• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA SALURAN DRAINASE BOX CULVERT DI JALAN ANTASARI BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA SALURAN DRAINASE BOX CULVERT DI JALAN ANTASARI BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

HIDOLOGY ANALYSIS AND BOX CULVERT DRAINAGE CHANNEL

AT ANTASARI STREET IN BANDAR LAMPUNG REGENCY USING

HEC-RAS

BY:

Riyo Ardi Yansyah

This research was conducted to know the Rainfall Intensity in Antasari area

using Intensity Duration Frequency curve (IDF) knowing at what time of year

again when the maximum discharge channel in Antasari will be exeeted and to

know drainage channels capacity in Antasari based on hydrology analysis and

hydraulic using HEC-RAS.

The calculations performed by using minutely rainfall data obtained from

BKMG Panjang, Bandar Lampung from 2000 until 2011. After checked based on

statistical parameters, using Log Pearson III methods to find rain plan based on 2

years, 5 years and 10 years return period. The results were made in IDF curve by

connecting consentration time to IDF curve obtained rainfall intensity for each

return period. This intensity value will be inserted into the rational formula to

obtained the discharge plan value for each return period. The discharge value will

be inserted to channels modelling made on HEC-RAS program. it can be obtained

for what return period the discharge will be exceeded. The hydrology analysis and

hydraulic performed again by using trial and error model. it can obtained the

channel capacity.

Based on these results, it can conclude that the rainfall intensity is 58 mm/hour

for 2 years return period, 76 mm/hour for 5 years return period and 115 mm/hour

for 10 years return period of time. The channels capacity exceeded for 10 years

period of time and channels capacity is 1,09 m

3

/hour

(2)

ABSTRAK

ANALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA SALURAN

DRAINASE

BOX CULVERT

DI JALAN ANTASARI

BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN PROGRAM

HEC-RAS

Oleh:

Riyo Ardi Yansyah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Intensitas hujan yang terjadi di

daerah Antasari dengan menggunakan kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF),

mengetahui pada kala ulang berapa tahun debit maksimum saluran akan

terlampaui dan untuk mengetahui kapasitas saluran drainase di jalan Antasari

berdasarkan analisis hidrologi dan hidrolika menggunakan program HEC-RAS.

Perhitungan dilakukan menggunakan data hujan menitan yang diperoleh dari

BMKG Panjang Bandar Lampung dari tahun 2000 sampai 2011. Metode Log

Pearson III dipakai untuk mencari hujan rencana dengan kala ulang 2 tahun, 5

tahun dan 10 tahun. Kemudian hasilnya dibuat dalam kurva Intensitas Durasi

Frekuensi (IDF). Waktu konsentrasi dihubungkan ke dalam kurva diperoleh

intensitas hujannya. Nilai intensitas dihitung menggunakan rumus rasional

sehingga diperoleh nilai debit rencana pada setiap kala ulangnya. Debit akan

diinputkan kedalam model saluran pada program HEC-RAS yang kemudian

diamati sehingga pada diperoleh kala ulang berapakah debit saluran tersebut

banjir. Analisis hidrologi dan hidrolika dilakukan kembali dengan memasukkan

debit coba-coba pada model sehinggga dapat diperoleh kapasitas salurannya.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan intensitas hujan sebesar 58

mm/jam untuk kala ulang 2 tahun, 76 mm/jam untuk kala ulang 5 tahun dan 115

mm/jam untuk kala ulang 10 tahun. Kapasitas saluran sebesar 1,09 m

3

/jam

diperkirakan akan terlampaui pada kala ulang 10 tahun.

(3)

ANALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA SALURAN

DRAINASE

BOX CULVERT

DI JALAN ANTASARI

BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN PROGRAM

HEC-RAS

Oleh

Riyo Ardi Yansyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Barat pada tanggal 14

Februaari 1991. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara

dari keluarga Bapak Asep Saefullah dan Ibu Rasem.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar Negeri 2 Gunung

Terang Way Tenong Lampung Barat, kemudian pada tahun 2003 melanjutkan

jenjang pendidikan di SLTP Negeri 2 Way Tenong Lampung Barat, dan SMA

Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat pada tahun 2006 dan lulus pada tahun

2009.

(8)

MOTO

“Tujuan yang besar menyebabkan hal-hal yang besar dalam hidupmu akan

membesarkanmu”

“Jika hidup itu pilihan, maka pilihan yang terbaik telah dipilihkan dan dijalani

saat ini”

"Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kasabaran yang akan

membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit"

(Ali Bin Abi Thalib)

“Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah

untuk dirinya sendiri.”

(QS Al-Ankabut: 6)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh

jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha

(9)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil ini aku persembahkan untuk :

Ayah ku untuk hebatmu, Ibu ku untuk cintamu, Kakak ku untuk rela mu, adik ku

untuk semangatku dan keluarga ku untuk motivasi ku.

Orang yang ku sayang, sahabat, teman – teman yang selalu memberi semangat,

dukungan dan masukan selama ini.

Dan,

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang

diharapkan.

Judul skripsi yang penulis buat adalah “Analisa Hidrologi dan Hidrolika

saluran Drainase Box Culvert di Jalan Antasari Bandar Lampung Menggunakan

Program HEC-RAS”.

Diharapkan dengan dilaksanakan penelitian ini, Penulis dapat lebih memahami

ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah serta menambah pengalaman dalam

dunia kerja yang sebenarnya..

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2.

Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku ketua jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

(11)

5.

Bapak Ir.Mariyanto,M.T., atas kesempatannya untuk menguji sekaligus

membimbing penulis dalam seminar skripsi.

6.

Ibu Ir. Laksmi Irianti, M.T., selaku pembimbing akademis yang telah banyak

membantu penulis selama ini.

7.

Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lampung atas ilmu bidang sipil yang telah diberikan selama perkuliahan.

8.

Keluargaku terutama orangtuaku tercinta, Bapak Asep Saefullah dan Ibu

Rasem, serta Kakakku Rendy Prayoga dan Adikku Asri Meilani beserta

keluarga yang telah memberikan dorongan materil dan spiritual dalam

menyelesaikan laporan ini.

9.

Rekan – rekan Kerja Praktek dan rekan – rekan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

10.

Serta teman – teman dan rekan – rekan sipil, kakak – kakak, adik – adik yang

(12)

Akhir kata semoga Tuhan membalas semua kebaikan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini dan semoga laporan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung, 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR TABEL

...

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ………..

B.

Rumusan Masalah ……….

C.

Batasan Masalah ………...…

D.

Tujuan Penelitian ………..

E.

Manfaat Penelitian ………....

II.

TINJAUAN PUSTAKA

...………

A.

Drainase Perkotaan ………..

B.

Saluran Drainase Box Culvert...………

C.

Hidrologi………...…………

1.

Daerah Aliran Sungai……….………

2.

Presipitasi Hujan ……….………..

3.

Hujan Rencana dan Debit Banjir Rencana……….…………

4.

Analisis Frekuensi……….….

a.

Distribusi Normal……….………

b.

Distribusi Log Normal………..………

c.

Distribusi Gumbel……….……

d.

Distribusi Log Pearson III………....……

5.

Intensitas Durasi Frekuensi………...………

6.

Waktu Konseantrasi………....……

7.

Metode Rasional……….…

8.

Lengkung Aliran (Discharge Rating Curve)………...…….

D.

Hidrolika ………...…….

1.

Penghantar Aliran………...……

2.

Elemen Geometri………...……

3.

Debit Aliran (Discharge) ………...……

4.

Kecepatan aliran (Velocity) ………...……

5.

kriteria Aliran………..……

6.

Sifat aliran………...………

7.

Tipe Aliran………...………

8.

Kemiringan Kritik Aliran……….…………..………

(14)

9.

Energi dalam Saluran terbuka………….………

E.

Program HEC-RAS ……….

III.

METODOLOGI PENELITIAN

……….

A.

Lokasi Penelitian .………...……….

B.

Bahan Penelitian………...

C.

Sumber Data……….………

1.

Data Primer……….…...………

2.

Data sekunder………..….………..

D.

Metode Pengolahan Data……….

E.

Diagram Alir ………

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

………...………..

A.

Analisa Hidrologi ……….………

1.

Analisa statistik………..……….

2.

curah Hujan Rencana ………....………….

3.

Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) ………..…

4.

Waktu Konsentrasi………..……

5.

Intensitas Hujan Terhitung………...…..

6.

Koefisien Limpasan………

7.

Debit Puncak..………

B.

Analisis Hidrolika…..…...………

1.

Kalibrasi Model Terhadap Kondisi Lapangan………

2.

Pemodelan saluran pada Program HEC-RAS………….……

a.

Model Saluran Kala Ulang 2 Tahun……….……

b.

Model Saluran Kala Ulang 5 Tahun………….…………

c.

Model Saluran Kala Ulang 10 Tahun………...……

V.

PENUTUP ……….

A.

Kesimpulan ………..

B.

Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN A (GAMBAR RENCANA DAN DATA HUJAN)

LAMPIRAN B (ANALISIS STATISTIK DAN GRAFIK MODEL)

LAMPIRAN C (SURAT SURAT)

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Nilai koefisien Limpasan (C) ...

2.

Kedalaman hujan beberapa durasi di Bandar Lampung ...

3.

Intensitas hujan terhitung ...

4.

Parameter Statistik Analisis Frekuensi...

5.

Hujan Rancangan Berbagai periode Ulang ...

6.

Hasil perhitungan intensitas saluran ...

7.

Perhitungan Koefisien Limpasan ...

8.

Hasil perhitungan debit puncak ...

9.

Hasil kalibrasi model terhadap kondisi lapangan ...

10.

Hasil perhitungan kemiringan kritik untuk tiap ruas ...

11.

Nilai kemiringan kritis (Ic) dengan kemiringan dasar (Io)...

12.

Hasil perhitungan angka froude ...

13.

Hasil pemodelan debit coba...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Saluran Box Culvert ...

2.

Siklus Hidrologi ...

3.

DAS Bandar Lampung ...

4.

Kurva IDF ...

5.

Kurva Lengkung Aliran ...

6.

Diagram Garis Energi ...

7.

Kurva Energi Spesifik Dalam Saluran Terbuka ...

8.

Lokasi Penelitian ...

9.

Diagram Alir Penelitian ...

10.

Kurva Intentensitas Durasi Frekuensi (IDF) ...

11.

Daerah aliran saluran dan tata guna lahan ...

12.

Tampak atas saluran pada model HEC-RAS...

13.

Lokasi pengukuran untuk kalibrasi ...

14.

Pembagian ruas saluran ...

15.

Grafik muka air di hulu kala ulang 2 tahun STA 0+00 ...

16.

Grafik muka air di hilir kala ulang 2 tahun STA 0+710 ...

17.

Grafik muka air tertinggi kala ulang 2 tahun STA 0+100 ...

18.

Profil muka air memanjang kala ulang 2 tahun ...

19.

Grafik muka air di hulu kala ulang 5 tahun STA 0+00 ...

20.

Grafik muka air di hilir kala ulang 5 tahun STA 0+710 ...

21.

Grafik muka air tertinggi kala ulang 5 tahun STA 0+100 ...

22.

Profil muka air memanjang kala ulang 5 tahun ...

Grafik muka air di hulu kala ulang 10 tahun STA 0+00 ...

23.

Grafik muka air di hilir kala ulang 10 tahun STA 0+710 ...

24.

Grafik muka air tertinggi kala ulang 10 tahun STA 0+100 ...

25.

Profil muka air memanjang kala ulang 10 tahun ...

26.

Grafik muka air maksimum saluran STA 0+100 ...

(17)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (raifall depth) akan dialihragamkan

menjadi aliran, baik melalui limpasan permukaan (surface run off), limpasan

antara

(sub surface flow) maupun sebagai aliran tanah (groundwater). Aliran

tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan intensitas hujan

yang terjadi pada suatu wilayah.

Perubahan tata guna lahan menjadi kawasan pemukiman maupun pusat

kegiatan manusia menyebabkan air tidak meresap dengan maksimal ke dalam

tanah sehingga sebagian besar akan melimpas. Hal ini menyebabkan air yang

mengalir di permukaan akan semakin besar pula. Karena hal tersebut saluran

drainase harus dirancang sedemikian rupa sehingga air yang melimpas

tersebut tidak menjadikan masalah seperti banjir.

(18)

Dalam perancangannya drainase di Antasari perlu dilakukan perhitungan yang

akurat baik secara hidrologi maupun hidrolika. Karena lahan hijau yang ada di

daerah ini sudah beralih fungsi, selain itu kontur dari daerah ini sendiri berada

pada cekungan. Analisa hidrologi digunakan untuk memprediksi debit air

yang masuk pada kala ulang tertentu, biasanya 5 tahun atau 10 tahun untuk

daerah komersial (SNI 03-2406-1991, tentang tata cara perencanaan umum

drainase prkotaan).

Analisa hidrolika digunakan untuk menentukan kapasitas saluran dengan

memperhatikan sifat-sifat hidrolika yang terjadi pada saluran drainase

tersebut. Sifat-sifat tersebut meliputi jenis aliran (steady atau unsteady), angka

kekasaran (manning) dan sifat alirannya (kritis, sub-kritis dan superkritis).

Selanjutnya untuk mempermudah proses perhitungannya digunakan program

HEC-RAS.

(19)

HEC-RAS menampilkan hasil hitungan dalam bentuk tabel dan grafik.

Presentasi dalam bentuk grafik dipakai untuk menampilkan tampang lintang

dari suatu River Reach, tampang memanjang aliran (profil muka air sepanjang

alur), kurva ukur debit, gambar perspektif alur atau hidrograf. Presentasi

dalam bentuk tabel dipakai untuk menampilkan hasil rinci berupa angka

variabel di lokasi atau titik tertentu. Hal tersebut dapat mempermudah proses

pemodelan dan analisis.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya adalah :

1.

Berapakah intensitas hujan yang terjadi di daerah saluran Antasari?

2.

Pada kala ulang berapakah debit saluran Antasari akan terlampaui?

3.

Berapakah kapasitas saluran drainase di jalan Antasari?

C.

Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini diperlukan batasan-batasan

sebagai berikut :

1.

Drainase yang ditinjau berada di jalan Antasari dengan panjang

saluran 713 m.

2.

Analisis hidrologi berdasarkan data curah hujan otomatis yang berupa

data hujan menitan dari BMKG panjang yang berada di Bandar

Lampung selama 11 tahun.

(20)

4.

Analisis banjir rencana berdasarkan pada data curah hujan

menggunakan metode rasional dengan kala ulang 2 tahun, 5 tahun dan

10 tahun.

5.

Dalam proses pemodelan, debit yang masuk diasumsikan 100% air.

Tidak terdapat sedimen dan sampah.

6.

Debit yang masuk ke dalam saluran dianggap seragam. Tidak terjadi

pengurangan atau penambahan debit dari hulu ke hilir.

7.

Aliran pada saluran merupakan aliran permanen (steady flow).

Kehilangan energi hanya dipengaruhi oleh gesekan dan hambatan

aliran (akibat sambungan dan perubahan penampang).

8.

Analisis banjir saluran drainase menggunakan alat bantu berupa

perangkat lunak yaitu program HEC-RAS.

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :

1.

Mengetahui intensitas hujan yang terjadi di daerah saluran Antasari

menggunakan metode IDF.

2.

Mengetahui pada kala ulang berapa tahun debit saluran di jalan Antasari

akan terlampaui.

3.

Menghitung kapasitas saluran drainase di jalan Antasari.

E.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yang akan dilakukan ini yaitu :

(21)

2.

Mengetahui pada kala ulang berapakah kapasitas saluran drainase di jalan

Antasari akan terlampaui.

3.

Mengetahui kapasitas saluran drainase yang telah dibangun di jalan

Antasari sebagai salah satu upaya mencegah banjir.

4.

Memberikan pengetahuan pada pembaca tentang analisa hidrologi dan

hidrolika saluran drainase.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Drainase Perkotaan

Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menanggulangi

persoalan kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah. Kelebihan air

dapat disebabkan intensitas hujan yang tinggi atau akibat durasi hujan yang

tinggi. Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di

bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia

(wikipedia,2014).

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain),

saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain),

saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving water). Di

sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong,

siphon, pelimpah, bangunan terjun dan stasiun pompa (Suripin, 2004).

Persyaratan dalam perencanaan drainase adalah sebagai berikut :

1.

Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas

drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air sepenuhnya

berdaya guna dan hasil guna.

(23)

3.

Perencaan drainase harus mempertimbangkan segi kemudahan dan

nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut.

Dalam merencanakan drainase permukaan jalan dilakukan perhitungan

debit aliran (Q) perhitungan dimensi serta kemiringan selokan dan

gorong-gorong, rumus-rumus, tabel, grafik serta contoh perhitungannya.

(SNI 03-3424 :

Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan,

1994)

B.

Saluran Drainase

Box Culvert

Saluran Box Culvert

adalah saluran gorong-gorong dari beton bertulang yang

berbentuk kotak yang memiliki sambungan pada setiap segmennya sehingga

bersifat kedap air.

Box Culvert ini umumnya digunakan untuk saluran

drainase.

Ukuran

yang

besar

bisa

digunakan

sebagai

jembatan

(wikipedia,2013).

(24)

Box Culvert sudah menjadi tren dalam berbagai pembangunan drainase di

perkotaan karena mempunyai banyak keunggulan, diantaranya :

1.

Lebih ringan dalam pemasangan (instal), karena ada 2 komponen yang

terpisah, sehingga biaya alat install dapat ditekan.

2.

Pemasangan lebih mudah dan lebih cepat.

3.

Terdapat Quick Lay Joint System (plat besi join) yang membuat struktur

akan lebih kokoh dan kuat terhadap kemungkinan adanya penurunan

setempat dari pondasi.

4.

Mudah dipindahkan dari satu titik ke titik lain.

C.

Hidrologi

Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani: hydros = air dan logos = ilmu,

Hydrologia, "ilmu air") adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari

pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus

hidrologi dan sumber daya air.

(25)

Siklus hidrologi adalah suatu rangkaian proses yang terjadi dengan air yang

terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi dan pengaliran keluar (out flow).

Penguapan terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Uap yang dihasilkan

mengalami kondensasi dan dipadatkan membentuk awan yang nantinya

kembali menjadi air dan turun sebagai presipitasi. Sebelum tiba di permukaan

bumi presipitasi tersebut sebagian langsung menguap ke udara, sebagian

tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan sebagian mencapai

permukaan tanah.

Air yang sampai ke permukaan tanah sebagian akan berinfiltrasi dan sebagian

lagi mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke tempat

yang lebih rendah (runoff), masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut.

Dalam perjalananya sebagian akan mengalami penguapan. Air yang masuk ke

dalam tanah sebagian akan keluar lagi menuju sungai yang disebut dengan

aliran intra (interflow). Sebagian akan turun dan masuk ke dalam air tanah

yang sedikit demi sedikit dan masuk ke dalam sungai sebagai aliran bawah

tanah (groundwater flow).

(26)

1.

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut Triatmodjo (2008), DAS adalah daerah yang dibatasi oleh

punggung-punggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang

jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada

suatu

titik/stasiun

yang

ditinjau.

DAS

ditentukan

dengan

menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis kontur.

Limpasan akan bergerak dari titik kontur tertinggi menuju titik kontur

yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis kontur

tersebut.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

11a/PRT/M/2006 Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 wilayah sungai

(WS), yaitu WS Seputih-Sekampung, WS Mesuji-Tulang Bawang dan

WS Semangka. Luas WS Seputih-Sekampung sebesar 14.637 km

2

,

dengan panjang seluruh sungai 1.975 km, serta 31 buah cabang sungai

yang terbagi menjadi 4 DAS, yaitu DAS Seputih, DAS Sekampung,

DAS Jepara-Kambas dan DAS Bandar Lampung-Kalianda.

(27)

DAS Bandar Lampung terbagi menjadi 14, yaitu Way Simpur, Way

Garuntang, Way Simpang Kanan, Way simpang Kiri, Way Kuripan,

Way Kupang, Way kunyit, Way Lunik 1, Way Lunik 2, Way galih,

Way Keteguhan, Way Sukamaju dan Way Gebang. DAS Way

Kuripan dan DAS Way Garuntang merupakan DAS terbesar di DAS

Bandar Lampung.

DAS tersebut terbagi menjadi menjadi Sub DAS kecil, dengan 11

sungai berada di DAS Way Garuntang dan 4 di DAS sungai berada di

DAS Way Kuripan, dengan luas total sebesar 168,877 km

2

dan

panjang sungai keseluruhan 368,709 km. Daerah Antasari termasuk

DAS Way Garuntang dengan Sub DAS nya adalah DAS Way Kuala.

(28)

2.

Presipitasi dan Hujan

Presipitasi didefinisikan sebagai air yang jatuh dari atmosfer ke

permukaan bumi dengan intensitas dan jumlah tertentu serta dalam

wujud air yang tertentu pula. Air yang jatuh dari atmosfer tersebut

bisa saja berwujud hujan, salju, uap air, dan kabut. Karena semua

wilayah Indonesia berada di sekitar garis lintang 0

0

, dapat dipastikan

Indonesia akan mengalami iklim tropis, maka presipitasi yang paling

sering muncul adalah dalam bentuk hujan, sehingga istilah presipitasi

identik dengan hujan.

Hujan diukur di stasiun penakar curah hujan. Stasiun penakar curah

hujan biasanya terdiri dari dua macam, yaitu pencatat hujan otomatis,

dan stasiun pencatat hujan manual. Sedangkan stasiun pencatat curah

hujan manual memerlukan tenaga manusia untuk mencatat curah

hujan harian.

3.

Hujan Rencana dan Debit Banjir Rencana

(29)

Menurut Triatmodjo (2008), debit rencana dapat dihitung dari

kedalaman hujan titik dalam penggunaan metode rasional untuk

menentukan debit puncak pada perencanaan drainase dan jembatan

(gorong-gorong). Metode rasional ini digunakan apabila tangkapan

air kecil.

4.

Analisis Frekuensi

Menurut Sri Harto (1993), analisis frekuensi adalah suatu analisa data

hidrologi dengan menggunakan statistika yang bertujuan untuk

memprediksi suatu besaran hujan atau debit dengan masa ulang

tertentu.

Menurut Triatmodjo (2008), dalam statistik dikenal beberapa

parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi :

a.

Rata-rata

X

=

∑ Xi

...(1)

b.

Simpangan baku

s =

( Xi – X)

²

...(2)

c.

Koefisien skewness

Cs =

(

– )

(

) (

)

...(3)

d.

Koefisien kurtosis

Ck =

²

(

– )

(30)

e.

Koefisien variasi

Cv =

...(5)

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi yang umum

digunakan dalam bidang hidrologi. Distribusi tersebut adalah sebagai

berikut:

a.

Distribusi Normal

Distribusi Normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan

berbentuk lonceng yang disebut juga distribusi

gauss. Sri

Harto (1993), memberikan sifat-sifat distribusi normal, yaitu

nilai koefisien kemencengan (skewness) Cs

≈ 0

dan nilai

koefisien kurtosis Ck

≈ 3.

Rumus yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

X

T

=

X

+ K

T

. s

...(6)

Dimana :

X

T

= perkiraan nilai yang diharapkan periode T-tahun

X

= nilai rata-rata sampel

s

= deviasi standar

K

T

= Faktor frekuensi

b.

Distribusi Log Normal

(31)

Y

T

=

Y

+ K

T

S

...(7)

dimana :

Y

T

= perkiraan nilai yang terjadi pada T-tahunan

Y

= nilai rata-rata sampel

K

T

= faktor frekuensi

Ciri khas statistik distribusi Log Normal adalah nilai koefisien

skewness

sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi (Cv)

atau bertanda positif.

c.

Distribusi Gumbel

Rumus umum yang digunakan dalam metode Gumbel adalah

sebagai berikut :

X =

X

+ s K

...(8)

dimana :

X

= nilai rata-rata

s

= standar deviasi

K

= faktor frekuensi

Menurut Wilson (1972), ciri khas distribusi Gumbel adalah

nilai skewness sama dengan 1,396 dan kurtosis (Ck) = 5,4002.

d.

Distribusi Log Pearson III

Apabila tidak memenuhi ketiga distribusi di atas maka data

tersebut dapat dihitung menggunakan distribusi Log Pearson

III. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

(32)

2)

Hitung harga rata-rata :

=

∑ log Xi

...(9)

3)

Hitung simpangan baku :

s =

( log Xi – logX)

²

...(10)

4)

Hitung Koefisisen kemencengan :

Cs =

(

)

(

) (

)

...(11)

5)

Mencari nialai K berdasarkan nilai Cs.

6)

Hitung logaritma hujan dengan periode ulang T :

Log X

T

= log + K s

...(12)

5.

Intensitas Durasi Frekuensi (IDF)

Analisa Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) adalah salah satu metode

untuk memperkirakan debit aliran puncak berdasarkan hujan titik.

Data yang digunakan adalah data hujan dengan intensitas tinggi yang

terjadi dalam waktu singkat, seperti hujan 5 menitan, 10 menitan, 15

menitan sampai 120 menitan atau lebih. Untuk itu diperlukan data

hujan dari stasiun pencatat hujan otomatis.

(33)
[image:33.595.172.514.150.436.2]

tangkapan hujan dapat terkonsentrasi di titik kontrol yang ditinjau

dalam waktu yang bersamaan yang dapat menghasilkan debit puncak.

Gambar 4. Kurva IDF

Mononob mengusulkan persamaan berikut untuk menurunkan kurva

IDF sebagai berikut :

I

t

=

...(13)

dengan :

I

t

= Intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam)

t

= Lamanya curah hujan (jam)

R

24

= Curah hujan maksimum selama 24 jam (mm)

y = -13.4ln(x) + 101.3

y = -17.8ln(x) + 130.4

y = -21.5ln(x) + 153.7

y = -26.8ln(x) + 187.7

y = -31.5ln(x) + 216.6

y = -36.8ln(x) + 248.9

y = -42.7ln(x) + 285

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

700

800

In

te

n

si

ta

s

H

u

ja

n

(

m

m

/

ja

m

)

Durasi (menit)

Kurva Intensitas Durasi Frekuensi

(34)

6.

Waktu Konsentrasi

Menurut Suripin (2004), waktu konsentrasi adalah waktu yang

diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh

sampai ke tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi

jenuh. Berikut rumus yang sering digunakan untuk memperkirakan

waktu konsentrasi yang dikembangkan oleh Kirpich (1940) :

tc =

,

,

...

(14)

dimana :

tc

= waktu konsentrasi (jam)

L

= panjang saluran (Km)

s

= kemiringan saluran

7.

Metode Rasional

Menurut Soewarno (2000) metode rasional dapat dipandang sebagai

salah satu cara praktis dan mudah. Selain itu, penerapannya di

Indonesia masih memberikan peluang untuk dikembangkan.

Beberapa asumsi dasar untuk menggunakan metode rasional adalah:

a.

Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam jangka

waktu tertentu, setidaknya dengan waktu konsentrasi

(35)

c.

Koefisien run off dianggap tetap selama durasi hujan

d.

Luas DAS tidak berubah selama durasi hujan.

Menurut Triatmodjo (2008) beberapa parameter hidrologi yang

diperhitungkan adalah intensitas hujan, durasi hujan, frekuensi hujan,

luas DAS, abtraksi (kehilangan air akibat evaporasi, intersepsi,

infiltrasi dan tampungan permukaan) dan konsentrasi aliran. Metode

aliran didasarkan pada persamaan berikut :

Q = 0.2778 C I A

...(15)

dimana :

Q

= Debit banjir maksimum (m

3

/dtk)

C

= koefisien pengaliran

I

= Intensitas curah hujan (mm/jam)

A

= Luas daerah pengaliran (km

2

)

Koefisien limpasan merupakan suatu nilai yang menunjukkan

kemampuan air melimpas berdasarkan bahan penutup tanah yang

terdapat pada suatu wilayah. Perbedaannya berdasarkan bahan

penutup tanah yang terdapat pada suatu wilayah. Penutup tanah yang

sulit menyerap air akan menyebakan limpasan yang besar begitupun

sebaliknya.

(36)
[image:36.595.169.485.106.540.2]

Tabel 1. Nilai koefisien Limpasan (C)

No

Ti pe Al iran

C

1

Rerumputan

Tanah pasir, datar, 2%

0,50 - 0,10

Tanah pasir, sedang, 2-7%

0,10 - 0,15

Tanah pasir, curam, 7%

0,15 - 0,2

Tanah gemuk, datar, 2%

0,13 - 0,17

Tanah gemuk, sedang, 2 - 7%

0,18 - 0,22

Tanah gemuk, curam, 7%

0,25 - 0,35

2

Perdagangan

Daerah kota lama

0,75 - 0,95

Daerah pinggiran

0,50 - 0,70

3

Perumahan

Daerah single family

0,30 - 0,50

Multi unit terpisah

0,40 - 0,60

Multi unit tertutup

0,60 - 0,75

Sub-urban

0,25 - 0,40

Daerah apartemen

0,50 - 0.70

4

Industri

Daerah ringan

0,50 - 0,80

Daerah berat

0,60 - 0,90

5

Taman, kuburan

0,10 - 0,25

6

Tempat bermain

0,20 - 0,35

7

Halaman kereta api

0,20 - 0,40

8

Daerah tidak dikerjakan

0,10 - 0,30

9

Jalan

Beraspal

0,70 - 0,95

Beton

0,80 - 0,95

Batu bata/ paving

0,70 - 0,85

10

Atap

0,75 - 0,95

Sumber : Hidrologi Terapan (Triatmodjo,2008)

8.

Lengkung Aliran ( Discharge Rating Curve)

(37)
[image:37.595.188.492.98.255.2]

Gambar 5. Kurva Lengkung Aliran

Kurva lengkung aliran biasanya dibuat dengan cara mengukur

langsung debit aliran dan tinggi muka air yang terjadi di sungai yang

ditinjau. Hal ini juga dilakukan dalam proses kalibrasi model terhadap

kondisi saluran yang sebenarnya.

Lengkung aliran digunakan untuk mencari debit aliran maksimum

yang dapat ditampung oleh saluran. Kurva lengkung aliran akan

dibuat berdasarkan tren yang terjadi untuk debit-debit yang

dimasukkan ke dalam model, kemudian dari kurva tersebut

ditentukan nilai tinggi alirannya sehingga akan diperoleh debit aliran

maksimum yang dapat ditampung pada saluran tersebut.

D.

Hidrolika

Hidrolika adalah bagian dari hidromekanika (hydro mechanics) yang

berhubungan dengan gerak air atau mekanika aliran. Analisis hidrolika

mecakup hukum ketetapan massa, hukum ketetapan energi dan hukum

ketetapan momentum yang selanjutnya akan dinyatakan dalam persamaan

0.0000

10.0000

20.0000

30.0000

40.0000

50.0000

60.0000

70.0000

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Q

(

m

3

/

d

)

(38)

kontinuitas, persamaan energi dan persamaan momentum. Pada aliran saluran

terbuka, terdapat permukaan air bebas yang berhubungan dengan atmosfer

sedangkan pada aliran saluran tertutup tidak ada karena air mengisi semua

penampang saluran.

1. Penghantar Aliran (Flow Conveyance)

Air mengalir dari hulu ke hilir (kecuali ada gaya yang menyebabkan

aliran ke arah sebaliknya) hingga mencapai suatu elevasi permukaan air

tertentu, misalnya permukaan air di danau atau permukaan air di laut.

Kecenderungan ini ditunjukkan oleh aliran di saluran alam yaitu sungai.

Perjalanan air dapat juga melalui bangunan-bangunan air yang dibuat

oleh manusia, seperti saluran irigasi, pipa, gorong - gorong (culvert),

dan saluran buatan yang lain atau kanal (canal). Walaupun pada

umumnya perencanaan saluran ditujukan untuk karakteristik saluran

buatan, namun konsep hidroliknya dapat juga diterapkan seperti pada

saluran alam. Apabila saluran terbuka terhadap atmosfer, seperti sungai,

kanal, gorong-gorong, maka alirannya disebut aliran saluran terbuka

(open channel flow) atau aliran permukaan bebas (free surface flow

).

2. Elemen Geometri

(39)

(hydraulic radius). Yang dimaksud dengan penampang saluran

(channel cross section) adalah penampang yang diambil tegak lurus

arah aliran, sedang penampang yang diambil vertikal disebut

penampang vertikal (vertical section).

Saluran buatan biasanya direncanakan dengan penampang beraturan

menurut bentuk geometri yang biasa digunakan, yaitu berbentuk

trapesium, persegi panjang, segi tiga, lingkaran dan parabola. Keliling

basah suatu penampang aliran didefinisikan sebagai bagian/porsi dari

parameter penampang aliran yang bersentuhan (kontak) dengan batas

benda padat yaitu dasar dan/atau dinding saluran, dalam hal aliran di

dalam saluran terbuka batas tersebut adalah dasar dan dinding/tebing

saluran.

Definisi dari jari jari hidrolik (R) adalah luas penampang dibagi keliling

basah, oleh karena itu mempunyai satuan panjang. Kedalaman hidrolik

dari suatu penampang aliran adalah luas penampang dibagi lebar

permukaan.

R =

...(16)

dimana :

R

= Jari-jari hidrolik (m)

(40)

Faktor penampang untuk perhitungan aliran kritis adalah perkalian dari

luas penampang aliran (A) dan akar dari kedalaman hidrolik (

)

disimbolkan sebagai Z. Faktor penampang untuk perhitungan aliran

seragam adalah perkalian dari luas penampang aliran dan pangkat 2/3

dari jari-jari hidrolik, AR

2/3

. berikut persamaannya :

V =

.

R

/

s

/

... (17)

dimana :

V = kecepatan aliran ( mm/det)

R

= jari-jari hidrolik (m)

n

= koefisien manning

s

= kemiringan saluran

3. Debit Aliran (Discharge)

Debit aliran adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang

tiap satuan waktu dan simbol/notasi yang digunakan adalah Q.

Q = A . V ………...…………....….………..(18)

dimana :

(41)

Hukum ketetapan massa pada suatu aliran diantara dua penampang

berlaku:

m

1

= m

2

ρ

1

. A

1

. v

1

= ρ

2

. A

2

. v

2

………...….………..(19)

Untuk kerapatan tetap, ρ

1

= ρ

2

, maka akan didapatkan persamaan:

A

1

. v

1

= A

2

. v

2

= Q

………...…………(20)

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam suatu aliran, diantara

dua penampangnya berlaku Q

1

= Q

2

, dan disebut sebagai persamaan

kontinyuitas.

4. Kecepatan Aliran (Velocity)

Kecepatan aliran (v) dari suatu penampang aliran tidak sama di seluruh

penampang aliran, tetapi bervariasi menurut tempatnya. Apabila cairan

bersentuhan dengan batasnya (di dasar dan dinding saluran) kecepatan

alirannya adalah nol. Dalam perhitungan biasanya digunakan harga

rata-rata dari kecepatan di suatu penampang aliran.

V =

………(21)

Dimana :

V = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)

Q = Debit aliran (m

3

/s)

(42)

5. Kriteria Aliran

Beberapa kriteria aliran yang tercakup dalam kinematika aliran

diantaranya adalah aliran mantap (steady flow), aliran tak mantap

(unsteady flow), aliran seragam (uniform flow) dan aliran tidak seragam.

Aliran dikatakan sebagai aliran mantap (steady flow) apabila variabel

dari aliran (seperti kecepatan V, tekanan p, rapat massa r, tampang

aliran A, debit Q dan sebagainya) di sembarang titik pada zat cair tidak

berubah dengan waktu. Keadaan ini dapat dinyatakan dalam bentuk

matematis berikut :

= 0;

= 0; = 0;

= 0;

= 0.

Sebaliknya apabila variabel-variabel dari aliran air berubah menurut

waktu disebut sebagai aliran tak mantap (unsteady flow

), sehingga :

≠ 0;

≠ 0;

≠ 0;

≠ 0;

≠ 0.

(43)

Aliran tidak seragam dapat dibagi menjadi aliran berubah lambat laun

(gradually varied flow

) dan aliran berubah dengan cepat (rapidly varied

flow). Aliran disebut berubah lambat laun apabila perubahan

variabel-variabel aliran seperti kecepatan, rapat massa, kedalaman, lebar

penampang, debit dan sebagainya terjadi secara lambat laun dalam jarak

yang panjang, sedangkan aliran disebut berubah dengan cepat apabila

perubahan perubahan variabel aliran tersebut terjadi pada jarak yang

pendek.

6. Sifat Aliran

Aliran laminer adalah suatu tipe aliran yang ditunjukkan oleh gerak

partikel- partikel cairan yang beraturan menurut garis-garis arusnya

yang halus dan sejajar. Apabila zat warna diinjeksikan pada suatu titik

dalam aliran, maka zat warna tersebut akan mengalir secara teratur

seperti benang tanpa terjadi difusi dan penyebaran.

(44)

Percobaan yang dilakukan pada tahun 1884 oleh Osborn Reynolds

dapat menunjukkan sifat-sifat aliran laminar dan turbulen. Peralatan

yang digunakan dalam percobaan tersebut terdiri dari pipa kaca yang

diatur oleh sebuah katup sehingga dapat melewatkan air dengan

berbagai kecepatan. Melalui pipa kecil yang dihubungkan dengan pipa

kaca tersebut dialirkan zat warna.

Oleh Reynolds ditunjukkan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di

dalam pipa kaca, zat warna akan mengalir dalam satu garis lurus yang

sejajar dengan sumbu pipa. Apabila katup dibuka sedikit demi sedikit

sehingga kecepatan akan bertambah besar, garis zat warna mulai

bergelombang yang akhirnya pecah dan menyebar pada seluruh aliran

di dalam pipa. Kecepatan pada saat pecah ini adalah kecepatan kritik.

Angka Reynold pada percobaan ini dihitung dengan persamaan berikut:

μ

ρDV

ρD

μ

V

R

e

...………(22)

atau

R

e

=

……….………...(23)

(45)

R

e

=

(

)

………..…………(24)

Dimana : R

e

= Angka Reynolds

V = Kecepatan rata-rata (m/s)

R = Jari-jari hidrolik (m)

v = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat

cairan (m

2

/s)

 = Rapat massa fluida (kg/m

3

)

D = Garis tengah pipa (m)

 = Kekentalan mutlak (Pa dtk)

Menurut hasil percobaan yang dilakukan oleh Reynold, apabila angka

Reynold kurang dari 2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer.

Apabila angka Reynold lebih besar dari 4000, aliran biasanya adalah

turbulen. Sedangkan apabila berkisar antara 2000 dan 4000 aliran dapat

laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang

mempengaruhi.

(46)

7. Tipe Aliran

Efek dari gaya gravitasi pada suatu aliran ditunjukkan dalam

perbandingan atau rasio antara gaya inersia dan gaya gravitasi. Rasio

antara gaya-gaya tersebut dinyatakan dalam angka Froude, yaitu:

Fr =

( . )

...………

(26)

Dimana :

Fr = Angka Froude

V = Kecepatan rata-rata aliran (m/s)

g = Gaya gravitasi (m/s

2

)

L = Panjang karakteristik (m)

Dalam aliran saluran terbuka panjang karakteristik disamakan dengan

kedalaman hidrolik (D). Dengan demikian untuk aliran saluran terbuka

angka Froude adalah:

Fr

=

( . )

………

…(27)

Apabila angka Fr adalah sama dengan 1, maka :

v =

g. D

………...(28)

(47)

Apabila harga Fr kurang dari 1, tipe aliran tersebut adalah aliran

sub-kritis (subcritical flow), dalam kondisi ini gaya gravitasi memegang

peran lebih besar, dan kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan

rambat gelombang dan hal ini ditunjukkan dengan alirannya yang

tenang.

Sebaliknya apabila harga Fr lebih dari 1, tipe alirannya adalah aliran

super kritis (supercritical flow), dalam hal ini gaya-gaya inersia menjadi

dominan, jadi aliran mempunyai kecepatan besar, kecepatan aliran lebih

besar daripada kecepatan rambat gelombang yang ditandai dengan

alirannya yang deras.

8. Kemiringan Kritik Aliran

Menurut Triatmodjo (2006), kemiringan dasar saluran yang diperlukan

untuk menghasilkan aliran seragam di dalam saluran pada kedalaman

kritik disebut dengan kemiringan kritik Ic. Apabila kecepatan aliran

pada kedalaman kritik seperti pada persamaan (28), sehingga

kemiringan kritik menjadi :

Ic =

²

………...………...(29)

dimana :

Ic

= kemiringan kritik

g

= grafitasi (m

2

/s)

(48)

Apabila aliran seragam terjadi pada saluran dengan kemiringn dasar lebih

kecil dari kemiringn kritik (Io < Ic), maka aliran adalah sub kritik. Apabila

kemiringan dasar lebih besar dari kemiringan kritik (Io > Ic), maka aliran

adalah super kritik.

[image:48.595.213.459.253.409.2]

9. Energi Dalam Saluran Terbuka

Gambar 6. Diagram Garis Energi

Jumlah tinggi energi pada penampang di hulu akan sama dengan jumlah

tinggi energi pada penampang hilir, hal ini dinyatakan dengan

persamaan Bernoulli :

z

1

+ y

1

+ α

1

=

z

2

+ y

2

+ α

2

+ hf…………...(30)

Jika α

1

= α

2

= 1 dan hf = 0 maka persamaan di atas menjadi :

(49)

Untuk saluran dengan kemiringan kecil

dan α = 1, energi spesifik

adalah jumlah kedalaman air ditambah tinggi kecepatan, atau:

E = y

+

atau

E = y

+

²

[image:49.595.153.489.151.401.2]

²

...

(32)

Gambar 7. Kurva Energi Spesifik Dalam Saluran Terbuka

E.

Program HEC-RAS

Menurut Sitepu (2010) HEC-RAS

adalah suatu sistem

software

gabungan

yang dirancang untuk penggunaan yang interaktif di lingkungan. Sistem ini

terdiri atas

Grafical User Interface (GUI), komponen-komponen analisis

hidrolik, kemampuan penyimpanan data ,manajeme dan grafik. pada dasarnya

HEC-RAS berisi tiga komponen analisis hidrolik satu dimensi, yaitu :

1.

Perhitungan profil permukaan air aliran tunak (steady flow).

2.

Simulasi aliran tak tunak (unsteady flow).

(50)

Hitungan hidrolika aliran pada dasarnya adalah mencari kedalaman dan

kecepatan aliran di sepanjang alu. Hitungan hidraulika aliran di dalam

HEC-RAS dilkukan dengan membagi aliran ke dalam dua kategori yaitu aliran

permanen dan aliran tak permanen.

Untuk aliran permanen (steady flow analisis), HEC-RAS memakai persamaan

energi kecuali di tempat yang kedalaman alirannya melewati kedalaman

kritis. Di tempat terjadi loncat air, pertemuan alur dan air dangkal melalui

jembatan, HEC-RAS memakai persamaan kekekalan momentum. Di tempat

terjadi terjunan, aliran peluap dan aliran melalui bendung HEC-RAS

memakai persamaan empiris.

Untuk aliran tak permanen (Usteady flow analisis), HEC-RAS memakai

persamaan kekekalan massa dan persamaan momentum. Kedua persamaan

dituliskan dalam bentuk persamaan differensial parsial, kemudian

diselesaikan dengan metode pendekatan beda hingga (finite difference

approximation).

Kalibrasi dilakukan untuk menyesuaikan model dengan keadaan sebenarnya

sehingga

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

(51)

3.

Nilai debit tersebut dimasukkan ke dalam model saluran yang telah

dibuat pada program HEC-RAS.

4.

Memasukkan nilai koefisien

manning dengan metode coba-coba

sampai tinggi permukaan pada model sama dengan tinggi air pada

pengukuran di lapangan.

5.

Mengambil nilai rata-rata koefisien

manning yang diperoleh dari

beberapa titik yang dilakukan kalibrasi.

6.

Koefisien

manning

rata-rata yang didapat akan dipakai pada saat

pemodelan saluran.

Adapun langkah-langkah dalam menjalankan program ini secara umum dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu menggambar penampang saluran, input data

hidrologi dan input data hidrolika. Input data hidrologi untuk program

HEC-RAS adalah data debit, dalam hal ini adalah debit rancangan karena di data

didapat dari perhitungan berdasarkan data hujan.

Sedangkan untuk data hidrolikanya adalah jenis aliran (steady atau unsteady),

Geometri saluran yang terdiri dari alur, tampang panjang dan lintang,

kekasaran dasar (koefisien

manning), serta kehilangan energi di tempat

perubahan saluran (koefisien ekspansi dan kontraksi). HEC-RAS juga

membutuhkan geometri struktur hidrolik yang ada di sepanjang saluran

misalnya jembatan, pintu air, bendung, peluap dan sejenisnya.

(52)
(53)

III. METODE PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan

Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

[image:53.595.135.518.347.633.2]

(54)

B.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hujan otomatis yang

digunakan berasal dari stasiun pengukur kedalaman hujan Bandar Lampung.

Data hujan ini diperoleh dari BMKG (badan meteorologi klimatologi dan

geofisika) Panjang Kota Bandar Lampung. Data hujan yang dipergunakan

untuk studi ini adalah data hujan periode tahun 2000 sampai tahun 2011.

C.

Sumber Data

1.

Data Primer

Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer

dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:

a.

Observasi lapangan

Observasi dilakukan dengan datang langsung ke lokasi dan

melakukan pengamatan langsung dan mencatat hal-hal penting yang

ada di lapangan.

b.

Dokumentasi

(55)

c.

Pengukuran langsung

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui luas daerah tangkapan

hujan di daerah Antasari yang mempengaruhi saluran drainase yang

akan ditinjau. Pengukuran dilakukan menggunakan alat

Global

Positioning System (GPS).

2.

Data sekunder

Data Sekunder merupakan data yang didapatkan oleh peneliti dengan

cara tidak langsung. Data sekunder beserta sumbernya pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Gambar Rencana

Gambar rencana berupa detail lokasi saluran, gambar potongan

penampang melintang saluran, gambar potongan penampang

memanjang saluran. Sumber data diperoleh dari Kementrian

Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya.

b. Data Hujan Otomatis

(56)

D.

Metode Pengolahan Data

Setelah data primer dan sekunder terpenuhi maka selanjutnya akan dilakukan

pengolahan data. Tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.

Tahapan pertama yaitu menentukan daerah tangkapan hujan dari

saluran drainase Antasari dengan mengukur langsung menggunakan

GPS.

2.

Tahapan kedua yaitu menentukan hujan rancangan berdasarkan data

curah hujan menitan yang diperoleh dari data hujan otomatis dengan

menganggap data hujan tersebut sebagai hujan titik. Hujan titik

berarti kedalaman hujan pada lokasi saluran dianggap sama dengan

kedalaman hujan yang tercatat pada alat pengukur curah hujan

otomatis pada stasiun pengukur curah hujan yang terdekat dari saluran

drainase yang ditinjau. Hal ini boleh dilakukan karena daerah

tangkapan hujan pada skala saluran drainase mempunyai luasan yang

relatif kecil terhadap daerah tangkapan hujan pada DAS (daerah aliran

sungai) dimana saluran tersebut berada.

(57)

4.

Tahapan keempat yaitu menentukan nilai debit rancangan dengan

menggunakan metode rasional dengan kala ulang 2 tahun, 5 tahun dan

10 tahun. Penentuan nilai debit rancangan dengan menggunakan

metode rasional memerlukan data luasan daerah tangkapan hujan,

intensitas hujan rancangan dan koefisien limpasan, dimana nilai

koefisien ditentukan berdasarkan pada tata guna lahan yang ada di

daerah tangkapan hujan di daerah Antasari.

5.

Tahapan kelima yaitu menentukan data-data hidrolika saluran drainase

Antasari berupa ukuran penampang melintang saluran, ukuran

penampang memanjang saluran, kemiringan saluran dan koefisien

kekasaran (angka

Manning). Koefisien

mannning didapat dari hasil

kalibrasi model terhadap kondisi asli di lapangan.

6.

Langkah keenam yaitu melakukan pemodelan saluran drainase

Antasari dengan menggunakan program HEC-RAS. Adapun masukan

(input) data dalam pemodelan HEC-RAS yaitu hasil dari analisis

hidrologi dan hidrolika pada tahapan-tahapan yang telah dilakukan

sebelumnya. Hasil keluaran (output) dari program HEC-RAS akan

menunjukkan tinggi muka air pada saluran untuk masing-masing

variasi debit yang dimasukkan pada setiap kala ulangnya.

(58)

8.

Langkah kedelapan yaitu memodelkan hasil perhitungan debit dan

tinggi muka air pada saluran kedalam kurva lengkung debit pada titik

yang memiliki kedalaman tertinggi.

9.

Langkah kesembilan yaitu melakukan interpolasi tinggi muka air

maksimum yang dapat dicapai ke dalam kurva lengkung aliran pada

kedua titik tersebut.

10.

Langkah kesepuluh yaitu melakukan analisis dan pembahasan dari

hasil penelitian yang telah dilakukan.

11.

Kesimpulan dan saran.

(59)
[image:59.595.122.507.71.719.2]

Gambar 10. Diagram Alir Penelitian

1.

Jenis aliran

2.

Geometri Saluran

3.

Koefisien Manning

(kalibrasi)

Data Primer:

1.

Survey lokasi

2.

Daerah tangkapan

3.

Dokumentasi

Data Sekunder:

1.

Gambar Rencana

2.

Data Hujan Harian

Kecukupan data

Tidak

Pengolahan data

Ya

Data Curah Hujan Menitan

Data Hidrolika

Mulai

Permasalahan

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka:

1.

Peraturan

2.

Literatur

Pengumpulan data

Analisa Hidrologi

1.

Hujan Rancangan

2.

Intensitas (metode IDF)

3.

Debit puncak (Metode Rasional)

Debit rancangan

( Q

2,

Q

5

dan

Q

10

)

Pemodelan HEC-RAS

Hasil penelitian dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Kapasitas Saluran

Tinggi muka air pada penampang

(60)

IV.

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemodelan dan perhitungan yang telah dilakukan maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1.

Intensitas hujan di daerah Antasari adalah sebesar 58 mm/jam untuk

kala ulang 2 tahun, 76 mm/jam untuk kala ulang 5 tahun dan 115

mm/jam untuk kala ulang 10 tahun

2.

Berdasarkan analisa hidrologi dan hidrolika yang dilakukan

menggunakan metode rasional diketahui bahwa kapasitas saluran

akan terlampaui pada kala ulang 10 tahun.

3.

Kapasitas saluran drainase Antasari diperoleh sebesar 1,09 m

3

/s.

B.

Saran

Untuk menghasilakan pemodelan yang lebih akurat maka perlu

diperhatiakan hal-hal sebagai berikut :

1.

Pada saat kalibrasi hendaknya saluran benar-benar bersih, bebas dari

sedimen dan sampah. Kemudian titik yang ditinjau minimal 3 titik.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Harijanto Didik. Perencanaan Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan.

Skripsi. Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh November.

Istiarto, 2010. Modul Pelatihan HEC-RAS. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Karnisah Iin, 2010. Aliran Dalam Saluran Terbuka. KBK Sumber Daya Air

Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung.

Kodoatie, J.R., 2009. Hidrolika Terapan Aliran pada Saluran Terbuka dan Pipa.

Andi Publisher, Yogyakarta.

Linsley, R.K. Jr, Max A. Kohler, Joseph L. H. Paulhus, 1996

Hidrologi untuk

Insinyur Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Lusiana Diah, 2006. Studi Efektifitas Saluran Pelangwot Untuk Pengendalian

Banjir Sungai Bengawan Solo. Skripsi. Institut Teknologi Sumatra

Singh, P.V.,1992. Elementary Hydrology. Prentice-Hall Englewod Cliffs,

New Jersey

Sitepu, 2010. Simulasi Morfologi Dasar Sungai Way Sekampung Menggunakan

Software HEC-RAS. Skripsi. Universitas Lampung

Sri Harto, 1993. Analisa Hidrologi. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset,

Yogyakarta.

Streeter,V.L, Wylie, J., 1984. Mekanika Fluida (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.

Triatmodjo Bambang, 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset, Yogyakarta.

Triatmodjo Bambang, 2008. Hidrolika I. Beta Offset, Yogyakarta.

Triatmodjo Bambang, 2008. Hidrolilka II. Beta Offset, Yogyakarta.

(62)

LA M PIRA N A

(Gam bar Ren can a & Dat a Huj an )

(63)
[image:63.842.214.692.111.469.2]
(64)

VILLA CITRA

POS

PERU MAHAN

J ln MORO TAI

JLN P.A NTA SAR I Paku Banten BAN KBCA RUKO RUKO OLYM PIA RUKO RUKO RUM AH D Y N ASTIMEBEL TA NAHKOSO NG SO NY ELECTRIC GAN G MANUNGGAL M ULIA KE RAMIC RESTORA NT

GANG SMP SWAS TA 20 M USTIK A JATI JEPARA WASKIT AKARYA SANJAYAMOTOR RM .M INA NG SEN TRAL JA YA MOTO R TAN AH K OSONG GALAMOTO R GEDUNG 3 LT GEDUN G AD IRA RUKO RUKO RUKO R UKO RUKO RU KO RUKO RUKO RUKO RUKO RUKO R UKO RUKO W ARU NG RUKO R UM AH R UM AH R UM A H R UM AH

RUMAH

RUK O RUKO RUKO RUKO RUKO RUKO RU KO RUKO RUKO RUK O RUKO

STA 0+

00

(A.1ka)

STA 0+50 (A.2ka)

STA 0+100 (A.3ka)

STA 0+1 50

(A. 4ka)

STA 0+200 (A.5ka)

STA 0+250 (A.6ka)

STA 0+300 (A. 7ka)

STA 0+350 (A.8ka)

STA 0+400 (A.9ka)

STA 0+450 (A.10ka)

STA 0+

500

(A. 11ka)

STA 0+ 550

(A. 12ka)

STA 0+600 (A.13ka)

STA 0+650 (A.14ka)

S TA 0+70 0

(A.15ka)

STA 0+713 (A.16ka) STA 0+00

(A.1ki)

STA 0+

50

(A.2ki)

STA 0+100 (A. 3ki)

STA 0+1 50

(A. 4ki)

STA 0+200 (A.5ki)

ST A 0+250

(A.6ki)

STA 0+300 (A.7ki)

STA 0+ 350

(A.8ki)

STA 0+

400

(A.9ki)

STA 0+

450

(A.10ki)

STA 0+500 (A.11ki)

STA 0+ 550

(A.12ki)

STA 0+600 (A.13ki)

STA 0+

650

(A.14ki)

S TA 0+700 (A.15ki) S TA 0+713

(A.16ki)

JL N P .A NT ASA RI J L N P .A N T A S A R I JLN P .A N TAS ARI JLN P .AN TAS ARI JL N P .A N T AS A R I JLN P .A NTA SAR I JLN P .AN TAS ARI P O M B E N S IN 0 20 50 (m ) 30 1 0 U L A Y O U T T O T A L

J LN ARI F RAHMAN HAKI M

(65)

1

5

2

U DECKER PRECAST

LANTAI KERJA URUGAN PASIR

1190 TUTUP U-DECKER PRECASH

BEBAN BERAT

900

1180

1

4

0

1

0

0

0

1

1

0

95 1100 95

7

0

0

5

5

0

1620

9

4

3

7

7

5 1272

1

6

8

1

4

0

0

1

5

0

1

2

0 120

U DECKER PRECAST

LANTAI KERJA URUGAN PASIR

115 1400 115

1

0

0 100

1

8

0

1630 TUTUP U-DECKER PRECASH

BEBAN BERAT

LUBANG ANGKAT

LUBANG ANGKAT

(66)

BIDANG PERSAMAAN : NOMOR PROFIL JARAK PROFIL/JARAK LANGSUNG

TANGGUL KIRI TANGGUL KANAN DASAR SALURAN K E T IN G G IA N E X S IS T IN G TANGGUL SALURAN MUKA AIR SALURAN DASAR SALURAN PADA AS

R E N C A N A

+ 68 m.

50.00

0

0

.0

0

50.00 50.00 50.00 50.00

5 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 5 0 .0 0 2 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0 69 TYPE SALURAN

Q = 1.32 m³   

   

TIPE S1B

DIMENSI SALURAN

STA 0+00

(A.1ka) STA 0+50(A.2ka)

STA 0+100 (A.3ka) STA 0+150 (A.4ka) STA 0+200 (A.5ka) STA 0+250 (A.6ka)

Muka Air Saluran Tanggul Saluran 7 2 .0 2 7 1 .0 4 7 1 .0 3 7 0 .3 7 7 1 .2 4 7 0 .2 5 7 1 .2 4 7 0 .3 7 7 1 .1 7 7 0 .3 7 7 2 .0 7 7 0 .3 7 7 1 .4 5 7 1 .1 5 7 0 .6 9 7 1 .3 7 1 .0 0 7 0 .3 0 7 1 .1 5 7 0 .8 5 7 0 .1 5 7 1 .0 5 7 0 .7 5 7 0 .0 5 7 0 .9 6 7 0 .6 6 6 9 .9 6 7 0 .8 6 7 0 .5 6 6 9 .8 6

(67)

BIDANG PERSAMAAN : NOMOR PROFIL

JARAK PROFIL/JARAK LANGSUNG

TANGGUL KIRI TANGGUL KANAN DASAR SALURAN KET IN G G IAN EXSI ST IN G TANGGUL SALURAN MUKA AIR SALURAN DASAR SALURAN PADA AS

R

EN

C

AN

A

+ 65 m. 69

TYPE SALURAN DIMENSI SALURAN 0 10 20 30 40 50 m 0 1 2 3 4 5 m

Skala Vertikal

Skala Horizontal

Q = 1.32 m³       

TIPE S1B

50.00 50.00 50.00

7 2 .9 2 7 2 .6 5 6 9 .4 7 7 2 .2 1 7 2 .4 1 67 68 66 50.00 7 2 .4 7 50.00 STA 0+300 (A.7ka) STA 0+350 (A.8ka) STA 0+400 (A.9ka) STA 0+450 (A.10ka) STA 0+500 (A.11ka) STA 0+250 (A.6ka)

Muka Air Saluran Tanggul Saluran 4 5 0 .0 0 4 0 0 .0 0 5 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0 3 0 0 .0 0 3 5 0 .0 0 7 2 .0 7 7 0 .3 7 7 2 .3 5 7 0 .6 0 7 2 .5 7 7 0 .3 7 7 1 .5 9 7 0 .0 2 7 2 .7 1 6 9 .4 3 6 9 .1 5 6 8 .7 7 7 0 .8 6 7 0 .5 6 6 9 .8 6 7 0 .7 7 7 0 .4 7 6 9 .7 7 6 9 .1 6 6 8 .8 6 6 7 .7 6 7 0 .6 7 7 0 .3 7 6 9 .6 7 7 0 .5 8 7 0 .2 8 6 9 .5 8 7 0 .4 8 7 0 .1 8 6 9 .4 8

(68)

BIDANG PERSAMAAN : NOMOR PROFIL

JARAK PROFIL/JARAK LANGSUNG TANGGUL KIRI TANGGUL KANAN DASAR SALURAN K E T IN G G IA

N EXS

IS

T

IN

G

TANGGUL SALURAN MUKA AIR SALURAN DASAR SALURAN PADA AS

R E N C A N A

+ 61 m. 62 63 64 65 66

50.00 50.00 50.00 50.00 13.00

6 7 .2 1 6 6 .3 3 6 7 .0 7 6 6 .0 5 6 6 .3 5 TYPE SALURAN DIMENSI SALURAN TIPE S1B

Q = 5.05 m³       

0 10 20 30 40 50 m 0 1 2 3 4 5 m

Skala Vertikal Skala Horizontal 6 9 .4 7 STA 0+550 (A.12ka) STA 0+600 (A.13ka) STA 0+650 (A.14ka) STA 0+700 (A.15ka) STA 0+713 (A.16ka) STA 0+500 (A.11ka)

Dasar Saluran Rencana Muka Air Saluran

Tanggul Saluran 6 9 .1 5 6 8 .7 7 6 7 .3 1 6 6 .4 4 6 7 .0 5 6 5 .5 8 6 7 .0 5 6 5 .6 5 6 6 .1 2 6 5 .0 1 6 6 .2 1 6 3 .2 5 6 9 .1 6 6 8 .8 6 6 7 .7 6 6 7 .4 4 6 7 .1 4 6 6 .0 4 6 6 .8 0 6 6 .5 0 6 6 .4 0 6 6 .1 7 6 5 .8 7 6 4 .7 7 6 5 ,5 3 6 5 .2 3 6 4 .1 3 6 6 4 .9 0 6 4 .6 0 6 3 .5 0 7 4 3 .0 0

(69)

No. St a. Hujan Ot m 96293 Lapor an Bulan M ARET Ty pe penakar : PH HELLMAN

Tahun 2000

5 10 15 30 45 60 120 3 6 12 07- 08- 09- 10- 11- 12- 13- 14- 15- 16- 17- 18- 19-

Gambar

Grafik muka air di hulu kala ulang 10 tahun STA 0+00 ...............................
Gambar 1. Saluran Box Culvert
Gambar 2. Siklus Hidrologi
Gambar 3. DAS Bandar Lampung
+7

Referensi

Dokumen terkait