• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN SIFAT MEKANIS BETON DENGAN DAN TANPA PERKUATAN GFRP DAN TYFO SW EPOXY (UNDERWATER) (THE STUDY OF COMPARISON MECHANICAL CHARACTERISTIC OF CONCRETE WITH AND WITHOUT STRENGHTENING OF GFRP AND TYFO SW EPOXY (UNDERWATER))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN SIFAT MEKANIS BETON DENGAN DAN TANPA PERKUATAN GFRP DAN TYFO SW EPOXY (UNDERWATER) (THE STUDY OF COMPARISON MECHANICAL CHARACTERISTIC OF CONCRETE WITH AND WITHOUT STRENGHTENING OF GFRP AND TYFO SW EPOXY (UNDERWATER))"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

LENI PUSPA MELIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN SIFAT MEKANIS BETON DENGAN DAN TANPA PERKUATAN GFRP

DAN TYFO SW EPOXY (UNDERWATER)

Oleh

Leni Puspa Meliani

Kerusakan seperti keroposnya tiang pancang dermaga kerap terjadi pada

konstruksi-konstruksi bawah air seperti bangunan pinggir pantai. Perkuatan tiang

pancang beton bawah air dengan GFRP dan epoxy underwater adalah salah satu

solusi kerusakan pada bangunan demaga, dengan cara meningkatkan/

mengembalikan kekuatan tiang pancang dan menambah masa layan dari struktur

dermaga tersebut.

Benda uji yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 40 sampel silinder beton

(d=150 mm dan h=300 mm). Dua puluh sampel silinder untuk uji kuat tekan dan

modulus elastisitas beton serta 20 sampel silinder untuk uji kuat tarik belah beton.

Perlakuan pada sampel yaitu perkuatan dengan GFRP 1 layer, 2 layers dan 3

layers.

Persentase peningkatan kuat tekan pada perkuatan dengan GFRP 1 layer, 2 layers

dan 3 layers berturut-turut yaitu 41,7%, 77,85% dan 192,6% terhadap beton tanpa

(3)

dan epoxy underwater terjadi peningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah yang

signifikan. Nilai modulus elastisitas (Ec) rata-rata dial gauge/modulus tanpa GFRP

dan dengan perkuatan GFRP 1 layer, 2 layers dan 3 layers, berturut-turut yaitu

32753,71 MPa, 12438,51 MPa, 52946,20 MPa dan 50151,52 MPa. Maka

disimpulkan hasil pengujian modulus elastisitas tidak sesuai harapan yaitu

(4)

ABSTRACT

THE STUDY OF COMPARISON MECHANICAL CHARACTERISTIC OF CONCRETE WITH AND WITHOUT STRENGHTENING OF

GFRP AND TYFO SW EPOXY (UNDERWATER)

By

Leni Puspa Meliani

The damage of concrete structures such as the porous of dock piling, often occur

on underwater constructions such as buildings on the beach. The strengthening of

underwater concrete piles with GFRP and epoxy underwater is one solution for

dock damage, by improving/restoring load capacity of poles and increasing the

service life of pier structures.

The specimens used in this study consisted of 40 cylinders (d = 150 mm and h =

300 mm). Twenty cylindrical samples used for compressive strength and modulus

of elasticity test as well as 20 samples used for splitting tensile strength test. The

variations of GFRP strengthening in this research were 1 layer, 2 layers and 3

layers.

Persentage of increment of compressive strength test of GFRP strengthening for 1

layer, 2 layers and 3 layers compare to concrete without GFRP were 41.7%,

(5)

conclusion is the cylinders strengthened by GFRP and epoxy underwater can

increase compressive strength and splitting tensile strength significantly. The

average modulus of elasticity (Ec) dial gauge/modulus without GFRP and GFRP

strengthening for 1 layer, 2 layers and 3 layers were 32753.71 MPa, 12438.51

MPa, 52946.20 MPa and 50151.52 MPa respectively. It shows that the test result

do not appropriate with the hypothesis which the cylinders strengthened by GFRP

(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR NOTASI... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian... 2

D. Batasan Masalah... 3

E. Manfaat Penelitian... 3

II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton... 4

B. Tyfo Fibrwrap Systems... 5

C. Aplikasi GFRP pada Beton... 14

D. Penelitian Terdahulu... 16

E. Perhitungan Kuat Tekan, Modulus Elastisitas dan Kuat Tarik Belah... 19

III METODE PENELITIAN A Pengumpulan Data... 21

(9)

C Alat... 25

D Pelaksanaan Penelitian... 28

E Analisis Penelitian... 38

F Bagan Alir Penelitian... 39

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Kuat Tekan Beton... 41

B Kuat Tarik Belah Beton... 52

C Modulus Elastisitas Beton... 60

D Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah... 65

V KESIMPULAN DAN SARAN A KESIMPULAN... 68

B SARAN... 70

DAFTAR PUSTAKA

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan struktur dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah kesalahan saat perencanaan, kesalahan saat proses konstruksi, dan

kerusakan elemen struktur pada suatu konstruksi. Untuk menanggulangi

faktor-faktor penyebab kerusakan struktur tersebut dibutuhkan perkuatan

struktur. Beberapa metode perkuatan pun terus berkembang.

Salah satu metode perkuatan struktur adalah perkuatan struktur dengan FRP

(Fibre Reinforced Polymer). Metode perkuatan dengan FRP ini diaplikasikan

bersama dengan epoxy. Epoxy adalah perekat yang berfungsi merekatkan

FRP dengan bahan lain seperti beton, baja, pipa dan lain-lain.

FRP adalah material komposit berbentuk seperti lembaran kain anyaman yang

fleksibel dan memiliki kekuatan hampir 10 kali kekuatan baja biasa, FRP

berfungsi menambah kekuatan di bagian tarik dari suatu struktur.

FRP memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah tahan terhadap korosi,

memiliki berat yang cukup ringan (hampir ¼ dari berat baja), mudah

diaplikasikan di tempat yang sempit, mengurangi penggunaan scaffolding dan

(11)

deformasi yang besar serta dapat digunakan dengan dimensi dan geometri

yang tak terbatas. Dengan penggunaan bahan FRP dan epoxy tersebut

memungkinkan adanya peningkatan kekuatan dari elemen struktur, sehingga

masa layan dari sebuah konstruksi dapat diperpanjang. FRP dibagi

berdasarkan jenis bahan yaitu glass, carbon dan aramid. Bahan yang terbuat

dari glass yaitu GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer).

B. Rumusan Masalah

Konstruksi-konstruksi bawah air seperti bangunan pinggir pantai kerap

mengalami kerusakan seperti keroposnya tiang pancang dermaga. Perkuatan

tiang pancang beton bawah air dengan GFRP dan epoxy underwater dapat

menjadi solusi kerusakan pada bangunan dermaga, dengan cara

meningkatkan/mengembalikan kekuatan tiang pancang dan menambah masa

layan dari struktur dermaga tersebut.

Untuk pendekatan/penyederhanaan dari kondisi tiang pancang berbentuk

silinder di lapangan, maka dibuat sampel silinder yang diperkuat dengan

GFRP pada kondisi di laboratorium, kemudian dilakukan uji tekan dan tarik

belah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Membandingkan kekuatan beton bawah air sebelum dan setelah diperkuat

(12)

2. Pada beton bawah air dilakukan uji tekan, uji tarik belah dan uji modulus

elatisitas untuk mengetahui peningkatan kuat tekan dan kuat tarik belah

serta nilai modulus elatisitas.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan yang digunakan untuk perkuatan struktur adalahGFRP tipe

SEH-51A dan Tyfo SW-1 (epoxy underwater) yang diproduksi oleh Fyfe Co.

2. Pada penelitian ini dibuat 40 sampel silinder dimana 10 sampel

diperuntukkan bagi masing-masing perlakuan. Perlakuan tersebut

dintaranya sebelum ditambah GFRP, penambahan GFRP 1 layer, 2 layers

dan 3 layers. Pemasangan GFRP dilakukan saat umur beton 21 hari.

Pemasangan GFRP ini dilakukan di dalam air.

3. Pengujian yang dilakukan adalah uji tekan, uji tarik belah dan uji modulus

elastisitas. Pengujian dilakukan pada umur beton 36 sampai 50 hari.

E. Manfaat Penelitian

Maanfaat penelitian ini adalah:

1.Mengetahui pengaruh perkuatan GFRP dan epoxy underwater pada beton

bawah air.

2.Memberikan informasi tentang hasil penelitian kepada pihak Fyfe co.

sebagai sponsor pada penelitian ini yang menyediakan GFRP dan epoxy

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik lain,

agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran

tambahan yang membentuk massa padat.

Beton memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu:

1. Harga relatif murah

2. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi

3. Adukan beton mudah diangkut dan dicetak dalam bentuk yang diinginkan

4. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu untuk

memikul beban yang berat

5. Dalam pelaksanaannya adukan beton dapat disemprotkan atau dipompakan

ke tempat tertentu yang cukup sulit

6. Biaya perawatan yang cukup rendah

Beton juga memiliki beberapa kelemahan diataranya yaitu:

1. Kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak dengan demikian perlu

(14)

2. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat perluasan

sendi (expansion joint) untuk struktur yang panjang

3. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna

4. Beton bersifat getas (tidak daktail)

B. Tyfo®Fibrwrap®Systems

Tyfo® fibrwrap® systems adalah one stop solution yang diberikan oleh Tyfo

berupa sistem yang mencakup desain, material, aplikasi dan garansi serta

dilakukan oleh Tyfo itu sendiri.

Tyfo® fibrwrap® systems adalah salah satu produsen dan spesialis dalam

bidang FRP. FRP (Fibre Reinforced Polymer) adalah hasil kombinasi serat

dan damar. Prinsip dari penambahan FRP sama seperti penambahan plat baja,

yaitu menambah kekuatan di bagian tarik dari struktur. FRP yang sering

digunakan pada perkuatan struktur adalah plate/composite dan fabric/wrap.

Bentuk plate lebih efektif dan efisien untuk perkuatan lentur baik pada balok

maupun pelat serta pada dinding, sedangkan bentuk wrap lebih efektif dan

efisien untuk perkuatan geser pada balok serta meningkatkan kapasitas beban

aksial dan geser pada kolom.

Keuntungan perkuatan menggunakan FRP (Fibre Reinforced Polymer):

1. Tidak merusak dan mudah dipasang

2. Waktu shutdown/pemberhentian operasi singkat yang pendek atau tidak

perlu waktu shutdown

(15)

4. Tidak memerlukan peralatan berat atau khusus

5. Dapat diaplikasi di lokasi yang mempunyai ruang sempit dan sulit

6. Dapat menyatu dengan material finishing

7. Dapat diaplikasi di bawah air

8. Meningkatkan bending strength elemen lentur

9. Meningkatkan kuat geser pada balok, kolom dan dinding

10. Meningkatkan daya tahan terhadap beban vertikal pada kolom

11. Meningkatkan ductility karena cyclic loading

12. Tidak menyebabkan korosi dan dapat mencegah korosi

Jenis properti fiber dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis properti fiber

Dikutip dari Sihotang (2012)

Jenis produk FRP yaitu carbon, glass dan aramid fiber dengan kombinasi

yang unik dengan Tyfo® polymer menjadi satu kesatuan komposit fiber.

Modulus Tensile Elongation

Diameter Relative of Elasticity Strength at Break

Fiber μm Density (Gpa) (Gpa) (%)

Steel 5-500 7.84 200 0.5-2.0 0.5-3.5

Glass 9-15 2.60 70-80 2-4 2-3.5

Asbestos

Crocidolite 0.02-0.4 3.40 196 3.5 2.0-3.0 Chrysotile 0.02-0.4 2.60 164 3.1 2.0-3.0 Fibrillated polypropylene 20-200 0.90 5-77 0.5-0.75 8 Aramid (Kevlar) 10 1.45 65-133 3.6 2.1-4.0 Carbon (high strength) 9 1.90 230 2.6 1

Nylon - 1.10 4.0 0.9 13.0-15.0

(16)

Karakter dari bahan-bahan glass, aramid dan carbon dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2. Karakteristik bahan glass, aramid dan carbon

Sumber: fyfefibrwrapindonesia.presentation-tyfo’2012bahasa.pdf

Sistem Tyfo® fibrwrap® dapat digunakan untuk:

1. Perlindungan struktur secara keseluruhan

2. Memperbaiki ketahanan gempa suatu bangunan

3. Memperkuat jembatan dengan menaikkan tingkat beban, ketahanan

gempa, perbaikan dampak kerusakan dan memperpanjang umur jembatan

4. Upgrade struktur (menaikkan kekuatan balok, pelat, dan kolom yang

sudah ada)

5. Memperkuat struktur yang tidak lagi memiliki kekuatan disain aslinya

(17)

6. Rehabilitasi pipa atau perkuatan pipa untuk mengatasi peningkatan

tekanan dari dalam, beban lentur, traffic dan beban tanah. Sistem Tyfo®

fibrwrap® dapat dilem dari luar maupun dari dalam pipa

7. Ideal untuk perkuatan struktur industri karena angka perbandingan

kekuatan dan berat yang tinggi, serta kemudahan pemasangan

8. Memperbaiki struktur yang korosi/berkarat

9. Memperkuat struktur beton dan struktur pada area laut yang mana dapat

memperbaiki dan memelihara element struktur yang ada

10.Perlindungan dari kebakaran

11.Dapat dipakai dengan berbagai jenis coating untuk memenuhi kebutuhan

masing-masing proyek

Dalam prakteknya, sistem Tyfo® fibrwrap® didukung dengan desain

engineering akan memberikan kepastian peningkatan kapasitas struktur

setelah dilakukan perkuatan.

Pengujian perkuatan dengan Tyfo® fibrwrap® systems dapat meningkatkan

kapasitas struktur, perbaikan struktur akibat gempa, perbaikan pipa, perkuatan

terhadap ledakan dan perbaikan karena korosi ataupun untuk rehabilitasi

struktur jembatan dan lain-lain.

Sejak 1988, Tyfo® fibrwrap® systems telah diuji coba dan terbukti efektif

dan tahan lama. Lebih dari 500 struktur dan bahan uji, baik yang sudah rusak

ataupun masih normal telah diuji dengan menggunakan Tyfo® fibrwrap®

systems. Tyfo® fibrwrap® systems harus didesain sesuai ACI 318-05. Syarat

(18)

Produk Tyfo yaitu GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer) dan Epoxy.

GFRP dan epoxy sendiri terdiri dari beberapa produk seperti dijelaskan di

bawah ini.

1. GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer)

GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer) adalah salah satu produk FRP

berbahan glass. GFRP memilki dua produk yaitu Tyfo SEH-25A dan Tyfo

SEH-51A.

a. Tyfo SEH-25A dikombinasikan dengan bahan epoxy untuk

meningkatkan kekuatan dan daktalitas dari jembatan, bangunan dan

struktur lainnya.

b. Tyfo SEH-51A terdiri dari serat material kaca berorientasi dalam arah

0° dengan penambahan serat kaca yang berwarna kuning yang

berorientasi dalam arah 90° dan tegak lurus serat kaca. Kegunaan Tyfo

SEH-51A dikombinasikan dengan bahan epoxy untuk meningkatkan

kekuatan dan daktalitas dari jembatan, bangunan dan struktur lainnya.

Keuntungan Tyfo SEH-51A yaitu:  Memiliki masa pakai yang lama

 Gulungan GFRP dapat dipotong sesuai kebutuhan sebelum

dikirimkan

 100% bebas bahan pelarut

 Ramah lingkungan

Data Tyfo SEH-51A dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan data

(19)

Tabel 3. Typical dry fibre properties

Sumber: fyfefibrwrapindonesia.2.tyfoSEH-51A.pdf

Tabel 4. Composite gross laminate properties

Sumber: fyfefibrwrapindonesia.2.tyfoSEH-51A.pdf

Kondisi penyimpanan Tyfo SEH 51A yang baik yaitu pada suhu 40-320

C, menjaga suhu tetap normal atau jauh dari kondisi beku, serta

menjauhkan dari kontaminasi uap dan air.

Pemasangan GFRP dilakukan oleh aplikator terlatih dan bersertifikat

serta harus sesuai standar quality kontrol Fyfe co. Gambar Tyfo

(20)

Gambar 1. GFRP Tyfo SEH-51A

2. Epoxy

Epoxy adalah perekat yang berfungsi merekatkan GFRP dengan bahan lain

seperti beton, baja, pipa dan lain-lain. Jenis-jenis Epoxy diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Saturation (tyfo S)

b. All puspose (WS)

c. Metal bond

d. Track coat

e. SW-1

f. Wet prime

Epoxy underwater dengan merek dagang Tyfo SW-1, memilki formula

yang terdiri dari epoxy damar, pengeras, dan pengisi lembam. Epoxy ini

khusus dirancang untuk aplikasi bawah air pada permukaan baja, beton

dan lain-lain.

Tyfo SW-1 diformulasikan untuk digunakan sebagai bahan penambal,

(21)

dapat digunakan untuk melapisi atau memperbaiki beton dan material baja

di dalam air, dimana Tyfo SW-1 berfungsi memberikan perlindungan

terhadap korosi dan kerusakan akibat garam atau air tawar. Epoxy ini

diformulasikan khusus untuk struktur daerah pantai.

Perbandingan pencampuran epoxy dibagi berdasarkan volume dan berat

epoxy. Perbandingan berdasarkan volume yaitu 100 bagian komponen A

dicampur dengan 74 bagian komponen B.

Perbandingan beradasarkan berat yaitu 100 bagian komponen A dicampur

dengan 56 bagian komponen B. Permukaan harus rata, bersih, bebas dari

tumbuhan laut atau bahan lain yang akan merusak adhesi.

Nilai volume dan berat pada pencampuran epoxy dapat dihitung melalui

rumus berat jenis, sedangkan rumus untuk berat jenis adalah hasil bagi

antara berat dan volume dengan satuannya adalah t/m3.

Nilai berat jenis epoxy adalah 1,6 t/m3, dengan diketahui volume epoxy

maka dapat diketahui berat epoxy tersebut melalui rumus berat jenisnya.

Dengan diketahui volume epoxy setara dengan beratnya melalui rumus ini,

maka dapat dibuat perbandingan untuk pencampuran epoxy.

Cara mengaplikasikan Tyfo SW-1 yaitu:

a. mempersiapkan permukaan yang akan diperkuat.

b. Mengaplikasikan Tyfo SW-1 segera setelah persiapan permukaan untuk

(22)

c. Melakukan pencampuran Tyfo SW-1 dengan perbandingan 100 bagian

berat komponen A dengan 56 bagian berat komponen B pada suhu

sekitar ≥ 400 F (≥ 40 C).

d. Pencampuran dilakukan dengan mixer berkecepatan redah selama 3-5

menit.

e. Mengoleskan Tyfo SW-1 pada permukaan yang akan diperkuat dengan

tangan bersarung atau dengan sekop.

Klasifikasi Tyfo SW-1 dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan Tyfo sw-1

dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 5. Typical material properties at 750 F

(23)

Gambar 2. Tyfo SW-1

C. Aplikasi GFRP pada Beton

Proses aplikasi GFRP dan epoxy underwater pada struktur bangunan adalah

sebagai berikut:

1. Perbaikan permukaan beton yang akan dibalut (wraping) GFRP. Perbaikan

beton dibagi tiga yaitu perbaikan ringan, perbaikan sedang dan perbaikan

berat. Metode perbaikan berat ditentukan oleh jenis kerusakan strukturnya

yang meliputi:

a. Coating

Perbaikan coating adalah melapisi permukaan beton dengan cara

mengoleskan atau menyemprotkan bahan yang bersifat plastik dan cair.

Lapisan ini digunakan untuk menyelimuti beton terhadap lingkungan

yang merusak beton.

b. Injection (grouting)

Perbaikan injection adalah memasukkan bahan yang bersifat encer ke

dalam celah atau retakan pada beton, kemudian disuntikkan dengan

tekanan, sampai terlihat pada lubang atau celah lain telah terisi atau

(24)

c. Shotcrete

Perbaikan shotcrete adalah menembakkan mortar atau beton dengan

ukuran agregat yang kecil pada permukaan beton yang akan diperbaiki.

Shotcrete dapat digunakan untuk perbaikan permukaan yang vertikal

maupun horisontal dari bawah.

d. Prepacked Concrete

Perbaikan prepacked concrete adalah mengupas beton, kemudian

dibersihkan dan diisi dengan beton segar, beton baru ini dibuat dengan

cara mengisi ruang kosong dengan agregat sampai penuh. Kemudian

disuntikkan dengan mortar yang sifat susutnya kecil dan mempunyai

ikatan yang baik dengan beton lama.

2. Cat dasar/mengoleskan (priming) permukaan beton dengan tyfo SW-1

5. Pelapisan dengan mortar dengan tujuan melindungi dari sinar ultraviolet.

Beberapa perkuatan struktur di Indonesia yang menggunakan GFRP

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pekuatan pada kolom beberapa bangunan yaitu Senopati at 8 residence

Building Jakarta, Bank NISP Kelapa Gading Jakarta, Gedung Graha

(25)

2. Perkuatan pada balok beberapa bangunan yaitu Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung, TCC Telkomsel Padang, PT Yamaha MMI Jakarta,

Kantor Butik di Senayan City Jakarta dan Sudirman Place di Jakarta.

3. Perkuatan pada pelat beberapa bangunan yaitu Sea Water Intake PT

Tripolyta Cilegon Indonesia dan Graha Mobisel Building.

4. Perkuatan pada jembatan yaitu Jembatan Noel Mina NTT, Jembatan

Tondo Baubau, Jembatan penghubung Kepulauan Banyak Aceh dan

Flyover Yos Sudarso Medan.

5. Perkuatan pada struktur pantai yaitu PT Polychem Cilegon, Jetty Tanjung

Intan Cilacap dan PT Tripolyta Jetty Cilegon Banten.

D. Penelitian Terdahulu

Sudarsana dan Sutapa (2007) meneliti pengaruh perkuatan kolom bulat beton

bertulang menggunakan 1 lapis GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer)

dengan variasi overlaping terhadap perilaku keruntuhan, daya dukung aksial

dan daktilitas aksial kolom. Kolom bulat beton bertulang dibuat sebanyak 21

buah silinder berukuran 150 mm dan tinggi 300 mm, kuat tekan rencana

adalah 20 MPa dengan variasi overlaping GFRP adalah 100%, 150%, 200%,

250% dan 300% dari overlaping hasil perhitungan. Panjang overlapping

GFRP dihitung berdasarkan tegangan tarik ultimit GFRP (ffu) dan

tegangan rekatan ultimit GFRP (tbu). Dari perhitungan tersebut didapat

panjang lewatan (overlapping) minimal untuk mendukung tercapainya

kekuatan serat adalah 8 mm, sehingga didapat variasi overlaping berturut-turut

(26)

beton 20 hari dengan memberikan beban tekan pada benda uji sampai benda

uji mengalami keruntuhan. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata adalah sebesar

14,56 MPa. Peningkatan daya dukung aksial rata-rata yang diperoleh adalah

226,67 KN dan 295 KN untuk sampel tanpa GFRP, 340 KN (meningkat

15,25%) untuk beton dengan overalaping 8 mm, 335 KN (meningkat 13,56%)

untuk beton dengan overlaping 12 mm, 330 KN (meningkat 11,86%) untuk

beton dengan overlaping 16 mm, 335 KN (meningkat 13,56%) untuk beton

dengan overlaping 20 mm serta 335 KN (meningkat 13,56%) untuk beton

dengan overlaping 24 mm. Kesimpulan pada penelitan ini yaitu variasi

overlaping tidak begitu mempengaruhi peningkatan kekuatan kolom bulat

beton bertulang yang diberi perkuatan dengan satu lapis GFRP.

Nuryadin (2012) meneliti pengaruh perkuatan GFRP terhadap kapasitas lentur

kolom berpenampang lingkaran beton bertulang. Perkuatan kolom

berpenampang lingkaran beton betulang menggunakan GFRP 1 lapis. Sampel

merupakan kolom berpenampang lingkaran dengan diameter kolom (d) = 130

mm, dengan tinggi kolom (h) = 700 mm sebanyak 4 sampel dengan variasi 2

sampel beton bertulang normal dan 2 sampel kolom dengan perkuatan GFRP

1 lapis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ultimit lentur

kolom tanpa GFRP dan kolom dengan perkuatan GFRP 1 lapis pada kondisi

elastis dan inelatisnya. Pengujian dilakukan diatas frame terbuat dari profil

baja yang didesain dengan perletakan sederhana (sendi-rol) untuk menguji

kapasitas beban lentur dengan beban aksial awal pada kolom berpenampang

lingkaran. Dalam mekanisme pengujian oleh mesin hydraulic jack, kolom

(27)

(desain awal), kemudian diberikan beban lateral lentur pada tengah bentang

hingga kolom mengalami kerusakan. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu

peningkatan kapasitas lentur kolom berpenampang lingkaran dengan

perkuatan GFRP1 lapis pada kondisi elastis adalah sebesar 11,11% dibanding

dengan kolom berpenampang lingkaran normal, dan sebesar 109,68% pada

kondisi inelastisnya. Mode kegagalan dari kolom berpenampang lingkaran

normal akibat kombinasi pembebanan aksial dan lentur adalah berupa gagal

geser, sedangkan pada kolom berpenampang lingkaran dengan perkuatan

GFRP 1 lapis mengalami perubahan mode kegagalan menjadi gagal lentur.

Pernata (2009) meneliti balok beton bertulang yang diperkuat dengan GFRP.

Balok beton bertulang berukuran 20 cm X 30 cm X 300 cm sebanyak 4 buah

dengan variasi jumlah layer yaitu tanpa GFRP, dengan GFRP 1 layer, 2

layers dan 3 layers. Pengujian lentur dilakukan pada 4 balok beton bertulang.

Peningkatan kekuatan berdasarkan hasil eksperimen di laboratorium

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai beban yang mampu ditahan oleh

balok dari (BL) 4,198 ton, (BL-1) 6,804 ton (meningkat 62,08 %), (BL-2)

7,078 ton (meningkat 68,60 %), dan (BL-3) 352 ton (meningkat 75,13 %).

Model kegagalan pada balok beton (BL) pada penelitian ini ialah keruntuhan

(28)

E. Perhitungan Kuat Tekan, Modulus Elastisitas dan Kuat Tarik Belah

Terdapat beberapa perhitungan yang dapat digunakan untuk pengolahan

data-data laboratorium, diataranya adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan kuat tekan

Perhitungan kuat tekan menggunakan rumus-rumus di bawah ini:

(2.1)

dengan,

σm : kuat tekan benda uji (MPa)

P : beban maksimum sampai beton hancur (N)

(29)

f’c : kuat tekan akhir (MPa)

S : standar deviasi

2. Perhitungan modulus elastisitas

Perhitungan modulus elastisitas beton menggunakan rumus di bawah ini:

(2.5)

dengan,

Ec : modulus elastisitas beton (MPa)

S2 : kuat tekan saat 40% dari beban maksimum (MPa)

S1 : kuat tekan saat regangan longitudinal mencapai ε1 = 50.10-6, (MPa)

ε2 : regangan longitudinal yang dihasilkan pada saat S2

atau menggunakan rumus di bawah ini:

(2.6)

dengan,

Ec : modulus elastisitas beton (MPa)

ε0,4 : regangan pada saat tegangan tekan mencapai 0,4 tegangan tekan

maksimum

3. Perhitungan kuat tarik belah (splitting tensile strenght)

Perhitungan kuat tarik belah menggunakan rumus di bawah ini:

(30)

III. METODE PENELITIAN

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

tekan, uji tarik belah dan uji modulus elatisitas antara benda uji tanpa perkuatan

GFRP dan dengan perkuatan GFRP.

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan agar proses analisis dapat dilakukan. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli atau sumber pertama. Data

primer yang digunakan adalah data yang diambil dari hasil penelitian yang

penulis lakukan. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia di berbagai

sumber seperti di perpustakaan, perusahaan, biro pusat statistik dan lain-lain.

Data sekunder yang digunakan adalah data GFRP (Tyfo SEH-51A) dan data

Epoxy underwater (Tyfo SW-1).

B. Material

1. Semen

Semen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah semen Baturaja tipe

(31)

2. Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir yang

berasal dari penambangan pasir Way Sekampung di daerah Gunung Sugih,

Lampung Tengah. Agregat halus diuji kadar air, berat volume, kandungan

zat organis, kadar lumpur, gradasi agregat halus, berat jenis dan

penyerapan agregat halus. Setelah diuji dan sesuai standar ASTM maka

agregat halus siap digunakan sebagai bahan campuran beton.

3. Agregat Kasar (Split atau Batu Pecah)

Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat kasar

yang berasal dari Panjang, Bandar Lampung. Agregat kasar diuji kadar air,

berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat volume agregat, los

angeles test serta gradasi agregat kasar. Setelah diuji dan sesuai standar

ASTM maka agregat kasar siap digunakan sebagai bahan campuran beton.

4. Air

Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari

bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan

organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton. Air

yang digunakan pada penelitian ini adalah air sumur yang berada di dekat

Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

5. GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer)

GFRP yang digunakan pada penelitian ini adalah GFRP tipe SEH-51 A

(32)

GFRP pada saat sampel beton berumur 21 hari. Pada penelitian ini

dilakukan variasi jumlah layer GFRP pada beton, yaitu 1 layer, 2 layers

dan 3 layers.

Tyfo SEH-51A dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan bagian permukaan

sampel yang dibalut GFRP dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Tyfo SEH-51A

Gambar 4. Bagian permukaan sampel yang dibalut GFRP

Pada kondisi lapangan, letak pemasangan GFRP pada tiang pancang

tergantung pada splash zone (daerah percikan/deburan). Splash zone

berada diantara LWS (low water sea/surut) dan HWS (high water

sea/pasang), area ini rentan terjadi korosi pada tiang pancang yang dapat

(33)

terjadinya korosi maka GFRP dipasang 1 m di bawah LWS hingga atas

tiang pancang.

6. Epoxy

Epoxy yang digunakan pada penelitian ini adalah Tyfo SW-1 yang

diproduksi oleh Fyfe co. Campuran Tyfo SW-1 komponen A dan

komponen B yaitu 100 bagian volume komponen A dicampur dengan 74

bagian volume komponen B pada suhu sekitar ≥ 400 F (≥ 40 C).

Pencampuran dilakukan dengan mixer berkecepatan rendah selama 3-5

menit. Gambar Tyfo SW-1 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. (a) Tyfo SW-1 komponen A dan (b) Tyfo SW-1 komponen B

7. Cling Film

Cling film adalah plastik perekat yang membantu dalam proses perekatan

GFRP, epoxy dan beton. Cling film dapat dilihat pada Gambar 6.

(34)

C. Alat

Pada penelitian ini dibutuhkan peralatan-peralatan yang memiliki spesifikasi

yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya memiliki standar ASTM

masing-masing sesuai kebutuhan pengujian material.

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah:

1. Satu Set Saringan

Saringan berfungsi untuk mendapatkan variasi gradasi agregat lolos dan

tertahan. Pada penelitian ini saringan yang digunakan memiliki merek

JICA. Saringan digunakan untuk pengujian gradasi agregat kasar dan halus

seta berat jenis dan penyerapan agregat kasar.

2. Timbangan

Timbangan adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat suatu benda.

Pada penelitian ini digunakan 2 merek timbangan yaitu Nagata dan Kilang

Laju Timbangan. Timbangan dengan merek Nagata ini adalah jenis

timbangan digital berkapasitas 12 kg dengan ketelitian 1 gram dan

digunakan untuk menimbang agregat yang akan diuji. Timbangan dengan

merek Kilang Laju Timbangan ini memilki 2 kapasitas yaitu 150 kg dan

120 kg.

Timbangan yang berkapasitas maksimum 120 kg ini, memilki ketelitian

pembacaan 100 g dan digunakan untuk mengukur berat beton (timbangan

kecil). Timbangan berkapasitas maksimum 150 kg dengan ketelitian

pembacaan 100 g digunakan untuk mengukur bahan campuran beton

(35)

3. Oven

Oven adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan atau

mengeringkan. Oven yang digunakan pada penelitian ini memilki merek

Matest dengan tegangan 2800 watt. Oven ini digunakan untuk

mendapatkan kondisi kering dari agregat halus dan kasar.

4. Kerucut Abrams

Kerucut Abrams, tongkat besi dan pelat baja digunakan pada slump test.

Slump test dilakukan untuk mengetahui kekentalan adukan beton. Kerucut

Abrams ini memilki diameter atas 100 mm, diameter bawah 200 mm dan

tinggi 300 mm.

5. Picnometer

Picnometer digunakan pada uji berat jenis dan penyerapan agregat halus.

Hasil perhitungan pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus

ini menghasilkan nilai berat jenis SSD (Saturated Surface Dry), berat jenis

kering, berat jenis jenuh dan persentase absorbsi. Kondisi SSD adalah

kondisi jenuh agregat dan kering pada permukaannya.

6. Cetakan Silinder Beton

Cetakan silinder yang digunakan pada penelitian ini berukuran diameter

150 mm dan tinggi 300 mm.

7. Mesin Pengaduk Beton (Concrete Mixer)

Mesin pengaduk beton digunakan untuk pencampuran adukan beton.

Mesin pengaduk beton yang digunakan memiliki merek KYC dan

(36)

8. Mesin Penggetar (Vibrator)

Vibrator digunakan untuk memadatkan adukan beton di dalam cetakan

silinder. Penggunaan vibrator bertujuan menghilangkan rongga-rongga

udara dan untuk mendapatkan kepadatan yang maksimal.

9. CTM (Compression Testing Machine)

Compression testing machine yang digunakan memilki merk Wykeham

Farrance Engineering dengan kapasitas pembebanan maksimum 1500 KN

dengan ketelitian pembacaan 10 KN. Mesin ini dibuat di kota Slough,

Inggris serta memiliki tegangan 240 Volt. Pada penelitian ini CTM

digunakan untuk melakukan pengujian kuat tekan dan tarik belah sampel

silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

10. Hydraulic Jack

Hydraulic jack yang digunakan pada penelitian ini memilki merek Enerpac

dan diproduksi di Amerika Serikat.Alat yang memiliki kapasitas beban 80

ton dengan ketelitian pembacaan 1 ton, digunakan pada penelitian ini

untuk memberikan beban (P) pada uji kuat tekan dan uji modulus

elastisitas.

11. Dial Gauge/Modulus dan Dial Gauge/Maghnet

Dial gauge adalah alat ukur regangan beton. Pada pengujian ini digunakan

2 jenis dial yaitu dial gauge/modulus dan dial gauge/maghet. Dial

gauge/modulus adalah alat ukur regangan yang memilki 3 buah tiang

penyangga berjarak 20 cm dan 3 buah skrup masing-masing di sisi atas

(37)

antara beton silinder dengan rangka dial. Dial gauge/maghnet adalah alat

ukur regangan yang memilki lengan yang dapat diatur posisinya dan

maghnet dibagian bawah dial berfungsi sebagai perekat dial dengan

dudukannya agar dial tetap pada posisinya saat pengujian berlangsung.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi

Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Proses pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Bahan Pencampur Beton.

Pengujian dan pemeriksaan bahan pencampur beton diantaranya sebagai

berikut:

a. Kadar air agregat kasar dan agregat halus (ASTM 556 & ASTM

C-566)

b. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus (ASTM

C-127 & ASTM C-128)

c. Gradasi agregat kasar dan agregat halus

d. Kadar lumpur agregat halus dengan saringan (ASTM C-117)

e. Kandungan zat organis dalam pasir (ASTM C-40)

f. Los angeles test

g. Berat volume agregat kasar dan agregat halus (ASTM C-29)

Hasil pemeriksaan agregat kasar dan agregat halus dapat dilihat pada Tabel

(38)

Tabel 6. Hasil pemeriksaan agregat kasar

No Pemeriksaan Hasil

Rata-rata Standar ASTM

1 Gradasi saringan Baik Sesuai Gradasi

2 Modulus kehalusan 7,578 6,0-8,0

Dari hasil pemeriksaan agregat kasar, didapatkan nilai berat jenis kondisi

SSD melebihi standar ASTM, tetapi hal ini bukan berarti bahwa agregat

kasar yang digunakan tidak layak untuk pencampuran beton. Pada

pelaksanaan pencampuran bahan beton, agregat kasar yang akan

digunakan harus lebih kering dari keadaan pada saat pengambilan sampel

untuk pengujian kadar air.

Tabel 7. Hasil pemeriksaan agregat halus

No Pemeriksaan Hasil

rata-rata Standar ASTM

1 Gradasi saringan Baik Sesuai Gradasi

2 Modulus kehalusan 4,09 2,3-3,1

Dari hasil pemeriksaan agregat halus, didapatkan nilai modulus kehalusan

(39)

pengolahan data hasil uji gradasi agregat halus sehingga berat agregat

halus untuk mix desain melebihi kebutuhan yang diperlukan.

2. Persiapan Bahan-Bahan Pencampur Beton dan Cetakan Silinder Beton

Persiapan bahan-bahan pencampur beton antara lain membersihkan

agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus disaring dengan saringan

pasir dari kawat ayam sehingga kotoran-kotoran tertahan di saringan,

kemudian pasir diletakan di atas kontainer besar dan didiamkan selama 1

hari untuk mendapatkan kondisi SSD. Agregat kasar dibersihkan dengan

cara dicuci kemudian diangkat dari dalam air dan didiamkan selama 1 hari

untuk mendapatkan kondisi SSD. Cetakan silinder juga disiapkan, dimana

cetakan silinder ini memiliki diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

3. Pembuatan Benda Uji

Proses pelaksanaan pembuatan benda uji adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan campuran beton dengan metode ACI (American Concrete

Institute) dengan mutu beton (f’c) = 25 MPa.

b. Menimbang berat bahan-bahan pencampur beton untuk 1 kali

pengadukan mesin concrete mixer.

c. Mencampur adukan beton dengan mesin pengaduk beton (concrete

mixer) (Gambar 7 (a)).

d. Mengukur kelecakan (workability) beton dengan melakukan slump test,

(40)

e. Menuangkan adukan beton ke dalam cetakan kemudian dipadatkan

dengan vibrator (Gambar 7 (c)). Pada penelitian ini dibuat sampel

sebanyak 40. Penjelasan ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah sampel dan kebutuhan GFRP

Perlakuan pada Beton Pengujian

Total

Tanpa GFRP+Epoxy Underwater 5 Sampel 5 Sampel -

Dengan GFRP+Epoxy Underwater (1 layer) 5 Sampel 5 Sampel 10

Dengan GFRP+Epoxy Underwater (2 layers) 5 Sampel 5 Sampel 20

Dengan GFRP+Epoxy Underwater (3 layers) 5 Sampel 5 Sampel 30

Total Sampel 20 Sampel 20 Sampel 60

Pengkodean variasi layer pada sampel adalah sebagai berikut:

 Sampel tanpa GFRP (S0) berjumlah 10 sampel. 5 sampel digunakan

untuk uji tekan dan 5 sampel untuk uji tarik belah. Pengkodean tiap

sampel untuk uji tekan adalah S0-1, S0-2, S0-3, S0-4, S0-5.

Pengkodean tiap sampel untuk uji tarik belah (S0t) adalah S0t-1,

S0t-2, S0t-3, S0t-4, S0t-5.

 Sampel dengan GFRP 1 layer (S1) berjumlah 10 sampel. 5 sampel

digunakan untuk uji tekan dan 5 sampel untuk uji tarik belah.

Pengkodean tiap sampel untuk uji tekan adalah S1-1, S1-2, S1-3,

S1-4, S1-5. Pengkodean tiap sampel untuk uji tarik belah (S1t)

adalah S1t-1, S1t-2, S1t-3, S1t-4, S1t-5.

 Sampel dengan GFRP 2 layers (S2) berjumlah 10 sampel. 5 sampel

digunakan untuk uji tekan dan 5 sampel untuk uji tarik belah.

(41)

S2-4, S2-5. Pengkodean tiap sampel untuk uji tarik belah (S2t)

adalah S2t-1, S2t-2, S2t-3, S2t-4, S2t-5.

 Sampel dengan GFRP 3 layers (S3) berjumlah 10 sampel. 5 sampel

digunakan untuk uji tekan dan 5 sampel untuk uji tarik belah.

Pengkodean tiap sampel untuk uji tekan adalah S3-1, S3-2, S3-3,

S3-4, S3-5. Pengkodean tiap sampel untuk uji tarik belah (S3t)

adalah S3t-1, S3t-2, S3t-3, S3t-4, S3t-5.

Penampang sampel dengan jumlah layer GFRP yang bervariasi dapat

dilihat pada Gambar 8.

f. Membuka cetakan benda uji setelah 1 hari (Gambar 9 (a)).

g. Melakukan proses curing beton yaitu sampel direndam di dalam air

selama 28 hari (Gambar 9 (b)).

(42)

Gambar 8. Penampang sampel dengan GFRP 1 layer (a) 2 layers (b) dan 3 layers (c)

Gambar 9. (a) Membuka cetakan benda uji dan (b) proses curing beton

4. Membalut Sampel dengan GFRP

Proses membungkus sampel dengan GFRP adalah sebagai berikut:

a. Beton yang telah berumur 21 hari, dipersiapkan untuk dibungkus

dengan GFRP. Jika terdapat rongga udara kecil pada permukaan sampel

beton dapat diratakan dengan menggunakan epoxy.

b. Epoxy komponen A sebesar 100 bagian volume dan komponen B

(43)

rendah selama 3-5 menit pada suhu 40C atau lebih. Pengadukan dapat

juga dilakukan secara manual (Gambar 10 (a)).

c. Mengoleskan GFRP dengan epoxy (Gambar 10 (b)).

d. Membungkus permukaan sampel dengan tyfo SEH-51A dan tyfo SW-1

pada umur 21 hari serta dilakukan di dalam air. Sebelum membungkus

GFRP pada permukaan beton, GFRP dibalut dengan epoxy underwater.

Permukaan beton juga dibalut epoxy underwater. Proses membungkus

GFRP dilakukan dengan perlahan agar sampel terbalut sempurna dan

tidak ada rongga (Gambar 10 (c)).

Pemasangan GFRP 1 layer dipasang arah serat horizontal. Pemasangan

GFRP 2 layers dipasang arah serat vertikal kemudian horizontal. Tipe

pemasangan serat horizontal sebagai pengikat akhir dikarenakan arah

serat horizontal efisien hasil perkuatannya. Pemasangan GFRP 3 layers

dipasang arah serat horizontal, vertikal dan horizontal. Alasan dipasang

arah serat bervariasi yaitu:

 Berdasarkan penelitian dan teknis lapangan.

 Arah serat horizontal lebih efisien hasil perkuatannya serta lebih

mudah pemasangannya.

 Arah gaya yang bervariasi memungkinkan pemasangan serat GFRP

yang bervariasi pula yaitu horizontal dan vertikal.

e. Menyelimuti sampel yang sudah dibungkus GFRP dengan cling film

yaitu cling film sebagai pelapis akhir, hal ini bertujuan membantu

(44)

f. Melakukan hal yang sama untuk sampel dengan GFRP 2 layers dan 3

layers yaitu cling film sebagai pelapis akhir.

g. Melanjutkan proses curing beton hingga berumur 28 hari (Gambar 11

(b)).

(a) (b) (c)

Gambar 10. (a) Pengadukan epoxy secara manual, (b) mengoleskan GFRP dengan epoxy dan (c) membungkus beton dengan GFRP yang sudah dioleskan epoxy

Gambar 11. (a) Menyelimuti sampel serta GFRP dengan cling film dan (b) proses curing hingga berumur 28 hari

5. Pengujian Sampel

a. Pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas beton

b. Nilai kuat tekan beton didapat melalui tata cara pengujian standar

ASTM C-192, pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan

menggunakan alat CTM dengan cara meletakkan silinder beton

(45)

beban tekan bertingkat dengan kecepatan 0,15 MPa/detik sampai 0,34

MPa/detik hingga benda uji hancur. Pengujian kuat tekan dan tarik

belah menggunakan mesin hydraulic jack dan CTM (Compression

Testing Machine). Sebelum melakukan pengujian, permukaan tekan

benda uji silinder harus diratakan agar tegangan terdistribusi secara

merata pada benda uji, hal ini dilakukan dengan memberi lapisan

belerang (capping) setebal 1,5 mm sampai 3 mm pada permukaan

tekan benda uji silinder.

Pengujian kuat tekan dilakukan bersamaan dengan uji modulus

elastisitas. Proses pemasangan dial gauge/modulus pada sampel yaitu

memasang alat kompresometer ekstensometer pada benda uji dengan

jarak 5 cm dari atas dan bawah sampel (Gambar 12 (a)).

Kemudian sampel diletakkan pada mesin hydraulic jack serta diberi

pelat di atas sampel, yang bertujuan meratakan beban pada sampel.

Pemasangan dial gauge/maghnet yaitu dial diletakkan di samping

sampel dan jarum dial menyentuh pelat (Gambar 12 (b)). Pengujian

dilakukan hingga sampel hancur atau hingga beban mencapai 60 ton,

jika sampel belum hancur pengujian dilanjutkan dengan menggunakan

CTM (Gambar 12 (c) dan Gambar 13). Pengujian berhenti saat beban

pada mesin hydraulic jack mencapai 60 ton dikarenakan kapasitas

penggunaan alat adalah 60 ton.

Dari hasil pengujian tekan ini, didapat beban maksimum yang mampu

(46)

beton dilakukan pada saat yang bersamaan. Pada uji modulus

elastisitas dilakukan pencatatan regangan/deformasi setiap

peningkatan beban 2 ton.

Gambar 12 (a) Memasang dial gauge/modulus, (b) memasang dial gauge/maghnet dan (c) melakukan uji tekan menggunakan mesin hydraulic jack

serta melakukan pembacaan dial gauge/modulus dan dial gauge/maghnet

Gambar 13. Melanjutkan uji tekan menggunakan CTM karena sampel belum hancur

c. Pengujian kuat tarik belah beton dilakukan sesuai standar ASTM

C-496. Pengujian kuat tarik belah beton dilakukan dengan memasang

rangka baja pada sampel dan meletakkan sampel beserta rangka baja

(47)

kecepatan konstan hingga benda uji hancur serta mencatat beban

maksimumnya (Gambar 14 (a) dan Gambar 14 (b)).

Gambar 14. (a) Meletakkan sampel pada CTM dan (b) melakukan pembacaan beban maksimum uji kuat tarik belah

E. Analisis Penelitian

Sebelum dilakukan uji tekan dan tarik belah semua sampel silinder

ditimbang beratnya. Melakukan uji tekan dan uji modulus elastisitas,

kemudian didapat beban maksimum sampai beton hancur dan nilai regangan

beton. Perhitungan kuat tekan menggunakan Persamaan 2.1 hingga

Persamaan 2.4, dengan data-data luas penampang silinder (A) dan beban

maksimum. Perhitungan nilai modulus elastisitas beton menggunakan

Persamaan 2.6 dengan data regangan beton. Perhitungan kuat tarik belah

beton menggunakan Persamaan 2.7 dengan data-data panjang benda uji (l)

dan diameter benda uji (d). Perhitungan persentase peningkatan kuat tekan,

modulus elastisitas dan kuat tarik belah beton dengan variasi perkuatan 1

(48)

F. Bagan Alir Penelitian

Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 15.

(49)

Gambar 15. Bagan alir penelitian (lanjutan) Perawatan (curing) beton

selama 28 hari

Pengujian benda uji pada umur beton ke 36-50 hari

Analisis hasil penelitian

Kesimpulan dan rekomendasi

Selesai A

Pemasangan GFRP pada umur beton 21 hari

uji tekan uji tarik belah

- tanpa GFRP (5 sampel) - tanpa GFRP (5 sampel)

- GFRP 1 layer (5 sampel) - GFRP 1 layer (5 sampel)

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini setelah dilakukan analisis hasil perhitungan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik Sipil

Universitas Lampung berupa sampel beton silinder adalah mewakili tiang

pancang beton di daerah pinggir pantai.

2. Pada perkuatan dengan GFRP 1 layer, 2 layers dan 3 layers

berturut-turut didapatkan peningkatan kuat tekan sebesar 41,7%, 77,85% dan

192,6% terhadap beton tanpa GFRP. Persentase peningkatan kuat tekan

menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring bertambahnya jumlah

layer, hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah layer GFRP maka

semakin tinggi kuat tekan beton.

3. Pada perkuatan dengan GFRP 1 layer 2 layers dan 3 layers berturut-turut

didapatkan peningkatan kuat tarik belah sebesar 171,84%, 154,54% dan

240,06% terhadap beton tanpa GFRP. Persentase peningkatan kuat tarik

belah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada perkuatan GFRP

2 layers nilai persentase peningkatannya lebih rendah dari perkuatan

(51)

terdapat faktor penyebab lain. Maka dapat disimpulkan perkuatan beton

dengan GFRP dan epoxy underwater efektif meningkatkan kuat tarik

belah beton.

4. Nilai modulus elastisitas (Ec) rata-rata dial gauge/modulus tanpa GFRP

dan dengan perkuatan GFRP 1 layer 2 layers dan 3 layers berturut-turut,

32753,71 MPa, 12438,51 MPa, 52946,20 MPa, 50151,52 MPa. Nilai Ec

rata-rata dial gauge/modulus yang mengalami penurunan dan

peningkatan menunjukkan hasil ini tidak sesuai yang diharapkan, karena

seiring bertambahnya jumlah layer GFRP seharusnya dapat menekan

perpendekan pada beton sehingga meningkatkan nilai modulus

elastisitasnya.

5. Kerusakan pada beton akibat uji kuat tekan dengan GFRP 3 layers , 2

layers dan 1 layer berturut-turut memilki lebar pengelupasan GFRP

terkecil hingga terbesar, sedangkan kerusakan beton tanpa GFRP terlihat

paling buruk dibanding beton dengan perkuatan GFRP. Hal ini

menunjukkan semakin banyak jumlah layer maka semakin kecil

kerusakan pada beton akibat pembebanan

6. Hasil analisis pola retak pada pengujian kuat tekan menunjukkan

pembebanan maksimum yang diberikan pada sampel tanpa GFRP

mengkibatkan sampel mengalami kehancuran, maka dapat diasumsikan

jika terjadi pembebanan maksimum pada kolom suatu struktur, kolom

tersebut akan langsung mengalami kehancuran dan struktur akan runtuh.

(52)

GFRP mengelupas terlebih dahulu dan mengekang beton di dalamnya,

jika terjadi pada kolom suatu struktur maka kolom masih dapat berfungsi

menopang struktur di atasnya sehingga dapat menurunkan resiko

kecelakaan.

7. Beton dengan perkuatan GFRP 1 layer, 2 layers dan 3 layers memiliki

nilai luas yang semakin bertambah, hal ini mempengaruhi hasil kuat

tekan yaitu semakin banyak jumlah layer maka semakin besar nilai luas

penampang sehingga semakin besar kuat tekan beton.

B. Saran

1. Hasil persentase peningkatan kuat tekan dan kuat tarik belah yang tinggi

membuktikan bahwa perkuatan beton bawah air menggunakan GFRP dan

epoxy underwater sangat disarankan untuk perkuatan tiang pancang

beton di lapangan.

2. Pada penelitian ini telah diuji kuat tekan, kuat tarik belah dan modulus

elastisitas beton, maka dapat disarankan pada penelitian selanjutnya

dilakukan uji tarik lentur beton untuk mengetahui kelengkapan sifat

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1993. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-1993). Pusjatan-Balitbang PU. Indonesia.

Anonim. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (RSNI3). Indonesia.

Anonim. 2008. ACI 440.2R-08-Guide for the Design and Construction of Externally Bonded FRP Systems for Strengthening Concrete Structures. USA

Anonim. 2012. Perkuatan Struktur Beton, Kayu dan Besi. http://www.strength- construction.biz/.

Christiawan, Ignatius. Perkuatan (Strengthening) Struktur beton dengan fibre Reinforced Polymer (FRP). UNDIP. Semarang. 10 hlm.

Co Fyfe. 2012.Tyfo Systems Concrete Solutions To the Nations. data-data fyfefibrwrapindonesia

Co Fyfe. TyfoSEH-51A Composite using Tyfo S Epoxy pdf. data-data fyfefibrwrapindonesia.

Co Fyfe. TyfoSW-1 Epoxy underwater pdf. data-data fyfefibrwrapindonesia.

Hartono, Henry. 2007. Analisis Kerusakan Struktur Bangunan Gedung Bappeda Wonogiri. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. 9 hlm.

Masdar, Surya dan Sahat. 2006. Penuntun Praktikum Beton. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(54)

Sebayang, Surya. 2000. Diktat Bahan Bangunan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 1. Jenis properti fiber
Tabel 2. Karakteristik bahan glass, aramid dan carbon
Tabel 4. Composite gross laminate properties
Gambar 1. GFRP Tyfo SEH-51A
+7

Referensi

Dokumen terkait