• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CAMPURAN LIMBAH PLASTIK TERHADAP TANAH LANAU DITINJAU TERHADAP NILAI DAYA DUKUNG TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CAMPURAN LIMBAH PLASTIK TERHADAP TANAH LANAU DITINJAU TERHADAP NILAI DAYA DUKUNG TANAH"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAMPURAN LIMBAH PLASTIK DENGAN

TANAH LANAU DITINJAU TERHADAP NILAI DAYA

DUKUNG TANAH

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD IQBAL WILDINATA 1015011106

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

POWER ON EFFECT OF PLASTIC WASTE LAND SILT SUPPORTS

Oleh

MUHAMMAD IQBAL WILDINATA

Garbage is the waste accumulated in number year after year which will be a very complicated problem in Indonesia , especially in big cities such as Bandar Lampung . Population growth led to the increasing amount of garbage per day . There is garbage readily biodegradable and are difficult to decompose . One type of waste that is very difficult to unravel even take hundreds of years is plastic . One proposed solution is the use of plastic waste mixed plastic waste in the pile of soil where retrofitting systems that use plastic flexible regarded as soil reinforcement .

Soil samples used is derived from the silt soil Yoso Mulyo Village , District Metro East , City Metro , Lampung . Waste plastics used is plastic waste that had been destroyed were taken from one of the factories located in Jalan Soekarno Hatta , Bandar Lampung . To determine the increase in the carrying capacity of the soil conducted laboratory experiments of testing the physical properties and mechanical native soil and soil with a mixture of plastic waste .

In the analysis, KAO values obtained from native soil compaction test for 25.5411 % , 0.25 Untik plastic mixture ; 0.5 ; 0.75 ; 0.1 % respectively no significant increase in the value of KAO . CBR value for the native land of 6.1 , 0.25 % for mixed plastics ; 0.5 % ; 0.75 % ; 0.1 % ; consecutive no significant kenaiakan . Sliding angle values on native soil 27,5208o , 0.25 for mixed plastics ; 0.5 ; 0.75 ; 0.1 % respectively there is the rise and optimum mix of plastic waste 0.75%

(3)

ABSTRAK

PENGARUH CAMPURAN LIMBAH PLASTIK DENGAN TANAH LANAU DITINJAU TERHADAP NILAI DAYA DUKUNG TANAH

Oleh

MUHAMMAD IQBAL WILDINATA

Sampah adalah limbah yang jumlahnya terakumulasi tahun demi tahun yang akan menjadi masalah yang sangat pelik di Indonesia terutama di kota besar seperti Bandar Lampung. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah sampah perharinya. Terdapat sampah yang mudah terurai dan yang sulit terurai. Salah satu jenis sampah yang sangat sulit terurai bahkan memerlukan waktu ratusan tahun adalah plastik. Salah satu usulan pemecahan sampah plastik ialah pemanfaatan sampah plastik yang dicampur pada timbunan tanah dimana sistem perkuatan yang menggunakan plastik dianggap sebagai perkuatan tanah fleksibel.

Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lanau yang berasal dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, Lampung. Limbah plastik yang digunakan adalah limbah plastik yang telah dihancurkan yang diambil dari salah satu pabrik yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Bandar Lampung. Untuk mengetahui peningkatan daya dukung tanah dilakukan percobaan laboratorium berupa pengujian sifat-sifat fisik dan mekanis tanah asli dan tanah dengan campuran limbah plastik.

Dalam analisis yang dilakukan, diperoleh nilai KAO dari uji pemadatan untuk tanah asli 25,5411%, untik campuran plastik 0,25; 0,5; 0,75; 0,1 % berturut turut tidak ada kenaikan nilai KAO yang signifikan. Nilai CBR untuk tanah asli 6,1, untuk campuran plastik 0,25%; 0,5%; 0,75%; 0,1%; berturut turut tidak ada kenaiakan yang signifikan. Nilai sudut geser pada tanah asli 27,5208o, untuk campuran plastik 0,25; 0,5; 0,75; 0,1 % berturut turut ada kenaikan yang terjadi dan optimum pada campuran limbah plastik 0,75%

(4)

PENGARUH CAMPURAN LIMBAH PLASTIK DENGAN TANAH LANAU DITINJAU TERHADAP NILAI DAYA DUKUNG TANAH

Oleh

Muhammad Iqbal Wildinata

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muhammad Iqbal Wildinata lahir di Bandar Lampung, pada

tanggal 02 Agustus 1992, merupakan anak pertama dari

pasangan Bapak Nahwan Taufiq, S.E. dan Ibu Rohilah, M.Pdi.,

Penulis memiliki dua orang saudara laki-laki bernama

Muhammad Farauqy Wildinata dan Muhammad Ilham Fadel

Wildinata. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Al-Kautsar Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan tingkat pertama

ditempuh di SMPIT Al-Multazam Kuningan Jawa Barat yang diselesaikan pada

tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAIT

Al-Multazam Kuningan Jawa Barat yang diselesaikan pada tahun 2010.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM) pada tahun 2010. Selama

menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah

Mekanka Tanah 1 dan Mekanika Tanah 2 tahun akademik 2014/2015 dan

2015/2016. Penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus yaitu Himpunan

Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS). Pada tahun 2013 penulis melakukan

kegiatan Kerja Praktik selama 3 bulan pada Proyek Pembangunan Boemi Kedaton

Mall Bandar Lampung. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) selama 40 hari di Desa Pekon Susuk, Kecamatan Kelumbayan,

(8)

MOTO

“Hidup itu singkat, Jangan menghabiskan waktu dengan kehidupan orang lain”

(Steve Jobs)

“Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap

malapetaka, sedangkan orang yang pesimis akan melihat malapetaka dalam

setiap kesempatan”

(Nabi Muhammad SAW)

“Ayo segera bangun mimpimu atau orang lain akan memperkerjakan kamu

untuk membangun mimpi mereka” (Farrah Gray)

“Belajar dari masa lalu, hidup untuk masa kini, dan berharap untuk masa yang

akan datang” (A

lbert Einstein)

“Sesungguhnya dibalik kesukaran itu ada kemudahan”

(QS . Al Insyirah : 6)

“Barang siapa keluar mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah”

(HR. Tirmidzi)

Hidup adalah sebuah petualangan yang penuh kegagalan, jadikanlah

kegagalanmu sebagai cambuk menuju kesuksesan bagi dirimu

(9)

Sebuah karya yang jauh dari sempurna namun penuh dengan

kerja keras ini kupersembahkan untuk

:

Orang tua, serata adikku tercinta yang selalu memberi

semangat kepada diriku

Seluruh guru dan dosen yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada diriku

Sahabat

sahabat tercinta yang telah memberikan warna

kehidupan yang baru kepada diriku

Orang yang kusayangi yang selalu ada disampingku selama ini

dan seluruh civitas akademika Teknik Sipil Universitas Lampung

(10)
(11)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Campuran Limbah Plastik Dengan

Tanah Lanau Ditinjau Terhadap Nilai Daya Dukung Tanah dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada

program reguler Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mohon maaf dan

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1. Prof. Drs. Suharno, M.sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

2. Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung.

