• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA

KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2011/2012

(Skripsi)

OLEH

RUMIYATI

1013119169

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA

PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI

KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama : Rumiyati

No. Pokok Mahasiswa : 1013119169

Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Dosen Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Riswandi, M.Pd.

(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Riswandi, M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd. ... .

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 6 Juli 2012

(4)

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

RUMIYATI

Masalah yang dihadapi guru adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran menggunakan alat peraga realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika kelas V SD Negeri 7 Wonodadi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Pola umum setiap tindakan meliputi 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.

Pembelajaran menggunakan alat peraga realia mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa, hasil penelitian menunjukkan peningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dari siklus ke siklus. Jumlah siswa yang aktif pada siklus 1 pertemuan 1 sebanyak 65% dan naik 5 % menjadi 70% pada pertemuan 2. Kemudian mengalami peningkatan pada siklus II sebanyak 20% menjadi 90% pada pertemuan 1 siklus II dan naik lagi sebanyak 10 % pada pertemuan berikutnya menjadi 100% aktif.

Selain aktivitas, juga terjadi peningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 sebanyak 30% dan 55% yang telah mencapai KKM. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan 1 dan 2 sebanyak 25% menjadi 80% dan meningkat kembali sebanyak 10% menjadi 90% siswa yang telah mencapai KKM pada akhir penelitian.

Kata kunci : Aktivitas belajar, Hasil belajar, Alat peraga Realia

(5)

Assalamu alaikum wr.wb....

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik dan dapat dilalui tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

dengan judul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan

Menggunakan Alat Peraga Realia Pada Siswa Kelas V SDN 7 Wonodadi

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Lampung.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

3. Drs. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, terimakasih telah

banyak memberikan saran, motivasi serta meluangkan waktunya kepada

peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Ibu Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd., selaku Dosen Pembahas, terima kasih atas

segala saran dan motivasi dan masukannya.

6. Ibu Suminah, S.Pd. selaku kepala SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan izin serta dukungan

kepada peneliti dalam melaksanakan Studi Program S 1 PGSD dalam jabatan

(6)

Pringsewu yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini.

8. Keluarga yang selama ini mendukung dan mendoakan sampai selesainya

penelitian ini.

9. Rekan-rekan S 1 PGSD dalam jabatan UNILA sebagai rekan diskusi dalam

pelaksanaan penyusunan skripsi ini.

10. Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis

banggakan. Semoga Allah SWT. Memberikan balasan atas kebaikan yang

telah diberikan kepada penulis.

11. Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya

penulis panjatkan doa dan syukur, semoga apa yang penulis sajikan dalam laporan

ini, bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Gadingrejo, Juli 2012 Penulis,

R U M I Y A T I NPM. 1013119169

DAFTAR ISI

(7)

HALAMAN PENGESAHAN... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Peumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar ... 7

1. Teori Kognitivisme ... 7

2. Teori Behaviourisme ... 10

3. Teori kostruktivisme ... 12

B. Proses Pembelajaran ... 14

C. Aktivitas Belajar ... 16

D. Hasil Belajar ... 19

1. Ranah Kognitif ... 20

2. Ranah Afektif ... 20

3. Ranah Psikomotor ... 21

E. Media Pembelajaran ... 22

F. Alat Peraga Realia ... 24

G. Kerangka Pikir ... 26

H. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 31

C. Prosedur Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum ... 39

B. Hasil Penelitian... 42

C. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Silabus ... 66

2. RPP dan Soal Latihan... 68

3. Kisi-kisi soal... 68

4. LKS... 75

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 80

6. Nilai rata-rata siswa ... 88

7. Analisis nilai siswa ... 89

8. Alat penilaian kinerja guru ... 91

9. Gambar pelaksanaan pembelajaran ... 96

10. Surat keterangan penelitian ... 100

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Rekap nilai matematika kelas V... 2

(9)

Tabel 2.1 Analisis Aktivitas Siswa ... 19

Tabel 4.1 Nama-nama Kepala SD Negeri 7 Wonodadi dan masa jabatannya. ... 39

Tabel 4.2 Nama-nama guru SD Negeri 7 Wonodadi dan Tingkat pendidikannya Tahun 2012 ... 40

Tabel 4.3 Sarana Prasarana SD Negeri 7 wonodadi tahun 2012 ... 40

Tabel 4.4 Jumlah siswa SD Negeri 7 Wonodadi Tahun Pelajaran 2011/2012... 41

Tabel 4.5 Jadwal pertemuan penelitian mata pelajaran Matematika kelas V... 41

Tabel 4.6 Persentase jenis aktivitas siklus I ... 46

Tabel 4.7 Data hasil belajar siklus I ... 48

Tabel 4.8 Persentase jenis aktivitas siklus II... 51

Tabel 4.9 Data hasil belajar siklus II... 52

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir... 28

(10)
(11)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : R u m i y a t i

NPM : 1013119169

Program Studi : Program S-1 PGSD Dalam Jabatan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Lampung

Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Alat Peraga Realia Pada Siswa Kelas V SDN 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012

Menyatakan bahwa penelitian skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan

sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh

orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian

studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

(12)

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rumiyati, dilahirkan di Gadingrejo,

Kabupaten Pringsewu, pada tanggal 22 April 1960, sebagai anak

ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Darso Pawiro

dan Ibu Ponirah.

Pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 gadingrejo diselesaikan

pada tahun 1972, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Gadingrejo

diselesaikan pada tahun 1975, dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di SPG Negeri

1 Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 1979. Pendidikan Diploma II (DII)

PGSD diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program S-1 PGSD

(14)

Bismillahi rohmaanirrohimm,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan

karunia-Nya. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan Skripsi ini kepada:

1. ALLAH SWT atas segala

2. Suamiku tercinta, Ir. Suwondho yang senantiasa memanjatkan doa dan memberikan dukungan dan kasih yang tiada henti bagi keberhasilanku.

3. Anak-anakku tercinta (IPTU Sigiet Aji Vambayun,S.H., Santi Sistra Nauli, SH.MH., Lulu Ayu Allesandra, S.Farm., dr. Elga Ria Vinensa, dan Gildan

Aji Arwendho) yang selalu mendoakan dan menantikan keberhasilanku.

4. Sahabatku se almamater semoga silaturahmi kita tetap terjalin selamanya. 5. Almamaterku tercinta serta pembaca dan pecinta ilmu pengetahuan yang

(15)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA

KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2011/2012

Oleh:

RUMIYATI

Masalah yang dihadapi guru adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran menggunakan alat peraga realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika kelas V SD Negeri 7 Wonodadi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Pola umum setiap tindakan meliputi 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.

Pembelajaran menggunakan alat peraga realia mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa, hasil penelitian menunjukkan peningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dari siklus ke siklus. Jumlah siswa yang aktif pada siklus 1 pertemuan 1 sebanyak 65% dan naik 5 % menjadi 70% pada pertemuan 2. Kemudian mengalami peningkatan pada siklus II sebanyak 20% menjadi 90% pada pertemuan 1 siklus II dan naik lagi sebanyak 10 % pada pertemuan berikutnya menjadi 100% aktif.

Selain aktivitas, juga terjadi peningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 sebanyak 30% dan 55% yang telah mencapai KKM. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan 1 dan 2 sebanyak 25% menjadi 80% dan meningkat kembali sebanyak 10% menjadi 90% siswa yang telah mencapai KKM pada akhir penelitian.

(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu sarana berfikir ilmiah sangat diperlukan untuk

menumbuhkembangkan kemampuan berfikir logis, sistematis dan kritis dalam diri

siswa. Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam

perkekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika juga diperlukan

siswa sebagai pengetahuan dasar dalam menunjang keberhasilan belajar dalam

bidang lain. Oleh karena itu siswa dituntut dapat menguasai materi-materi

pelajaran matematika yang ada. Namun, kenyataaan dilapangan menunjukkan

bahwa rata-rata nilai matematika siswa di kelas umumnya lebih rendah jika

dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal ini juga yang dialami siswa kelas

V di SD Negeri 7 Wonodadi. Nilai matematika siswa masih berada dibawah

rata-rata nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu

sebesar 6,0.

Nilai matematika siswa kelas V pada semester ganjil tahun pelajaran

2011/2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

(17)

2

No. Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 2 10%

2 60 69 5 25%

3 50 59 8 40%

4 5 25%

Jumlah 20 100%

Sumber : Nilai matematika semester ganjil T.P 201l/2012

Berdasarkan tabel tersebut terlihat jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih

dari atau sama dengan 70 hanya berjumlah 2 orang atau 10% saja. Banyaknya

siswa yang mendapat nilai antara 60-69 berjumlah 5 orang atau 25%. Untuk

siswa yang mendapat nilai antara 50-59 berjumlah 8 orang atau mencapai 40%

dan siswa yang nilainya dibawah 50 bejumlah 5 orang atau 25% siswa. Jika

dilihat dari uraian tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas V

SD Negeri 7 Wonodadi Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011 masih

rendah, sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Melihat rendahnya hasil belajar siswa dari tabel 1.1. maka peneliti juga

menganalisis aktivitas siswa pada pembelajaran tersebut. Aktivitas belajar siswa

diduga sangat berpengaruh dan berbanding lurus terhadap hasil belajar siswa. Hal

ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2000) yang menyatakan bahwa belajar

sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik,

sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam

benak anak didik.

Hasil analisis peneliti bersama dengan guru mitra menemukan selain hasil

(18)

terlihat dari banyaknya siswa yang masih kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Berikut ini adalah data observasi aktivitas siswa kelas V.

Tabel 1.2.Data aktivitas belajar matematika kelas V semester ganjil TP 2011/2012

No Nilai Aktivitas Kategori Jumlah Siswa Persentase

1 ≥57,14 Aktif 6 30%

2 < 57,14 Belum Aktif 14 70%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tebel diatas terlihat bahwa dari seluruh siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika, hanya 30 % atau 6 orang siswa saja yang aktif saat

mengikuti proses pembelajaran, sedangkan 70% atau 14 orang siswa lainnya

tampak belum begitu aktif selama proses pembelajaran. Kriteria Ketuntasan

Minimum(KKM) aktivitas siswa kelas V dalam pelajaran matematika di SD

Negeri 7 Wonodadi Kabupaten Pringsewu yaitu mencapai 4 aspek (57,14%) dari

7 kriteria aktivitas yang ada. Masalah-masalah yang ada di kelas ini jika

dibiar-kan terus menerus, tentu adibiar-kan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

Setelah dilakukan obsevasi temyata masalah yang ada tersebut disebabkan proses

pembelajaran yang ada hanya menggunakan metode ceramah dan latihan soal

saja. Pembelajaran yang digunakan juga kurang bervariasi. Media pembelajaran

yang digunakan masih sebatas papan tulis dan soal-soal latihan saja. Pembelajaran

juga masih didominasi oleh guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran (student centered). Hal ini tidak sesuai dengan aspek proses pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, sedangkan guru bertindak

(19)

4

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu usaha untuk memperbaiki proses

pembelajaran yang ada dengan menggunakan pembelajaraan yang bisa membuat

siswa lebih aktif dan bisa berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan

sesama siswa serta rnampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Salah

satu hal yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan alat peraga

realia. Alat peraga realia harus dilandasi suatu konsep belajar yang tidak hanya

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa, tetapi juga membantu siswa menghubungkan antara pengetahuan

yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota

keluarga dan masyarakat sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa dan diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul

eningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Alat

Peraga Realia pada Siswa Kelas V SD Negeri 7 Wonodadi Tahun Pelajaran

2011/2012"

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah karena rata-rata nilai yang

diperoleh belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

2. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran

(20)

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada sistem satu arah (one way) yaitu hanya sebatas guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerimanya,

tetapi tidak ada timbal balik yang terjadi.

4. Media pembelajaran yang digunakan hanya sebatas papan tulis dan soal-soal

latihan saja sehingga siswa sering merasa jenuh dalam pembelajaran.

C. Perumusan Masalah

Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penelitian ini, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan alat peraga realia dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa pada pelajaran matematika kelas V SD Negeri 7 Wonodadi?

2. Apakah dengan menggunakan alat peraga realia dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada pelajaran matematika kelas V SD Negeri 7 Wonodadi?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

1. Penerapan alat peraga realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

pelajaran matematika kelas V SD Negeri 7 Wonodadi.

2. Penerapan alat peraga realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pelajaran matematika kelas V SD Negeri 7 Wonodadi

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah:

(21)

6

Alat peraga realia yang digunakan dapat membantu meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dan diharapkan siswa akan

lebih tertarik dengan mata pelajaran matematika.

2. Bagi Guru:

Memberikan masukan bagi guru agar dapat lebih memahami akan manfaat

digunakannya media pembelajaran dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran

matematika kelas V SD dan menjadi salah satu alternatif guru dalam

melaksanakan pembelajamn yang efektif dan efisien.

3. Bagi Sekolah:

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar

Menurut Slameto dalam Djamarah (2002) elajar Merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Ada beberapa teori tentang belajar, antara lain teori Kognitivisme

Behaviourisme dan Konstruktivisme:

1. Teori Kognitivisme

Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang

didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Belajar kognitif ciri khasnya

terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk

representatif yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu orang,

benda atau kejadian/peristiwa. Segala obyek itu di representasikan atau di

hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang

semuamya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang

menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri,

setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama

(23)

8

di tempat-tempat itu pada waktu sedang bercerita. Tetapi, semua pengalamannya

tercatat dalam benaknya dalam bentuk berbagai gagasan dan sejumlah tanggapan.

Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada

orang yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, hal-hal yang tidak hadir

secara fisik pada saat sekarang, dapat menjadi bahan komunikasi antara dua

orang, segala macam hal seolah-olah dipegang, disentuh dan dipermainkan secara

mental. Karena kemampuan kognitif ini, manusia dapat menghadirkan realitas

dunia di dalam dirinya sendiri.

Disamping itu, semakin besar kemampuan berbahasa untuk

mengungkapkan gagasan dan tanggapan itu, semakin meningkatlah kemahiran

untuk menggunakan kemampuan kognitif secara efisien dan efektif. Kemampuan

berbahasa pun harus dikembangan melalui belajar. Pembahasan tentang belajar

kognitif di sini, akan dibatasi pada dua aktifitas kognitif yaitu mengingat dan

berpikir.

1. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif di mana orang menyadari bahwa

pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan

yang diperoleh di masa lampau.

2. Dalam aktivitas mental berpikir akan menjadi jelas, bahwa manusia

berhadapan dengan objek-objek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi,

orang tidak langsung menghadapi objek secara fisik seperti terjadi dalam

mengamati sesuatu bila melihat, mendengar atau

(24)

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan

dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya

diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan

dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik

agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan

berbagai hal dari lingkungan

Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:

l.Sensory-motor(sensori-motor)

Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir

sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk

primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan

terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan

intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe

intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.

2.Pre operational(praoperasional)

Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah

memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak

tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada atau

biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan

tak didengar lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari

pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada

pengamatan belaka.

(25)

10

Dalam periode konkret operasional ini berlangsung hingga usia menjelang

remaja kemudian anak mulai memperoleh tanbahan kemampuan yang disebut

sistem of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu

dalam sistem pemikirannya sendiri.

4.Formal aperational(formal-operasional)

Dalam perkembangan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau

sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi

masalah keterbatasan pemikiran. Dalam perkembangan kognitif akhir ini seorang

remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan

(serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: a. kapasitas

menggunakan hipotesis, b. kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.

Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap

kualiatas skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh

karenanya, seorang remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses

perkembangan formal operasional secara kognitif dapat dianggap telah mulai

dewasa (Muhibbin Syah :2003)

2. Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori

ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap

arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal

sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku

(26)

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.

Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan

menghilang bila dikenai hukuman.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1)

Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3)

Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control

in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984)

Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar

yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan

stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang

mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab

hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang

diberikan dengan responnya.

Namun kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk

berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini

bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa

siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik

untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

(27)

12

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan bukan

tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.

Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang

dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk

membentuk pengetahuan tersebut.

Jika behaviorisme menekankan keterampilan atau tingkah laku sebagai

tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang

berkembang sesuai dengan usia sementara konstruktivisme menekankan

perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai

konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun

pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang

pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna

untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan

sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.

Dalam proses itu keaktivan seseorang sangat menetukan dalam mengembangkan

pengetahuannya.

Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat

konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi

kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik

dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran

(28)

persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia

harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu

perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut.

Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses

tersebut meliputi:

1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang

beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya

dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk

mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap

mempertahankan konsep awalnya hanya menambah atau merinci.

3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal

sudah tidak cocok lagi.

4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga

seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata).

Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju

equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

(http://rinimaryani.blogspot.com/2008/04/teori-konstruktivisme.html(15103/2012)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam proses belajar terjadi perubahan

dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik

(29)

14

B. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam

kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang

ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun tujuan

pembelajaran khususnya pelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berpikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan. (Depdiknas,

2003).

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang

penting. Mengajar adalah proses bimbingan kegiatan belajar, kegiatan belajar

hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar oleh siswa. Oleh karena itu,

penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar

siswa, agar dia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan

(30)

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar

mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk

mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan.

Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses

pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor

yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam

kelas

Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997), proses belajar mengajar adalah

suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi. Lingkungan ini diatur

serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan

turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar

yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk

belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang

diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam satu

kelas adalah job descreption proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa

Pengertian pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar.

Menurut Slamet (dalam Hadis, 2006) mengungkapkan bahwa belajar adalah

suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan

(31)

16

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

merupakan suatu proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya peristiwa

belajar yang dapat menghasilkan perubahan prilaku kognitif, afektif dan

psikomotor dari pelaku pembelajaran atau dalam hal ini adalah siswa

C. Aktivitas Belajar

Dalam proses belajar mengajar, aktivitas belajar memegang peranan

penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar pada dasarnya

merupakan aktivitas seseorang yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku.

Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan

kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada

aktivitas. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk

meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2002) menyatakan

bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi

anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama

tersimpan didalam benak anak didik

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang didahului dengan

perencanaan dan didasari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perubahan

pengetahuan dan keterampilan yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan

belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan adalah kegiatan yang dapat mendukung

pencapaian tujuan dalam prqies pembelajaran. Dalam belajar sangat diperlukan

(32)

baik.

Menurut Hamalik (2011), karena aktivitas belajar itu banyak sekali

macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas

tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

1. kegiatan-ksgiatan visual, yang di dalamnya membaca melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. kegiatan-kegatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4. kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. kegiatan-kegitan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik,

chart, diagram, peta, dan pola.

6. kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. kegiatan-kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. kegiatan-kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut dapat dibedakan lagi menjadi

aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) contohnya adalah memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi, dan mencatat. Aktivitas yang tidak relevan dengan

pembelajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan teman. Siswa aktif dalam pembelajaran apabila siswa

(33)

18

melakukan banyak aktivitas yang relevan dengan pembelajaran, maka siswa

mampu memahami, mengingat, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari.

Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task) akan lebih mudah diamati ketika proses pembelajaran berlangsung jika dibandingkan dengan

aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task). Jadi siswa dikatakan aktif dalam kegiatan pembelajaran jika siswa sedikit melakukan aktivitas yang tidak

relevan dengan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah segala kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan khas,

yaitu hasil belajar yang akan nampak melalui hasil belajar yang akan dicapai.

Dalam penelitian ini, data aktivitas siswa diambil pada setiap pertemuan

dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa. Data aktivitas

siswa yang dimunculkan adatah aktivitas yang relevan dengan ketujuh aspek

kegiatan pembelajaran yang diamati.

Tabel 2. l. Analisis Aktivitas Siswa

(34)

Aktivitas yang diamati :

a) Bertanya Pada Guru

b) Menjawab Pertanyaan

c) Berdiskusi

d) Mengerjakan Tugas Kelompok

e) Mengemukakan pendapat

f) Membantu teman dan tidak mengganggu saat pembelajaran

g) Menghargai pendapat teman

D. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran dan

dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, tetapi mungkin juga hanya

dapat diamati karena perubahan tingkah laku. Sehubungan dengan hasil belajar

Dimyati dan Mudjiono (2002) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan puncak proses belajar.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pada

kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa yang meliputi kompetensi kognitif,

kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotor. Perumusan ketiga kompetensi

tersebut secara rinci dapat dilakukan dengan menganalisis kompetensi.

(35)

20

Ranah kognitif merupakan salah satu aspek dari hasil belajar yang harus

dinilai. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk

didalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis,

mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada

ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk

memecahkan masalah yang ada di tengah masyarakat. Kemampuan ini sering

disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi

sesuai dengan konteksnya. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan

kemampuan kognitif karena di dalarnnya diperlukan kemampuan berfikir

untuk memahaminya.

b. Ranah afektif

Ranah afektif merupakan salah satu aspek dari hasil belajar yang harus

dinilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan minat, sikap,

emosi, atau nilai. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang

yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai

keberhasilan studi secara optimal, sedangkan seseorang yang berminat

terhadap suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran

yang optimal.

Ranah afektif yang dinilai adalah tingkat minat siswa terhadap

pembelajaran yang dilakukan setelah proses pembelajaran tersebut telah

dilakukan.

(36)

Ranah psikomotor merupakan salah satu aspek dari hasil belajar yang

harus dinilai. Ranah psikomotor yaitu kemampuan yang berkaitan dengan

aktivitas fisik.

Ranah psikomotor yang dinilai berdasarkan keterampilan yang dilakukan

oleh siswa adalah cara menggambarkan bangun datar dan bangun ruang.

Salah satu yang diamati juga aktivitas. Dalam prakteknya alat peraga realia

tergolong baru diterapkan pada kelas V SDN 7 Wonodadi Kabupaten

Pringsewu, sehingga ada beberapa hal yang perlu diamati dalam aktivitas

belajar yang menggunakan metode ini, adapun yang diamati adalah :

1. Tentang belajar bertanggungjawab.

2. Cara siswa menjalin kerja sama antara teman sejawat dimana siswa akan

menjalin komunikasi, betbagai ide dan pendapat serta saling

mendiskusikan masalah masalah dengan siswa lainnya. Keterlibatan dan

tanggung jawab setiap siswa akan membuat siswa tebih memahami

konsep-konsep yang sulit dan dapat meningkatkan daya nalar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh

siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan tersebut diperoleh

berdasarkan penilaian yang diambil dari hasil tes setelah proses pembelajaran.

E. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin. medus yang secara harfiah berarti 'tengah' , 'perantara', atau 'pengantar'. Heinich dkk (1982) dalam Arsyad (2010)

mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi

(37)

22

gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media

komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang

bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran media itu

disebut media pembelajaran. Secara umum media mempunyai kegunaan:

l. memperjelas pesan agar tidak verbalitas.

2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.

3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan

sumber belajar.

4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori, dan kinestatiknya.

5.memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton

(1985) dalam Arsyad (2010) adalah:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standar.

2. Pembelajaran akan lebih menarik.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

6. Proses pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun

diperlukan.

7. Peran guru berubah kearah yang positif

Menurut Arifin (2003) dalam Arsyad (2010) dua sisi penting dari fungsi

(38)

mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat berlangsungnya proses

belajar mengajar, penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap,

serta merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis sesuai

dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; 2) Membantu siswa dalam

mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain dalam pemusatan dan

mempertahankan perhatian , memelihara" keseimbangan mental, serta-belajar

mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan media pembelajaran adalah

media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam

mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan

belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal

tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa.

F. Alat Peraga Realia

Media pembelajaran matematika adalah sarana dalam menyajikan,

mempelajari, memahami, dan mempermudah dalam mempelajari matematika.

Media pembelajaran pada mata pelajaran matematika sebagian besar berupa alat

peraga. Alat peraga dan peragaan perlu mendasarkan pada realita budaya yang

terjadi pada kehidupan anak setempat. Dengan demikian, pemahaman siswa

tentang konsep matematika tidak akan terlepas dari kehidupan nyata yang mereka

hadapi sehari-hari. Selain siswa akan benar-benar paham tentang konsep yang

dimaksud mereka akan mampu berkreasi dalam mengaplikasikan.. konsep

matematika pada kehidupan nyata. Media seperti ini juga sering disebut alat

(39)

24

Alat peraga realia adalah benda nyata yang tidak harus dihadirkan di ruang

kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Misal untuk mempelajari

keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ

tanaman. Dalam pelajaran matematika realia biasanya berupa bentuk-bentuk

bangun datar maupun bangun ruang.

Menurut Heinich dkk.(1996), alat peraga realia adalah benda yanq masih

berada dalam bentuk utuh, dapat dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau

binatang), dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud

aslinya. Realia dapat digunakan dalan kegiatan belajar dalam bentuk sebagai

mana adanya, tidak ada pengubahan, kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan

hidup aslinya. Ciri media realia adalah benda asli yang masih ada dalam keadaan

utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat

dikenali sebagaimana wujud aslinya.

` Pemanfaatan alat peraga realia dalam proses pembelajaran merupakan cara

yang cukup efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat.

Walaupun tidak semua benda nyata dapat digunakan sebagai media realia karena

keterbatasan penyediaannya, misalnya karena ukuran ataupun biayanya.

Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari Alat Peraga Realia Menurut

Arifin (2003) dalam Arsyad (2010):

1. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik.

2. Dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa.

3. Pembelajaran akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan

(40)

mendemonstrasikan materi.

Adapun kelemahan dari Alat Peraga Realia adalah guru biasanya tidak

maksimal dalam pemakaian alat peraga dan pada saat pembelajaran terlalu

terpaku dengan alat peraga yang digunakan.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga realia:

1. Guru melibatkan siswa untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang

materi yang akan dipelajari dengan menggunakan alat peraga realia.

2. Guru menjelaskan kepada siswa tentang sifat-sifat bangun ruang dengan

menggunakan alat peraga realia.

3. Siswa diminta mencatat informasi yang didapat setelah melihat alat peraga

realia.

4. Guru memberikan contoh soal pada siswa dan siswa diminta memberikan

tanggapan atau jawaban jawaban yang benar

5. Guru berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator yang manjawab

pertanyaan piserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.

6. Memberi motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif di dalam kelompok.

Berdasarkan uraian diatas, alat peraga realia adalah benda yang masih

berada dalam bentuk utuh dapat dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau

(41)

26

aslinya. Alat Peraga Realia yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

bentuk bangun ruang kubus, balok, prisma, tabung dan limas.

G. Kerangka Pikir

Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika pembelajaran tersebut dapat

memberikan makna bagi siswa dan bukan semata-mata proses mekanis. Namun

selama ini pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah, khususnya matematika

siswa hanya menerima informasi dari guru yang diperoleh melalui latihan soal.

Selain itu siswa juga kurang diberikan kesempatan untuk mencari dan

menemukan jawaban-jawaban sendiri sehingga siswa lebih mudah lupa sehingga

mempengaruhi hasil belajar siswa. Agar pembelajaran matematika lebih bermakna

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan pembelajaran yang

menyenangkan dan mudah dipahami siswa. Salah satu pembelajaran yang

menekankan pada situasi nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa

adatah pembelajaran yang menggunakan suatu media pembelajaran.

Pembelajaran matematika yang menggunakan media pembelajaran harus

dikaitkan dengan situasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa dan

matematika merupakan aktivitas manusia dimana siswa diberikan kesempatan

untuk membentuk dan membangun sendiri suatu konsep matematik menurut cara

dan pemikirannya sendiri. Dengan begitu siswa akan lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Selain itu dengan mudah siswa memahami dan membentuk suatu

konsep matematika dengan menggunakan media yang ada.

Dalam pembelajaran matematika dengan media pembelajaran, siswa

(42)

mempunyai kesempatan untuk menjelaskan pemikirannya sehingga akan

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Meningkatnya aktivitas

belajar yang dilakukan siswa dalam pembelajaran akan berpengaruh pada

pengetahuan atau konsep yang diperoleh siswa yang akan menjadi lebih kuat dan

bermakna, karena dalam beraktivitas siswa dapat menemukan dan

mengkonstruksikan sendiri inforrrasi atau pengetairuan yang ada. Pengetahuan

dan konsep yatng tertanam kuat memungkinkan siswa untuk menyelesaikan soal

cerita yang dihadapinya. Dengan begitu hasil belajar pun akan meningkat.

Proses Pembelajaran/

(43)

28

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir H. Hipotesis

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika menggunakan alat

peraga realia maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

(44)

METODE PENELITIAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini terfokus pada siswa kelas V SD Negeri 7 Wonodadi

yang terdiri dari 5 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki. Siswa

kelas V tediri dari siswa dengan kemampuan belajar yang heterogen. Objek

penelitian ini adalah semua kegiatan yang berlangsung selama pembelajaran

dan hasil dari pembelajarannya.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 7 Wonodadi

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang terletak di jalan

Pendidikan Wonokarto Gadingrejo. Jumlah siswa yang dijadikan subjek

penelitian adalah 20 orang terdiri dari 5 orang siswa perempuan dan 15 orang

siswa laki-laki.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap Tahun pelajaran

2011/2012. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada

di SD Negeri 7 Wonodadi.

(45)

31

Metode yang digunakan dalam Penelitian Tidakan Kelas (PTK) ini adalah

metode pembelajaran kontekstual atanContextual teaching and Learning(CTL).

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini diadopsi dari

model Kemmis dan MC Taggart dengan pola umum sebagai berikut:

Siklus I Siklus II

Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian

Alur penelitian tindakan kelas ini dapat diuraikan sebagai berikut: Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi Perbaikan

(46)

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan I

Pada tahap ini diawali dengan:

a. Membuat RPP, lembar observasi, menyiapkan bahan ajar berupa

alat peraga, LKS dan soal tes formatif.

b. Mempersiapkan dan merencanakan skenario pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I

Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada semester genap 2012 dan

dimulai dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengelompokkan siswa secara heterogen.

2) Menyampaikan indikator pembelajaran, memotivasi siswa dan

mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa.

3) Melaksanakan pembelajaran dengan menunjukkan media

pembelajaran dan pada saat bersamaan observer mengisi lembar

observasi aktivitas belajar siswa.

4) Setiap kelompok belajar merumuskan masalah dengan mengajukan

pertanyaan tentang masalah yang berkaitan dengan bangun ruang.

5) Siswa bersama guru membuat kesimpulan selama pembelajaran.

6) Melaksanakan tes akhir siklus I dan tes keterampilan siswa.

7) Melakukan evaluasi.

(47)

33

Melakukan pengamatan bersama dengan observer terhadap pelaksanaan

pembelajaran menggunakan alat peraga realia, guru, siswa, kondisi

kelas dan masalah-masalah yang muncul pada saat pembelajaran di

kelas. Serta menganalisis seluruh hasil belajar siswa

d. Tahap Refleksi 1

Refleksi I dilakukan untuk membahas tentang kekurangan yang terjadi

pada siklus I berkenaan dengan skenario pembelajaran, pembagian

waktu dan tugas siswa, serta refleksi mengenai RPP dan hasil

pembelajaran untuk direvisi atau diperbaiki pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan 2

Berdasarkan refleksi siklus 1, Guru mernbuat RPP sebagai pedoman siklus

ke II dengan media yang digunakan sesuai pada siklus 1.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 2

Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada semester genap 2012 dan

dimulai dengan kegiatan hasil dari refleksi siklus I. Menekankan pada

hal-hal yang belum dikuasai oleh siswa. Diharapkan dengan penjelasan

dan tindakan pada siklus II ini, siswa lebih memahami pelajaran yang

disampaikan sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan tindakannya:

(48)

2) Menyampaikan indikator pembelajaran, memotivasi siswa dan

mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa.

3) Melaksanakan pembelajaran dengan menunjukkan alat peraga realia

dan pada saat bersamaan observer mengisi lembar observasi aktivitas

belajar siswa.

4) Setiap kelompok belajar merumuskan masalah dengan mengajukan

pertanyaan tentang masalah yang berkaitan dengan bangun ruang.

5) Siswa bersama guru membuat kesimpulan selarna pembelajaran

6) Melaksanakan tes akhir siklus I dan tes keterampilan siswa.

7) Melakukan evaluasi.

c. Tahap Obsevasi 2

Melakukan pengamatan bersama dengan observer terhadap pelaksanaan

pembelajaran menggunakan media, guru, siswa, kondisi kelas dan

masalah-masalah yang muncul pada saat pembelajaran di kelas. Serta

menganalisis seluruh hasil belajar siswa

d. Tahap Refleksi 2

Refleksi II dilakukan untuk membahas tentang kekurangan yang terjadi

pada siklus II berkenaan dengan skenario pembelajaran, pembagian

waktu dan tugas siswa, serta refleksi mengenai RPP dan hasil

pembelajaran untuk direvisi atau diperbaiki pada siklus selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

(49)

35

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi langsung

terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siswa dan

lembar kinerja guru yang dibantu oleh observer.

2. Tes

Teknik tes dilakukan untuk mengambil data kuantitatif berupa data hasil

belajar siswa. Tes dilakukan pada akhir setiap siklus. Pada akhir siklus

hasil tes seluruh siswa dirata-rata yang kemudian dibandingkan dengan

rata-rata hasil tes pada siklus berikutnya.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif yang

tidak terekam selama pemberian tindakan. Catatan lapangan ini dapat

berupa catatan prilaku siswa dan permasalahan yang dapat dijadikan

perkernbangan bagi pelaksanaan langkah berikutnya ataupun masukan

tehadap keberhasilan yang sudah dicapai.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mendapatkan data. Instrumen

pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk

melaksanakan tugasnya mengumpulkan data. Adapun bentuk instumen

penelitiannya adalah :

1. Soal tes

2. Lembar observasi

(50)

l. Analisis data non tes (kualitatif)

Untuk pengambilan data aktivitas digunakan lembar observasi Adapun

langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data aktivitas adalah sebagai

berikut:

a. Menghitung jumlah poin pada lembar observasi berdasarkan indikator

aktivitas yang telah ditentukan.

b. Menghitung persentasi dari setiap indikator aktivitas yang dilakukan oleh

siswa. Siswa dikatakan aktif apabila mencapai lebih dari atau sama

dengan 4 aspek (57,14%) dari 7 kriteria aktivitas yang telah ditetapkan

dalam pembelajaran.

c. Menghitung nilai untuk semua indikator aktivitas.

d. Menghitung persentase semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh

siswa.

e. Menilai keaktifan siswa:

Nilai keaktifan = Perolehan jumlah skor

Rata-rata aktivitas siswa :

f. Setelah memperoleh jumlah siswa yang aktif, maka dilakukan

perhitungan persentase siswa yang aktif dengan Rurnus :

PSA= 100%

Keterangan: PSA : Persentase siswa yang aktif

NA: Banyaknya siswa yang aktif

N : Banyaknya siswa keseluruhan

(51)

37

No. Aspek Keterampilan yang dinilai Jumlah %

1 A

h. Berikut adalah Kategori rata-rata persentase siswa yang aktif

8l% - 100% = Aktivitas sangat baik

6l% -80% = Aktivitas Baik

41%-60% = Aktivitas Cukup

2I%-40% = Aktivitas Kurang

0%-20% = Aktivitas Kurang sekali

2. Data tes (Kuantitatif)

Data kuantitatif merupakan data prestasi siswa ditentukan dari nilai tes

pada tiap siklus. Adapun perhitungan data kuantitatif menggunakan rumus

sebagai berikut:

a. Bila nilai tes siswa 60, siswa dikategorikan Tuntas

Bilanilai tes siswa < 60, siswa dikategorikan Belum Tuntas

(52)

Kriteria keberhasilan tindakan kelas adalah apabila

1. Aktivitas Belajar

Aktivitas masing-masing siswa mencapai lebih dari atau sama

dengan 4 aspek (57,14% ) dari 7 kriteria aktivitas yang telah

ditetapkan

Aktivitas rata-rata kelas mencapai nilai persentasi lebih dari atau

sama 57,l4%

2. Hasil Belajar

Terjadi peningkatan prestasi belajar pada setiap siklusnya dan lebih dari

75% siswa memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dari semua tahapan penelitian,

dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan alat peraga realia

yang diterapkan di kelas V SD Negeri 7 Wonodadi dapat:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dari siklus ke

siklus. Jumlah siswa yang aktif pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 sebanyak

65% dan 70%. Sedangkan pada pertemuan 1 dan 2 pada siklus II sebanyak

90% dan 100% aktif.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 sebanyak

30% dan 55% yang telah mencapai KKM. Kemudian meningkat pada siklus

II pertemuan 1 dan 2 sebanyak 80% dan menjadi 90% telah mencapai KKM

pada akhir penelitian.

3. Aktivitas belajar meningkat bila penggunaan alat peraga realia digunakan

dengan maksimal dan siswa terlibat langsung dalam penggunaannya.

4. Hasil belajar meningkat bila aktivitas belajar siswa tinggi.

(54)

Pembelajaran ini masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Maka, dalam

rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan selanjutnya dalam pembelajaran

matematika di sekolah dasar, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Guru

a. Dalam pembelajaran matematika sebaiknya menggunakan media

pembelajaran seperti alat peraga realia dan menggunakan media

lainnya yang sesuai dengan materi pelajaran.

b. Pembelajaran matematika menggunakan alat peraga realia hendaknya

dipahami dengan baik mulai dari karakteristik media, kesesuaian

materi pembelajaran serta langkah-langkah kegiatannya.

c. Penggunaan pembelajaran alat peraga realia akan lebih efektif jika

siswa memegang secara langsung media yang digunakan dan bukan

sekedar ditunjukkan oleh guru.

2. Siswa

a. Siswa hendaknya lebih terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran

matematika dalam menggunakan alat peraga realia agar tidak merasa

jenuh dalam pembelajaran.

b. Siswa hendaknya memperhatikan penjelasan guru saat akan memulai

pembelajaran sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan lebih kondusif.

3. Kepala Sekolah

a. Memfasilitasi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga realia.

b. Mensosialisasikan penggunaan alat peraga realia kepada guru lain

(55)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA

KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2011/2012

(Skripsi)

OLEH

RUMIYATI

1013119169

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(56)

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir... 28

Gambar 3.1 Alur Pelasksanaan Tindakan ... 31

Gambar 4.1 Grafik peningkatan tiap jenis aktivitas ... 54

(57)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Peumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar ... 7

1. Teori Kognitivisme ... 7

2. Teori Behaviourisme ... 10

3. Teori kostruktivisme ... 12

B. Proses Pembelajaran ... 14

C. Aktivitas Belajar ... 16

D. Hasil Belajar ... 19

1. Ranah Kognitif ... 20

2. Ranah Afektif ... 20

3. Ranah Psikomotor ... 21

E. Media Pembelajaran ... 22

F. Alat Peraga Realia ... 24

G. Kerangka Pikir ... 26

H. Hipotesis Tindakan ... 29

(58)

B. Metode Penelitian ... 31

C. Prosedur Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Indikator Keberhasilan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum ... 39

B. Hasil Penelitian... 42

C. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Silabus ... 66

2. RPP dan Soal Latihan... 68

3. Kisi-kisi soal... 68

4. LKS... 75

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 80

6. Nilai rata-rata siswa ... 88

7. Analisis nilai siswa ... 89

8. Alat penilaian kinerja guru ... 91

9. Gambar pelaksanaan pembelajaran ... 96

(59)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Rekap nilai matematika kelas V... 2

Tabel 1.2 Data aktivitas belajar matematika kelas V ... 3

Tabel 2.1 Analisis Aktivitas Siswa ... 19

Tabel 4.1 Nama-nama Kepala SD Negeri 7 Wonodadi dan masa jabatannya. ... 39

Tabel 4.2 Nama-nama guru SD Negeri 7 Wonodadi dan Tingkat pendidikannya Tahun 2012 ... 40

Tabel 4.3 Sarana Prasarana SD Negeri 7 wonodadi tahun 2012 ... 40

Tabel 4.4 Jumlah siswa SD Negeri 7 Wonodadi Tahun Pelajaran 2011/2012... 41

Tabel 4.5 Jadwal pertemuan penelitian mata pelajaran Matematika kelas V... 41

Tabel 4.6 Persentase jenis aktivitas siklus I ... 46

Tabel 4.7 Data hasil belajar siklus I ... 48

Tabel 4.8 Persentase jenis aktivitas siklus II... 51

(60)

BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA

PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI

KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama : Rumiyati

No. Pokok Mahasiswa : 1013119169

Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Dosen Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Riswandi, M.Pd.

NIP. 19510507 198103 1 002 NIP. 19760808 200912 1 001

(61)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Riswandi, M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd. ... .

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(62)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb....

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik dan dapat dilalui tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

dengan judul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan

Menggunakan Alat Peraga Realia Pada Siswa Kelas V SDN 7 Wonodadi

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Lampung.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

3. Drs. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, terimakasih telah

banyak memberikan saran, motivasi serta meluangkan waktunya kepada

peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Ibu Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd., selaku Dosen Pembahas, terima kasih atas

Gambar

Tabel 1.2.Data aktivitas belajar matematika kelas V semester ganjil TP 2011/2012
Tabel 2. l. Analisis Aktivitas Siswa
Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pola keruntuhan yang terjadi pada semua balok uji dengan penambahan CFRP adalah debonding failure yaitu lepasnya ikatan antara beton dengan CFRP, sehingga dapat dikatakan

PROGRAM DIPLOMA III KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Untuk mendeskripsikan implementasi Strategi Pembelajaran Interaksi Sosial sebagai upaya untuk meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan kesehatan dengan metode FGD lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan warga binaan mengenai infeksi menular seksual dengan

Kesimpulan dari proses pembuatan bulletin milik Pemerintah Kota Cilegon ini adalah untuk memberikan informasi kepada public dan meberikan informasi yang akurat

Teks tersebut adalah plagiarisme karena menggunakan gagasan dan banyak kata-kata dari penulis lain tanpa menyebut sumbernya. Secara tidak langsung penulis menyatakan

Research Question 2: What are the politeness strategies used by the second semester students of Sahid Tourism Institute of Surakarta 2015/2016 academic year in expressing

Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebagai berikut (1) siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib, tidak malu-malu lagi, (2) siswa