• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEGARUH IKLAN POLITIK DI TELEVISI TERHADAP SIKAP PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM 2014 (Studi Kelas XI SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEGARUH IKLAN POLITIK DI TELEVISI TERHADAP SIKAP PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM 2014 (Studi Kelas XI SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH IKLAN POLITIK DI TELEVISI TERHADAP SIKAP PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM 2014

(STUDI KELAS XI SMA NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH)

Oleh

Arfian Nur Halim

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan analisis pengaruh iklan politik di televisi terhadap sikap pemilih pemula pada pemilu 2014 (studi kelas XI SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah). metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif korelasional dengan jenis penelitian ex post facto. Sampel penelitian berjumlah 28 responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrument pengukuran. Sementara analisis data dengan rumus interval, presentasi dan dilanjutkan analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukan bahwa antara variabel iklan politik di televisi (x) dan sikap pemilih pemula (y), cukup efektif dalam menggerakkan dan mempengaruhi sikap politik pemilih pemula untuk dapat mengikuti Pemilu pada tahun 2014. Kondisi ini tidak hanya diakibatkan oleh pengetahuan pemilih pemula terhadap isi pesan, struktur pesan, dan sumber pesan. Tetapi juga bisa dipengaruhi oleh penyampaian yang arif, bijaksana dan berawal dari prestasi atau bukti nyata yang sudah dirasakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Aspek itulah yang dijadikan sisi dominan dan fitur iklan politik televisi. Sehingga, tidak saja memberikan hasil yang memuaskan tetapi juga memberikan penerimaan dari semua kalangan terutama pemilih pemula.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

F. Ruang Lingkup Penelitian... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA

f. Komunikasi Periklanan... 16

g. Pengaruh Iklan... 17

h. Cara Menyusun Penyampaian Periklanan... 18

2. Iklan Politik di Televisi ………. ... 23

a. Definisi Iklan Politik ... 23

b. Tujuan Iklan Politik ... 25

c. Pengaruh Iklan Politik... 26

(7)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap... 31

C. Variabel Penelitian Defenisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Seputih Raman... 55

2. Visi Misi SMA Negeri 1 Seputih Raman ... 55

3. Keadaan Guru di SMA Negeri 1 Seputih Raman ... 56

B. Deskripsi Data ... 57

1. Penyajian Data Pengaruh Iklan Politik di Televisi... 57

a. Indikator Isi Pesan ... 57

b. Indikator Struktur Pesan ... 59

(8)

d. Indikator Pengaruh Iklan Politik di Televisi ... 63

2. Penyajian Data Sikap Pemilih Pemula Pada Pemilu 2014 ... 65

a. Indikator Kognitif ... 65

b. Indikator Afektif ... 67

c. Indikator Konatif ... 69

d. Indikator Sikap Pemilih Pemula Pada Pemilu 2014 ... 71

C. Pengujian Hipotesis ... 73

1. Uji Korelasi Variabel X Terhadap Y... 73

2. Hasil Uji Koefisiensi Determinasi Regresi (R2) ... 74

3. Hasil Uji T ... 74

4. Hasil Uji F ... 75

D. Pembahasan ... 76

1. Pengaruh Iklan Politik di Televisi Terhadap Sikap Pemilih Pemula Pada Pemilu 2014 ... 76

2. Uji Hipotesis Pengaruh Struktur Iklan Politik di Televisi Terhadap Sikap Pemilih Pemula Pada Pemilu 2014 ... 77

V. Penutup ... A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat baik itu media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, maupun media elektronik seperti televisi, radio dan internet. Tidak dapat dipungkiri bahwa diantara banyak media massa yang ada saat ini, televisi menjadi salah satu media yang banyak digunakan. Tidak ada orang yang tidak melihat televisi, hampir setiap hari semua orang selalu melihat televisi dari anak-anak sampai orang dewasa karena televisi telah masuk dalam setiap kegiatan manusia.

(10)

2

penggunanya dapat dengan mudah menangkap pesan atau informasi yang disampaikan.

Di Indonesia peran TV (televisi) tidak hanya sebagai media informasi dan hiburan semata, dalam kaitannya dengan Pemilu 2014 peran TV dirasa sangat penting bagi beberapa partai politik yang akan mengikuti pemilu. Hal ini dikarenakan TV digunakan sebagai media iklan politik yang bisa menampilkan berbagai sudut pandang yang berkaitan dengan partai politik. Iklan dapat menjadi sarana pemasaran yang efektif karena iklan memiliki sifat persuasive dan hiperbola yang secara otomatis khalayak mudah untuk mencernanya sehingga iklan menjadi media alternatif yang efektif untuk mengenalkan atau mempromosikan produk barang dan jasa pada khalayak.

(11)

membangun brand awareness, individual awareness, dan party awareness. (Kompas.com)

Penyebab maraknya periklanan politik dalam kontensasi politik sekarang karena memang iklan politik dianggap efektif untuk mempersuasi khalayak dan juga digunakan sebagai daya saing dari status strata para kandidat sehingga menganggap iklan politik adalah media alternative yang sangat menentukan. Padahal iklan politik di televisi sebagai wahana pendidikan politik dengan menyodorkan serangkaian pedoman kebijakan. Tanpa di barengi dengan pendidikan politik dan penanaman sikap politik yang baik oleh pengiklan, iklan politik sekedar slogan dan pernyataan semata, iklan politik tidak akan efektif dalam mengambil hati pemilih. Iklan politik semestinya mencerdaskan dan mengundang rasa simpatik. Iklan politik tentu saja dibutuhkan sebagai media komunikasi antara partai dengan rakyat. Iklan politik merupakan bagian dari kampanye. Namun iklan politik hendaknya ditata dengan bijak, terkait dengan visi dan misi partai berikut kandidatnya. Siapa yang memiliki visi yang jelas diikuti dengan program-program yang rasional akan mendapat dukungan dari masyarakat.

(12)

4

politik di berbagai stasiun TV seperti MNC Group, TV One dan Metro TV. Pada tahun 2012 menurut lembaga riset Nielsen kategori pemerintahan atau parpol menjadi pengiklan ke-2 terbesar setelah produk telekomunikasi dengan belanja iklan Rp. 4,3 triliun. Pada tahun 2013 secara nasional belanja iklan politik diperkirakan sebesar Rp. 12,5 triliun dan diprediksikan akan terus naik pada pemilu 2014. Sebagian besar iklan politik atau sekitar 63 % diserap media TV, media cetak 30 % sedangkan iklan out door berada pada kisaran 7 % (www.okezone.com, 14 Februari 2013).

Partai politik saling berebut pengaruh melalui pencitraan sehingga merasa perlu memuat iklan politik di berbagai media terutama media massa yang mempunyai jangkauan luas seperti TV. TV mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat sehingga berperan penting dalam kampanye partai politik. Melalui TV partai politik bisa secara efektif mengkomunikasikan program kerja, pesan politik maupun pembentukan citra partai atau individu. Di Indonesia iklan politik semakin penting digunakan para politisi dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden, tetapi juga tak lepas dari kontroversi. Langkah sejumlah tokoh politik yang mengiklankan dirinya di media massa untuk menghadapi pemilu 2014 dinilai merupakan bentuk kecurangan kepada masyarakat karena lewat iklan itu masyarakat tak dapat menilai kapasitas seseorang.

(13)

didominasi oleh kalangan pemuda atau pemilih pemula. Potensi pemilih pemula dalam setiap momen pemilu sangatlah besar. Menurut data BPS 2010, kelompok umur berusia 10-14 tahun 22.677.490 dan kelompok umur berusia 15-19 tahun 20.871.086. Jika diasumsikan kelompok umur 10-14 tahun separuh berusia 17 dan kelompok umur 15 - 19 tahun semuanya menjadi pemilih, maka ada 32 juta jutaan potensi suara pemilih pemula pada Pemilu 2014. Dan suara potensial ini sangat signifikan guna memenangkan perhelatan pemilihan umum mendatang. Sedangkan data KPU memperkirakan jumlah pemilih di tahun 2014 sekitar 173 juta orang. Di mana diperkirakan sekitar 22 juta adalah yang pertama kali berpartisipasi dalam Pemilu 2014 karena usianya mencapai 17 tahun. Sedangkan jumlah pemilih pada kelompok usia 17-23 tahun sekitar 30 juta orang. (www.kpu.go.id)

Berdasarkan data yang diperoleh dari SMAN 1 Seputih Raman bahwa jumlah siswa kelas XI seluruhnya berjumlah 283 Siswa.

Tabel 1.1 : Jumlah siswa yang termasuk pemilih pemula kelas XI IPA- IPS SMAN 1 Seputih Raman tahun ajaran 2013-2014 No Kelas Jumlah Siswa Siswa yang Termasuk Pemilih

Pemula

1 XI IPA 1 27 Siswa 17 Siswa

2 XI IPA 2 27 Siswa 14 Siswa

3 XI IPA 3 27 Siswa 15 Siswa

4 XI IPA 4 27 Siswa 8 Siswa

6 XI IPS 1 39 Siswa 21 Siswa

7 XI IPS 2 39 Siswa 22 Siswa

8 XI IPS 3 40 Siswa 19 Siswa

9 XI IPS 4 39 Siswa 24 Siswa

(14)

6

Sikap pemilih pemula yang cenderung tidak peduli dan labil terhadap dunia politik yang menyebabkan kesadaran berpolitik kurang dan mengakibatkan partisipasi dalam pemilihan umum menjadi rendah. Pendidikan politik untuk pemilih pemula sebagian besar diperoleh dari informasi media massa yang cenderung menampilkan sisi buruk dari perilaku elite politik dan ini mempengaruhi minat pemilih pemula. Hal ini mengakibatkan pendidikan politik bagi pemilih pemula menjadi tidak optimal dan seharusnya di hindari oleh pelaku-pelaku media massa yang tidak hanya mencari keuntungan saja.

Sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.

(15)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mengidentifikasi adanya beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Iklan Politik di Televisi, tanpa di barengi dengan penanaman sikap politik yang baik.

2. Kecenderungan kesadaran pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam Pemilu rendah.

3. Pengetahuan pemilih pemula terhadap iklan politik. 4. Sikap pemilih pemula dalam Pemilu 2014

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka batasan masalah pada penelitian ini adalah Iklan Politik di Televisi dan Sikap Pemilih Pemula dalam Pemilu 2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasa masalah di atas, berikut adalah rumusan masalah dalam penelitian ini:

(16)

8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas, maka dapat di rumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

Menguji secara empiris pengaruh iklan politik di televisi terhadap sikap politik pemilih pemula siswa kelas XI SMAN 1 Seputih Raman.

2. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini akan didapatkan beberapa manfaat : 1) Secara teoritis

Penelitian ini menambah khasanah keilmuan dan wawasan politik dan kenegaraan dalam PPKn, terutama mengenai pentingnya partisipasi warga negara dalam pemilu dalam kajian pendidikan politik dan kenegaraan.

2) Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Peserta didik/siswa, penelitian ini akan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya partisipasi politik dalam pemilu.

b. Lembaga sekolah, penelitian ini bisa memberikan masukan kepada sekolah dalam memberikan pemahaman kepada siswanya mengenai pentingnya partisipasi politik dalam pemilu.

(17)

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam wilayah kajian ilmu politik dan kewarganegaraan.

2. Ruang lingkup Subjek

Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA-IPS SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang menurut UU telah diakui sebagai pemilih pemula pada Pemilu 2014.

3. Ruang lingkup Objek

Obyek penelitian ini adalah pengaruh iklan politik di televisi terhadap sikap pemilih pemula pada pemilu 2014.

4. Ruang lingkup tempat

Ruang lingkup tempat atau wilayah kajian penelitian ini di SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Iklan

a. Pengertian Iklan

Secara umum iklan dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan dalam mengkomunikasikan, menarik perhatian dan membujuk sebagian atau seluruh masyarakat untuk mengambil tindakan dalam merespon ide, barang, atau jasa yang dipresentasikan.

Menurut Dewan Periklanan Indonesia (DPI) (2007: 16) “Iklan

merupakan pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.”

(19)

Junaedi (2013: 110) menjelaskan bahwa komponen-komponen dalam definisi tentang iklan yaitu :

a) Suatu bentuk komunikasi. Secara aktual, iklan dibentuk dengan sangat terstruktur dari komunikasi verbal maupun non verbal yang disusun untuk memenuhi format waktu dan ruang yang spesifik yang ditentukan oleh pihak sponsor.

b) Iklan diarahkan pada kelompok khalayak dan bukan ditujukan pada individu tertentu. Dikarenakan tujuan yang lebih mengarah pada kelompok inilah iklan lebih bersifat non personal atau merupakan bentuk dari komunikasi massa.

Junaedi (2013: 111) mengungkapkan bahwa “Iklan harus menggunakan medium untuk mencapai khalayak. Medium iklan adalah media yang dibayar oleh pemasang iklan untuk meletakan iklannya sehingga mampu menjangkau khalayak luas, dari medium inilah dikenal berbagai bentuk iklan yang digunakan, seperti iklan radio, televisi, koran, iklan luar ruang dan sebagainya.”

(20)

12

interpersonal. Iklan dilakukan melalui medium, sebagaiman yang disebutkan di atas.

b. Tujuan Iklan

Iklan dibuat dengan tujuan sebagai media untuk mendorong hard sell yang bagus. Untuk mencapai hal ini, secara minimal iklan harus mempunyai kekuatan untuk mendorong, mengarahkan, dan membujuk khalayak untuk mengakui kebenaran pesan dari iklan, dan secara maksimal dapat mempengaruhi kesadaran khalayak untuk mengkonsumsi produk dan jasa yang diiklankan.

Menurut Junaedi (2013: 113) tujuan iklan yaitu: a) Sebagai media informasi

Iklan ditujukan untuk menginformasikan suatu produk barang dan jasa kepada khalayak. Tidak hanya dalam produk tetapi juga hal lainnya.

b) Untuk Mempengaruhi konsumen

Iklan dapat mengarahkan konsumen untuk mengkonsumsi produk barang atau jasa tertentu, atau mengubah sikap agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengiklan.

c) Untuk mengingatkan konsumen

Iklan ditujukan agar konsumen selalu mengingat produk tertentu sehingga tetap setia mengkonsumsinya.

Adapun tujuan periklanan menurut Terence A. Shimp dalam Mahanani (2003:357) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi (Informing)

Iklan berfungsi menginformasikan mengenai ciri-ciri produk serta kegunaannya.membuat konsumen menyadari adanya produk.

2. Membujuk dan mempengaruhi (Persuading)

(21)

yang lebih sering, iklan berusaha iklan berusaha untuk membangun permintaan sekunder (Secondary Demand), yaitu permintaan terhadap merek dari produk perusahaan harus dapat membujuk konsumen untuk mencoba.

3. Mengingatkan (Reminding)

Iklan juga dapat menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan konsumen.

4. Memberikan nilai tambah (Adding Value)

Ada tiga cara utama bagaimana perusaahaan dapat menambah nilai bagi produk mereka, antara lain:

a) Melakukan inovasi meningkatkan kualitas dan menambah nilai bagi produk dan merek tertentu dengan mempengaruhi persepsi konsumen.

b) Iklan yang efektif menjadikan merek dipandang sebagai sesuatu yang elegan.

c) Lebih bergaya bahkaan mungkin lebih unggul dari merek lainnya yang ditawarkan dan pada umumnya dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih tinggi.

5. Mendampingi (Assisting other Company Effort)

Iklan hanyalah salah satu anggota atau alat dari tim atau bauran komunikasi pemasaran. Pada saat lainnya, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.

c. Fungsi Iklan

Menurut Rot Zoill melalui Rendra Widyatama (2007:147) menjabarkan fungsi iklan dalam empat fungsi. Keempat fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Fungsi Precipitation

Iklan berfungsi untuk mempercepat berubahnya suatu kondisi dari keadaan yang semula tidak dapat mengambil keputusan menjadi dapat mengambil keputusan. Sebagai contoh adalah meningkatkan permintaan, menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang sebuah produk.

b) Fungsi Persuasion

Iklan berfungsi untuk membangkitkan khalayak sesuai pesan yang diiklankan. Hal ini meliputi daya tarik emosi, menyampaikan informasi tentang ciri suatu produk, dan membujuk konsumen untuk membeli.

(22)

14

Iklan mampu meneguhkan keputusan yang telah diambil oleh khalayak.

d) Fungsi Reminder

Iklan mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap produk yang diiklankan.

Dendy (2010: 3) juga mengungkapkan ada lima fungsi periklanan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi atas produk

2. Membujuk atau mempengaruhi konsume untuk mengkonsumsi produk.

3. Memuaskan keinginan (orang ingin mengetahui kandungan gizi, vitamin atau suatu produk)

4. Merupakan alat konsumsi 5. Menjaring khalayak

d. Jenis Iklan

Secara garis besar, menurut Jefkins (1996: 39) iklan dapat di golongkan menjadi 6 (enam) kategori yaitu:

1. Iklan Konsumen. Terdapat dua macam barang yang umum di beli oleh konsumen yaitu barang konsumen (consumer goods) dan barang tahan lama (durable goods) semua barang tersebut diiklankan lewat media sesuai dengan lapisan sosial yang hendak dibidik.

2. Iklan Bisnis Kebisnis atau Iklan antar Bisnis. Kegunaan iklan ini adalah untuk mempromosikan barang dan jasa non konsumen, artinya iklan sama-sama perusahaan.

3. Iklan Perdagangan. Iklan ini memberikan informsi pada kalangan distributor, pedagang besar maupun pedagang kecil, agen dan eksportir/importir tentang barang-barang yang tersedia untuk dijual kembali. Iklan semacam ini menawarkan untuk memesan atau menanyakan informasi lebih lanjut, serta membantu para salesman lapangan untuk menghubungi pemilik stok barang.

(23)

5. Iklan Keuangan. Iklan keuangan meliputi iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi. Tujuan iklan keuangan adalah untuk menghimpun dana pinjaman dan menawarkan modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan saham, surat obligasi, surat utang atau dana pensiun.

6. Iklan Rekruitmen. Iklan jenis ini bertujuan merekrut calon pegawai dan bentuknya antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan pelamar atau iklan selebaran biasa.

Danial (2009: 93) “Iklan Politik. Iklan ini bertujuan untuk menekankan soal kontrol pesan politik kepada masyarakat dan partisipan melalui media sebagai saluran pesan politik.”

e. Media Iklan

Dalam menggunakan media iklan melalui tahap-tahap tertentu diantaranya adalah mengambil keputusan mengenai jangkauan, frekuensi dan dampak yang diinginkan, memilih diantara berbagai jenis media utama, memilih sarana media tertentu, memutuskan waktunya serta memutuskan alokasi media secara geografis.

Dalam media iklan menurut Widyatama (2007:76) adapun pembagian iklan menurut media yang digunakan, sebagai berikut:

1. Iklan lini atas (above the line).

Iklan yang sifat medianya lebih universal atau menyeluruh (massa), dimana lebih pada khalayak banyak yang tidak sling mengenal satu sama lain dan menerima terpaan pesan iklan yang serempak. Adapun media yang termasuk kategori lini atas yaitu: televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, dan media interaktif internet.

2. Iklan lini bawah (below the line)

(24)

16

leaflet, baliho, point of purchase, stiker, folder, dan masih banyak lagi.

Menurut Sumartono (2002:134), aspek artistik materi iklan yang disajikan sebaiknya, menterjemahkan secara optimal pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh pihak produsen dan pengiklan sehingga mampu membentuk kesan yang positif kepada khalayak sasaran yang dituju.

f. Komunikasi Periklanan

Periklanan merupakan sebuah proses komunikasi yang bertujuan membujuk orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan yang ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek, jadi iklan harus dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, orisinal, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasi para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.

(25)

1. Komunikator (Communicator, Source, Sender) adalahpengiklan ataupun produsen yang ingin mengiklankan produk marketnya kepada konsumen ataupun sasaran yang dituju.

2. Pesan (Message) adalah pesan yang ingin disampaikan kepada komunikan yang dikemas dalam bentuk iklan dan dibuat sangat menarik sehingga dapat menarik minat konsumen.

3. Media (Channel) adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini bisa media cetak atau media elektronik.

4. Komunikan (Receiver) adalah komunikan yang menerima pesan dari konsumen. Dalam iklan mereka adalah konsumen yang dituju oleh para produsen iklan.

5. Efek/Umpan Balik (Feedback) adalah seperangkat reaksi atau tanggapan komunikan setelah menerima pesan dari komunikator.

g. Pengaruh Iklan

Widyatama (2007: 156) mengemukakan bahwa begitu banyak terpaan iklan yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga tidak mustahil bahwa iklan sedikit banyak akan memberikan dampak kepada khalayak.

Efek yang didapat sangatlah beragam, mulai dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat. Beberapa pengaruh tersebut antara lain:

1. Pengaruh Ekonomi

(26)

18

Dampak psikologis yang ditimbulkan oleh iklan sangatlah beragam dari aspek kognitif dan afektif, baik secara individu maupun masal. Pengaruh psikologis yang terjadi dalam wilayah kognitif sapat menumbuhkan perhatian khalayak terhadap sesuatu yang lebih tinggi dibandingkan produk yang tidak melakukan iklan. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa perhatian dan persepsi konsumen sedikit banyak dipengaruhi oleh iklan.

3. Pengaruh Sosial Budaya

Pengaruh psikologis yang dihasilkan oleh iklan lambat laun akan mengkristal dan secara kolektif akan menajdi perilaku masyarakat secara umum. Perilaku masyarakat yang lebih umum ini pada gilirannya membentuk sistem nilai, gaya hidup, maupun standard budaya tertentu (termasuk mempengaruhi standard moral, etika dan estetika)

h. Cara Menyusun Penyampaian Periklanan

(27)

memperhatikan sebuah iklan. Biasanya mereka melihat iklan, mendengar iklan atau menyaksikan iklan secara sambil lalu saja.

Komunikasi yang efektif senantiasa ditentukan oleh perpaduan gambar dan kata-kata. Kata-kata selalu dipilih agar terkesan unik dan memikat, sehingga dapat memaksa untuk berhenti dan sejenak memahami maknanya. Pada dasarnya keseluruhan strategi pemasaran haruslah menetukan apa pesan yang harus disampaikan.

Kotler (2002: 63) mengatakan bahwa

Pesan yang efektif idealnya harus menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire) dan mengerakkan tindakan (action). Dari dua pendapat di atas, maka dapat diuraikan bahwa dalam memformulasikan pesan idealnya memerlukan pemecahan atas 4 (empat) masalah yaitu:

1. Apa yang Akan Dikatakan (Isi Pesan)

Dalam menentukan isi pesan yang terbaik, manajemen mencari daya tarik, tema, ide, atau usulan-usulan penjualan yang unik. Menurut Kotler (2002: 633) ada tiga jenis daya tarik:

a. Daya Tarik Rasional. Daya tarik rasional menunjukkan minat seseorang, menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat seperti yang dikatakannya.

(28)

20

c. Daya Tarik Moral. Daya tarik moral diarahkan pada perasaan audiens tentang apa yang benar dan tepat. Daya tarik moral sering digunakan untuk mendorong orang mendukung masalah-maslah sosial.

2. Bagaimana Mengatakan Secara Logis (Struktur Pesan)

Efektivitas suatu pesan tergantung pada struktur dan isi pesan. Penelitian Hovlan di Universitas Yale menyoroti isi pesan dan hubugannya dengan penarikan kesimpulan, argumen sepihak (one-sided argument) versus argument dua pihak (two-sided arguments) serta urutan penyajian.

Kotler (2003: 635) mengatakan bahwa:

“Argumen sepihak hanya menyajikan keunggulan-keunggulan produk dari sebuah perusahaan atau dengan kata lain pengiklan membuat kesimpulan bagi audiens, sedangkan argumen dua pihak menyajikan keunggulan dan kekurangan dari sebuah produk perusahaan sehingga mengaharuskan audiens membuat kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam struktur pesan yang terpenting adalah bagaimana mengatakan secara logis.”

Menurut Mowen (2001: 425) “struktur pesan mengacu pada bagaimana isi pesan disusun, salah satu isu utama dalam bidang ini adalah menempatkan informasi yang penting dan beberapa kali bagian penting dari informasi yang harus diulang.”

Adapun uraiannya sebagai berikut: a. Pengaruh Utama dan Resensi.

(29)

pengaruh resensi terjadi apabila materi diakhir pesan sangat berpengaruh.

b. Pengaruh Repetisi.

Terlalu banyak repetisi dapat meningkatkan sikap negative konsumen terhadap pesan. Pengaruh ini dikenal sebagai keusangan iklan. Tetapi teori dua faktor menyatakan bahwa dua proses psikologis yang berbeda terjadi seperti orang menerima pesan-pesan repetitive. Pada salah satu proses, repetisi pesan dapat mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan proses pembelajaran tentang rangsangan yang kemudian menghasilkan tanggapan positif.

Dalam proses lainnya rasa bosan akan meningkat setiap kali dilakukan repetisi dan hal ini akan membuat penerima bereaksi secara negatif terhadap iklan. Teori dua faktor menyatakan bahwa untuk menghindari kebosanan konsumen, komunikator harus membuat sedikit variasi iklan pada setiap repetisi.

(30)

22

(isyarat non verbal) harus direncanakan terlebih dahulu. Jika disampaikan melalui produk atau kemasannya, maka komunikator harus memperhatikan warna, tekstur, aroma, ukuran, dan bentuk.

Kotler (2003: 635) “elemen-elemen seperti ukuran, warna, dan ilustrasi iklan menghasilkan perbedaan terhadap dampak iklan maupun biaya-biayanya. Sedikit penataan ulang atas elemen-elemen mekanis dalam iklan dapat meningkatkan kemampuan untuk menarik perhatian.”

4. Siapa yang Seharusnya Mengatakan (Sumber Pesan)

Sumber pesan adalah individu atau karakter yang menyampaikan pesan. Pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik atau terkenal akan lebih menarik perhatian dan mudah diingat. Itulah sebabnya pengiklan sering menggunakan orang-orang terkenal sebagai juru bicara. Jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap sumber pesan, atau sikap negatif terhadap sumber pesan, maka terjadilah keadaan kongruen (state of kongruity) perubahan sikap akan terjadi searah dengan bertambahnya jumlah kesesuaian.

(31)

terhadap audiens sasaran), dan sangat sesuai dengan produk tersebut.”

2. Iklan Politik di Televisi a. Definisi Iklan Politik

Iklan politik secara singkat dideskripsikan sebagai penyiaran yang bersifat informatif dan persuasif dengan tujuan untuk meraih pemberi suara dan memberikan pilihan politik yang meliputi partai politik, kandidat dan program. Tujuan yang ingin dicapai oleh siaran ini tidak hanya untuk menaikkan popularitas kandidat tetapi lebih kepada untuk membuat pemberi suara mau memilih kandidat yang menjadi sponsor dari iklan.

Menurut Kaid dan Holtz-Bacha dalam Danial (2009: 93) “iklan politik didefinisikan sebagai suatu pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui berbagai saluran yang didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari seseorang, partai, kelompok, pemerintah atau suatu organisasi.”

(32)

24

Scammell and Langer (2006: 5) “iklan dalam kampanye politik merupakan dokumentasi kenyataan dari kekuasaan politik persuasif modern.”

Persuasif di sini dapat dijelaskan sebagai manipulasi dari simbol oleh suatu pihak dengan usaha untuk membuat perubahan tertentu terhadap pihak lainnya. Demikian juga dengan iklan politik yang berusaha untuk merayu pemilih untuk memilih kandidat atau partai.

Wasesa (2011: 1) “iklan politik yang menarik setidaknya dapat dilihat dari keberhasilannya yang sukses menghadirkan tiga hal yaitu inspirasi bagi konsumen atau pemilih, keterlibatan antara kandidat atau partai dengan pemilih serta penghargaan.”

Penghargaan di sini merupakan kesuksesan yang salah satu indikatornya dapat tercermin dari hasil polling. Keberhasilan kampanye politik juga tidak terlepas dari iklan politik saja.

Wasesa (2011: 1) menjelaskan bahwa “upaya branding perlu dilakukan agar membuat persepsi pemilih sesuai dengan tujuan dari kampanye politik.”

(33)

dinilai merupakan bentuk kecurangan kepada masyarakat karena lewat iklan itu masyarakat tak dapat menilai kapasitas seseorang.

b. Tujuan Iklan Politik

Rahman (2009) mengatakan bahwa “tujuan iklan politik adalah mempersuasi dan memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu.”

Untuk mencapai tujuan tersebut iklan politik tampil impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidat (menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah kandidat lakukan (pengalaman dan track record kandidat, bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu (issues position) dan kandidat mewakili siapa (group ties). Isi (content) iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang diangkat (policy position), kualitas kepemimpinan (character), kinerja (track record-nya) dan pengalamannya. Iklan politik, sebagaimana dengan iklan produk komersial yang tak hanya memainkan kata-kata (word), tetapi juga, gambar, suara dan musik. Iklan politik khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan strategis dalam political ma rketing.”

Riset Falkowski & Cwalian dan Kaid dalam Nursal (2004: 256) menunjukkan, iklan politik bertujuan untuk beberapa hal berikut:

(34)

26

b) Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.

c) Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan. d) Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu. e) Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional.

f) Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan event-event politik.

c. Pengaruh Iklan Politik

Iklan politik sebenarnya mempunyai kesamaan dengan iklan dalam dunia bisnis. Secara pragmatis, keduanya saling bertaut dan bahkan memiliki target yang sama, yakni didapatnya respons positif dari publik. Jika dalam dunia industri iklan diproyeksikan untuk peningkatan profit dari produk yang ditawarkan maka iklan politik bertujuan memperoleh suara sebanyak mungkin dalam pemilu.

Linda Kaid dalam Putra (2007: 24) menjelaskan “ada tiga pengaruh

iklan politik di televisi terhadap para pemilih, yakni pengetahuan pemilih, persepsi terhadap kontestan, dan preferensi pilihan.”

(35)

Pengaruh kedua adalah efek pada evaluasi kandidat atau kontestan. Iklan politik televisi memberi dampak signifikan terhadap tingkat kesukaan terhadap kontestan atau kandidat, khususnya terhadap policy serta kualitas kandidat yang meliputi kualitas instrumental, dimensi simbolis dan karakter verbal dan nonverbal. Dampak tersebut bisa negatif dan bisa pula positif. Tingkat pengaruh tersebut tergantung pada konsep kreatif, eksekusi produksi, dan penempatan iklan politik tersebut.

Pengaruh ketiga adalah preferensi pilihan. Berbagai studi eksperimental menunjukkan, iklan politik mempunyai pengaruh terhadap preferensi pilihan, khususnya bagi pemilih yang menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Variabel penting yang mempengaruhi preferensi tersebut adalah formasi citra dan tingkat awareness para pemilih terhadap kontestan. Pemilih yang keteriibatannya dalam dunia politik rendah lebih mudah dipengaruhi oleh iklan politik dibandingkan pemilih yang keterlibatannya lebih tinggi.

Nursal (2004: 234) menjelaskan beberapa tahap respon pemilih terhadap stimulasi iklan politik:

(36)

28

b) Knowledge, yaitu ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun presentasi. Unsur-unsur itu akan diinterpretasikan sehingga membentuk makna politis tertentu dalam pikiran pemilih. Dalam pemasaran produk komersial, tahap ini disebut juga sebagai tahap pembentuk brand association dan perceived quality.

c) Liking, yaitu tahap di mana seorang pemilih menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya.

d) Preference, tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik sebuah kontestan tidak dapat dihasilkan secara lebih memuaskan oleh kontestan lainnya. Dengan demikian, pemilih tersebut memiliki kecenderungan unluk memilih kontestan tersebut.

e) Conviction, pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu.

3. Sikap

a. Pengertian Sikap

Secara umum sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.

Menurut Berkowitz dalam Saiffudin Azwar (2013:4) “sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.”

(37)

Sedangkan menurut Secord Backman dalam Saiffudin Azwar (2013:5) “mendefinisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan

(afektif), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konatif) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”

Dari definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten).

b. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto dalam Notoadmodjo (2003: 34) adalah:

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

(38)

30

berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

c. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2013: 23) sikap terdiri dari 3 komponen yaitu pemikiran (kognitif), perasaan (afektif), dan predisposisi tindakan (konatif) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

(39)

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2013: 30) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor emosioal.

a) Pengalaman pribadi, pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

(40)

32

tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d) Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f) Faktor emosional, kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

4. Pemilih Pemula

Pemilih pemula merupakan kelompok muda yang baru akan mempunyai pengalaman pertama kali di dalam mnecoblos menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014.

(41)

Menurut M. Rusli dalam Tubagus (2012:102) menyatakan bahwa “pemilih pemula merupakan warga negara Indonesia yang belum memiliki pengalaman sama sekali mecoblos tanda gambar organisasi politik”.

Ahmadi (2004: 124) mengatakan bahwa “di negara berkembang seperti Indonesia masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai kematangan secara psikologis. Sehingga emosinya masih kurang stabil dan masih mudah terpengaruh dan goyah pendiriannya.”

Pemilih pemula sebagai target untuk dipengaruhi karena dianggap belum memiliki pengalaman voting pada pemilu sebelumnya, jadi masih berada pada sikap dan pilihan politik yang belum jelas. Pemilih pemula yang baru mamasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana harus memilih. Sehingga, terkadang apa yang dipilih tidak sesuai dengan yang diharapkan.

5. Pemilihan Umum

a. Pengertian Pemilihan Umum

(42)

34

Tricahyo (2009: 6) mengatakan bahwa “secara universal Pemilihan Umum adalah instrumen mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang absah serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat.”

Sedangkan menurut Soedarsono (2005 :1) Pemilihan umum adalah syarat minimal bagi adanya demokrasi dan diselenggarakan dengan tujuan memilih wakil rakyat, wakil daerah, presiden untuk membentuk pemerintahan demokratis”.

Dalam perkembangannya penentuan siapa yang akan menduduki pejabat pemerintahan dalam hal ini Kepala Negara dan Kepala Daerah, setiap negara dipengaruhi oleh sistem politik yang dianut, sistem Pemilu, kondisi politik masyarakat, pola pemilihan, prosedur-prosedur dan mekanisme politik. Dalam sistem politik yang demokratis, pencalonan dan pemilihan pejabat pemerintahan.

Pemilu di Indonesia dilakukan dengan rentang waktu 5 tahun sekali dan di selenggarakan oleh suatu komisi independent, di kenal dengan nama Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai mana tercantum dalam pasal 15 (ayat 1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2003 tentang pemilihan umum yang menjelaskan bahwa “ Pemilu di

(43)

Definisi di atas menjelaskan bahwa pemilihan umum merupakan isntrumen untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, membentuk pemerintahan yang absah serta sebagai sarana mengartikulasi aspirasi dan kepentingan rakyat. Negara Indonesia mengikutsertakan rakyatnya dalam rangka penyelenggaraan negara. Kedaulatan rakyat dijalankan oleh wakil rakyat yang duduk dalam parlemen dengan sistem perwakilan (representative democracy) atau demokrasi tidak langsung (indirect democracy). Wakil-wakil rakyat ditentukan sendiri oleh rakyat melalui Pemilu (general election) secara berkala agar dapat memperjuangkan aspirasi rakyat.

b. Dasar Hukum

Dasar hukum penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan umum Kepala Daerah serta Wakil Kepala Daerah secara langsung adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tentang penyelenggara pemilu dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(44)

36

c. Asas-Asas Pemilu

Menurut pasal 2 Undang- Undang No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan umum anggota dewan perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah “pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.”

a. Langsung berarti rakyat (pemilih) mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

b. Umum berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial.

(45)

dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

d. Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan papun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.

e. Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/ pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

f. Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai politik peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

B. Kerangka Pikir

(46)

38

dan program yang ditawarkan kepada masyarakat yang jika dipilih dan dipercaya untuk mengemban amanah dan kekuasaan, akan dijalankan dengan baik.

Iklan politik berpengaruh dari slogannya yang mudah diingat, visi misinya yang sesuai dan dianggap cocok dengan tujuan hidup bernegara, karena kharisma kandidat, karena biografi dan prestasi kandidat yang sepak terjangnya sudah jelas. Selain itu juga dibumbui oleh aktor-aktor yang terlibat dalam konten iklan politik. Dari sinilah khalayak bisa mengenal dan menilai iklan politik dari kandidat kemudian terpengaruh dan menyukai iklan politik dan kandidat tersebut yang diiklankan.

Proses penyampaian pesan iklan politik secara sugestif dan konstruktif melalui televisi akan menggerakkan pengetahuan, opini, perasaan, tindakan dan sikap, baik secara sadar ataupun tidak terhadap keputusan akhir yang dipilihnya. Artinya bahwa pesan-pesan sugestif-informatif yang secara kontinyu diberikan akan menjadi sumber pengaetahuan (stock of knowledge) dan memberi dasar kognitif, afektif, dan konatif pemilih dalam

menilai suatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap politik tertentu.

(47)

Gambar 2.1: Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:

1. Ho: Ƥ = 0 tidak ada pengaruh iklan politik di televisi terhadap sikap pemilih pemula pada Pemilu 2014.

2. Ha: Ƥ≠ 0 ada pengaruh iklan politik di televisi terhadap sikap pemilih pemula pada Pemilu 2014.

Iklan Politik di Televisi (X) 1. Isi Pesan

2. Struktur Pesan 3. Sumber Pesan

Sikap Pemilih Pemula Pada

Pemilu 2014 (Y)

(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, dan memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah. Adapun dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif korelasional dengan jenis penelitian ex post facto, penelitian ini bertujuan menggambarkan dan memaparkan secara tepat keadaan yang terjadi saat ini secara sistematis dan menuntut untuk dicarikan jawabannya.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang dijadikan objek penelitian yang diperoleh dari observasi awal di SMA N 1 Seputih Raman.

Tabel 3.1: Jumlah siswa yang termasuk pemilih pemula kelas XI IPA- IPS SMAN 1 Seputih Raman tahun ajaran 2013-2014

No Kelas Jumlah Siswa Siswa yang Termasuk Pemilih Pemula

1 XI IPA 1 27 Siswa 17 Siswa

2 XI IPA 2 27 Siswa 14 Siswa

3 XI IPA 3 27 Siswa 15 Siswa

4 XI IPA 4 27 Siswa 8 Siswa

6 XI IPS 1 39 Siswa 21 Siswa

(49)

8 XI IPS 3 40 Siswa 19 Siswa

9 XI IPS 4 39 Siswa 24 Siswa

Jumlah Siswa 265 Siswa 140 Siswa Sumber: Data Tata Usaha SMAN 1 Seputih Raman

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2011: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Menurut Arikunto (2010:144) “apabila subyek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih”.

3. Teknik Sampling

Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian ini adalah teknik sampling alokasi proporsional (proportionate random sampling). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 1 Seputih Raman yang telah tercatat sebagi pemilih Pemula yang berjumlah 140 siswa.

Berdasarkan jumlah populasi sebesar 140 siswa, sehingga peneliti mengambil sampel 20 % dari 140 siswa dengan perincian sebagai berikut:

X R

100 20

(50)

42

Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian di SMA N 1 Seputih Raman No Kelas Siswa yang Termasuk

Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang telah tercatat sebagai pemilih pemula adalah 140 siswa dan sampel yang akan di ambil berjumlah 28 siswa.

C. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu: 1. Variabel (X): Iklan Politik di Televisi

2. Variabel (Y): Sikap Pemilih Pemula pada Pemilu 2014

2. Definisi Konseptual Variabel

(51)

a) Iklan politik di televisi sebagai suatu bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan partai politik, tokoh politik dan program partai politik melalui media televisi kepada khalayak.

b) Sikap pemilih pemula merupakan kecenderungan keyakinan dan rasa suka dari pemilih pemula terhadap suatu objek dalam bentuk sikap yang positif atau negatif.

3. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Iklan Politik di Televisi

Iklan politik di televisi adalah persepsi pemilih pemula tentang informasi partai politik, tokoh politik dan program partai politik di dalam media televisi. Yang diukur melalui skor berdasarkan indikator isi pesan, struktur pesan, dan sumber pesan.

b) Sikap Pemilih Pemula

(52)

44

D. Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik scoring pada alternatif jawaban dalam lembaran angket yang disebar ke responden.

1. Tipe Iklan Politik di Televisi diukur dengan menggunakan angket tertutup. Indikator pengukuran meliputi isi pesan, struktur pesan, sumber pesan Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b, dan c yang meliputi :

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga); b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua); c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu).

2. Pengamalan sikap pemilih pemula pada Pemilu 2014 diukur dengan menggunakan angket tertutup. Indikator pengukuran meliputi Afektif, Kognitif, Konatif. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b, dan c yang meliputi :

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga) b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua) c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pokok

Angket

(53)

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket. Angket atau kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang secara tertulis yang terdiri dari item-item pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian dan akan dijawab oleh responden penelitian. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup yaitu item-item dari pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden. Angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan berupa angka yaitu berbentuk skor nilai, tujuannya untuk memperoleh data utama yang kemudian data tersebut akan dianalisis.

2. Teknik Penunjang a. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian untuk melengkapi data primer. Data tersebut antara lain jumlah siswa, fasilitas sekolah, keadaan sekolah, maupun data lain yang menunjang penelitiaan.

b. Teknik Wawancara

(54)

46

digunakan untuk memperoleh data dasar dalam membuat pendahuluan.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu tindakan yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011: 363) “validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada

obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Dengan demikian untuk menentukan validitas isi, akan dilihat dari bentuk dan susunan soal pre tes, pos tes, dengan cara konsultasi dengan pembimbing dan diadakan perbaikan. Berdasarkan pendapat diatas validitas merupakan tingkat kepercayaan dan kekuatan instrumen penelitian yang dilakukan.

2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan alat ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Pendapat Suharsimi Arikunto (2010:221) bahwa “reliabilitas adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.

(55)

a. Menyebarkan angket dan tes untuk uji cobakan kepada 10 orang diluar responden.

b. Untuk menguji reliabilitas angket dan tes digunakan teknik belah dua atau ganjil genap.

c. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan Korelasi Product Moment yaitu:

a) Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu:

� = Koefisien reliabilitas seluruh tes

��� = Koefisien korelasi item x dan y

(56)

48

0.90 – 1.00 = Reliabilitas tinggi. 0.50 – 0.89 = Reliabilitas sedang. 0.0 – 0.49 = Reliabilitas rendah.

G. Pelaksanaan Uji Coba Angket a. Analisis Uji Validitas Angket

Untuk menguji coba validitas angket peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengukur data dalam penelitian ini.

b. Analisis Uji Reliabilitas Angket

Sebuah alat ukur dinyatakan dengan baik, apabila ia mempunyai reliabilitas yang baik pula, yaikni ketepatan alat ukur. Hal ini dimaksudkan bahwa ketepatan alat ukur ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan layak dan tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan uji coba angket kepada beberapa 10 orang di luar responden. Dimana hasil uji coba angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3: Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (X)

No Nomor Item Ganjil (X) Skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

1 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3 25

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 26

3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 2 25

(57)

5 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 21

6 3 1 2 2 2 3 1 2 3 2 21

7 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 26

8 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 25

9 2 2 3 2 2 2 2 3 3 1 22

10 2 2 3 2 1 2 1 2 3 2 20

239

Berdasarkan data pada tabel 3.2 diketahui = 239 yang merupakan hasil penjumlahan skor uji coba angket kepeda sepuluh orang diluar responden dengan indikator item ganjil.

Tabel 3.4: Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden di luar Sampel Untuk Item Genap (Y)

No Nomor Item Genap (Y) Skor

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 22

2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 1 21

3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 24

4 2 2 2 3 3 2 3 3 1 3 24

5 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 18

6 1 3 3 1 1 1 2 3 2 1 18

7 3 3 3 2 2 1 2 3 3 1 23

8 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 23

9 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 15

10 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 20

208

(58)

50

Hasil penjumlahan ini akan digunakan dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas instrumen penelitian.

Tabel 3.5: Tabel Kerja Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y) dari Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Di Lur

(59)

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasi reliabilitas seluruh item menggunakan rumus Sperman Brown, sebagai berikut:

xy

Berdasarkan hasil pengelolaan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut :

(60)

52

0, 00 – 0, 49 : reliabilitas rendah

Maka hasil uji coba angket mengenai pengaruh iklan politik di televisi terhadap sikap pemilih pemula pada Pemilu 2014 (studi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Seputih Raman) memiliki reliabilitas tinggi yaitu 0.9 sehingga angket tersebut layak digunakan.

H. Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yaitu:

1. Menentukan klasifikasi skor dengan menggunakan rumus interval, yaitu:

I =

��–��

Keterangan: I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NT = Nilai Terendah K = Kategori

2. Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase digunakan rumus sebagai berikut:

P =

(61)

Keterangan:

P = Besarnya presentase

F = Jumlah skor yang diperoleh diseluruh item N = Jumlah perkalian seluruh item dengan responden 3. Pengujian Hipotesis secara sendiri-sendiri

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga, yaitu potensi dan aktualisasi diri terhadap minat siswa menjadi pengurus osis digunakan statistik t dengan model regresi linier sederhana, yaitu:

=

a + bX

=

( ) ( 2) − ( ) ( )

� 2 ( )2

=

� − ( ) ( )

� ( 2) ( )2

Keterangan:

= Subyek dalam variabel yang diprediksikan

X = Subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu a = Nilai intercept (konstanta) harga Y jika X = 0

b = Koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan atau penurunan variabel Y.

Setelah menguji hipotesis regresi linier sederhana dilanjutkan dengan uji signifikan dengan rumus sebagai berikut:

t

0 =

Keterangan:

(62)

54

b = Koefisien arah regresi Sb = Standar deviasi

Kriteria penguji hipotesis yaitu:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan jika thitung < ttabel maka H0 diterima.

(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka didapat kesimpulan bahwa berdasarkan perolehan presentase menyatakan iklan politik di televisi cukup menarik sebesar 64,28% responden. Jadi iklan politik di televisi cukup efektif dalam menggerakkan dan mempengaruhi sikap politik pemilih pemula untuk dapat mengikuti Pemilu pada tahun 2014. Kondisi di atas didukung oleh pengetahuan pemilih pemula terhadap isi pesan, struktur pesan, dan sumber pesan iklan politik di televisi yang cukup aplikatif dan efektif dalam mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan konatif para pemilih pemula. Berdasarkan idikator kognitif, afektif, dan konatif sikap pemilih pemula berada pada kategori cukup baik dengan perolehan presentase 57,14%.

(64)

80

Indonesia. Sehingga, tidak saja memberikan hasil yang memuaskan tetapi juga memberikan penerimaan dari semua kalangan terutama pemilih pemula.

B. SARAN

Setelah peneliti menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kualitas dan kuantitas pesan dalam iklan politik di televisi harus selalu menampilkan segmen khusus bagi pemilih pemula secara beriringan dan mampu membangun “image building” secara masif dan terarah

dengan karakter masing-masing partai politik misalnya salah satu iklan politik di televisi dalam memberikan harapan atau janji-janji politiknya harus menampilkan para artis muda yang memang banyak digemari oleh pelajar dan mahasiswa. Hal ini akan sangat efektif untuk menarik simpati dan dukungan pada pemilih pemula melalui iklan politik di televisi.

2. Bagi setiap pemilih pemula harus menggunakan hak politiknya dan tidak sia-siakan momentum Pemilu dan menentukan sikap politiknya karena menjadi bagian untuk menentukan massa depan bangsa Indonesia.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saiffudin. 2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengkurannya. Yogyakarta. : Pustaka Pelajar

Burton, Graeme. 2008. Media dan Budaya Populer. Penyadur: Alfathri Adlin. Yogyakarta: Jalasutra.

Danial, Ahmad. 2009. Iklan Politik Televisi Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru.Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.

Dendy, Bharata. 2010. Ayo Bikin Iklan Memahami Teori & Praktek Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Dewan Periklanan Indonesia (EPI). 2007. Etika Pariwara Indonesia Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia. Jakarta: EPI.

Diharjo, Sumartono Mulyo.2002. Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Fadilah, Putra. 2007. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar.

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (POD). Jakarta: Granit.

Jefkins, Peter & Olso, J.C. 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi 4, Jilid 2. Terjemahan oleh Damos Sihombing. 2000. Jakarta: Erlangga. Junaedi, Fajar. 2013. Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi, dan Strategi di

Indonesia. Yogyakarta: Buku Litera

(66)

. 2003. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,

Implementasi, dan Pengendalian. Edisi Milenium, Jilid 1Jakarta: PT. INDEKS.

Mahanani, Nurcahyo. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Mowen, J.C & Minor. SM. 2001. Perilaku Konsumen Edisi Kelima Jilid 2. Terjemahan oleh Yahya Dwi Kartini. Jakarta: Erlangga.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursal, Adman. 2004. Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD. Jakarta: PT. Gramedia.

Rahman, H.I, A. 2009. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu.

Rohmat. (2013, 14 Februari). Diakses tanggal 26 Maret 2014. Dikutip dari website http://economy.okezone.com/nilai-belanja-iklan-politik-capai-rp12-5-triliun.

Scammell, Margaret dan Langer. 2006. Political Advertising Why Is It So Boring? Media, Culture & Society.

Soedarsono. 2006. Mahkamah Konstitusi Sebagai pengawal Demokrasi, Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilu Oleh Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Sudianto Agus dan Mudah. 2014. Undang-Undang Pemilu, Klaten: PT. Hafamira. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tricahyo, Ibnu. 2009. Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal. Malang: Intrans Publishing.

Tubagus. 2012. Pemilih Pemula 2014. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Wasesa, Silih Agung. 2011 Political Branding & Public Relations. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Tabel 1.1 : Jumlah siswa yang termasuk pemilih pemula kelas XI IPA-
Gambar 2.1: Kerangka Pikir
Tabel 3.1: Jumlah siswa yang termasuk pemilih pemula kelas XI IPA-              IPS SMAN 1 Seputih Raman tahun ajaran 2013-2014
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian di SMA N 1 Seputih Raman
+3

Referensi

Dokumen terkait