3. Iswan S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I skripsi..

4. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani D.E.A selaku Dosen Pembimbing II skripsi.

(12)

II

6. Hasti Riakara Husni, S.T., M.T Selaku Dosen Pembimbing Akademis

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

8. Kedua orang tua penulis (Nahwan Taufiq, S.E. dan Rohilah M.Pdi.) yang telah

memberikan restu dan doanya, serta adikku yang selalu menjadi penyemangat

penulis.

9. Ayuma Ersamayori Milen, orang yang selalu memberikan warna baru dalam

kehidupan penulis.

10.Rekan-rekan seperjuangan di Kampus Teknik Sipil. (Sofuan, Bravo, Putra,

Hafizh, Hadyan, Aldy) yang telah banyak membantu penulis selama di Kampus

11.Adik-adikku angkatan 2014 (Doyok, Agil, Firman, Bareb, Pandi, Yogi, Ocit, Nay,

Igun) yang membantu dengan tenaga dan keringat dalam penelitian ini.

12.Teknisi di laboratorium (Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Budi, Mas Bayu).

13.Seluruh keluarga besar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung, khususnya

angkatan 2010.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat berharap karya

kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri.

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR……….... I

DAFTAR TABEL...………... II

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah... 6

B. Tanah Lanau... 14

C. Plastik ... 16

D. Stabilisasi Tanah ... 22

E. California Bearing Ratio (CBR) ... 23

F. Uji Geser Langsung ... 27

G. Pemadatan Tanah ... 29

H. Stabilisasi Tanah Menggunakan Plastik... 31

(14)

vii

III. METODE PENELITIAN

A. Sampel Tanah... 36

B. Peralatan ... 36

C. Benda Uji ... 37

D. Metode Pencampuran Tanah Dengan Plastik ... 37

E. Pelaksanaan Pengujian ... 38

F. Urutan Prosedur Penelitian ... 51

G. Analisis Hasil Penelitian ... 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik dan Mekanik Tanah Asli... 55

B. Klasifikasi Tanah ... 65

C. Uji Tanah Campuran Menggunakan Limbah Plastik ... 66

D. Perbandingan Pengujian Tanah Campuran Limbah Plastik Dengan Campuran Pasir ... 77

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS ... 11

Gambar 2. Pengujian CBR ... 26

Gambar 3. Uji geser langsung ... 28

Gambar 4. Pencampuran Tanah Dengan Plastik ... 32

Gambar 5. Limbah Plastik Yang Digunakan Untuk Stabilisasi Tanah ... 33

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian ... 54

Gambar 7. Grafik Hasil Analisa Saringan...59

Gambar 8. Grafik Hasil Analisa Saringan dan hidrometer...61

Gambar 9. Grafik Kadar Air Optimum Pada Tanah Asli...63

Gambar 10. Grafik Hasil Dari Uji Sudut Geser...65

Gambar 11. Grafik Kadar Air Optimum Pada Tanah campuran limbah plastik 0,25%... 67

Gambar 12. Grafik Kadar Air Optimum Pada Tanah campuran limbah plastik 0,5%...68

Gambar 13. Grafik Kadar Air Optimum Pada Tanah campuran limbah plastik 0,75%...69

Gambar 14. Grafik Kadar Air Optimum Pada Tanah campuran limbah plastik 0,1%...70

(16)

ix

Gambar 16. Persentase nilai CBR menggunakan limbah plastik...76

Gambar 17. Grafik Kuat Geser Langsung Pada Tanah campuran limbah

plastik 0,25%...78

Gambar 18. Grafik Kuat Geser Langsung Pada Tanah campuran limbah

plastik 0,5%...79

Gambar 19. Grafik Kuat Geser Langsung Pada Tanah campuran limbah

plastik 0,75%...81

Gambar 20. Grafik Kuat Geser Langsung Pada Tanah campuran limbah

plastik 0,1%...82

Gambar 21. Presentase nilai sudut geser...83

Gambar 22. Presentase nilai kohesi...85

Gambar 23. Perbandingan nilai KAO antara campuran limbah plastik

dengan campuran pasir...87

Gambar 24. Perbandingan nilai sudut geser antara campuran limbah

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO... 9

2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified ... 13

3. Beban Penitrasi Bahan Standar. ... 27

4. Elemen-Elemen uji Pemadatan di Laboratorium. ... 31

5. Hasil Pengujian ... 35

6. Kode Pada Mold Untuk Setiap Kadar Plastik dan Metode Pemadatan ... 52

7. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lanau... 55

8. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah Lanau... 57

9. Hasil Pengujian Analisis Saringan...59

10. Hasil Pengujian Hidrometer...60

11. Hasil Pengujian Batas Atterberg...61

12. Hasil Pengujian CBR...64

13. HasilPengujian Sudut Geser...64

14. Hasil Pengujian Pemadatan...71

15. Hasil Pengujian CBR 0.25% Plastik...72

16. Hasil Pengujian CBR 0,5% Plastik...73

(18)

18. Hasil Pengujian CBR 0,1% Plastik... 75

19. Nilai CBR Keseluruhan...76

20. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung 0,25% Plastik...77

21. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung 0,5% Plastik...79

22. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung 0,75% Plastik...80

23. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung 0,1% Plastik...82

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampah adalah limbah yang jumlahnya terakumulasi tahun demi tahun ini

akan menjadi masalah yang sangat pelik di indonesia terutama di Kota-Kota

besar seperti di kota Bandar Lampung. Pertambahan jumlah penduduk

menyebabkan meningkatnya jumlah sampah perharinya. Terdapat sampah

yang mudah terurai dan yang sulit terurai. Salah satu jenis sampah yang

sangat sulit terurai bahkan memerlukan waktu ratusan tahun adalah plastik.

Salah satu usulan pemecahan sampah plastik ialah pemanfaatan sampah

plastik yang dicampur pada timbunan tanah dimana sistem perkuatan yang

menggunakan plastik dianggap sebagai perkuatan tanah fleksibel. Dengan

memanfaatkan sampah plastik yang merupakan material berkuatan tarik

tinggi ini diharapkan dapat meningkatkan daya dukung tanah.

Sementara data Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) 2007 menenjukan,

volume timbunan sampah di 194 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai

666 juta liter atau setara 42 juta kilogram , dimana komposisi sampah

plastik mencapai 14 persen atau 6 juta ton. Berdasarkan data KLH 2008,

dari total timbunan sampah nasional, jumlah sampah yang diloah dengan

dikompos atau didaur ulang hampir 5 persen atau setara 12800 ton perhari.

(20)

2

antaranya sampah organik yang mudah melebur dengan tanah

(biodegradable) yang potensial menghasilkan metan. Total sampah 14 kota

Metropolitn rata-rata mencapai 5.364 meter3/hari, dimana volume sampah

non organik cendrung terus bertambah.

