• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 1999 jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 1999 jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 1999

jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA

Koherensi Perdagangan Valuta Asing terhadap stabilitas perekonomian nasional sangat erat kaitannya di era liberalisasi perdagangan kekinian ini. Perdagangan Internasional yang pola keterikatannya melintasi batas negara memberikan efek pula terhadap pola transaksi perdagangan valuta asing secara notabene mempengaruhi nilai mata uang Rupiah. Keterikatan terhadap mekanisme perdagangan valuta asing mewajibkan Indonesia untuk ikut terlibat dan mengeifisienkan keadaan perekonomian nasional dari efek domino perdagangan valuta asing yang nantinya melemahkan Rupiah. Kekhwatiran tersebut dihegemonikan kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral sebagai tonggak pengawasan dan pelaku kebijakan terhadap stabilitas perekonomian nasional terkhususnya nilai Rupiah. Berdasarkan UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009, Bank Indonesia memiliki tujuan sebagaimana diatur dalam pasal 7 Ayat (1) untuk mengatur stabilitas nilai Rupiah yang kemudian pelaksanaannya diewenjantahkan dengan kebijakan moneter berdasarkan pasal 7 Ayat (2). Pasal 7 merupakan alasan hukum Bank Indonesia melaksanakan kebijakan dan pengawasan dari berbagai sektor yang berkenaan dengan stabilitas perekonomian nasional dalam mengatisipasi liberalisasi perdagangan internasional. Permasalahan wewenang Bank Indonesi dalam transaksi valuta asing, Produk Hukum Bank Indonesia dalam perdagangan Valuta Asing dan hambatan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas Rupiah dalam perdagangan valuta asing.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif, pendekatan masalah yang digunakan pendekatan normatif. Data yang digunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan pustaka melalui studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dilakukan dengan cara pemeriksaan data, penandaan data, rekonstruksi data, sistematisasi data, selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

(2)
(3)

KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 1999 jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA

Oleh

JUNA SAPUTRA GINTING

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Juna Saputra Ginting, penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 02 Juli 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Guntur Ginting,S.P. dan Ir.Tabitha br. Sembiring.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Asisi Medan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Putri Cahaya Medan pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Thomas 1 Medan pada Tahun 2011.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa puji dan syukur atas kasih yang diberikan Yesus Kristus dengan penuh kerendahan hati kupersembahkan kepada :

Kepada kedua orang tuaku tercinta Bapak Guntur Ginting, S.P. dan Ibu Ir. Tabitha Sembiring yang telah membesarkanku dengan sabar dan penuh kasih sayang serta selalu menyertaiku dalam doa agar setiap langkahku dipermudah oleh Tuhan, serta mengajarkanku untuk kuat dalam menjalani hidup agar lebih

baik kedepannya.

Adik-adikku Juni Ardi Ginting dan Valentinus Andri Ginting trimakasih telah menjadi motivasiku untuk selalu menjadi abang yang berguna untuk adik-adikku

(8)

MOTO

“Jika Iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”

(Yakobus 2 : 17)

“Terbantu dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas aktivitas ekonomi merupakan tujuan utama perekonomian,sedangkan keuntungan dari aktivitas

ekonomi merupakan bonus dari perekonomian”

(Bung Hatta)

“Jujur saja, saya tidak punya waktu untuk membenci orang yang membenci saya,

karena saya terlalu sibuk mencintai orang yang mencintai saya”

(Agustina Erika Sihotang)

“Tujuan Hidup hanya satu yaitu bertarung ideologi, maka tentukanlah ideologimu

saat ini”

(9)

SANWACANA

Salam sejaterah dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Dalam Perdagangan Valuta Asing Berdasarkan Undang – Undang No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(10)

motivasi dan masukan yang membangun serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

5. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., sebagai Dosen Pembahas I yang telah memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini; 6. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., sebagai Dosen Pembahas II yang

juga telah memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini; 7. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., sebagai Pembimbing Akademik atas

bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjalankan masa studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan sumber mata air ilmuku yang penuh ketulusan, dedikasi untuk memberikan ilmu yang bermanfaat dan motivasi bagi penulis, serta segala kemudahan dan bantuannya selama penulis menyelesaikan studi;

9. Bapak Handoko sebagai Direktur PT Sinar Langgeng Valuta di Bandar Lampung, yang telah menyediakan waktunya untuk diwawancarai serta memberikan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

(11)

perjalanan kehidupan penulis yang telah mengajarkan penulis sebagai abang bagi adik-adiknya.

12. Seluruh keluarga besar penulis, kakek dan nenek, Pak Tua, Pak Tengah, Pak Uda, Mama Tua, Mama Tengah, Mama Uda, Bibi Tua, Bibi Uda, dan keluarga penulis yang lainnya yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Untuk seorang gadis, Agustina Erika Sihotang yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan telah menjadi inspirasi baru bagi penulis. Terima kasih atas kebersamaan selama ini dan kehangatan keluargamu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Just love for you.

14. Untuk teman-teman terbaikku, Rifan, Gohi, Donald, dan Nico Silaban atas

do’a, motivasi dan semangat kebersamaan yang telah terjalin selama ini;

15. Forum Mahasiswa Hukum Kristen, Dopdon, Kurniawan, Yossafat Galang, Yonathan Aji, Bram Monang, Torang, Lasmaida, Salamat, Try Gilbert, Yustinus, Mario, Erna, Prisca, Daniel Sitanggang, David, Ferry, Nova Simbolon, Yonathan P.H. yang telah memberikan kenangan yang luar biasa. 16. Keluarga Ikatan Mahasiswa Karo Rudang Mayang Lampung; Rio, Oktaviani

Ginting, Rantika, Eko, Bayu, Bang Abram, Yessi, Anta, Steven, Juliandi, Janwira, Ina, Berlian, Gagari, Mia, Oktanina, Ricky, Infantri yang telah memberikan kenangan luar biasa biasa dalam masa kuliah penulis.

(12)

yang luar biasa dalam masa kuliah penulis.

18. Keluarga KKN ku, keluarga besar, Bang Fani, Umam, Helmi, Mbak Indah, Mbak Inde, Zatu, Ira, leli, Afifah, Mbak Irma terima kasih telah menjadi bagian dalam 40 hari selama masa KKN;

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua doa, bantuan dan dukungannya;

20. Almamater Tercinta.

Semoga Tuhan memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup... 11

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kewenangan... 14

B. Bank Indonesia... 14

1. Bank Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia... 14

2. Dasar Hukum Bank Indonesia... 17

3. Tugas Bank Indonesia... 19

4. Kebijakan Bank Indonesia Terhadap Perdagangan Valuta Asing... 23

1.Kebijakan Perdagangan Valuta Asing Merupakan Kebijakan Moneter... 23

2.Produk Hukum Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing Sebagai Kebijakan Moneter... 25

C. Pasar Valuta Asing... 28

1. Pengertian Pasar Valuta Asing... 28

2. Pengguna Valuta Asing... 30

3. Jenis Transaksi Pasar Valuta Asing... 32

D. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam Pasar Valuta Asing... 33

(14)

III METODE PENELITIAN A. Kewenangan Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing 48 1. Pengelolaan Dinamika Arus Modal dan Nilai Tukar... 51

2. Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa... 52

B. Regulasi Bank Indonesia Terhadap Perdagangan Valuta Asing ... 57

1. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 12/ 22/ PBI/ 2010 Tentang Pedagang Valuta Asing ... 58

2. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16 / 16 / PBI / 2014 Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Domestik... 67

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16 / 17 / 18 / 2014 Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Asing... 73

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16 / 18 /PBI / 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15 / 8 / PBI / 2013 Tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank... 79

(15)
(16)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya negara memberikan warna berbeda dalam sejarah perkembangan perekonomian dunia secara universal, artinya bahwa track record perkembangan perekonomian nasional suatu negara sangat berkesinambungan dengan gambaran kesejahteraan hidup masyarakatnya. Pemaknaan perekonomian global dapat diartikan dalam esesnsi yang lebih sederhana dengan melihat etiomologis perekonomian tersebut.

Istilah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari mengandung banyak arti yang berimplikasi terhadap pembahasan mengenai ekonomi tersebut. Pertama ada yang

memaknai eknomi sebagai “cara” melakukan sesuatu, kedua ada yang memaknai

ekonomi sebagai “aktivitas” yang biasanya ditujukan untuk memperoleh sesuatu

yang diinginkan, ketiga ada yang melihat ekonomi sebagai “institusi” seperti

dalam istilah ekonomi pasar atau ekonomi komando.1 Pemaknaan diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah pengetahuan praktikal dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul sehubungan dengan usaha manusia untuk

1

(17)

mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sarana (sumber daya) yang terbatas.2

Keberadaan perekonomian nasional yang memadanikan masyarakat dalam kesejahteraan sosial menjadi catatan penting dalam menjawab kedaulatan suatu negara. Integritas perekonomian nasional menjadi titik fokus utama dalam mengindikatorkan kemakmuraan bagi warga negara yang telah tercapai sepanjang hadirnya negara sebagai wadah dan alat pemenuhan bagi warga negara tersebut. Perekonomian menjadi sektor vital dalam keberlangsungan suatu negara, keberlangsungan tersebut dapat dianalisis dari indeks persentase pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pertumbuhan ekonomi untuk tercapainya kesejatrahan dan kemakmuran bagi warga negara tanpa terikat sekat-sekat primodial sebagai pembatas pemerataan dalam pertumbuhan perekonmian.

Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan suatu ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan perekonomian berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara3. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana terjadi kenaikan Produk Domestik Bruto dari suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi dikatakan meningkat apabila persentase kenaikan Produk Domestik Bruto pada suatu periode lebih besar dari periode sebelumnya.

2

T.Gilarso, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hlm. 15.

3

(18)

Berbeda halnya dengan Pembangunan ekonomi yang merupakan pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi.4 Tujuan hadirnya pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan Produk Domestik Bruto suatu negara atau daerah melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.5 Kenaikan pendapatan masyarakat diikuti pula oleh perubahan dalam struktur sosial dan sikap masyarakat.6

Pemerintah merupakan perwujudan nyata sebagai penguasa dan pelayan bagi masyarakat dalam pemenuhan hak-hak konstitusi, sehingga pemerintah sebagai komando perlu memiliki sikap dan tindak lanjut dalam menjawab perekonomian nasional dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah tersebut. Aplikasi kewenangan tersebut harus pula sesuai dengan perjanjian antara warga negara dan pemerintah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar atau norma-norma dasar konstitusional negara, dapat berupa pembentukan alat negara dalam melaksanakan dan mengawasi perekonomian nasional, pembentukan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan-kebijakan yang lain dalam menunjang perekonomian nasional. Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus sesuai dengan ketentuan konstitusi yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa pelaksanaan dan pembangunan perekonomian nasional harus sesuai dengan

4Ibid 5

Alam.S , 2006, Ekonomi ( Untuk Kelas XI SMA ), Esis, Jakarta, hlm. 25.

(19)

kebijakan-kebijakan yang pro kepada kepentingan rakyat dalam mencapai kesejahteraan hidup hajat orang banyak.7

Fenomena-fenomena perekonomian nasional dapat ditelusuri dalam bagian perekonomian nasional Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan pangsa pasar yang luas bagi investor untuk mengembangkan usahanya yang dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern perekonomian nasional Indonesia tersebut. Berkembangnya investasi di Indonesia berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkembang pesat saat ini. Hal seperti ini tidak hanya dialami oleh Negara Indonesia saja namun secara keseluruhan dialami oleh negara- negara lain yang mengalami pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Meningkatnya perekonomian di banyak negara mengakibatkan interdepensi pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin tinggi di dunia, yang terlihat bukan hanya pada arus peningkatan barang tapi juga pada arus jasa serta arus uang dan modal.8 Pada gilirannya arus investasi di dunia semakin mengikuti perkembangan keterbukaan ini, sehingga peningkatan arus investasi itulah yang memacu arus perdagangan di dunia.9

Track record perekonomian nasional Indonesia mengambarkan keterlibatan pemerintah dalam menunjang perekonomian nasional ikut campur dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

7

Jimly Asshiddiqle, 2010, Konstitusi Ekonomi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, hlm. 275.

8

Sukiran, Kajian Yuridis tentang Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing di Indonesia (disertasi), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5461/1/08E00873.pdf diakses pada 13 November 2014 pukul : 11:26 hlm 1

9

(20)

Bentuk pengejewantahan hadirnya pemerintah dilihat adanya lembaga negara yang mengatur kebjikan ekonomi Indonesia dan adanya dasar hukum peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah. Perlu ditekankan bahwa pemerintah dalam memasuki suasana pasar modal perlu disertai persiapan yang matang dan terintegrasi terlebih lagi jika ingin mengundang investor asing.10

Keberpihakan dan tanggung jawab pemerintah Indonesia sangat dibutuhkan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional dan diskriminasi pasar bebas terhadap usaha-usaha lokal yang notabene berbadan usaha-usaha kecil dan menengah. Perlu adanya lembaga-lembaga negara independen yang mengawasi hal tersebut. Titik-titik terpenting dalam menjaga stabilitas ekonomi adalah pengaturan nilai mata uang nasional, kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan fiskal sehingga eksistensi perekonomian nasional tetap bersaing di dunia internasional. Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang sebagai pengejewantahan dari kebutuhan atas uraian-uraian diatas.

Pasal 23D Undang-Undang Dasar 1945 dikemukakan bahwa negara dalam penyelenggaraannya perlu memiliki Bank Sentral yang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengaplikasian Pasal 23 D tersebut diatur undang undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia ditetepkan bahwa Bank Indonesia adalah Bank Sentral. Bank Sentral merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan

10

(21)

menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. Pada tahun 2004, ada perubahan aturan terhadap Bank Indonesia dalam Undang-Undang 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indnesia dan mengalami perubahan kembali dengan UU No 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang No 13 Tahun 1969 menjelaskan bahwa Bank Indonesia bukan merupakan lembaga negara yang memiliki independensi artinya pemerintah memiliki kewenangan terhadap Bank Indonesia untuk turut ikut campur dalam segala hal kegiatan Bank Indonesia dan memungkinkan Bank Indonesia digunakan untuk kepentingan sepihak dan berpeluang terjadinya korupsi. Pada tahun 1999 Bank Indonesia menjadi Lembaga Negara Independen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009, Bank Indonesia bebas dari ikut campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya. Indepedensi Bank Indonesia memberikan jaminan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dari efek domino pasar bebas.

(22)

kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa dan kestabilan terhadap mata uang negara lain.11 Sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009 bahwa dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah Bank Indonesia bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.12

Keberadaan hadirnya Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam perdagangan valuta asing dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, Bank Indonesia dalam kelembagaan negara, dalam kehierarkian lembaga negara Bank Indonesia merupakan lembaga negara independen yang memiliki tujuan dan tugas sebagaimana diatur dalam undang-undang. Bank Indonesia merupakan representatif dari pemerintah dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah, artinya Bank Indonesia diberikan kewenangan dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dalam segala aspek termasuk didalamnya dari pengaruh pasar bebas yang dapat melemahkan nilai Rupiah.

Kedua, Bank Indonesia dalam tatanan perekonomian nasional dengan sasaran adalah masyarakat, perekonomian nasional yang condong mengarah pada perekonomian bebas mempengaruhi pola dan kondisi ekonomi masyarakat secara praktikal walaupun secara konstitusi bangsa ini menganut sistem ekonomi kerakyatan sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Artinya tanpa ada pengawasan dan pengaturan ketat oleh Bank Indonesia maka tingkat inflasi

(23)

ataupun devaluasi bergerak bebas yang akhirnya melemahkan perekonomian Indonesia di kancah pasar internasional, dan dengan pengaturan Bank Indonesia maka nilai-nilai barang dan jasa dalam negeri dapat normal sehingga adanya kepastian harga dalam negeri.

Pasar bebas secara definitif memiliki pegaruh vital terhadap nilai mata uang setiap negara di Dunia, pasar bebas bukan seperti pasar konkret pada umumnya, pasar bebas bersifat abstrak dan keakuratan nilai dan daya tawar pasar sulit untuk diprediksi, pasar bebas bergerak berdasarkan situasi perekonomian global. Bank Indonesia memiliki peran dalam menjaga stablitias nilai Rupiah dari efek negatif pasar bebas yang membuat nilai Rupiah jatuh yang mengakibatkan inflasi yang sulit dikendalikan. Perdagangan valuta asing mulai menjadi posisi strategis di Indonesia, dengan tujuan perdagangan valuta asing adalah menjaga eksistensi nilai Rupiah di dunia Internasional.

Beberapa kasus yang mempengaruhi nilai Rupiah dalam pasar bebas, pada tahun 2008 nilai Rupiah mengalami depresiasi yang tajam dari nilai Rp. 10.048,00 bulan Oktober menjadi Rp.11.711,00 pada bulan november. Hal ini disbebabkan oleh adanya resesi ( penurunan domestik bruto lebih dari satu tahun ) ekonomi yang melanda Amerika Serikat sehingga daya beli masyarakat menurun, berakibat pada turunnya ekpor Indonesia ke Amerika Serikat sebagai area utama ekspor indonesia yang akhirnya berdampak pada nilai Rupiah.13

13

(24)

Dampak tersebut pun berlanjut hingga saat ini, Pada tanggal 05 Maret 2015, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level Rp.13.050,00. Sentimen global memicu pelemahan kurs Rupiah, terutama imbas dari koreksi pertumbuhan ekonomi Cina. Deputi Gubernur Senior Indonesia ( BI ), Mizra Adityaswara mengungkapkan14 :

“BI selalu ada di pasar, dan untuk mengurangi volatilitas supaya menjaga suplai

valas selalu tersedia di pasar. Jadi jangan khawatir, karena pelemahannya

sejalan dengan pelemahan regional“

Kasus –kasus diatas merupakan hal-hal yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai bank sentral yang terus dan terus menjaga stabilitas nilai rupiah, sehingga tidak mempengaruhi nilai barang dan jasa yang berakibat pada kesulitan masyarakat memenuhi kehidupan hidupnya, serta menjaga Rupiah memiliki nilai kompetitif dengan valuta asing lainnya dalam transaksi perdagangan valuta asing

Kewenangan definitif Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah diaplikasikan dalam bentuk regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah terhadap mata uang asing. Adapun regulasi-regulasi ini merupakan bagian pengaturan valuta asing tersebut yang dilihat dari aspek transaksional valuta asing tersebut dan pelaku dalam transaksi valuta asing tersebut. Bank Indonesia mengeluarkan beberapa Peraturan Bank Indonesia (PBI) yaitu : PBI No 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Domestik, PBI No 16/17/PBI/2014

14

(25)

tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Asing, PBI No 16 / 18 / PBI / 2014 tentang Perubahan Atas PBI No 15/8/PBI/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank, dan PBI No : 12 /22/PBI/2010 tentang Pelaku Usaha Valuta Asing.

Keberadaan regulasi-regulasi tersebut memberikan jaminan preventif dan represif hukum bagi masyarakat bahwa efek domino dari pasar bebas dapat diantisipasi dengan hadirnya regulasi-regulasi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah. Bank Indonesia dalam melaksanakan regulasi tersebut membutuhkan cara-cara aplikatif dalam mewujudnyatakannya dalam pasar valuta asing di Indonesia, artinya dalam operasional regulasi tersebut Bank indonesia membutuhkan kewenangan dan hubungan absolut dengan pelaku pasar valuta asing tersbut. Kajian mengenai keberadaan regulasi tersebut dalam masyarakat perlu dilihat untuk mengetahui bagaimana hubungan dan ketaatan hukum masyarakat dan pelaku usaha dalam memenuhi regulasi-regulasi yang telah dibuat oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Kendala-kendala dalam operasional aturan dan ketataan hukum pelaku pasar valuta asing perlu dilhat secara kacamata hukum nasional.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah penelitian mengenai “Kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Perdagangan Valuta Asing Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004 jo UU NO 6 Tahun 2009

(26)

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain :

a. Bagaimana wewenang Bank Indonesia dalam transaksi valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai Rupiah ?

b. Bagaimana produk hukum yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk mengatur perdagangan valuta asing ?

c. Apa hambatan dalam pengawasan perdagangan valuta asing oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral untuk menjaga stabilitas nilai Rupiah dalam perdagangan valuta asing ?

