RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG
LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR
SKRIPSI
RIADY A. P. SITANGGANG
100801064
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG
LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhui Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains
RIADY A. P. SITANGGANG
100801064
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : Rancang Bangun Pembangkit Pulsa Gelombang Linear Pada Perangkat Instrumentasi Nuklir
Kategori : Skripsi
Nama : Riady A. P. Sitanggang
Nim : 100801064
Program studi : Sarjana (S1) Fisika Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara
Diluluskan di Medan, Agustus 2014
Disetujui Oleh
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing 1, Ketua,
Dr. Marhaposan Situmorang Drs.Takdir Tamba, M.Eng,Sc
NIP.195310301980031003 NIP.196006031986011002
PERNYATAAN
PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR
PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2014 Penulis
PENGHARGAAN
Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat , kasih karunia dan penyertaanNya selama penulis melaksanakan studi hingga menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Selama perkuliahan sampai penyelesain tugas akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dalam bentuk moril, materi, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu dengan sepenuh hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :.
1. Bapak Dr. Sutarman, Msc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Ketua departemen Fisika USU dan Bapak Drs.Syahrul Humaidi, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU.
3. Bapak Ir. Ferly Hermana, M.M selaku Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PRFN BATAN
4. Bapak Ir. Atang Susila, M.Eng selaku Kepala Bidang Instrumentasi PRFN BATAN.
5. Drs. Takdir Tamba, M.Eng,Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan kepercayaan kepada penulis dalam penyelesasian skripsi ini.
6. Bapak Riswal Hanafi Siregar, S.Si, M.Si selaku pembimbing penulis di PRFN BATAN yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, mengajari, memotivasi dan memberi kepercayaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini .
7. Bapak Joko Sumanto, ST yang banyak membantu, berbagi ilmu dan memberikan motivasi kepada penulis selama di PRFN BATAN beserta seluruh staf dan karyawan Bidang Instrumentasi PRFN BATAN.
8. Bapak Drs. Kurnia Brahmana, M.Si selaku dosen penguji I. 9. Bapak Dr. Bisman P. M.Eng.Sc selaku dosen penguji II. 10. Bapak Dr. Kerista Tarigan, M.Eng.Sc selaku dosen penguji III
11. Keluarga yang saya sayangi, orang tua saya R. Sitanggang dan N. Sitohang beserta saudara-saudari saya Febry, Dipo, Uli Artha dan Enjelina Merici atas cinta kasih, doa dan dukungannya
12. Keluarga Ridwan Pandiangan yang memberikan tempat berteduh, berbagi kasih beserta doa ,dukungannya dan keluaraga besar Op. Ridwan yang banyak membantu.
14. Juliana Sitorus dan Lasmini Sihombing yang memberikan semangat dukungan dan menghabiskan banyak waktu untuk belajar bersama. Salam hangat dan sukses buat kita.
15. Sahabat-sahabatku Eko Manik, Yndra Samosir, Irwan Sihombing, Novalina Sitorus, Feronika Sitanggang, Junita Hutabarat, teman satu kost, Tim Futsal saya GS FC terimakasih atas dukungan, doa dan kebersamaannya.
16. Teman-teman Stambuk Physic Inside yang berbagi kasih dan kebersamaan selama ini.
17. Adik-adikku Stambuk 2011, 2012, 2013 yang memberikan warna di kampus dan kebersamaannya.
18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan kelancaran penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pemabaca dan kepentingan orang banyak.
Medan, Agustus 2014 Penulis
RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG
LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR
ABSTRAK
Telah dilakukan rancang bangun pembangkit pulsa gelombang linear pada instrumentasi nuklir. Pelaksanaan kegiatan meliputi pembuatan dan pengujian alat. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian detektor, tegangan tinggi (HV), dan amplifier menggunakan function generator, sumber radioaktif I-125 dan simulasi pada proteus. Dari hasil pengujian didapat detektor memiliki resolusi 7,95 % dan efisiensi 4,08 % dan pulsa keluaran dari detektor dan pre amplifier merupakan pulsa listrik berbentuk eksponensial. HV yang dirancang mampu membangkitkan kinerja detektor dengan linearitas tegangan antara HV dan daerah kerja detektor. Hasil pengujian amplifier menghasilkan pulsa gelombang linear berbentuk Gaussian.
PULSE GENERATION DESIGN LINEAR WAVES ON THE
NUCLEAR INSTRUMENTATION
ABSTRACT
It has been designed linear wave pulse generator on the nuclear instrumentation. The implementation activities include the manufacture and testing tools. The testing was conducted on the test detector, high voltage (HV), and the amplifier using the function generator, source of radioactive I-125 and simulated in proteus.The results obtained from the test is detector has a resolution of 7.95% and efficiency of the detector is 4.08% and the output pulses from the detector and preamplifier is a exponential electric pulses. HV desinged to raise the performance of the detector with the voltage linearity between HV and detector work area.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar lampiran xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 2
1.6 Metodologi Penelitian 3
1.7 Sistematika Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Radiasi 5
2.2 Instrumentasi Nuklir 7
2.2.1 Detektor 8
2.2.2 Preamplifier 9
2.2.3 Tegangan Tinggi 10
2.2.4 Amplifier 10
2.2.5 Single Channel Analyzer (SCA) 11
2.2.6 Counter ( Pencacah) 12
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Deteksi 13
3.2 Perancangan Tegangan Tinggi 15
3.2.1 Rangkaian Pembangkit Gelombang Sinus 16
pada Tegangan Tinggi 3.2.2 Rangkaian Penguat Tegangan pada Tegangan Tinggi 18
3.2.3 Rangkaian Push Pull Pembentuk Tegangan Referensi Pada TeganganTinggi 18
3.2.4 Pelipat Ganda Tegangan pada Tegangan Tinggi 20
3.2.5 Rangkaian Pengatur Tegangan pada Tegangan Tinggi 22
3.3 Perancangan Pembangkit Pulsa 23
3.3.2 Pole Zero Cancellation 25
3.3.3 Gain 27
3.3.4 Pole Complex 28
BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Pengujian Detektor 30
4.1.1 Pengujian tegangan kerja detektor 30
4.1.2 Pengujian resolusi detektor 32
4.1.3 Pengujian efisiensi detektor 34
4.2 Pengujian Instrumentasi Nuklir 36
4.2.1 Pengujian Tegangan Tinggi Pensuplay Tegangan Detektor 36
4.2.1.1 Uji Keluaran Tegangan Tinggi 36
4.2.1.2 Uji Stabilitas Tegangan Tinggi 38 4.2.2 Penguat Linear Pembentuk Pulsa Gaussian 41
4.2.2.1 Uji Pengamatan Hasil Pulsa 42
4.2.2.2 Uji Linearitas Penguat Linear 44
4.3 Pengujian Sistem secara Virtual pada Proteus 46
4.4 Pengujian Sistem Pembangkit Pulsa 47
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 49
5.2 Saran 49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Kerja Detektor 31
Tabel 4.2 Hasil uji resolusi detektor 33
Tabel 4.3 Hasil pengujian sumber radioaktif I-125 35
Tabel 4.4 Data hasil uji HV 37
Tabel 4.5 Data uji HV tanpa beban 38
Tabel 4.6 Data uji HV dengan Beban 40
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Daya tembus radiasi pengion 6
Gambar 3.1 Blok diagaram pembangkit pulsa gelombang linear 13
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Deteksi 14
Gambar 3.3 Rancangan Detektor dan Penguat Awal 15
Gambar 3.4 Blok Rancangan Tegangan Tinggi 16
Gambar 3.5 Blok Diagram Rangkaian Pembangkit Gelombang Sinus 16
Gambar 3.6 Rangkaian Pembentuk Gelombang Sinus 17
Gambar 3.7 Rangkaian Penguat Tegangan pada Tegangan Tinggi 18
Gambar 3.8 Rangkaian Push Pull TDA 2004 19
Gambar 3.9 Blok Diagram Pelipat Ganda Tegangan 21
Gambar 3.10 Rangkaian Pelipat Ganda Tegangan 21 Gambar 3.11 Blok Rancangan Umpan Balik 23
Gambar 3.12 Blok Diagram Filter dan Divider keluaran HV 23
Gambar 3.13 Diagram Blok Amplifier 24
Gambar 3.14 Skema Rangkaian Amplifier pada Proteus 25
Gambar 3.15 Diagram Blok Pole zero cancellation 26
Gambar 3.16 Skematik Rangkain Pole zero cancelation 26
Gambar 3.17 Digram Blok Diferensiator 26
Gambar 3.18 Skema Rangkaian Diferensiator 27
Gambar 3.19 Diagram Blok Gain 27
Gambar 3.20 Skematik rangkaian Gain 28
Gambar 3.21 Blok Diagram Rangkaian Pole Complex 28
Gambar 3.22 Rangkaian Pole Complex 29
Gambar 4.1 Blok Diagram Pengujian Detektor 31
Gambar 4.2 Grafik Tegangan Kerja Detektor 31
Gambar 4.3 Blok Diagram Uji Resolusi Detektor 32
Gambar 4.4 Grafik Hasil uji resolusi detektor 33
Gambar 4.5 Blok Diagram Pengujian Tegangan Tinggi Pencacah Nuklir 36
Gambar 4.6 Grafik Uji Keluaran HV 37
Gambar 4.7 Grafik Uji Stabilitas HV 39
Gambar 4.8 Blok Diagram Uji Stabilitas dengan Beban 39
Gambar 4.9 Grafik Uji Stabilitas HVdengan Beban 40
Gambar 4.10 Blok Diagram Pengujian Penguat Linear 41
Gambar 4.11 Pulsa Keluaran Penguat Awal 42
Gambar 4.12 Pulsa Keluaran Pole Zero Cancellation 42
Gambar 4.13 Pulsa keluaran Pulse Shapping 43
Gambar 4.14 Pulsa Keluaran Pole Complex 43
Gambar 4.15 Bentuk Pulsa Keluaran Penguat Awal dan Penguat Linear 44
Gambar 4.16 Grafik Linearitas Penguat Linear 45
Gambar 4.17 Simulasi Sistem pada Proteus 46
Gambar 4.18 Tampilan Gelombang pada Osiloskop Virtual 47
Gambar 4.19.a Pulsa Keluaran Penguat Awal 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Pengujian Sistem
RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG
LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR
ABSTRAK
Telah dilakukan rancang bangun pembangkit pulsa gelombang linear pada instrumentasi nuklir. Pelaksanaan kegiatan meliputi pembuatan dan pengujian alat. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian detektor, tegangan tinggi (HV), dan amplifier menggunakan function generator, sumber radioaktif I-125 dan simulasi pada proteus. Dari hasil pengujian didapat detektor memiliki resolusi 7,95 % dan efisiensi 4,08 % dan pulsa keluaran dari detektor dan pre amplifier merupakan pulsa listrik berbentuk eksponensial. HV yang dirancang mampu membangkitkan kinerja detektor dengan linearitas tegangan antara HV dan daerah kerja detektor. Hasil pengujian amplifier menghasilkan pulsa gelombang linear berbentuk Gaussian.
PULSE GENERATION DESIGN LINEAR WAVES ON THE
NUCLEAR INSTRUMENTATION
ABSTRACT
It has been designed linear wave pulse generator on the nuclear instrumentation. The implementation activities include the manufacture and testing tools. The testing was conducted on the test detector, high voltage (HV), and the amplifier using the function generator, source of radioactive I-125 and simulated in proteus.The results obtained from the test is detector has a resolution of 7.95% and efficiency of the detector is 4.08% and the output pulses from the detector and preamplifier is a exponential electric pulses. HV desinged to raise the performance of the detector with the voltage linearity between HV and detector work area.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif dalam pengembangan nuklir dengan diciptakannya berbagai instrumentasi nuklir khususnya di bidang kedokteran nuklir. Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnostik berbagai penyakit dari sisi fisiologik, patofisiologik, metabolik maupun tingkat seluler seperti kelainan pada otak, jantung, paru, kelenjar liur, tiroid, dan lain sebagainya.(www.infonuklir.com)
Instrumentasi nuklir dibidang kedokteran prinsip dasar perangkat kerasnya adalah pencacahan (count). Hasil cacahan diperoleh dari isotop yang digunakan sebagai perunut (tracer) yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia (in-vivo) maupun pada sampel darah atau urine (in-vitro) di laboratorium. Teknik pemeriksaan berupa teknik imaging (pencitraan) oleh kamera gamma dan teknik non imaging. Pencitraan yang diperoleh berdasarkan jumlah akumulasi terkumpulnya radioaktif pada organ tertentu dengan melihat pada skala warna atau skala hitam putih. Teknik non imaging menggunakan detektor radiasi yang dirangkai dengan instrumentasi lainnya untuk mencacah pulsa masukan yang dideteksi dari bahan radioaktif. Proses pencacahan dapat dilakukan setelah pulsa masukan mengalami penguatan/pembangkitan.
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang pembangkit pulsa berupa pulsa linear pada instrumentasi nuklir sehingga keluarannya dapat diolah oleh instrumentasi nuklir lainnya menjadi pulsa digital.
1.3Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya pembahasan di luar materi dalam mengerjakan penelitian ini, maka batasan masalah terdiri dari :
1. Perancangan tegangan tinggi sebagai trigger untuk detektor. 2. Perancangan pembangkit pulsa gelombang linear.
3. Pengujian rancangan dilakukan secara manual dengan tampilan osiloskop.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1. Untuk mendalami prinsip kerja instrumentasi nuiklir bidang kedokteran. 2. Untuk mendapatkan pulsa gelombang linear sehingga dapat diolah untuk
menjadi pulsa digital.
1.5Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk penulis sendiri, mahasiswa, institusi, perekayasa, ataupun masyarakat pengguna pada umumnya.
2. Bagi institusi pendidikan maupun masyarakat pengguna diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai refrensi untuk melakukan penelitian berikutnya ataupun untuk bahan pembelajaran.
3. Bagi perekayasa diharapkan hasil rancangan bangun ini dapat diaplikasikan pada bidang kedokteran nuklir.
1.6Metodologi Penelitian
Pada pembuatan tugas akhir ini digunakan metode studi literature, konsultasi dengan pembimbing, perancangan sistem, dan pengambilan data serta analisanya.
1. Meode literatur
Studi pustaka sebagai persiapan dalam melakukan penelitian dengan mencari dan mengumpulkan referensi mengenai pembangkit sinyal, Instrumentasi Nuklir.
2. Metode Konsultasi
Berkonsultasi secara interaktif dengan pembimbing di Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir dan Pembimbing di Universitas Sumatera Utara.
3. Metode Perancangan Sistem
Melakukan penelitian secara langsung di Laboratorium Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN). Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah membangkitkan pulsa gelombang linear pada perangkat Instrumentsi Nuklir.
4. Metode Pengambilan Data dan Analisa
1.7Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini mencakup beberapa bab dan subbab seperti dijelaskan di bawah ini :
BAB I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk pengambilan data, analisa data serta pembahasan.
BAB III Perancangan Sistem
Bab ini mencakup perancangan dan sistem kerja. BAB IV Pengujian dan Analisa sistem
Bab ini membahas pengujian modul secara manual, pengujian rancangan pembangkit sinyal (amplifier) pada proteus, pengambilan data dan analisa sistem secara keseluruhan.
BAB V Kesimpulan
Bab ini berisi tentang kesimpulan perancangan pembangkit pulsa gelombang linear pada perangkat instrumentasi nuklir dan saran-saran yang dikemukakan berdasarkan pada saat penelitian.
Daftar Pustaka
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Sistem Radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang gelombang masing-masing. Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron.
pengaruhnya dapat diabaikan. Demikian pula dengan radiasi alfa, yang hanya dapat menembus beberapa milimeter udara. Sedang radiasi neutron pada umumnya hanya terdapat di reaktor nuklir.
Gambar 2.1 Daya tembus radiasi pengion
Sumber radiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah radiasi pengion sinar gamma yaitu I-125. Iodium-125 merupakan radioisotop pemancar gamma dengan energ rendah yaitu sebesar 35 keV. Radioisotop ini meluruh melalui
electron capture (EC) dan memiliki waktu paruh 60 hari. Anak luruhnya adalah
isotop stabil teleterium-125. Iodium-125 dapat digunakan di bidang kesehatan dan
energi. Di bidang kesehatan, radioisotop ini dapat digunakan untuk diagnosis
dalam bentuk radioimmunoassay (RIA) dan untuk terapi kanker dalam bentuk
sumber tertutup (sealed sources). Dibidang energi, iodium-125 digunakan sebagai
perunut fluida untuk pengembangan lapangan migas dan panas bumi.
(www.bata.go.id)
dalam studi metabolisme, serta teknik pelacakan dan penatahan berbagai organ tubuh, tanpa harus melakukan pembedahan. (www.info nuklir.com)
2.2Instrumentasi Nuklir
Instrumentasi Nuklir adalah instrumentasi yang melibatkan penggunaan detektor nuklir yang umumnya digunakan untuk pengukuran atau pendeteksian gejala radioaktivitas. Untuk dapat mengadakan pengukuran radioaktivitas diperlukan detektor yang dapat berinteraksi secara efisien dengan sinar radioaktif yang diselidiki. Komponen dari keseluruhan sistem pengukur yang mendeteksi radiasi dan mengubahnya ke sinyal listrik adalah detektor radiasi, sedangkan unit yang mengolah dan mencatat sinyal dari detektor disebut sebagai alat ukur (measuring equipment / instrument). Pada prinsipnya tujuan dari teknik pengukuran nuklir adalah menentukan parameter integral atau bagian dari partikel partikel yang membentuk radiasi tertentu. Umumnya pengukuran radiasi nuklir adalah mengukur intensitas radiasi tertentu dengan atau tanpa memperhatikan energinya atau mengukur intensitas dari partikel partikel yang membentuk radiasi tertentu.
Instrumentasi Nuklir memiliki peranan yang penting dalam dunia kedokteran nuklir yang merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang pesat. (Sriwidodo WS, 1995)
Pada umumnya instrumentasi nuklir memiliki bagian-bagian yang utama yaitu detektor, preAmp, HV, pengkondisi sinyal (SCA), amplifier , pencacah (counter).
2.2.1 Detektor
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron
.
Padaperancangan sistem ini, detektor yang digunakan adalah detektor sintilasi.
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier. Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik. (Panitia PPR STTN, 2009)
Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a. proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di dalam bahan sintilator;
b. proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam tabung photomultiplier.
Detektor sintilasi NaI(Tl) dibuat dari Kristal tunggal natrium iodide (Nal) yang sudah sedikit diberi pengotor Talium (Tl). Kristal NaI bersiafat higroskopis, maka Kristal tersebut ditutup rapat-rapat dalam wadah aluminium (Al) yang dilapisi chromium(Cr). Di antara Kristal NaI(Tl) dan dinding wadah Al dimasukkan reflector berupa serbuk mangan oksida (MnO) atau aluminium trioksida (Al2O3). Kristal NaI(Tl) direkatakan pada sebuah tabung pelipat ganda electron menngunakan perekat bening yang terbuat dari silikon. Pada ujung tabung pelipat ganda elektron terdapat elektroda peka cahaya yang disebut fotokatoda. (www.batan.go.id)
2.2.2 Pre Amplifier
Preamplifier sering disebut preamp atau kontrol amplifier adalah sebuah alat elektronik ampli yang mengolah atau memproses sinyal elektronik sebelum masuk kedalam amplifier. Sirkuit rangkaiannya bisa saja serumah dengan transducer sebelum amplifier ataupun rangkaian terpisah. Secara umumnya fungsi dari preamp atau preamplifier adalah meng-ampli atau menguatkan sinyal dari low level ke line level. Jadi sinyal yang keluar dari transducer masuk ke rangkaian preamp, dalam rangkaian tersebut memproses sinyal elektronik yang masuk, diolah ke level-level tertentu yang kemudian di teruskan kedalam rangkaian amplifier. (www.bata.go.id)
Interaksi sinar gamma dengan detektor akan menghasilkan sinyal pulsa. Tinggi pulsa yang dihasilkan detektor bersesuaian dengan tenaga foton gamma yang mengenai detektor. Selanjutnya pulsa-pulsa tersebut diproses secara elektronik dalam serangkaian peralatan yang membentuk perangkat spektroskopi gamma. (Toto Trikasjono, 2009)
2.2.3 Tegangan Tinggi (HV)
Catu daya tegangan tinggi mengubah tegangan AC dari jaringan listrik menjadi tegangan rendah DC sesuai kebutuhan untuk mencatu rangkaian elektronik dan peralatan lainnya. Catu daya tegangan tinggi pada sistem spektrometri gamma diperlukan untuk operasi detektor nuklir. (Prayitno, 2008)
Penggunaan catu daya tegangan tinggi pada sistem pencacah gamma sangat menentukan kualitas pulsa yang dihasilkan oleh detektor. Sumber tegangan yang digunakan dalam sistem ini ada dua macam yaitu tegangan tinggi untuk detektor dan tegangan rendah untuk rangkaian elektroniknya. Tegangan untuk detektor NaI(Tl) dirancang sedemikian rupa sehingga tegangan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan tegangan kerja dari detector NaI(Tl). Tegangan tinggi untuk megaktifkan detektor sebesar 750 volt DC sehingga tegangan tinggi yang dirancang harus mampu mengeluarkan tegangan minimal 750 volt sedangkan , untuk tegangan rendah untuk rangkaian elektroniknya menggunakan tegangan 5 volt. (www.batan.go.id)
2.2.4 Amplifier
Amplifier adalah salah satu komponen dari rangkaian elektronika yang sebagian di pakai untuk menguatkan daya atau tenaga. Untuk keperluan audio baik itu di radio, speaker, televisi ataupun yang lainya amplifier di gunakan sebagai penguat signal suara yaitu memperkuat signal arus (I) dan tegangan (V) listrik dari input menjadi arus listrik di bagian outputnya yang lebih besar. Amplifier merupakan perangkat yang menggunakan sejumlah kecil energi untuk mengontrol jumlah energi yang lebih besar. Hubungan rangkaian elektronika amplifier antara masukan dan keluaran dalam biasanya di nyatakan sebagai fungsi frekuensi input yang di sebut fungsi transfer penguat dan besar dari fungsi transfer di sebut dengan gain.
oleh detektor setelah mengalami penguatan awal oleh preamplifier agar dapat dianalisa oleh bagian-bagian selanjutnya. Dalam memperkuat pulsa-pulsa ini, informasi yang dibawa pulsa harus dijaga agar jangan sampai hilang atau rusak, informasi itu adalah tinggi pulsa yang sebanding dengan intensitasnya.
Pada bagian amplifier akan mengalami penguatan sampai pada amplitudo yang dapat dianalisis oleh penganalisa pulsa. Pulsa yang terbentuk mempunyai waktu bangkit (rise time) yang pendek dan konstanta waktu jatuh yang panjang. Selain untuk mempertinggi pulsa , penguat juga berfungsi untuk membentuk pulsa menjadi bentuk Gaussian/semi Gaussian. (www.batan.go.id)
2.2.5 Single Chanel Analyzer (SCA)
Zat radioaktif pemancar alpha, beta atau gamma, masing-masing mempunyai spectrum energy yang khas, sehingga dengan mengetahui bentuk spectrum dan mengukur besar tenaganya dapat diketahui jenis isotop radioaktif tersebut. Detektor dan pre-amplifier bergantung pada radiasi yang dideteksi, sedangkan dsitribusi tinggi pulsa detektor dapat dipelajari dengan menggunakan penganalisa tinggi pulsa yaitu SCA, TSCA (Timing single Channel Analyzer) ataupun MCA (
Multi Channel Analyzer). Zat radioaktif pemancar gamma, umumnya mempunyai
pancaran sinar gamma dengan menggunakan tenaga karekteristik tertentu. Bila diukur dengan detektor yang dapat membedakan tenaga sinar gamma, akan diketahui distribusi atau spectrum tenaga sumber radiasi. Maka dapat ditentukan jenis radioisotope dari sumber radioaktif pemancar gamma yang belum dikethui.
2.2.6 Pencacah (Counter)
Pulsa-pulsa listrik yang diteruskan oleh SCA masuk ke dalam satu perangkat elektronik yaitu counter. Untuk menentukan jumlah cacah yang dapat dilewatkan pada SCA pada selang waktu tertentu dengan timer. Counter merupakan gabungan sehingga untuk menentukan cacah tiap selang waktu tertentu cukup diatur waktu sesuai yang diinginkan pada timer. (Mukhlis Akhadi, 1997)
BAB 3
PERANCANGAN SISTEM
Rancangan sistem pembangkit pulsa ini merupakan bagian dari sistem istrumentasi nuklir yang terdiri dari detektor NaI(Tl), Preamplifier, High Votage (HV), dan Amplifier. Sampelnya menggunakan sumber radioaktif I-125 yang indikator hasil dari rancangan tersebut ditampilkan pada osiloskop. Adapun rancangan blok diagram penelitian untuk membangkitkan pulsa linear pada instrumentasi nuklir ditunjukkan pada Gambar 3.1 di bawah ini:
Sumber Radioaktif
I-125
Sistem Deteksi
Pembangkit
Pulsa Osiloskop
High Voltage (HV)
Gambar 3.1 Blok diagaram pembangkit pulsa gelombang linear
3.1. Perancangan Sistem deteksi
Sistem deteksi terdiri dari sampel, detektor dan pre-amplifier. Sampel yang digunakan adalah sumber radioaktif. Adapun detektor yang digunakan adalah NaI(Tl) berukuran kecil beserta pre-amplifiernya yang telah disesuaikan dengan detektor tersebut. Detektor dan pre-ampnya dipabrikasi oleh perusahaan detektor Bicron, USA. Panel konektor dari penguat awal terdiri dari konektor low voltage dengan inputan tegangan 12 volt , -12 volt dan ground, konektor BNC SHV dan konektor BNC signal.
Sampel Detektor Preamplifier
Konektor HV
Konektor LV
Konektor Signal
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Deteksi
Detektor yang digunakan dengan spesifikasi teknis yang ditentukan sebagai berikut :
a. Effisiensi 80 % counting I-125 b. Crystal NaI(Tl) ; Ø = 1,γ7” x β” c. PMT ; Ø= 15”
d. Detektor + Pre-Amp ; Panjang = 200 mm, e. Diameter = 40 mm, well size = 16 mm f. Pre-Amp ; Voltage Devider and positif
Adapun gambar dari detektor dapat dilihat gambar di bawah ini :
Gambar 3.3 Detektor dan Penguat Awal
3. 2. Perancangan Tegangan Tinggi (High Voltage)
Penggunaan catu daya tegangan tinggi pada sistem pencacah gamma sangat menentukan kualitas pulsa yang dihasilkan oleh detektor. Banyak detektor nuklir memerlukan catu daya tegangan tinggi sampai 3000 Vdc. Tegangan tinggi tersebut mempunyai spesifikasi antara lain: stabilitas tegangan yang baik terhadap perubahan beban dan bebas derau.
Sistem tegangan tinggi ini terdiri rangkaian analog yang dilengkapi dengan proteksi hubungan singkat. Rangkaian tegangan tinggi ini terdiri dari sub
PMT
Kristal
Konektor signal
bagian antara lain: rangkaian pembangkit gelombang sinus, rangkaian penguat tegangan, rangkaian pushh-pull, trafo inti ferrit dan rangkaian pelipat tegangan, pengatur tegangan dengan umpan balik agar tetap stabil. Blok diagram sistem tegangan tinggi yang dirancang dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini :
Pembangkit gel. Sinus dan penguat
tegangan
Rangkaian
Push-pull Ferrit Core Pelipat Ganda
Regulator tegangan
Rangkaian Umpan Balik
Keluaran HV
Gambar 3.4 Blok Rancangan Tegangan Tinggi
3.2.1 Rangkaian Pembangkit Gelombang Sinus pada Tegangan Tinggi
Rangkaian ini adalah membangkitkan gelombang sinus. Rangkaian ini tidak memiliki input, keluarannya berupa gelombang sinus dengan frekwensi tertentu. Besar frekwensi pada rangkaian ini ditentukan oleh besar R dan C. Blok diagramnya dapat dilihat pada Gambar 3.5 di bawah ini :
Pembangkit Gel. Sinus
[image:31.595.124.497.185.353.2]R dan C Frekwensi
Gambar 3.5 Blok Diagram Rangkaian Pembangkit Gelombang Sinus
dari C1 harus sama dengan C2, sedangkan harga Rv dibuat variabel disesuaikan dengan frekwensi yang dihasilkan. Adapun persamaan frekwensi yang dihasilkan adalah
( 3. 1 ) dengan :
[image:32.595.187.453.290.499.2]f = frekwensi ( Hz ) R = resistor ( ohm ) C = capasitor ( farad )
Gambar rangkaian dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.6 Rangkaian Pembentuk Gelombang Sinus
Dari rangkaian di atas besar R = R2 + Rv1 dan besar C = 1nF.
Untuk ; f maksimum ; R = R2; sehingga frekwensi yang dihasilkan f = 1/ 0.7 RC = 1/0.7 x 10.103x10-9
= 150 kHz
f minimum ; R = R2+ Rv1 ; Rv1>>>R2
R = Rv1, sehingga frekwensi yang dihasilkan f = 1/0,7x100.103x10-9 ∞ 15 kHz
3.2.2 Rangkaian Penguat Tegangan pada Tegangan Tinggi
[image:33.595.173.423.329.515.2]Rangkaian penguat tegangan ini berfungsi untuk memperbesar amplitudo gelombang sinus. Rangkaian ini diperlihatkan pada Gambar 3.7. Rangkaian ini disebut juga dengan penguat operasional transkonduktansi. Penguat ini menggunakan IC CA3080. Rangkaian penguat ini akan bekerja apabila ada arus yang masuk melalui pin tertentu pada IC 3080. Besar kecil nya arus yang dialirkan ke penguat ini diatur oleh transistor. Transistor yang digunakan adalah BC212. Jika arus yang mengalir semakin besar maka amplitudo keluaran akan semakin besar dan sebaliknya. Adapun rangkaian skematik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.7 Rangkaian Penguat Tegangan pada Tegangan Tinggi
3.2.3 Rangkaian Push Pull Pembentuk Tegangan Referensi pada TeganganTinggi
resistansinya kecil, hal ini diharapkan besar keluaran amplitudo dari rangkaian ini diatur sedemikian rupa sehingga gelombang sinus yang masuk ke transformator menjadi lebih stabil. Rangkaian penguat gelombang penuh ini menggunakan power amplifier TDA 2004. Inputan penguat ini sebesar 0,5 volt dan daya keluarannya mencapai maksimal 20 watt. Kemampuan daya ini cukup untuk memenuhi catu daya tegangan tinggi. Penguat ini mampu menekan derau dengan baik. Penguat ini juga memiliki rentang frekwensi yang lebar dan proteksi hubung singkatnya yang baik.
Dalam rancangan gelombang penuh yang diinginkan adalah 2 Volt peak to peak dengan input 0,2 volt peak to peak. Sedangkan tegangan Vcc yang digunakan 5 volt. Dengan demikian faktor penguat Gainnya adalah
3. 2) maka
[image:34.595.128.492.387.636.2]Adapun rangkaiannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.8. Rangkaian Push Pull TDA 2004
Dari rangkaian pembentukan TDA 2004, maka keluaran masing-masing tegangannya adalah
Vo1 = Keluaran push-pull 1 non inverting dalam satuan Volt Vo2 = Keluaran push-pull 2 inverting dalam satuan Volt Vinp = Tegangan input dalam satuan Volt
Sehingga untuk menentukan besarnya masing-masing hambatan dalam rancangan rangkaian di atas adalah :
Untuk keluaran push-pull1 1 10 12 10 12 10 12 1 10 1 9 o in V R V R R R R R
Dan keluaran push-pull2 nya adalah : o2 16
in 12 13
16
12 13
V R
=
V R R
R 10=
R R
Maka untuk keluaran push-pull1 perbandingan R10 dan R12 yang dirancang adalah 9 ∞ 10. Jika R10 = 100, maka R12 = 10 ohm. Adapun keluaran
push-pull2nya, jika R13 = 10 ohm, maka R16 = 200 ohm.
3.2.4 Pelipat Ganda Tegangan pada Tegangan Tinggi
Rangkaian pelipat ganda tegangan berfungsi untuk menaikkan keluaran tegangan dari trafo yang berupa keluaran push-pull 2Vpp dan keluaran trafo akan digandakan dari keluaran standarnya. Pelipat tegangan yang direncanakan melalui dioda dan kapasitor 3 kali tegangan keluaran standar dari keluaran sekunder ferrit core. Jika tegangan keluaran tegangan tinggi yang dirancang 900 Volt, maka tegangan keluaran standar dari output sekunder ferrit core sebesar 900 : 3 = 300 volt.
Trafo Ferrit Pelipat ganda
tegangan Out HV
[image:36.595.117.512.92.160.2]Input Push-pull
Gambar 3.9 Blok Diagram Pelipat Ganda Tegangan
Adapun rangkaiannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.10 Rangkaian Pelipat Ganda Tegangan
Untuk mendapatkan perbandingan jumlah lilitan yang dilakukan pada ferrit core antara primer dan sekundernya dapat dilihat hubungan antara tegangan searah dan tegangan bolak balik yaitu :
Vac = Vmaks sinωt ( γ. γ )
Vac = Vmaks.; sinωt = 1 dan Vmaks = Veff
Vac = Veff
Veff merupakan tegangan terukur, yaitu tegangan keluaran berupa Vdc pada trafo,
sehingga : Vdc =
[image:36.595.161.464.239.476.2]Dimana :
Vdc = Tegangan skunder DC kelaran standar
Vac = Tegangan Skunder AC dalam satuan Vpp
Dengan besar Vdc = 300 volt, maka
Vac = Vdc : 0,7
Vac= 300 : 0,7
Vac= 4β8 volt atau ∞ 450 volt
Dengan demikian besar Vac output adalah 450 volt dan besar Vac masukan 2 Vpp.
Masukan ke tegangan primer adalah push pull, maka tegangan maksimumnya menjadi pembagi dua, maka perbandingan tegangan primer dan sekunder menjadi: Vp : Vs = 1 : 225
Pada suatu transformator jumlah tegangan sebanding dengan jumlah lilitan, maka perbandingan lilitan primer dan sekundernya adalah :
Np : Ns = 1 : 225
3.2.5 Rangkaian Pengatur Tegangan pada Tegangan Tinggi
Pada rancangan ini untuk pengaturan tingkat linearitas tegangan keluarannya digunakan rangkaian umpan balik dan dapat diatur sedemikian rupa oleh rangakaian pengatur. Rangakaian pengatur terdiri dari regulasi tegangan , penguat inverting, integrator. Regulasi tegangan menggunakan potensiometer. Potensiometer di set sebagai inputan bagi penguat inverting. Hasil keluaran dari penguat inverting masuk pada rangkaian integrator. Keluaran dari integrator tersebut merupakan inputan untuk rangkaian umpan balik.
maksimum. Sebaliknya bila hasil keluaran penguat inverting bernilai maksimum, maka transistor sebagai penguat arus dalam keadaan bekerja sehingga dilakukan proses umpan balik keluaran tegangan tinggi dari rangkaian ini sehingga terjadi proses umpan balik dan regulasi tegangan dari awal. Dengan demikian rangkaian umpan balik dan regulasi ini diperlukan agar detektor tidak mengalami tegangan kejut. Adapun blok rangkaian filter dan umpan balik diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
Penguat Inverting Integrator
Pembagi
Gain Amplitudo Kontrol Pengatur
Keluaran HV Helitrim
Regulasi tegangan
[image:38.595.213.413.584.725.2]Tegangan Keluaran 0 s/d 10
Gambar 3.11 Blok Rancangan Umpan Balik
Rangkaian filter untuk keluaran tegangan pada rangkaian tegangan tinggi ini digunakan beberapa kapasitor. Kapasitor dirangkaian secara paralel dimana besar kapasitansi dan tegangannya sesuai dengan keluaran tegangan tinggi yang dihasilkan. Beberapa resistor yang berfungsi sebagai divider di atas akan meneruskan tegangan menjadi keluaran tegangan tinggi yang dihasilkan ditapis oleh rangkaian filter tersebut. Adapun diagram bloknya sebagai berikut :
Pembagi/ Divider Keluaran HV
Penyaring/Filter
3.3 Perancangan Pembangkit Pulsa
Amplifier mempunyai fungsi utama sebagai penguat dan pembentuk pulsa masukan dari Preamplifier. Sinyal yang dihasilkan berbentuk Gaussian Unipolar. Pulsa yang keluar dari detektor berupa pulsa listrik yang berfungsi sebagai input peguat linear/ pengkondisi sinyal. Pulsa tersebut adalah pulsa dengan ekor panjang, banyaknya pulsa sebanding dengan aktivitas radiasinya, sedangkan tinggi pulsa sebanding dengan energi radiasi penguat sinyal tersebut.
Agar pulsa ini dapat dianalisa berdasar tingginya dengan daya urai yang memadai maka diperkuat kembali sampai keluarannya dalam orde beberapa volt. Penguat ini merupakan penguat linear yang dilengkapi dengan perubahan penguatan ( gain ) secara diskrit maupun kontinu serta pemilihan polaritas masukan. Adapun diagram blok seperti pada Gambar 3.12 di bawah ini :
Rangkaian Pole Zero Cancellation
Rangkaian Penguat
Rangkaian Pole Complex
Pulsa masuk
Pulsa keluaran
Gambar 3.13 Diagram Blok Amplifier
3.3.1 Rangkaian Amplifier
R1 1k R2 1k C1 10000pF R3 1k RV1 1k R4 10k C3 1nF R5 10k +12V -12V R6 10k C4 1nF 3 2 6 7 4 5 1 8 U1
LM318 R7 1k R8 22k C2 1nF R9 10k +12V -12V R10 10k C5 1nF 3 2 6 7 4 5 1 8 U2
[image:40.595.161.476.91.296.2]LM318 3 2 6 7 4 5 1 8 U4 LM318 R13 1k R15 3k3 C10 1nF R16 10k +12V -12V R17 10k C11 1nF C9 1000pF C8 1000pf R14 10k C19 1nF C6 5pF RV2 10K
Gambar 3.14 Skema Rangkaian Amplifier pada Proteus
Modul amplifier yang dirancang dapat berfungsi bila dilengkapi dengan modul Pre-amplifier sebagai pemberi pulsa. Pulsa yang diolah berasal dari detektor dengan menggunakan catu daya detektor sesuai dengan daerah kerjanya. Untuk tegangan tinggi detektor sintilasi berkisar 500 Vdc sampai dengan 1000 Vdc. . Pulsa masukan yang berasal dari detektor harus berupa pulsa berekor panjang.
Amplifier dan pole zero concellation ( Pz ) digunakan untuk mengatur agar pulsa keluaran tidak terjadi undershoot/overshoot dalam proses pembentukan pulsa Gaussian setelah terjadi proses penguatan. Rangkaian pole zero concellation digunakan untuk menurunkan pulsa ekor panjang dengan falltime yang sempit serta membentuk sinyal keluaran akhir. Pulsa keluaran yang telah dikuatkan tersebut dibentuk menjadi pulsa Gaussian oleh pole complex ( Pc ), pole complex juga berfungsi untuk menghindari interferensi dan osilasi pulsa.
3.3.2 Pole Zero Concellation
Rangkain
Pole zero cancellation
Gambar 3.15 Diagram Blok Pole zero concellation
Skematik rangkaian pole zero concelation sebagai berikut :
R1 1k R2 1k C1 10000pF R3 1k RV1 1k R4 10k C3 1nF R5 10k +12V -12V R6 10k C4 1nF 3 2 6 7 4 5
1 8 U1
[image:41.595.158.471.227.400.2]LM318
Gambar 3.16 Skematik Rangkain Pole zero concellation
Rangkaian diferensiator berfungsi untuk menurunkan pulsa yang keluar dari detektor berupa pulsa ekor panjang ( eksponensial) karena sinyal yang dihasilkan penguat awal mempunyai rise time yang sangat cepat dan fall time yang sangat panjang bahkan bersifat stair case pada penguat awal optikal/transistor resetfeedback. Hal ini tidak sesuai untuk pengukuran tinggi pulsa, karena pulsa berikutnya akan berada di atas ekor pulsa sebelumnya sehingga akan tampak lebih tinggi dari sebenarnya. Diagram blok nya dapat dilihat pada Gambar 3.16 di bawah ini.
Diferensiator
Rangkaian diferensiator terdiri dari dua komponen pasif yaitu kapasitor dan resistor yang disusun secara seri. Adapun rangakaian skematiknya sebagai berikut:
R2
1k
C1
1000pF
R3
1k
RV1
1k
Gambar 3.18 Skema Rangkaian Diferensiator
Pada differensiator amplifier tegangan output sebandingdengan laju dari perubahan (kemiringan) tegangan input. Mendiferensiasikan sinyal hasil pembalikan terhadap waktu dilakukan dengan persamaan:
(3.4) di mana dan adalah fungsi dari waktu.
Pulsa keluaran diferensiator akan mengalami penguatan oleh rangkaian penguat yang menghasilkan pulsa keluaran seperti pada Gambar 3.14. Besarnya penguatan nya adalah R4/R1.
3.3.3 Gain
Penguat (Gain control) yaitu berfungsi untuk mengatur tinggi-rendahnya pulsa listrik yang dihasilkan amplifier. Sebagai standard NIM tinggi pulsa maksimum yang dapat diolah instrumentansi nuklir adalah 10 Volt. Faktor penguatan akan mempengaruh linearitas sistem yaitu antara energi radiasi yang memasuki detektor dan tinggi pulsa analog yang dihasilkannya. Penguatannya dapat diilustrasikan pada diagram blok berikut:
[image:42.595.240.397.154.252.2]Gain
Pada rangkain gain tersusun atas resistor yang dikombinasikan dengan IC LM318 yang dapat dilihat pada gambar skematik berikut ini :
R7 1k R8 22k C2 1nF R9 10k +12V -12V R10 10k C5 1nF 3 2 6 7 4 5
1 8 U2
LM318 C8 C6 5pF RV2 10K
Gambar 3.20 Skematik rangkaian Gain
Nilai penguatan pada rangkain di atas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Gain = ( R8 / R7 ) (3.5)
3.3.4 Pole Complex
Rangkaian pole complex berfungsi untuk membentuk gelombang gaussian yang simetris dari rangkaian penguat linear. Adapun diagram bloknya dapat dilihat pada Gambar 3.20 di bawah ini :
Rangkain
Pole complex
Gambar 3.21 Blok Diagram Rangkaian Pole Complex
3 2 6 7 4 5 1 8 U4 LM318 R13 1k R15 3k3 C10 1nF R16 10k +12V -12V R17 10k C11 1nF C9 1000pF C8 1000pf R14 10k C19 1nF
Gambar 3.22 Rangkaian Pole Complex
BAB 4
PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
Pengujian sistem dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengujian masing-masing rangkaian, pengujian perangkat dan pengujian sistem secara virtual pada simulasi proteus. Pengujian rangkaian dilakukan dengan menggunakan sumber radioaktif atau function generator yang hasilnya dilihat pada osiloskop. Pengujian rangkaian tersebut diantaranya pengujian detektor, pengujian rangkaian tegangan tinggi, pengujian rangkaian ampilifier.
4. 1 Pengujian Detektor
Pengujian dilakukan terhadap detektor dan pre-amplifiernya. Adapun sampelnya menggunakan bahan radioaktif I-125 yang hasilnya dibaca pada osilioskop. Untuk menangkap informasi dari sumber maka detektor diberi tegangan tinggi oleh rangkaian high voltage pada rancangan ini. Pengujian dilakukan untuk mengetahui daerah tegangan kerja detektor, pengujian kemampuan resolusi detektor dan pengujian efisiensi detektor.
4.1.1 Pengujian tegangan kerja detektor
Gambar 4.1 Blok Diagram Pengujian Detektor
Hasil pengujian daerah kerja detektor memperhatikan tinggi pulsa ( amplitudo ) sebagai fungsi tegangan pada osiloskop dan keluaran tegangan pada rangkaian tegangan tinggi. Hasil uji kerja detektor dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Kerja Detektor
No Tegangan Input ( volt ) Tegangan Keluaran HV ( volt )
1 0,1 128
2 0,2 245
3 0,3 360
4 0,4 450
5 0,5 570
6 0,6 658
7 0,7 755
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dibuat grafik pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Tegangan Kerja Detektor
Sampel
Pre Ampli
fier
HV
Signal
Detektor
LV
Dari grafik tegangan kerja detektor didapat kurva dengan persamaan Y = aX + b = 104.1X + 35.57 , sehingga didapat nilai regresi nilainya R2 = 0,998. Dengan
demikian terjadi linearitas antara tinggi pulsa ( amplitudo ) sebagai fungsi tegangan dan tegangan kerja detektor yang dihasilkan. Semakin tinggi tegangan yang diberikan pada detektor maka pulsa keluarannya juga semakin tinggi atau dengan kata lain berbanding lurus.
4.1.2 Pengujian resolusi detektor
Pengujian bertujuan mengetahui kemampuan detektor dalam memisahkan dua puncak spectrum gamma yang memiliki energi saling berdekatan, dimana energi spektrum dianalogikan dengan besar tegangan. Adapun persamaannya adalah
qV
W 4.1 dengan W ≡ V
Blok diagram nya dapat dilihat pada Gambar 4. 3 berikut ini :
Gambar 4. 3. Blok Diagram Uji Resolusi Detektor Detektor + PreAmp Gamma Counter
( Riswal, 2009)
Sbr KIT I125
Osiloskop
PC
Dari hasil pengujian diperoleh data pada Tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4. 2. Hasil uji resolusi detektor
NO VDis (volt) Cacah (c/s) NO VDis (volt) Cacah ( c/s )
1 0 0 11 4.1 400
2 1 0 12 4.2 578
3 2 0 13 4.25 608
4 3 0 14 4.3 1009
5 3.5 46 15 4.4 1201
6 3.6 63 16 4.5 1055
7 3.7 78 17 4.6 618
8 3.8 109 18 4.7 233
9 3.9 246 19 4.8 48
10 4 302 20 4.9 10
Dari data pengujian maka dapat dibuat grafik sepertipada Gambar 4. 4.
Gambar 4.4 Grafik Hasil uji resolusi detektor
Dari data diatas, dapat dicari resolusi detektor. Jumlah counter maksimum adalah 1201 pada V diskrimnator (VDis) 4,4 volt.
[image:48.595.129.495.422.649.2]Jumlah counter = 608 ; Vdis = 4,25 dan
Jumlah counter = 618 ; Vdis = 4,6 Sehingga
FWHM (Full Width at Half Maximum ) = 4,6 – 4,25 =0,35 dan spektrum energi maksimumnya = 4,4
Maka resolusi detektornya adalah : 4, 6 - 4, 25 0,35
R = x100% = x100%
4, 4 4, 4
R = 7,95%
Resolusi detektor menurut sertifikat yang dikeluarkan oleh Scinti Tech, Inc USA adalah 8 %.
Maka persentase ralatnya:
% 100 % x teori hasiluji teori ralat % 100 8 95 , 7 8
%ralat x
% 625 , 0 %ralat
4.1.3 Pengujian efisiensi detektor
Hasil percobaan didapat cacahan seperti Tabel 4. 3 berikut ini :
Tabel 4.3 Hasil pengujian sumber radioaktif I-125 No Pengujian VDis (volt ) Cacahan ( c/s )
1 I 4.5 1055
2 II 4.5 1070
3 III 4.5 1050
4 IV 4.5 1095
5 V 4.5 1060
Dari tabel pencacahan pada pengujian sumber radioaktifI-125 didapat cacahan rata-ratanya adalah 1069. Sehingga aktivitas sumber standar netto ( An ) = 1066. Adapun aktivitas standar sumber radioaktif I-125 25 Maret 2014 adalah 1 µCi, sedangkan waktu pengujian tanggal 24 April 2014, sehingga :
t = 25 Maret - 24 April 2014 = 30 hari T½= 60 hari
Persamaan aktivitasnya adalah : 2 / 1
)
(
T tAt
An
Ao
At
60 30 ) 2 1 ( 1 At Ci At 0,707 Sehingga :At= 0.707µCix3,7.1010 At= 2,61.104
At= 26100
Effisiensi detektornya adalah :
Dengan demikian kemampuan detektor menerima pancaran radiasi dari sumber radioaktif I-125 sebesar 4,084 %.
4. 2 Pengujian Instrumentasi Nuklir
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian tegangan tinggi pensuplay tegangan detektor, penguat Linear pembentuk pulsa Gaussian dari sinyal keluaran detektor.
4.2.1 Pengujian Tegangan Tinggi Pensuplay Tegangan Detektor
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besar tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian high voltagedan uji stabilitas rangkaiannya. Pengujian ini menggunakan alat/bahan rangkaian high voltage, probe high voltage, voltmeter dan beban. Beban yang digunakan adalah detektor NaITl.
4.2.1.1 Uji Keluaran Tegangan Tinggi
Uji keluaran tegangan tinggi bertujuan mengetahui keluaran maksimum tegangan yang dihasilkan rangkaian high voltage. Pengujian ini hanya menggunakan voltmeter dengan probe HV sebagai pembaca skala 1: 10. Pada pengujian ini tegangan referensi di atur sedemikian rupa secara perlahan-lahan dan hasilnya dicatat pada voltmeter. Diagram blok pengujian pada Gambar 4.5 di bawah ini :
Tegangan Tinggi Pencacah Nuklir
Volt Meter
Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 4. 4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Data hasil uji HV
NO Vreff (volt) Vout (volt) NO Vref (volt) Vout (volt)
1 0 0.234 12 5.5 549.758
2 0.5 50.089 13 6 598.629
3 1 98.985 14 6.5 648.46
4 1.5 149.83 15 7 698.356
5 2 198.678 16 7.5 748.222
6 2.5 249.562 17 8 799.089
7 3 298.328 18 8.5 849.954
8 3.5 348.264 19 9 898.82
9 4 397.16 20 9.5 949.678
10 4.5 448.026 21 10 989.567
11 5 489.892
Berdasarkan tabel data di atas maka grafik nya dapat dilihat pada Gambar 4. 6 di bawah ini :
Gambar 4. 6. Grafik Uji Keluaran HV
[image:52.595.128.495.462.687.2]demikian terjadi linearitas antara tegangan referensi dan tegangan yang dihasilkan.
4. 2. 1. 2. Uji Stabilitas Tegangan Tinggi
[image:53.595.199.420.361.602.2]Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas rangkaian HV. Uji Kestabilan ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tanpa beban dan menggunakan beban dengan keluaran tegangan tetap yang dibiarkan selama 2 jam. Adapun alat yang digunakan seperti blok diagram pada Gambar 4.5 sedangkan pencatatan waktunya menggunakan stopwatch yang dilakukan setiap 15 menit . Data hasil pengujian tanpa beban dapat dilihat pada Tabel 4. 5.
Tabel 4. 5. Data uji HV tanpa beban
NO
Pengamatan ( menit )
Vout (volt )
1 0 800
2 15 800
3 30 800
4 45 800
5 60 800
6 75 800
7 90 800
8 105 800
Adapun grafik pengujian seperti berikut ini:
Gambar 4.7 Grafik Uji Stabilitas HV
Uji kestabilan dengan beban menggunakandetektor dengan impedansi 20 MOhm dan pencatatan waktunya menggunakan stopwatchyang dilakukan setiap 15 menit. Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah rangkaian HV, voltmeter beserta probe HVnya dan detektor sebagai beban. Blok diagramnya pada Gambar 4.8.
Beban
Tegangan Tinggi
[image:54.595.137.490.124.367.2]Pencacah Nuklir
VoltmeterData hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4. 6 di bawah ini:
Tabel 4. 6. Data uji HV dengan Beban
NO
Pengamatan (menit)
Vout (volt)
1 0 800
2 15 800
3 30 799
4 45 798
5 60 799
6 75 798
7 90 800
8 105 800
9 120 797
Dari Tabel diatas maka grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4. 9.
Gambar 4.9 Grafik Uji Stabilitas HV dengan Beban
[image:55.595.130.497.442.661.2]menggunakan beban, keluaran tegangan tingginya terjadi perubahan pada menit ke 30, 60, yaitu 799 volt dan menit 45 dan 75, yaitu 79 volt dan 795 volt dan menit 120 yaitu 197 volt.
Ralat persentase untuk uji stabilitas menggunakan beban dapat dihitung dengan persamaan : % 100 % x teori hasiluji teori ralat
Tegangan rata-rata hasil uji = 799 volt
Tegangan yang diharapkan = 800 volt, sehingga
%
125
,
0
%
ralat
Dengan hasil persentase ralat sebesar 0,125 % maka rancangan tegangan tinggi pendeteksi cukup stabil.
4. 2. 2 Penguat Linear Pembentuk Pulsa Gaussian
Pengujian penguat linear untuk mengetahui pulsa keluaran yang telah dikondisikan oleh rangkaian ini. Dalam pengujian ini akan diamati bentuk keluaran pulsa pada pole zero concellation, gain, pole complex dan pulsa keluaran akhir pada rangkaian amplifier serta spesifikasi teknis penguat linear dan linearitas rancangan. Alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengujian ini adalah function generator dan HV osiloskop dan rangkaian penguat linear (amplifier). Blok diagramnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini :
[image:56.595.164.452.635.692.2]Function Generator Rangkaian Penguat (Amplifier) Osiloskop
Gambar 4.10 Blok Diagram Pengujian Penguat Linear %
100 800
799 800
4.2.2.1 Uji Pengamatan Hasil Pulsa
Pada uji pengamatan ini besar frekwensi diatur tetap, yaitu 1 kHz dan hasil pulsanya dapat dilihat pada osiloskop.
a. Bentuk Pulsa Masukan
[image:57.595.169.453.264.405.2]Pulsa keluaran yang berasal dari detektor masih berupa pulsa ekor panjang yang dapat dilhat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. 11 Pulsa Keluaran Penguat Awal
b. Bentuk Pulsa pada Rangkain Pole Zero Cancellation
Rangkaian pole zero cancellation menurunkan pulsa ekor panjang dengan falltime yang sempit serta membentuk sinyal keluaran akhir. Pulsa masukan dikuatkan tinggi pulsanya sampai ratusan mV dan bentuk pulsa nya dapat dilhat berikut ini:
[image:57.595.177.457.556.699.2]
c. Bentuk Pulsa pada Rangkaian Pulse Shapping
[image:58.595.170.454.198.342.2]Pada rangkaian penguat pulsa yang telah diolah rangkaian pole zero cancellation sebagai pulsa masukan. Pembentukan pulsa dititik beratkan pada decay time pulsa. Hasil pembentukan pulsanya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.13 Pulsa keluaran Pulse Shapping
d. Bentuk Pulsa pada Rangkaian Pole Complex
Bentuk pulsa pada rangkaian pole complex adalah gelombang gaussian yang sudah simetris dimana rise time dan fall time nya telah diperbaiki.
Bentuk pulsa keluarannya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.14 Pulsa Keluaran Pole Complex
[image:58.595.168.458.511.630.2]Bentuk pulsa yang dihasilkan pada rangkaian amplifier secara umumnya merupakan pulsa gaussian dimana sinyal masukan awal dari keluaran preamplifier pada detektor akan mengalami proses diferensiator dan integrator pada rangkaian pole zero concellation, penguatan dan pembentukan pulsa (pulse shapping) dan pole complex secara sederhana digambarkan sebagai berikut ini:
[image:59.595.168.459.228.506.2]
Gambar 4.15 Bentuk Pulsa Keluaran Penguat Awal dan Penguat Linear
4.2.2.2 Uji Linearitas Penguat Linear
Tabel 4.8. Data Linearitas Penguat Linear
NO Vin ( mV ) Vout ( V ) Gain ( kali )
1 25 0.50 20
2 50 0.94 19
3 75 1.49 19
4 100 1.98 19
5 125 2.4 48
6 150 2.77 86
7 175 3.36 18
8 200 4.00 20
9 225 4.41 89
10 250 4.8 18
[image:60.595.127.494.479.705.2]Dari data tersebut maka grafiknya diperlihatkan pada Gambar 4. 16 di bawah ini :
Dari grafik uji linearitas penguat linear didapat kurva dengan persamaan Y = aX - b = 0,019X - 0,003 , sehingga didapat nilai regresi nilainya R2 = 0, 997. Maka terjadi linearitas antara tegangan keluaran penguat awal dan tegangan keluaran dari penguat linear.
4.3 Pengujian Sistem secara Virtual pada Proteus
[image:61.595.114.514.354.577.2]Pengujian sistem ini dititik beratkan pada rangkain amplifier yang dibuat sebagai penguat utama yang disimulasikan pada proteus untuk melihat tampilan gelombang yang berasal dari signal generator dan pulsa keluarannya pada osiloskop virtual. Adapun bentuk simulasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.17 Simulasi Sistem pada Proteus
Gambar 4.18 Tampilan Gelombang pada Osiloskop Virtual
Berdasarkan tampilan pada osiloskop di atas dapat dilhat bahwa pulsa masukan pada channel D merupakan gambaran dari bentuk pulsa ekor panjang yang akan mengalami proses pada tiap-tiap bagian pada rangkaian amplifier seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sampai terbentuklah pulsa gaussian yang ditunjukkan pada channel A pada osiloskop. Oleh karena itu, rangkain penguat (amplifier) yang dibuat dalam kondisi yang baik dan benar.
4.4 Pengujian Sistem Pembangkit Pulsa
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sumber radio aktif I-125, detektor dan pre-ampnya, HV, dan amplifier serta osiloskop sebagai indikator hasil pengujiannnya. Blok diagramnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. Hasil pulsanya dapat dilihat pada osiloskop seperti Gambar 4. 19.
[image:62.595.148.478.631.715.2]Gambar 4.19.b Pulsa Keluaran Penguat Linear
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan antara lain : 1. Detektor yang di gunakan bekerja dengan baik, yaitu memiliki resolusi
7,95 % dan efisiensi 4,08 %.
2. HV yang dirancang mampu membangkitkan kinerja detektor dengan linearitas tegangan antara HV dan daerah kerja detektor.
3. Hasil pengujian detektor didapatkan pulsa keluaran dari detektor dan pre amplifier merupakan pulsa listrik berbentuk eksponensial.
4. Hasil pengujian amplifier menghasilkan pulsa gelombang linear berbentuk Gaussian.
5.2 Saran
Apabila dilakukan penelitian lebih lanjut perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemilihan komponen yang akan dipakai memiliki nilai toleransi yang kecil sehingga rangkaian dapat berfungsi optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 1997. Pengantar Teknologi Nuklir. Jakarta: Rineka Cipta Arthur, Beiser. 1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Susetyo, Wisnu.1998. Spektrometer Gamma. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Cember, Herman. 1983. Introduction to Health Physic. Edisi bahasa Indonesia. Sydney: Pergamon Press.
Panitia PPR STTN. 2009. Modul Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi. Yogyakarta: STTN BATAN.
Ridwan, mohammad, Prayoto dkk. 1978. Pengantar Ilmu Pengetahuan Teknologi Nuklir. Jakarta : Badan Tenaga atom nasional.
Trikasjono, Toto. 2009. Diktat Deteksi dan Pengukuran Radiasi. Yogyakarta: STTN BATAN.
Trikasjono, Toto. 2008. Pengantar Instrumentasi Nuklir. Yogyakarta: STTN Tsoulfanidis, Nicholas. 1983. Measurement and detection and detection of
radiation. London: Hemisphere publishing Corporation.
WS, Sriwidodo. 1995. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma http://artikel.staff.uns.ac.id/2008/11/18/aplikasi-nuklir-di-bidang-kesehatan/
Diakses pada tanggal17 april 2014
www.infonuklir.com/file_download/Radioisotop%20dan%20Radiofarmaka. Diakses pada tanggal 16 april 2014
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Pencacah_03htm Diakses pada tanggal 16 april 2014
http://papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2011/E7.pdf Diakses pada tanggal 16 april 2014
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Dasar_Materi. Diakses pada tanggal 16 april 2014
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 1997. Pengantar Teknologi Nuklir. Jakarta: Rineka Cipta Arthur, Beiser. 1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Susetyo, Wisnu.1998. Spektrometer Gamma. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Cember, Herman. 1983. Introduction to Health Physic. Edisi bahasa Indonesia. Sydney: Pergamon Press.
Panitia PPR STTN. 2009. Modul Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi. Yogyakarta: STTN BATAN.
Ridwan, mohammad, Prayoto dkk. 1978. Pengantar Ilmu Pengetahuan Teknologi Nuklir. Jakarta : Badan Tenaga atom nasional.
Trikasjono, Toto. 2009. Diktat Deteksi dan Pengukuran Radiasi. Yogyakarta: STTN BATAN.
Trikasjono, Toto. 2008. Pengantar Instrumentasi Nuklir. Yogyakarta: STTN Tsoulfanidis, Nicholas. 1983. Measurement and detection and detection of
radiation. London: Hemisphere publishing Corporation.
WS, Sriwidodo. 1995. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma http://artikel.staff.uns.ac.id/2008/11/18/aplikasi-nuklir-di-bidang-kesehatan/
Diakses pada tanggal17 april 2014
www.infonuklir.com/file_download/Radioisotop%20dan%20Radiofarmaka. Diakses pada tanggal 16 april 2014
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Pencacah_03htm Diakses pada tanggal 16 april 2014
http://papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2011/E7.pdf Diakses pada tanggal 16 april 2014
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Dasar_Materi. Diakses pada tanggal 16 april 2014