• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP SIKAP SISWA DALAM MENGAPLIKASIKAN NILAI RELIGIUS DI SMAN 1 SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP SIKAP SISWA DALAM MENGAPLIKASIKAN NILAI RELIGIUS DI SMAN 1 SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP SIKAP SISWA DALAM MENGAPLIKASIKAN NILAI RELIGIUS DI SMAN 1

SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Yuni Purwaningsih

Penelitian ini bertujuan menguji dan mendeskripsikan pengaruh pembinaan rohani terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai Religius di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif korelasional. Sampel penelitian berjumlah 49 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang nyata antara pembinaan rohani dengan sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius dengan tingkat keeratan pengaruh sebesar 0,56 yang berada pada kategori sedang. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pembinaan rohani yang baik, akan mempengaruhi sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius. Semakin baik dan kompleks pembinaan rohani yang diberikan, maka akan semakin baik pula sikap siswa khususnya dalam mengaplikasikan nilai religius.

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengembangkan potensi diri siswa agar memiliki sikap dan perilaku lebih baik dari sebelumnya. Melalui pendidikan inilah diharapakan siswa dapat menjadi siswa yang cerdas baik secara jasmani maupun rohani.

Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan yaitu sekolah. Sekolah merupakan salah satu wahana untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan, melalui proses pendidikan yang menyatukan antara ranah pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai sehingga akan dapat dihasilkan siswa yang unggul dan berkualitas, baik secara ilmu pengetahuan maupun secara akhlak.

(3)

cara memberikan pembinaan rohani di tingkat sekolah. Sehingga, siswa tidak hanya berhasil secara teoritis atau hanya sebatas penguasaan materi saja, namun diharapkan mampu mengaplikasikan hasil belajar akademik dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Realitanya, banyak dijumpai sekolah yang hanya mengedepankan pengembangan ranah pengetahuannya saja. Sedangkan ranah keterampilan, serta sikap dan nilai kurang mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah, sehingga banyak dari siswa kurang mampu untuk membentengi dirinya dalam menangkal berbagai macam pengaruh yang tidak baik. Misalnya, sering kali kita melihat siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat bahkan melakukan aktivitas yang bersifat kesenangan sesaat. Kesenangan tersebut biasanya bersifat pemborosan atau mengarah kepada kemaksiatan, contohnya bermain game, play station, bermain internet, bermain handphone dan sebagainya, sehingga melupakan waktu untuk beribadah. Selain itu sering dijumpai siswa yang membolos pada saat jam pelajaran, bertindak kurang sopan terhadap guru, merokok di sekolah, mencontek pada saat ulangan, melanggar aturan sekolah, kurang menghargai teman yang berbeda agama, kesadaran yang relatif rendah untuk menjalankan ibadah dan lain sebagainya.

(4)

dengan agama dan kepercayaan masing-masing, sehingga sikap dan perilaku sehari-harinya mencerminkan nilai-nilai religius.

Nilai religius merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter. Sebagaimana yang diketahui bahwa saat ini Indonesia sedang gencar menerapkan sistem pendidikan karakter, guna mendidik para generasi penerus bangsa menjadi manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran maupun mata kuliah yang diajarkan kepada para siswa maupun mahasiswa.

Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan agama masing-masing siswa. Sehingga siswa tidak akan mudah terpengaruh dan mampu membentengi diri dari berbagai macam hal yang bersifat negatif dan merugikan baik bagi dirinya maupun orang lain di sekitarnya.

(5)

indikator nilai religius seperti, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama.

Untuk mewujudkan indikator nilai religius tersebut, sekolah berupaya memberikan pembinaan kepada para siswa yaitu berupa pembinaan dan bimbingan terhadap rohani. Pembinaan rohani merupakan upaya pembentukan diri seseorang sehingga diharapakan menjadi diri yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Tuhannya, sehingga sikap dan perbuatan yang dilakukan mencerminkan nilai-nilai religius.

Pembinaan rohani sangat penting untuk dilakukan guna menunjang tercapainya misi Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah yaitu untuk menjadikan para siswa sebagai warga negara yang cerdas, demokratis dan religius, yaitu mereka secara konsisten mau dan mampu melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi, serta secara bertanggung jaawab berupaya membangun kehidupan bangsa yang cerdas.

(6)

Sistem nilai yang telah tertanam tersebut akan melandasi sikap dan perilaku nyata sehari-hari yang akhirnya akan muncul secara konsisten dalam menanggapi setiap situasi yang dihadapi. Sistem nilai yang ditanamkan bersumber dari nilai-nilai agama, nilai budaya dasar, ideologi dan nilai-nilai yang bersumber dari lingkungan. Sebagai bangsa yang religius bangsa Indonesia memiliki sistem nilai agama yang berciri khas toleransi sosial antar umat beragama sehingga memungkinkan masyarakat yang majemuk hidup berdampingan dalam kerukunan dan kebersamaan. Dengan demikian diharapkan siswa akan memiliki sikap kritis yang mendukung daya sintesa dan daya akulturasi guna menunjang semangat persatuan, kebersamaan keserasian dan keseimbangan.

(7)

Adapun bentuk-bentuk pembinaan rohani yang dilakukan di SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah diantaranya yaitu :

1. Membaca do’a sebelum dan sesudah jam pelajaran.

2. Memberlakukan sholat dzuhur bagi seluruh siswa yang muslim.

3. Mewajibkan sholat jum’at bagi siswa muslim laki-laki dan untuk siswa muslim perempuan diberikan pembinaan tersendiri yang dilaksanakan pada saat jam sholat jum’at.

4. Bagi siswa yang beragama Hindu dan Katolik diberikan pembinaan pada setiap hari sabtu, di luar jam pelajaran oleh guru agama.

5. Bagi siswa yang beragama Protestan diberikan pembinaan pada setiap hari sabtu yang diberikan di luar jam pelajaran oleh guru agama.

6. Peringatan hari-hari besar agama.

7. Pesantren kilat bagi yang beragama muslim yang dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan.

(8)

Selain pelanggaran-pelanggaran di atas, masih banyak lagi bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di SMA Negeri 1 Seputih Raman, seperti membolos pada saat jam pelajaran, bahkan pada saat sekolah memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing, siswa lebih banyak memilih bermain HP, duduk-duduk di kantin sekolah, mengobrol dengan teman-temannya, maupun melakukan kegiatan-kegiatan lain sehingga mereka tidak melaksanakan kegiatan ibadah.

Faktor menyebabkan rendahnya sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius antara lain perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, misalnya saja siswa lebih memilih bermain HP daripada melaksakan kegiatan pembinaan rohani ataupun melaksanakn kegiatan ibadah. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa berbagai macam dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk mengetahui cara yang tepat dalam menyikapi kemajuan teknologi informasi tersebut untuk menghindarkan pengaruh dari hal-hal yang negatif yang turut dibawa oleh kemajuan teknologi informasi.

(9)

dan hukum agama, merubah cara pandang supaya peduli akan kemajuan teknologi informasi dan dampak yang ditimbulkannya. Dengan demikian dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi akan dapat ditekan secara maksimal.

Selain itu, di SMA Negeri 1 Seputih Raman fasilitas ibadah yang disediakan hanya sebatas Mushola dan Pure di karenakan agama mayoritas yang dianut oleh siswa adalah agama Islam dan agama Hindu. Sedangkan untuk agama minoritas seperti Nasrani dan Budha tidak disediakan fasilitas berupa tempat ibadah.

Teman sebaya juga turut mempengaruhi rendahnya sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius di sekolah. Misalnya saat tiba waktu sholat mayoritas siswa lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan temannya di kantin sekolah atau di kelas sehingga mereka tidak melaksanakan ibadah sholat.

(10)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang terkait dengan aplikasi nilai religius dapat di identifikasi sebagai berikut:

a. Fasilitas yang tersedia untuk mengaplikasikan nilai religius di sekolah. b. Pembinaan rohani di sekolah.

c. Sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius.

d. Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam aplikasi nilai religius.

e. Pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk kepentingan penelitian ini, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada pembinaan rohani dan sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh pembinaan rohani terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius di SMA Negeri 1 seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?”.

1.5 Tujuan Penelitian

(11)

nilai religius bagi siswa di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.6 Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep dalam ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang pendidikan moral pancasila dalam aplikasi nilai religius siswa Sekolah Menengah Atas Seputih Raman.

b. Secara Praktis

1. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa agar memaksimalkan aplikasi nilai religius dalam kehidupan melalui berbagai macam pembinaan rohani sehingga mampu menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia dan dapat membawa diri dalam masyarakat.

2. Bagi guru, dapat memberikan masukan agar para guru dapat lebih intensif lagi dalam melakukan pembinaan kepada para siswa khususnya dalam hal pembinaan rohani.

(12)

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya dalam kajian Pendidikan Nilai dan Moral, karena penelitian ini berguna dalam mengkaji pengaplikasian nilai karakter siswa khususnya nilai karakter religius bagi siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kleas X dan kelas XI di SMA Negeri 1 Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Adapun ruang lingkup objek dari penelitian ini adalah pembinaan rohani dan sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Ruang lingkup wilayah dari penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pembinaan Rohani

A.Pengertian Pembinaan Rohani

Menurut pendapat Darminta (2006:16) pembinaan rohani merupakan usaha untuk hidup iman, sebab pada dasarnya hidup merupakan penyerahan diri penuh kepada Tuhan.