2. Ruang Lingkup

a. Ruang lingkup keilmuan.

(27)

b. Ruang lingkup objek kajian.

Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji Kebijakan Moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam bentuk peraturan bank sentral sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Bank No 23 Tahun 1999 jo 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui dan mengkaji peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam perdagangan valuta asing di Indonesia untuk stabilitas nilai Rupiah.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dari pengaruh pasar bebas.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

(28)

2) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam melihat Kewenangan Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing yang ditinjau secara teortis.

3) Diharapkan dapat menjadi referensi kajian mengenai keberadaan pelaku pasar valuta asing dalam analisis moderensisasi transaksi keuangan lintas negara.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Masyarakat luas, diharapkan dapat memberikan wawasan bagi penulis dan pembaca hasil penelitian ini terhadap kekinian hukum terhadap pelaku pasar valuta asing .

2) Bagi akademisi, dapat sebagai kajian dalam menelusuri peranan dan fungsi Bank Indonesia dalam perdagangan valuta asing di Indonesia. 3) Bagi Penulis, Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

(29)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kewenangan

Pengertian kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Berbicara kewenangan memangmenarik, karena secara alamia manusia sebagai mahluk sosial memiliki keinginan untuk diakui ekstensinya sekecil apapun dalam suatu komunitasnya,dan salah satu faktor yang mendukung keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan. Secara pengertian bebas kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu kelompok tertentu.1

B. Bank Indonesia

1. Bank Indonesia dalam Ketatanegaraan Indonesia

Bank Sentral merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem ketatanegaraan setiap negara. Bank Sentral menjadi ikon dalam keberlangsungan negara yang memiliki peranan penting dalam menjaga fluktuasi nilai mata uang

1

(30)

terhadap kebijakan-kebijakan pasar bebas dan memastikan keberlanjutan pertumbuhan dan pembangunan nasional .2Bank sentral merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai wewenang untuk mencetak dan mengedarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah dalam sebuah negara.

Bank sental sebagai sebuah produk bank, tidak dibangun dan tumbuh secara alamiah. Bank sentral pada mulanya berkembang dari suatu bank yang mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-bank pada umumnya, atau yang lebih dikenal dengan bank komersial. Seperti diketahui, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanandanamengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”(Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).

Pada awalnya bank sentral tidak dikenal sebagai bank sentral, istilah bank sentral muncul pada abad 20. Terminologi Sentral mempunyai makna bahwa bank tersebut mempunyai misi khusus yang bersifat memenuhi kepentingan umum

(public purposes). Konsep mengenai bank sentral pada saat itu menjadi perdebatan dalam konsep bank sentral tersebut. Perbedaan yang diperdebatkan oleh para ahli pada saat itu melihat pada ciri-ciri khusus yang harus dimiliki oleh bank sentral yang membedakannya dengan bank konvesional pada umumnya. Adapun beberapa pendapat tersebut antara lain :

2

(31)

a. Menurut Goodhart (19850 Bank sentral adalah Institusi yang berevolusi secara alami dari bank swasta yang berperan khsus sebagai bank pemerintah kemudian berkembang menjadi institusi independen yang memiliki peran sentral menjaga kestabilan ekonomi terutama yang bersumber dari ketidakmampuan bank-bank dalam menghadapi goncangan.3

b. Hawke (1973) menjelaskan bahwa bank sentral adalah sebuah organisasi yang berada di antara pemerintah dan perbankan.4

c. Kisch dan Elkin (1932) menyimpulkan bahwa bank sentral adalah suatu alat dari kebijakan publik bukan alat dari kepentingan individu. Bank sentral adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan publik melalui sektor perbankan guna memengaruhi variabel ekonomi.5

Perspektif hukum nasional mengenai Bank Sentral diatur dalam UU No 3 Tahun 1968 tentang Bank Sentral yang menjelaskan bahwa Bank Sentral adalah suatu lembaga otoritas yang memiliki fungsi pokok dalam menjaga kestabilan moneter, keamanan sistem pembayaran naasional, dan pengaturan serta pengawasan bank. Undang-Undang Bank Sentral tersebut menjelaskan bahwa Bank Sentral ikut serta dalam membantu dan menjalankan tugas-tugas pemerintah dalam menjaga,

3

Charles, Goodhard. 1987. Why Do Banks Need a Central Bank ?, Oxford Economic Papers. (p. 75-89). dikutip oleh Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indoesia dalam buku Pengantar Kebanksentralan (Teori dan Praktek di Indonesia, 2014, hlm 14.

4

Garry .R Hawke, 1973, Between Governments and Banks : a History of The Reserve Bank of New Zealand, Wellington Goverment Printer. dikutip oleh Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indoesia dalam buku Pengantar Kebanksentralan (Teori dan Praktek di Indonesia, 2014, hlm 14.

5

(32)

mengatur dan memelihara kestabilan nilai mata uang, dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja.

Hadirnya reformasi memberikan transformasi baru dalam kelembagaan negara dengan dimunculkannya lembaga- lembaga negara independen dalam menjawab carut-marut pemerintahan dalam ekstitensinya sebagai pelayan kesejatraan masyarakat. Prareformasi, pemerintah memiliki kewenangan penuh dalam mengorganisir Bank Indonesia artinya pemerintah ikut campur dalam segala kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga pelayanan dan pemaksimalan kestabilan nasional gagal dilakukan, hal ini dibuktikan dengan krisis moneter 1998.

Independensi Bank Indoensia sebagai Bank Sentral diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, walaupun ada perubahan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2004 kelembagaan Bank Indonesia sebagai lembaga independen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 undang-undang ini. Keberadaan peraturan-peraturan tersebut menjelaskan dan menguatkan status dan keberadaan Bank Indonesia merupakan bagian dari lembaga-lembaga negara di Indonesia.

2. Dasar Hukum Bank Indonesia

(33)

Indnoesia (DPR RI) menerbitkan Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Alasan diterbitkan UU No 23 tahun 1999 ialah status dan peran Bank Indonesia dalam UU No 3 Tahun 1968 dipandang tidak sesuai lagi untuk menghadapi tuntutan perkembangan serta dinamika perekonomian nasional dan internasional dewasa ini dan masa akan datang.6Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1999 bahwa Bank Indonesia mempunyai satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.

Kestabilan nilai Rupiah dan nilai tukar yang wajar merupakan sebagian dari prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaran Bank Indonesia merupakan bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk keluar dari krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia ditengah-tengah perekonomian dunia yang semakin kompetitif dan terintegrasi.

Indepedensi Bank Indonesia sebagai lembaga negara merupakan hal yang perlu diapersiasi dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah terhadap mata uang asing, sehingga perlu membuat regulasi lembaga dalam menjalankan tugasnya. Dapat dilihat dalam Pasal 3 Ayat (2) UU No 23 Tahun 1999 yang memberikan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk membuat regulasi dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana dan pengawas kebijakan moneter.

6

(34)

Perkembangan dunia perbankan dalam dekade terakhir perkembangannya demikian cepat. Hal ini juga mempunyai pengaruh dalam bidang tugas yang harus diemban oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, UU No 23 Tahun 1999 pun dirasakan perlu disesuaikan dengan berbagai perkembangan baik skala nasional, regional dan global. Untuk itu pada tahun 2004, UU No 23 Tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang No 3 Tahun 2004. Selanjutnya UU No 3 Tahun 2004 pun mengalami perubahan pada tahun 2008 yakni melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 2 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.7 Kemudian peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tersebut disahkan pada tahun 2009 sebagai undang-undang yakni Undang-Undang No 6 Tahun 2009.

3. Tugas Bank Indonesia

Adapun Tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dijabarkan dalam Pasal 7 UU Bank Indonesia sebagai berikut: Ayat (1) Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam penjelasan Pasal ini dikemukakan : kestabilan nilai Rupiah yang dimaksud dalam Pasal ini adalah kesetabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa, serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain.8

(35)

bidang-bidang yang cukup strategis. Oleh karena itu dalam mengeluarkan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia harus memperhatikan sektor rill. Hal ini juga dijelaskan dalam Pasal 8 UU BI, untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

Rincian tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004 bahwa :

1. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan monetersebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, Bank Indonesia berwenang:

a. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi;

b. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1) operasi pasar terbuka di pasar uang baik Rupiah maupun valuta asing; 2) penetapan tingkat diskonto;

3) penetapan cadangan wajib minimum; 4) pengaturan kredit atau pembiayaan.

2. Cara-cara pengendalian moneter sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b dapat dilaksanakan juga berdasarkan Prinsip Syariah.

3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.”

Ketentuan di atas dapat dilihat bahwa berbagai kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola moneter dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI).9 Peraturan-peraturan Bank Indonesia tersebut diumumkan dalam Lembaran Negara

9

(36)

Peraturan Bank Indonesia tersebut diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI).10

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

Tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, antara lain diatur dalam Pasal 15 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, menjelaskan bahwa Bank Indonesia berwenang :

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.

b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya.

c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

Pasal 16 Undang-Undang Bank Indonesia menjelaskan bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antara bank dalam mata uang Rupiah atau valuta asing dan Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran (Pasal 17 UU No 23/1999 jo UU No 3/2004).

Rangka sistem pembayaran Indonesia memiliki lalu lintas pembayaran. Lalu lintas pembayaran adalah proses penyelesaian pembayaran transaksi komersial atau finansial dari pembayar kepada penerima melalui media bank yang bersifat

10

(37)

lingkup dalam negeri maupun luar negeri yang pelaksanaannya melalui cara kliring, transfer, atau inkaso.11

Lalu lintas pembayaran dapat terlaksana apabila unsur-unsur yang terkait di dalamnya saling mendukung. Adapun unsur-unsur yang menjadi pendukung lalu lintas pembayaran tersebut, yaitu : Bank Sentral, lembaga kliring, hubungan kerja sama antar bank dalam maupun luar negeri dengan bank koresponden, sarana komunikasi yang baik, dan unsur lainnya.12

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Terkait dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, tampaknya pembuat undang-undang ingin memisahkan antara tugas mengatur dan mengawasi dipisahkan. Tugas mengatur bank diberikan kepada Bank Indonesia, sedangkan tugas mengawasi bank diberikan kepada lembaga khusus yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan memiliki keweanangan untuk mengawasi kegiatan transaksi keuangan perbankan, pasar modal, perasuransian, dan sebagainya sebagaimana dilegalkan dalam Undang – Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugasnya, perlu adanya koordinasi dan kerjasama antara Bank Indonesia sebagai bank sentral agar pengawasan yang dilakukan dapat meminimalisir perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan negara. Arti pentingnya pengawasan bank, juga tercermin dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh pakar perbankan yaitu Priasmoro

11

Muhamad Djumhana, Op. Cit., hlm 102

(38)

Prawiroardjo mengemukakan bahwa sebagaimana diketahui salah satu tugas Bank Sentral adalah menjalankan pengawasan secara ketat untuk menjaga agar lembaga keuangan terutama bank-bank dapat bekerja sehat dan jujur.

4. Kebijakan Bank Indonesia terhadap Perdagangan Valuta Asing

1. Kebijakan Perdagangan Valuta Asing Merupakan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki kewenangan dalam menjaga dan memelihara stabilitas perekonomian nasional secara keseluruhan dan menjaga nilai Rupiah dapat kompetitif dalam pasar valuta asing. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam perdagangan valuta asing merupakan bagian dari Kebijakan moneter.

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang No 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Kebijakan Moneter adaalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah yang dilakukan antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga. Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Dimaksud dengan kondisi yang lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga.13 Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi jumlah

13

(39)

uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi untuk tumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.14

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai Rupiah sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 23 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai Rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.15 Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik Rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau

14Ibid

. hlm 17-18

15

(40)

pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah. 16

2. Produk Hukum Bank Indonesia dalam Perdagangan Valuta Asing sebagai Kebijakan Moneter

a. Peraturan Bank Indonesia No 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Domestik

Regulasi ini sebagai bentuk perlindungan terhadap Rupiah dari efek domino transaksi valuta asing dalam lingkungan internal perekonomian Indonesia. Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini diterbitkan untuk mendorong pendalaman pasar valuta asing melalui pengaturan yang komprehensif terkait transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak Domestik.17 PBI ini merupakan penyempurnaan dari beberapa ketentuan terkait transaksi valuta asing terhadap Rupiah untuk memberikan panduan transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas kepada pelaku pasar.

Sebagai bank sentral yang diamanatkan undang-undanguntuk mengemban tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia merumuskan berbagai kebijakan yang ditujukan bagi pencapaian tujuan tersebut termasuk upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan khususnya pasar valuta asing domestik.

Pendalaman pasar valuta asing domestik merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan melalui pemberian panduan transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas bagi pelaku ekonomi dalam melakukan transaksi valuta asing untuk mendukung

16Ibid. 17

(41)

kegiatan ekonomi nasional. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan terkait dengan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Domestik, melalui pengaturan yang komprehensif untuk meminimalkan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiahyang bersifat spekulatif dan dengan tetap mendukung kelancaran aktivitas di sektor riil.

b. Peraturan Bank Indonesia No 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Asing

Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini diterbitkan untuk mendorong pendalaman pasar valuta asing di dalam negeri melalui pengaturan yang komprehensif terkait transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak asing. PBIini merupakan penyempurnaan dari beberapa ketentuan terkait transaksi valuta asing terhadap Rupiah untuk memberikan panduan transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas kepada pelaku pasar. 18

Sebagai bank sentral yang diamanatkan undang-undang untuk mengemban tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia merumuskan berbagai kebijakan yang ditujukan bagi pencapaian tujuan tersebut termasuk upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan khususnya pasar valuta asing domestik.

Pendalaman pasar valuta asing domestik merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan melalui pemberian panduan transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas bagi pelaku ekonomi dalam melakukan transaksi valuta asing untuk mendukung

18

(42)

kegiatan ekonomi nasional. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan terkait dengan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Domestik, melalui pengaturan yang komprehensif untuk meminimalkan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang bersifat spekulatif dan dengan tetap mendukungkelancaran aktivitas di sektor riil.

c. Peraturan Bank Indonesia No 16/18/PBI/2014 tentang Perubahan Atas PBI No.15/8/PBI/2013 tentangTransaksi Lindung Nilai Kepada Bank.

Dalam rangka melaksanakan mandat undang-undang, Bank Indonesia merumuskan berbagai kebijakan yang bertujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, khususnya terkait stabilitas nilai tukar Rupiah. Sebagai bagian darilangkah tersebut, Bank Indonesia perlu melakukan penyempurnaan pengaturan atas transaksi lindung nilai nasabah kepada bank. Penyempurnaan dimaksud dilakukan dalam rangkaharmonisasi dengan pengaturan transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak domestik di pasar valas domestik. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mendorong pendalaman pasar valuta asing domestik.19

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/22/PBI/2010 tentang Pelaku usaha Valuta Asing.

Kegiatan jual-beli Uang Kertas Asing (UKA) yang dijalankan oleh Pelaku usaha Valuta Asing (PVA) memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan usaha

19

(43)

Pengiriman Uang. Dalam rangka mendukung perkembangan kegiatan usaha Pengiriman Uang, maka PVA Bukan Bank dapat diberikan izin untuk melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang sesuai ketentuan yang berlaku.

C. Pasar Valuta Asing

1. Pengertian Pasar Valuta Asing

Valuta asing adalah mata uang negara lain dari suatu perekonomian.20 Nilai mata uang suatu negara selalu berbeda dengan nilai mata uang negara lain. Perbedaan nilai inilah yang membuat sebuah mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lainnya. Semua mata uang negara-negara besar dunia seperti Inggris, Amerika Serikat, German dan sebagainya menganut sistem mengambang yang berarti membiarkan nilai tukar mata uang bebas bergerak naik turun mengikuti fluktuasi pasar.21Karena nilai tukar yang selalu naik turun dari waktu ke waktu, maka nilai tukar mulai diperdagangkan.

Transaksi valuta asing banyak sekali mata uang yang diperdagangkan. Namun, yang umumnya diperdagangkan adalah mata uang yang mendominasi pasar yang menjadi mata uang utama dunia, seperti :

USD : US Dollar : Mata Uang Amerika

GBP : Great Britain Pound Sterling : Mata Uang Inggris

20

Angga Dwi Putra, Efek Neraca dan Efek Suku Bunga di Indonesia : Analisis Terhadap Perusahaan Berorientasi Ekspor yang Terdaftar di Bursa Efek Idnonesia Periode 2004-2008 (skripsi), lib.ui.ac.id/file?file=digital/126948...<b>Efek</b>%20<b>neraca</b>...</cite diakses pada 15 November 2014 pukul 21: 31 hlm 13

21

(44)

EUR : Euro : Mata Uang Uni Eropa

CHF : Swiss Franc : Mata Uang Swiss

JPY : Japanese Yen : Mata Uang Jepang

Valuta asing tersebut diperdagangkan dalam bentuk pasangan mata uang atau disebut pairs. Sebagai contoh adalah GBP/USD, EUR/USD, USD/JPY, dan USD/CHF, artinya pada saat membeli satu mata uang, saat itu juga menjual mata uang yang menjadi pasangannya. GBP/USD dapat diartikan membeli GBP ( Great Britain Pound Sterling ) dengan USD ( US Dollar ) atau menjual USD (US Dollar) dengan mendapatkan GBP (Great Britain Pound Sterling ). Demikian juga dengan USD/JPY bisa diartikan sebagai membeli USD ( US Dollar ) dengan JPY ( Japanese Yen ) atau menjual JPY ( Japanese Yen ) dengan mendapatkan USD (US Dollar ).

Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi. Pasar valuta asing adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dalam bentuk pasar abstrak.22 Pasar valuta asing buka dua puluh empat (24) jam dari Senin pukul 04.00 WIB hingga sabtu pukul 04.00 WIB.23 Pergerakan harga valuta asing dengan mudah diakses oleh siapa saja dengan menggunakan internet. Artinya siapapun termasuk masyarakat yang ada di Indonesia dapat turut serta meramaikan transaksi valuta asing di pasar dunia.

22Ibid.,

hlm 2

(45)

Transaksi perdagangan valuta asing dapat dilakukan dengan penyerahan fisik maupun tanpa penyerahan fisik. Transaksi dengan penyerahan fisik adalah transaksi yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya, yaitu transaksi dengan menukarkan mata uang yang kita miliki di money changer. Transaksi di money changer pada umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran tertentu. Sedangkan transaksi non fisik atau lebih dikenal dengan transaksi spot modern yaitu menggunakan sistem online dalam transaksi jual beli valuta asing.

2. Pengguna Valuta Asing

Perdagangan Valuta Asing memiliki subjek atau pelaku dalam melakukan kegiatan transaksi jual beli valuta asing, sesuai dengan peranan masing-masing dalam pelaksana dan pengawas perdagangan valuta asing. Adapun subjek atau pelaku dalam perdagangan valuta asing, antara lain :

1. Bank Sentral

Bank Sentral di Indonesia diemban oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia berkepentingan terhadap valuta asing dengan tujuan menstabilkan posisi nilai tukar Rupiah yang bisa disebut sebagai Intervensi. Intervensi ini bertujuan agar pergerakan valuta asing dapat membahayakan perekonomian, Bank Sentral dapat menggunakan cadangan cadangan devisa negara untuk melakukan intervensi sehingga pasar terkendali.24

2. Perusahaan

24

(46)

Dalam meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi, perusahaan selalu melakukan eksplorasi terhadap sumber daya yang baru sehingga membutuhkan bahan baku yang murah dan efisien, sehingga berpeluang besar mengimpor bahan baku, dalam transaksi perdagangan membutuhkan valuta asing dalam pembayarannya.

3. Masyarakat atau perseorangan

Masyarakat atau perorangan melakukan transaksi valuta asing disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah untuk mencari sumber penghasilan tambahan, yaitu dengan memanfaatkan fluktuasi pergerakan nilai valuta asing untuk memperoleh keuntungan, dan faktor kedua adalah kebutuhan konsumsi pada saat berada di luar negeri.

4. Bank Umum dan Pelaku usaha Valuta Asing ( Money Changer )

Bank Umum dan Pelaku usaha Valuta Asing ( Money Changer ) melakukan transaksi jual beli valuta asing untuk berbagi keperluan antara lain melayani nasabah yang ingin menukarkan uangnya kedalam bentuk mata uang lain, atau untuk memenuhi kewajibannya

5. Broker / Dealer

Broker bertugas menjadi perantara terjadinya transaksi valuta asing. Peran mereka adalah untuk mencarikan pembeli atau penjual.

(47)

Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara lain membayar hutang luar negeri, menerima pendapatan dari luar negeri yang harus ditukarkan lagi ke dalam Rupiah.

3. Jenis Transaksi Pasar Valuta Asing

Pada dasarnya, terjadinya perdagangan valuta asing disebabkan oleh adanya permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi sebagai akibat adanya transaksi bisnis internasional. Kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan oleh para pihak yang mempunyai kewarganegaraan yang berbeda akan menimbulkan jual beli valuta asing.25

Menurut Drs. Thomas Suyatno, M.M. transaksi dalam perdagangan valuta asing terdiri dari :26

a. Transaksi tunai (Spot), yaitu transaksi jual beli valuta asing yang penyerahan masing-masing valuta yang diperjualbelikan tersebut umumnya dilaksanakan setelah dua hari kerja berikutnya dari saat transaksi terjadi.

b. Transaksi tunggak (Forward), adalah transaksi yang dilakukan antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya dengan penyerahan batas waktunya dilaksanakan pada suatu waktu yang akan datang.

c. Transaksi barter ( Swap ), adalah kombinasi dari membeli dan menjual dua mata uang secara tunai yang diikuti dengan membeli dan menjual kembali mata uang yang sama secara tunai dan tunggak, yaitu pembelian dan penjualan

25

Chatamarrasjid, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 92.

(48)

suatu mata uang terhadap mata uang lainnya yang dilakukan secara bersamaan / simultan dengan batas waktu yang berbeda.

D. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam Pasar Valuta Asing

Kekuasaan teritinggi eksekutif Indonesia dikepalai oleh Presiden yang memiliki kewenangan dan mengatur seluruh jajarannya dalam kekuasaan eksekutif untuk melakukan penyelenggaraan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai kekuasaan eksekutif, penyelenggaraan pemerintahan presiden dapat dibedakan antara kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang sifat umum dan kekuasaan penyelenggaraan yang bersifat khusus.27 Kekuasaan penyelenggaraan pemerintah bersifat umum adalah kekuasaan menyelenggarakan administrasi negara, presiden dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi penyelenggaran administrasi negara. Penyelenggaraaan tugas dan wewenang secara konstitusional berada di tanganPresiden.28 Presiden dalam hal ini memilik hak prerogatif dalam menjalankan tugas tersebut. Akan tetapi karena wewenang ini berada dalam lingkungan maka menjadi bagian dari objek administrasi negara.

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral merupakan lembaga independen yang bukan bagian dari kekuasan eksekutif tersebut atau dengan kata lain tanpa adanya ikut campur pemerintah dalam proses kinerja Bank Indonesia tersebut. Pemilihan Gubernur dan Deputi Gubernur Bank Indonesia pun presiden tidak dapat

27

Abdul Ghofar, 2009, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah UUD 1945 Dengan Delapan Negara Maju, Kencana Prenada Media, Jakarta, hlm. 98.

28

(49)

menggunakan hak pregoratifnya untuk memilih namun harus bersinergi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilihannya.

Hadirnya Undang-Undang No 23 Tahun 1999 memberikan gambaran baru pada Bank Indonesia untuk lepas dari keikutcampuran pemerintah secara langsung dalam kinerja Bank Indonesia. Pasal 52 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 menjelaskan Bank Indonesia bertindak sebagai Pemegang Kas Pemerintah. Sebagai pemegang kas pemerintah Bank Indonesia untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjamaan luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri. Kedudukan Bank Indonesia setelah amandemen keempat UUD 1945 memberikan dasar falsafah keberadaan Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 23 UUD 1945. Hubungan yang hadir adalah hubungan kerjasama antara pemerintah dengan Bank Indonesia, sebagaimana Bank Indonesia merupakan representatif pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional secara keseluruhan dan menjaga stabilitas nilai Rupiah terhadap pasar bebas dunia.

(50)

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diatur dalam pasal 54 Ayat (2) UU No 23 Tahun 1999.29 Pemerintah dalam menjalankan kerja kerja pemerintahan tidak diperkenankan melakukan peminjaman pasal 56 Ayat (1) UU No 23 Tahun 1999, hal ini untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dana oleh pemerintah karena segala halynya telah diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Orientasi hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam valuta asing perlu dilihat sebagai kerjasama kolektif kolegial artinya Bank Indonesia sebagai pelaksana dan dianggap tahu mengenai segala hal dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah yang kemudian memberikan arahan dan saran terhadap pemerintah agar kebijakan-kebijakan dan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kebutuhan perekonomian nasional dan meminimalisri terjadinya efek domino pasar bebas dalam perekonomian nasional yang berimplikasi terhadap stabilitas nilai Rupiah.

E. Hubungan Bank Indonesia dengan Dunia Internasional dalam Pasar Valuta Asing

Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya yang berhubungan dengan dunia internasional sesuai dengan ketentuan Pasal 57 Undang-Undang No 23/1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004, dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral lainnya diluar yuridiksi nasional, lemabaga lembaga internasional dan organisasi internasional. Kerjasama dengan lembaga – lembaga internasional

29

(51)

termasuk multilateral dilakukan sesuai dengan tugas yang diembannya. Adapun materi yang dapat dikerjasamakan antara lain :30

a. Intervensi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing. b. Penyelesaian transaksi lintas negara.

c. Hubungan koresponden.

d. Tukar menukar informasi mengenai hal hal yang terkait dengan tugas-tugas Bank Sentral

e. Pelatihan atau penelitian seperti masalah moneter dan pembayaran.

Ditentukan oleh keanggotaan pada organisasi dan lembaga internasional tersebut harus negara, maka Bank Indonesia beritindak untuk dan atas nama negara. Keanggotaan tersebut dilakukan berdasarkan kekuasaan Presiden.31

F. Hubungan Bank Indonesia dengan Pelaku Usaha Valuta Asing

Bank Indonesia merupakan lembaga negara independen yang bebas dari intervensi dan campur tangan pemerintah dan lembaga legislatif yang bertugas dalam stabilitas nilai Rupiah dari efek perekonomian nasional maupun efek perekonomian dunia. Posisi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga

30

Muhamad Jumhana, Op.cit., hlm 109

(52)

kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of the lastresort.32

Kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral dan lembaga negara independen memberikan kewenangan juga dalam mengeluarkan peraturan perundang-undangan pasal 3 Ayat (2) UU No 23 Tahun 1999. Artinya Bank Indonesia dalam prespektif luas adalah lembaga negara yang memiliki otoritas tinggi dalam segala hal mengenai stabilitas nilai Rupiah, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dan tangggung jawab penuh dan membawahi segala badan-badan hukum yang berkenaan dengan stabilitas nilai Rupiah dan badan-badan hukum tersebut secara langsung tunduk terhadap Bank Indonesia sebagai bank sentral. Dalam prespektif sempit Bank Indonesia adalah Bentuk Pemerintahan secara sempit dalam bidang stabilitas nilai Rupiah, artinya Bank Indonesia merupakan perwujudan pemerintah yang memiliki otoritas dalam stabilitas nilai Rupiah.

Berdasarkan uraian di atas, pelaku usaha Valuta Asing secara langsung tunduk terhadap kewenangan dan otoritas Bank Indonesia sebagai bank sentral. Dalam konsideran PBI No. 22 / 12 / PBI / 2010 tentang Pelaku Usaha Valuta Asing dijelaskan bahwa keberadaan pelaku usaha Valuta Asing ini bertujuan untuk ikut serta dalam memelihara dan mendukung pencapaian stabilitas nilai Rupiah pelaku usaha valuta asing sebagai lembaga negara penunjang sektor keuangan memiliki peranan yang cukup strategis khususnya dalam perkembangan pasar valuta asing domestik, mengembangkan sektor pengiriman diluar jasa perbankan, dan

32

(53)
(54)

G. Kerangka Pikir

Bank Indonesia

(Amanat Pasal 23 UUD 1945)

Tujuan BI :

Pasal 7 UU No 23 Tahun 1999 jo UU No 3 Tahun 2004 jo UU No 6 Tahun 2009 (menjaga stabilitas

nilai Rupiah)

PBI No : 16 / 18 /

2014

PBI No : 12 / 22 /

2010 PBI No : 16 /17

2014 PBI No : 16 / 16 /

2014

(55)

Pasal 23 D Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. Diaplikatifkan melalui lembaga Negara Bank Indonesia yang memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 jo Undang Undang No 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.

Berkembangnya pasar valuta asing yang awalnya hanya dipahami oleh kalangan elit dan berpendidikan saja kemudian menyebar kepada segala kalangan masyarakat yang dipengaruhi oleh gebrakan-gebrakan liberal yang menuntut masyarakat mengikuti pola pasar liberal itu sendiri, sehingga berpengaruh terhadap keberadaan nilai tukar Rupiah tersebut yang mengakibatkan jaminan akan nilai Rupiah dapat setara dengan satuan mata uang tetap dalam pasar valuta asing sulit. Hal inilah yang menuntut Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk memberikan jaminan terhadap nilai Rupiah tersebut.

(56)

pelaku dalam pasar valuta asing memiliki jaminan dan tidak melakukan tindakan yang merugikan pendapatan negara dengan tindakan-tindakan melawan hukum.

Regulasi-regulasi tersebut antara lain : Peraturan Bank Indonesia (PBI) yaitu : PBI No 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Domestik, PBI No 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Asing, PBI No 16 / 18 / PBI / 2014 tentang Perubahan Atas PBI No 15/8/PBI/203 tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank, dan PBI No : 12 /22/PBI/2010 tentang Pelaku usaha Valuta Asing. Regulasi – regulasi tersebut menjadi acuan dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah.

(57)

III METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berfikir dan bertindak logis, metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta empiris yang terjadi, atau yang ada di sekitar kita untuk direkonstruksi guna mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan. Berfikir logis adalah berfikir secara bernalar menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan bebas dan mendalam sampai ke dasar persoalan guna mengungkapkan kebenaran. Metodis adalah berfikir dan berbuat menurut metode tertentu yang kebenaranya diakui menurut penalaran. Sistematis adalah berfikir dan berbuat yang bersistem, yaitu runtun, berurutan, dan tidak tumpang tindih.1

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif (normative law research) mengkaji hukum yang dikonspekan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.2 Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum tertulis bentukan lembaga perundang-undangan ( undang-undang dasar )

1

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 2.

2Ibid.,

(58)

,kodifikasi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan seterusnya, serta norma hukum tertulis bentukan lembaga peradilan (judge made law) serta norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang berkepentingan (kontrak, dokumen hukum, laporan hukum, catatan hukum, dan rancangan undang-undang ).

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum deskriptif. Tipe penelitian ini bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.3

C. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum normatif memfokuskan kajiannya pada hukum tertulis yang ada dalam kehidupan masyarakat. Agar penelitian hukum normatif dikembangkan maka perlu ditentukan pendekatan masalah dalam penelitian ini.Pendekatan masalah digunakan adalah normatif analitis ( approach of legal content analysis ) yang memfokuskan pada substansi hukum4. Pendekatan ini menelaah kaedah-kaedah, norma-norma, dan / atau aturan-aturan yang berhubungan dengan pokok – pokok masalah penelitian ini.

3Ibid.

, hlm 50

4

(59)

D. Data dan Sumber Data

Pada penelitian hukum normatif yang menelah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Data Sekunder adalah data yang berasal dari ketentuan perundang-undangan, yurisprudensi, dan buku literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainnya.5 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat sifatnya. Bahan hukum primer yang digunakan adalah :

(1) Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia jo Undang No 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

(2) Peraturan Bank Indonesia No 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Domestik

(3) Peraturan Bank Indonesia No 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Bank dengan Pihak Asing

(4) Peraturan Bank Indonesia No 16 / 18 / PBI / 2014 tentang Perubahan Atas PBI No 15/8/PBI/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank

(5) Peraturan Bank Indonesia No : 12 /22/PBI/2010 tentang Pelaku usaha Valuta Asing.

5

Referensi

Dokumen terkait

“Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang

Interest and Money yang menjadi dasar bagi perkembangan teori ekonomi

We’ll be writing our code using the IDLE program that comes bundled with our Python interpreter.. To do that, let’s first launch the

pentingnya mematuhi aturan dalam kehidupan pada siswa yang belum mampu membaca indah puisi anak tentang lingkungan (dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat).. •

Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan

c.) guru dalam kegiatan pembelajaran sangat terbantu dengan adanya buku paket Kewirausahaan. d.) adanya metode pembelajaran observasi yang mana tujuan dari kegiatan ini

Luas wilayah berdasarkan grafik persentase menunjukkan bahwa Kelurahan Simomulyo merupakan kelurahan terluas yang ada di Kecamatan Sukomanunggal, yaitu 2 ,6 km 2

Disinilah peran psikologi umum yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran