• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Pendirian Indomaret Dengan Metode Analytical Hierarchy Process dan Graphic Rating Scale Pada CV. Sigma Sukses Kreasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Pendirian Indomaret Dengan Metode Analytical Hierarchy Process dan Graphic Rating Scale Pada CV. Sigma Sukses Kreasi."

Copied!
324
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDOMARET DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GRAPHIC RATING SCALE PADA CV. SIGMA SUKSES KREASI

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

I MADE BUDI DARMANTO 11.41010.0221

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 7

2.1 Studi Kelayakan Bisnis... 7

2.1.1 Tujuan dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ... 7

2.1.2 Aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 8

2.1.3 Tahap-tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis ... 13

2.1.4 Faktor-Faktor Utama Penentu Keputusan Pembelian Konsumen ... 15

2.2 Penelitian Survei ... 16

(3)

xi

2.3.2 Mengembangkan Preferensi dalam Kriteria... 19

2.3.3 Memeringkat Kriteria ... 21

2.3.4 Mengembangkan Peringkat Keseluruhan ... 23

2.3.5 Konsistensi AHP ... 24

2.4 Graphic Rating Scale... 25

2.5 System Development Life Cycle (SDLC)... 27

2.6 Pengertian Bagan Alir ... 28

2.7 Pengertian Data Flow Diagram ... 30

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 33

3.1 Perencanaan (Planning)... 33

3.1.1 Hasil Wawancara dan Observasi ... 34

3.2 Analisis (Analysis) ... 37

3.2.1 Solusi Permasalahan ... 39

3.2.2 Analisis Kebutuhan Fungsional ... 55

3.3 Desain (Design)... 113

3.3.1 Arsitektur Sistem Baru ... 114

3.3.2 System Flow (Alir Sistem)... 115

3.3.3 Diagram Jenjang ... 158

3.3.4 Data Flow Diagram (DFD)... 159

3.3.5 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 176

3.3.6 Struktur Tabel... 179

3.3.7 Desain Antarmuka ... 189

(4)

xii

4.1 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 216

4.1.1 Kebutuhan Hardware (Perangkat Keras) ... 216

4.1.2 Kebutuhan Software (Perangkat Lunak) ... 217

4.2 Implementasi Perangkat Lunak ... 217

4.2.1 Maintenance Data Jabatan... 219

4.2.2 Maintenance Data User ... 220

4.2.3 Maintenance Data Indomaret ... 221

4.2.4 Maintenance Data Komoditas Belanja ... 222

4.2.5 Maintenance Data Tempat Belanja... 223

4.2.6 Maintenance Data Kriteria ... 224

4.2.7 Maintenance Data Nilai Pilihan ... 226

4.2.8 Maintenance Data Pilihan Jawaban ... 227

4.2.9 Maintenance Data Ketentuan Kelayakan ... 228

4.2.10 Halaman Pembobotan Kriteria dengan AHP ... 229

4.2.11 Halaman Pengisian Data Kuesioner ... 234

4.2.12 Halaman Penilaian Data Kuesioner ... 240

4.2.13 Halaman Pencetakan Laporan ... 243

4.3 Uji Coba Perangkat Lunak ... 246

4.3.1 Uji Coba Halaman Login Aplikasi ... 247

4.3.2 Uji Coba Maintenance Data Jabatan ... 250

4.3.3 Uji Coba Maintenance Data User ... 252

4.3.4 Uji Coba Maintenance Data Indomaret ... 255

4.3.5 Uji Coba Maintenance Data Komoditas Belanja ... 257

(5)

xiii

4.3.8 Uji Coba Maintenance Data Nilai Pilihan... 263

4.3.9 Uji Coba Maintenance Data Pilihan Jawaban... 264

4.3.10 Uji Coba Maintenance Data Ketentuan Kelayakan ... 267

4.3.11 Uji Coba Mengelola Kuesioner RT ... 269

4.3.12 Uji Coba Mengelola Kuesioner TR ... 270

4.3.13 Uji Coba Pembobotan Kriteria Menggunakan AHP ... 271

4.3.14 Uji Coba Penilaian Data Kuesioner ... 282

4.3.15 Uji Coba Pembuatan Laporan ... 295

4.3.16 Uji Coba Kecepatan Proses Analisis Kelayakan ... 296

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perangkat Lunak ... 299

4.4.1 Hasil Uji Coba Bagian Surveyor... 300

4.4.2 Hasil Uji Coba Bagian Admin ... 301

4.4.3 Hasil Uji Coba Bagian Manajer ... 301

4.4.4 Kesimpulan Hasil Uji Coba Keseluruhan ... 302

BAB V PENUTUP ... 305

5.1 Kesimpulan... 305

5.2 Saran ... 306

DAFTAR PUSTAKA ... 307

BIODATA ... 308

(6)

xiv

Gambar 2.1 Skema Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis ... 14

Gambar 2.2 Contoh Form Skala Penilaian Grafik Untuk Kuantitas Kerja ... 26

Gambar 2.3 Fase System Development Life Cycle ... 27

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Pembahasan Berdasarkan SDLC ... 33

Gambar 3.2 Proses Bisnis CV. Sigma Sukses Kreasi ... 36

Gambar 3.3 Bagan Tahapan Proses Analisis ... 39

Gambar 3.4 Ilustrasi Skala Nilai Kelayakan... 54

Gambar 3.5 Ilustrasi Nilai Total Kelayakan Berdasarkan Skala Nilai Kelayakan ... 55

Gambar 3.6 Arsitektur Sistem yang Baru ... 114

Gambar 3.7 Bagan Tahapan System Flow ... 115

Gambar 3.8 Alir Sistem Login Pengguna ... 116

Gambar 3.9 Alir Sistem Maintenance Data Jabatan ... 118

Gambar 3.10 Alir Sistem Maintenance Data User ... 120

Gambar 3.11 Alir Sistem Maintenance Data Indomaret ... 122

Gambar 3.12 Alir Sistem Maintenance Data Komoditas Belanja... 124

Gambar 3.13 Alir Sistem Maintenance Data Tempat Belanja ... 127

Gambar 3.14 Alir Sistem Maintenance Data Kriteria... 129

Gambar 3.15 Alir Sistem Maintenance Data Nilai Pilihan ... 131

Gambar 3.16 Alir Sistem Maintenance Data Pilihan Jawaban ... 133

Gambar 3.17 Alir Sistem Maintenance Data Ketentuan Kelayakan... 136

(7)

xv

Gambar 3.20 Alir Sistem Pengisian Kuesioner Rumah Tangga ... 143

Gambar 3.21 Alir Sistem Mengelola Kuesioner Toko Retail ... 146

Gambar 3.22 Alir Sistem Penilaian Data Kuesioner ... 148

Gambar 3.23 Alir Sistem Rekapitulasi Data Kuesioner RT ... 150

Gambar 3.24 Alir Sistem Rekapitulasi Data Kuesioner TR ... 152

Gambar 3.25 Alir Sistem Penilaian Data Kuesioner ... 154

Gambar 3.26 Alir Sistem Pembuatan Laporan Kajian Sosial Ekonomi ... 156

Gambar 3.27 Diagram Jenjang Aplikasi Analisis Kelayakan Pendirian Indomaret ... 158

Gambar 3.28 Context Diagram Aplikasi Analisis Kelayakan Pendirian Indomaret ... 160

Gambar 3.29 DFD Level 0 Aplikasi Analisis Kelayakan Pendirian ... 161

Gambar 3.30 DFD Level 1 Pencatatan Data ... 163

Gambar 3.31 DFD Level 1 Mengelola Data Kuesioner ... 165

Gambar 3.32 DFD Level 1 Penilaian Data Kuesioner ... 166

Gambar 3.33 DFD Level 1 Pembuatan Laporan ... 167

Gambar 3.34 DFD Level 2 Maintenance Data User ... 168

Gambar 3.35 DFD Level 2 Maintenance Data Jabatan ... 169

Gambar 3.36 DFD Level 2 Maintenance Data Indomaret... 170

Gambar 3.37 DFD Level 2 Maintenance Data Komoditas Belanja ... 171

Gambar 3.38 DFD Level 2 Maintenance Data Tempat Belanja ... 172

Gambar 3.39 DFD Level 2 Maintenance Data Nilai Pilihan... 173

Gambar 3.40 DFD Level 2 Maintenance Data Pilihan Jawaban ... 174

(8)

xvi

Gambar 3.43 Conceptual Data Model Aplikasi Analisis Kelayakan ... 177

Gambar 3.44 Physical Data Model Aplikasi Analisis Kelayakan ... 178

Gambar 3.45 Desain Antarmuka Halaman Login ... 189

Gambar 3.46 Desain Antarmuka Halaman Utama ... 190

Gambar 3.47 Desain Antarmuka Halaman Data Jabatan... 190

Gambar 3.48 Desain Antarmuka Halaman Data User ... 191

Gambar 3.49 Desain Antarmuka Halaman Data Indomaret ... 192

Gambar 3.50 Desain Antarmuka Halaman Data Komoditas Belanja ... 192

Gambar 3.51 Desain Antarmuka Halaman Data Tempat Belanja... 193

Gambar 3.52 Desain Antarmuka Halaman Data Kriteria ... 194

Gambar 3.53 Desain Antarmuka Halaman Data Nilai Pilihan ... 194

Gambar 3.54 Desain Antarmuka Halaman Data Pilihan Jawaban ... 195

Gambar 3.55 Desain Antarmuka Halaman Data Ketentuan Kelayakan ... 196

Gambar 3.56 Desain Antarmuka Halaman Pengisian Nilai Perbandingan .. 197

Gambar 3.57 Desain Antarmuka Halaman Hasil Pembobotan ... 198

Gambar 3.58 Desain Antarmuka Halaman Kuesioner RT Halaman 1 ... 199

Gambar 3.59 Desain Antarmuka Halaman Kuesioner RT Halaman 2 ... 199

Gambar 3.60 Desain Antarmuka Halaman Kuesioner RT Halaman 3 ... 200

Gambar 3.61 Desain Antarmuka Halaman Kuesioner TR Halaman 1 ... 201

Gambar 3.62 Desain Antarmuka Halaman Kuesioner TR Halaman 2 ... 201

Gambar 3.63 Desain Antarmuka Halaman Kuesioner TR Halaman 3 ... 202

Gambar 3.64 Desain Antarmuka Halaman Penilaian Data Kuesioner ... 203

(9)

xvii

Tangga... 205

Gambar 3.67 Desain Laporan Rekapitulasi Data Kuesioner Toko Retail .... 205

Gambar 3.68 Desain Laporan Rekapitulasi Penilaian Data Kuesioner ... 206

Gambar 3.69 Desain Laporan Kajian Sosial Ekonomi ... 207

Gambar 4.1 Antarmuka Halaman Informasi Indomaret ... 218

Gambar 4.2 Antarmuka Halaman Maintenance Data Jabatan ... 220

Gambar 4.3 Antarmuka Halaman Maintenance Data User ... 221

Gambar 4.4 Antarmuka Halaman Maintenance Data Indomaret ... 222

Gambar 4.5 Antarmuka Halaman Maintenance Data Komoditas Belanja ... 223

Gambar 4.6 Antarmuka Halaman Maintenance Data Tempat Belanja ... 224

Gambar 4.7 Antarmuka Halaman Maintenance Data Kriteria ... 225

Gambar 4.8 Antarmuka Halaman Maintenance Data Nilai Pilihan ... 227

Gambar 4.9 Antarmuka Halaman Maintenance Data Pilihan Jawaban ... 228

Gambar 4.10 Antarmuka Halaman Maintenance Data Ketentuan Kelayakan ... 229

Gambar 4.11 Antarmuka Halaman Pembobotan Kriteria dengan AHP ... 230

Gambar 4.12 Antarmuka Halaman Pemberian Nilai Perbandingan Kriteria RT ... 231

Gambar 4.13 Antarmuka Halaman Hasil Pembobotan Kriteria RT ... 232

Gambar 4.14 Antarmuka Halaman Pemberian Nilai Perbandingan Kriteria TR ... 233

Gambar 4.15 Antarmuka Halaman Hasil Pembobotan Kriteria TR ... 234

Gambar 4.16 Antarmuka Halaman 1 Pengisian Data Kuesioner RT ... 235

Gambar 4.17 Antarmuka Halaman 2 Pengisian Data Kuesioner RT ... 236

(10)

xviii

Gambar 4.20 Antarmuka Halaman 2 Pengisian Data Kuesioner TR ... 239

Gambar 4.21 Antarmuka Halaman 3 Pengisian Data Kuesioner TR ... 239

Gambar 4.22 Antarmuka Halaman Informasi Indomaret ... 240

Gambar 4.23 Antarmuka Halaman Penilaian Data Kuesioner ... 241

Gambar 4.24 Antarmuka Halaman Proses Penilaian Data Kuesioner RT .... 242

Gambar 4.25 Antarmuka Halaman Proses Penilaian Data Kuesioner TR .... 243

Gambar 4.26 Antarmuka Halaman Rekapitulasi Data Kuesioner RT ... 244

Gambar 4.27 Antarmuka Halaman Rekapitulasi Data Kuesioner TR ... 244

Gambar 4.28 Antarmuka Halaman Rekapitulasi Penilaian Data Kuesioner 245 Gambar 4.29 Antarmuka Halaman Laporan Kajian Sosial Ekonomi ... 246

Gambar 4.30 Uji Coba Halaman Login Aplikasi dengan Pengguna sebagai Manajer ... 248

Gambar 4.31 Uji Coba Halaman Login Aplikasi dengan Pengguna sebagai Admin ... 249

Gambar 4.32 Uji Coba Halaman Login Aplikasi dengan Pengguna sebagai Surveyor ... 249

Gambar 4.33 Uji Coba Halaman Login Aplikasi jika Username dan Password yang Di-input Salah ... 250

Gambar 4.34 Uji Coba Halaman Maintenance Data Jabatan Proses Simpan Data ... 252

Gambar 4.35 Uji Coba Halaman Maintenance Data User Proses Simpan Data ... 254

Gambar 4.36 Uji Coba Halaman Maintenance Data Indomaret Proses Simpan Data ... 256

(11)

xix

Proses Simpan Data... 260 Gambar 4.39 Uji Coba Halaman Maintenance Data Kriteria Responden

Proses Simpan Data... 262 Gambar 4.40 Uji Coba Halaman Maintenance Data Nilai Pilihan Proses

Simpan Data ... 264 Gambar 4.41 Uji Coba Halaman Maintenance Data Pilihan Jawaban

Proses Simpan Data... 266 Gambar 4.42 Uji Coba Halaman Maintenance Data Ketentuan Kelayakan

Proses Simpan Data... 268 Gambar 4.43 Uji Coba Halaman Tampilan Daftar Data Kuesioner

Responden RT yang Tersimpan ... 270 Gambar 4.44 Uji Coba Halaman Tampilan Daftar Data Kuesioner

Responden TR yang Tersimpan ... 271 Gambar 4.45 Uji Coba Halaman Uji Kosistensi Nilai Perbandingan ... 273 Gambar 4.46 Uji Coba Halaman Hasil Pembobotan Kriteria RT ... 273 Gambar 4.47 Nilai Akhir Indomaret Berdasarkan Skala Nilai Kelayakan ... 293 Gambar 4.48 Hasil Uji Coba Hasil Penilaian Data Kuesioner dengan

Kondisi Hasil “Layak” ... 294 Gambar 4.49 Hasil Uji Coba Hasil Penilaian Data Kuesioner dengan

(12)

xx

Tabel 2.1 Tabel Skala Preferensi Perbandingan Pasangan ... 18

Tabel 2.2 Matrik Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix) .... 19

Tabel 2.3 Penjumlahan Matriks Perbandingan Pasangan ... 20

Tabel 2.4 Matriks Normalisasi ... 20

Tabel 2.5 Matriks Desimal beserta Rata-Rata ... 21

Tabel 2.6 Matriks Preferensi Kriteria... 21

Tabel 2.7 Matriks Preferensi Kriteria... 22

Tabel 2.8 Matriks Preferensi Kriteria... 22

Tabel 2.9 Tabel Peringkat AHP... 23

Tabel 2.10 Nilai RI untuk Perbandingan n Item... 25

Tabel 2.11 Simbol Data Flow Diagram ... 30

Tabel 3.1 Data Kuesioner Rumah Tangga ... 40

Tabel 3.2 Data Kuesioner Rumah Tangga ... 41

Tabel 3.3 Ilustrasi Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix) ... 43

Tabel 3.4 Penjumlahan Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix)... 43

Tabel 3.5 Matriks Normalisasi ... 44

Tabel 3.6 Menghitung Local Priority ... 44

Tabel 3.7 Local Priority dan Bobot Kriteria ... 45

Tabel 3.8 Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix) .. 46

Tabel 3.9 Tabel Local Priority Kriteria Kuesioner Toko Retail ... 46

Tabel 3.10 Hasil Perkalian Silang Kriteria Toko Retail ... 46

Tabel 3.11 Nilai RI untuk perbandingan n item ... 47

(13)

xxi

Tabel 3.14 Ilustrasi Pertanyaan dengan Pilihan pada Kuesioner ... 49

Tabel 3.15 Ilustrasi Pilihan beserta Nilainya pada Kriteria Pekerjaan ... 50

Tabel 3.16 Ilustrasi Penilaian dengan Metode Graphic Rating Scale ... 50

Tabel 3.17 Ilustrasi Perubahan Penilaian dengan Metode Graphic Rating Scale... 51

Tabel 3.18 Ketentuan Skala Nilai pada Tiap Pilihan dengan Metode Graphic Rating Scale ... 51

Tabel 3.19 Ilustrasi Kriteria Pekerjaan Beserta Pilihan dengan Nilainya... 52

Tabel 3.20 Ilustrasi Penjumlahan Nilai Tiap Kriteria ... 53

Tabel 3.21 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data User ... 55

Tabel 3.22 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Jabatan ... 58

Tabel 3.23 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Indomaret ... 61

Tabel 3.24 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Komoditas Belanja ... 64

Tabel 3.25 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Tempat Belanja .. 67

Tabel 3.26 Analisis Kebuthan Fungsi Maintenance Data Kriteria ... 70

Tabel 3.27 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Nilai ... 72

Tabel 3.28 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Pilihan Jawaban . 75 Tabel 3.29 Analisis Kebutuhan Fungsi Maintenance Data Ketentuan Kelayakan ... 78

Tabel 3.30 Analisis Kebutuhan Fungsi Pembobotan Data Kriteria Rumah Tangga ... 81

Tabel 3.31 Analisis Kebutuhan Fungsi Pembobotan Data Kriteria Toko Retail... 85

Tabel 3.32 Analisis Kebutuhan Fungsi Penilaian Data Kuesioner ... 89

Tabel 3.33 Analisis Kebutuhan Fungsi Pembuatan Rekapitulasi Data Kuesioner Rumah Tangga ... 93

(14)

xxii

Data Kuesioner... 99

Tabel 3.36 Analisis Kebutuhan Fungsi Pembuatan Laporan Kajian Sosial Ekonomi ... 102

Tabel 3.37 Analisis Kebutuhan Fungsi Pengisian Data Kuesioner Rumah Tangga ... 105

Tabel 3.38 Analisis Kebutuhan Fungsi Pengisian Data Kuesioner Toko Retail... 109

Tabel 3.39 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Jabatan ... 117

Tabel 3.40 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Jabatan ... 119

Tabel 3.41 Penjelasan alir sistem Maintenance Data User ... 121

Tabel 3.42 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Indomaret ... 123

Tabel 3.43 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Komoditas Belanja ... 125

Tabel 3.44 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Tempat Belanja ... 127

Tabel 3.45 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Kriteria... 130

Tabel 3.46 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Nilai Pilihan ... 132

Tabel 3.47 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Pilihan Jawaban ... 134

Tabel 3.48 Penjelasan alir sistem Maintenance Data Ketentuan Kelayakan ... 136

Tabel 3.49 Penjelasan alir sistem Pembobotan Kriteria RT ... 139

Tabel 3.50 Penjelasan alir sistem Pembobotan Kriteria TR ... 141

Tabel 3.51 Penjelasan alir sistem Mengelola Kuesioner Rumah Tangga... 144

Tabel 3.52 Penjelasan alir sistem Pengisian Kuesioner Toko Retail ... 146

Tabel 3.53 Penjelasan alir sistem Penilaian Data Kuesioner... 149

Tabel 3.54 Penjelasan alir sistem Rekapitulasi Data Kuesioner RT ... 151

Tabel 3.55 Penjelasan alir sistem Rekapitulasi Data Kuesioner TR ... 153

Tabel 3.56 Penjelasan alir sistem Rekapitulasi Penilaian Data Kuesioner ... 155

(15)

xxiii

Tabel 3.59 Struktur Tabel User ... 179

Tabel 3.60 Struktur Tabel Data_Indomaret ... 180

Tabel 3.61 Struktur Tabel Komoditas_Belanja_Responden_RT ... 181

Tabel 3.62 Struktur Tabel Tempat_Belanja... 181

Tabel 3.63 Struktur Tabel Data_Kriteria_Responden... 181

Tabel 3.64 Struktur Tabel Nilai_Pilihan ... 182

Tabel 3.65 Struktur Tabel Pilihan_Jawaban ... 182

Tabel 3.66 StrukturTabel Ketentuan_Kelayakan ... 183

Tabel 3.67 Struktur Tabel Data_Umum_Responden_Rumah_Tangga ... 184

Tabel 3.68 Struktur Tabel Data_Umum_Responden_Toko_Retail ... 185

Tabel 3.69 Struktur Tabel Lingkungan_Responden_Toko_Retail ... 186

Tabel 3.70 Struktur Tabel Intensitas_Belanja ... 186

Tabel 3.71 Struktur Tabel Jawaban_RT ... 187

Tabel 3.72 Struktur Tabel Jawaban_TR ... 188

Tabel 3.73 Struktur Tabel Nilai_Akhir_Indomaret ... 188

Tabel 3.74 Desain Uji Coba Fungsional Aplikasi ... 208

Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware ... 216

Tabel 4.2 Kebutuhan Software ... 217

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Halaman Login Aplikasi ... 247

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Maintenance Data Jabatan ... 250

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Maintenance Data User ... 252

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Maintenance Data Indomaret... 255

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Maintenance Data Komoditas Belanja ... 257

Tabel 4.8 Hasil Uji Coba Maintenance Data Tempat Belanja ... 259

(16)

xxiv

Tabel 4.11 Hasil Uji Coba Maintenance Data Nilai Pilihan ... 264

Tabel 4.12 Hasil Uji Coba Maintenance Data Ketentuan Kelayakan ... 267

Tabel 4.13 Hasil Uji Coba Mengelola Kuesioner RT ... 269

Tabel 4.14 Hasil Uji Coba Mengelola Kuesioner TR ... 270

Tabel 4.15 Hasil Uji Coba Pembobotan Kriteria Menggunakan AHP ... 271

Tabel 4.16 Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix) Rumah Tangga ... 274

Tabel 4.17 Penjumlahan Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix) Rumah Tangga... 275

Tabel 4.18 Matriks Normalisasi Rumah Tangga... 276

Tabel 4.19 Menghitung Local Priority Rumah Tangga... 277

Tabel 4.20 Local Priority dan Bobot Kriteria Rumah Tangga ... 278

Tabel 4.21 Hasil Perkalian Silang Kriteria Rumah Tangga ... 279

Tabel 4.22 Nilai RI untuk perbandingan n item ... 281

Tabel 4.23 Hasil Uji Coba Penilaian Data Kuesioner ... 282

Tabel 4.24 Tabel Perolehan Nilai Responden ... 285

Tabel 4.25 Tabel Perolehan Nilai Responden dengan Menjumlahkan Nilai Tiap Kriteria ... 287

Tabel 4.26 Tabel Perolehan Nilai Responden Toko Retail ... 290

Tabel 4.27 Tabel Perolehan Nilai yang Telah Dikalikan dengan Tiap Kriteria... 291

Tabel 4.28 Hasil Uji Coba Pembuatan Laporan ... 295

Tabel 4.29 Hasil Uji Coba Kecepatan Proses Analisis Kelayakan ... 296

Tabel 4.30 Evaluasi Hasil Uji Coba Fungsi Bagian Surveyor ... 300

Tabel 4.31 Evaluasi Hasil Uji Coba Fungsi Bagian Admin ... 301

Tabel 4.32 Evaluasi Hasil Uji Coba Fungsi Bagian Manajer ... 302

(17)

xxv

Lampiran 1 Hasil Wawancara ... 309 Lampiran 2 Format Asli Kuesioner Rumah Tangga ... 323 Lampiran 3 Format Asli Kuesioner Toko Retail ... 325 Lampiran 4 Hasil Pembobotan dengan Analytical Hierarchy Process

(18)

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini bisnis mini market sedang berkembang pesat, hampir di setiap kota maupun kabupaten sudah berdiri mini market. Maraknya pendirian minimarket ini dapat berdampak baik maupun buruk bagi penduduk di sekitarnya. Oleh karena itu, setiap pendirian minimarket perlu melakukan kajian sosial sehingga dapat ditentukan kelayakan dari pendirian minimarket tersebut. Aturan mengenai pendirian minimarket ini dijelaskan dalam Permendag RI Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Moderen.

CV. Sigma Sukses Kreasi merupakan badan usaha di bidang jasa konsultan yang akan melakukan kegiatan kajian sosial ini. Kajian sosial lokasi sekitar minimarket khususnya Indomaret ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan serta dampak positif dan negatif didirikannya Indomaret tersebut. Untuk kemudian dapat digunakan sebagai bahan pengajuan IUTM (Izin Usaha Toko Modern) sesuai dengan Permendag RI Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.

Dalam melakukan kajian ini, CV. Sigma Sukses Kreasi membutuhkan

surveyor dalam melakukan pengumpulan data atau survei langsung ke

masyarakat. Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan pengisian kuesioner. Setelah melakukan pengisian kuesioner dilanjutkan dengan

(19)

melakukan pengolahan data oleh petugas CV. Sigma Sukses Kreasi. Lalu dari hasil pengolahan data tersebut ditentukan rekomendasi kelayakan pendirian Indomaret tersebut. Setelah itu disusun menjadi laporan kajian sosial untuk perijinan pendirian Indomaret. Kajian sosial ini berisi deskripsi tentang data kuesioner yang telah dikumpulkan dan diolah beserta rekomendasi layak atau tidaknya pendirian Indomaret tersebut.

Namun pada proses tersebut masih terdapat beberapa kekurangan sehingga masih belum dapat menghasilkan kajian sosial yang efektif dan efisien. Dari segi efisiensi, proses penentuan rekomendasi masih sangat lambat. Hal ini dikarenakan pada saat mengolah data, dilakukan dua kali proses olah data. Olah data tersebut dilakukan dengan menggunakan dua program yang berbeda, yaitu

Statistical Package for Social Science (SPSS) dan Microsoft Excel. Dimana

program SPSS berfungsi sebagai proses persentase data, sedangkan Microsoft Excel digunakan untuk menghasilkan grafik dari persentase data. Dengan digunakannya dua program tersebut maka proses olah data dilakukan sebanyak dua tahap, sehingga proses berjalan lambat.

(20)

dikarenakan belum adanya metode yang dapat menilai data kuesioner secara lebih komprehensif dan konsisten, sehingga menimbulkan kelemahan pada rekomendasi yang berakibat negatif pada kelangsungan bisnis Indomaret di daerah tersebut.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang telah dijabarkan di atas, maka dibutuhkan suatu aplikasi yang dapat mempercepat proses pengolahan data serta dapat menghasilkan rekomendasi yang lebih komprehensif dan konsisten. Aplikasi ini dapat menghitung data-data yang ada secara kuantitatif dan menyeluruh menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) dan

Graphic Rating Scale. Metode Analytical Hierarcy Process (AHP) digunakan

karena dapat mengubah faktor-faktor yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif sehingga dapat menghasilkan bobot untuk setiap faktor yang digunakan dalam analisis kelayakan. Sedangkan metode Graphic Rating Scale cocok digunakan karena untuk memberikan penilaian data kuesioner beserta bobotnya sehingga menghasilkan nilai kelayakan. Aplikasi ini berbasis web dengan tujuan untuk memudahkan manajer, admin, dan surveyor CV. Sigma Sukses Kreasi dalam mengakses di tempat yang berbeda. Dengan adanya aplikasi analisis kelayakan pendirian Indomaret berbasis web ini diharapkan CV. Sigma Sukses Kreasi dapat melakukan proses pengolahan data secara lebih cepat dan memberikan rekomendasi kelayakan pendirian Indomaret secara lebih komprehensif dan konsisten.

1.2 Perumusan Masalah

(21)

Indomaret pada CV. Sigma Sukses Kreasi dengan metode Analytical Hierarcy

Process (AHP) dan Graphic Rating Scale?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan di dalam analisis ini merupakan data yang berasal dari jawaban responden yang diperoleh melalui kuesioner. Berdasarkan pada proses survei yang dilakukan selama ini, maka jumlah responden di dalam analisis ini sebanyak 30 responden, yakni terdiri atas 25 responden rumah tangga dan 5 responden toko retail yang berada di sekitar lokasi pendirian Indomaret.

2. Ketentuan penilaian yaitu dimulai dari penentuan kriteria, nilai tiap kriteria, dan nilai ketentuan kelayakan pada analisis ini direkomendasikan langsung oleh perusahaan.

3. Penelitian di dalam studi kelayakan ini hanya berfokus kepada aspek eksternal Indomaret atau lebih tepatnya pada aspek sosial ekonomi, sehingga kriteria-kriteria yang diteliti di dalam kuesioner pada analisis kelayakan ini hanya yang termasuk di dalam aspek sosial ekonomi.

4. Lokasi yang digunakan dalam analisis kelayakan ini adalah Indomaret Dharmawangsa, No. 41, Surabaya.

(22)

1.4 Tujuan

Dengan melihat perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah menghasilkan rancang dan bangun aplikasi analisis kelayakan pendirian Indomaret pada CV. Sigma Sukses Kreasi dengan metode Analytical

Hierarcy Process (AHP) dan Graphic Rating Scale.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan dengan pembagian bab sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori yang berkaitan dengan permasalahan dan teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yaitu pengertian studi kelayakan bisnis beserta tujuan, manfaat dan aspek-aspeknya, pengertian metode Analytical Hierarchy

Process (AHP), pengertian metode Graphic Rating Scale (GRS), serta

konsep aplikasi yang akan dibangun.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

(23)

(DFD), Entity Relationship Diagram (ERD), struktur basis data dan desain input/output.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Dalam bab ini dijelaskan tentang implementasi dari aplikasi yang dibuat secara keseluruhan dan memberikan penjelasan dari rancangan input

dan output serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat

untuk mengetahui apakah aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V PENUTUP

(24)

LANDASAN TEORI

2.1 Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir & Jakfar (2012), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan secara mendalam tentang rencana bisnis, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya rencana bisnis tersebut dijalankan.

Mempelajari secara mendalam artinya meniliti secara sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan anlisis hasil penelitian tersebut dengnan menggunakan metode-metode tertentu. Penelitian yang dilakukan terhadap usaha yang akan dijalankan dengan ukuran tertentu, sehingga diperoleh hasil maksimal dari penelitian tersebut.

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

2.1.1 Tujuan dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), studi kelayakan bisnis memiliki 5 tujuan, antara lain:

a. Menghindari risiko kerugian

Untuk menghindari risiko kerugian dimasa yang datang, karena pada masa mendatang terdapat kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan.

(25)

Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

b. Memudahkan perencanaan

Jika sudah dapat meramalkan yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah dalam melakukan perencanaan dan melaksanakan hal-hal yang diperlukan.

c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Para pelaksana yang menjalankan bisnis memiliki pedoman yang bisa diikuti, sehingga pengerjaan dapat dilakukan secara sistematik dan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

d. Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.

e. Memudahkan pengendalian

Bila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan yang akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan.

2.1.2 Aspek Studi Kelayakan Bisnis

(26)

A. Aspek Ekonomi dan Sosial

Menurut Suratman (2001), secara khusus, aspek sosial ekonomi kurang mendapat perhatian dari pemrakarsa proyek maupun penyusun studi kelayakan proyek. Namun, pada kenyataannya aspek ini menjadi dasar dari aspek-aspek yang lain dalam menentukan kelayakan suatu proyek investasi. Seringkali suatu proyek batal dibangun karena terbentur masalah legalitas, klaim dari masyarakat setempat, dan lain sebagainya.

A.1 Definisi Aspek Ekonomi Sosial (Lingkungan)

Menurut Jumingan (2011), di dalam aspek sosial ini yang perlu dievaluasi adalah seberapa jauh respons masyarakat sekitar proyek terhadap dilaksanakannya proyek. Berapa banyak masyarakat yang setuju, menentang, dan tidak memberikan pendapat atas pelaksanaan proyek tersebut.

Informasi semacam ini harus selalu dimonitor, baik sebelum ada proyek, selama proyek, maupun setelah proyek dilaksanakan. Untuk mengatasi masalah sosial yang mungkin timbul dalam masyarakat sehubungan dilaksanakannya proyek, sebaiknya sejauh dini masyarakat diikutsertakan dalam proses pengambilakan keputusan dengan cara mengajak wakil mereka untuk turun serta dalam perencanaan.

(27)

Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positf yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya.

Diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, yang akan dijalankan akan memberikan dampak yang positif lebih banyak. Artinya dengan berdirinya usaha atau proyek secara ekonomi dan sosial lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya.

Menurut Jumingan (2011), studi lingkungan usaha merupakan suatu langkah yang penting dilakukan dengan tujuan untuk menemukan apakah lingkungan di mana usaha itu akan berdiri nantinya tidak akan menimbulkan ancaman atau justru dapat memberikan peluang di luar dari usaha yang utama. Kesalahan dalam hal ini akan berdampak negatif dikemudian hari, dan jika ini terjadi maka sangat sulit untuk mengubahnya karena karena akan meminta pengorbanan materi yang cukup besar, dan tidak terttup kemungkinan kesalahan ini dijadikan alasan bagi saingan untuk melakukan serangan terang-terangan kepada usaha atau perusahaan yang bermasalah dengan lingkungannya. Guna menghindari segala kemungkinan pengaruh negatif ini, sebaiknya dari awal setiap akan mendirikan usaha perlu membuat kajian lingkungan dan dimasukkan ke dalam unsur penilaian dan kelayakn usaha.

(28)

usaha, tidak jarang tempat usaha, dan tidak jarang perubahan itu akan membawa dampak negatif, terutama bagi mereka yang kurang senang dengan adanya usaha tersebut, walaupun ada juga sebagian masyarakat yang mendapat keuntungan dari adanya pembukaan usaha baru itu. Pelaku studi harus dapat menemukan seberapa besar dampak perubahan sosial ini, dengan cara membandingkan antara besarnya perubahan yang menuju ke arah yang negatif dibandingkan dengan perubahan yang menuju ke arah yang positif sehingga dengan cara itu akan dapat diukur apakah dampak sosial yang terjadi masih dapat ditolerir atau mungkin terpaksa kegiatan akan dihentikan jika tidak dapat diatasi lagi.

A.2 Pengaruh Aspek Sosial Ekonomi (Lingkungan) dari Pendirian Usaha Menurut Jumingan (2011), pengaruh terhadap lingkungan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah lingkungan di mana usaha itu didirikan akan dijelaskan meliputi dampak sosial usaha dan ekonomi usaha. A.2.1 Dampak Sosial Usaha

Dampak sosial yang sering muncul adalah adanya ketidakpuasan dari masyarakat di sekitar lokasi, baik mengenai kompetensi yang mereka terima ataupun adanya kecemburuan kepada tenaga kerja asing yang datang, sementara mereka yang memang sudah beranak-pinak di sekitar lokasi justru tidak mendapat kesempatan untuk bekerja pada usaha tersebut.

(29)

berubah menjadi musush bagi perusahaan. Karena itulah dalam kelayakan penerimaan lokasi, sikap masyarakat ini perlu dipertimbangkan, apakah lebih banyak masyarakat yang mendukung atau yang tidak mendukung, barulah diputuskan pemilihan lokasi walaupun mungkin pertimbangan biaya operasi lebih tinggi dibandingkan lokasi lain.

A.2.2 Ekonomi Usaha

Pendirian suatu usaha sekecil apa pun akan selalu menimbulkan dampak ekonomi. Namun demikian, guna mendapatkan gambaran yang jelas adalah penting bagi pelaku studi kelayakan untuk membuat kajian yang mendalam mengenai dampak ekonomi.

a. Besarnya tenaga kerja yang terserap oleh usaha yang akan didirikan.

b. Apakah ada usaha ikutan yang muncul akibat usaha ini. Jika ada, berapa banyak, dalam bentuk apa, apakah dapat menunjang usaha atau dapat bermitra, dan lain-lain.

c. Besarnya kontribusi usaha terhadap penambahan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi usaha.

(30)

Menurut Kasmir & Jakfar (2012), secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya suatu proyek atau investasi antara lain :

1. Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui : a. Meningkatkan pendapatan keluarga.

b. Terjadinya perubahan pola nafkah.

c. Tersedianya jumlah dan ragam produk barang dan jasa di masyarakat, sehingga masyarakat punya banyak pilihan untuk produk yang diinginkan. d. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekaligus mengurangi

pengangguran.

2. Meningkatkan perekonomian pemerintah, baik lokal maupun regional melalui : a. Menambah peluang dan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. b. Pemerataan pendistribusian pendapatan.

c. Menambah pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu.

Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu proyek atau investasi, antara lain meliputi :

1. Perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisipasi angkatan kerja maupun tingkat pengangguran.

2. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan atau kegiatan.

2.1.3 Tahap-tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis

(31)

Gambar 2.1 Skema Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis

1. Pengumpulan Data dan Informasi

Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari lembaga yang berwenang untuk mengeluarkannya, baik milik pemerintah maupun swasta. Pengumpulan data ini dapat dari data primer maupun sekunder.

2. Melakukan Pengolahan Data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk bisnis.

(32)

3. Analisis Data

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria-kriteria-kriteria-kriteria yang layak digunakan.

4. Mengambil Keputusan

Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari pengukuran, maka langkah, selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut.

5. Memberikan Rekomendasi

Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi diberikan juga saran-saran serta perbaikan yang perlu jika memang masih dibutuhkan, baik kelengkapan dokumen-dokumen maupun persyaratan-persyaratan lainnya.

2.1.4 Faktor-Faktor Utama Penentu Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan membeil, yaitu (1) faktor psikologis, (2) faktor situasional, dan (3) faktor sosial.

1. Faktor Psikologis

(33)

merespon stimulus yang muncul dari lingkungannya. Termasuk di dalam kepribadian opini, minat, dan prakarsa.

2. Faktor Situasional

Faktor situasional mencakup keadaan sarana prasarana tempat belanja, waktu belanja, penggunaan produk, dan kondisi saat pembelian.

3. Faktor Sosial

Faktor situasional mencakup peraturan, keluarga, kelompok, kelas sosial, dan budaya.

2.2 Penelitian Survei

Menurut estimologinya survei berasal dari Bahasa Latin terdiri dari suku kata sur yang merupakan turunan kata Latin super yang berarti di atas atau

melampui. Sedangkan suku kata vey berasal dari kata Latin videre yang berarti

melihat. Jadi kata survey berarti melihat di atas atau melampui. (Leedy dalam

Soehartono, 2000:53)

Penelitian survei menurut Widodo (2008:43), digunakan untuk memecahkan masalah-masalah isu skala besar yang aktual dengan populasi sangat besar, sehingga diperlukan sampel ukuran besar. Tetapi pengukuran variabelnya lebih sederhana dengan instrument yang sederhana dan singkat. Arah minat penelitian survei ialah membauat taksiran yang akurat mengenai karakteritik-karakteristik keseluruhan populasi dengan mengkaji sampel-sampel yang ditarik dari populasi tersebut. Kajian ini menjadi penting karena adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengkaji keseluruhan populasi secara utuh.

(34)

dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Penelitian survei umumnya bertujuan untuk mencapai generalisasi, dan sebagian lain juga untuk membuat prediksi. Selanjutnya menurut Asmadi Alsa (2004:20), rancangan survei merupakan prosedur dimana peneliti melaksanakan survei atau memberikan angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau karakteritik responden. Dari hasil survei ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada dalam populasi.

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian survei adalah salah satu metode penelitian yang umumnya mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan sampel populasi yang bertujuan untuk membuat deskripsi, generalisasi, atau prediksi tentang opini, perilaku, dan karakteristik yang ada dalam populasi tersebut.

2.3 Analythical Hierarchy Process (AHP)

(35)

2.3.1 Perbandingan Berpasangan

Menurut Taylor (2005:19), pada AHP pengambilan keputusan

menentukan nilai atau “skor” tiap alternatif untuk suatu kriteria

menggunakan perbandingan pasangan (pairwise comparison). Pada perbandingan pasangan pembuat keputusan membandingkan dua alternatif (yaitu, sepasang) berdasarkan suatu kriteria tertentu dan mengidikasikan suatu preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan skala preferensi (preference

scale), yang memberikan angka numeric untuk tiap tingkat preferensi. Skala

preferensi perbandingan pasangan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Standar skala preferensi yang digunakan AHP telah ditentukan oleh peneliti yang berpengalaman dibidang AHP untuk digunakan sebagai landasan yang layak dalam membandingkan dua item atau dua alternative. Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan perbandingan dua alternatif.

Tabel 2.1 Tabel Skala Preferensi Perbandingan Pasangan

Tingkat Preferensi Nilai Angka

Sama disukai 1

Sama hingga cukup disukai 2

Cukup disukai 3

Cukup hingga sangat disukai 4

Sangat disukai 5

Sangat disukai hingga amat sangat disukai 6

Amat sangat disukai 7

(36)

Tingkat Preferensi Nilai Angka

Luar biasa disukai 9

Sumber : Taylor (2005:19)

Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan perbandingan dua item.

Misalnya, jika tujuan A “cukup disukai” dibandingkan dengan tujuan B, maka

dalam perbandingan ini diberi angka 3. Rating 3 ini merupakan pengukuran dari preferensi pengambil keputusan dari satu alternatif dibandingkan terhadap alternatif lain.

Jika A cukup disukai maka menghasilkan nilai 3 untuk kriteria 1. Jadi, tidaklah perlu membandingkan tujuan B terhadap A untuk menentukan nilai

preferensi tersendiri bagi perbandingan “sebaliknya” ni. Jadi, pada contoh ini nilai

preferensi A terhadap B adalah 3, sedangkan nilai preferensi B terhadap A adalah 1/3.

Tabel 2.2 Matrik Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix) Kriteria 1

Tujuan A B C

A 1 3 2

B 1/3 1 1/5

C 1/2 5 1

2.3.2 Mengembangkan Preferensi dalam Kriteria

(37)

memberikan estimasi yang cukup layak untuk skor preferensi di setip keputusan dalam masing-masing kriteria.

Tahap pertama dalam menentukan skor preferensi adalah dengan menjumlahkan nilai pada tiap kolom matriks perbandingan pasangan. Penjumlahan kolom untuk matrik kriteria 1 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Penjumlahan Matriks Perbandingan Pasangan Kriteria 1

Tujuan A B C

A 1 3 2

B 1/3 1 1/5

C 1/2 5 1

11/6 9 16/5

Kemudian nilai pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom terkait. Hasilnya merupakan matriks normalisasi sebagai berikut.

Tabel 2.4 Matriks Normalisasi Kriteria 1

Tujuan A B C

A 6/11 3/9 5/8

B 2/11 1/9 1/16

C 3/11 5/9 5/16

(38)

menyediakan data preferensi untuk tiga lokasi berdasarkan kriteria 1. Preferensi ini sebagai suatu matriks dengan satu kolom yang disebut sebagai vektor.

Tabel 2.5 Matriks Desimal beserta Rata-Rata Kriteria 1

Tujuan A B C Rata-rata Baris

A 0,5455 0,3333 0,6250 0,5012 B 0,1818 0,1111 0,0625 0,1185 C 0,2727 0,5556 0,3125 0,3803 1,000

Vektor preferensi untuk kriteria keputusan lainnya dihitung dengan cara serupa. Seluruh vektor preferensi yang dihasilkan kemudian diringkas dalam suatu matriks preferensi yang ada pada tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6 Matriks Preferensi Kriteria Kriteria

Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

A 0,5012 0,2819 0,1790 0,1561

B 0,1185 0,0598 0,6850 0,6196

C 0,3803 0,6583 0,1360 0,2243

2.3.3 Memeringkat Kriteria

(39)

pasangan. Matriks perbandingan pasangan untuk empat kriteria pada contoh ini ditetapkan berdasarka skala preferensi pada tabel 2.7 berikut ini.

Tabel 2.7 Matriks Preferensi Kriteria

Kriteria Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

Kriteria 1 1 1/6 3 4

Kriteria 2 5 1 9 7

Kriteria 3 1/3 1/9 1 2

Kriteria 4 1/4 1/7 1/2 1

Matriks normalisasi yang dikonversi menjadi angka desimal dengan rata-rata baris untuk tiap kriteria diperlihatkan pada tabel 2.8 sebagai berikut.

Tabel 2.8 Matriks Preferensi Kriteria

Kriteria Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Rata-rata Baris Kriteria 1 0,1519 0,1375 0,2222 0,2857 0,1993 Kriteria 2 0,7595 0,6878 0,6667 0,5000 0,6535 Kriteria 3 0,0506 0,0764 0,0741 0,1429 0,0860 Kriteria 4 0,0380 0,0983 0,0370 0,0714 0,0612 1,0000

(40)

2.3.4 Mengembangkan Peringkat Keseluruhan

Menurut Taylor (2005:22), pada bagian sebelumnya preferensi untuk tiap tujuan dalam setiap kriteria diringkas pada suatu matriks preferensi yang disajikan ulang pada tabel 2.6. Lalu digunakan perbandingan pasangan untuk membuat suatu vektor preferensi atas keempat kriteria tersebut sebagain berikut.

Kriteria Kriteria 1

Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

Skor keseluruhan untuk tiap tujuan ditentukan dengan mengalikan nilai pada vektor preferensi kriteria dengan matriks sebelumnya dan menjumlahkan hasilnya sebagai contoh untuk lokasi A,

A=0,1993(0,5012)+0,6535(0,2819)+0,0860(0,1790)+0,0612(0,1561)=0,3091 Jika ketiga lokasi tersebut diurutkan berdasarkan skornya maka akan menghasilkan peringkat AHP sebagai berikut.

Tabel 2.9 Tabel Peringkat AHP

Lokasi Skor

C 0,5314

A 0,3091

B 0,1595

1,000 0,1993

0,6535 0,0860

(41)

Bedasarkan skor yang dikembangkan melalui AHP ini, Lokasi C seharusnya dipilih sebagai prioritas utama. Namun, terlepas dari apakah keputusan yang direkomendasikan AHP ini digunakan atau tidak, proses tersebut dapat mengidentifikasi dan membuat prioritas kriteria yang menjelaskan bagaimana suatu perusahaan membuat keputusan.

2.3.5 Konsistensi AHP

Menurut Taylor (2005:24) Proses analisis bertingkat (Analytical

Hierarchy Process – AHP) dilakukan berdasarkan pada perbandingan pasangan

yang digunakan pengambil keputusan untuk menetapkan preferensi antara alternatif-alternatif keputusan untuk berbagai kriteria. Prosedur normal dalam AHP untuk mengembangkan perbandingan pasangan ini adalah melalui wawancara untuk mendapatkan pernyataan secara verbal dari pengambil keputusan dengan menggunakan skala preferensi. Meskipun demikian, ketika seseorang pengambil keputusan harus membuat banyak perbandingan (misalnya, tiga atau lebih), ia bisa melupakan pernyataan sebelumnya. Karena AHP didasarkan pada pernyataan ini, maka validitas dan konsistensi pernyataan dari pembuat keputusan menjadi penting. Indeks konsistensi (Consistency Index – CI) dapat dihitung untuk mengukur tingkat inkonsistensi dalam perbandingan pasangan. Indeks konsistensi, CI, dihitung menggunakan formula berikut.

Keterangan:

(42)

Jika CI = 0, maka pengambilan keputusan sangat konsisten. Tingkat konsistensi yang dapat diterima ditentukan dengan membandingkan CI terhadap indeks acak (Random Index – RI), yang merupakan indeks konsistensi dari matriks perbandingan pasangan yang dibuat secara acak. Nilai RI tergantung dari jumlah item, n, yang diperbandingkan.

Tabel 2.10 Nilai RI untuk Perbandingan n Item

N 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51

Sumber : Taylor (2005:25)

2.4 Graphic Rating Scale

Menurut Zainul dan Nasution (2001), Rating Scale merupakan salah satu skala yang digunakan dalam instrumen non tes dengan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh infromasi tentang suatu masalah dan dinyatakan sebagai posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain. Skala bertingkat terdiri dari dua bagian, yaitu pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu dan petunjuk pengumpulan data tentang pernyataan itu. Graphic Rating Scale atau Skala Penilaian Grafik adalah salah satu tipe Rating Scale yang sering digunakan.

(43)

terdiri dari deksripsi kinerja dan garis tidak putus-putus dengan berbagai angka yang diletakkan disepanjang garis dan kadang-kadang disertai deskripsi singkat di bawahnya.

Sumber : Lijan (2005:25)

Gambar 2.2 Contoh Form Skala Penilaian Grafik Untuk Kuantitas Kerja

Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat

juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternative jawaban yang dipilih responden.

Dari beberapa pendapat yang sudah dijelaskan di atas maka dapat dikatakan bahwa penilaian skala (Rating Scale) khususnya pada tipe penilaian skala grafik (Graphic Rating Scale) merupakan metode pengukuran yang sudah familiar digunakan di dalam penilaian kinerja. Namun metode penilaian tersebut bukan berarti tidak dapat digunakan di dalam bentuk penilaian lain selain penilaian kinerja.

(44)

mengukur parameter-parameter yang beraspek sosial ekonomi yang terdapat pada kuesioner.

2.5 System Development Life Cycle (SDLC)

Menurut Dennis, dkk (2013), dalam membangun sistem dengan menggunakan SDLC memiliki empat fase dasar yaitu perencanaan, analisis, desain, dan implementasi. Setiap fase itu sendiri terdiri atas serangkaian langkah dengan mengandalkan teknik sehingga menghasilkan produk.

a. Perencanaan

Fase perencanaan ini adalah proses dasar dalam memahami mengapa sistem informasi harus dibuat dan menjelaskan bagaimana tim proyek akan melakukannya.

b. Analisis

Fase analisis ini menjelaskan pertanyaan tentang siapa yang akan menggunakan sistem, apa yang akan dilakukan sistem, dimana dan kapan sistem tersebut digunakan. Di dalam fase ini tim proyek melakukan investigasi sistem saat ini, mengidentifikasi adanya perbaikan, dan mengembangkan konsep untuk sistem yang baru.

Planning Analysis Design Implementation

idea System

Success

(45)

c. Desain

Fase desain ini menentukan bagaimana sistem akan beroperasi dengan perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang ada. Fase ini juga termasuk menentukan tampilan antarmuka, formulir, laporan yang akan digunakan, spesifikasi program, basis data, dan bahan-bahan yang dibutuhkan.

d. Implementasi

Fase akhir di dalam SDLC adalah fase implementasi, dimana sistem ini su dah benar-benar dibangun. Ini adalah fase yang biasanya paling diperhatikan, karena ini adalah bagian yang terpanjang dan termahal di dalam proses pengembangan.

2.6 Pengertian Bagan Alir

Menurut Krismiaji (2010), Bagan alir merupakan teknik analitis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.

Terdapat beberapa jenis bagan alir yang biasa digunakan, yaitu sebagai berikut:

a. Bagan Alir Sistem (System Flowchart)

(46)

menunjukkan apa yang dikerjakan dalam sistem. Bagan alir sistem digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol yang telah ditentukan. b. Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)

Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut dengan bagan alir formulir (form flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol yang sama dengan yang digunakan didalam bagan alir sistem.

c. Bagan Alir Skematik (Schematic Flowchart)

Bagan alir skematik (schematic flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem, yaitu menggambarkan prosedur dalam sistem. Perbedaannya adalah bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem, juga menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-gambar ini adalah untuk memudahkan dalam menjelaskan simbol-simbol bagan alir kepada orang yang masih awam.

d. Bagan Alir Program (Program Flowchart)

(47)

e. Bagan Alir Proses (Process Flowchart)

Bagan alir proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik industri. Berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan proses dalam suatu prosedur.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagan alir (flowchart) adalah suatu gambaran umum tentang sistem yang berjalan dan berfungsi sebagai alat bantu komunikasi serta untuk mendokumentasikan dan menyajikan kegiatan mulai dari manual, semi manual maupun komputerisasi.

2.7 Pengertian Data Flow Diagram

Menurut Hartono (2003), Data Flow Diagram (DFD) adalah diagram yang menggunakan notasi simbol untuk menggambarkan arus data sistem. Kita dapat menggunakan DFD untuk dua hal utama, yaitu untuk membuat dokumentasi dari sistem informasi yang ada, atau untuk menyusun dokumentasi untuk sistem informasi yang baru. Empat simbol yang digunakan yaitu :

Tabel 2.11 Simbol Data Flow Diagram

Simbol Keterangan

External Entity, merupakan kesatuan di

lingkungan luars sistem yang bisa berupa orang, organisasi atau sistem lain.

Process, merupakan proses seperti

(48)

Simbol Keterangan

Data Store (Simpan Data), dapat berupa

suatu file atau database pada sistem komputer atau catatan manual

Data Flow (Arus Data), arus data ini

mengalir di antara proses, simpan data dan kesatuan luar

Menurut Hartono (2009), ada beberapa simbol digunakan pada DFD untuk mewakili:

a. Kesatuan Luar (External Entity)

Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan (entity) di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berada pada lingkungan luarnya yang memberikan input atau menerima output dari sistem.

b. Proses (Process)

Proses (process) menunjukan pada bagian yang mengubah input menjadi

output, yaitu menunjukan bagaimana satu atau lebih input diubah menjadi

beberapa output. Setiap proses mempunyai nama, nama dari proses ini menunjukan apa yang dikerjakan proses.

c. Simpanan Data (Data Store)

Data Store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa suatu file atau

(49)

d. Arus Data (Data Flow)

(50)

3

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis dan perancangan sistem. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) yang digunakan, terdapat empat tahapan, pada bab ini akan dibahas tentang tahap perencanaan, analisis, dan desain. Sedangkan untuk tahap implementasi akan dibahas pada bab keempat.

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Pembahasan Berdasarkan SDLC

3.1 Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini akan dibahas tentang hasil pengumpulan data dan identifikasi masalah, yang dilakukan dengan wawancara dan observasi pada perusahaan CV. Sigma Sukses Kreasi.

(51)

3.1.1 Hasil Wawancara dan Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan berbagai informasi tentang proses bisnis, prosedur survei sampai ke penentuan rekomendasi, memperoleh data-data responden pada CV. Sigma Sukses Kreasi melalui salah satu pihak internal perusahaan yang terlibat di dalam proses bisnis secara langsung, yakni manajer perusahaan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, didapatkan beberapa informasi sebagai berikut:

1. Di dalam proses bisnis perusahaan tersebut melibatkan tiga orang internal perusahaan, yakni dengan jabatan sebagai manajer, admin, dan surveyor. 2. Untuk jabatan surveyor merupakan pihak yang tidak terikat di dalam

perusahaan, maka dari itu surveyor dapat berbeda orang dan tidak harus berada di kantor.

3. Admin bertugas untuk menentukan surveyor sekaligus memberikan tugas survei setelah mendapat perintah dari manajer, serta melakukan pengolahan data.

(52)

5. Dalam mengolah data terdapat dua tahap dengan menggunakan dua program yaitu menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) dan Microsoft Excel.

6. Proses penentuan rekomendasi kelayakan indomaret dilakukan oleh manajer dengan melihat hasil pengolahan data. Dalam penentuan rekomendasi ini manajer melakukannya dengan cara melihat informasi pendapatan warga sekitar dan informasi tentang dampak positif yang akan ditimbulkan oleh indomaret. Dengan tidak adanya ketentuan yang konsisten dalam menentukan rekomendasi kelayakan.

7. Hasil wawancara, bentuk kuesioner yang digunakan, dan data-data yang terkait terlampir di halaman lampiran.

(53)

Surveyo r

Admin

CV. Sigma Sukses Kreasi

Manajer CV. Sigma Sukses Kreasi Hasil Olah Data yang Telah Terisi Data

Melakukan Pengolahan Data

Menentukan Rekomendasi Kelayakan

Admin

CV. Sigma Sukses Kreasi Laporan Kajian

CV. Sigma Sukses Kreasi Admin

CV. Sigma Sukses Kreasi

Gambar 3.2 Proses Bisnis CV. Sigma Sukses Kreasi

(54)

terisi data responden, surveyor melakukan pertemuan dengan admin untuk memberikan kuesioner tersebut. Selanjutnya pada tahap keempat, admin melakukan pengolahan data yang ada pada kuesioner dengan menggunakan dua program, yakni SPSS dan Microsoft Excel. Lalu pada tahap kelima, dari hasil olahan data tersebut manajer melakukan analisis untuk menentukan rekomendasi kelayakan. Setelah rekomendasi kelayakan ditentukan, tahap keenam, admin melakukan penyususnan laporan kajian sosial ekonomi.

3.2 Analisis (Analysis)

Pada tahap analisis ini akan dibahas tentang permasalahan yang ditimbulkan sekaligus solusi yang akan diterapkan pada proses bisnis. Berdasarkan proses bisnis yang ada pada Gambar 3.2, terdapat beberapa masalah yang timbul di dalam proses bisnis tersebut. Berikut ini masalah-masalah tersebut yang akan dijelaskan berdasarkan tiga proses utama yang ada, yakni survei, pengolahan data, dan penentuan rekomendasi kelayakan.

1. Proses Survei

a. Membutuhkan waktu yang lama, karena surveyor harus melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan admin untuk mendapatkan kuesioner agar dapat melakukan survei ke lapangan. Selain itu surveyor juga harus melakukan pertemuan kembali untuk memberikan kuesioner yang telah terisi data kepada admin. Proses pertemuan antara admin dan surveyor ini sangat menyita waktu dan mengganggu proses bisnis selanjutnya.

(55)

2. Proses Pengolahan Data

Membutuhkan waktu yang lama, karena pada proses pengolahan data, admin memasukkan data responden kembali ke dalam komputer. Maka proses pemasukkan data dilakukan dua kali sehingga cukup menyita waktu. Selain itu pada proses pengolahan data menggunakan dua program, yakni SPSS dan Microsoft Excel sehingga waktu yang dibutuhkan cukup banyak.

3. Proses Penentuan Rekomendasi Kelayakan

a. Rekomendasi yang kurang akurat, karena pada proses pengolahan data tersebut analisis dan penilaian dilakukan dengan cara melihat sebagian data responden saja, padahal masih banyak data-data yang dapat dijadikan penilaian, maka rekomendasi yang dihasilkan tidak komprehensif dan meyakinkan.

b. Tidak konsisten, karena dengan cara analisis dalam penentuan rekomendasi tersebut masih bersifat spekulatif dan tidak adanya ketentuan sehingga proses analisis yang dilakukan akan selalu berubah-ubah.

(56)

3.2.1 Solusi Permasalahan

Setelah dilakukan pengumpulan data melalui proses wawancara dan observasi, maka dilanjutkan dengan melakukan analisa permasalahan. Berdasarkan proses analisis permasalahan tersebut didapatkan suatu permasalahan yang membutuhkan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Dalam menyelesaikan permasalahan yang telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya, maka solusi yang diberikan adalah membangun sistem perangkat lunak yang dapat menganalisis kelayakan pendirian Indomaret secara lebih akurat. Sistem ini dirancang untuk membantu jalannya proses bisnis menjadi lebih cepat dengan hasil rekomendasi kelayakan yang lebih akurat.

Dalam proses analisis, sistem ini akan melakukan beberapa tahapan yang digambarkan melalui bagan sebagai berikut.

Gambar 3.3 Bagan Tahapan Proses Analisis

a. Penentuan Kriteria

(57)

Berdasarkan dengan salah satu proses bisnis yang terdapat di awal yaitu proses survei dengan menggunakan kuesioner. Maka data yang digunakan adalah data kuesioner. Sesuai jumlah data yang ada di dalamnya, kuesioner tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu kuesioner rumah tangga dan kuesioner toko retail. Di dalam kedua kuesioner ini masing-masing terdapat data umum dan data kriteria. Data kriteria ini yang nantinya akan dibobotkan dan dinilai sehingga dapat mengukur kelayakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini data kriteria beserta data umum yang diperoleh dari dua jenis kuesioner:

1. Data Kuesioner Rumah Tangga

Tabel 3.1 Data Kuesioner Rumah Tangga

Data Umum Data Kriteria

 Nama Responden

 Jenis Kelamin

 Usia

 Alamat

 Nomor Telepon

 Status

 Pendidikan terakhir

 Pendapat tentang Indomaret dapat mengubah pola belanja

 Pendapat tentang kondisi pasar tradisional

 Pekerjaan

 Pendapatan

 Pengeluaran

 Intensitas Belanja

 Memenuhi Kebutuhan

 Cipta Gangguan

 Pendapat Perkembangan

 Cipta Lapangan Kerja

 Cipta usaha Baru

(58)

2. Data Kuesioner Toko Retail

Tabel 3.2 Data Kuesioner Rumah Tangga

Data Umum Data Kriteria

(59)

yang merupakan teori dari perilaku konsumen. Teori-teori yang mendasari tentang penentuan kriteria-kriteria yang digunakan pada analisis ini telah dijelaskan pada bab 2.

b. Pembobotan Kriteria dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Setelah menentukan kriteria-kriteria apa saja yang akan digunakan di dalam analisis kelayakan ini, maka dilanjutkan dengan pemberian bobot terhadap kriteria-kriteria tersebut. Pembobotan kriteria ini dilakukan dengan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan metode perhitungan yang

fleksibel karena dapat menghitung sesuatu yang bersifat non fisik dan tidak memiliki skala ukuran tertentu. Selain itu AHP juga metode yang sesuai untuk menghitung dan mengukur sesuatu yang bersumber dari intuisi atau variable yang sulit ditentukan skala pengukurannya. Oleh karena itu metode AHP adalah metode yang cocok untuk mengukur kriteria-kriteria tersebut karena masih bersifat kualitatif sehingga harus dikuantitatif dengan metode AHP agar dapat diukur.

Dalam melakukan pembobotan dengan metode AHP pada dasarnya diawali dengan matriks perbandingan pasangan. Proses perhitungan perbandingan berpasangan yaitu menghitung tingkat kepentingan atau bobot dari masing-masing kriteria yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak yang berkompeten dengan mengacu pada skala preferensi standart pembobotan AHP. Setelah itu menentukan matriks normalisasi, dan diakhiri dengan menentukan Local Priority

sebagai bobot kriteria.

(60)

Tabel 3.3 Ilustrasi Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison Matrix)

Kriteria Pendapatan Pengeluaran Omzet Perbulan

Dari matriks tersebut dilakukan perbandingan nilai dari tiap kriteria. Setelah itu menjumlahkan nilai pada tiap kolom matriks perbandingan pasangan.

Tabel 3.4 Penjumlahan Matriks Perbandingan Pasangan (Pairwise Comparison

Matrix)

(61)

Setelah dilakukan penjumlahan tiap kolom, maka dilakukan dengan membagi setiap sel dengan total setiap kolom. Tahap ini akan menghasilkan yang disebut dengan matriks normalisasi.

Tabel 3.5 Matriks Normalisasi

Kriteria Pendapatan Pengeluaran Omzet Perbulan

Selanjutnya menjumlahkan tiap baris matriks dan membaginya dengan jumlah kolom, dari hasil rata-rata tiap baris tersebut disebut sebagai Local

Priority. Hasil Local Priority ini yang akan digunakan sebagai bobot kriteria.

Tabel 3.6 Menghitung Local Priority

(62)

Kriteria Pendapatan Pengeluaran Omzet Perbulan

Peningkatan Omzet

Pengaruh Positif/Negatif

Local Priority Omzet

Pengaruh

Positif/Negatif z/v / V z/w / W z/x / X z/y / Y z/z / Z e

Jumlah 1 1 1 1 1 1

Tabel 3.7 Local Priority dan Bobot Kriteria

Berdasarkan hasil local priority di atas maka telah ditentukan bobot kriteria dari kuesioner toko retail. Tahap selanjutnya adalah proses perhitungan konsistensi. Tahap ini merupakan bentuk pengujian validitas terhadap nilai yang diberikan pada proses penyusunan matrik perbandingan berpasangan. Untuk memperlihatkan perhitungan indeks konsistensi (CI), akan diuji pada matriks perbandingan pasangan.

Dari matriks perbandingan pasangan ini dilakukan perkalian silang dengan local priority darikriteria-kriteria tersebut.

Local Priority Kriteria Toko Retail Bobot Kriteria

a Pendapatan A

b Pengeluaran B

c Omzet Perbulan C

d Peningkatan Omzet D

Gambar

Gambar 2.1 Skema Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis
Tabel 2.1 Tabel Skala Preferensi Perbandingan Pasangan
Gambar 2.3 Fase System Development Life Cycle
Tabel 2.11 Simbol Data Flow Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait