• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI MULTISTAKEHOLDER DALAM PROSES REKRUITMEN BURUH MIGRAN ASAL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi tentang Koordinasi Multistakeholder di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI MULTISTAKEHOLDER DALAM PROSES REKRUITMEN BURUH MIGRAN ASAL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi tentang Koordinasi Multistakeholder di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KOORDINASI MULTISTAKEHOLDER DALAM PROSES REKRUITMEN BURUH MIGRAN

ASAL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Studi tentang Koordinasi Multistakeholder di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur)

Oleh

Kholifatul Munawaroh

Penyelenggaraan rekruitmen buruh migran di Kabupaten Lampung Timur telah berlangsung sejak lama, namun rekruitmen tersebut belum terkelola dengan baik, dilihat dari masih banyaknya masalah yang menimpa buruh migran. Oleh sebab itu peran dan koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan (multistakeholder) yang terdiri dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur, Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Provinsi Lampung dan Kelurahan, serta dari pihak swasta sebagai unit Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang diwakili oleh PT. WAHANAKARYA SUPLAINDO cabang Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas rekruitmen. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberhasilan multistakeholder dalam proses rekruitmen buruh migran asal Kabupaten Lampung Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa semua indikator koordinasi yang digunakan untuk melihat keberhasilan koordinasi tersebut belum berjalan optimal. Hal ini disebabkan karena (1) Kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan, (2) Kurangnya sosialisasi yang dapat diberikan dari Dinas maupun BP3TKI kepada masyarakat Lampung Timur. Rekomendasi untuk penelitian ini adalah mengupayakan keterlibatan multistakeholder untuk melakukan koordinasi dengan maksimal agar tercipta rekruitmen buruh migran yang berkualitas.

(2)

ABSTRACT

MULTISTAKEHOLDER COORDINATION ON RECRUITMENT PROCESS OF MIGRANT WORKER FROM EAST LAMPUNG REGENCY (Study about Multistakeholder Coordination in Way Jepara District, East

Lampung Regency)

By

Kholifatul Munawaroh

Organizing recruitment of Migrant Worker in East Lampung Regency has been exited since long time ago, but the recruitment process did not manage properly yet, it can be seen from the problems that affected the Migrant Worker. Therefore, the role and coordination of all stakeholders (multistakeholder) consisted of Social Service of Manpower and Transmigration board East Lampung Regency, Central Service of Migrant Worker Placement and Protection (BP3TKI) Lampung Province and Village, as well as from the private sector as an Execution unit name (PPTKIS) that represented by PT. WAHANAKARYA SUPLAINDO branch Way Jepara, East Lampung Regency are needed to improve the recruitment quality. This study aimeds to describe the success of multistakeholder in recruitment process of Migrant Worker from East Lampung. This research is descriptive research type with qualitative approach. The data were collected by interview, documentation and observation. The results of this research explaines that all coordination indicators that used to see the success of such coordination do not run optimally. This is because (1) The lack of coordination among stakeholders, (2) The lack of socialization that can be provided from Service or BP3TKI to the East Lampung community. The recommendation for this study is to seek the multistakeholder involment on optimally coordination in order to create a good quality recruitment of Migrant Worker.

(3)

KOORDINASI MULTISTAKEHOLDER DALAM PROSES REKRUITMEN BURUH MIGRAN

ASAL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Studi tentang Koordinasi Multistakeholder di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur)

Oleh

KHOLIFATUL MUNAWAROH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)
(9)

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk yang mengasihiku:

Ibuku tercinta Watiyar Ayahku tercinta Purwanto

Selalu menjadi sumber semangat dalam menjalani hidup Selalu mendoakan & mendukung segala aktivitasku selama ini

Selalu menjadi penerang dalam setiap langkah-langkahku Selalu menjadi yang terdepan dalam keberhasilanku

Semua curahan kasih sayang, cinta, dan pengorbanan yang telah kalian berikan kepadaku tidak akan mampu terbayarkan dengan apapun Semoga dengan gelar ini, aku dapat membahagiakan kalian & dapat

membuat kalian bangga wahai Ibu dan Ayah. AMIIN,,,,

Kakakku Nurul Khabibah tersayang

Yang selalu memberikan kebahagiaan dalam kehidupanku

Doa dan dukungan mu menyempurnakan hidupku

Semoga kita menjadi orang yang sukses, sehingga dapat membahagiakan kedua orang tua dan tetap menjadi anak yang sholihah dan selalu berbakti

padanya

Segenap keluarga besar yang selalu

memberikan do’a dan

dukungan kepadaku

Sahabat-sahabat yang selalu ada dalam setiap perjalanan

kehidupanku

Para dosen dan Civitas Akademika,

yang telah memberikan bekal ilmu, dukungan, doa, dan semangat untuk melangkah jauh lebih baik kedepan

(10)
(11)

Moto

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Rabb

mulah engkau berharap” (QS. Asy-Syarh: 5-8)

“In ahsantum ahsantum li-anfusikum...”

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri...

(QS. Al-Isra’ : 7)

“Khairunnas anfa’uhum Linnas”

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia” (QHR. Thabrani dan Daruqutnhni)

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”

(Umar bin Khaththab)

“Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian serta

(12)

SANWACANA

Assalamu

alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT pencipta alam semesta yang telah memberikan kebesarannya kepada penulis melalui kemudahan dan pertolongan yang tidak pernah terduga sebelumnya, serta karena berkat Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Koodinasi Multistakeholder dalam Proses Rekruitmen Buruh Migran asal Kabupaten Lampung Timur (Studi tentang Koordinasi Multistakeholder di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur)”. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak dapat menyelesaikan sendiri, namun banyak pihak yang memberikan bimbingan, motivasi, inspirasi, serta dukungan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas segala bantuan yang diterima, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(13)

engkau cita-citakan segera terwujud dan tetaplah menjadi kakak terhebat bagiku.

3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. dan Bapak Simon Sumonjoyo Hutagalung, S.A.N., M.PA. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara, dan Ibu Nur selaku staf Administrasi Jurusan. Terimakasih banyak bapak dan ibu atas bantuannya selama ini.

4. Ibu Meiliyana, S.IP., M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan, ilmu, waktu dan motivasi dengan sabarnya selama mendidik dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembahas yang begitu

baik dan senantiasa memberikan semangat dan masukan yang begitu besar hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos, M.AP. selaku dosen Pembimbing Akademik,

yang selalu memberikan bimbingan selama di bangku kuliah dan selalu memberikan dukungan atas segala kegiatan yang penulis ikuti, terima kasih pak atas segalanya yang diberikan selama ini.

(14)

yang luar biasa bagi penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya kepada beliau sekalian.

8. Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmunya dengan penuh kesabaran dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan.

9. Kepada Ibu Meilamadya selaku Kasi Penempatan dan Perluasan Tenaga Kerja di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Tmur. Kepada Mba Asma Zahratun Nabila selaku Staf Seksi Penyiapan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Lampung. Kepada Bapak Suwaji selaku pimpinan PT. Wahana Karya Suplaindo Cabang Way Jepara. Kepada Bapak Purwanto selaku petugas recruiting buruh migran. Kepada Bapak Subir Asni selaku Kepala Desa Jepara. Kepada Ibu Siti Ma’munah

selaku calon buruh migran dan kepada Mba Yuni selaku ketua Serikat Buruh Indonesia (SBMI) Lampung yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian, sekaligus menjadi informan peneliti dan membuka wawasan peneliti tentang buruh migran di Kabupaten Lampung Timur. Terimakasih banyak atas bantuan bapak dan ibu sekalian.

10. Teruntuk Murobbi dan Murobbiyahku, ana ucapkan jazaakumullaahu khairan katsiiran atas ilmu, arahan dan bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelami makna kehidupan sebagai seorang hamba yang dhoif ini.

(15)

ngangenin, sorry ya ple aku lulus duluan :P. Teman-teman berbagai generasi lainnya yang menjadi bagian dari cerita dan kenanganku selama di Asrama Edelwise 1, Mba Desti, Mba Eka, Mba Tanti, Mba Hany, Mba Afri, Mba Nurul, Mba Ulvi, Mba Irma, Mba Esy, Mba Etha, Mba Santi, Mba Ririn, Mba Opi, Mba Riris yang selalu melukis lukisan indah dan Bundoku tersayang Mba Kristi (Bundo Kentang) yang menjadi tempat curhat adik-adik asrama. Tazky si Maskulin yang jago bela diri sekaligus teman melancong, Marutha si gadis Jawa-Lampung yang selalu mengingatkan tentang kebaikan (sukses terus ya beb buat A BA TA online Shope nya), Oktari, dan Takiya. Serta adik-adik asrama yang ngangenin Wini si gadis Sunda sekaligus bendahara asrama yang suka nagih uang listrik, Kiki bintang yang suka banget ama bintang sekaligus gadis jawa yang bikin gemes (yang akur sama kaka eka ya nak :D). Melina yang suka ama Kucing (Rawat terus si Kudel “Kucing Edelwise” kesayangan kita ya dek), Fentri

yang sibuk dengan Himanya, Mutia adik yang sabar, Dinati dan Uli si unik yang ngeselin tapi suka bikin ketawa. Kemudian teruntuk rekan-rekan Edelwise 2, Mba Iik, Mba Zahra, Mba Wina, Mba Ayu, Ari, Wulan, Partiyah, Erfina, Okti dan Meli. Terimaksih banyak keluargaku di Edelwise 1 dan Edelwise 2 kalian semua telah memberikan warna dan cerita yang akan terus dikenang dimanapun dan sampai kapanpun. Tetaplah menjadi asrama yang hangat dengan cahaya Qur’an dan tali persaudaraan karena

(16)

12. Terimakasih tak terhingga untuk teman-teman FSPI FISIP UNILA masa jihad 2014-2015. Teruntuk presidium FSPI Eksis, Proaktif, Produktif (EPP)

Rizka Fajrianti, Sholehuddin Ridlwan, dan Firdaus, ‘Afwan, wa

jazaakumullaahu khairan katsiiran atas kesabarannya dan kebersamaannya dalam menjalankan amanah tersebut. Mohon doa agar ke depan saya bisa lebih baik lagi. Serta teman-teman Pimpinan FSPI Ikhwan maupun Akhwat. Pimpinan akhwat: Ari, Ika, Rika, Yuli, Kartini, Laila, Rizki, Fitri, Imah dan Erfina bahagia bisa membersamai kalian selama ini. Pimpinan Ikhwan: Endri, Sulaiman, Wahyu, Mahfudin, Ari Reksa, Ishma, dan Faisal. Beserta mba-mbaku di FSPI Mba Eva, Mba Windy, Mba Diah, Mba Marlia, Mba Tata, Mba Widya, Mba Resti, Mba Evi, Mba Dian, Mba Nita, dan adik-adikku di FSPI Ayu w, Syaroh, Ajeng, Happy, Ratu, Okvita, Tria, Okti, Fitria, Faisal Afrizal, Erig, Roihan, Jirin, Taufan, dan Sukman. Serta teruntuk Laskar Muda Fspi dan banyak lagi nama lain yang menghiasi halaman hati. Semoga doa Rabithah senantiasa menjaga kita dalam barisan perindu surga di jalan cinta para pejuang.

13. Teruntuk keluarga ku di LAB AKP FISIP UNILA, Bapak dan Ibu Dosen. Pak Eko, Pak Izzul, Bu Selvi, dan Bu Ita serta teman-teman assisten LAB Ika (si ahli online shop), Tiara (adik berbie), Hiro (bukan super hero) dan Tyaz (si candu gamers) terimakasih banyak atas ilmu dan kesempatan yang diberikan untuk menjadi enumerator serta keliling Lampungnya secara geratis. hehe

(17)

Bayu, Fidaus, Ali, Imam, Ipul, Iyaji, Nyum, Quqila, Imam Koi, Hamdani, Alga, dan Ihsan. Serta teman-teman di kelas genap Fitri makasih ya mak maaf sering ngerepotin juga :D, Erna, Novita, Merita, Firda, Yuyun, Yeen, Chairani, Melisa, Tiara, Elin, Dewi, Anisa, Imah, Lina, Eko, Johan, Sholeh, Akbar, Andre, Putu, Aris, Rezki, Kirana, Ria, Ridha, Fajar, Topik, dan Guruh. Terimakasih banyak atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kalian semua selama kuliah serta penyusunan skripsi ini. Semoga kita semua dipermudah dalam mencapai kesuksesan.

15. Sahabat dari awal kuliah yang tergabung dalam grup Camen (jangan ditanya artinya :D) Ana (Cenel) jangan kurus terus ya nel makan yang bergizi pokonya, Anggi (Sitik) nggi jangan lupa kalau plastiknya udah kekumpul semua dijual terus uangnya buat modal nikah :D, Azizah ( Jizul) zah segera di urus skripsinya ya, anak mamak gak boleh males-malesan :D dan Yuli (Mbah) mbah segera diurus skripsinya pasca seminar proposal, jangan ditinggalin, biar cepet selesai skripsinya. Terimakasih banyak kawan atas segala hal yang pernah menjadi cerita kita bersama, hingga akhirnya kita sudah sampai dipenghujung semester untuk menulis skripsi dan semoga sukses ke depannya.

(18)

Anak Gaul Laut (AGL) rindu kalian semua untuk mengelilingi bareng se isi desa dan lautan lepas dengan naik klotok, Speed boat dan kapal nelayan. Terimakasih kepada induk semang kami Bapak Muhammad Jamal dan Ibu Besse Nomba sekeluarga, Bapak Syamsudin Setta sekaligus warga masyarakat Sungai Burung yang menciptakan pengalaman luar biasa selama penulis KKN.

17. Tim Rohis SMA Teladan dan Alumni Rohis SMA Teladan yang menjadi tempat awal penulis mengenal mentoring. Terimakasih banyak teman-teman sekalian Mba Ivo, Mba Desnida, Mba Ningrum, Eca, dan Maya.

18. Sahabat-sahabatku di keluarga muda Birohmah UNILA, Ari, Marutha, Maya, Neneng, Tanti, Besta, Laras, Riyama, Amah Hilya, Fatia, Yuana, mba Yuni, Lina, dan banyak lagi nama lain yang menghiasi halaman hati. 19. Teruntuk sahabatku dari awal kuliah dan kos di Asrama edelwise, Ari

Krisnawati, terimaksih banyak kawan atas waktu dan kebersamaannya. Semoga jalan kita senantiasa di permudah oleh Allah SWT.

20. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya.

(19)

bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, 18 Februari 2016 Penulis,

(20)

DAFTAR ISI

A. Tinjauan Koordinasi ... 10

1. Pengertian Koordinasi ... 10

2. Tujuan Koordinasi. ... 12

3. Tipe-tipe Koordinasi. ... 14

4. Prinsip-prinsip Koordinasi ... 18

5. Syarat-syarat Koordinasi ... 20

6. Teknik-teknik Koordinasi ... 24

7. Mengukur Koordinasi. ... 30

B. Tinjauan Tentang Stakeholder dan Multistakeholder ... 32

C. Tinjauan Tentang Proses Rekruitmen ... 34

D. Tinjauan Tentang Buruh Migran ... 35

E. Tinjauan Tentang Proses Rekruitmen Buruh Migran ... 35

F. Kerangka Pikir ... 40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Fokus Penelitian ... 44

C. Lokasi Penelitian ... 46

(21)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 54

G. Teknik Keabsahan Data ... 55

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 58

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

1. Batas Wilayah Kabupaten Lampung Timur ... 58

2. Demografi Kabupaten Lampung Timur ... 59

3. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Timur ... 60

B. Gambaran Umum Kecamatan Way Jepara ... 62

1. Batas Administratif Kecamatan Way Jepara ... 62

2. Demografi Kecamatan Way Jepara ... 63

3. Mata Pencarian Penduduk Kecamatan Way Jepara ... 64

4. JumlahPenduduk Miskin di Kecamatan Way Jepara ... 66

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1) Informasi, Komunikasi dan Teknologi Informasi ... 68

2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi antar Multistakeholder ...107

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Jumlah Pecari Kerja di Luar Negeri Yang Terdaftar di Kabupaten

Lampung Timur 2014 ... 6 2. Daftar Informan ... 49 3. Daftar Dokumen. ... 51 4. Daftar Kegiatan Observasi ... 53 5. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan... 61 6. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan Umum

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Gambar Kerangka Pikir. ... 42 2. . Masyarakat Lampung Timur yang Mendapatkan Sosialisasi

dari BP3TKI Lampung bekerjasama dengan Disnakertrans

Lamtim………... 73

3. . Teknologi Informasi yang digunakan oleh Multistakeholder Berupa Email dan SISKOTKLN untuk Mempermudah Proses

Komunikasi…………... 79 4. . Rapat Awal Tahun BP3TKI Lampung………... 84 5. . Pembekalan Akhir pemberangkatan (PAP)……… 85 6. . Rapat Koordinasi BP3TKI Lampung dengan Polda Lampung………….. 87 7. . Surat Perjanjian Penempatan……….. 89 8. . Surat Teguran Disnakertrans Lamtim terhadap PPTKIS

yang Bermasalah………. 95

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud adalah kemajuan material. Maka, pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi kesejahteraan dibidang ekonomi banyak masyarakat yang berlomba-lomba dalam mencari pekerjaan yang cukup untuk meningkatkan taraf hidupnya dibidang ekonomi.1

Pembangunan yang terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia memberikan warna tersendiri di dalam menyediakan lapangan pekerjaan, karena negara berkembang pada umumnya mempunyai jumlah penduduk yang banyak, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada tak sebanding dengan jumlah penduduk yang mencari pekerjaan. Oleh sebab itu, sebagian dari mereka memutuskan untuk melakukan migrasi. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah tersebut. Tujuan

(25)

utama migrasi adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya, sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi di daerah tujuan.2

Pada umumnya, ada tiga kondisi yang menyebabkan migrasi pekerja dari suatu wilayah untuk mengambil keputusan melakukan aktivitas di luar wilayahnya. Ketiga kondisi tersebut adalah kemiskinan, rendahnya kesempatan kerja dan rendahnya tingkat upah persatuan tenaga kerja3. Kondisi ekonomi tersebut

kemudian mendorong mereka untuk mengambil keputusan ekonomi rasional yang mungkin bisa membantu mereka. Migrasi internasional merupakan salah satu pilihan yang dianggap paling rasional meskipun mereka juga sadar dengan berbagai resiko yang mungkin terjadi.

Sejarah migrasi Indonesia mencatat bahwa pengiriman tenaga kerja telah berlangsung sejak era kolonialisme Belanda di Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan adanya orang-orang Jawa yang telah dikirim untuk bekerja di Sumatera Timur (Deli), Vietnam, New Caledonia dan Suriname, koloni Belanda di kawasan Amerika Selatan. Setelah Indonesia merdeka di bawah pemerintahan Soekarno, fenomena migrasi lebih difokuskan pada pembangunan nasional dalam pemerataan penduduk di Indonesia, khususnya dari Pulau Jawa ke pulau-pulau yang penduduknya kurang padat. Kemudian pada awal pemerintahan orde baru,

2

Prijono Tjiptoherijanto. 1996. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hlm 112.

(26)

3

pemerintah Indonesia mulai melirik kembali pengiriman buruh migran ke luar negeri setelah Indonesia mengalami inflasi saat kejatuhan orde lama, hingga saat ini fenomena pengiriman buruh migran tersebut masih terus berlangsung.4

Penyelenggaraan pengiriman buruh migran Indonesia ke luar negeri yang telah berlangsung sejak era kolonial hingga sekarang belum terkelola dengan baik. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses rekruitmen hingga proses penempatannya masih banyak ditemukan berbagai permasalahan terhadap buruh migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Berbagai kebijakan permasalahan pengiriman buruh migran masih perlu diperbaiki dan disempurnakan agar buruh migran dapat bekerja dengan baik, terlindungi hak asasinya, dan bisa menikmati hasil jerih payahnya secara penuh. Disamping itu, keselamatan buruh migran yang bekerja di luar negeri belum mendapat perlindungan secara optimal. Sejauh ini masalah yang dihadapi adalah minimnya perlindungan hukum, sejak rekruitmen, ketika bekerja di luar negeri, dan sekembalinya ke tanah air. Bahkan terjadi banyak kasus pemulangan buruh migran secara paksa karena mereka tidak memilki dokumen lengkap.

Penempatan buruh migran terus dijalankan oleh pemerintah Indonesia, disatu sisi program tersebut membawa dampak positif, yaitu menghasilkan devisa bagi negara dan menjadi satu alternatif lapangan kerja. Selain itu juga memberikan pengalaman dan keterampilan bagi para buruh migran. Bahkan program tersebut

(27)

dapat meningkatkan taraf hidup buruh migran dengan remitan (uang hasil kiriman buruh migran) yang dikirimkan ke keluarganya. Dalam hal ini hasil remitan yang dihasilkan oleh buruh migran asal Indonesia sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dengan rincian sebagai berikut: 98% buruh migran wanita asal Indonesia mengirimkan gajinya kerumah dalam rentang waktu dua bulan sekali, kebanyakan uang gajinya sekitar 60% diterima oleh suaminya dirumah, hampir 98% uang gajinya digunakan oleh keluarganya untuk pembiayaan-pembiayaan berupa pembiayaan renovasi rumah dan membeli motor serta hanya 10% dari gajinya yang digunakan untuk membeli barang-barang primer seperti beras.5

Program penempatan buruh migran juga memberikan dampak negatif yaitu terjadinya kasus kekerasan yang menimpa buruh migran, akibat dari perilaku pengguna tenaga kerja yang kurang menghargai dan menghormati hak-hak pekerjaannya. Berdasarkan gambaran tersebut maka jelas bahwa sangat diperlukan pengelolaan pra-penempatan calon buruh migran Indonesia yang baik dan layak untuk dipekerjakan di luar negeri. Pengelolaan tersebut memerlukan manajemen yang baik dengan melibatkan koordinasi antar stakeholder dalam menciptakan satu visi yaitu lahirnya calon buruh migran yang mempunyai keahlian dan sesuai dengan permintaan dari negara tujuan dimana buruh migran tersebut akan bekerja. Calon buruh migran Indonesia harus memiliki kriteria khusus dan dicek secara teliti sesuai dengan keabsahannya, yaitu: usia,

5Aswatini Raharto. 2011. “The Migration Experience of Returned Migrant Domestic Workers: The

(28)

5

pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman kerja. Kriteria-kriteria tersebut menjadi acuan dalam proses penyeleksian kelayakan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.

Kabupaten Lampung Timur merupakan kabupaten pengirim buruh migran urutan ke-sembilan di Indonesia dengan jumlah buruh migran sebanyak 6,692 jiwa pada tahun 2015. Dalam hal pengaduan buruh migran, terdapat 206 pengaduan asal provinsi Lampung dan 59 diantaranya berasal dari Lampung Timur6. Artinya

Kabupaten Lampung Timur merupakan lumbung buruh migran terbesar di Provinsi Lampung. Kemudian Kecamatan Way Jepara merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Timur yang menjadi kecamatan terbesar sebagai pengirim buruh migran untuk bekerja ke luar negeri. Berikut data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Lampung Timur, dapat disajikan di dalam tabel sebagai berikut:

6

(29)

Tabel 1. Data Para Pencari Kerja di Luar Negeri yang Terdaftar di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah

Sumber: Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014.

(30)

7

2014 melakukan mobilisasi ke luar negeri untuk menjadi buruh migran, namun pengelolaan rekruitmen buruh migran yang belum baik menyebabkan berbagai masalah dalam perekrutan buruh migran itu sendiri.

(31)

Penyelenggaraan prapenempatan buruh migran antar multistakeholder di Kabupaten Lampung Timur, perlu dikoordinasikan dengan sebaik-baiknya agar dapat berhasil guna dan berdaya guna secara maksimal. Koordinasi juga dapat dilakukan dengan rapat-rapat koordinasi, permintaan data, pendapat dari instansi, konsultasi, lokakarya dan lain-lain. Koordinasi yang dilakukan multistakeholder dalam prapenempatan buruh migran Indonesia ke luar negeri dimulai dari sosialisasi informasi, komunikasi dan teknologi, kesadaran pentingnya koordinasi, kompetensi partisipan, kesepakatan dan komitmen, penetapan kesepakatan, insentif koordinasi dan feedback. Oleh karena itu, koordinasi pemerintah dan para pemangku kepentingan (Multistakeholder) di Kabupaten Lampung Timur serta buruh migran itu sendiri sangat diperlukan dalam proses rekruitmen buruh migran guna menekan terjadinya masalah pada prapenempatan buruh migran di luar negeri. Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikut:

“KOORDINASI MULTISTAKEHOLDER DALAM PROSES REKRUITMEN

BURUH MIGRAN ASAL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR”.

B. Rumusan Masalah

(32)

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian ini, maka terdapat tujuan dari penelitian yang merupakan hal yang hendak dicapai dalam melakukan suatu kegiatan yang telah dirumuskan oleh peneliti adalah “Untuk mendeskripsikan koordinasi multistakeholder dalam proses rekruitmen

buruh migran asal Kabupaten Lampung Timur”.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah pengetahuan tentang proses rekruitmen buruh migran khususnya yang berkaitan dengan Koordinasi Multistakeholder dalam disiplin Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Praktis

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kordinasi

1. Pengertian Kordinasi

Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal tertentu7. Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja.8

Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga disisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian

7Taliziduhu Ndraha. 2011. Kybernologi 1 Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 290.

(34)

11

suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain9. Pendapat lain menyatakan bahwa koordinasi adalah penyesuaian diri dari masing-masing bagian, dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil10. Selain itu koordinasi diartikan sebagai suatu usaha kerja sama

antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi, dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi11.

Koordinasi dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling berhubungan karena koordinasi hanya dapat tercapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif. Hubungan kerja adalah bentuk administrasi yang membantu tercapainya koordinasi. Oleh karena, itu dikatakan bahwa hasil akhir daripada komunikasi (hubungan kerja) adalah tercapainya koordinasi dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan efisien). Koordinasi dimaksudkan sebagai usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah proses kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur (yang

9Ibid. Hlm 291.

(35)

terlihat dalam proses) pemerintahan yang berbeda-beda pada dimensi waktu, tempat, komponen, fungsi dan kepentingan antar pemerintah yang diperintah, sehingga disatu sisi semua kegiatan dikedua belah pihak terarah pada tujuan pemerintahan yang ditetapkan bersama dan disisi lain keberhasilan pihak yang satu tidak dirusak keberhasilan pihak yang lain.

2. Tujuan Koordinasi

Berdasarkan pengertian tentang koordinasi di atas menyiratkan bahwa koordinasi bertujuan untuk12:

a. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin melalui sinkronisasi, penyeresaian, kebersamaan, dan kesinambungan, antar berbagai kegiatan dependen suatu organisasi.

b. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tingginya setiap kegiatan interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang mengikat semua pihak yang bersangkutan.

c. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap salingresponsif-antisipatif dikalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda, agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak dirusak oleh unit kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi efektif.

Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi secara efektif maka ada beberapa manfaat yang didapatkan13. Adapun manfaat koordinasi antara lain:

(36)

13

a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan terlepas satu sama lain, antara satuan-satuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi. b. Menghindari suatu pendapat atau perasaan bahwa satuan organisasi atau

pejabat merupakan yang paling penting.

c. Menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan antara bagian dalam organisasi.

d. Menghindari terjadinya kekosongan pekerjaan terhadap suatu aktifitas dalam organisasi.

e. Menimbulkan kesadaran diantara para pegawai untuk saling membantu.

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa tujuan koordinasi14 adalah :

a. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran kea rah tercapainya sasaran organisasi.

b. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis kea rah sasaran organisasi. c. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang-tindih tugas.

d. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.

berdasarkan tujuan koordinasi dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dilakukannya koordinasi oleh multistakeholder adalah untuk memaksimalkan proses rekruitmen buruh migran asal kabupaten Lampung Timur dalam meminimalisir permasalahan prapenempatan buruh migran asal kabupaten Lampung Timur. Selain itu koordinasi juga dilakukan untuk memaksimalkan

13

T. Hani Handoko. 2003. Manajemen edisi kedua cetakan kedelapan belas. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta. Hlm 197.

(37)

pelayanan masyarakat dan memaksimalkan sarana dan prasana yang tersedia untuk mencapai tujuan bersama.

3. Tipe-tipe Koordinasi

Pada umumnya organisasi dibentuk oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan, dan sangat diperlukan kerjasama serta suatu koordinasi yang baik agar terciptanya suatu pembagian kerja yang baik. Dalam tipe koordinasi setiap organisasi tidaklah sama, dan ada beberapa tipe koordinasi yang digunakan dalam organisasi untuk mencapai suatu kerjasama yang baik. Tipe-tipe koordinasi meliputi15:

a. Koordinasi Vertikal

Koordinasi vertikal adalah tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan-kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.

b. Koordinasi Horizontal

Koordinasi horizontal adalah tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dijalankan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat.

Koordinasi Horizontal terbagi atas dua:

1. Interdiiplinary, yaitu suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antar

(38)

15

unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara esktern pada unit-unit yang sama tugasnya.

2. Inter-related, yakni koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan baik secara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf.

Pendapat lain menyatakan bahwa, terdapat dua tipe koordinasi intern dan koordinasi ekstern16:

a) Koordinasi Intern

Yaitu kordinasi yang dilakukan oleh atasan langsung. Dalam koordinasi ini manajer wajib mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bawahan, apakah bawahannya telah melakukan tugas sesuai dengan kebijaksanaannya atau tugas pokoknya.

b) Koordinasi Fungsional

Yaitu koordinasi yang dilakukan horizontal, hal ini disebabkan karena sebuah unit organisasi tidak mungkin dapat melakukan sendiri tanpa bantuan unit organisasi lain, dengan perkataan lain bahwa koordinasi fungsional wajb dilakukan karena unit-unit atau organisasi lainnya mempunyai hubungan secara fungsional yang bersifat intern dan ekstern.

1) Koordinasi Fungsional yang bersifat intern, yaitu bahwa unit-unit dalam organisasi diperlukan koordinasi secara horizontal. Koordinasi fungsional

(39)

ini diperlukan, karena antara unit yang satu dengan unit lainnya mempunyai hubungan kerja fungsional.

2) Koordinasi Fungsional yang bersifat ekstern, adalah koordinasi antara organisasi satu dengan organisasi lainnya. Hal ini mungkin menyangkut satu atau beberapa organisasi. Koordinasi fungsional ini dilakukan, karena sebuah organisasi tidak mungkin menyelenggarakan tugasnya tanpa bantuan dari orang lainnya.