Di Indonesia sebagaian besar plastik daur ulang dimanfaatkan kembali

sebagai pruduk semula dengan kualitas yang rendah, sedangkan

pemanfaatan sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui karena

tidak adanya atau terbatasnya kajian lapangan dan petunjuk teknis

pemanfaatannya. Salah satu kemungkinan pemanfaatannya dalam bidang

konstruksi adalah sebagai bahan campuran tanah untuk mengetahui

kekuatan tanah berdasarkan nilai CBR yang didapat. Bahan plastik

mempunyai kekuatan tarik yang besar, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

memperoleh daya dukung tanah yang besar dengan cara mencampur dengan

limbah plastik tersebut yang telah dihancurkan dengan komposisi tertentu.

Diharapkan akan terjadi interaksi tanah dengan plastik sehingga sudut geser

tanah akan meningkat dan mengakibatkan peningkatan stabilisasi tanah.

Tanah lanau memiliki sifat dan karakteristik yang sangat berbeda dengan

tanah lainnya.Secara umum tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik

yaitu mempunyai kuat geser rendah setelah dikenai beban, kapilaritas tinggi,

permeabilitas rendah dan kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.Sifat

tanah ini jika mengandung material pengikat (lempung atau kapur) dalam

kondisi kering tanah ini mempunyai kapasitas dukung sedang sampai tinggi.

Akibat penjenuhan, loess kehilangan sifat rekatnya dan dapat mengalami

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian berupa pengaruh

limbah plastik terhadap daya dukung tanah lanau untuk mengetahui

kekuatan tanah berdasarkan nilai CBR tanah dan nilai batas-batas

konsistensi (batas-batas Atterberg). Selain itu peneletian ini bermaksud

untuk mengetahui presentase kadar plastik yang dibutuhkan untuk

meingkatkan nilai daya dukung tanah.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini merupakan tanah lanau

yang berasal dari Desa Yosommulyo, Kec Metro Timur, Kota Metro, di

Provinsi Lampung.

2. Limbah sampah plastik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

limbah yang telah dihancurkan dan diambil dari salah satu pabrik yang

berada di JL. Soekarno-Hatta Bypass kota Bandar Lampung.

3. Kadar limbah plastik yang digunakan sebagai campuran tanah lanau

sebanyak 0,25% ; 0,5% ; 0,75% ; 1%.

4. Untuk mengetahui peningkatan daya dukung tanah, dilakukan percobaan

laboratorium berupa :

(22)

4

b. Pengujian pada tanah dengan campuan limbah plastik

1. Pengujian Berat Jenis

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah serat plastik dapat meningkatkan daya

dukung tanah lanau.

2. Untuk mengetahui kekuatan tanah berdasarkan nilai CBR (California

Bearing Capasity Rattio test\ ).

3. Mengetahui pengaruh variasi kadar campuran limbah plastik dan

mencari kadar limbah plastik yang ideal dalam pencampuran limbah

plastik.

4. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang dapat digunakan dari

limbah plastik yang menjadi masalah dalam kehidupan untuk

(23)

pengetahuan tentang sifat – sifat fisik dan mekanik tanah lanau dengan

campuran pasir.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat diambil manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan informasi perencana dan pelaksana bangunan teknik sipil

sehingga bermanfaat bagi perkembangan teknologi bahan bangunan

yang secara langsung berdampak positif terhadap kegiatan industri

konstruksi di Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana manfaat

penggunaan sampah plastik untuk meningkatkan daya dukung tanah,

sehingga dapat dijaikan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah

pengelolaan sampah plastik di lapangan.

Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah

pemikiran baru yang positif terhadap pemanfaatan limbah plastik sebagai

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Pengertian Tanah

Tanah dari pandangan ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan

mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose)

yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992).

Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian-bagian

yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya

mungkin material organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi

udara dan air (Verhoef,1994).

Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat,

zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap diantara

partikel-partikel.Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara,

ataupun yang lainnya (Hardiyatmo, 1992).

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi

secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat

tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat

(25)

menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah

satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan

karbondioksida (Wesley, 1977).

Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah

campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis

berikut:

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya

lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm

sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai

150 mm.

c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai

5 mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm

sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.

d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm

sampai 0,0074 mm.

e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil

dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah

yang kohesif.

f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran

(26)

8

2. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis

tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam

kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sebagian besar

sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa

didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi

ukuran dan plastisitas.

Ada beberapa macam sistem klasifikasi tanah yang umumnya digunakan

sebagai hasil pengembangan dari sistem klasifikasi yang sudah ada.

Beberapa sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan

batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut adalah sistem klasifikasi

AASHTO (American Association of State Highway and Transportation

Official) dan sistem klasifikasi tanah unified (USCS).

a. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO awalnya membagi tanah kedalam 8

kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk subkelompok. Sistem yang

direvisi (Proc. 25 th Annual Meeting of Highway Research Board,

1945) mempertahankan delapan kelompok dasar tanah tadi tapi

menambahkan dua subkelompok dalam A-1, empat kelompok dalam

A-2, dan dua subkelompok dalam A-7. Kelompok A-8 tidak

diperlihatkan tetapi merupakan gambut atau rawang yang ditentukan

berdasarkan klasifikasi visual. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya

(27)

rumus-rumus empiris. Pengujian yang dilakukan hanya analisis saringan dan

batas-batas Atterberg (Bowles, 1984).

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Klasifikasi umum

Tanah berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi

Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung

(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200) Klasifikasi

Tanah berlanau Tanah Berlempung

Penilaian sebagai bahan tanah dasar

Biasa sampai jelek

(28)

10

Tabel 1 merupakan sistem klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO.

Tanah A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir (granular) dengan tidak

lebih dari 35 persen bahan lolos saringan No.200. Bahan khas dalam

kelompok A-1 adalah campuran bergradasi baik dari kerikil, pasir

kasar, pasir halus, dan suatu bahan pengikat (binder) yang mempunyai

plastisitas sangat kecil atau tidak sama sekali (Ip ≤ 6). Kelompok A-3 terdiri dari campuran pasir halus, bergradasi buruk, dengan sebagian

kecil pasir kasar dan kerikil, fraksi lanau yang merupakan bahan tidak

plastis lolos saringan No.200. Kelompok A-2 juga merupakan bahan

berbutir tetapi dengan jumlah bahan yang lolos saringan No.200 yang

cukup banyak (tidak lebih dari 35 persen). Bahan ini terletak di

anatara bahan dalam kelompok A-1 dan A-3 dan bahan lanau –

lempung dari kelompok A-4 sampai A-7. Kelompok A-4 sampai A-7

adalah tanah berbutir halus dengan lebih dari 35 persen bahan lolos

saringan No.200.

b. Sistem Klasifikasi Tanah Sistem Unified (USCS)

Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas 3 (tiga) kelompok

(Sukirman, 1992) yaitu :

1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200.

2. Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.

3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa

tumbuh- tumbuhan yang terkandung di dalamnya.

Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk

(29)

yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara

dan untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan. Klasifikasi

berdasarkan Unified System (Das, 1995), tanah dikelompokkan

menjadi:

a. Tanah berbutir kasar adalah tanah yang lebih dan 50% bahanya

tertahan pada ayakan No. 200. Tanah butir kasar terbagi atas

kerikil dengan simbol G (gravel), dan pasir dengan simbol S

(sand).

b. Tanah butir halus adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya

lewat pada saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau

dengan simbol M (silt), lempung dengan simbol C (clay), serta

lanau dan lempung organik dengan symbol O, bergantung pada

tanah itu terletak pada grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas

rendah dan tanda H untuk plastisitas tinggi.

Adapun simbol simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini

adalah : W = well graded (tanah dengan gradasi baik)

P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)

L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50)

H = high plasticity (plastisitas tinggi) ( LL > 50)

(30)

12

Lanau adalah tanah berbutir halus yang mempunyai batas cair dan

indeks plastisitas terletak dibawah garis A dan lempung berada diatas

garis A. Lempung organis adalah pengecualian dari peraturan diatas

karena batas cair dan indeks plastisitasnnya berada dibawah garis A.

Lanau, lempung dan tanah organis dibagi lagimenjadi batas cair yang

rendah (L) dan tinggi (H). Garis pembagi antara batas cair yang

rendah dan tinggi ditentukan pada angka 50 seperti:

1. Kelompok ML dan MH adalah tanah yang diklasifikasikan sebagai

lanau pasir, lanau lempung atau lanau organis dengan plastisitas

relatif rendah. Juga termasuk tanah jenis butiran lepas, tanah yang

mengandung mika juga beberapa jenis lempung kaolinite dan

illite.

2. Kelompok CH dan CL terutama adalah lempung organik.

Kelompok CH adalah lempung dengan plastisitas sedang sampai

tinggi mencakup lempung gemuk. Lempung dengan plastisitas

rendah yang dikalsifikasikan CL biasanya adalah lempung kurus,

lempung kepasiran atau lempung lanau.

3. Kelompok OL dan OH adalah tanah yang ditunjukkan

sifat-sifatnya dengan adanya bahan organik. Lempung dan lanau

organik termasuk dalam kelompok ini dan mereka mempunyai

(31)

Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified

DivisiUtama Simbol NamaUmum KriteriaKlasifikasi

Ta

Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak

Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak

GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau

GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung

Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

DiagramPlastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakandua simbol.

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung

berlanau, lempung “kurus” (lean clays)

OL

Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung

“gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapatdilihat di ASTM Designation D-2488

(32)

14

B. Tanah Lanau

1. Definisi Tanah Lanau

Tanah lanau biasanya terbentuk dari pecahnya kristal kuarsa berukuran

pasir. Beberapa pustaka berbahas indonesia menyebut objek ini sebagai

debu. Lanau dapat membentuk endapan yangg mengapung di permukaan

air maupun yang tenggelam. Pemecahan secara alami melibatkan

pelapukan batuan dan regolit secara kimiawi maupun pelapukan secara

fisik melalui embun beku (frost) haloclasty. Proses utama melibatkan

abrasi, baik padat (oleh glester), cair (pengendapan sungai), maupun oleh

angin. Di wilayah wilayah setengah kering produksi lanau biasanya cukup

tinggi. Lanau yang terbentuk secara glasial (oleh glester) dalam bahas

inggris kadang-kadang disebut rock flour atau stone dust. Secara

komposisi mineral, lanau tersusun dari kuarsa felspar. Sifat fisika tanah

lanau umumnya terletak diantara sifat tanah lempung dan pasir.

Tanah lanau didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran

antara 0,002 mm sampai dengan 0,005 mm. Disini tanah di klasifikasikan

sebagai lanau hanya berdasarkan pada ukurannya saja. Belum tentu tanah

dengan ukuran partikel lanau tersebut juga mengandung mineral-mineral

lanau (clay mineral). Pada kenyataannya, ukuran lempung dan lanau

sering kali saling tumpang tindih, karena keduanya memiliki bangunan

kimiawi yang berbeda. Lempung terbentuk dari partikel-partikel

(33)

merupakan material yang butiran-butirannya lolos saringan no 200.

Membagi tanah ini menjadi dua kategori yaitu :

a. Lanau tepung batu yang mempunyai karakteristik tidak berkohesi dan

tidak plastis, sifat teknis lanau lepung batu cendrung mempunyai sifat

pasir halus

b. Lanau yang bersifat plastis

Secara umm tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu

mempunyai kuat geser rendah setelah dikenai beban, kapasitas tinggi,

permeabilitas rendah dan kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.

Peck, dkk. (1953)

2. Jenis-Jenis Lanau antara lain :

a. Lanau anorganik (Inorganic Slit) merupakan tanah berbutir halus

dengan plastisitas kecil atau sama sekali tidak ada. Jenis yang

plastisitasnya paling kecil biasanya mengandung butiran kuarsa

sedimensi, yang kadang-kadang disebut tepung batuan (Rockflour),

sedangkan yang sangat plastis mengandung partikel berwujud

serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis

b. Lanau organik merupakan tanah agak plastis , berbutir halus dengan

campuran partikel-partikel bahan organik terpisah secara halus. Warna

tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat gelap,

disamping itu mungkin mengandung H2S, CO2 , serta berbagai gas

lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada

tanah. Permeabilitas lanau organik sangat rendah sedangkan

(34)

16

3. Klasifikasi tanah lanau

Suatu tanah dapat digolongkan sebagai tanah lanau jika memenuhi syarat

sebagai berikut :

a. Mengandung 30% pasir, 40% butiran-butiran ukuran lanau, dan 30%

butiran-butiran ukuran lempung.

b. Butiran yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) berdasarkan ASTM

standar dan berukuran 0,002 mm.

c. Suatu bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari pasir, tetapi ada yang

mengandung sejumlah lempung

C. Plastik

Plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.

Plastik-plastik ini terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan

bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa dan nilai

ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat

dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa

banyak dari mereka "malleable" (lunak), memiliki properti keplastikan.

Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat

menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan

kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan

memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Plastik

dapat juga mengacu ke setiap barang yang memiliki karakter deformasi atau

gagal karena shear stress-keplastikan (fisika) dan ductile (Sheftel, 2000).

(35)

melihat tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic,

silicone, urethane, dll.). Karena polimer-polimer sintetik makin dipakai

dalam transportasi dan konstruksi, banyak usaha telah dilakukan untuk

mengembangkan polimer-polimer tak dapat nyala. Usaha-usaha ini bertujuan

untuk pengurangan gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk selama

pembakaran dan pengembangan serat-serat yang tidak dapat nyala. Serat-serat

polimer merupakan serat yang kuat dan elastik. Kekuatan merupakan salah

satu sifat yang sangat mekanik dari senyawa polimer (Alkhaliyani, 2013).

1. Jenis Jenis Plastik

Plastik dapat dibagi kedalam dua kategori utama:

a) Plastik thermoseting atau thermoset

Plastik tipe ini memiliki karakteristik keras, durable, mempertahankan

bentuknya dan tidak dapat berubah/diubah kembali kedalam bentuk

aslinya. Thermoset dapat digunakan sebagai suku cadang dari

kendaraan bermotor, suku cadang dari pesawat udara dan ban. Contoh

thermoset ialah : Polyurethanes, Polyester ,epoxy resins dan phenolic

resin.

b) Thermoplastik

Plastik tipe ini memiliki karakteristik yang dapat kembali ke bentuk

aslinya melalui pemanasan, mudah diolah dan dibentuk seperti fiber

,kemasan (packaging). Contoh material thermoplastik ialah :

(36)

18

Beberapa plastik yang sudah dikenal secara luas diantaranya ialah :

a) Polyethylene terephthalate (PET atau PETE)

Material ini dihasilkan dari kondensasi antara ethylene glycol dengan

asam terepthalic dan termasuk pada tipe thermoplastik. PET ini dapat

dibentuk menjadi fiber seperti dacron dan film seperti mylar. Material

PET ini merupakan plastik utama untuk pembuatan kantong kemasan

makanan.

b) Polystyrene (Styrofoam)

Polystyrene dibentuk dari molekul-molekul styrene. Ikatan rangkap

antara bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembali hingga

membentuk ikatan dengan molekul molekul styrene berikutnya dan

pada akhirnya membentuk polystyrene. Material ini diaplikasikan

untuk pembuatan furniture (pelapis kayu), selubung monitor komputer

,selubung TV, utensil, lensa (optik dari plastik ). Bilamana polystyrene

dipanaskan dan udara ditiupkan maka melalui pencampuran tersebut

akan terbentuk Styrofoam. Styrofoam memiliki sifat sangat ringan,

moldable dan merupakan insulator yang baik.

c) Polyvinyl Chloride (PVC)

PVC merupakan tipe thermoplastik ,dibentuk melalui polimerisasi

vinyl clhoride (CH2 =CH-Cl). Ketika dibuat sifatnya mudah pecah

(brittle/fragile), maka para manufaktur menambahkan suatu cairan

plasticizer supaya hasilnya memiliki sifat lunak dan mudah dibentuk

(moldable). PVC umumnya digunakan untuk pipa dan plumbing

(37)

lebih murah dari pipa besi. Namun demikian ada batas waktu kerja

plasticizer pada PVC tersebut dan bila batas waktu itu telah dilewati

maka PVC kembali menjadi mudah pecah dan mudah patah.

d) Polytetrafluoroethylene (Teflon)

Polytetrafluoriethylene dibuat melalui polimerisasi molekul molekul

tetrafluoroethylene (CF2=CF2). Polimer ini bersifat stabil .tahan

panas,kuat ,tahan terhadap berbagai bahan kimia dan permukaannya

sangat licin (hampir tidak ada gesekan). Teflon ini digunakan

diantaranya untuk peralatan masak, pelapis tahan air, bearing

(bantalan poros) dan tabung/pipa.

e) Polyvynilidine Chloride

Material ini hasil polimerisasi dari molekul molekul vinylidine

chloride (CH2=CCl2). Polimer ini dapat dibentuk kedalam bentuk

film dan lembaran panjang . Plastik ini sangat populer digunakan

untuk pembungkus makanan.

f) Polyethylene, LDPE dan HDPE

Polimer yang paling umum dalam plastik ialah polyethylene yang

dihasilkan (dibuat) dari monomer-monomer ethylene (CH2=CH2).

Pertama kali dibuat ialah LDPE (low density polyethylene), material

ini mengambang pada larutan campuran air dan alkohol. Karakteristik

LDPE ialah lunak dan fleksibel sehingga pertama kali diaplikasikan

sebagai isolator kawat listrik, namun saat ini aplikasinya telah

berkembang diantaranya untuk pembuatan film, wraps (pembungkus

(38)

20

pakai langsung dibuang. HDPE (high density polyethylene) dibuat

melalui polimerisasi ethylene dengan penambahan berbagai metal, dan

menghasilkan polimer polyethylene yang tersusun hampir sebagian

besarnya adalah polimer-polimer linier. Bentuknya yang linier

menghasilkan sifat bahan yang bersifat kuat, rapat dan strukturnya

mudah diatur. Plastik HDPE ini keras dan memiliki titik lebur tinggi

dibandingkan LDPE, selain itu tenggelam dalam larutan campuran air

dengan alkohol. Material ini diaplikasikan untuk pembuatan mainan

anak-anak dan kontainer.

g) Polypropylene (PP)

Polypropylene dibuat dari monomer-monomer propylene

(CH2=CHCH3). Variasi bentuk polypropylene memiliki kekerasan dan

titik leleh yang berbeda beda. Material PP ini diaplikasikan untuk

pembuatan hiasan mobil, selubung aki, botol, tabung, dan tas.

h) Polymethylmethacrylate (PMMA)

Polymethylmethacrylate (PMMA) atau dikenal dengan nama Acrylic.

Meskipun acrylic diketahui untuk digunakan dalam cat dan fiber

sintetik seperti fake fure, dalam bentuk padatan bahan ini memiliki

sifat keras dan lebih transparan daripada gelas. Bahan ini sering dijual

sebagai bahan pengganti gelas dengan merk dagang plexiglas atau

lucite. Bahan ini diaplikasikan untuk pembuatan kanopi pesawat

(39)

h) Polyurethane

Polyurethane diaplikasikan untuk pembuatan mattress, pelapisan dan

bahan pengisi furniture, isolasi panas dan untuk bahan pakaian olah

raga (lycra).

2. Sifat Plastik

Plastik juga mempunyai deformasi yang baik. Ada beberapa macam

kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:

a) Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan

suatu sampel. Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik,

contohnya fiber, harus mempunyai kekuatan tarik yang baik.

b) Compressive strength

Sifat ini adalah ketahanan terhadap tekanan. Plastik merupakan

material yang lentur dan elastis dan mem punyai kekuatan tekan yang

bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus

mempunyai kekuatan tekan yang bagus.

c) Flexural strength

Adalah ketahanan pada bending (flexing). Polimer mempunyai flexural

strength jika dia kuat saat dibengkokkan.

d) Impact strength

Adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba.

Polimer mempunyai kekuatan impact jika dipukul dengan keras secara

(40)

22

D. Stabilisasi Tanah

Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah

dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikkan

kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Adapun tujuan

stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan agregat material yang

ada. Sifat-sifat tanah yang dapat diperbaiki dengan cara stabilisasi dapat

meliputi : kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung, permeabilitas, dan

kekekalan atau keawetan.

Menurut Bowles, 1991 beberapa tindakan yang dilakukan untuk

menstabilisasikan tanah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kerapatan tanah.

2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi

dan/atau tahanan gesek yang timbul.

3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi

dan/atau fisis pada tanah.

4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah).

5. Mengganti tanah yang buruk.

Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri dari

salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut (Bowles, 1991) :

a) Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis

seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan,

(41)

b) Bahan Pencampur (Additiver), yaitu penambahan kerikil untuk tanah

kohesif, lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi

seperti semen, gamping, abu batubara, abu vulkanik, batuan kapur,

gamping dan/atau semen, semen aspal, sodium dan kalsium klorida,

limbah pabrik kertas dan lain-lainnya.

Metode atau cara memperbaiki sifat-sifat tanah ini juga sangat bergantung

pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena didalam proses

perbaikan sifat-sifat tanah terjadi proses kimia yang dimana memerlukan

waktu untuk zat kimia yang ada didalam additive untuk bereaksi.

E.California Bearing Ratio (CBR)

Metode perencanaan perkerasan jalan yang umum dipakai adalah cara-cara

empiris dan yang biasa dikenal adalah cara CBR (California Bearing Ratio).

Metode ini dikembangkan oleh California State Highway Departement

sebagai cara untuk menilai kekuatan tanah dasar jalan (subgrade). Istilah CBR

menunjukkan suatu perbandingan (ratio) antara beban yang diperlukan untuk

menekan piston logam (luas penampang 3 sqinch) ke dalam tanah untuk

mencapai penurunan (penetrasi) tertentu dengan beban yang diperlukan pada

penekanan piston terhadap material batu pecah di California pada penetrasi

yang sama (Canonica, 1991).

Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan

dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar

(42)

24

digunakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan yang diperlukan di atas

lapisan yang mempunyai nilai CBR tertentu. Untuk menentukan tebal lapis

perkerasan dari nilai CBR digunakan grafik-grafik yang dikembangkan untuk

berbagai muatan roda kendaraan dengan intensitas lalu lintas.

1. Jenis-Jenis CBR

Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi atas :

a. CBR Lapangan

CBR lapangan disebut juga CBR inplace atau field inplace dengan

kegunaan sebagai berikut :

1. Mendapatkan nilai CBR asli di lapangan sesuai dengan kondisi

tanah pada saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal

lapis perkerasan yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan

dipadatkan lagi.

2. Untuk mengontrol apakah kepadatan yang diperoleh sudah sesuai

dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ini tidak umum digunakan.

Metode pemeriksaannya dengai meletakkan piston pada kedalaman

dimana nilai CBR akan ditentukan lalu dipenetrasi dengan

menggunakan beban yang dilimpahkan melalui gardan truk.

b. CBR Lapangan Rendaman (undisturbed soaked CBR)

CBR lapangan rendaman ini berfungsi untuk mendapatkan besarnya

nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah

mengalami pengembangan (swelling) yang maksimum. Hal ini sering

(43)

lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, terletak pada

daerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim

penghujan dan kering pada musim kemarau. Sedangkan pemeriksaan

dilakukan di musim kemarau. Pemeriksaan dilakukan dengan

mengambil contoh tanah dalam tabung (mold) yang ditekan masuk

kedalam tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi

contoh tanah dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa

hari sambil diukur pengembangannya. Setelah pengembangan tidak

terjadi lagi, barulah dilakukan pemeriksaan besarnya CBR.

c. CBR Laboratorium

Tanah dasar pada konstruksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah

timbunan atau tanah galian yang dipadatkan sampai mencapai 95%

kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar

merupakan kemampuan lapisan tanah yang memikul beban setelah

tanah itu dipadatkan. CBR ini disebut CBR Laboratorium, karena

disiapkan di Laboratorium. CBR Laboratorium dibedakan atas 2

macam, yaitu CBR Laboratorium rendaman dan CBR Laboratorium

(44)

26

Gambar 2. Pengujian CBR

2. Pengujian Kekuatan dengan CBR

Alat yang digunakan untuk menentukan besarnya CBR berupa alat yang

mempunyai piston dengan luas 3 inch dengan kecepatan gerak vertikal ke

bawah 0,05 inch/menit, Proving Ring digunakan untuk mengukur beban

yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji

pengukur (dial). Penentuan nilai CBR yang biasa digunakan untuk

menghitung kekuatan pondasi jalan adalah penetrasi 0,1” dan penetrasi 0,2”, yaitu dengan rumus sebagai berikut :

Nilai CBR pada penetrsai 0,1” = Nilai CBR pada penetrsai 0,2” =

Dimana :

A = pembacaan dial pada saat penetrasi 0,1” B = pembacaan dial pada saat penetrasi 0,2”

100% x 3000

A

100% x 4500

(45)

Nilai CBR yang didapat adalah nilai yang terkecil diantara hasil

perhitungan kedua nilai CBR.

Berikut ini adalah tabel beban yang digunakan untuk melakukan penetrasi

bahan standar.

Tabel 3. Beban penetrasi bahan standar

Penetrasi

F. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Cara pengujian geser langsung ini terdapat dua cara yaitu, tegangan geser

terkendali (stress controlled) dan regangan terkendali (strain controlled).

Pada pengujian tegangan terkendali, tegangan geser diberikan dengan

menambahkan beban mati secara bertahap dan dengan penambahan yang sama

besarnya setiap kali sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang

bagi kotak besi tersebut. Pada uji regangan terkendali, suatu kecepatan gerak

mendatar tertentu dilakukan pada bagian belahan atas dari pergerakan geser

(46)

28

Gambar 3. Alat uji geser langsung

Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh tahanan geser tanah pada

tegangan normal tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser

tanah. , adapun analisis perhitungan kuat geser langsung sebagai berikut :

Nilai kuat Geser Langsung di peroleh dari nilai tegangan geser maksimu.

1. Hitung gaya geser Ph

Ph = bacaan arloji x kalibrasu proving ring

2. Hitung kekuatan geser (  )

masing benda uji dapatkan max

5. Gambarkan garis lurus melalui titik titik hubungan  versusn

(47)

6. Untuk mendapat parameter c dan dapat diselesaikan dengan cara

matematis (pesamaan regresi linear). Rumus kekuatan geser :

c

n

  

 tan

G. Pemadatan Tanah

Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan

pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel (Bowles,

1991). Usaha pemadatan tersebut akan menyebabkan volume tanah akan

berkurang, volume pori berkurang namun volume butir tidak berubah. Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menggilas atau menumbuk.

Manfaat dari pemadatan tanah adalah memperbaiki beberapa sifat teknik

tanah, antara lain :

1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai θ dan C (memperkuat tanah).

2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban,

3. Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k,

4. Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung).

Adapun prosedur dinamik laboratorium yang standar digunakan untuk

pemadatan tanah biasanya disebut uji ”Proctor”. Berdasarkan tenaga

(48)

30

1. Proctor Standar

Percobaan ini menggunakan standar ASTM D-698. Pada percobaan ini

tanah dipadatkan dalam mold standar dengan alat pemukul seberat 2,5 kg

yang dijatuhkan dengan ketinggian 30,5 cm. pemadatan dibagi tiap lapisan

dan setiap lapis mendapat pukulan 25 kali , uji ini menggunakan jenis

tanah yang lolos saringan no 4. Test ini dimaksudkan untuk menentukan

hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah dengan memadatkan

didalam cetakan slinder berukuran tertentu.

2. Proctor Modifikasi

Perbedaan pada percobaan ini yaitu pada alat pemukul, jumlah lapisan dan

tinggi jatuh alat pemukul. Berat pemukul yang dipakai yaitu 4,5 kg,

sedangkan jumlah lapisan pemadatannya sebanyak 5 lapis. Untuk tinggi

jatuh alat pemukul yaitu 45,7 cm. Pekerjaan ini biasanya digunakan untuk

pekerjaan berat seperti jalan raya , lapangan terbang. Pemadatan proctor

modifikasi hampir sama dengan proctor standard, hanya saja tinggi dan

jatuh palu dan jumlah lapis tanah yang berbeda pada uji modifikasi ini ,

hal ini dimaksudkan untuk menambah variasi dalam sebuah penelitian.

Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-155

Rincian mengenai persamaan ataupun perbedaan dari kedua proctor tersebut,

(49)

Tabel 4. Elemen-elemen uji pemadatan di laboratorium64

Proctor Standar

(ASTM D-698)

Proctor Modifikasi

(ASTM D-1557)

Berat palu 24,5 N (5,5 lb) 44,5 N (10 lb)

Tinggi jatuh palu 305 mm (12 in) 457 mm (18 in)

Jumlah lapisan 3 5

Jumlah tumbukan/lapisan 25 25

Volume cetakan 1/30 ft3

Tanah saringan (-) No. 4

Energi pemadatan 595 kJ/m3 2698 kJ/m3

Sumber : Bowles, 1991

H. Stabilisasi Tanah Menggunakan Plastik

Perkuatan tanah dengan menggunakan serpihan plastik didasarkan pada

kekuatan geser antara plastik dan partikel-partikel tanah. Serat sintetis tersebut

merupakan bahan yang mempunyai regangan putus lebih tinggi dibandingkan

dengan regangan runtuh tanah. Dengan demikian perkuatan bekerja dari

regangan rendah sampai regangan runtuh tanah dan setelah regangan runtuh

tanah dilampaui, perkuatan masih mampu memberikan tegangan tarik,

(50)

32

Gambar 4. Pencampuran tanah dengan plastik

Plastik yang tersusun dari bahan-bahan berupa polyprophylene (PP),

polyethylene (PE) dan high-density polyethylene (HDPE) mempunyai

kekuatan yang cukup sebagai bahan campuran untuk perkuatan tanah. Plastik

memiliki sifat tahan akan bahan kimia, sangat ringan, dan tahan terhadap

abrasi. Selain untuk memperbaiki daya dukung tanah, meningkatkan

pemanfaatan sampah plastik untuk bahan campur tanah dasar jalan raya juga

merupakan upaya melestarikan lingkungan, karena dampak bahan buangan

sampah plastik dapat dimanfaatkan secara tepat untuk keperluan di bidang

(51)

Gambar 5. Limbah plastik yang digunakan untuk stabilisasi tanah

I. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian laboratorium yang menjadi bahan pertimbangan dan

acuan penelitian ini dikarenakan adanya kesamaan bahan dan sampel tanah

yang digunakan, akan tetapi metode dan variasi campuran berbeda, antara

lain:

1. Penggunaan Serat Plastik Terhadap Daya Dukung Tanah Lempung

Penelitian yang dilakukan oleh Sheva Handy Kurniawan pada tahun 2011

adalah mengenai studi daya dukung tanah lempung dengan campuran serat

plastik yang dipotong-potong. Penelitian tersebut menggunakan kadar

campuran serat plastik 0,1%, 0,2%, 0,3 %, 0,4% dan 0,5% dari berat

sampel tanah, serat plastik dipotong potong dengan ukuran 50 mm x 10

mm serta dijemur selama 5x24 jam. Pada penelitian ini sampel tanah yang

digunakan merupakan sampel tanah yang diambil dari Kecamatan Sentolo,

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. nilai CBR untuk

tanah yang tidak diberi tambahan serat plastik adalah 3.8, sedang untuk

(52)

34

penambahan serat plastik 0.3% dengan nilai CBR 6 atau naik sebesar 63%

dari nilai CBR awal tanpa penambahan serat. Pada pengujian CBR soaked,

nilai CBR untuk tanah yang tidak diberitambahan serat plastik adalah 2.3,

sedang untuk penambahan serat plastik 0.1% - 0.5% nilai CBR’nya

berturut- turut adalah (3), (4), (3.6), (3), (2.8). Nilai CBR tertinggi didapat

pada penambahan serat plastik 0.2% dengan nilai CBR 4 atau naik sebesar

70% dari nilai CBR awal tanpa penambahan serat.

2. Perkuatan Tanah Lempung Menggunakan Serat Karung Plastik

Penelitian yang dilakukan oleh Adinda pada tahun 2000, mengambil

sampel tanah di daerah Kasihan Bantul. Untuk mengetahui pengaruh

terhadap kekuatannya, dilakukan uji triaxial pada tanah lempung tersebut.

Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pada penambahan serat

yang berupa lembaran 25mm², dengan penambahan 0% - 0,2%

mengakibatkan terjadinya kenaikan kohesi tanah dari 222,251 kN/m²

menjadi 269,03 kN/m² atau naik sebesar 20,9%. Pada penambahan 0,2% -

0,5% terjadi penurunan dari 269,03 kN/m² menjadi 199,73 kN/m², atau

turun sebesar 10,24% dari awalnya. Pengujian yang sama dilakukan

dengan cara menambahkan serat yang dibentuk lingkaran dengan diameter

25 mm mengakibatkan kenaikan daya dukung tanah. Kenaikan optimal

terjadi pada penambahan serat 0,2%, masingmasing dari 3431,4 KN/m²

menjadi 6255,9 KN/m² (naik sebesar 82,31%),serta naik dari 3431,4

KN/m² menjadi 8508,7 KN/m² untuk serat berupa lembaran (naik sebesar

(53)

3. Studi Perbandingan CBR Tanah Dengan Perkuatan Limbah Plastik

Penelitian yang dilakukan oleh Rajkumar Nagle, Prof. R.Jain, dan Prof.

A.K. Shinghi pada tahun 2013 yang dilakukan di Dept of Civil

Engineering, Jabalpur Engineering College, Jabalpur, India adalah

mengenai perbandingan nilai CBR tanah lempung berlanau, tanah pasir

dan tanah ekspansif. Kadar limbah plastik yang digunakan adalah 0,25%,

0,5%, 0,75%, dan 1%. Tanah yang digunakan pada penelitian ini untuk pengujian laboratorium diambil dari lingkungan kampus Jabalpur

Engineering College. Kepadatan kering maksimum dan kadar air

maksimum tanah ditentukan melalui pengujian pada tanah asli. limbah

plastik yang digunakan bersumber dari pasar lokal. Hasil percobaan

disajikan dalam tabel berikut

Tabel 5. Hasil Pengujian (Rajkumar Nagle,R.Jain, dan A.K. Shinghi, 2013)

Jenis

Tanah Pengujian Keadaan Asli

(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Sampel Tanah

Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

yosomulyo, Kota Metro Timur. Sampel tanah yang diambil adalah tanah

terganggu (disturbed soil) yaitu tanah yang telah terganggu oleh lingkungan

luar. Sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili

tanah di lokasi pengambilan sampel.

Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis saringan,

batas-batas konsistensi, berat jenis, pemadatan (standart proctor dan proctor

modified), dan CBR. Sampel tanah yang diambil tidak perlu adanya usaha

yang dilakukan untuk melindungi sifat dari tanah tersebut. Pengambilan

sampel tanah terganggu (disturb) cukup dimasukan kedalam karung plastik

atau pembungkus lainnya.

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji analisis

saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas-batas atterberg, uji proctor

(55)

Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung

yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing Material

(ASTM).

C. Benda Uji

1. Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini yaitu tanah dengan klasifikasi

lanau yang berasal dari daerah Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota

Metro – Provinsi Lampung.

2. Air, bisa menggunakan air dari Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan

Teknik Sipil, Universitas Lampung.

3. Stabilizing agent yaitu limbah plastik, limbah plastik yang dipakai adalah

hasil pengolahan sampah plastik yang sudah berbentuk serpihan-serpihan

kecil dan dijemur selama 1x24 jam untuk mendapatkan plastik yang

benar-benar kering.

D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Plastik

1. Plastik dicampur dengan tanah yang telah ditumbuk (butir aslinya tidak

pecah) dan lolos saringan no. 4 (4,75 mm). Kadar campuran plastik yaitu

0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1 % didapatkan dari penelitian terdahulu.

2. Tanah yang sudah dicampur dengan plastik didiamkan selama 24 jam untuk mendapatkan campuran yang baik.

3. Campuran dipadatkan hingga mencapai kepadatan optimum.

4. Setelah mencapai kepadatan maksimum, tanah yang sudah dicampur

dengan plastik direndam selama 4 hari untuk pengujian CBR dengan

(56)

38

E. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan

Teknik Sipil, Universitas Lampung. Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi

2 bagian pengujian yaitu pengujian untuk tanah asli dan tanah yang telah

dicampur dengan plastik, adapun pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Pengujian Sampel Tanah Asli

a. Pengujian Analisis Saringan

b. Pengujian Berat Jenis

c. Pengujian Kadar Air

d. Pengujian Batas Atterberg

e. Pengujian Pemadatan Tanah

f. Pengujian CBR

g. Pengujian Sudut Geser

2. Pengujian pada tanah yang telah dicampur dengan Limbah Plastik

a. Pengujian Pemadatan Tanah

b. Pengujian CBR

c. Pengujian Sudut Geser

Pada pengujian tanah campuran, setiap sampel tanah dibuat campuran

dengan plastik dengan kadar 0,25, 0,5%, 0,75 dan 1% dari berat sampel

dan juga dilakukan perawatan yang sama yaitu selama 7 hari sebelum

(57)

1. Uji Kadar Air

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah

yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-2216.

Adapun cara kerja pengujian ini berdasarkan ASTM D- 2216, yaitu :

a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji

kedalam cawan dan menimbangnya.

b. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu

110oC selama 24 jam.

c. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung

prosentase kadar air.

Perhitungan :

1. Berat air (Ww) = Wcs – Wds

2. Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc

3. Kadar air (ω) =

x 100%

Dimana :

Wc = Berat cawan yang akan digunakan

Wcs = Berat benda uji + cawan

(58)

40

2. Uji Analisis Saringan

Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah

melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin

kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui

prosentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991).

Langkah Kerja :

a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar airnya.

b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan

sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.

c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar

selama kira-kira 15 menit.

d. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang

tertahan di atasnya.

Perhitungan :

1. Berat masing-masing saringan (Wci)

2. Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di

atas saringan (Wbi)

3. Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci

4. Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan (∑Wai ≈ Wtot)

5. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan

(59)

Pi =

[

]

x 100%

6. Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :

qi –100%– pi% q(1 + 1) = qi – p(I + 1)

Dimana :

i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter maksimum sampai saringan No. 200).

3. Uji Batas Atterberg

a. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis

tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-4318.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain :

1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan

menggunakan saringan No. 40.

2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Casagrande setinggi 10 mm.

3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian

diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian

dimasukkan kedalam mangkuk casagrande dan meratakan

(60)

42

4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji

dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan

grooving tool.

5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang

13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan

harus berada diantara 10 – 40 kali.

6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk

pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama

untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda

sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan

yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas

25 ketukan.

Perhitungan :

1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah

pukulan.

2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada

grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan

sumbu y sebagai kadar air.

3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.

4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25.

b. Batas Plastis (Plastic limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada

(61)

batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-4318.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 antara lain :

1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan

No. 40.

2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian

digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm

sampai retak-retak atau putus-putus.

3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang

4. Menentukan kadar air benda uji.

Perhitungan :

1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda

uji.

2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel

tanah yang diuji, dengan rumus :

PI = LL – PL

4. Uji Berat Jenis

Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah

dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos

saringan No. 40. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam

Gambar

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS
Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified
Gambar 2. Pengujian CBR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai yang ditunjukkan dalam perhitungan bahwa nilai berat kering optimum setiap sampel yang dipadatkan dengan metode pemadatan modified lebih besar dibandingkan

Dari hasil penelitian Pengaruh Penggunaan Serat Plastik Terhadap Nilai Daya Dukung Tanah Lempung dapat ditarik kesimpulan, pada pengujian CBR unsoaked, nilai CBR untuk tanah yang

Dari hasil pengujian pemadatan tanah lempung bercampur pasir dengan campuran semen 0%, 5%, 10%, dan 15% menggunakan proctor standart di laboraturium, terlihat bahwa

Dari pengujian pemadatan tanah yang dilakukan pada tanah asli dan tanah yang telah dicampur zeolit, akan didapat nilai kadar air optimum serta berat isi kering maksimum dalam tanah

Pengujian pemadatan tanah asli dan tanah yang sudah distabilisasi, serta pengujian kuat tekan bebas tanah asli dan tanah yang sudah distabilisasi dengan abu cangkang sawit,

Percobaan berat jenis (Gs) setiap penambahan persentase abu cangkang kelapa sawit juga mengalami Pengujian pemadatan pada tanah asli dengan menggunakan standart

Nilai berat volume kering maksimum terbesar pada tanah campuran diperoleh pada penambahan limbah plastik PET Polyethylene Terepthalate persentase 2% yaitu sebesar 1,455 gr/cm3,

Grafik Berat Isi Kering Maksimum Pengujian Proctor Standar Tanah Asli + Semen 3.3.2 Pengujian Proctor Standar Tanah Asli + Semen + renolith Hasil pengujian proctor standar pada