• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN INTRAPERSONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL COMMITMENT MELALUI CALLING DAN MEMBERSHIP (Studi pada SMAN 1 Sumbawa Besar, SMAN 1 Lape dan SMAN 1 Maronge)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN INTRAPERSONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL COMMITMENT MELALUI CALLING DAN MEMBERSHIP (Studi pada SMAN 1 Sumbawa Besar, SMAN 1 Lape dan SMAN 1 Maronge)"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KEPEMIMPINAN INTRAPERSONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL COMMITMENT

MELALUI CALLING DAN MEMBERSHIP

(Studi pada SMAN 1 Sumbawa Besar, SMAN 1 Lape dan SMAN 1 Maronge)

THE INFLUENCE OF INTRAPERSONAL LEADERSHIP ON ORGANIZATIONAL COMMITMENT

THROUGH CALLING AND MEMBERSHIP

(Study on SMAN 1 Sumbawa Besar, SMAN 1 Lape and SMAN 1 Maronge)

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Magister Manajemen

Disusun Oleh: Khaerul Alif Pratomo

(20141020052)

Kepada:

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kepemimpinan intrapersonal terhadap organizational commitment melalui calling dan membership di SMAN 1 Sumbawa Besar, SMAN 1 Lape dan SMAN 1 Maronge.

Keseluruhan populasi di dalam penelitian ini sebanyak 103 orang, metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan intrapersonal berpengaruh positif dan signifikan terhadap calling dan membership, calling tidak berpengaruh positif terhadap organizational commitment, membership berpengaruh positif terhadap organizational commitment, kepemimpinan intrapersonal berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational commitment. Calling tidak terbukti memediasi kepemimpinan intrapersonal terhadap organizational commitmet, sedangkan membership terbukti memediasi kepemimpinan intrapersonal terhadap organizational commitment.

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Eksistensi dan perkembangan suatu organisasi sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Salah satu aspek kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin kepada karyawan dapat memotivasi karyawan secara efektif untuk bekerja bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab agar

dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut (Azhar, 2009).

Pemimpin yang memiliki kinerja baik terhadap karyawan maka akan berdampak positif pula terhadap kinerja para karyawannya dalam melakukan pekerjaan. Peran dari seorang pemimpin adalah mengembangkan sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi tersebut dengan melakukan berbagai cara seperti pelatihan, pendidikan, dan lain-lain agar tujuan yang diharapkan oleh organisasi tersebut tercapai.

(4)

2

seorang pemimpin harus dapat memberikan motivasi terhadap para karyawannya agar selalu dapat meningkatkan kinerja. Dengan pemberian arahan tersebut secara tidak langsung dapat memberikan motivasi pada karyawan demi peningkatan kinerjanya.

Dewasa ini, dibutuhkan konsep-konsep kepemimpinan baru yang lebih inovatif menuju organisasi bergerak menghadapi era persaingan baru termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu perhatian utama saat ini adanya gaya kepemimpinan yang berkaitan dan melekat pada individu itu sendiri. Kepemimpinan Intrapersonal merupakan kepemimpinan yang dibangun untuk mengendalikan diri berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan spiritualitas mereka sehingga terbangun harmoni antara pikiran, perasaan dan tindakan (Tjahjono & Palupi, 2015).

Dengan tertanamnya kepemimpinan dalam diri individual itu sendiri, kaitannya dengan panggilan jiwa (Calling) sangat penting bagi menumbuhkan rasa kepemilikan dan komitmen yang kuat terhadap suatu organisasi (Fry, 2003)

(5)

3

yang dilakuakan (Fry,2003) kaitannya dengan keanggotaan seorang karyawan terhadap suatu organisasi. Dalam penelitian yang dilakukan tersebut (Fry, 2003) menjelaskan bahwa keanngotaan (Membership) memeiliki peran penting untuk Komitmen organisasi.

(6)

4

mendidik. Ada juga yang berpendapat bahwa semua itu bisa tercapai karena peran kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah. Semua yang telah dilakukan baik oleh kepala sekolah, guru bahkan siswa memberikan dampak yang sangat besar bagi organisasi (sekolah).

Berdasarkan hal-hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kepemimpinan intrapersonal terhadap organizational commitment melalui calling dan membership (studi pada SMA N 1 Sumbawa, NTB, SMA N 1 Lape dan SMA N 1 Maronge).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat ditarik rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah :

1.2.1. Apakah Kepemimpinan Intrapersonal memiliki pengaruh positif terhadapCalling?

1.2.2. Apakah Kepemimpinan Intrapersonal memiliki pengaruh positif terhadapMembership?

(7)

5

1.2.4. Apakah Membership memiliki pengaruh positif terhadapOrganizational commitment?

1.2.5. Apakah kepemimpinan intrapersonal memiliki pengaruh positif terhadap organizational commitment?

1.2.6. Apakah kepemimpinan Intrapersonal memiliki pengaruh positif terhadap Organizational CommitmentmelauiCallingdanMembership? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Untuk menganalisa pengaruh kepemimpinan intrapersonal terhadapcalling.

1.3.2. Untuk menganalisa pengaruh kepemimpinan intrapersonal terhadapmembership.

1.3.3. Untuk menganalisa pengaruh calling terhadap organizational commitment.

1.3.4. Untuk menganalisa pengaruh membership terhadaporganizational commitment.

(8)

6

commitment.

1.3.6. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan intrapersonal terhadap organizational commitmentmelaluicallingdanmembership. 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Instansi

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu instansi dalam terus meningkatkan komitmn para guru kaitannya dengan kepemimpinan Intrapersonal di SMA N 1 Sumbawa, SMA N 1 Lape dan SMA N 1 Maronge khususnya dan seluruh SMA yang ada di Indonesia.

1.4.2. Bagi Ilmu Pengetahuan

1.4.2.1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia. 1.4.2.2. Sebagai dasar untuk penelitian

(9)

7

1.4.3. Bagi Penulis

1.4.3.1. Sebagai sarana untuk berlatih dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dengan kenyataan-kenyataan di bidang manajemen khususnya manajemen sumber daya manusia. 1.4.3.2. Penelitian ini dapat menambah

(10)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Organizational Commitment

Menurut (Fry, 2003) mendefinisikan organizational

commitment merupakan orang yang memiliki perasaan

calling dan membership yang akan menjadi saling

berhubungan untuk lebih setia, dan ingin tinggal pada sebuah

organisasi yang memiliki budaya berdasar pada nilai-nilai

cinta (altruistic love). Hal ini dapat ditunjukkan dengan: (1)

Memiliki perasaan menjadi keluarga dalam sebuah organisasi.

(2) Memiliki perasaan bahwa permasalahan dalam organisasi

merupakan permasalahan bersama. (3) Memiliki perasaan

senang dan bangga untuk dapat mengembangkan karir dalam

organisasi. (4) Menceritakan pada orang lain bahwa/tentang

organisasi sebagai tempat yang menyenangkan untuk bekerja.

Kepemimpinan spiritual merupakan pembentukan

values, attitude, behavioryang dibutuhkan untuk memotivasi

diri sendiri dan orang lain secara intrinsic motivation

(11)

9

calling/meaning dan membership sehingga

berdampak pada pengendalian organizational commitment,

productivity dan firm performance (Fry, 2003). Sikap

profesional yang dimiliki setiap karyawan berdasarkan

perasaan calling akan meningkatkan perasaan menjadi lebih

bermakna kepada orang lain dan lingkungan organisasi serta

dirinya sendiri (Baumeister, 1991). Orang akan melakukan

apa saja demi sebuah panggilan jiwa (calling) yang sangat

berbeda dari pekerjaan atau karier (Baumeister, 1991).

Organizational commitment adalah para karyawan

yang memiliki perasaan calling dan membership kemudian

menjadi saling berhubungan untuk lebih setia (loyalty), dan

ingin tinggal (commitment) pada sebuah organisasi yang

memiliki budaya berdasar pada nilai-nilai cinta (altruistic

love) (Fairholm, 1998).

2.1.2. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses prilaku untuk

memenangkan hati, pikiran, emosi dan perilaku orang lain

untuk berkontribusi terhadap terwujudnya visi. Seperti

dikemukakan oleh Robbins (2007) bahwa kepemimpinan

(12)

10

pencapaiaan tujuan.

Kepemimpinan adalah perilaku seseorang memotivasi

orang lain untuk bekerja ke arah pencapaian tujuan tertentu.

Dalam kepemimpinan, atasan tidak hanya harus memotivasi

bawahan, tetapi motivasi itu sendiri harus dapat diterima oleh

bawahan dan menjadi pendorong untuk mencapai tujuan

tersebut (Basu, 2000).

Seorang pemimpin harus menerapkan gaya

kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang

pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuannya menurut Waridin dan

Bambang Guritno (2005) dalam Bryan Johannes Tampi

(2014). Berikut ini adalah definisi-definisi yang memberi

gambaran tentang kepemimpinan, yaitu:

1.Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan

memberi arah kepada individu atau kelompok yang

tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

(13)

11

kelompok kerja atau orang lain dalam rangka mencapai

tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

3.Aktivitas pemimpin dapat dilukiskan sebagai seni (art) dan bukan ilmu (science) untuk mengkoordinasi dan

memberikan arah kepada anggota kelompok dalam rangka

mencapai suatu tujuan tertentu.

4.Memimpin adalah mengambil inisiatif dalam rangka situasi sosial (bukan perseorangan) untuk membuat

prakarsa baru, menentukan prosedur, merancang perbuatan

dan segenap kreatifitas lain dan karena itu pulalah tujuan

organisasi akan tercapai.

5.Pimpinan selalu berada dalam situasi sosial sebab kepemimpinan pada hakikatnya adalah hubungan antara

individu dengan individu atau kelompok dengan individu

atau kelompok lain. Individu atau kelompok tertentu

disebut pimpinan dan individu atau kelompok lain disebut

bawahan.

6.Pimpinan tidak memisahkan diri dari kelompoknya. Pimpinan bekerja dengan orang lain, bekerja melalui

orang lain atau keduanya.

(14)

12

kepemimpinan dapat berhasil dengan baik, maka seorang

pemimpin harus berusaha untuk 1) bertanggung jawab atas

keefektifan suatu organisasi, 2) selalu mengadakan

perubahan untuk meningkatkan kualitas hasil dan 3) ada

keprihatinan jika terjadi penurunan integritas.

Konsep kepemimpinan memiliki hubungan erat

dengan konsep kekuasaan dan pengaruh terhadap pihak lain.

Esensi kepemimpinan adalah bagaimana mempengaruhi

orang lain. Sumber-sumber yang digunakan untuk

mempengaruhi adalah kekuasaan. Pengaruh-pengaruh

tersebut bersumber pada aspek formal maupun aspek

personal (Tjahjono dan Palupi, 2015).

2.1.3. Kepemimpinan Intrapersonal

Hal fundamental yang menjadi tantangan setiap orang

adalah pengendalian dirinya. Dalam persepktif spiritualitas,

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa perang terbesar umat

manusia adalah pengendalian diri mereka terhadap hawa

nafsunya.

Kepemimpinan intrapersonal adalah kepemimpinan

yang dibangun untuk mengendalikan diri berdasarkan

(15)

13

terbangun harmoni antara pikiran, perasaan dan tindakan. Di dalam kepemimpinan intrapersonal dibangun kecerdasan

secara komprehensif, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional, kecerdasan eksekusi, kecerdasan adversitas dan

kecerdasan spiritual. Sumber-sumber pengaruh dalam

kepemimpinan intrapersonal berasal dari aspek yang relatif

melekat pada individu (Tjahjono dan Palupi, 2015).

Ada tiga dimensi utama dalam kepemimpinan

intrapersonal yaitu (1) kecintaan dan syukur pada Allah SWT.

Pengendalian diri ditujukan karena bentuk tunduk dan syukur

kepada Allah SWT, sehingga manusia dapat mencapai jalan

takwa. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan

seharusnya membebaskan manusia dari bentuk pengaruh

yang tidak sejalan dengan nilai-nilai spiritualitas kepada

Allah SWT. (2) dorongan untuk menjadi solusi bagi

permasalahan sesama dalam kehidupan. Hal ini disampaikan

dalam hadist Rasulullah SAW bahwa sebaik-baik manusia

adalah yang paling bermanfaat. Dengan demikian

kepemimpinan manusia didorong pada upaya memberi

manfaat dan menjadi rahmat bagi alam semesta (3) selalu

(16)

14

belajar (continuous improvement). Hari ini harus lebih baik

dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Dengan demikian kepemimpinan adalah sebuah perbaikan

dan bersifat terbuka untuk menjadi lebih baik dari waktu ke

waktu. Apabila setiap pribadi dalam organisasi mempunyai

kepemimpinan intrapersonal yang kuat maka mereka secara

mental memiliki keberlimpahan untuk memberi manfaat pada

lingkungan kerja dan organisasi dan memiliki peta mental

yang lebih luas (Tjahjono dan Palupi, 2015).

Dalam praktiknya, manajemen organisasi sulit

membangun tujuan bersama dan harmoni di dalam organisasi

apabila anggota-anggota organisasi didominasi oleh

kepentingan individu, kelompok dan kepentingan parsial

lainnya. Mereka cenderung berpikir untuk mendapatkan

kemanfaatan jangka pendek dan sangat transaksional yang

bersifat jangka pendek. Oleh karena itu kehadiran

pribadi-pribadi spiritual berperan penting dalam membangun

(17)

15

Tabel 2.1 Kepemimpinan Intrapersonal dalam Metafora Organisasi.

Sumber: Tjahjono dan Palupi, 2015

2.1.4.Calling

Calling menurut Fry (2003) merupakan panggilan

jiwa yang luar biasa untuk memperoleh arti dan tujuan hidup

dalam melakukan sebuah perubahan dengan melayani orang

lain. Adapun karakteristik dari calling menurut Fry (2003): (1)

Pekerjaan yang dilakukan sangat penting bagi dirinya. (2)

Pekerjaan yang dilakukan dapat memberi sebuah perubahan

positif dalam kehidupan. (3) Aktivitas pekerjaan secara

pribadi sangat berarti bagi dirinya.

Dalam teori Fry (2003) kepemimpinan spiritual,

konsep calling/makna mengacu pada apakah anggota

METAFORA

PRAKTEK KEPEMIMPINAN

ORGANISME POPULATION

ECOLOGY TRANSAKSIONAL DAN POWER

(18)

16

organisasi percaya bahwa pekerjaan yang mereka lakukan

adalah penting dan bermakna bagi mereka dan membuat

perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Sebaliknya, calling

dikonseptualisasikan sebagai pekerjaan yang dilakukan

keluar dari rasa yang kuat ke arah dalam dan ilham ilahi

untuk melakukan pekerjaan yang bertanggung jawab secara

moral. Calling mengacu pada pengalaman transendensi atau

bagaimana seseorang membuat perbedaan melalui pelayanan

kepada orang lain. Melalui terlibat dalam pekerjaan tersebut,

individu berasal makna dan tujuan dari hidup mereka (Fry et

al., 2005). Menurut Giacalone dan Jurkiewicz (2003), orang

memiliki dorongan intrinsik dan motivasi untuk belajar dan

menemukan makna dalam pekerjaan mereka dan menjadi

anggota dari sebuah kelompok di mana mereka merasa

dihargai atas kontribusi mereka terhadap kinerja kelompok.

Oleh karena itu, diyakini bahwa makna dan panggilan

memiliki hubungan terjalin dalam konteks spiritualitas.

2.1.5.Membership

Menurut William dalam Fry (2003) pendiri dari

modern psychology mendefinisikan membership sebagai

(19)

17

dihargai. Memiliki perasaan ingin dimengerti dan ingin

dihargai merupakan persoalan yang penting dalam hubungan

timbal balik dan interaksi hubungan sosial. Adapun

karakteristik dari membership adalah: (1) Memiliki perasaan

ingin dimengerti dalam komunitas organisasi. (2) Memiliki

perasaan ingin dihargai dalam komunitas organisasi.

Ini adalah fakta bahwa orang-orang seperti milik

bagian dari kelompok penting dan lebih besar. Reave (2005)

menyatakan bahwa karyawan ingin bekerja dalam

lingkungan di mana para pemimpin menyadari dan

mengagumi kontribusi mereka. Dengan cara ini, karyawan

memiliki rasa yang dihargai oleh organisasi. Menurut Yusof

(2011), membership atau keanggotaan didefinisikan sebagai

pemahaman karyawan organisasi dan rasa dihargai. Dalam

konfirmasi ini, Fry (2003) menyatakan bahwa para pemimpin

organisasi harus mampu menciptakan budaya organisasi yang

kuat di mana kedua pemimpin dan pengikut prihatin dan

bertanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan orang lain.

Dia lebih jauh menyatakan bahwa budaya tersebut dapat

menghasilkan perasaan keanggotaan dan diakui dan

(20)

18

2.2. Hasil penelitian terdahulu

1. Abdizadeh & Khiabani (2014) dengan judul penelitian Implementing the Spiritual Leadership Model in the

Healthcare Industry in Iran. Dalam penelitian yang

dilakukan bertujuan untuk menguji model

kepemimpinan spiritual dalam industri kesehatan di

Iran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu pendekatan kuantitatif dengan media kuesioner

sebagai alat pengumpulan data. Kepemimpinan

spiritual dalam mencapai tujuan organisasi memiliki

tujuh dimensi diantaranya: Visi, harapan, cinta

altruistik, calling (panggilan), keanggotaan

(membership), komitmen dan produktivitas. Analisis

yang digunakan oleh penulis yaitu tes korelasi bivariat

sederhana, serta standar linear dan regresi. Dari hasil

penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa setiap

dimensi kepemimpinan spiritual memiliki hubungan

positif terhadap kepemimpinan spiritual. Diantara

dimensi tersebut, membership atau keanggotaan

dengan koefisien beta=0,890 adalah yang paling luar

(21)

19

ini dapat digunakan untuk manajer dan akademisi

sebagai acuan untuk memotivasi karyawan khususnya

di industri kesehatan di Iran. Serta selanjutnya dapat

diterapkan di industri lainnya.

2. Tjahjono & Palupi (2015) dengan judul Kepemimpinan Intrapersonal dan Implikasi

Organisasional. Studi ini menjelaskan kepemimpinan

intrapersonal dalam berbagai metafora organisasi.

Tujuan dari penelitian ini memberikan gagasan

konseptual tentang kepemimpinan intrapersonal dan

pentingnya kepemimpinan intrapersonal dalam

organisasi dalam berbagai perspektif. Ada lima

metafora, yaitu organisme, ekologi populasi,

transaksional dan kekuasaan, mesin dan belenggu

psikologis. Baru-baru ini penelitian telah menyoroti

pentingnya kepemimpinan intrapersonal dalam

pandangan integratif dari lima metafora di atas. Studi

ini memberikan dasar konseptual kepemimpinan

intrapersonal dan implikasi organisasi dari hipotetis.

(22)

20

Commitment melalui Calling dan Membership pada PT.

Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui apakah spiritual

leadership mempunyai pengaruh positif tahadapcalling,

membership dan apakah spiritual leadership

mempunyai pengaruh positif terhadap commitment

organizational melalui calling dan membership.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan media

kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Sampel

dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan PT.

Asuransi Takaful Keluarga dengan metode random

sampling. Analisis data menggunakan smart-PLS guna

mempermudah peneliti. Dari hasil penelitian

ditemukan bahwa 1. Spiritual leadership berpengaruh

positif terhadap Calling. 2. Spiritual leadership

berpengaruh positif terhadap membership. 3. Calling

berpengaruh positif terhadap Commitment

Organizational. 4. Membership berpengaruh positif

(23)

21

2.3. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoritis di

atas maka peneliti dapat menarik suatu hipotesis sebagai berikut:

1. Pengaruh Kepemimpinan Intrapersonal terhadapCalling.

Di dalam kepemimpinan intrapersonal terdapat

spiritualitas bagi setiap orang atau individu, spiritualitas ini

dalam lingkungan kerja sangat berhubungan dengan teori

Kaizen yaitu teori manajemen yang berpusat pada

perubahan atau perbaikan dan peningkatan dalam proses

dibandingkan dengan mendapatkan hasil tertentu atau

pencapaiaan tertentu.

Kaitannya kepemimpinan intrapersonal dengan

calling dijelaskan dalam penelitian (Fry, 2003) yang

mencetuskan model kepemimpinan spiritual yang di

dalamnya menjelaskan bahwa rasa spiritualitas bisa datang

melaluicallingdanmembership.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan (Ilham, 2012)

menunjukkan hasil yang signifikan antara kepemimpinan

spiritualitas terhadap calling. Dengan adanya landasan

teori diatas maka peneliti menarik sebuah hipotesis 1

(24)

22

H1 : Terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan

intrapersonal terhadapcalling.

2. Pengaruh Kepemimpinan Intrapersonal terhadap

Membership.

Kepemimpinan intrapersonal harus dapat menjalankna

praktik kepemimpinan transaksional secara adil dan

mempraktekkan kepemimpinan transformasional berbasis

pada nilai-nilai spiritualitas pada berbagai level

kepemimpinan. Kepemimpinan intrapersonal membangun

nilai kepemimpinan yang diterapkan pada level individual

untuk membangun spiritualitas dalam bekerja (Tjahjono dan

Palupi, 2015).

Dalam penelitiannya (Fry, 2003) menyatakan bahwa

kepemimpinan spiritual mempengaruhi individu agar

mampu bertahan sebagai anggota dalam sebuah organisasi

atau perusahaan.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan (Ilham, 2012)

menunjukkan hasil yang signifikan antara kepemimpinan

spiritualitas terhadap membership. Berdasarkan penjelasan

diatas peneliti menarik sebuah hipotesis 2 sebagai berikut:

(25)

23

intrapersonal terhadapmembership.

3. PengaruhCallingterhadapOrganizational Commitment

Calling merupakan panggilan jiwa yang luar biasa

untuk memperoleh arti dan tujuan hidup dalam melakukan

sebuah perubahan dengan melayani orang lain (Fry, 2003).

Selanjutnya dijelaskan juga bahwa organizational

commitment merupakan orang yang memiliki perasaan

calling dan membership. Hal tersebut akan menjadi saling

berhubungan untuk lebih setia dan ingin tinggal pada

sebuah organisasi yang memiliki budaya yang berdasarkan

nilai-nilai keyakinan.

Fairholm (1998) menyatakan bahwa organizational

commitment merupakan para karyawan yang memiliki

parasaan calling dan membership kemudian saling

berhubungan untuk lebih setia (loyalty) dan ingin tinggal

(commitment)pada sebuah organisasi yang memiliki budaya

berdasarkan pada nilai-nilai cinta(altruistic love)

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan (Ilham, 2012)

menunjukkan hasil yang signifikan antara calling terhadap

organizational commitment. Berdasarkan penjelasan diatas

(26)

24

H3 : Terdapat pengaruh positif antara calling terhadap

organizational commitment.

4. Pengaruh Membership terhadap Organizational

Commitment

Membership merupakan keanggotaan yang dalam hal

ini sebagai kebutuhan akan rasa ingin dimengerti dan

dihargai. Ini menjadi penting untuk organisasi, karena

terdapat hubungan timbal balik antara karyawan dengan

organisasi yang mengakibatkan karyawan ingin tetap tinggal

pada organisasi tersebut (Fry, 2003).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan (Ilham, 2012)

menunjukkan hasil yang signifikan antara membership

terhadap organizational commitment. Berdasarkan

penjelasan diatas peneliti menarik sebuah hipotesis 4

sebagai berikut:

H4 : Terdapat pengaruh positif antara membership

terhadaporganizational commitment.

5. Pengaruh Kepemimpinan Intrapersonal terhadap Organizational Commitment

Kepemimpinan Intrapersonal merupakan inovasi baru

(27)

25

pemimpian baik diperusahaan maupun dalam organisasi

lainnya. Didalam kepemimpinan intrapersonal terdapat

nilai-nilai spiritualitas, dituntut untuk mampu menerapkan

kepemimpinan tranformasional dan transaksional secara

bersamaan demi mencapai tujuan yang baik di dalam

organisasi (Tjahjono dan Palupi, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan I Gede Anggi

dan I Wayan Gede (2016) menyatakan dalam hasil

penelitain yang dilakukan bahwa kepemimpinan

transformasional berpengaruh positif terhadap komitmen

organisasi. Dengan penjelasan di atas peneliti menarik

hipotesis 5 sebagai berikut:

H5 : Terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan

intrapersonal terhadaporganizational commitment.

6. Pengaruh Kepemimpinan Intrapersonal terhadap

Organizational Commitment melalui Calling dan

Membership

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fry

(2003) menjelaskan dalam konsep kepemimpinan spiritual

bahwa calling dan membership berpengaruh signifikan

(28)

26

akan dilakukan memasukkan variabel kepemimpinan

intrapersonal sebagai pengganti variabel kepemimpinan

spiritual. Antara kedua variabel ini jika dilihat dari pengertian

masing-masing terdapat kesamaan dan saling berkaitan satu

sama linnya, karena di dalam kepemimpinan intrapersonal,

terdapat juga spiritualitas yang mampu memberikan motivasi

tentang semangat dan arti hidup. Dengan penjelasan di atas,

peneliti menarik sebuah hipotesis 6 sebagai berikut:

H6 : Terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan

intrapersonal terhadap organizational commitment

melaluicallingdanmembership.

2.4. Model Penelitian

Sumber : Fry, L. W. 2003. Toward a theory of spiritual leadership. The Leadership Quarterly, 14(6), 693–727. http://dx.doi.org/10.1016/j.leaqua.2003.09.001

Gambar 2.1 Model Penelitian Kepemimpinan

Intrapersonal

Calling

Organizational Commitment

(29)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek dan Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah

SMA Negeri 1 Sumbawa Besar, SMA Negeri 1 Lape dan

SMA Negeri 1 Maronge NTB. Subyek penelitian adalah

sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada

subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti

berada dan diamati oleh peneliti (Arikunto, 2010). Sehingga,

subyek penelitian adalah karyawan tenaga pendidik dalam

hal ini guru beserta kepala sekolah di SMA Negeri 1

Sumbawa Besar, SMA Negeri 1 Lape dan SMA Negeri 1

Maronge NTB.

3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012) . Populasi adalah seluruh

(30)

28

beberapa kesimpulan (Cooper & Emory, 2001). Pada

SMA Negeri 1 Sumbawa Besar NTB, populasi tenaga

pendidik khususnya guru termasuk kepala sekolah sebanyak

34 orang, pada SMA Negeri 1 Lape sebanyak 45 orang dan

pada SMA Negeri 1 Maronge 24 orang. Sehingga jumlah

sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 103 responden.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

melalui purposive sampling. Purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria, adapun kriterianya

adalah guru atau tenaga pendidik termasuk kepala sekolah

pada SMA RUJUKAN dan CALON SMA RUJUKAN dalam

hal ini SMA Negeri 1 Sumbawa, SMA Negeri 1 Lape dan

SMA Negeri 1 Maronge. Pada penelitian ini, besarnya sampel

disesuaikan dengan model analisis yang digunakan yaitu

structural equation modelling (SEM). Berkaitan dengan hal tersebut, ukuran sampel untuk SEM yang menggunakan

model estimasimaximum likelihood estimation(MLE) adalah 100-200 sampel (Ghozali, 2014). Pada penelitian ini jumlah

responden yang diambil sebanyak 103 responden sehingga

(31)

29

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian tersebut

adalah data primer. Data primer ini khusus dikumpulkan

untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan. Data primer

dalam penelitian ini diperoleh melalui pembagian atau

penyebaran daftar pertanyaan (kuisioner) yang diberikan

kepada tenaga pendidik dalam hal ini para guru termasuk

kepala sekolah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode survei, yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden

dengan menggunakan kuesioner berisi daftar pernyataan yang

disampaikan langsung kepada responden, yaitu para guru

serta kepala sekolah. Pengukuran dalam penelitian terdiri dari

angka-angka pada peristiwa-peristiwa empiris sesuai dengan

aturan tertentu. Bentuk yang paling sering dipakai adalah

Skala Likert (Dharmmesta, 1998).

Kuesioner akan menggunakan skala Likert. Skala

(32)

30

5 titik (Sakaran, 2006).

Tabel 3.1 SkalaLikert

Sumber : Sakaran, 2006.

3.5 Definisi Operasional Variable Penelitian

Secara keseluruhan, penentuan atribut dan indikator serta

definisi operasional variabel dapat dilihat dalam tabel 3.2

berikut ini:

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel dan Indikator

Variabel Definisi Indikator Literatur

Kepemimpinan

Intrapersonal KepemimpinanIntrapersonal adalah

1. Saya menyadari mengapa saya ada dalam kehidupan ini.

2. Saya menyadari peran saya dalam menjalani

kehidupan.

3. Saya selalu mengingat suatu saat saya akan

kembali pada

ALLAH SWT.

4. Saya sangat

ingin kembali

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

(33)

31

Variabel Definisi Indikator Literatur

keadaan terbaik.

5. Keyakinan

kepada ALLAH

SWT sehingga saya melakukan yang

terbaik bagi

organisasi ini

6. Misi spiritual sejalan dengan pekerjaan yang saya lakukan di tempat kerja. 7. Saya bersyukur dan menerima diri saya.

8. Saya bahagia

saat membantu

orang lain.

9. Saya senang melihat

keberhasilan

organisasi tempat saya bekerja. 10. Kreatifitas saya menjadi solusi bagi lingkungan kerja saya.

11. Tindakan dan ucapan saya sejalan dengan apa yang saya lakukan di tempat kerja. 12. Pikiran dan

sikap saya

mempengaruhi lingkungan kerja saya.

(34)

32

Variabel Definisi Indikator Literatur

dalam melakukan tempat kerja saya.

15. Banyak

pelajaran terbaik

saya dapatkan

dalam menjalani kehidupan saya.

Calling Calling merupakan panggilan jiwa yang luar biasa untuk memperoleh makna dan tujuan

hidup dalam

melakukan sebuah perubahan dengan melayani orang lain.

1. Pekerjaan saya bermakna

2. Aktifitas yang

saya lakukan

berpengaruh ditempat kerja 3. Pekerjaan yang

saya lakukan

berpengaruh pada efektifitas

organisasi.

4. Saya merasa pekerjaan

pekerjaan yang

saya lakukan

monoton.

5. Aktifitas saya berjalan tanpa arah yang jelas.

6. Pekerjaan saya tidak berhubungan dengan hal penting.

Fry , (2003)

Membership Membership

merupakan

perasaan ingin dimengerti dan

1. Saya antusias pada pekerjaan dan lingkungan kerja saya

(35)

33

Variabel Definisi Indikator Literatur

ingin dihargai yang

merupakan hal

penting dalam

hubungan timbal balik dan interaksi hubungan sosial saya di tempat kerja

4. Kami saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan

5. Saya respek pada teman-teman kerja saya.

Organizational

Commitment OrganizationalCommitment

Menggambarkan

1. Saya merasa bahagia menjalani karir saya

2. Saya merasa permasalahan yang yang kuat dengan tempat kerja

4. Saya merasa sebagai bagian

keluarga dan

tempat kerja

5. Lembaga tempat

saya bekerja

memiliki makna pribadi bagi saya

(36)

34

3.6 Uji Instrumen

3.6.1. Uji Validitas Data (Uji Kesahihan)

Validitas adalah suatu alat untuk menguji seberapa

baik instrumen yang dikembangkan dalam mengukur

konsep tertentu. Data yang valid adalah data yang tidak

berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.

Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan

instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa

yang hendak diukur. Uji validitas item atau butir dapat

dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan Program AMOS 21. Untuk proses uji validitas ini, dilakukan

dengan melihat hasil output AMOS yaitu probability valueuntukregression weight. Jika lebih kecil dari 0,05 maka item dinyatakan valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas (Uji Keandalan)

Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh sebuah alat

ukur dapat diandalkan atau dipercaya. Kehandalan

(37)

35

alat ukur, apabila dilihat dari stabilitas atau konsistensi

internal dari jawaban/pertanyaan jika pengamatan

dilakukan secara berulang. Tingkat yang dapat diterima

adalah sebesar 0,70. Untuk mendapatkan nilai tingkat

reliabilitas digunakan rumus:

(Σstandar Loading)2 Construct Reliability =

standar Loading)2+Σԑj

Keterangan:

1) Standardloading diperoleh dari standardizedloading

untuk setiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan AMOS.

2) Σԑj adalah measurement error dari setiap indikator.

Measurement dapat diperoleh dari 1 – standard loading.

3.7. Uji Asumsi SEM 3.7.1 Ukuran Sampel

Ukuran sampel penelitian untuk pengujian model

SEM dengan menggunakan Maximum Likelihood (ML) minimum diperlukan sampel 100. Ketika sampel

dinaikkan di atas nilai 100, metode ML meningkat

sensitivitasnya untuk mendeteksi perbedaan antar data.

(38)

36

maka metode ML menjadi sangat sensitif dan selalu

menhasilkan perbedaan secara signifikan sehingga

ukuran goodness-of fit menjadi jelek. Jadi dapat direkomendasikan bahwa ukuran sampel antara 100

sampai 200 harus digunakan untuk metode estimasi ML

(Ghozali, 2014).

3.7.2 UjiOutliers

a. Univariate Outliers

Deteksi terhadap adanya outlier univariate dapat dilakukan dengan melakukan nilai ambang batas yang

akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar

score atau yang biasa disebut dengan Z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

1.

Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format

yang standar (Z-score), perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel

besar (di atas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah

(39)

37

atau observasi yang mempunyai z-score˃ 3,00 maka akan dikategorikan sebagaioutliers(Ferdinand, 2002). b.Multivariate Outliers

Evaluasi terhadap multivariate outliers dapat dilihat melalui output AMOS mahalonobis distance. Kriteria yang digunakan pada tingkat p < 0,001. Jarak

tersebut dievaluasi dengan menggunakan X2 pada

derajat bebas (df) sebesar jumlah variabel yang

digunakan dalam penelitian.

3.7.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai

critical ratio(c.r) untuk kurtosis(keruncingan) maupun

skewness (kemencengan) lebih besar ± 2,58 maka distribusi tersebut tidak normal secara univariate.

Sedangkan secara multivariate dapat dilihat pada c.r. baris terakhir dengan ketentuan yang sama.

3.7.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikoloniaritas merupakan uji untuk

menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antar

variabel bebas. Jika koefisien korelasi antar variabel

(40)

38

memenuhi asumsi multikolinearitas.

3.8. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Penelitian memerlukan analisis data dan

interpretasi yang akan digunakan menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk mengkaji

fenomena sosial tertentu sehingga analisis data adalah

proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Model yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah model struktur

berjenjang dan untuk menguji hipotesis yang diajukan

akan menggunakan teknis analisis SEM (Structural Equation Modelling) yang dioperasikan melalui program AMOS 21. Haryono dan Wardoyo (2013)

menyatakan SEM memberikan beberapa manfaat dan

keuntungan bagi para peneliti, antara lain: membangun

model penelitian dengan banyak variabel; dapat

meneliti variabel atau konstruk yang tidak dapat

diamati atau tidak dapat diukur secara langsung;

melakukan analisis faktor, jalur dan regresi;

mengkonfirmasi teori sesuai dengan data penelitian;

(41)

39

kompleks dan efek langsung maupun tidak langsung

dari satu atau beberapa variabel terhadap variabel

lainnya; dan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi

bagi peneliti untuk menghubungkan antara teori dengan

data.

3.8.1 Tahap Pengembangan Model Teoritis

Tahap pertama adalah pengembangan model yang

memiliki justifikasi teoritis yang kuat. Peneliti harus

melakukan serangkaian telaah pustaka guna

memperoleh justifikasi atas model teoritis yang

dikembangkan. Dalam penelitian dikembangkan model

yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh

kemampuan kerja dan lingkungan kerja terhadap

kinerja pegawai yang dimediasi oleh kepuasan kerja.

3.8.2 Tahap Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)

Diagram Alur (Path Diagram) membantu penelitian dan mempermudah melihat hubungan kausal

yang akan diuji. Dalam menyusun diagram alur, peneliti

dapat menggambarkan hubungan antar konstruk

melalui anak panah secara lurus sebagai tanda adanya

(42)

40

dengan konstruk lainnya. Jika garis lengkung antar

konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya

menunjukkan korelasi antara konstruk eksogen dan

endogen.

Menurut Haryono dan Wardoyo (2013), ada dua

jenis laten variabel yaitu laten variabel exogen

(independen) dan variabel endogen(dependen). Kedua jenis konstruk ini dibedakan atas dasar apakah

merekaberkedudukan sebagai variabel dependen atau

bukan dependen di dalam suatu model persamaan.

Konstruk eksogen adalah variabel independen

sedangkan konstruk endogen adalah variabel dependen.

3.8.3 Tahap Persamaan Struktural, Memilih Jenis Input

Matrik dan Estimasi Model

Pada tahap ini, peneliti dapat mulai

mengkonversikan spesifikasi model tersebut ke dalam

rangkaian persamaan. Analisis terhadap data outlier

harus dilakukan sebelum matrik kovariansatau korelasi dihitung. SEM hanya menggunakan matrik variansatau

(43)

41

3.8.4 Tahap Identifikasi Model Struktural

Kemungkinan yang terjadi saat estimasi model

adalah hasil estimasi tidak logis dan hal ini terkait

dengan identifikasi model struktural. Cara melihat

masalah dalam estimasi model ini melalui kemungkinan

adanya nilai korelasi yang tinggi antar koefisien

estimasi, adanya nilai standar error besar untuk satu atau lebih koefisien, atau nilai estimasi yang tidak

mungkin misalnyaerror varianceyang negatif.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dianjurkan

untuk menetapkan lebih banyak konstrain dalam model

(menghapus path dari diagram path) sampai masalah yang ada hilang.

3.8.5 Tahap Menilai KriteriaGoodness of Fit.

Kesesuaian model dievaluasi melalui analisa

terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Langkah awalnya adalah mengevaluasi dulu apakah data yang

digunakan telah memenuhi asumsi-asumsi SEM yakni

ukuran sampel, normalitas data, linieritas, outliers,

(44)

42

Menurut haryono dan Wardoyo (2013), pengujian

kesesuaian model (goodness-of-fit model) dilakukan dengan melihat beberapa kriteria pengukuran, yaitu:

Absolute fit measures yaitu mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model

pengukuran secara bersamaan) dan incremental fit measuresyaitu ukuran untuk membandingkan model yang diajukan (proposed model) dengan model lain

yang spesifikasi oleh peneliti. Kriteria pengukurannya

ditampilkan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3. EvaluasiGoodness-of-fit

3.8.6 Tahap Interpretasi dan Modifikasi Model

Tahap terakhir adalah menginterpretasikan dan

memodifikasi model. Jika setelah model diestimasi,

maka residual yang diperoleh haruslah kecil atau

mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians

No. Kriteria Nilai Rekomendasi

1 Chi-square Diharapkan kecil

2 X2 significance probability 0,05

3 Root Mean square Error of Approximation(RMSEA) ≤0,08

4 Goodness of Fit Index(GFI) ≥0,90

5 Adjusted Goodness of Fit Index(AGFI) ≥0,90

6 Relative X2(CMIN/DF) 2,00

7 Tucker-Lewis Index(TLI) ≥0,90

(45)

43

residualharus bersifat simetrik.

Model dikatakan baik apabila memiliki

standardized residual variance yang kecil. Angka 2,58 merupakan batas nilai standardized residual yang diperkenankan dan diinterpretasikan sebagai signifikan

secara statistik pada tingkat 5%. Hal ini menunjukkan

bahwa ada predictor error yang substansial untuk sepasang indikator. Ketika model telah dinyatakan

diterima, dapat dilakukan modifikasi model untuk

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan gambaran data penelitian yang

diperolah dari hasil jawaban responden, proses pengolahan data

dan analisis hasil pengolahan data tersebut. Hasil pengolahan

data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk analisis

dan menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan. Teknik

analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modelling(SEM) melaluiSoftwareprogram AMOS.

4.1 Profil Obyek dan Subyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Sumbawa Besar

Berdiri pada tahun 1959 dan sampai dengan saat ini

telah dipimpin olah 11 kepala sekolah. Banyak prestasi

yang diraih selama ini, baik ditingkat Kabupaten,

Provinsi, Nasional dan Internasional sehingga SMA

Negeri 1 Sumbawa Besar tidak hanya membanggakan

masyarakat tanah SAMAWA saja namun juga menjadi

kebanggaan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan

(47)

telp./Fax. 0371-21723 Sumbawa Besar. Website :

https://smanika-sumbawabesar.rch.id, twitter :

https://twitter.com/smanika_sbw1959, wikipedia :

https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_1_Sumbawa

besar, Email : sman1sumbawa@gmail.com

SMA rujukan merupakan SMA yang telah

memenuhi/melewati Standar Nasional Pendidikan

(SNP), mengembangkan ekosistem sekolah yang

kondusif sebagai tempat belajar, mengembangkan

praktek terbaik dalam meningkatkan mutu

berkelanjutan, melakukan inovasi dan berprestasi baik

akademik maupun non-akademik, serta telah

melaksanakan program kebijakan pendidikan yang

layak menjadi rujukan sekolah lainnya.

Tujuan dari SMA Rujukan antara lain:

1. Meningkatkan daya inisiatif sekolah untuk

memenuhi dan melewati Standar Nasional

Pendidikan.

2. Optimalnya potensi sumber daya sekolah dan

masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(48)

penyelenggaraan pendidikan yang dapat dirujuk

sekolah lain.

4. Terbangunnya sinergi pembinaan sekolah

bermutu dengan pemerintahan daerah.

5. Terwujudnya perluasan dan percepatan

ketersediaan pelayanan pendidikan yang bermutu

tinggi.

6. Terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak

dalam mengembangkan sekolah.

Program Pengembangan SMA Rujukan

1. Pengembangan profil SMA Rujukan

2. Peningkatan mutu pemenuhan Standar Nasional

Pendidikan

a. Analisis keterkaitan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD), Silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Pengembangan RPP

c. Pengambangan penilaiaan berbasis

Teknologo Informasi dan Komunikasi

(49)

Skill(HOTS)

3. Implementasi kebijakan kemendikbud

a. Penumbuhan budi pekerti

b. Pelaksanaan pengembangan muatan lokal

c. Pelaksanaan pengembangan kewirausahaan

d. Pengembangan litersi

e. Penyelenggaraan sekolah aman dan ramah

sosial

4. Program keunggulan SMA Rujukan

a. Pembinaan prestasi Olimpiade Sains

Nasional (OSN)

b. Pengelolaan lingkungan.

4.1.1.2 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Sumbawa Besar

a. Visi SMA Negeri 1 Sumbawa Besar

Unggu dalam prestasi, profesional dalam

layanan, handal dalam olahraga dan seni, beriman

dan tanggap terhadap pembaharuan.

b. Misi SMA Negeri 1 Sumbawa Besar

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan

secara efektif dengan cara pengembangan

(50)

2. Menumbuhkan budaya berprestasi kepada

seluruh warga sekolah.

3. Mningkatkan kualitas pelayanan secara

profesional.

4. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler.

5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran

agama yang dianut.

6. Menerapkan manajemen partisipasi kepada

seluruh warga sekolah.

7. Melaksanakan program

pengembangan/implementasi pembelajaran

MIPA dalam bahasa inggris.

8. Melaksanakan program

pengembangan/implementasi pembelajaran

berbasis keunggulan lokal.

9. Melaksanakan program

pengembangan/implementasi pembelajaran

berbasis IT.

10. Menciptakan iklim yang kondusif dalam

belajar kepada seluruh warga sekolah.

(51)

Sumbawa Besar

1. Penerapan pembelajaran Digital Class (E-Learning)

2. Pembinaan OSN, O2SN, FLS2N.

3. Pembinaan Seni Daerah Samawa dan Gita

Bahana SMANIKA

4. Kegiatan intrakurikuler (OSIS) &

ekstrakurikuler.

5. Pembuatan pupuk organik (pupuk kompos)

dan Bank sampah (programGreen School) 4.1.1.4 Prestasi Sekolah, guru dan siswa SMA Negeri 1

Sumbawa Besar

1. prestasi sekolah

a. Sertifikat Akreditasi A dari Badan

Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN

S/M) nomor Ma 006736 dengan peringkat A

(Amat Baik) pada tanggal 6 Desember 2010.

Penilaian mengacu pada pencapaian 8 SNP.

b. Penghargaan sebagai Sekolah

Berintegritas Ujian Nasional Tahun 2015.

(52)

kepada 150 SMA yang indeks Integritas Ujian

Nasional (IIUN) selama 6 tahun berturut-turut

(sejak 2010) mempunyai rata-rata IIUN di atas

92 sedangkan IIUN SMAN 1 SUMBAWA

BESAR 93,03.

c. Penghargaan The most favorite school of the year 2013 kepada SMAN 1 Sumbawa Besar Fahrizal, S.Pd. M.Pd dari PT ISEI

Business Research & Development Center

(IBRDC) atas komitmen dalam menciptakan

karya dan prestasi yang tinggi khususnya

dibidang pendidikan.

d. Sertifikat ISO 9001:2008 pada Quality Management System dengan nomor sertifikasi QEC27901 yang diperoleh pada tanggal 31

Oktober 2011 dari SAI Global.

2. Prestasi siswa

a. Paskibraka Nasional

b. Olimpiade Sains Nasional (OSN)

c. Olimpiade Olahraga Siswa Nasional

(53)

d. Prestasi Tingkat Kabupaten, Provinsi &

Nasional

3. Prestasi guru dan tenaga kependidikan

a. Dra. Windjajani - juara 1 Guru

Berprestasi kabupaten Sumbawa tahun 2008.

b. Drs. Suhendra - juara 1 Guru

Berprestasi kabupaten Sumbawa tahun 2009.

c. Muhammad Mukhlish, S.Pd. - juara 3

Olimpiade Sains Guru tingkat Nasional tahun

2013.

d. Agus Surya Pratama, S.Pd. - juara 1

Guru Berprestasi kabupaten sumbawa tahun

2013 & 2014. - juara 2 Guru berprestasi

provinsi NTB tahun 2013.

e. Ainun Asmawati, S.Pd. M.Pd. - Finalis

inovasi pembelajaran tahun 2016.

f. Jabaruddin S.Pd. - juara 2 lomba Karya

Tulis Guru LPMP provinsi NTB tahun 2011.

g. Muhammad Wakang, S.Ag. - Khatib

Masjid Agung tahun 2013 hingga sekarang.

(54)

h. Aminu Irfanda S, S.Pd. M.Pd. - Finalis

Inovasi Pembelajaran tahun 2003 & 2004,

medali perunggu lomba pembuatan bahan ajar

TIK tingkat nasional (2005), 10 besar terbaik

pembuat konten bahan ajar TIK PSB-PSMA

tingkat nasional tahun 2011, juara 1 Guru

Berprestasi kabupaten sumbawa tahun 2012,

juara 2 Guru Berprestasi tingkat provinsi NTB

tahun 2012, Guru pemerhati lingkungan

tingkat kabupaten sumbawa tahun 2016.

i. Ageng Zactian - juara 1 Lomba

Kreativitas Guru PGRI provinsi NTB tahun

2016, Finalis lomba kreatif guru PGRI di Riau

tahun 2016.

j. Khairul Anam Supandan, S.E. - juara 3

lomba pembuatan media pembelajaran LPMP

provinsi NTB tahun 2011.

4.1.1.5 Sarana dan Prasarana

1. Laboratorium terlengkap

Laboratorium fisika, kimia, biologi, bahasa,

(55)

2. Pusat Olahraga terlengkap

Lapangan tenis, bola basket, bola voli, takrow,

bulu tangkis, futsal, tenis meja, lompat jauh, lomat

tinggi dan senam.

4.1.2 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Dari total 103 kuesioner untuk disebarkan pada

responden, kembali dan diterima peneliti sejumlah 103

kuesioner dan tidak ada kuesioner yang rusak. Sehingga

kuesioner yang layak dianalisis sebanyak 103 kuesioner,

maka respond rate sebesar 100%. Berdasarkan hasil pengisian responden dari kuesioner yang dikembalikan,

maka dapat diperoleh gambaran mengenai karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan

terakhir.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas

responden yaitu guru perempuan sebanyak 60 orang (58 %)

dan sisanya laki-laki sebanyak 43 orang (42 %). Responden

berdasarkan usia didominasi oleh responden berumur 31-40

sebanyak 37 orang (36 %). Berdasarkan latar belakang

(56)

pendidikan D3/S1 sebanyak 98 orang (95 %).

Tabel 4.1. Karakteristik responden

No Karakteristik Jumlah Persentase 1. Jenis kelamin Laki-laki 43 42%

Perempuan 60 58%

Total 103 100%

2. Usia 21-30 32 31%

31-40 37 36%

> 41 34 33%

Total 103 100%

3. Pendidikan terakhir SMA 2 2%

D3/S1 98 95%

S2 3 3%

Total 103 100%

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 2.

4.1.3. Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi jawaban responden dilakukan untuk

mendapatkan gambaran jawaban responden terhadap

pernyataan yang diberikan dalam kuesioner. Gambaran

jawaban responden ini didapatkan dari total frekuensi

responden dalam memberikan jawaban pada masing-masing

pernyataan yang mengukur variabel penelitian. Rata-rata

dari penilaian jawaban responden dapat untuk menentukan

kategori penilaian persepsi terhadap indikator atau variabel

karena pernyataan memiliki jawaban bertingkat dari 1

sampai 5. Untuk memudahkan penilaian dari rata-rata

(57)

Panjang interval penilaian didapatkan dari jawan tertinggi

yaitu 5 dikurangi jawaban terendah yaitu 1, selanjutnya

dibagi dengan banyak kelas/kategori yaitu 5. Adapun

kategori penilaian persepsi responden disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.2. Kategori Penilaian

Means Kategori

1 - 1,79 Sangat Rendah 1,80 - 2,59 Rendah

2,60 - 3,39 Cukup 3,40 - 4,19 Tinggi

4,20 - 5,00 Sangat Tinggi

Sumber : Data primer yang diolah 2016.

4.1.3.1. Deskripsi Jawaban Variabel Kepemimpinan Intrapersonal

Variabel kepemimpinan intrapersonal dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan 15

pernyataan dalam kuesioner yang didasarkan pada 15

indikator pengukuran kepemimpinan intrapersonal.

Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata keseluruhan

sebesar 4,44 dapat diartikan bahwa kepemimpinan

intrapersonal guru berada pada kategori sangat tinggi.

Dari 15 indikator kepemimpinan intrapersonal yang

(58)

nilai 4,85, sedangkan untuk indikator terrendah yaitu IP

12 dengan nilai rata-rata 3,98.

Tabel 4.3. Deskripsi Variabel Kepemimpinan Intrapersonal

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 3.

4.1.3.2. Deskripsi Jawaban VariabelCalling

Variabelcalling dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 6 pernyataan dalam kuesioner yang

didasarkan pada 6 indikator pengukuran. Deskripsi

variabelcallingdisajikan dalam tabel berikut :

No. Indikator STS TSFrekuensi JawabanN S S Mean

1 IP1 1 0 2 55 45 4.39

2 IP2 0 0 1 56 46 4.44

3 IP3 0 0 0 16 87 4.84

4 IP4 0 0 2 11 90 4.85

5 IP5 0 0 1 33 69 4.66

6 IP6 0 0 17 52 34 4.17

7 IP7 0 0 0 48 55 4.53

8 IP8 0 0 0 40 63 4.61

9 IP9 0 0 0 29 74 4.72

10 IP10 0 0 16 66 21 4.05

11 IP11 0 1 11 71 20 4.07

12 IP12 0 4 17 59 23 3.98

13 IP13 0 0 0 45 58 4.56

14 IP14 0 0 1 66 36 4.34

15 IP15 0 0 0 51 52 4.5

(59)

Tabel 4.3. Deskripsi Variabelcalling

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 4.

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui nilai rata-rata

untuk variabel calling secara keseluruhan sebesar 4,18 dapat dijelaskan bahwa perasaan calling guru berada pada kategori tinggi. Indikator tertinggi untuk nilai

rata-rata calling yaitu C2 dengan nilai 4,5, sedangkan untuk nilai terendah yaitu C4 dengan nilai 3,73.

4.1.3.3. Deskripsi Jawaban VariabelMembership

Variabel membership dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 5 pernyataan dalam kuesioner

yang didasarkan pada 5 indikator pengukuran

membership.

Berdasarkan Tabel 4.4 , diketahui nilai rata-rata

keseluruhan untuk variabel membership sebesar 4,21 dapat diartikan bahwa perasaan membrship pada guru dalam penelitian ini berada pada kategori sangat tinggi.

No. Indikator STS TSFrekuensi JawabanN S S Mean

1 C1 0 0 0 60 43 4.42

2 C2 0 0 1 50 52 4.5

3 C3 0 2 10 67 24 4.1

4 C4 0 13 16 60 14 3.73

5 C5 1 3 1 59 39 4.28

6 C6 3 9 1 53 37 4.09

(60)

Untuk nilai rata-rata tertinggi pada indikator M4

dengan nilai 4,27 dan nilai terendah pada indikator M3

dengan nilai 4,16.

Tabel 4.4. Deskripsi Variabelmembership

No. Indikator Frekuensi Jawaban Mean

STS TS N S S

1 M1 0 3 5 65 30 4.18

2 M2 0 0 4 75 24 4.19

3 M3 0 0 9 69 25 4.16

4 M4 0 0 5 65 33 4.27

5 M5 0 0 2 72 29 4.26

Total 4.21

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 5.

4.1.3.4. Deskripsi Jawaban Variabel Organizational Commitment

Variabel organizational commitment dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 5 indikator

dalam kuesioner yang didasarkan pada 5 indikator

pengukuranorganizational commitment.

Berdasarkan Tabel 4.5, diketahui nilai rata-rata

keseluruhan variabel organizational commitment

sebesar 4,24 dapat diartikanorganizational commitment

guru pada penelitian ini berada pada kategori sangat

tinggi. Untuk indikator CO1 memiliki nilai rata-rata

(61)

CO3 memiliki nilai rata-rata terendah dengan nilai 4,07.

Tabel 4.5. Deskripsi Variabel organizational commitment

No. Indikator Frekuensi Jawaban Mean

STS TS N S S

1 CO1 0 0 3 44 56 4.51

2 CO2 0 2 15 59 27 4.08

3 CO3 0 0 13 70 20 4.07

4 CO4 0 0 1 64 38 4.36

5 CO5 0 1 3 73 26 4.2

Total 4.24

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 6.

4.2 Uji keabsahan dan Kehandalan Instrumen 4.2.1 Uji Validitas

Uji Validitas dengan Uji Convergent validity, yaitu menguji konstruk (indikator) apakah memiliki proporsi variance yang tinggi atau tidak. Memenuhi kriteria apabila nilai C.R. > 1,96, sedangkan “Loading Factor” atau “Standardized Loading Estimate” > 0,5.

Adapun model uji kelayakan model variabel eksogen

(62)

Gambar 4.1.

Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Eksogen Tahap 1 Tabel 4.6. Uji Validitas Konvergen Variabel tahap 1

Regretion Weights Estimate Standardizeregretion

weights S.E. C.R. P Ket.

IP1 <- intrapersonal 1.000 .434 Gugur IP2 <- intrapersonal 1.145 .604 .255 4.486 *** Valid IP3 <- intrapersonal .684 .508 .200 3.421 *** Valid IP4 <- intrapersonal .451 .303 .188 2.402 .016 Gugur IP5 <- intrapersonal 1.233 .679 .319 3.866 *** Valid IP6 <- intrapersonal 1.739 .691 .462 3.761 *** Valid IP7 <- intrapersonal .928 .506 .279 3.330 *** Valiid IP8 <- intrapersonal .903 .504 .273 3.307 *** Valid IP9 <- intrapersonal .742 .450 .244 3.039 .002 Gugur IP10 <- intrapersonal 1.043 .475 .335 3.117 .002 Gugur IP11 <- intrapersonal .898 .421 .301 2.980 .003 Gugur IP12 <- intrapersonal 1.049 .387 .373 2.815 .005 Gugur IP13 <- intrapersonal .617 .338 .237 2.602 .009 Gugur IP14 <- intrapersonal .179 .434 .205 .875 .382 Gugur IP15 <- intrapersonal .683 .604 .242 2.828 .005 Valid

(63)

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan tabel di atas,

terdapat indikator yang menunjukkan hasil baik dengan nilai

C.R. > 1,96 dan nilai standardize estimate > 0,5 antara lain ( IP 15, IP 8, IP 7, IP 6, IP 5, IP 3, IP 2) dan indikator yang

tidak baik dan harus gugur karena nilai standardize estimateberada < 0,5 antara lain ( IP 1, IP 4, IP 9, IP 10, IP 11, IP 12, IP 13, IP 14).

Setelah dilakukan analisis selanjutnya masih terdapat

indikator yang tidak baik dan tidak digunakan dalam

analisis selanjutnya yaitu ( IP 8 dan IP 7). Sehingga setelah

dilakukan analisis selanjutnya dengan tidak

mengikutsertakan indikator yang tidak baik didapatkan hasil

sebagai berikut:

Gambar 4.2.

(64)

Tabel 4.7. Uji Validitas Konvergen Variabel Eksogen tahap 2

Regression Weights Estimate Standardizeregretion

weights S.E. C.R. P Ket.

IP2 <- intrapersonal 1.000 .575 Valid IP3 <- intrapersonal .791 .647 .185 4.266 *** Valid IP5 <- intrapersonal 1.122 .673 .263 4.271 *** Valid IP6 <- intrapersonal 1.575 .681 .345 4.560 *** Valid

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 8.

Berdasarkan tabel di atas, variabel eksogen

Kepemimpinan intrapersonal memiliki 4 indikator yang

menunjukkan nilai C.R. > 1,96 dan nilai standardize estimate > 0,5 dan keempat indikator tersebut sudah memenuhi validitas konvergen dan indikator tersebut dapat

dipakai untuk analisis selanjutnya.

Selanjutnya dilakukan uji validitas konvergen variabel

endogen. Adapun model dan uji kelayakan model variabel

(65)

Gambar 4.3.

Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Endogen Tahap 1

Berdasarkan gambar di atas, hasil uji kelayakan model

variabel endogen belum memenuhi semua kriteria

goodness-of-fit yang dipersyaratkan. Model tersebut belum dapat diterima tidak dapat dilanjutkan uji signifikansi

parameter danstandardized estimate. Langkah selanjutnya menggugurkan indikator yang tidak valid dengan melihat

(66)

Tabel 4.8. Uji Validitas Konvergen Variabel Endogen Tahap 1

Regression Weights Estimate e eatimateStandardiz S.E. C.R. P Ket.

C1 <- calling 1.000 .800 Valid

C2 <- calling 1.150 .876 .147 7.831 *** Valid C3 <- calling .724 .454 .171 4.241 *** Gugur C4 <- calling .133 .062 .231 .576 .564 Gugur C5 <- calling .415 .229 .192 2.154 .031 Gugur C6 <- calling .404 .162 .268 1.507 .132 Gugur

M5 <- membership 1.000 .608 Valid

M4 <- membership 1.143 .618 .221 5.165 *** Valid M3 <- membership 1.606 .853 .265 6.055 *** Valid M2 <- membership .934 .568 .198 4.713 *** Valid M1 <- membership 1.161 .525 .261 4.446 *** Valid CO1 <- commitment 1.000 .507 Valid CO2 <- commitment 1.676 .682 .382 4.390 *** Valid CO3 <- commitment 1.231 .617 .292 4.209 *** Valid CO4 <- commitment 1.053 .591 .250 4.220 *** Valid CO5 <- commitment .733 .391 .233 3.149 .002 Gugur

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 9.

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan tabel di atas,

terdapat indikator yang baik dengan nilai C.R > 1,96 dan

nilai standardized estimate > 0,5 antara lain (C1, C2, M1, M2, M3, M4, M5, CO1, CO2, CO3, CO4) dan indikator

yang gugur serta tidak digunakan dalam analisis selanjutnya,

karena memiliki nilai standardized estimate < 0,5 indikator tersebut antara lain (C3, C4, C5, C6, CO5).

Selanjutnya setelah menggugurkan variabel yang tidak

(67)

alisis model selanjutnya disajikan sebagai berikut:

Gambar 4.4.

Analisi Faktor Konfirmatori Variabel Endogen Tahap 2

Berdasarkan gambar di atas, hasil uji kelayakan model

variabel endogen tahap 2 telah memenuhi semua kriteria

goodness-of-fit yang dipersyaratkan. Model tersebut dapat diterima dan dapat dilanjutkan uji signifikansi parameter

(68)

Tabel 4.9. Uji Validitas Konvergen Variabel Endogen Tahap 2

Regression Weights Estimate regretion weiStandardize

ghts S.E. C.R. P Ket.

C1 <- calling 1.000 .782 Valid

C2 <- calling 1.220 .907 .226 5.389 *** valid

M5 <- membership 1.000 .605 Valid

M4 <- membership 1.149 .618 .223 5.146 *** Valid M3 <- membership 1.620 .856 .270 6.000 *** Valid M2 <- membership .918 .556 .199 4.618 *** Valid M1 <- membership 1.161 .522 .263 4.420 *** Valid CO1 <- commitment 1.000 .505 Valid CO2 <- commitment 1.684 .682 .388 4.345 *** Valid CO3 <- commitment 1.243 .621 .297 4.185 *** Valid CO4 <- commitment 1.093 .614 .257 4.256 *** Valid

Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 10.

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan tabel di atas,

seluruh indikator yang tersisa sudah memenuhi validitas

konvergen, yaitu C.R > 1,96 dan standardized estimate > 0,5. Indikator tersebut dapat dipakai untuk analisis

selanjutnya.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dengan Uji Construct Reliability, yaitu menguji keandalan dan konsistensi data. Memenuhi kriteria

(69)

baik. Hasilnya memenuhi persyaratan yang disyaratkan

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.10. Uji Reliabilitas

Variabel Construct Reliability Keterangan

Calling 0,834483237 Reliabel

Membership 0,772348366 Reliabel

Commitment 0,699734639 Reliabel

Intrapersonal 0,739786565 Reliabel Sumber : Data primer yang diolah 2016. Lampiran 11.

Berdasarkan tabel di atas nilai construct reliability dari uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel secara keseluruhan

dikatakan reliabel karena telah memenuhi persyaratan yang

disyaratkan yaitu memiliki nilai construct reliability antara 0,6 s/d 0,7. Dengan demikian penelitian ini dapat dilanjutkan untuk

analisis selanjutnya.

4.3. Analisi Model Struktural

Setelah dilakukan analisis terhadap validitas dan reliabilitas

dari indikator-indikator pembentuk variabel laten, analisis

selanjutnya adalah analisisStructural Equation Modeling(SEM) secara full model. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full

model SEM dilakukan dengan melakukan uji kelayakan model

serta uji signifikansi kausalitas. Diagram jalur untuk analisis full

model yang sudah menggugurkan indikator tidak valid disajikan

(70)

Gambar 4.5. Analisis full model awal

Berdasarkan Gambar di atas dapat terlihat bahwa nilai uji

kelayakan model belum menunjukkan model yang fit. Sehingga

perlu melakukan modifikasi indek pada output AMOS

(71)

Gambar 4.6. Analisis Full Model 4.3.1. Evaluasi Asumsi SEM

4.3.1.1. Evaluasi Normalitas

Uji normalitas univariate dapat dilihat dari nilai

critical (c.r) skewness, sedangkan uji normalitas

multivariate dapat dilihat dari nilaicritical(c.r)kurtosis.

Distribusi normal terpenuhi apabila nilai c.r. berada

pada rentang ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 baik

(72)

Tabel 4.11. Evaluasi Normalitas

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

M1 2.000 5.000 -0.839 -3.477 1.982 4.105 M2 3.000 5.000 0.445 1.845 0.252 .521 M3 3.000 5.000 0.053 .220 -0.013 -.027 M4 3.000 5.000 0.070 .288 -0.466 -.966 M5 3.000 5.000 0.549 2.276 -0.478 -.991 CO4 3.000 5.000 0.352 1.458 -1.304 -2.701 CO3 3.000 5.000 0.018 .076 0.116 .241 CO2 2.000 5.000 -0.455 -1.885 0.254 .527 CO1 3.000 5.000 -0.569 -2.356 -0.751 -1.556 C2 3.000 5.000 -0.189 -.783 -1.477 -3.061 C1 4.000 5.000 0.335 1.387 -1.888 -3.911 IP2 3.000 5.000 0.041 .170 -1.494 -3.095 IP3 4.000 5.000 -1.903 -7.885 1.621 3.359 IP5 3.000 5.000 -0.917 -3.799 -0.584 -1.210 IP6 3.000 5.000 -0.222 -.921 -0.877 -1.816

Multivariate 19.772 4.443

Sumber : Data primer yang diolah, 2016. Lampiran 12

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat

nilai c.r. Skewness yang berada diluar rentang ± 2,58. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secaraunivariate

normalitas data tidak baik. Pada uji multivariate juga menunjukkan nilai c.r. 4.443, dimana angka ini

dikategorikan data tidak berdistribusi normal secara

multivariate. Dengan demikian data belum memenuhi syarat untuk uji normalitas.

Selanjutnya untuk menguji model yang tidak

Gambar

Tabel 2.1 Kepemimpinan Intrapersonal dalam Metafora Organisasi.
Tabel 3.2Definisi Operasional Variabel dan Indikator
Tabel 3.3. Evaluasi Goodness-of-fit
Tabel 4.1. Karakteristik responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada sekitar tahun 775 Masehi, seorang raja dari Dinasti Sailendra yang memerintah di Kerajaan Medang yang dikenal dengan julukan “Pembunuh musuh-musuh yang gagah

The comparison of the physical characteristics of biodiesel produced from the transesterification of palm oil with methanol using waste capiz shell derived catalyst with those

Pelaksanaan pemusnahan rekam medis pada tahun 2005 di Puskesmas Pandanaran Semarang masih belum sesuai dengan SOP Pemusnahan Rekam Medis yang sekarang berlaku di

Kecenderungan remaja tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya menjadi terhambat antara lain, yaitu kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan

Bapak dan Ibu Dosen Magister Psikologi Profesi UMS, terima kasih atas semua ilmu yang telah diajarkan selama penulis menempuh masa studi, serta seluruh Staf Tata Usaha

Untuk mengetahui cara penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi dalam proses Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam...

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat didefenisikan secara operasional tentang Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Karo sebagai berikut :“Bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten

Kemudian selanjutnya tindak tutur tidak langsung tidak literal ( indirect nonliteral speech act ) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan