AN ANALYSIS ON THE ECONOMIC IMPACTS OF WUKIRSARI TOURISM VILLAGE, SUB DISTRICT IMOGIRI, BANTUL REGENCY,
SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA
Oleh
NAZOVAH UMMUDIYAH 20130430189
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
AN ANALYSIS ON THE ECONOMIC IMPACTS OF
WUKIRSARI TOURISM VILLAGE, SUB DISTRICT IMOGIRI,
BANTUL REGENCY, SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Keuangan dan Perbankan
Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
NAZOVAH UMMUDIYAH 20130430189
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Nama : Nazovah Ummudiyah
Nomor Mahasisawa : 20130430189
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATA WUKIRSARI, KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 28 November 2016
MOTTO
“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka bila enggkau telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada tuhanmu lah hendaknya kamu berharap.” (QS. Ash-Sharh: 6-8)
Persembahan
Skripsi ini ku persembahkan untuk ....
Untuk kedua orang tuaku Ibu Jelantis dan Bapak Bujang Itam yang Sangat aku
Sayangi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vii
2. Dampak Ekonomi Pariwisata. ... 12
3. Multiplier Effect ... 16
4. Desa Wisata. ... 18
5. Eksternalitas. ... 20
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 24
C. Model Penelitian ... 30
BAB III ... 31
A. Objek/ Subjek Penelitian ... 31
B. Jenis Data ... 32
C. Teknik Pengambilan Sampel... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37
F. Uji Kualitas Instrumen Dan Data ... 39
G. Uji Analisis Data ... 40
BAB IV ... 43
GAMBARAN UMUM ... 43
A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ... 43
1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Wukirsari ... 43
2. Kondisi Geografis ... 45
3. Kondisi Demografi. ... 47
4. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Wisata Wukirsari ... 48
5. Perkembangan Kunjungan Wisata ... 50
6. Karakteristik Responden Penelitian ... 52
BAB V ... 57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 57
1. Uji Validitas. ... 57
2. Uji Reliabilitas. ... 58
B. Hasil Penelitian ... 58
C. Pembahasan (Interpretasi) ... 62
1. Dampak Adanya Desa Wisata Wukirsari. ... 62
2. Kelebihan dan Kekurangan Desa Wisata Wukirsari ... 79
BAB VI ... 83
SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 83
DAFTAR TABEL
1.1 Daftar Jumlah Kunjungan Di Desa Wisata Wukirsari... 5
2.1 Hasil Penelitian terdahulu... 28
3.1 Skala Likert Pernyataan Positif dan Negatif... 36
4.1 Jumlah Penduduk Desa Wisata Wukirsari... 47
4.2 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur... 47
4.3 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Wisata Wukirsari... 48
4.4 Daftar Kunjungan Wisatawan yang Melakukan Transaksi Di Desa Wisata Wukirsari Tahun 2016 (perbulan)...51
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 53
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan pendidkan...54
4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...55
4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan...55
4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan...56
5.1 Uji validitas Variabel Penelitian...57
5.2 Uji Reliablitas...58
5.3 Hasil Analisis Variabel Ekonomi, Sosial-Budaya, Dan Fisik...59
5.4 Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Adanya Desa Wisata...61
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Data Responden
Lampiran 3 Data Pendapatan dan Pengeluaran Responden
Lampiran 4 Data Pendapatan Desa Wisata Wukirsari tahun 2016 (rupiah) Lampiran 5 Data Input
Lampiran 6 Uji Statistik Deskriptif Lampiran 7 Uji Validitas
from the economic impacts after it was designated as a tourism village. The research subject is the people involved in Wukirsari Tourism Village. In this research, the samples are 134 respondents selected by using purposive sampling method. The analysis tools used are descriptive statistics and multiplier effect.
The research results show that the externalities have a positive impact on the economic aspect, socio-cultural aspect, and physical aspect to the existence of Wukirsari Tourism Village. In addition, there is a quite high multiplier effect on economic impacts toward the local community income of the tourists’ expenses which is 1.73.
ekonomi sesudah dicanangkan sebagai Desa Wisata. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam Desa Wisata Wukirsari. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 134 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan multiplier effect.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya eksternalitas positif pada aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek fisik atas keberadaan Desa Wisata Wukirsari. Serta terdapat efek penganda (multiplier effect) pada dampak ekonomi yang cukup besar terhadap pendapatan masyarakat lokal dari pengeluaran wisatawan sebesar 1.73.
Sektor pariwisata telah menjadi industri terbesar dan saat ini telah berkembang pesat setelah terintegasi dengan industri lain yang memiliki
trickle-down effect ke sektor-sektor yang lain. serta diarahkan supaya menjadikan daerah yang ada objek wisatanya tersebut menjadi lebih maju, dan mampu menciptakan eksternalitas positif. Eksternalitas merupakan suatu
dampak yang timbul karena adanya hubungan antara aktivitas ekonomi yang satu dengan yang lain (Utama, 2014; Samaji, 2015; Setiawan, 2013).
Sektor pariwisata menunjukan adanya pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. Melihat kondisi tren pariwisata secara keseluruhan saat ini, WTO (World Tourism Organization) memperkirakan pada tahun 2020
akan terjadi peningkatan jumlah perjalanan wisata dunia sebesar 200% (Utama, 2014).
Menurut catatan World Bank (2016), pertumbuhan jumlah wisatawan
internasional pada tahun 2014 secara kuantitatif telah mencapai sebanyak1.161 Miliar orang dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke
Sektor pariwisata merupakan andalan utama dalam menghasilkan
devisa diberbagai negara dan merupakan sektor alternatif yang mampu mendorong pembangunan daerah ketika pilihan pada sektor lain mengalami jalan buntu (Santosa, 2011). Di Negara Indonesia, sektor pariwisata
merupakan pencipta devisa yang tinggi(Samaji, 2015). Menurut data Kementrian Pariwisata 2014, pada tahun 2014 sektor pariwisata menciptakan
devisa US$ 11,17 miliar, meningkat dari US$ 10,05 miliar di tahun 2013(Kementrian Pariwisata, 2014). Pariwisata juga diharapkan dapat menghasilkan angka pengganda (multiplier effect) yang tinggi, melebihi
angka pengganda pada berbagai kegiatan ekonomi lainnya (Astuti, 2010). Menurut Hall & Jankins (1998) Pariwisata memang memiliki
potensial yang mampu diandalkan, sudah banyak negara menjadikan sektor pariwisata menjadi bagian yang diprioritaskan untuk pengembangan negara,
menurut data WTO terjadi pertumbuhan sektor pariwisata sebesar 15% pertahun di 28 negara, ini menunjukan bahwa pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar didunia. Banyak negara-negara berkembang
menggunakan pariwisata sebagai kalisator untuk pembangunan sosial-ekonomi terutama didaerah pedesaan(Sari, 2015).
Saat ini adanya perubahan kecenderungan berwisata, keadaan ini juga diakibatkan oleh munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi kawasan wisata buatan dan pada akhirnya melahirkan suatu minat wisata
merupakan sektor yang relatif penting dari industri pariwisata (Dorobantu &
Nistoreanu, 2012).
Desa Wisata memberikan kebebasan bagi masyarakat setempat untuk mengelolanya sesuai dengan potensi desanya, program Desa Wisata ini
merupakan program yang dibentuk pemerintah yang secara langsung melibatkan masyarakat setempat. perkembangan yang sangat pesat dibuktikan
dengan meningkatnya jumlah Desa Wisata dari tahun ke tahun. Mengacu data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) 2014, di Indonesia terdapat 978 Desa Wisatapada tahun 2012 dan pada tahun 2013
menjadi 980Desa Wisata(Kementrian Pariwisata, 2014).
Salah satu daerah di Indonesia yang masih memelihara adat
kebudayaanya ialah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang secara historisnya merupakan pertanian. Banyak wisatawan dari berbagai kalangan yang
berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Meskipun mengalami perkembangan menjadi perkotaan, D.I Yogyakarta tetap masih menjunjung tinggi kebudayaan tradisional serta
memiliki banyak tujuan obyek wisata, seperti museum, pusat kerajinan, situs-situs sejarah, wisata alam dan pedesaan yang masih asri.
Salah satu Desa Wisata yang berprestasi di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Desa WisataWukirsari yang berada pada wilayah Kabupaten Bantul, karena pada tingkat pemasaran wisatanya yang baik
Kekhasan yang dimiliki Desa WisataWukirsari ialah tradisi membatik
(Batik tulis) yang sudah terpelihara turun-temurun serta menjadi rintisan batik tulis di Kabupaten Bantul. Objek wisata lainnya yang dimiliki Desa WisataWukirsari diantaranya ialah air terjun sewu watu, tempat ziarah
(Makam Raja-raja Mataram, Makam Sunan Cirebon, dan Makam Seniman Girisapto), dan sungai yang terletak diatas bukit. Potensi ini jika
dikembangkan maka potensial menjadi pemersatu sektor-sektor lainnya, seperti kerajinan, pendidikan, kebudayaan, kesenian serta tradisi masyarakat yang memiliki nilai tinggi.
Penelitian ini menetapkan Desa WisataWukirsari sebagai objek penelitian, dikarnakan beberapa alasan, antaralain:(1) Desa WisataWukirsari
sebagai juara pertama Desa Wisata terbaik tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya itu Desa WisataWukirsari berhasil meraih juara 6
dalam lomba Desa Wisata terbaik tingkat nasional. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengelolaan dan koordinasi yang baik antar warga pada desa Wukirsari, (2) desa Wukirsari merupakan wilayah yang pada tahun 2006
menjadi korban gempa. Namun, Pasca gempa tersebut masyarakat yang tinggal di Desa Wukirsari dengan segera bangkit dari keterpurukan dan
membuat kelompok batik serta memberdayakan perempuan. (3) selain itu, Desa WisataWukirsari pernah meraih rekor muri atas batik terpanjang di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan jumlah kunjungan meningkat, dengan
TABEL 1.1.
DATA JUMLAH KUNJUNGAN DI DESA WISATA WUKIRSARI
No Tahun Jumlah Kunjungan
Wisatawan Pertumbuhan Wisatawan
1 2011 5210 -
2 2012 4970 -4.8%
3 2013 5810 14.4%
4 2014 9213 36.9%
5 2015 8142 -13.1%
6 2016-Sep 7792 -4.29%
Sumber: Pengelola Desa Wisata Wukirsari, 2016
Dapat dilihat tabel diatas, bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke
Desa Wisata Wukirsari setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan. Namun ketika terjadi peningkatan, jumlah peningkatannya dalam
jumlah yang tinggi. peningkatan yang tinggi terjadi dikarnakan Desa Wisata tersebut meraih rekor muri serta adanya prestasi yang dicapai baik tingkat provinsi maupun nasional. Hal tersebut memberikan dampak positif bagi
masyarakat ataupun lingkungan sekitar. berupa adanya peningkatan pendapatan dibidang jasa Desa Wisata, adanya perubahan sifat masyarakat
menjadi lebih terbuka dikarnakan interaksi antara wisatawan dan masyarakat, dan saat ini masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya (Ayuningtyas dan Dharmawan, 2011).
Namun disisi lain, masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya “Nature Related Tourism” (terkait pariwisata alam) dan menjual
jasa pariwisata.
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan konflik dimasyarakat. Melihat
fenomena yang terjadi pada Desa WisataWukirsari, disini peneliti tertarik untuk mengetahui eksternalitas yang ditimbulkan atas keberadaan Desa Wisata Wukirsari terhadap masyarakat dan sekitarnya. Tidak hanya dampak
sosial-budaya dan fisik tetapi juga dampak ekonominya dan juga ingin melihat sejauh mana persentase tambahan pendapatan dari kegiatan wisata
yang kemudian dapat dihitung multiplier effect yang tercipta dari sektor pariwisata tersebut. Maka penulis mengambil judul “ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATAWUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.”
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti hanya dilakukan di Desa WisataWukirsari Kabupaten Bantul. Penulis membatasi penelitian padaeksternalitas positif maupun negatif dalam aspek ekonomi, aspek
sosial-budaya, dan aspek fisik yang terjadi di Desa WisataWukirsariserta menghitung multiplier effect dari dampak ekonominya (pada peningkatan
pendapatan masyarakat lokal).
C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan yang telah dijelaskan, menjadi menarik untuk diteliti
mengenai apa yang terjadi di Desa Wisata yang memiliki berbagai macam prestasi. Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti berupa Desa
Imogiri,Kabupaten Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka pertanyaan
penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini ialah:
1. Bagaimanabentuk-bentuk eksternalitas yang diterima oleh masyarakat lokal atas keberadaanDesa WisataWukirsari?
2. Berapa nilai koefisien multiplier yang terjadi dari adanya dampak ekonomi disebabkan oleh kunjungan wisata di Desa WisataWukirsari?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengetahui bentuk-bentuk eksternalitas yang muncul dari pengembangan Desa WisataWukirsari terhadap masyarakat lokal.
2. Menghitung koefisien multiplier effect dari dampak ekonomi yang
disebabkan oleh kunjungan wisata di Desa WisataWukirsari.
E. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai, maka hasil penelitian yang akan dilakukan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dapat menambah wawasan
mengenai dampak ekonomi dari Desa Wisata serta diharapkan dapat memperkaya konsep-konsep pembangunan masyarakat yang ada.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam Desa Wisata serta dapat dijadikan acuan pengembangan Desa Wisata sehingga mampu menambah penghasilan dari usaha di sekitar Desa Wisata dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pariwisata.
Pariwisata berasal dari dua suku kata , yaitu “pari yang berarti banyak
atau berkali-kali” dan “wisata yang berarti perjalanan atau bepergian”.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata (aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang) dan didukung dengan
pelayanan serta berbagai fasilitas yang disedikan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (Zebua, 2016).
Pariwisata merupakan kegiatan sosial yang melibatkan induvidu atau
sekelompok orang yang bertujuan untuk tinggal atau melakukan perjalanan diluar tempat tinggal biasanya untuk jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan
untuk berbagai kegiatan leisure, bisnis, agama dan alasan pribadi lainnya namun tidak mendapatkan gaji/upah dari perjalanannya tersebut. Aktivitas dari wisatawan tersebut melibatkan dan bersentuhan langsung serta memberi
pengaruh terhadap masyarakat setempat (Dorobantu & Nistoreanu, 2012; Martina, 2014; Pitana & Diarta, 2009).
Dari sudut organisasi dan yang diperdagangkan bagi masyarakat yang sedang berkembang, industri pariwisata merupakan suatu sarana perkembangan. Masyarakat bisa melakukan perubahan melalui pariwisata,
yang diberdaya dengan pelibatan mereka dalam pengelolaan wisata (Lestari,
2009).
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dalam pasal 1 yang dimaksud wisata,
wisatawan, dan pariwisata adalah sebagai berikut:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau memperlajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b. Wisatawan adalah orang melakukan wisata.
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
d. Kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkaitan dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.
Daya tarik wisata ialah sesuatu yang merupakan ciptaan Tuhan
ataupun hasil karya tangan manusia yang menarik untuk dikunjungi wisatawan ke daerah wisata yang berrnilai dan unik (Prayogi, 2011).
Selanjutnya menurut Pitana & Diarta (2009), ada tiga komponen
dikemukan dari komponen tersebut selalu mengandung beberapa unsur
pokok, yaitu:
a. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain;
b. Adanya unsur ‘tinggal sementara’ ditempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan
c. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/ pekerjaan di tempat yang di tuju.
Menurut Suwantoro wisatawan adalah seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan suatu kegiatan perjalanan wisata dengan lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi
(Sari, 2015).
Sedangkan menurut Cohen (1972) dalam Pitana dan Diarta (2009), mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah
yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian perjalanan wisatanya. Atas dasar ini, Cohen menggolongkan wisatawan menjadi empat, yaitu:
a. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang belum pernah sama sekali diketahuinya, yang berpergian dalam jumlah kecil.
b. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur rute perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti tujuan wisata perjalanan pada umumnya. Wisatawan seperti ini memiliki tingkat interaksi yang
c. Individual Mass Tourist, yaitu sebagai istilah kebalikan dari explore.
Wisatawan mengunjungi daerah tujuan wisata pada umumnya dan mengikuti agen perjalanan.
d. Organized Mass Tourist, yaitu wisatawan yang selalu dipandu oleh
pemandu wisata dan hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata dan fasilitas yang sudah dikenal atau dapat ditemui ditempat tinggalnya, dan
perjalananya.
2. Dampak Ekonomi Pariwisata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), dampak berarti
pengaruh yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Secara ekonomi dampak berarti pengaruh suatu pelaksanaan kegiatan terhadap
perekonomian.
Secara formal, para peneliti tentang pariwisata menilai dari aspek ekonomi (Brida dan Zapata, 2010). Para ahli membagikan dampak ekonomi
yang terjadi karena kegiatan pariwisata, terdiri atas Efek Langsung (Direct Effects), Efek Tidak Langsung (Indirect Effects), dan Efek Induksi (Induces
Effects). Sementara itu, Efek Tidak Langsung dan Efek Induksi
kadang-kadang disebutnya sebagai Efek Sekunder (Secondary Effects) yang
menyertai Efek Langsung selaku Efek Primer (Primary Effects). Dampak total ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun induksi, yang masing-masing dapat
penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai
tambah (value added) (Santosa, 2011).
Konsep dampak ekonomi didasarkan pada teori bahwa pengeluaran dari non-lokal warga disuntikan ke dalam ekonomi lokal dan akan
menguntungkan masyarakat lokal (Dixion etal., 2013).
Dalam literatur akademis banyak menemukan bahwa dampak dari
sektor pariwisata terhadap perekonomian memiliki hubungan positif antara pariwisata dan pertumbuhan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk negara-negara maju dan berkembang. Dengan kata lain bahwa
pariwisata internasional merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi (Brandano, 2013).
Menurut Astuti (2010), menjabarkan beberapa dampak ekonomi, antara lain dampaknya terhadap ekonomi internasional terkait hubungan
antara negara yang terjadi akibat pemenuhan kebutuhan sektor-sektor pariwisata. Pariwisata internasional memiliki dua dampak utama, yaitu pertama adalah dalam hal perdagangan dimana sangat memungkinkan
terjadinya transaksi ekspor-impor, yang kedua adalah kecenderungan dimana wisatawan internasional berasal dari negara berpendapatan tinggi dan
membelanjakan uang mereka pada destinasi wisata yang berada pada negara berpendapatan rendah, hal tersebut merupakan efek redistribusi.
Dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
a. Kontribusi pariwisata dalam devisa negara
Perhitungan Neraca Pariwisata Nasional terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi (perdagangan, hotel, restoran, transportasi, dan jasa), faktor pendapatan (upah, keuntungan, dan bunga) serta komposisi
pengeluaran (konsumsi, pemerintah, investasi, ekspor dan impor). Ketiga komponen itu dihitung menjadi satu sebagai devisa dari sektor
kepariwisataan. Nesparnas menggambarkan besaran devisa yang mengalir masuk dan mengalir keluar dari sektor kepariwisataan.
b. Menghasilkan pendapatan bagi masyarakat
Bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan, hal tersebut merupakan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi antara wisatawan dan
tuan rumah. Pengeluaran wisatawan tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat langsung dalam industri pariwisata seperti hotel, biro perjalanan wisata,
namun juga diserap ke sektor pertanian, sektor angkutan, sektor industri kerajinan sektor komunikasi, dan sektor lain yang terkait.
c. Menghasilkan lapangan pekerjaan
Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan kreatif sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang
cukup banyak.
d. Meningkatkan struktur ekonomi
e. Membuka peluang investasi
Kesempatan berinvestasi di daerah wisata berpotensi membentuk dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
f. Mendorong aktivitas wirausaha
Pariwisata membuka peluang untuk berwirausaha dengan menjajahkan berbagai kebutuhan wisatawan, baik produk barang maupun
produk jasa.
Selain keuntungan-keuntungan itu, pariwisata memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat di antaranya sebagai berikut:
a. Bahaya ketergantungan (overdependence) terhadap industri pariwisata. Beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari
kepariwisataan untuk kehidupan.
b. Peningkatan nilai inflasi dan lahan. Resiko wisatawan membeli lahan
dengan harga tinggi menjadi ancaman bagi masyarakat setempat. Harga di daerah tujuan wisata menjadi berkali-kali menjadi lebih tinggi karena wisatawan mampu membeli dengan harga yang tinggi.
c. Peningkatan frekuensi impor. Pengusaha pariwisata harus mengimpor produk dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan.
d. Produksi musiman. Sifat pariwisata tergantung dari musim, produsen yang mengendalikan kehidupan sepenuhnya di industri pariwisata akan mengalami masalah keuangan.
f. Mendorong biaya eksternal lainnya. pengembangan pariwisata
menyebabkan muncul biaya ekstefarnal lainnya bagi penduduk di daearah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, dll
(Dhiajeng, 2013).
3. Multiplier Effect.
Multiplier effect adalah suatu keterkaitan langsung dan tidak langsung
yang kemudian mendorong adanya kegiatan pembanguna diakibatkan oleh kegiatan pada bidang tertentu baik bersifat positif ataupun negatif yang menggerakan kegiatan di bidang-bidang lain (Lestari, 2015).
Multiplier analisis digunakan untuk memperkirakan yang akan
ditimbulkan dari adanya pengeluaran wisatawan pada perekonomian. Seperti
dimana pengeluaran awal wisatawan akan berdampak menaikan impor untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, dan sebagian besar dari transaksi itu akan disaring melalui ekonomi untuk menstimulasi pengeluaran tidak langsung
selanjutnya dan pengeluaran yang diakibatkan oleh pengeluaran awal. Tiga fase tersebut yang merefleksikan fakta bahwa memang terjadi multiplier
effect pada kegiatan kepariwisataan. Angka pengganda pariwisata dibagi menjadi lima jenis utama:
a. Transaction or sales multiplier. Kenaikan pengeluaran wisatawan akan memberikan tambahan pemasukan pedagang.
b. Output multiplier. Hal ini terkait jumlah output tambahan yang
fokus multiplier output adalah perubahan pada level produksi saat ini
bukan pada perubahan volume atau nilai penjualan.
c. Income multiplier. Ini mengukur tambahan pendapatan yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.
d. Goverment revenue multiplier. Mengukur tambahan pemasukan pemerintah yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran
wisatawan.
e. Employment multiplier. Mengukur jumlah total tenaga kerja yang disebabkan oleh adanya tambahan unit dari pengeluaran wisatawan.
(Astuti, 2010)
Koefisien pengganda yang banyak digunakan antaralain yaitu
koefisien output, koefisien pendapatan, dan tenaga kerja. Sedangkan menurut tipe perlakuannya, koefisien pengganda dibedakan atas dua tipe yaitu
koefisien pengganda I dan koefisien pengganda II (Putri, 2015).
Menurut Dritasto dan Anggraeni (2013), Ratio Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan
dari pengeluaran pengunjung yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan lanjutan. Ratio income multiplierI menggambarkan nilai dampak tidak langsung, sedangkan ratio
4. Desa Wisata.
Desa Wisata (ekowisata) adalah suatu bentuk wisata memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat, serta bertanggung jawab terhadap kelestarian daerah lama. Terdapat enam
prinsip dasar ekowisata yang disepakati bisa membedakan wisata alam dengan kegiatan ekowisata (Fennell, 1999, yaitu: 1) Memberikan dampak
negatif yang paling minimum bagi lingkungan dan masyarakat lokal; 2) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan baik bagi pengunjung maupun penduduk lokal; 3) Berfungsi sebagai bahan untuk pendidikan dan penelitian
baik untuk penduduk lokal maupun pengunjung (Wisatawan, Peneliti, Akademis); 4) semua elemen yang berkaitan dengan ekowisata harus
memberi dampak yang positif berupa kontribusi langsung utuk kegiatan kontribusi langsung untuk kegiatan konservasi yang melibatkan semua aktor
yang terlibat dalam kegitan ekowisata. Sebagi contoh pengunjung tidak hanya berfungsi sebagi penikmat keindahan alam tapi juga secara langsung sebagai partisipan dalamkegiatan konservasi; 5) Memaksimumkan partisipasi
masyarakat lokal dalam proses pengambil keputusan berkaitan dengan pengelolaan kawasan ekowisata; 6) Memberi manfaat ekonomi bagi
penduduk lokal berupa kegiatan ekonomi yang bersifat komplemen terhadap kegiatan ekonomi tradisional (bertani, mencari ikan dan lainnya) (Ma’ruf,
2013 dalam Mustabsirah, 2015).
Desa Wisata mesti berada dipedesaan dibangun diatas fitur-fitur khusus,
usaha kecil, ruang terbuka (alam) dan berkelanjutan. Desa Wisata dipandang sebagai kegiatan multi-faceted bukan hanya sebatas pariwisata pertanian. Serta dipandang sebagai sarana kemampuan menghasilkan pendapatan yang
cukup. Tujuan Desa Wisata adalah untuk meningkatkan keuntungan bersih untuk masyarakat pedesaan, dan meningkatkan partisipasi mereka dalam
pengembangan produk pariwisata (Okech et al.,2012).
Selanjutnya, menurut Dorobantu dan Nistoreanu (2012) bahwa Desa Wisata merupakan suatu perjalanan untuk tempat yang terletak dalam
lingkungan pedesaan atau dalam pengaturan luar kota dan pusat-pusat wisata, serta suatu bentuk pariwisata dimana motivasi utama para wisatawan adalah
observasi dan apreasiasi terhadap alam dan tradisi lokal yang berhubungan dengan alam dan harus memenuhi kondisi sebagai berikut:
a. Melindungi dan melestarikan alam b. Menggunakan sumber daya alam lokal
c. Karakternya edukasi, menghormati alam, adanya kesadaran wisatawan
dan masyarakat setempat.
Sedangkan menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) yang dimaksud
dengan Desa Wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keasliaan pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi,
akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya (Hadiwijoyo, 2012 dalam Sari, 2015).
Desa Wisata merupakan salah satu bentuk pembangunan
berkelanjutan melalui promosi produktivitas pedesaan yang dapat menciptakan pekerjaan, distribusi pendapatan, pelestarian lingkungan dan
budaya lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat, menghaargai keyakinan dan nilai-nilai tradisional (Mustabsirah, 2015).
5. Eksternalitas.
Eksternalitas adalah suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar. Tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang
lain tidak lah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin dalam harga-harga sehingga tidak terjadi ketidakefisienan dalam perekonomian. Eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai
dampak terhadap orang lain (segolongan orang lain) tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor
produksi (Sari, 2015).
Dalam pendekatan ekonomi, eksternalitas terjadi ketika kesejahteraan
konsumen atau kemungkinan produksi perusahaan secara langsung dipengaruhi oleh tindakan lain agen dalam perekonomian (Brandano, 2015).
Pendapat oleh Rosen (1988) menyatakan bahwa eksternalitas terjadi
Tidak seperti pengaruh yang ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar,
eksternalitas dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi. Dalam hal ini eksternalitas merupakan konsekuensi dari ketidak mampuan seseorang untuk membuat suatu property right (Mukhlis, 2009).
Eksternalitas timbul karena adanya kegiatan transaksi ekonomi yang dapat mempunyai pengaruh positi maupun negatif. Eksternalitas merupakan
biaya atau manfaat dari transaksi pasar yang tidak dicerminkan pada harga yang mempengaruhi pihak ketiga, meskipun tidak selalu menyetujui, mengijinkan, atau menyadari tindakan tersebut (Sari, 2015).
Secara umum ada 3 hal yang menjadi ciri eksternalitas, yaitu: 1) ada pelaku ekonomi yang secara rill terkena dampak aktivitas pelaku lain; 2)
pihak yang terkena dampak (baik negatif ataupun positif) tidak ikut menentukan, atau mengambil keputusan tentang aktivitas yang akan
berdampak pada dirinya tersebut; 3) tidak ada aliran kompensasi yang menyertai dampak tersebut (baik berupa pemberian ganti rugi bila dampaknya negatif, atau pembayaran kompensasi bila dampaknya positif) (Aziz, 2010
dalam Fathurrozi, 2015).
Eksternalitas dalam kenyataanya memiliki dua macam bentuk, yakni
eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas negatif (biaya eksternal) adalah biaya terhadap pihak ketiga selain pembeli dan penjual pada suatu macam barang yang tidak direfleksikan dalam harga pasar . Ketika
sempurna pada sumberdaya yang dialokasikan dalam produksi. Baik pembeli
maupun penjual barang tidak memperlihatkan biaya-biaya ini pada pihak ketiga. Sedangkan, eksternalitas positif adalah keuntukan atas pihak ketiga selain penjual dan pembeli barang atau jasa yang tidak direfleksikan dalam
harga. Ketika terjadi eksternalitas positif, maka harga tidak sama dengan keuntungan sosial tambahan (marginal social benefit) dari barang dan jasa
yang ada (mukhlis, 2009).
Menurut Katz dan Rosen (1996) ada empat karakteristik dasar eksternalitas:
a. diproduksi oleh individu dan perusahaan b. timbal balik
c. bisa positif dan negatif
d. tingkat polusi sama dengan nol tidak diinginkan karena hal itu akan
menyebabkan kurangnya total tingkat produksi. (Brandano, 2015) Jenis-jenis eksternalitas dapat dibedakan antara pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat. Terdapat empat jenis
eksternalitas positif dan negatif meliputi (Sari, 2015; Brandano, 2015): 1) Eksternalitas produsen-produsen
Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau pergeseran fungsi produksi dari produsen lainnya (ketika
perusahaan lain). seorang produsen dapat menimbulkan eksternalitas positif
ataupun eksternalitas negatif terhadap produsen lainnya. 2) Eksternalitas produsen-konsumen
Aktifitas seorang produsen dapat pula menimbulkan efek terhadap
utilitas individu tanpa mendapatkan kompensasi apapun juga (ketika kemungkinan produksi dari suatu perusahaan yang dipengaruhi oleh pilihan
individu lain). Dampak atau efek samping yang paling populer dari kategori kedua yang populer adalah pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena
pertambangan, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau suatu
masyarakat luas.
3) Eksternalitas konsumen-produsen
Ini merupakan sebagai istilah kebalikan dari eksternalitas produsen ke konsumen yaitu Tindakan dimana konsumen mempengaruhi hasil produksi produsen ke konsumen.
4) Eksternalitas konsumen-konsumen
Aktivitas konsumsi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
tingkat kepuasan/ utilitas orang lain tanpa ada suatu kompensai atau biaya (seorang konsumen langsung tertarik pada konsumsi individu lain).Dan eksternalitas konsumen-konsumen tidak ada hubungannya dalam pengaruh
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yang berjudul Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Bantul.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran umum dampak ekonomi pariwisata dalam penerapan konsep Community Based Tourism di
Desa Wisata Kebon Agung, serta mengindentifikasi dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Kebon Agung. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui koefisiensi
multiplier yang terjadi dari kegiatan wisata tersebut. Disimpulkan bahwa
konsep pengembangan wisata berbasis masyarakat (CBT) yang diterapkan
Desa Wisata Kebon Agung, secara umum memberikan manfaat ekonomi. Persamaan penelitian yaitu tentang dampak ekonomi dan adanya perhitungan
konsep Multiplier Effect. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) dengan judul “Eksternalitas AtasKeberadaan Desa Wisata Candran” memuat tentang
kondisi masyarakat di Desa WisataCandran. Menunjukan keberadaan Desa
Wisata Candran memberikan eksternalitas positif seperti adanya kerjasama dengan berbagai pihak, dan adanya peningkatan pendapatan. Sementara
eksternalitas negatifnya ialah pola pikir masyarakat yang belum berpariwisata sehingga masih susah menerima wisatawan (malu). Sari menyimpulkan bahwa Desa Wisata Candran dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi,
keberadaan Desa Wisata bagi masyarakat baik itu dari segi yang positif
maupun negatif. Perbedaannya adalah pada aspek yang digunakan dalam pencarian eksternalitas ini. Sari hanya melihat dari aspek ekonomi, sosial dan budaya. Sementara penelitian ini memiliki lebih banyak aspek untuk dikaji
serta menggunakan perhitungan konsep multiplier.
Jurnal yang ditulis oleh Ayuningtyas dan Dharmawan (2011) yang
berjudul Dampak Ekowisata Terhadap Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Tujuan dari penelitian ini diringkas dalam dua pernyataan. Pertama, menentukan dampak
sosio-ekonomi diterima oleh masyarakat lokal karena adanya ekowisata . Kedua, menentukan dampak sosio-ekologi yang diterima oleh daerah karena
adanya ekowisata masyarakat. Secara umum studi ini hasilnya didasarkan pada dampak sosio ekonomi meliputi rumah tangga meningkatkan
pendapatan, tingkat kerja sama, laju perubahan dan penilaian gaya hidup, tingkat komunikasi, persepsi masyarakat terhadap wisatawan, tingkat kerja alokasi waktu dan tingkatan penduduk dalam kegiatan ekonomi. Persamaan
peneilitian yaitu tentang dampak ekonomi dan ekonomi ekowisata dan menggunakan metode statistik deskriptif. Namun perbedaannya dalam
penelitian yang akan dilakukan ditambah dengan perhitungan dampak pengganda (Multiplier effect) dan objek penelitiannya berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Brandano (2015) yang berjudul
Evaluating Tourism Externalities In Destinations: The Case of Italy. Tujuan
wisatawan dan eksternalitas dari daerah tujuan wisata. Disimpulkan bahwa
komponen pajak internasional tidak memiliki efek distortif dan pariwisata juga positif mempengaruhi aktivitas kriminal serta adanya hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat harga rumah. Persamaan penelitian yaitu
tentang eksternalitas dari pariwisata. Perbedaanya pada metode penelitian, pada jurnal ini menggunakan analisis kuantitatif perspektif empiris, analisis
data panel dan analisis kontrol sintetis sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan multiplier efek.
Jurnal yang ditulis oleh Brida, J.G. et al (2016) yang berjudul Cruise
Tourism Externalities and Residents’ Support: A Mixed Approach. Tujuan
dari penelitian ini ialah untuk menguji dukungan warga Messina untuk
investasi di cruise pariwisata (pariwisata kapal pesiar dipelabuhan Mediterania). Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa
masyarakat setempat memiliki persepsi positif terhadap pengembangan pariwisata kapal pesiar dipelabuhan Mediterania, berdasarkan temuan ekonometrika mengungkapkan bahwa warga di Messina cenderung
berinvestasi ditingkat sangat tinggi jika mereka menganggap adanya esternalitas positif (ekonomi, sosial, lingkungan). Persamaan penelitian yaitu
tentang eksternalitas pariwisata yang dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sedangkan untuk perbedaanya terletak pada objek pariwisata dan metode penelitian, serta dalam penelitian yang akan dilakukan ditambahkan
Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Dhiajeng (2013) yang berlokasi
di Desa Tembi bertujuan untuk mengetahui profil kepariwisataan Desa Wisata Tembi, mengetahui pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan ekonomi bagi masyarakat lokal, dan mengetahui dampak ekonomi dari
ditetapkannya Desa Wisata Tembi terhadap penduduk lokal. Penelitian dengan judul “Dampak Ekonomi Pariwisata Desa Tembi Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta” disimpulkan bahwa dampak yang diterima
masyarakat dari adanya Desa Wisata Tembi yaitu dapat meningkatkan penambahan penghasilan langsung dari wisatawan sesuai dengan aktifitas
bisnis yang dikontribusikan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu tentang dampak dari Desa Wisata.
Perbedannya ialah terdapat pada objek penelitian dan metode, peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan perhitungan konsep multiplier.
Dalam penelitian Zaroh (2012) yang berjudul Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Dusun Pentingsari Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak ekonomi dan dampak sosial penduduk sebelum dan sesudah dicanangkan sebagai Desa Wisata. Hasil yang
dapat disimpulkan dari adanya aktivitas di Desa Wisata Pentingsari berdampak pada penduduk sekitar khsusnya penduduk dusun Pentingsari dapat dilihat dari kondisi ekonomi sesudah dicanangkan Desa Wisata adanya
setelah dicanangkan Desa Wisata adanya peningkatan kriminalitas,
kepercayaan terhadap mitos, pengaruh budaya luar, dan adanya puskesmas keliling. Persamaan penelitian yaitu tentang dampak sosial ekonomi Desa Wisata dan menggunakan metode penelitian statistik deskriptif. Perbedaanya
ialah pada objek penelitian dan dalam penelitian yang akan dilakukan ditambah dampak dilihat dari aspek budayanya dan adanya perhitungan
mutiplier effect. Perbedaannya yaitu terletak pada objek penelitian.
C. Model Penelitian
dengan adanya Desa Wisata tersebut masyarakat dapat menambah
pendapatan setiap atraksi maupun peristiwa yang dilaksankan oleh Desa Wisata tersebut. Dapat juga menambah pendapatan dengan membuka toko-toko kecil disekitar tujuan wisata di Desa Wisata ataupun membuat kamar
sebagai homestay saat ada tamu yang ingin bermalam di Desa Wisata tersebut. Dengan adanya Desa Wisata wukirsari pula masyarakat dapat
menampilkan kebudayaan mereka sebagai kesenian dari Desa Wisata tersebut, Dan tidak hanya itu masyarakat Desa Wisata dapat mempelajari kehidupan wisatawan.
A. Objek/ Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah dampak ekonomi, dampak sosial-budaya,
dan dampak fisik. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah Desa Wisata Wukirsari, Imogiri, Yogyakarta. Penentuan lokasi penelitian menentukan tujuan penelitian dan memperhatikan kondisi sosial-budaya, fisik dan
ekonomi yang menjadi kriteria penentuan lokasi penelitian. Adapun alasan peneliti memilih lokasi Desa Wisata Wukirsari yakni sebagai berikut :
1. Desa Wukirsarimerupakan Desa Wisataberbasis kerajinan membatik karna sebagian besar mata pencarian masyarakat ialah dari batik (99 % wanita membatik), dan petani. Saat ini masyarakat diDesa
WisataWukirsari tengah bertransisi menjadi masyarakat wisata. Transisi tersebut menghasilkan inovasi untuk mengembangkan basis membatik
dan petani yang ada di desa menjadi destinasi wisata.
2. Desa Wisata Wukirsari terdiri dari 3 Dukuh yang aktif dan produktif
dalam kegiatan pariwisata, pada tahun 2006 mendapat musibah gempa bumi yang berdampak pada kegiatan ekonomi. Namun, masyarakat mampu bangkit dari musibah tersebut dengan menjadikan desa Wukirsari
menjadi Desa Wisata dengan mengoptimalkan potensi yang ada. 3. Desa Wisata Wukirsari menjadi bagian yang baru berdiri pada tahun
kota tetapi mampu mengelola keaktifan masyarakat dengan kerjasama
antar masyarakat yang masih kuat dalam mengembangkan potensi lokal yang ada di Desa Wisata tersebut sebagai bagian pendukung kemajuan Desa Wisata.
4. Desa Wisata Wukirsari meraih penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik urutan ke-enam Nasional pada tahun 2014 dan pada tahun 2016 sebagai
Desa Wisata terbaik pertama tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang
merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data primer ini dapat diperoleh melalui observasi, kuisioner dan wawancara kepada beberapa penduduk
sekitar Desa Wisata. Sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data tertulis dari instansi dan pihak-pihak yang
terkait dengan penelitian penulis, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY dan Kabupaten Bantul dan Pengelola Desa Wisata Wukirsari.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel menurut sugiono (2010) dalam Ramadhani (2014) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka keseimpulan dari populasi tersebut dapat diberlakukan. Pada
terlibat dalam Desa Wisata. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 200
KK.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pemgambilan sampel karna adanya tujuan atau kriteria
tertentu, bukan bersifat random (Jogiyanto, 2014). Teknik ini digunakan untuk wawancara dan kuisioner. Sementara untuk kuisioner menentukan
jumlah sampel masyarakat yang terlibat dalam Desa Wisata dihitung menggunakan rumus Slovindengan tingkat kesalahan sebanyak 5%, maka diperoleh 134 KK yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini.
Menurut Martadipura (2016) Penentuan ukuran sampel minimal (n) dengan menggunakan rumus Slovin. Jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi α adalah :
n =1 + ��� 2
Keterangan:
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
α = Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance)
n = N/(1+200 x 0,052) = 133,333
Dengan demikian jumlah sampel yang akan dijadikan responden adalah 134 KK (orang). Pemilihan rumus slovin dan 134 orang sebagai
yang terlibat dengan Desa Wisata Wukirsari untuk dijadikan responden.
Maka dari itu peneliti memilih menggunakan rumus slovin dengan tingat eror 5% supaya mendapatkan jumlah responden yang sesuai tidak terlalu sedikit
dan juga tidak terlalu banyak.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data penting dalam sebuah penelitian, maka
teknik dalam pemgumpulan data harus dimiliki oleh seorang peneliti sebagai pedoman penelitian yang strategis. Oleh karnanya, berdasarkan sumber data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder
sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan penelitian.
Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa cara
untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.
1. Observasi, yaitu wawancara dan studi waktu dan gerak,dilakukan
pengamatan secara langsung dengan mata terhadap keadaan yang sebenarnya diDesa Wisata Wukirsari sehingga dapat mengetahui dan
mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian penelitian (Jogiyanto, 2014). Teknik observasi yang digunakan ialah observasi
samar-samar atau terus terang.
2. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
dapat digunakan untuk pertanyaan dengan komunikasi langsung kepada
responden, sehingga wawancara dapat diartikan juga sebagai pertukaran informasi dan ide dalam bentuk tanya jawab oleh dua orang dalam pertemuan yang kemudian dapat dikontruksikan makna dalam satu topik
(Jogiyanto, 2014; Sugiyono, 2012). Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak terkait dengan penelitian, yaitu Kepala
Dukuh Desa Wista Wukirsari (Cengkehan, Karang Kulon, dan Giriloyo), Pengelola Desa Wisata Wukirsari, dan Masyarakat. Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terbuka.
3. Kuisioner, yaitu instrumen survei untuk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi sejumlah pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya, supaya mengetahui data dari suatu variabel(Zaroh, 2012). Kemudian dijabarkan ke dalam indikator
untuk dijadikan butir-butir pertanyaan yang nantinya tertuang dalam angket. Penelitian ini menggunakan metode angket untuk mengetahui kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan (fisik) yang ditujukan
kepada masyarakat Desa Wisata Wukirsari.
Untuk mengukur pendapat responden dalam penelitian ini
digunakan skala likert. Skala likert berhubungan dengan sikap seseorang terhadap sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa skala likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang
peneliti. Dengan skala likert, maka variabel yang diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian variabel tersebut dijadikan indikator sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban dari instrumen tersebut yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk setiap pernyataan akan diberi bobot sebagai
berikut.
TABEL 3.1.
SKALA LIKERT PERNYATAAN POSITIF DAN NEGATIF
No Pernyataan
5 Sangat Tidak Setuju (STS)/ Tidak pernah
1 5
Sumber: Sari, 2015
4. Dokumentasi, yaitu dengan cara menggunakan kamera untuk memberikan hasil gambar atau keadaan yang sesungguhnya di Desa
Wisata Wukirsari.
5. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada dari berbagai sumber terpercaya, baik dari internet, buku,
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dan perbedaan penafsiran yang berhubungan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Dalam penelitian ini variabel penelitian yang akan
digunakan adalah eksternalitas Desa Wisata Wukirsari. Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian dari segi ekonomi, segi
sosial-budaya dan segi fisik. 1. Dampak Ekonomi
Dengan adanya sektor pariwisata dapat mengembangkan ekonomi
lokal terutama yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup baik dan mendapat respons positif dari pemerintah dan wisatawan. Adanya Desa
Wisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh yang
sesuai dengan kemampuan dan akan menambah pendapatan masyarakat sekitar sehingga bisa meningkatkan taraf hidup yang layak. Selain itu kemajuan berpikir dan mengubah pola pandang masyarakat akan
pengembangan suatu objek wisata, terutama adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Dengan demikian dapat mengembangkan
2. Dampak Sosial-Budaya
kondisi sosial-budaya masyarakat di Desa Wisata Wukirsari yang meliputi variabel-variabel:
a. Kerukunan (Tingkat kerukunan Masyarakat), kondisi rukun
terjadi jika semua pihak berada dalam kondisi damai (jarang konflik dan suka tolong menolong. Keberadaan orang baru dalam
suatu wilayah yang menyebabkan adanya keseimbangan baru pada sistem sosial diwilayah tersebut. keseimbangan baru tersebut dapat dicapai melalui konflik/damai yang menimbulkan reaksi
pada kerukunan masyarakat.
b. Kebudayaan, mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai
tradisional dengan mengembangkan suatu wujud yang bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan suatu
keadaan yang berubah.
c. Keamanan (tingkat kriminalitas), pariwisata berpotensi sebagai faktor penentu munculnya berbagai bentuk kriminalitas, bentuk
kriminalitas bisa berupa kejahatan yang dilakukan masyarakat kepada wisatawan ataupun sebaliknya.
3. Dampak Fisik
a. Kelengkapan fisik, untuk dapat melihat adanya peningkatan kualitas lingkungan dilihat dari kelengkapan fisik yang dibatasi
b. Tata guna lahan, dampak pengembangan pariwisata terhadap
lingkungan dan alam bisa berupa pengambil alihan lahan untuk pariwisata. (Sari, 2015)
F. Uji Kualitas Instrumen Dan Data
Uji kualitas data terdiri dari dua macam uji yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Instrumen yang sudah dikembangkan pada tahap sebelumnya
perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen kuisioner sehingga data yang ada harus melalui uji validitas dan uji reabilitas untuk mengetahui keabsahan
suatu hasil penelitian dari alat ukur yang digunakan.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen. Validitas menunjukan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas
berhubungan dengan tujuan dari pengukuran, dan berhubungan dengan kenyataan (actually) Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya
dengan benar atau nyata (Jogiyanto, 2014). Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkolerasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total, menggunakan teknik uji kolerasi Pearsonproduct moment. Suatu butir
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (reliability) ialah menunjukan akurasi dan ketepatan dari pengukuran. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurannya dan konsistensi dari pengukuran. Suatu pengukuran dikatakan
reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten
jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2014).
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung Cronbach Alpha
dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Teknik Cronbach Alpha adalah suatu teknik yang menunjukan indeks konsistensi internal yang akurat,
cepat dan ekonomis. Instrumen yang dipakai memenuhi reliabilitas nilai
cronbanch Alpha antara 0 sampai 1. Semakin besar koefisien alpha (mendekati 1) maka semakin besar kepercayaan terhadap alat ukur tersebut. Instrumen dipakai memenuhi reliabilitas jika nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Ghonzali, 2002 dalam Rahayu, 2016).
G. Uji Analisis Data
Menurut Zaroh (2012), Analisis data ialah proses penyederhanaan
Menurut Muhson (2016) Statistik deskriptif merupakan statistik yang
digunakan dalam menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang terkumpul sesuai dengan fakta.
Dalam suatu penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari lapangan terkumpul. Kegiatan analisis data ialah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, metabulasi
data berdasarkan variabel seluruh respondens, menyajikan data setiap variabel yang diteliti melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Purwanto, 2007).
Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun instrumen penelitian berupa kuisioner yang berisi pertanyaan.
2. Melakukan pengumpulan data kepada respondens yang telah ditentukan oleh peneliti.
3. Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dan memeriksa kelengkapan kuisioner yang telah diisi, melakukan tabulasi dari hasil kuisioner dan melakukan analisis
data dengan menggunakan uji statistik untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis (Sari, 2015).
Selanjutnya, analisis multiplier effect yang digunakan dalam penelitian
langsung dan manfaat induced bagi perekonomian lokal. Dampak ekonomi
ini dapat diukur dengan menggunakan multiplier effect (efek pengganda) dari aliran uang yang terjadi melalui Ratio Income Multiplier Tipe I yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari
pengeluaran wisatawan berdampak pada keseluruhan ekonomi lokal (Indirect Effects dan dampak induced) (Setiawan, 2013). Pengelolaan data dilakukan
menggunakan alat bantu Microsoft Office Excel 2007.
Menurut Vanhove (2005) dalam Putri (2015) rumusnya secara
matematis ialah:
Ratio Income Multiplier Tipe I = �+� �
Dimana:
D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari pengeluaran wisatawan (Rupiah)
N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari pengeluaran wisatawan (Rupiah)
Jika nilai koefisien multiplier kurang dari atau sama dengan nol, maka
lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. Sedangkan diantara nol dan satu (0 < dan < 1), maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah dan apabila nilai multipliernya lebih besar atau sama dengan satu ( ≥ 1), maka
lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap
A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian 1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Wukirsari.
Desa Wukirsari terdiri dari desa gabungan yang berdiri pada tanggal
10 Mei 1946.Awal mulanya merupakan 4 kelurahan (kelurahan Singosaren yang terdiri dari 4 Dusun, Kelurahan Giriloyo terdiri dari 3 Dusun, Kelurahan Pajimatan terdiri dari 3 Dusun, dan Kelurahan Pucung yang terdiri dari 6
Dusun) sehingga untuk wilayah desa Wukirsari terdapat 16 Dusun. Desa Wukirsari hanyalah sebuah desa biasa seperti desa pada umumnya yang tidak memiliki daya tarik apapun.Masyarakat hanya bekerja untuk memenuhi
kebutuhan dengan bertani dan menekuni kerajinan yang sudah turun temurun dari nenek moyang terdahulu yaitu batik tulis dan wayang. Namun untuk
bertani mulai berkurang dan menjadi mata pencaharian sampingan masyarakat sekitar, karna tanah yang tidak mendukung, 2/3 tanahnya
merupakan tanah tandus miringan dan 1/3 nya dialihkan untuk peternakan (Wawancara dengan Staf Kantor Desa Wukirsari, 12 Oktober 2016).
Terlepas dari gempa bumi yang melanda DIY dan menghancurkan
beberapa bangunan asli setempat, tetapi ternyata semangat warga Desa Wukirsari tetap terjaga. Kesadaran akan potensiwisata yang ada pada Desa
dengan mendirikan kelompok batik, yang awal mulanya hanya ada 4
kelompok batik. Melihat adanya potensi batik di Desa Wukirsari, maka LSM (IRE-Australia berkerjasama dengan JAS) membantu untuk pelatihan pewarnaan, desain, dan pemasaran. Kemudian, dengan berjalannya waktu
wilayah Wukirsari mendukung adanya paguyuban batik(pengurus paguyuban merangkap menjadi pengurus Desa Wisata) dan hingga sekarang kelompok
batik pun bertambah menjadi 12 kelompok. Sehingga dibangunlah gazebo wisata atas bantuan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Daerah Istimewa Yogyakarta dan LSM-JAS berupa gazebo dalam ukuran kecil untuk
pelatihan membatik dan showroom dari 12 kelompok batik yang dikumpulkan, kemudian gazebo tersebut sekarang menjadi sentra wisata
(Wawancara dengan Nur Ahmadi dan Isnaini, 20 Mei 2016).
Setelah Desa Wukirsari menjadi destinasi wisata tahun 2008, semua
tatanan dari berbagai aspek pun ditata. Hal pertama yang diatur ialah adanya pembentukan kelompok masyarakat sadar wisata (yang mengelola) atau disebut dengan kelompok sadar wisata (POKDARWIS), namun dari berbagai
potensi yang ada di Desa Wisata Wukirsari yang paling unggul ialah Batik tulis.
Batik tulis di Desa Wukirsari memang bermula dari tradisi turun temurun beberapa tahun silam, sejarah batik tulis memang tidak terlepas dari keberadaan dua makam kerabat kraton Yogyakarta dan Surakarta yang
kerabat kraton berkunjung/ ziarah ke makam tersebut kemudian terjadilah
interaksi antara mereka dan penduduk sekitar. Seiring dengan interaksi tersebut maka diajarkan pula keahlian membatik yang pada akhirnya penduduk desa Wukirsari dapat memenuhi kebutuhan batik kraton (Data
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bantul, 2016).
Pengunjung/ wisatawan mulai berdatangan untuk berwisata ke Desa
Wisata Wukirsari yaitu menginjak tahun 2010. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah wisatawan yang datang mulai meningkat, sehingga dibuatlah paket wisata belajar membatik, kursus membatik dan outbonddi Desa Wisata
Wukirsari atas kesepatakan bersama.
2. Kondisi Geografis.
Desa Wukirsari adalah salah satu desa dari 8 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, yaitu Desa Selopamioro, Desa Sriharjo, Desa Kebonagung, Desa Karangtengah, Desa Girirejo, Desa
Karangtalun, dan Desa Imogiri. Topografi yang berupa dataran rendah dengan curah hujan 55 mm/thn berada pada ketinggian tanah 50 meter diatas
permukaan laut. Suhu udara yang tercatat rata-rata mencapai 27 ͦ C.
Daerah Desa Wukirsari terletak 17 km dari ibu kota provinsi atau
sekitar 10 km dari ibu kota Kabupaten Bantul dan 3 km dari pusat pemerintahan Kecamatan. Desa Wukirsari memiliki 16 Dusun (Pedukuhan), yaitu Singosaren, Bendo, Mangung, Sindet, Tilaman, Pundung, Kedung
Karangasem, Jatirejo, Karangtalun, dan Dengkeng. Berikut adalah batas-batas
wilayah Desa Wukirsari:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Jetis & Kecamatan Pleret. 2. Sebelah Selatan : Desa Imogiri, Girirejo & Kecamatan
Dlingo.
3. Sebelah Barat : Sugai Opak & Kecamatan jetis.
4. Sebelah Timur :Kecamatan Dlingo.
Luas wilayah keseluruhan Desa Wukirsari adalah 15.385,505 Ha. Namun wilayah pusat kegiatan kepariwisataan dan aktif/ produktif melayani
wisata hanya terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun Giriloyo, Dusun Karang Kulon, dan Dusun Cengkehan.Sekretariat Desa Wisata Wukirsari juga
terdapat di Dusun Karang Kulon.
Sumber: Pengelola Desa Wisata Wukirsari, 2016
3. Kondisi Demografi.
Total Jumlah penduduk Desa Wukirsari mencapai 16.703 jiwa, 4.997 KK.Jumlah keluarga miskin menurut standar BPS mencapai 1774 KK atau 4.882 jiwa. Desa Wisata Wukirsari hanya terdiri dari 3 Dusun yang terlibat
dalam pengelolaan Desa Wisata Wukirsari. Jumlah KK yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Wukirsari berjumlah 200 Kepala Keluarga.
Berikut merupakan data jumlah penduduk Desa Wisata Wukirsari berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4.1.
JUMLAH PENDUDUK DESA WISATA WUKIRSARI
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 5.359 32.08
2 Perempuan 8.344 49.95
Jumlah Total Penduduk 16.703 100
Jumlah Kepala Keluarga 4.997 Sumber: Data Monografi Desa Wukirsari, 2015
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
penduduk jenis kelamin perempuan yang berjumlah 8.344 orang, namun jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan berjumlah sangat tinggi,
karena jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 5.359 orang.
TABEL 4.2.
DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN UMUR
No Umur (Tahun) Jumlah Persentase
1 0-15 6570 39.33
2 15-65 9535 57.08
3 65-80 598 3.58
Jumlah 16.703 100
Dari data jumlah penduduk berdasarkan umur bahwa jumlah
penduduk yang berada pada usia produktif antara 15-65 tahun sekitar 57.08 % dari total jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang berusia 0-15 tahun terdiri atas 6570 jiwa atau sekitar 39.33 % dari jumlah keseluruhan dan 598
jiwa yang berusia 65-80 tahun atau sekitar 3.58% dari jumlah keseluruhan.
4. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Wisata Wukirsari.
Sebagian besar masyarakat Desa Wisata Wukirsari berdasarkan usia produktif bermata pencaharian sebagai wisaswasta/ pedagang, tidak heran jika Desa Wisata Wukirsari merupakan juara Desa Wisata Terbaik tingkat
DIY sebagai kategori pemasaran terbaik. Selain profesi sebagai wiraswasta dan pengrajin ada juga profesi lain dari masyarakat Desa Wisata Wukirsari.
TABEL 4.3.
JENIS MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DESA WISATA WUKIRSARI
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
1 PNS 600 6.25
2 TNI/POLRI 73 0.76
3 Pegawai Swasta 3180 33.35
4 Wiraswasta/Pedagang 4184 43.50
5 Petani 344 3.60
Sumber: Data Monografi Desa Wukirsari, 2015