk setiap busur (i,j) hitung τij (t+n) sesuai dengan persamaan :

(25)

Set t:= t+n

Set NC :=NC+1

Untuk setiap busur (i,j) set Δ τij := 0

Step 6 : if (NC < NC max) and (not stagnation behavior) then

Kosongkan semua tabu list

Go to step 2

Else

Print rute terpendek

(26)

3.1 Sistem Perencanaan Pencarian Data Dinas Kesehatan

Perencanaan merupakan inti dari manajemen, karena perencanaan

membantu untuk mengurangi ketidakpastian di waktu yang akan datang.

Perencanaan terhadap pengembangan informasi untuk Dinas Kesehatan

Kabupaten Jember merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi adanya kesalahan terhadap data yang ada. Secara terperinci, sistem

ini terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan, diantaranya :

1. Proses pencarian dokter umum dan tempat praktek.

2. Proses pencarian dokter spesialis didasarkan pada nama dokter, penyakit dan

tempat praktek.

3. Menunjukkan lokasi dan letak rumah sakit, apotik, laboratorium umum serta

balai kesehatan sesuai dengan yang dicari.

4. Menunjukkan lokasi dan letak rumah sakit sesuai dengan tenaga medis yang

dibutuhkan.

3.2 Analisa Permasalahan dan Pemecahan

Permasalahan yang muncul pertama adalah bagaimana mengembangkan

sistem informasi Dinas Kesehatan Kabupaten jember. Sistem informasi yang ada

sekarang ini hanya mencakup sedikit info mengenai instansi kesehatan. Sistem

informasi dinas kesehatan yang perlu dikembangkan mempunyai gambaran

seperti dibawah ini. Gambar 3.1 merupakan halaman pembuka dari situs dinas

(27)

kesehatan kabupaten jember. Situs ini berisi profile dinas kesehatan, visi dan misi,

daftar instansi kesehatan, dan info sehat.

Gambar 3.1 SI lama Dinas Kesehatan Kab.Jember

Gambar 3.1 yang merupakan layanan pembuka situs Dinas Kesehatan

Kabupaten Jember yang berisi tujuan umum dan tujuan khusus dari Dinas

Kesehatan. Menu layanan selanjutnya adalah menu profile, yang berisi profile

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Menu layanan profile dapat dilihat pada

(28)

Gambar 3.2 Profile Dinas Kesehatan

Menu layanan selanjutnya adalah Visi dan Misi Dinas Kesehatan

Kabupaten Jember, seperti pada Gambar 3.3.

(29)

Pada situs ini terdapat informasi mengenai data instansi yang terbatas

pada instansi rumah sakit yang berada didaerah Kabupaten Jember, seperti

ditunjukkan pada Gambar 3.4.

(30)

Layanan informasi lainnya adalah info sehat yang berisi beberapa

informasi kesehatan mengenai penanggulangan, pengobatan dan pencegahan

terhadap suatu penyakit. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam memahami

kondisi kesehatan yang ada. Layanan info sehat ini ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 SI lama Dinas Kesehatan Kab.Jember

Selain permasalahan diatas, proses yang belum ada pada situs lama

adalah pencarian data secara geografis dan pencarian data secara umum (text).

Misalnya saha, mencari rumah sakit terdekat yang mempunyai dokter spesialis

yang dibutuhkan. Permasalahan ini mencakup dua permasalahan yaitu pencarian

dokter spesialis dan rumah sakit terdekat. Selama ini fasilitas tersebut masih

belum disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Dari permasalahan

diatas akan dibahas bagaimana melakukan proses pencarian terhadap tenaga

(31)

posisi user berada. Untuk mempermudah melakukan proses pencarian, dibuat

suatu sistem informasi geografis pencarian tenaga medis terdekat dan juga

mencari lokasi rumah sakit dan apotik terdekat dengan menggunakan algoritma

koloni semut dengan harapan mampu membantu proses penanganan pencarian

tenaga medis dengan mudah, cepat dan akurat.

3.3 Perancangan Sistem

Perancangan diawali dengan pengidentifikasian permasalahan,

menganalisa masalah, serta menentukan tujuan dalam pengembangan sistem, akan

menghasilkan suatu rekomendasi keputusan terbaik dalam proses pencarian

tenaga medis ini.

Urutan perancangan sistem adalah sebagai berikut :

3.3.1 Data Flow Diagram

Merupakan alat analisa struktur, dimana pendekatan struktur ini

mencoba untuk menggambarkan sistem pertama kali secara garis besar (yang

disebut sebagai contex diagram) dan memecah menjadi bagian-bagian yang lebih

terperinci (yang disebut sebagai lower level).

A. Contex Diagram

Sistem Informasi Dinas Kesehatan mempunyai beberapa proses secara

umum. Dalam contex diagram dijelaskan bahwa didalamnya terdapat 1 proses

yaitu proses sistem informasi dinas kesehatan yang mempunyai beberapa external

entity yang berperan langsung dalam proses sistem informasi dinas kesehatan.

(32)

Kabupaten Jember dapat digambarkan dan dilihat pada contex diagram gambar

Data Instansi KesehatanData Apotik

Info Tenaga Medis Info Instansi Kesehatan

Info Apotik Info Lab Data Pencarian Tenaga Medis

Data Pencarian Instansi Kesehatan

Data Pencarian Lab

Gambar 3.6 Contex Diagram

B. DFD Level 0

Gambar 3.7 menggambarkan aliran data level 0 dari sistem informasi

Dinas Kesehatan, yang didalamnya terdapat 3 proses utama yaitu proses

maintenance data, proses pelayanan dan proses pembuatan laporan. Tenaga medis,

laboratorium umum, instansi kesehatan, dan apotik memberikan data identitas ijin

lengkap untuk diolah sehingga dapat memberikan informasi data lokasi pada

proses pelayanan, sedangkan dari data yang ada juga dapat digunakan dalam

(33)

Data Lokasi Apotik [Data Pencarian Tenaga Medis]

[Data Jalan]

[Data Tenaga Medis]

[Data Spesialisasi] [Data Instansi Kesehatan]

[Data Lab]

Gambar 3.7. DFD Level 0 Sistem Informasi Dinas Kesehatan

C. DFD Level 1 Proses Maintenance Data

DFD level 1 proses maintenance data menggambarkan aliran data dari

proses Maintenance Data, yang didalamnya terdapat 7 proses utama. Proses

tersebut meliputi proses input data apotik, proses input data obat, proses input data

lab, proses input data instansi kesehatan, proses pengolahan data fasilitas, proses

input data tenaga medis, dan proses pengolahan data spesialisasi. Dari

proses-proses tersebut dapat dihasilkan masing-masing data lokasi, yang kemudian

digunakan dalam proses pelayanan informasi geografi. Diagram proses

(34)

[Detail Instansi]

Baca Data Tenaga Medis Rekam Data Tenaga Medis [Data Tenaga Medis]

Proses Input Data Apotik

(35)

D. DFD Level 1 Proses Pelayanan

Gambar 3.9 menggambarkan aliran data proses pelayanan. Dalam proses

pelayanan, data yang diolah terdapat data yang bersifat geografis sehingga mampu

memberikan informasi secara jelas kepada pengguna mengenai lokasi data yang

diinginkan dalam lingkup bidang kesehatan. Selain itu pada proses pelayanan ini

juga terdapat proses informasi kesehatan dan juga proses pembuatan buku tamu.

Proses informasi kesehatan berisi berita seputar kesehatan baik penyakit maupun

yang bersifat umum. Sedangkan proses pembuatan buku tamu, berfungsi untuk

mendapatkan data user, saran dan pendapat tentang dinas kesehatan.

Baca Data User Rekam Data User

Data User

Rekam Info Kesehatan

Baca Data Info Kesehatan Info Kesehatan

Data Informasi Kesehatan [Data Lokasi Lab]

[Data Lokasi T ngMedis] [Data Lokasi Instansi]

[Info T enaga Medis] [Info RS]

[Info Lab] [Info Apotik]

[Data Pencarian RS] [Data Pencarian Lab] [Data Pencarian T enaga Medis] [Data Jalan]

(36)

E. DFD Level 1 Proses Pembuatan Laporan

Gambar 3.10 menggambarkan aliran data proses pembuatan laporan.

Didalamnya terdapat 2 proses yaitu proses membuat laporan pelayanan medis dan

proses membuat laporan perangkat medis. Laporan ini ditujukan kepada Kepala

Dinas Kesehatan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang

telah dilakukan.

Laporan Perangkat M edi s Laporan Pel ayanan Geografi s 1

Proses Pem buatan Laporan Pel ayanan

Geografi s

2

Proses Pem buatan Laporan Perangkat

Gambar 3.10. DFD Level 1 Proses Pembuatan Laporan

3.3.2 Entity Relationalship Diagram

ERD menggambarkan proses dan hubungan data yang digunakan dalam

sistem. ERD juga menunjukkan struktur keseluruhan kebutuhan data dari

pemakai. Dalam ERD data tersebut digambarkan dengan menggunakan simbol

entity. Dalam perancangan sistem ini penyusun membuat beberapa entity yang

saling terkait untuk menyediakan data yang dibutuhkan oleh sistem, diantaranya :

a. Entity Data Apotik, menyimpan seluruh data Apotik.

b. Entity Data Lab, menyimpan seluruh data Laboratorium umum.

(37)

d. Entity Data Area, menyimpan seluruh data area perkecamatan.

e. Entity Data Spesialisasi, menyimpan data spesialisasi terhadap penyakit.

f. Entity Data Tenaga Medis, menyimpan seluruh data Tenaga Medis.

g. Entity Data Instansi Kesehatan, menyimpan seluruh data dari instansi

kesehatan yang ada.

h. Entity Data Infobaru, menyimpan seluruh data informasi kesehatan.

i. Entity Data bukutamu, menyimpan seluruh data pengunjung site.

ERD Conceptual dapat dilihat pada gambar 3.11 sedangkan ERD Physical tiap

entity ditambahkan attribute tipe data yang digunakan oleh entity tersebut. Untuk

lebih jelasnya ERD Physical dapat dilihat pada gambar 3.12.

s pes iali sas i_tanaga_medi s

jalan_lab ins tansi _t enaga_medis

jalan_tenaga_medis jalan_apoti k

area_j al an

jalan_inst ans i_kes ehat an AREA

(38)

Dari ERD Conceptual ( gambar 3.11 ) dapat diperoleh ERD Physical yang dapat

dilihat pada gambar 3.12 dibawah ini :

KODE_SP = KODE_SP

ID_J ALAN = ID_JALAN ID_INST ANSI = ID_INST ANSI

ID_J ALAN = ID_JALAN ID_J ALAN = ID_JALAN

ID_AREA = I D_AREA

ID_J ALAN = ID_JALAN

AREA

Gambar 3.12. ERD Physical

3.4 Struktur File

Berikut ini adalah file database dengan nama gis.mdf dan table-tabel yang

dipergunakan dalam perancangan “Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten

(39)

a. Nama Tabel : INSTANSI_KESEHATAN

Fungsi : Menyimpan data instansi kesehatan

Tabel 3.1 Tabel Data INSTANSI_KESEHATAN

Nama Field Type Length Keterangan

ID_INSTANSI Varchar 5 Primary Key

NAMA_INSTANSI Varchar 50

NO_TELP Varchar 50

FAX Varchar 10

STATUS Varchar 30 RS/Puskesmas/Klinik

ID_JALAN Varchar 5 Foreign Key

NO Varchar 5

KETERANGAN Varchar 200

b. Nama Tabel : APOTIK

Fungsi : Menyimpan data apotik

Tabel 3.2 Tabel Data Apotik

Nama Field Type Length Keterangan

KODE_APOTIK Varchar 6 Primary Key

NO_SIK Varchar 8

NAMA_APOTIK Varchar 50

APOTEKER Varchar 50

PEMILIK Varchar 50

NO_SIA Varchar 25

(40)

Nama Field Type Length Keterangan

NO Varchar 5

NO_TELP Varchar 10

FAX Varchar 10

c. Nama Tabel : LAB

Fungsi : Menyimpan data laboratorium umum

Tabel 3.3 Tabel Data Laboratorium Umum

Nama Field Type Length Keterangan

KODE_LAB Varchar 10 Primary Key

NAMA_LAB Varchar 20

ASS_LAB Varchar 20

NO_SILAB Varchar 30

ID_JALAN Varchar 5 Foreign Key

NO Varchar 5

NO_TELP Varchar 10

(41)

d. Nama Tabel : SPESIALISASI

Fungsi : Menyimpan data spesialisasi

Tabel 3.4 Tabel Data Spesialisasi

Nama Field Type Length Keterangan

KODE_SP Varchar 8 Primary Key

JENIS_PENYAKIT Varchar 50

KETERANGAN Varchar 100

e. Nama Tabel : AREA

Fungsi : Menyimpan data area atau kecamatan

Tabel 3.5 Tabel Data Area

Nama Field Type Length Keterangan

ID_AREA Varchar 5 Primary Key

NAMA_AREA Varchar 50

f. Nama Tabel : JALAN

Fungsi : Menyimpan data jalan

Tabel 3.6 Tabel Data Jalan

Nama Field Type Length Keterangan

ID_JLN Varchar 5 Primary Key

ID_AREA Varchar 5 Foreign Key

NAMA_JALAN Varchar 50

(42)

g. Nama Tabel : TENAGA_MEDIS

Fungsi : Menyimpan data para tenaga medis

Tabel 3.7 Tabel Data Tenaga Medis

Nama Field Type Length Keterangan

NIK Varchar 5 Primary Key

NO_SIP Varchar 20

NAMA_TM Varchar 50

ID_JALAN Varchar 5 Foreign Key

ID_INSTANSI Varchar 5 Foreign Key

KODE_SP Varchar 8 Foreign Key

NO Varchar 5

NO_TELP Varchar 10

NO_HP Varchar 13

STATUS_KERJA Varchar 15 Aktif/Tidak Aktif

HARI_PRAKTEK Varchar 50

JAM_PRAKTEK Varchar 15

(43)

h. Nama Tabel : BUKU_TAMU

Fungsi : Menyimpan data pengunjung website

Tabel 3.8 Tabel Data Buku_Tamu

Nama Field Type Length Keterangan

NO Varchar 5 Primary Key

NAMA Varchar 50

ALAMAT Varchar 50

EMAIL Varchar 50

SARAN Varchar 200

i. Nama Tabel : INFOBARU

Fungsi : Menyimpan data info baru

Tabel 3.9 Tabel Data InfoBaru

Nama Field Type Length Keterangan

NO Varchar 9 Primary Key

JUDUL Varchar 20

INFO Varchar 1000

(44)

3.5 Rancangan Input

Rancangan input digunakan untuk mempermudah pemakaian sistem.

Dalam pembuatan rancangan input penyusun memakai konsep interaksi manusia

dengan komputer sehingga pengguna akan mudah mengetahui dan mengikuti alur

program dengan mudah. Berikut ini adalah rancangan input dari Sistem Informasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember berbasis geografis :

3.5.1 Rancangan Form Utama

Form pada Gambar 3.13 ini merupakan tampilan awal saat program dijalankan

atau dikenal dengan istilah splash screen :

Gambar 3.8 Rancangan form Utama

Gambar 3.13 Rancangan Tampilan Awal Instansi Kesehatan

Jl. Srikoyo No. 25-28 Telp: (0331) 487577, (0331) 426624

(45)

3.5.2 Rancangan Input Data Instansi Kesehatan

Form yang terdapat pada Gambar 3.14 ini digunakan untuk menyimpan

data instansi kesehatan yang ada seperti rumah sakit, klinik maupun puskesmas.

Gambar 3.14 Rancangan Input Data Instansi Kesehatan

DATA INSTANSI KESEHATAN

ID Instansi :

Nama :

Alamat :

No.Telpon :

Status :

(46)

3.5.3 Rancangan Input Data Apotik

Form yang terdapat pada gambar 3.15 ini digunakan untuk menyimpan

data apotik yang ada di daerah Jember.

Gambar 3.15 Rancangan Input Data Apotik

3.5.4 Rancangan Input Data Jalan

Form yang terdapat pada Gambar 3.16 digunakan untuk menyimpan data

jalan yang ada didaerah jember untuk digunakan dalam proses informasi geografi.

Gambar 3.16 Rancangan Input Data Jalan

DATA APOTIK

Kode Apotik :

Nama :

Alamat :

No_SIA :

Apoteker :

No.Telpon :

Entry Cari Batal Keluar

DATA JALAN

ID Jalan :

Nama :

Panjang :

(47)

3.5.5 Rancangan Input Data Area

Form yang terdapat pada Gambar 3.17 ini digunakan untuk menyimpan

data-data area atau kecamatan yang ada didaerah Kabupaten Jember.

Gambar 3.17 Rancangan Input Data Area

3.5.6 Rancangan Input Data Spesialisasi

Form yang terdapat pada Gambar 3.18 ini digunakan untuk menyimpan

data spesialisasi suatu tenaga medis terhadap penyakit.

Gambar 3.18 Rancangan Input Data Spesialisasi

DATA AREA

ID Area :

Nama :

Entry Cari Batal Keluar

DATA SPESIALISASI

No. Sp :

Jenis Penyakit :

Spesifikasi :

(48)

3.5.7 Rancangan Input Data Laboratorium Umum

Form yang terdapat pada Gambar 3.19 ini digunakan untuk menyimpan

data-data Laboratorium yang ada di daerah Jember.

Gambar 3.19 Rancangan Input Data Laboratorium

DATA LABORATORIUM UMUM

Kode Lab :

Nama :

Alamat :

No_Silab :

Ass Lab :

No.Telpon :

(49)

3.5.8 Rancangan Input Data Tenaga Medis

Form yang terdapat pada Gambar 3.20 ini digunakan untuk menyimpan

data-data Tenaga Medis yang ada di daerah Jember. Baik berupa dokter, dokter

spesialis, maupun bidan.

Gambar 3.20 Rancangan Input Data Tenaga Medis

DATA TENAGA MEDIS

NIK :

Nama :

Alamat :

No_SIP :

Status :

No.Telpon :

Praktek :

(50)

3.6 Rancangan Output

Informasi output yang dihasilkan oleh sistem berupa laporan dan data

hasil pencarian yang dapat dilihat di situs yang sudah dibuat.

3.6.1 Laporan Pelayanan Medis

Rancangan output pada gambar 3.21 menampilkan data transaksi

pencarian yang dilakukan.

Gambar 3.21 Rancangan output Laporan Pelayanan Medis

3.6.2 Laporan Perangkat Medis

Rancangan output pada gambar 3.22 menampilkan data para perangkat

medis yang ada serta instansi, apotik, serta laboratorium umum.

Gambar 3.22 Rancangan output Laporan Tenaga Medis

LAPORAN PELAYANAN MEDIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

Jl. Srikoyo No.25 – 28 Jember

Tanggal Jenis Pelayanan Tenaga Medis Instansi

dd-mm-yy 9999999 9999999 99999

dd-mm-yy 9999999 9999999 99999

LAPORAN TENAGA MEDIS

(51)

3.7 Rancangan Online

Rancangan online merupakan rancangan situs Dinas Kesehatan yang

dapat diakses oleh masyarakat secara umum.

3.7.1 Rancangan Sistem Menu

Gambar 3.23 merupakan tampilan awal dari situs Dinas Kesehatan

Kabupaten Jember.

Gambar 3.23 Rancangan Sistem Menu

Copy Right @ 2004 Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

Jl.Srikoyo no 25 – 28

DINAS KESEHATAN KAB.JEMBER

Anda dapat melakukan pencarian tenaga medis, instansi kesehatan, Apotik, Lab, …(klick pada menu yang diinginkan)

(52)

3.7.2 Rancangan Menu Pelayanan

Gambar 3.24 merupakan tampilan menu pelayanan dari situs Dinas

Kesehatan Kabupaten Jember, yang berisi mengenai informasi secara geografis

dalam proses pencarian data yang diinginkan oleh user.

Gambar 3.24 Rancangan Menu Pelayanan

Copy Right @ 2004 Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

Jl.Srikoyo no 25 – 28 Fasilitas & Pelayanan

Informasi Dinas Kesehatan

Anda dapat melakukan pencarian tenaga medis, instansi kesehatan, Apotik, Lab, …(click pada menu yang diinginkan)

Peta Kab. Jember

(53)

3.7.3 Rancangan Menu Pencarian

Gambar 3.25 merupakan tampilan menu pelayanan pencarian yang

dipilih dari menu fasilitas dan pelayanan dari situs Dinas Kesehatan Kabupaten

Jember. Dimana user diberi akan diminta untuk menginputkan data instansi yang

akan dicari. Apabila diklik tombol cari maka akan menuju situs akan menuju pada

menu peta wilayah yang bersangkutan dan juga dapat menunjukkan jalan menuju

tempat yang dimaksud.

Gambar 3.25 Rancangan Menu Pelayanan

Copy Right @ 2004 Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

Jl.Srikoyo no 25 – 28 Fasilitas & Pelayanan

Pencarian Instansi Kesehatan Status Instansi : Puskesmas,Klinik,RS

Kecamatan :

Posisi Anda : Ex:Jl. mawar-(nm_kec)

(54)

3.7.4 Rancangan Hasil

Gambar 3.26 merupakan tampilan hasil dari pencarian

Gambar 3.26 Menu Hasil

Copy Right @ 2004 Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

Jl.Srikoyo no 25 – 28 Fasilitas & Pelayanan

Pencarian Instansi Kesehatan

Jalur Terdekat : Jl.Trunojoyo – Jl.Jawa

Anda dapat melakukan pencarian tenaga medis, instansi kesehatan, Apotik, Lab, …(klick pada menu yang diinginkan)

(55)

Berdasarkan data lokasi dan data kebutuhan yang dimiliki oleh setiap

user atau pengguna, akan dilakukan proses pencarian lokasi serta instansi secara

geografis dengan pemanfaatan pemetaan secara langsung.

4.1 Implementasi Sistem

Analisa sistem dilakukan untuk mengukur kesesuaian pola pembelajaran

dari algoritma koloni semut dalam pencarian rute terpendek dengan menggunakan

konsep Greedy Heuristik yang membantu menemukan solusi yang cocok dalam

menemukan rute terpendek.

4.1.1 Kebutuhan Komputer

Komputer yang digunakan untuk menjalankan program Sistem Informasi

Geografis pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, mempunyai spesifikasi

minimal sebagai berikut :

Processor : AMD Duron 650 Mhz

RAM : 192 MB

Hardisk : 10,2 GB

Sistem Operasi yang digunakan adalah salah satu dari Windows 9x,

Windows 2000, atau Windows NT. Sistem Operasi Windows XP tidak dapat

digunakan untuk menjalankan program ini karena terdapat salah satu software

pendukung yang digunakan tidak dapat dikenali pada Windows XP. Selain itu

pada komputer tersebut sebaiknya disertakan juga beberapa software pendukung

(56)

diantaranya : software Dreamweaver MX untuk mengolah web, SQL Server 7.0

sebagai database, Arc View untuk pembuatan peta, Visual Basic 6.0 untuk

pengolahan peta, dan Map Object 2.0 untuk menghubungkan Visual Basic 6.0

dengan data spasial agar dapat ditampilkan pada user.

4.2 Penggunaan Program Sistem Informasi Geografis pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

Program Sistem Informasi Geografis pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Jember ini dapat diakses oleh banyak user. Pada saat program dijalankan pada

browser, maka tampil halaman utama dari program seperti terlihat pada gambar

4.1 dibawah ini.

(57)

Pada tiap halaman disediakan beberapa menu pelayanan, antara lain :

menu pelayanan informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, informasi instansi

kesehatan yang berada didaerah Jember, Info Kesehatan, dan juga pelayanan

informasi geografis. Pada menu utama pelayanan informasi Dinas Kesehatan

terdapat menu home yang sekaligus halaman utama dari web ini. Kemudian menu

profile yang menampilkan profile dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember seperti

terlihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Tampilan Profile Dinas Kesehatan

Menu selanjutnya adalah menu info kesehatan. Seperti digambarkan

(58)

bentuk kepedulian pada masyarakat terhadap pentingnya informasi kesehatan.

Selain pada tabel, juga dapat dilakukan klik pada menu info sehat yang terletak

pada menu sebelah kanan.

Gambar 4.3 Tampilan menu info kesehatan

Setelah menu info kesehatan terdapat menu buku tamu untuk

mengetahui saran dan kritik dari masyarakat seperti terlihat pada Gambar 4.4. Hal

ini dilakukan untuk memperoleh kritik membangun bagi Dinas Kesehatan

(59)

Gambar 4.4. Tampilan Menu Buku Tamu

Selain menyediakan informasi secara umum, terdapat juga fasilitas

pencarian berbasis text (seperti gambar 4.5). Pada halaman ini terdapat kolom info

yang jika diklik akan menampilkan detail dari instansi yang bersangkutan,

termasuk dokter, spesialisasi dokter dan lainnya seperti pada gambar 4.6.

Pencarian berbasis text memberikan informasi tentang hal yang akan dicari. Jika

informasi yang diinginkan telah ditemukan, pengguna dapat melakukan pencarian

data lokasi pada menu fasilitas dan pelayanan dengan memasukkan data yang

(60)

Gambar 4.5. Informasi text pencarian Rumah Sakit

Pencarian Rumah Sakit berbasis text ini menginformasikan rumah sakit

yang berada didaerah Jember. Informasi tersebut berisi alamat kecamatan dan

nomer telpon. Selain itu, jika diklik info, akan tampil daftar dokter yang berada

(61)

Gambar 4.6 Detail Instansi Kesehatan

Untuk pencarian tenaga medis, rumah sakit dan puskesmas terdapat

kolom info yang jika diklik, manampilkan detail dari pencarian yang diinginkan.

Informasi berbasis text dilengakpi fasilitas pencarian berdasarkan kecamatan

(seperti gambar 4.7) dan untuk tenaga medis, pencarian dilakukan berdasarkan

(62)

Gambar 4.7 Pencarian RS berdasarkan Kecamatan

Sebelum melakukan pencarian berdasarkan kecamatan, user diminta

memilih kecamatan tujuan yang akan ditampilkan. Setelah user memilih

kecamatan tujuan, akan tampil secara langsung daftar instansi yang berada

dikecamatan tersebut. Jika data yang dicari tidak ada maka terdapat pesan bahwa

data yang dicari dikecamatan yang bersangkutan tidak ada.

Fasilitas pencarian yang lain adalah pencarian tenaga medis yang

(63)

Gambar 4.8 Pencarian Tenaga Medis berdasarkan spesialisasi

Pada menu pencarian tenaga medis, user diminta memilih spesialisasi

dokter yang diinginkan pada item menu spesifikasi. Setelah dipilih, akan tampil

daftar dokter yang sesuai dengan pilihan. Jika data yang dicari tidak ada terdapat

pesan bahwa data tenaga medis yang dicari tidak ada.

Selain pencarian berbasis text, juga terdapat menu pencarian berbasis

geografis yang merupakan pengembangan dari web Dinas Kesehatan Kabupaten

Jember lama. Pada menu ini pengguna dapat memanfaatkan fasilitas pencarian

instansi kesehatan, apotik, laboratorium dan tenaga medis secara geografis.

(64)

Gambar 4.9 Tampilan Menu Pelayanan Geografis

Pada tampilan awal menu pelayanan geografis, disediakan beberapa

alternatif model pencarian. Diantaranya : pencarian rumah sakit, apotik,

laboratorium, klinik, puskesmas, dan tenaga medis yang meliputi dokter umum,

dokter gigi, bidan, dan dokter spesialis. Model pencarian tersebut dapat dipilih

sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada menu layanan geografis, user dapat

melakukan pencarian data wilayah, jalan, memperbesar dan memperkecil peta,

menggeser juga mengidentifikasikan wilayah secara umum. Jika dipilih menu

(65)

Gambar 4.10 Form Pencarian Rumah Sakit

Pada form ini diinputkan posisi kita berupa jalan dan kecamatan serta

nama rumah sakit yang dicari, dimana data rumah sakit yang bersangkutan dicari

pada pencarian data rumah sakit yang berbasis text. Setelah ditekan tombol cari

maka akan tampil rute terdekat rumah sakit dari posisi user berada.

4.3 Pengujian Program

Program aplikasi ini merupakan pengembangan dari aplikasi Dinas

Kesehatan sebelumnya. Beberapa hal yang dikembangkan antara lain : sistem

pencarian berbasis text (yang meliputi : pencarian tenaga medis, pencarian rumah

(66)

berbasis geografis. Berikut ditampilkan pada gambar 4.11 program aplikasi

Sistem Informasi Dinas Kesehatan yang lama.

Gambar 4.11 Sistem Informasi Dinas Kesehatan yang lama

Gambar 4.11 merupakan situs lama Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

Sistem layanan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan meliputi Profile, Visi dan

Misi, Data instansi serta info sehat. Data instansi yang diberikan berupa data

rumah sakit dikabupaten Jember, seperti pada gambar 4.12. Dalam layanan Data

instansi ini, user dapat mengetahui info rumah sakit. Data tenaga medis,

(67)

4.12 Data instansi kesehatan lama

Data pada sistem informasi yang lama dianggap kurang lengkap dan

kurang memberi informasi kepada masyarakat mengenai tenaga medis berupa

dokter umum, dokter spesialis dan bidan, apotik serta laboratorium umum.

Pengembangan yang dilakukan berupa perbaikan situs, pencarian berbasis text

dan pencarian berbasis geografis. Situs Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

dikembangkan dengan melengkapi informasi yang telah ada, dengan berbagai

pilihan menu yang mampu memberikan layanan secara lengkap kepada

masyarakat. Bentuk situs yang merupakan pengembangan situs Dinas Kesehatan

(68)

4.13 Hasil Pengembangan situs

Pengembangan lain pada situs yang Dinas Kesehatan yang baru ini

berupa pencarian berbasis text dan pencarian berbasis geografis. Dimisalkan jika

mencari dokter spesialis pada suatu rumah sakit, dan mencari lokasi rumah sakit

itu dari posisi pengguna. Permasalahan yang ada adalah mencari dokter spesialis

pada suatu rumah sakit dan mencari secara geografis letak rumah sakit dalam peta.

Hal pertama yang dilakukan adalah mencari rumah sakit dan dokter spesialis,

(69)

4.14 Pencarian Rumah Sakit

Jika ingin mengetahui dokter yang berada pada rumah sakit, klik info

pada kolom info. Kolom ini akan menampilkan secara detail informasi rumah

(70)

Gambar 4.15 Detil Info Rumah Sakit

Setelah menemukan dokter spesialis yang dimaksud, user melakukan

pencarian secara geografis lokasi rumah sakit terbut dengan memilih menu

fasilitas dan pelayanan yang terdapat pada menu utama situs, yang kemudian

(71)

4.16 Fasilitas Pelayanan Geografis

Pada halaman ini ditampilkan menu pencarian berupa rumah sakit,

apotik, tenaga medis, atau laboratorium klinik. Jika pada permasalahan diatas

dilakukan pada rumah sakit, lakukan klik pada pencarian rumah sakit. Kemudian

tampil menu seperti pada gambar 4.17 . User diminta mengisikan posisi user, dan

(72)

Gambar 4.17 Pencarian RS secara geografis

Setelah mengisikan data klik tombol cari. Maka akan tampil jalur

terdekat dari posisi user ke lokasi rumah sakit. Selain ditampilkan secara

(73)

4.4 Analisa Hasil

Setelah diketahui hasil dari pengujian program yang berupa jalur

terpendek, maka dapat dilakukan analisa dengan penghitungan secara manual

untuk membuktikan kebenaran program.

Gambar 4.18 merupakan gambar peta jember yang telah diberi angka

yang berfungsi sebagai node peta.

Gambar 4.18 Peta Jember

Dari gambar peta pada gambar 4.18 diperoleh data sebagai berikut :

Jumlah Node (percabangan) : 116 node

Jumlah Edge (jalan) : 158 edge

Nilai alpha : 0.5

(74)

Nilai p (rho) : 0.5

Nilai Q : 10000

Jumlah Semut (m) : 25

Jumlah Loop : 30

Dari keterangan diatas, maka dapat dilakukan pengujian pencarian rute

sebagai berikut :

Nest ( posisi awal ) : node (114)  JL.PB.Sudirman, Kec.Jombang

Food ( posisi tujuan ) : node (29)  Rumah Sakit PTPN XII Kaliwates

Posisi awal merupakan posisi user berada, sedangkan posisi tujuan

merupakan posisi instansi tujuan yang dicari user. Dari data-data tersebut, maka

dihitung menggunakan rumus dibawah ini :

Rumus Menghitung Jumlah Feromone (Rumus 1):

Rumus Menghitung Probabilitas (Rumus 2):

(75)

Hasil Perhitungan

Gambar 4.19 Hasil Pencarian

Alur penghitungannya adalah sebagai berikut :

1. Inisialisasi NC = 0 (variabel counter),

NCmax=10

2. Inisialisasi S = 1 (Index list Tabu)

For k = 1 to m

inisialisasi list Tabuk

tempatkan node awal kedalam list Tabuk(S)

3. Repeat until list Tabu is Full

(76)

For k = 1 to m

Tentukan gerak semut ke-k berdasarkan probabilitas (rumus 2)

Masukan node yang telah ditentukan kedalam list Tabuk(S)

4. For k = 1 to m

Pindahkan semut ke-k keawal list Tabu yaitu ke list Tabuk(1)

Hitung panjang jalur yang telah dilewati oleh semut ke-k

Perbaharui nilai jalur terpendek

For every edge/jalur

For k = 1 to m

Perbahurui nilai feromone (rumus 1)

5. NC = NC + 1

6. If (NC < NCmax) or (not stagnation behavior)

Empty All list Tabu

Goto step 2

Else

Cetak Shortest Path

Stop

Setelah dilakukan perhitungan sesuai dengan alur penghitungan diatas,

didapat nilai akhir feromone untuk setiap edge ( jalan ) :

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Feromone

No Edge Jumlah Feromone No Edge Jumlah Feromone

1 Edge( 1 , 2 ) 0 66 Edge( 26 , 24 ) 0,3466

(77)
(78)
(79)

No Edge Jumlah Feromone No Edge Jumlah Feromone

Dari penghitungan feromone pada tiap-tiap edge, maka diperoleh jumlah

feromone yang berjumlah besar dan kecil. Setelah itu dilakukan penghitungan

probabilitas untuk menentukan jalur mana yang diambil, yaitu jalur yang

mempunyai feromon paling besar dengan jarak paling pendek. Grafik Pemilihan

Jalur seperti pada gambar 4.20.

(80)

Penjelasan dari gambar 4.20:

Pada Loop 1 : jarak terpendek yang didapat : 17.00 Km

Pada Loop 2 : jarak terpendek yang didapat : 16.27 Km

Pada Loop 3 : jarak terpendek yang didapat : 16.27 Km

Pada Loop 4 : jarak terpendek yang didapat : 15.82 Km

Pada Loop 5 : jarak terpendek yang didapat : 15.82 Km

Pada Loop 6 : jarak terpendek yang didapat : 15.07 Km

.

..

Pada Loop 30 : jarak terpendek yang didapat : 15.07

Loop 6 – 30 yang mempunyai grafik bergaris rata tersebut disebut dalam

kondisi stagnation behaviour. Yang artinya jarak yang diambil sudah merupakan

(81)

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan Tugas Akhir ini

adalah :

a. Sistem Informasi Dinas Kesehatan ini merupakan pengembangan dari sistem

yang lama.

b. Pengembangan Sistem Informasi Dinas Kesehatan ini dapat digunakan

untuk proses pencarian berbasis text.

c. Pengembangan Sistem Informasi Dinas Kesehatan juga dapat digunakan

untuk proses pencarian berbasis geografis.

d. Algoritma Koloni Semut mampu menghasilkan solusi jalur terpendek dari

posisi user menuju tempat tujuan.

e. Program ini akan berjalan dengan baik pada sistem operasi Windows 98,

Windows NT dan Windows 2000.

5.2 Saran

Sistem yang telah dibuat sebagai tugas akhir oleh penulis masih

memiliki kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan

adanya masukan, saran dan kritik membangun yang nantinya dapat

menyempurnakan sistem tersebut menjadi lebih bagus dan sempurna.

(82)

Penyempurnaan yang dapat dilakukan pada sistem yang akan datang

antara lain :

1. Mengaplikasikan sistem geografis dengan sistem pendukung keputusan yang

meliputi biaya dan fasilitas yang dapat dipergunakan untuk pertimbangan

user.

(83)

Swarm Intelligence, Oxford University Press.

Bernhardsen, Tor, 1992, Geographics Information System, Viak IT, Arendal,

Norwey.

Dorigo, Marco, 1996, The Ant System : Optimization by a colony cooperating

agent, Bologna

Environmental System Research Institute, 1998, Arc View GIS, ESRI Inc, USA.

Eric D.Taillard, 1999, Ant Systems, Lugano, Switzerland.

Gambardella L.M, Taillard E., Agazzi G., MACS-VRPTW, 1999 : A Multiple Ant

Colony System for Vechile Routing Problems with Time Windows, In D.Corne, M.Dorigo and F.Glover, editors, UK.

.

Gambar

Gambar 3.5 SI lama Dinas Kesehatan Kab.Jember
Gambar 3.6 Contex Diagram
Gambar 3.7. DFD Level 0 Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Gambar 3.8. DFD Level 1 Proses Maintenance Data
+7

Referensi

Dokumen terkait