Selain itu dapat diidentifikasi beberapa tipe koordinasi17, seperti: a. Koordinasi Waktu

Koordinasi waktu atau sinkronisasi merupakan proses untuk menentukan, mana kegiatan yang dapat berjalan serentak dan manayang harus berurutan; jika berurutan bagaimana urutannya. Koordinasi ini dilakukan terhadap kegiatan antarunit kerja yang berhubungan dependen, kausal, dan sebangsanya.

b. Koordinasi Ruang

Koordinasi ruang dapat disebut juga koordinasi wilayah. Koordinasi ini ditempuh jika suatu kegiatan melalui berbagai daerah kerja.

c. Koordinasi Interinstitusional

Yaitu koordinasi antar berbagai unit kerja yang berkepentingan atas suatu projek serba guna atau produk bersama tertentu.

(40)

17

d. Koordinasi Fungsional

Yaitu koordinasi yang dilakukan oleh unit kerja yang satu terhadap unit kerja yang lain yang kegiatannya secara objektif berhubungan fungsional.

e. Koordinasi Struktural

Yaitu koordinasi antarunit kerja yang berada di bawah struktur tertentu, tanpa melalui superordinasi. Koordinasi seperti ini murni kehendak berkoordinasi unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lain secara sukarela.

f. Koordinasi Perencanaan

Koordinasi ini untuk mengantisipasi terjadinya gejala kehancuran keberhasilan unit kerja yang satu oleh keberhasilan unit kerja yang lain. Koordinasi ini berlangsung antarunit kerja yang berhubungan interdependen dan independen.

g. Koordinasi Masukan-Balik

Yaitu koordinasi hasil kontrol terhadap setiap kegiatan unit kerja, agar dapat dilakukan, adjustment, improvement, koreksi dan sebagainya.

Dari beberapa tipe koordinasi diatas berdasarkan konseptual penelitian ini cenderung pada tipe yakni koordinasi horizontal18 karena dalam koordinasi horizontal terbagi atas dua dan salah satu dari koordinasi horizontal ada related yaitu koordinasi antar badan (instansi). Dalam fungsinya koordinasi inter-related adalah instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitannya secara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf.

(41)

4. Prinsip-Prinsip Koordinasi

Prinsip koordinasi merupakan acuan atau dasar yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan koordinasi. Penerapan prinsip koordinasi secara tepat dapat mendukung tercapainya koordinasi yang efektif. Prinsip-prinsip koordinasi ada tiga19 yakni:

1. Prinsip Kesatuan Komando

Dalam prinsip kesatuan komando pegawai harus mempunyai satu pemimpin saja. Setiap pegawai harus tahu kepada siapa ia harus melapor, dan siapa pemimpinnya. Hal ini sangat penting untuk memperkecil kebingungan siapa yang harus membuat keputusan dan siapa yang harus melakukannya/ mengerjakannya.

2. Prinsip Tangga

Prinsip tangga menunjukkan lebih jelas dan menandaskan adanya rantai komando yang tidak terputus antara anggota organisasi dengan atasan langsungnya. Tugas-tugas yang diberikan jelas dan tidak tumpang tindih. 3. Prinsip Rentang Kendali

Prinsip rentang kendali memberikan gambaran berapa banayak bawahan yang dapat diawasi secara efektif oleh seorang pimpinan. Prinsip rentang kendali ini berkeyakinan keras bahwa tidak mungkin seorang pimpinan dapat mengawasi bawahan dalam jumlah besar.

(42)

19

Menurut ahli terdapat empat prinsip utama20 dalam koordinasi:

a. Kordinasi harus mulai dari tahap yang permulaan sekali. Jika dua unit atau lebih mulai sendiri-sendiri dengan pengaturan-pengaturan beberapa kegiatan, atau dengan perencanaan pekerjaan baru, pandangan-pandangan mereka akan mengkristal dan kemudian mereka akan tidak bersedia mengubah rencana-rencana mereka, disebabkan karena jumlah pekerjaan yang akan tersangkut atau karena alasan prestise. Koordinasi diantara dua unit atau lebih menjadi lebih sukar dicapai daripada jika mereka telah mengkoordinir rencana-rencana mereka sejak permulaan.

b. Koordinasi adalah proses yang kontinyu. Kebutuhan akan koordinasi biasanya nampak jelas selama tahap-tahap perencanaan tetapi dapat diabaikan kemudian. Sarana untuk menjamin koordinasi yang kontinyu harus diputuskan atas dasar hal-hal khusus, dan kemudian keefektifan sarana-sarana tersebut harus terus menerus dibahas.

c. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan bersama-sama. Selama diskusi bersama-sama mereka yang hadir menjadi sadar akan kebutuhan-kebutuhan semuanya, perbedaan-perbedaan sudut pandang dan berbagai macam prioritas. Terdapat lebih banyak kesempatan untuk mencegah salah pengertian dan menemukan tindakan logis didalam diskusi itu daripada jika transaksi-transaksi dilaksanakan secara tertulis sama sekali.

d. Perbedaan-perbedaan dalam pandangan harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam hubungan dengan situasi seluruhnya. kemudian suatu

20

(43)

pengaturan tetap agaknya dapat dketemukan jika orang-orang yang bersangkutan mengadakan suatu analisa yang mendalam mengenai sifat masalah, memperjelas fakta-fakta dan menyelidiki lagi persyaratan-persyaratan dasar guna menemukan pemecahan yang tersimpul dalam situasi itu sendiri.

Dari penjelasan tentang prinsip-prinsip koordinasi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya yang dimaksud dalam prinisp-prinsip koordinasi adalah suatu prinsip yang mengedepankan suatu hubungan kerjasama yang baik, perencanaan yang baik, serta tujuan yang sama dalam merencanakan program kegiatan. Prinsip-prinsip koordinasi tersebut mengikat multistakeholder di Kabupaten Lampung Timur untuk untuk mengedepankan suatu hubungan kerjasama yang baik, perencanaan yang baik, serta tujuan yang sama dalam merencanakan program kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

5. Syarat-syarat Koordinasi

Pemahaman lain yang diberikan oleh ahli mengemukakan koordinasi adalah suatu usaha manusia dalam pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan yang sama21. Oleh karena itu koordinasi mencakup beberapa syarat, diantaranya:

1. Sense of cooperation atau perasaan untuk bekerjasama; ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan (bukan orang perorang)

(44)

21

2. Rivalry dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.

3. Team Spirit artinya satu sama lain pada tiap bagian harus harga-menghargai. 4. Esprit de Corps: artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai

umumnya akan menambah kegiatan bersemangat.

Menurut pendapat ahli lain ada 9 (Sembilan) syarat mencapai koordinasi22 yaitu:

a. Hubungan langsung

Koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui hubungan pribadi langsung diantara orang-orang yang dapat bertanggung jawab. Melalui hubungan pribadi langsung, ide-ide, cita-cita, tujuan-tujuan, pandangan-pandangan dapat dibicarakan dan salah paham dapat dijelaskan dan cara ini jauh lebih baik ketimbang melalui metode apapun lainnya.

b. Kesempatan awal

Koordinasi dapat dicapai dengan mudah dalam tingkat-tingkat awal perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan. Misalnya, sambil memepersiapkan rencana itu sendiri hanya ada dalam konsultasi bersama. c. Kontinuitas

koordinasi merupakan suatu proses yang kontinyu dan harus berlangsung pada semua waktu, mulai dari tahapan perencanaan. Oleh karena itu koordinasi merupakan dasar struktur organisasi, maka koordinasi harus berlangsung selama perusahaa berfungsi.

(45)

d. Dinamisme

Koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat perubahan-perubahan lingkungan intern maupun ekstern. Dengan kata lain koordinasi itu jangan kaku. Koordinasi akan meredakan masalah-masalah apabila timbul koordinasi yang baik akan mengetahui masalah secara dini an mencegah kejadiannya.

e. Tujuan yang jelas

Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang efektif dalam suatu perusahaan, manajer-manajer bagian harus diberi tahu tentang tujuan perusahaan dan diminta agar bekerja untuk tujuan bersama perusahaan. f. Organisasi yang sederhana

Struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang efektif. Penyusunan kembali bagian-bagian dapat dipertimbangkan untuk memiliki koordinasi yang lebih baik diantara kepala-kepala bagian. Pelaksanaan pekerjaan dan fungsi yang erat berhubungan dapat ditempatkan di bawah beban seorang pejabat pimpinan apabila hal ini akan mempermudah pengambilan tindakan yang diperlukan untuk koordinasi. Disarankan agar semua bagian yang saling berhadapan dapat dipercayakan kepada seorang atasan bersama untuk menjamin koordinasi yang lebih baik.

g. Perumusan Wewenang dan Tanggung Jawab Yang Jelas

(46)

23

Wewenang menurut ahli adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk memberikan penugasan terhadap pihak lain supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang tersebut. Sedangkan tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban dan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai akibat wewenang yang diterima atau dimilikinya23.

h. Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk koordinasi yang baik. Melalui saling tukar informasi secara terus menerus, perbedaan individu dan bagian dapat diatasi dan perubahan-perubahan kebijaksanaan, penyesuaian program-program, untuk waktu yang akan datang. Suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

i. Kepemimpinan Yang Efektif

Suksesnya koordinasi banyak dipengaruhui oleh hakikat kepemimpinan dan supervisi. Kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi kegiatan orang-orang, baik pada tingkatan perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan.

Seseorang hanya akan memiliki kemampuan kepemimpinan yang efektif jika: 1. Seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan

2. Bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangka melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

(47)

Berdasarkan penjelasan mengenai syarat koordinasi menurut beberapa para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam mencapai koordinasi yang baik dalam proses rekruitmen buruh migran di Kabupaten Lampung Timur terdapat tiga hal penting syarat yang harus dilakukan dalam sebuah organisasi yakni: hubungan langsun, kerjasama yang baik, dan komunikasi yang baik. Sehingga apabila seluruh syarat tersebut dapat terpenuhi, maka koordinasi multistakeholder akan berjalan dengan lancar.

6. Teknik-Teknik Koordinasi

Mengkoordinasikan satuan-satuan organisasi dalam organisasi diperlukan teknik-teknik tertentu. Pemahaman terhadap teknik-teknik-teknik-teknik koordinasi sangat diperlukan oleh para koordinator atau manajer karena dengan mengetahui teknik-teknik koordinasi kemungkinan besar akan dapat dicapai hasil yang optimal, efisien, dan efektif.

Teknik-teknik koordinasi menurut ahli24,antara lain:

a. Mengangkat seorang pengawas atau koordinator untuk tiap-tiap kelompok kerja atau satuan organisasi. Tugas utama dalam seorang pengurus atau koordinator ialah untuk menjaga orang-orang bawahannya mencapai tingkat target kerjanya dalam koordinasi dengan kelompok lainnya.

(48)

25

b. Menciptakan keseimbangan antara beban kerja, wewenang dan tanggung jawab, yang dipikul oleh tiap-tiap koordinasi dengan karyawan yang dikoordinasi.

c. Menciptakan hubungan intier dan antar personel dari satuan-satuan organisasi yang terlibat dalam organisasi. Hubungan dapat dipererat dengan bentuk-bentuk komunikasi lisan, tertulis, prosedur-prosedur, surat-surat, bulletin-bulletin, dan cara-cara mekanis modern untuk menyampaikan pesan dan pendapat-pendapat.

d. Mengadakan rapat-rapat terjadwal secara rutin untuk menerima laporan pertanggung jawaban secar berkala dari tiap-tiap satuan organisasi. Disela-sela rapat ada waktu luang yang dapat digunakan untuk pertemuan informasi tukar pendapat dan informasi antara para pejabat dari berbagai satuan organisasi.

e. Membuat edaran berantai dan selebaran kepada para pejabat yang diperlukan. Satu satuan organisasi mencetak masalah yang dihadapi, kemudiaan pada satuan-satuan organisasi lainnya untuk menanggapi dan ikut serta memecahkan masalah tersebut.

f. Membuat mekanisme kerja sedemikian rupa sehingga koordinasi dapat dilaksanakan secara optimal. Mekanisme kerja ini dapat di atur melalui buku pedoman organisasi, buku pedoman tata kerja dan buku pedoman kumpulan peraturan.

(49)

lingkungan kerja dapat dibuat tanda-tanda, simbol, kode, yang dapat dipahami secara umum oleh semua karyawan yang bekerja.

Menurut pendapat ahli lain25, mengatakan bahwa:

1. Melakukan rapat, sebagai langkah untuk mengadakan integrasi pokok-pokok hasil pekerjaan setiap karyawan.

2. Mengumpulkan laporan-laporan atasan pelaksanaan kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.

3. Melakukan kunjungan untuk melihat secara langsung serta untuk memberikan secara langsung petunjuk sesuai dengan pedoman yang telah digariskan.

Sedangkan cara-cara mengadakan koordinasi26 adalah:

a. Memberikan keterangan secara langsung dan bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.

b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing individu anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri tujuan itu adalah tujuan bersama.

c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain.

d. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam pencapaian sasaran. e. Membina hubungan reiadons yang baik antara sesama karyawan.

25 Pandji dalam

Ratna Suminar. 2015. Koordinasi Antar Instansi Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Hlm 25.

(50)

27

Sedangkan menurut pendapat lain27, mengatakan ada delapan teknik yang penting

untuk mencapai koordinasi yang efektif. 1) Hierarki

Alat yang paling sederhana untuk mencapai koordinasi adalah hierarki atau landasan komando, dengan menampakkan unit-unit yang saling bergantung dibawah seorang atasan dapat dijamin adanya koordinasi diantara kegiatan-kegiatannya. Para ahli klasik sangat mengandalkan alat ini.

2) Peraturan, prosedur dan kebijaksanaan

Rincian peraturan, prosedur dan kebijaksanaan merupakan alat yang sudah umum untuk mengkoordinasikan sub-sub unit dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatannya yang sifatnya rutin. Peraturan, prosedur dan kebijaksanaan standar ditentukan untuk mencakup semua situasi yang mungkin. Akan Tetapi seperti halnya yang ditunjukkan oleh beberapa kritik alat ini merupakan suatu "lingkaran setan'' di dalam akibat gangguan fungsi alat ini menimbulkan kepercayaan yang lebih kuat kepadanya. Artinya uraian peraturan-peraturan, prosedur- prosedur merupakan lebih banyak peraturan dan prosedur untuk memeliharanya.

3) Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu cara untuk mengetahui lebih dini keadaan-keadaan yang saling bergantung dan dengan demikian dapat mencegah atau mengurangi kesulitan-kesulitan koordinasi. Sampai suatu tingkat sehingga kemungkinan-kemungkinan timbul tidak diketahui secara dini dalam rencana,

27

(51)

koordinasi memerlukan komunikasi untuk memberikan komunikasi untuk memberikan peringatan penyimpangan dari kondisi yang direncanakan atau diramalkan.

4) Panitia

Pengikutsertaan panitia atau pengambilan keputusan kelompok merupakan ala koordinasi yang sudah umum. Alat ini sangat mengurangi struktur hierarki meningkatkan komunikasi dan pemahaman ide-ide yang efektif mendorong penerimaan dan tanggung jawab atas kebijaksanaan dan membuat pelaksanaan menjadi lebih efektif.

5) Ide

Membantu perkembangan saling percaya dan kerja sama juga merupakan suatu mekanisme pengkoordinasian. Menurut ahli 28 mengatakan bahwa pemimpin sebaiknya muncul dalam pikiran mereka yang berhubungan dengan tiap kegiatan keinginan dan kemauan bekerja sama untuk suatu tujuan. Tidak hanya mencakup kecakapan atau kemampuan yang berhubungan dengan pengertian, tetapi juga berhubungan dengan emosi. 6) Indoktrinasi Insentif

Mengindoktrinasi anggota-anggota dengan sasaran-sasaran dan tugas-tugas organisasi, suatu alat yang biasanya digunakan dalam organisasi-organisasi keagamaan dan militer, masih merupakan suatu alat pengkoordinasian lainnya.

7) Insentif

Memberikan insentif kepada unit-unit yang saling bergabung untuk bekerja

(52)

29

sama, seperti rencana pembagian laba merupakan suatu mekanisme atau alat yang lain. Anjuran Ardent mengenai pembagian laba menyatakan bahwa hal ini meningkatkan semangat kelompok yang lebih baik diantara pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja, diantara para atasan dan orang-orang bawahan. 8) Bagian Penghubung

Dalam beberapa kegiatan dimana terdapat hubungan yang banyak sekali diantara dua bagian, bagian penghubung berkembang mengenai transaksi-transaksi. Hal ini terjadi khususnya antara bagian penjualan dan bagian produksi.

(53)

7. Mengukur Koordinasi (Effective Cordination)

Adapun efektiv tidaknya pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan-kegiatan suatu kelompok, terutama ditentukan oleh29:

a. Kemampuan Pimpinan Kelompok

Kemampuan pimpinan kelompok untukk melaksanakan koordinasi itu dipengaruhi oleh: kecakapan, gaya kepemimpinannya, wewenang dan sebagainya.

b. Tipe Kelompok yang dipimpinnya

Yang dimaksud dengan tipe kelompok, yaitu: apakah kelompok itu suatu organisasi pemerintah, organisasi niaga, organisasi politik, dan sebagainya. Disamping itu apakah kelompok itu terdiri dari berbagai jenis tugas yang seragam (homogeny) atau yang beraneka ragam jenis tugasnya (heterogen). c. Situasi dimana Kelompok tersebut Melakukan Tugasnya

Situasi yang dimaksud, apakah kelompok tersebut melakukan kegiatannya dalam situasi normal, dalam situasiperalihan, atau dalamsituasi darurat, dan sebagainya.

Selain itu, koordinasi dapat diukur melalui proses manajemen30, yang perlu diukur adalah:

Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi

Komunikasi adalah kunci koordinasi yan efektif, koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan penyebaran dan pemrosesan informasi, semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasikan, semakin membutuhkan

(54)

31

informasi untuk alasan ini, koordinasi pada dasarnya merupakan tugas pemrosesan informasi, sedangkan teknologi informasi dapatdilakukan dengan menggunakan alat seperti email dan sebagainya untuk mempermudah proses koordinasi tersebut.

2) Kesadaran Pentingnya koordinasi; berkoordinasi; koordinasi built-in di dalam setiap job atau task.

Kesadaran merupakan sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang sesuai dengan yang dinyakininya. Kesadaranmerupakan hal yang sangat berkaitan dengan manusia bahkan dengan hal ini lah manusia dapat dibedakan dengan binatang. Kesadaran pada dasarnya keadaan sadar bukan merupakankeadaan pasif melainkan suatu proses yang aktif, kegiatan hakiki pada kesadaran adalah menindak dan mengatakan tidak.

3) Kompetensi Partisipan, Kalender Pemerintahan.

Peserta forum koordinasi harus berkompeten mengambil keputusan untuk menjamin kehadiran pejabat yang demikian, harus ditetapkan kalender pemerintahan (koordinasi) yang diataati sepenuhnya dari atas ke bawah

4) Kesepakatan dan Komitmen

Kesepakatan dan komitmen harus diagendakan (diprogramkan) oleh setiap pihak secara institusional (formal).

5) Penetapan Kesepakatan

Penetapatan kesepakatan yang dilakukan oleh setiap pihak yang berkoordinasi.

(55)

6) Insentif Koordinasi

Yaitu sanksi bagi pihak yang ingkar atau tidak menaati kesepakatan bersama. Sanksi itu datang dari pihak atasan yang terkait.

7) Feedback

Sebagai masukan umpan-balik ke dalam proses koordinasi selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan mengenai efektivitas koordinasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti lebih memilih menggunakan efektivitas koordinasi menurut Taliziduhu Ndraha, karena dalam efektivitas koordinasi menurut Talizuhu Ndraha lebih dijelaskan mengenai keseluruhan indikator koordinasi dalam mendeskripsikan dan menganalisis proses koordinasi rekruitmen buruh migran asal Kabupaten Lampung Timur . Sehingga dapat dipahami bahwa indikator koordinasi ini sangat penting untuk dapat tercapainya koordinasi yang baik, karena dengan adanya indikator tersebut dapat menjadi acuan bagi organisasi untuk mencapai pelaksanaan program dan tujuan yang jelas guna menunjang hubungan pertukaran informasi dan peningkatan komunikasi antar multistakeholder di Kabupaten Lampung Timur.

B. Tinjauan Tentang Stakeholder dan Multistakeholder

(56)

33

memiliki kepentingan dengan perusahaan sehingga dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan31. Selain itu, Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan32. Pendapat lain tentang stakeholder33 adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh suatu hal, serta mereka yang mungkin memiliki kepentingan dalam proyek dan atau kemampuan untuk mempengaruhi hasil, baik positif maupun negatif.

Sedangkan multstakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pencapaian tujuan organisasi34. menjelaskan bahwa Selanjutnya stakeholder juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal stakeholder dan eksternal stakeholder, eksternal stakeholder merupakan sekelompok individu yang bukan merupakan bagian dari anggota organisasi, namun mempengaruhi organisasi. Sedangkan internal stakeholder merupakan kelompok atau individu yang tidak secara tegas menjadi bagian dari lingkungan organisasi karena sebenarnya internal stakeholder adalah anggota dari organisasi, dimana para manajer memiliki tanggung jawab atas kepentingan mereka.

31Estaswarsa Helpris. 2010. Satkeholder relations. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm 2. 32Irma Selly Selviyana. 2012. Interrelasi Multistakeholder dalam pelaksanaan Corporate Social

Responbility bidang usaha pengembangan usaha mikro kecil, dan menengah. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Hlm 42.

33Ibid. Hlm 43.

(57)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa multistakeholder adalah sekelompok orang atau beberapa kelembagaan yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, dan yang dianjurkan dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut penelitian ini multistakeholder diartikan sebagai pihak-pihak yang ikut terlibat dalam proses rekruitmen buruh migran asal Kaabupaten Lampung Timur.

C. Tinjauan Tentang Proses Rekruitmen

Rekruitmen adalah “proses yang dilakukan perusahaan dalam menyebarkan informasi dan membuka akses seluas-luasnya guna menjaring pelamar”35. Jalur-jalur yang biasa digunakan perusahaan saat ini adalah melalui iklan lowongan kerja di media cetak, radio, televisi, website, kerja sama dengan agen penampung tenaga kerja atau rekrutmen langsung ke sekolah atau kampus untuk mendapatkan para lulusan fresh graduate. Rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi36.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses rekruitmen merupakan proses yang dilakukan suatu perusahaan atau organisasi untuk membuka seluas-luasnya peluang guna menjaring pelamar untuk dipekerjakan oleh suatu perusahaan maupun organisasi. Proses rekruitmen buruh migran asal Kabupaten Lampung Timur dalam penelitian adalah bertujuan untuk membuka

35

Hariwijaya, M. 2008. Proses Rekruitmen dan Seleksi karyawan. Jakarta: Elmatera Publishing. Hlm 10.

(58)

35

seluas-luasnya peluang guna menjaring calon buruh migran untuk dipekerjakan ke luar negeri.

D. Tinjauan Tentang Buruh Migran

Buruh migran37, (mengacu kepada Konvensi ILO pada Buruh Migran tahun 1949,

(No.97) pada Artikel 11, adalah orang yang bermigrasi dari satu negara ke negara lain untuk tujuan bekerja. Menurut Departemen Sosial, definisi buruh migran Indonesia adalah orang yang berpindah ke daerah lain, baik di dalam maupun ke luar negeri (legal maupun illegal), untuk bekerja dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan buruh Migran Indonesia di Luar Negeri pasal 1 ayat 1, definisi Buruh Migran Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Buruh Migran adalah setiap warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buruh migran yaitu setiap warga Negara Indonesia yang berpindah ke daerah lain untuk bekerja sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu tertentu.

E. Proses Perekrutan Buruh Migran

Buruh migran Indonesia merupakan pahlawan devisa bagi negara. Untuk bekerja diluar negeri buruh migran harus melalui suatu proses perekrutan guna memenuhi

(59)

persyaratan pendaftaran. Perekrutan tenaga kerja legal ditangani oleh pemerintah bersama dengan perusahaan pengerah tenaga kerja. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri secara legal dikoordinir oleh Departemen Tenaga Kerja melalui lembaga Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Sementara pengiriman tenaga kerja dilakukan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang ditunjuk oleh pemerintah38.

Proses perekrutan buruh migran secara umum melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai pencari kerja sekaligus mencari lowongan kerja.

Pencari kerja melakukan pendaftaran ke Dinas Tenaga Kerja setempat dan akan memperoleh informasi apabila terdapat peluang kerja ke luar negeri. Para pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja memiliki peluang kerja yang lebih besar untuk bekerja ke luar negeri. Para pencari kerja yang terdaftar bersifat resmi atau legal, sedangkan yang tidak tercatat bersifat tidak resmi atau illegal.

2. Mengikuti Penyuluhan atau Penjelasan dari Petugas Pelaksana Penempatan Buruh Migran Swasta dan Dinas atau Subdinas Tenaga Kerja.

Para pencari kerja harus mengikuti penyuluhan dari Dinas Tenaga Kerja, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyalurkan informasi yang dibutuhkan para pencari kerja tersebut, seperti penyuluhan mengenai jenis atau bidang

38 Suko Bandiono dan Fajri Alihar. 1999. Tinjauan Penelitian Migrasi Internasional di Indonesia

(60)

37

pekerjaan yang akan dilakukan di luar negeri. Tidak hanya itu, dinas terkaitpun akan menjelaskan tentang jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, fasilitas yang disediakan selama bekerja di luar negeri dan besarnya gaji yang akan diperoleh. Dari penjelasan tersebut diharapkan para pencari kerja memiliki minat dan kemantapan diri sehingga dapat mendaftarkan diri sebagai calon buruh migran tanpa pemaksaan.

3. Mendaftarkan Diri Sebagai Calon Buruh Migran

Pendaftaran sebagai calon buruh migran dilakukan pada Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang persetujuan rekrutnya masih berlaku. Calon buruh migran juga harus mengetahui terlebih dahulu apakah terdapat job order atau permintaan buruh migran dari perusahaan di luar negeri. Hal ini dimaksudkan agar para calon buruh migran tidak menjadi korban penipuan dari perusahaan-perusahaan tersebut. Penentuan negara tujuan bagi calon buruh migran disesuaikan dengan keterampilan yang dimiliki dan tingkat pendidikan yang diisyaratkan.

4. Mengikuti Seleksi Administrasi, Teknis dan Kesehatan.

Tahap selanjutnya adalah seleksi administrasi, teknis dan kesehatan. Seleksi administrasi berkaitan dengan pemenuhan persyaratan dari calon buruh migran. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: a. Usia minimal 18 tahun kecuali negara tujuan menentukan lain. b. Memiliki kartu tanda penduduk.

(61)

d. Minimal tamat SLTP, memiliki keterampilan atau keahlian maupun pengalaman sesuai dengan persyaratan jabatan atau pekerjaan yang diperlukan.

e. Izin dari orang tua atau wali bagi yang belum berkeluarga dan suami atau istri bagi yang sudah berkeluarga.

Pencari kerja yang lolos seleksi administrasi melanjutkan dengan seleksi teknis dan kesehatan. Seleksi ini dilakukan oleh pelaksana penempatan buruh migran swasta dengan dinas tenaga kerja setempat. Khusus untuk tes kesehatan dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh PPTKIS dan hasilnya dinyatakan dalam Surat keterangan dokter.

5. Menandatangani Perjanjian Penempatan dengan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

Proses perekrutan dilanjutkan dengan penandatangan perjanjian dengan PPTKIS. Proses ini harus dilakukan sepengetahuan pejabat sub dinas tenaga kerja setempat. Hal ini bertujuan agar pemerintah mengetahui bahwa tidak terdapat unsur paksaan dalam penandatanganan perjanjian tersebut. Selain itu juga menghindari tindak penipuan yang akan dialami oleh calon buruh migran.

6. Mengurus Paspor ke Kantor Imigrasi

(62)

39

pembuatan paspor sehingga calon buruh migran dapat mengetahui dengan jelas dan pasti mengenai kelegalan status keimigrasiannya di luar negeri.

7. Mengurus Visa di Perwakilan Negara Tujuan

Setelah pengurusan paspor selesai, calon buruh migran harus melakukan pengurusan visa kerja diperwakilan negara tujuan diwilayah setempat. Saat proses ini buruh migran tetap didampingi oleh PPTKIS dan segala biaya ditanggung oleh calon buruh migran. Proses pengurusan dan terbitnya visa kerja umumnya membutuhkan waktu 2 minggu setelah permohonan dan dokumen diterima secara lengkap dan benar. Tahap pengurusan visa ini disertai dengan pengurusan tiket keberangkatan. Biaya pengurusan tiket keberangkatan inipun di tanggung oleh calon buruh migran.

8. Menandatangani Perjanjian Kerja

Penandatanganan perjanjian kerja ini dilakukan dengan disaksikan oleh pegawai pengawas atau Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI). Perjanjian kerja ini bertujuan untuk memastikan tanggung jawab dari PPTKIS selama kontrak berjalan.

9. Mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP).

Gambar

Tabel 1. Data Para Pencari Kerja di Luar Negeri yang Terdaftar  di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014
Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 2. Daftar Informan
Tabel 3. Dokumen Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Topik feminisme menarik perhatian peneliti karena selama ini perempuan sering digambarkan hanya sebagai objek narasi yang pasif bahkan objek erotis utama dalam film.. Berdasarkan

Berdasarkan kondisi perairan Selat Gaspar untuk pemanfaatan potensi energi alternatif dapat disimpulkan bahwa karakteristik arus laut bulan Juli, September, dan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikan mengenai analisis sistem yang berjalan mengenai pengamanan pada laboratorium STKIP PGRI Pacitan ini adalah belum maksimal dan

Dalam pengemasan program acara Khazanah juga dianggap sudah baik, hanya saja gambar-gambar (feature) hanya diambil dari youtube bukan langsung produksi sendiri

Sebatik Timur (D.I. Tanjung Aru), dimana perusahaan saudara termasuk telah dinyatakan lulus evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka dengan ini kami mengundang

Ambang batas kandungan logam berat Kadmium yang dianjurkan oleh ILO/WHO 1992 bahwa dalam hewan laut dalam hal ini kerang yang dikonsumsi oleh manusia adalah sebesar 0,1 ppm, hal

Kereta Api (Persero) untuk pelayanan kenyamanan diatas KA Parahyangan kelas Eksekutif sudah cukup baik, namun dalam pelaksanaanya sering tidak sesuai, sebaiknya sebelum KA berangkat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni salah satu sektor perekonomian yang menjadi basis