Sedangkan menurut Hagen (2006:171), “pembinaan rohani adalah pembinaan hati, yakni pembinaan yang bersifat menyeluruh, dapat berlangsung hanya jika dilaksanakan terus menerus oleh semua pihak dengan mengembangkan sekaligus daya-daya kemampuan jasmani dan rohani anak”.

(14)

masing-masing, sehingga sikap dan perilaku sehari-harinya mencerminkan nilai-nilai religius.

B.Dasar Hukum

Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yaitu “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Visi Indonesia 2020 (TAP MPR No : VII/2001 IV) yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.

(15)

Adapun ciri-ciri warga negara yang baik menurut Nurul Zuriah (2007:134), yaitu:

religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan, peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka dan penuh pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap peraturan, tidak suka berbuat onar, kreatif dan inovatif.

Dengan demikian, diharapakan sekolah mampu untuk memberikan fasilitas kepada para siswa untuk mengaplikasikan nilai religius di lingkungan sekolah serta memberikan arahan ataupun bimbingan yang berkesinambungan kepada siswa untuk mengaplikasikan nilai religius tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

C.Dasar-Dasar Pembinaan Rohani 1. Pembinaan Iman dan Ibadah

(16)

benar dalam diri manusia maka setiap perbuatannya akan di landasi dengan nilai-nilai keimanannya tersebut, dikutip dalam Agung Jatmiko (2012:13).

Menurut Nurul Zuriah (2007:83), “iman adalah meyakini akan adanya Tuhan Yang Maha Esa ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.

Sehingga, iman dapat disimpulkan sebagai bentuk keyakinan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diwujudkan dalam perilaku kesehariaanya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, sehingga apabila keimanan tersebut sudah tertanam dalam diri manusia dengan benar, maka sikap dan perbuatan yang dihasilkan pun akan mencerminkan nilai-nilai keimanannya tersebut.

Sedangkan ibadah menurut Sayyid Quthb dikutip dalam Agung Jatmiko (2012), “ibadah merupakan penghambaan terhadap

Tuhan dalam keseluruhan urusan dunia maupun akhirat”.

Sedangkan menurut Sigit Muryono (2009:135), “ibadah adalah penghambaan diri untuk mencari keridhoan Tuhan dan mengharap pahala di akhirat”.

(17)

a. Umum

Kita mengenal pencipta dan yang diciptakan. Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap Sang Pencipta dan kewajiban terhadap sesama manusia. Kewajiban terhadap Tuhan adalah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-perintah-Nya. Perbuatan yang dilakukan karena perintah-Nya disebut ibadah. Banyak perbuatan baik yang merupakan ibadah yang bersifat umum yang diajarkan oleh agama yang ada di dunia ini, seperti tolong-menolong dalam kebaikan, kasih sayang, bersikap ramah dan sopan dan lain sebagainya.

b. Khusus

Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang pelaksanaannya mempunyai tata cara tertentu.

Dengan demikian, seseorang yang memperoleh pembinaan dalam bentuk pembinaan ibadah, akan mampu membiasakan dirinya untuk melakukan perbuatan yang berlandaskan pada ajaran agama yang dianutnya, sehingga perilakunya pun akan sesuai dengan tuntunan agama yang dianutnya serta tidak melanggar batas-batas aturan agama yang dianutnya tersebut.

2. Pembinaan Pemikiran

Menurut Ahmad Izzat Rajih dikutip dalam Agung Jatmiko (2012) mendefinisikan pembinaan pemikiran dalam dua definisi: Pertama, definisi umum yaitu:”setiap akal yang berusaha menyingkap dan mengungkap berbagai hal. Sosok, sikap dan peristiwa dengan simbol-simbolnya tanpa melakukan upaya fisik untuk menyelesaikannya”. Definisi ini merupakan keseluruhan definisi akal, mulai dari yang paling mudah hingga yang paling rumit.

(18)

hasil wawasan dan paradigma yang dicapai oleh seseorang manusia setelah mengarahkan seluruh upayanya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kemudian itu semua itu diikuti dengan refleksinya pengaruh pengetahuan itu bagi kehidupan manusia, baik dalam arah maupun perilaku.

Pembinaan pemikiran penting untuk dilakukan agar wawasan yang diperoleh akan dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi, karena pembinaan pemikiran ini bertujuan untuk menyelesaikan kerumitan dalam pikiran seseorang.

3. Pembinaan Religiusitas Perilaku Siswa

Pembinaan religiusitas perilaku siswa yaitu proses menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai agama menjadi bagian dalam diri orang yang bersangkutan sehingga ia mampu untuk berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Pola pembinaan religiusitas perilaku siswa di sekolah dilaksanakan secara sadar dan tersusun secara sistematis yang mengarahkan siswa pada sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan ajaran agama.

Pembinaan religiusitas perilaku siswa diharapakan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(19)

c. Memelihara sikap saling pengertian d. Menjunjung sikap saling menghargai

D.Pembinaan Rohani di SMA Negeri 1 Seputih Raman

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bahwa dalam pembinaan rohani meliputi tiga dasar pembinaan. Tiga dasar pembinaan tersebut adalah pembinaan iman dan ibadah pembinaan pemikiran dan pembinaan religiusitas perilaku siswa. Akan tetapi bentuk pembinaan yang ada di SMA Negeri 1 Seputih Raman belum ideal karena hanya meliputi pembinaan ibadah saja.

Adapun bentuk pembinaan ibadah tersebut antara lain:

1. Membaca do’a sebelum dan sesudah jam pelajaran.

2. Memberlakukan sholat dzuhur bagi seluruh siswa yang muslim.

3. Mewajibkan sholat jum’at bagi siswa muslim laki-laki dan untuk siswa muslim perempuan diberikan pembinaan tersendiri yang dilaksanakan pada saat jam sholat jum’at.

4. Bagi siswa yang beragama Hindu dan Katolik diberikan pembinaan pada setiap hari sabtu, di luar jam pelajaran oleh guru agama.

5. Bagi siswa yang beragama Protestan diberikan pembinaan pada setiap hari sabtu yang diberikan di luar jam pelajaran oleh guru agama.

(20)

7. Pesantren kilat bagi yang beragama muslim yang dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan.

2.1.2 Nilai Religius

Nilai religius merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter. Nilai religius adalah nilai kerohanian yang tertinggi, sifatnya mutlak dan abadi, serta bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.

Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang (Thontowi, 2012).

(21)

Adapun indikator masyarakat yang religius menurut TAP MPR No : VII/2001 IV adalah:

a. Terwujudnya masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia sehingga ajaran agama, khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya, terutama kejujuran, dihayati dan diamalkan dalam perilaku keseharian.

b. Terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama. c. Terwujudnya penghormatan terhadap martabat manusia.

Sedangkan Paul Suparno, yang dikutip dalam Nurul Zuriah (2007:39), indikator nilai religius dijabarkan sebagai berikut:

a. Mensyukuri hidup dan percaya kepada Tuhan. b. Sikap toleran.

c. Mendalami ajaran agama.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mengambil tiga indikator nilai religius, sebagai berikut:

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Beriman berarti percaya sepenuh hati akan adanya Tuhan, Sang Pencipta alam semesta dan segala isinya. Jadi orang beriman berarti mau, rela, ikhlas sepenuh hati menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta melaksanakan kehendakNya sebagai landasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(22)

kehidupan ini memiliki ketaqwaan dan keimanan yang tinggi, mengamalkan agamanya dengan baik dan benar, maka akan tercapai tujuan hidup manusia, yakni bahagia lahir dan batin. b. Toleransi antar dan antara umat beragama

Menurut Edwi Nugrohadi (2013:68), toleransi yaitu suatu keterbukaan yang mencakup sikap, sifat dan semangat hidup dalam kebersamaan dan perjumpaan dengan yang lain.

Toleransi atau bersikap toleran merupakan hal mutlak yang harus ada ketika kita menjalani kehidupan dalam kebersamaan dengan orang lain yang berbeda dengan diri kita. Toleransi antar dan antara umat beragama menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kehidupan negara kita, karena berbagai keberagaman yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bersikap toleran adalah salah satu jalan yang harus ditempuh oleh semua umat beragama dalam usahanya untuk mewujudkan kerukunan hidup umat beragama.

c. Penghormatan terhadap martabat manusia

(23)

2.1.3 Sikap Siswa Dalam Aplikasi Nilai Religius

Secara umum sikap atau ettitude adalah suatu bentuk perasaan terhadap sesuatu yang pada akhirnya menentukan perilaku yang akan kita lakukan. Perasaan tersebut dapat berupa suatu perasaan mendukung atau memihak, tidak mendukung, suka, tidak suka, dsb. Munculnya perasaan tersebut tidak dapat terlepas dari adanya stimulus yang menghendaki adanya respon, sehingga kadangkala sikap menjadi suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkndisikan, dalam hal ini individu tersebut memahami, merasakan dan akhirnya mampu menentukan perilaku terhadap objek dilingkungan sekitarnya.

Sikap dapat lebih dipahami melalui beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para ahli, Allport dalam Djaali (2008:114) menjelaskan, “sikap merupakan sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun

melalui pengalaman respon individu terhadap semua objek atau situasi

yang berhubungan dengan objek itu”. Sedangkan Bruno dalam

Muhibbin Syah (2003:123) mengatakan “ sikap merupakan kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau objek tertentu”.

Hal ini sama dengan penjelasan mengenai sikap yang dikemukakan oleh Chaplin dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008:141):

(24)

dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi terhadap orang, lembaga, atau peristiwa, baik secara positif maupun negatif.

Pendapat yang ketiga ini juga didukung oleh pendapat dari La Piere

dalam Azwar (2003:130), ia mengemukakan, “sikap sebagai suatu pola

perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan“.

Dari keempat pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk memberikan reaksi terhadap orang, lembaga atau peristiwa baik secara positif maupun negatif sehingga mampu untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial.

Travers, Gagne, dan Cronbach dalam Abu Ahmadi (2007:151) sependapat bahwa sikap memiliki tiga komponen yang saling berhubungan, ketiga komponen tersebut adalah :

a. Komponen kognitif berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek. b. Komponen afektif yang menunjuk pada dimensi emosional dari

sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai objek yang menyenangkan atau tidak.

(25)

Sikap yang melekat dalam diri seseorang memiliki fungsi didalam kehidupan orang tersebut, Katz dalam Bimo Walgito (2003:121) menjelaskan bahwa fungsi sikap adalah :

a. Fungsi instrumental atau penyesuaian/manfaat.

Fungsi ini berkaitan dengan sarana-tujuan. Sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang selalu memandang sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka pencapaian tujuan.

b. Fungsi pertahanan ego.

Merupakan sikap yang diambil oleh seseorang untuk mempertahankan egonya. Sikap ini diambil pleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya.

c. Fungsi ekspresi nilai.

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekpresikan diri, seseorang akan mendapatkan kepuasan dengan menunjukkan keadaan dirinya.

d. Fungsi pengetahuan.

(26)

Sedangkan sikap religius sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan oleh Suparlan (2010) sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama. Pembentukan karakter religius ini tentu dapat dilakukan jika seluruh komponen stake holders pendidikan dapat berpartisipasi dan berperan serta, termasuk orang tua dari siswa itu sendiri.

Menurut Nurul Zuriah (2007:56), nilai religius ditingkat Sekolah Menengah Atas dapat ditanamkan melalui keterlibatan dan kepekaan sosial, melihat keprihatinan dan penderitaan hidup manusia, ajaran agama manapun akan mengajak dan mendesak penganutnya untuk bertindak baik.

(27)

Perwujudan dari ajaran agama akan menjadi nyata dalam tindakan yang juga menyatukan semua orang dalam keprihatinan yang sama. Perbuatan baik semacam ini merupakan amal baik kepada sesama yang juga menjadi ajaran dan tuntunan semua agama untuk dilaksanakan oleh para pemeluk dan penganutnya.

2.1.4 Peran Mata Pelajaran PKn dalam Mengembangkan Nilai Religius Menurut pendapat Nurul Zuriah (2007:150), “Pendidikan Kewarganegaraan mengemban misi untuk menjadikan para siswa sebagai warga negara yang cerdas, demokratis dan religius, yaitu mereka secara konsisten mau dan mampu melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi, serta secara bertanggung jaawab berupaya membangun kehidupan bangsa yang cerdas”.

Menurut Sumarsono,dkk (2005:6) Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan sikap yang: a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

b. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

(28)

e. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Selain Pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Agama juga memiliki peran yang startegis dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada para siswa. Budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasar pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik.

Menurut draft kurikulum berbasis kompetensi yang dikutip dalam Nurul Zuriah (2007:17), “budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata karma dan sopan santun norma budaya dan adat istiadat masyarakat”.

(29)

Selain Pendidikan Budi Pekerti, pendidikan keagamaan merupakan pendidikan wajib bersama sama dengan 12 bahan kajian lainnya. Pada jenjang pendidikan menengah, pendidikan keagamaan juga merupakan pendidikan wajib bersama dengan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jadi, pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional keberadaannya sangat penting.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. Sedangkan tujuan dari Pendidikan Agama yaitu untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

(30)

Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama di sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para siswa dalam mengamalkan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-harinya di masyarakat.

Sementara itu, persoalan atau tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama sebagai suatu mata pelajaran di sekolah saat ini adalah bagaimana agar pendidikan agama tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, tetapi dapat mengarahkan anak didik untuk menjadi manusia ygn benar benar mempunyai kualitaskeberagamaan yang kuat. Dengan demikian, materi pendidikan agama tidak hanya menjadi pengetahuan, tetapi dapat membentuk sikap dan kepribadian peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa dalam arti sesungguhnya, apalagi pada saat saat pergeseran nilai nilai yang ada sebagai akibat majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Kerangka Pikir

(31)

Sikap siswa dalam megaplikasikan nilai religius adalah kecenderungan untuk berperilaku yang didasari pada keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, toleransi antar dan antara umat beragama serta penghormatan terhadap martabat manusia.

Dengan adanya pembinaan rohani ditingkat sekolah diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius sehingga akan dihasilkan siswa yang berkualitas sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema dibawah ini:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Peneliti Variabel X

Dasar-dasar Pembinaan Rohani:

a. Pembinaan Iman dan Ibadah

b. Pembinaan Pemikiran c. Pembinan

Religiusitas Perilaku Siswa

Variabel Y:

Sikap Siswa Dalam

Mengaplikasikan Nilai Religius: a. Beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan YME

b. Terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama c. Terwujudnya penghormatan

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menemukan data yang valid dan pengembangan suatu pengetahuan serta dapat digunakan untuk menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.

Penggunaan metode dalam suatu penelitian juga harus memperhatikan karakteristik dan objek yang akan diteliti. Oleh karena itu,

(33)

3.2Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga pelaksanaan teknis di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.2.1 Persiapan Pengajuan Judul

(34)

3.2.2 Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapatkan izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan nomor 1921/UN26/3/PL/2013, peneliti mulai melaksanakan penelitian pendahuluan di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

Penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam rangka penyusunan proposal penelitian yang ditunjang dengan beberapa literatur dan arahan baik dari pembimbing kedua maupun pembimbing utama. Pada tanggal 8 April 2013 proposal penelitian disetujui oleh pembimbing kedua dan diteruskan kepada pembimbing utama untuk mendapat bimbingan dan arahan lebih lanjut. Kemudian, pada tanggal 18 April 2013 proposal penelitian disetujui oleh pembimbing utama untuk melaksanakan seminar proposal yang kemudian disahkan oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

3.2.3 Rencana Pengajuan Penelitian

(35)

lebih sempurna. Setelah kegiatan seminar proposal kemudian peneliti melakukan perbaikan sesuai dengan saran dari hasil seminar proposal.

3.2.4 Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Administrasi

Penelitian dilaksanakan berdasarkan Surat Izin Penelitian Dari dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3047/ UN26/3/PL/2013 yang ditujukan kepada Kepala SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah.

2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. maka peneliti mempersiapkan angket tertutup yang ditujukan kepada responden yang berjumlah 49 siswa, dengan jumlah item pertanyaan 20 soal yang terdiri dari tiga alternatif jawaban. Dalam rangka menyusun angket tersebut, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi angket tentan pengaruh pembinaan rohani terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius. b. Membuat item-item pertanyaan angket yang masing-masing

(36)

c. Melakukan konsultasi terhadap angket yang akan digunakan dalam penelitian kepada pembimbing kedua dan pembimbing utama guna mendapat persetujuan.

d. Setelah angket tersebut disetujui oleh pembimbing kedua dan pembimbing utama maka angket tersebut siap disebarkan kepada (10) siswa di luar responden, yang setelah itu angket diberikan kepada responden yang sebenarnya.

Penyusunan angket adalah untuk mendapatkan data pokok dalam penelitian ini untuk dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti menyusun angket berdasarkan data yang dibutuhkan dan yang akan digunakan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh erat kaitannya dengan variabel penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan kelas XI di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah TP 2012/2013, dengan jumlah keseluruhan 488 siswa, untuk lebih jelas jumlah populasi dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.1 Jumlah populasi siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah TP 2012/2013

No. Kelas Jumlah Total

Laki-laki Perempuan

1. X1 9 29 38

2. X2 22 17 39

3. X3 16 23 39

(37)

5. X5 16 22 38

Sumber : Guru mata pelajaran PKn SMA Negeri 1 Seputih Raman

3.3.2 Sampel

Apabila subjek dalam suatu penelitian kurang dari 100 orang maka semua sampelnya digunakan, sehingga penelitian tersebut menggunakan penelitian populasi dan apabila subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15%, 20-25%, ataupun lebih (Suharsimi Arikunto (2010:107).

Berdasarkan teori diatas, karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari seratus, maka sampel penelitian ini diambil 10% dari 488 siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dan diperoleh sampel 48,8 dan dibulatkan menjadi 49. Jadi siswa yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebanyak 49 siswa.

(38)

2. XI IPA 1

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembinaan rohani.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius.

3.5Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Definisi Konseptual

1. Pembinaan rohani dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan pengarahan, bimbingan kepada seseorang agar ia dengan secara sadar dan sukarela mau melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, sehingga sikap dan perilaku sehari-harinya mencerminkan nilai-nilai religius.

(39)

antara umat beragama serta penghormatan terhadap martabat manusia.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang memberikan gambaran cara mengukur suatu variabel dengan memberikan arti suatu kegiatan. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pembinaan rohani dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan pengarahan, bimbingan kepada seseorang agar ia dengan secara sadar dan sukarela mau melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, sehingga sikap dan perilaku sehari-harinya mencerminkan nilai-nilai religius.

Dalam penelitian ini terdapat tiga dasar pembinaan rohani, yaitu:

a. Pembinaan iman sebagai landasan utama dalam pembentukan kepribadian manusia, baik secara pikiran, maupun perilaku. Iman tersebut berfungsi sebagai gizi bagi rohani dan unsur dalam menggerakkan perasaan dan kehendak. Sedangkan pembinaan ibadah, bertujuan agar siswa dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang diajarkan dan diperintahkan oleh Tuhannya.

(40)

sehingga dapat menumbuhkan berbagai pengalaman yang benar.

c. Pembinaan religiusitas perilaku siswa yaitu proses menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai agama menjadi bagian dalam diri orang yang bersangkutan sehingga ia mampu untuk berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

2. Indikator penelitian mengenai sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius adalah:

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Toleransi antar dan antara umat beragama.

c. Penghormatan terhadap martabat manusia.

3.6Rencana Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh pembinaan rohani sebagai variabel bebas (X) terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius kelas X dan kelas XI di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah TP 2012/2013 sebagai variabel terikat (Y).

(41)

masing-masing, sehingga sikap dan perilaku sehari-harinya mencerminkan nilai-nilai religius.

Di mana dalam pembinaan tersebut terdapat tiga dasar, yaitu: a. Pembinaan iman dan ibadah

b. Pembinaan pemikiran

c. Pembinaan religiusitas perilaku siswa

2. Sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius, di ukur melalui skor berskala 3 berdasarkan indikator :

a. Mendukung, jika siswa mengikuti pembinaan rohani dan mengaplikasikan indikator nilai religius dengan kategori baik.

b. Netral, jika siswa mengikuti pembinaan rohani dan mengaplikasikan indikator nilai religius dengan kategori kurang baik.

c. Tidak mendukung, jika siswa mengikuti pembinaan rohani dan mengaplikasikan indikator nilai religius dengan kategori tidak baik.

3.7Teknik Pengumpulan Data 3.7.1 Teknik Pokok

a. Angket

(42)

adalah skor nilai yang berupa angka-angka, untuk memperoleh data utama dan kemudian dianalisis.

3.7.2 Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung dengan responden.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data sekunder yang berupa keterangan-keterangan, catatan-catatan, laporan dan sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Pelaksanaannya penulis mencari sumber-sumber tertulis dilokasi penelitian. Teknik ini dilakukan dengan mencatat data tertulis guna mempelajari data yang sesuai dengan penelitian.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas

Untuk uji validitas dilihat dari logika validity dengan cara “judgement

(43)

3.8.2 Uji Reliabilitas

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Menyebarkan angket untuk uji reliabilitas kepada 10 orang diluar responden.

2. Untuk menguji reliabilitas soal angket digunakan teknik belah dua atau genap ganjil.

3. Kemudian mengkorelasikan kelompok genap dan ganjil dengan korelasi Product Moment, yaitu :

r Hubungan variabel x dan y X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = Jumlah Responden

Kemudian di cari reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Spearman Brownyangdikutip pada www.statisticeria.blogspot.com yaitu :

 

(44)

Rgg = koefisien korelasi item genap ganjil

Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas yang dijelaskan oleh Guilford yang dikutip pada www.statistikceria.blogspot.com sebagai berikut :

0,80 – 1,00 = reliabilitas sangat tinggi 0,60 – 0,80 = reliabilitas tinggi 0,40 – 0,60 = reliabilitas sedang 0,20 – 0,40 = reliabilitas rendah

3.8.3 Hasil Uji Coba Angket 1. Analisis Validitas Angket

Guna mengetahui validitas angket, peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing kedua dan pembimbing utama, setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengukur data ini.

2. Analisis Reliabilitas Angket

(45)

Tabel 3.3 Distribusi Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang Luar Responden Untuk Item Ganjil (X)

No. Nomor Item Ganjil Skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 26

2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 25

3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 27

4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 24

5 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 25

6 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 27

7 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29

8 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 26

9 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28

10 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29

∑X 266

Sumber : Analisis data uji coba angket

(46)

Selanjutnya hasil uji coba angket untuk lingkup item genap dapat diketahui berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.4 Distribusi Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang Luar Responden Untuk Item Genap (Y)

No. Nomor Item Genap Skor

Sumber : Analisis data uji coba angket

(47)

8 26 28 676 784 728

9 28 25 784 625 700

10 29 28 841 784 812

Jumlah 266 261 7102 6825 6953 Sumber : Analisis data uji coba angket

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 4.3 yang merupakan penggabungan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang siswa di luar responden dengan indikator kelompok item ganjil (X) dengan kelompok item genap (Y). Hasil keseluruhan dari tabel kerja uji coba angket antara kelompok item ganjil (X) dengan kelompok item genap (Y), maka untuk mengetahui reliabilitas angket tersebut, data yang diperoleh dikorelasikan dengan rumus Product Moment sebagai berikut:

(48)

Selanjutnya untuk mencari reliabilitasnya digunakan rumus Spearman Brown agar diketahui seluruh item angket dengan langkah sebagai berikut:

(49)

yang dikemukakan oleh Guilford dikutip pada www.statistikceria.blogspot.com sebagai berikut :

0,80 – 1,00 = reliabilitas sangat tinggi 0,60 – 0,80 = reliabilitas tinggi 0,40 – 0,60 = reliabilitas sedang 0,20 – 0,40 = reliabilitas rendah

Berdasarkan kriteria di atas, maka angket yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas tinggi yaitu 0,71, dengan demikian, angket ini dapat digunakan sebagai alat ukur atau instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui Pengaruh Pembinaan Rohani Terhadap Sikap Siswa Dalam Mengaplikasikan Nilai Religius Di SMA Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.9Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka-angka secara terperinci, kemudian disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1992:12) sebagai berikut :

(50)

NT : Nilai Tertinggi NR : Nilai Terendah K : Kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat persentase digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P : Besar Persentase

F : Jumlah Alternatif jawaban seluruh item

N : Jumlah perkaitan antara item dengan responden

Kriteria persentase untuk perhitungan hasil rumus diatas sebagai berikut : 76 % - 100 % : Baik

51% - 75 % : Cukup 26% - 50 % : Sedang 0 - 25 % : Tidak Baik

Adapun pengolongan data adalah menggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua faktor (Sudjana, 2005: 280), dengan rumus sebagai berikut:

X2

(51)

k

i j

: Jumlah kolom

Eij : Banyaknya data hasil pengamatan

signifikan 5 % maka hipotesis diterima

b. Jika X2

hitung lebih kecil atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5% maka hipotesis ditolak.

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefesien kontingen (Sudjana, 2005:282), yaitu :

C : Koefesien kontingensi

X2

: Chi Kuadrat

N : Jumlah sampel

(52)

Cmaks =

m

m

1

Keterangan:

Cmaks : Koefesien kontingen maksimum

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria I : Bilangan konstan

(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh pembinaan rohani terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius di SMA Negeri 1 Seputih Raman tahun pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan bahwa :

Terdapat pengaruh yang nyata antara pembinaan rohani terhadap sikap siswa dalam mengaplikasikan nilai religius. Pembinaan rohani yang dilaksanakan dan diikuti dengan baik akan memberikan dampak yang positif bagi siswa khususnya dalam mengaplikasikan nilai religius seperti meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam diri siswa, meningkatkan kesadaran akan pentingnya rasa toleransi dan penghargaan terhadap martabat manusia baik antar maupun antara umat beragama.

5.2 Saran

Setelah peneliti menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

(54)

2. Kepada guru agar lebih mengintensifkan pembinaan rohani yang ada di sekolah dengan cara bekerja sama dengan tokoh-tokoh agama yang ada di lingkungan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan pembinaan rohani yang ada di sekolah sehingga lebih bervariasi dan siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti pembinaan rohani yang ada di sekolah.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta : Jakarta. 307 Hal.

Ali, Mohammad, Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Remaja. Bumi Aksara : Jakarata.

Annisa, Witri.2010. Metode Penelitian Korelasional. http://bintangkecilungu. Wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/. Diakses pada 11 April 2013 pukul 11.00.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta : Yogyakarta. 411 Hal.

Azwar, Saifudin. 2010. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Bernart, Hagent. 2006. Agama Bertindak. Kanisius: Jakarta. Darmita. 2006. Praksis Bimbingan Rohani. Kanisius : Yogyakarta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Akasara : Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1992. Metode Research II. Yayasan Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta. 425 Hal.

Jatmiko, Agung. Skripsi : Hubungan Aktivitas Pembinaan Rohani Dengan Perubahan Sikap Siswa. Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Muryono, Sigit.2011. Empati, Penalaran Moral dan Pola Asuh. Gala Ilmu Semesta : Yogyakarta.

Nasrul. 2012. Konsep Validitas dan Reliabilitas.

(56)

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama.

Sudjana. 2005. Metodologi Pendidikan. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.

Sumarsono, dkk.2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia : Jakarta. Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter: Sedemikian Pentingkah dan Apa yang Harus Kita Lakukan. http://www.suparlan.com. Diakses pada 20 Maret 2013 pukul 02.00.

Thontowi, A. 2012. Hakekat Religiusitas. http://www.sumsel.kemenag.go.id. Diakses pada 20 Maret 2013 pukul 02.15.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Visi Indonesia Tahun 2020 TAP MPR No. VII/2001 IV.

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Andi. Wikipedia. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologisme. Diakses pada 24

April 2013.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Peneliti
Tabel 3.1 Jumlah populasi siswa SMA Negeri 1 Seputih Raman
Tabel 3.2 Data jumlah pengambilan sampel untuk masing-masing
Tabel 3.3 Distribusi Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang Luar Responden Untuk Item Ganjil (X)
+2

Referensi

Dokumen terkait