• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komunikasi Informasi Dan Edukasi (Kie) Pada Pemeriksaan Kehamilan K1 Terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Komunikasi Informasi Dan Edukasi (Kie) Pada Pemeriksaan Kehamilan K1 Terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar Tahun 2007"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KEHAMILAN K4 PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KOTA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2007

S K R I P S I

Oleh :

IRMA SULASTRI NIM. 061000211

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) PADA PEMERIKSAAN KEHAMILAN K1 TERHADAP PEMERIKSAAN

KEHAMILAN K4 PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KOTA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2007

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

IRMA SULASTRI NIM. 061000211

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGARUH KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) PADA PEMERIKSAAN KEHAMILAN K1 TERHADAP PEMERIKSAAN

KEHAMILAN K4 PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KOTA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : IRMA SULASTRI

NIM. 061000211

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

(dr. Ria Masniari Lubis, MSi) (Dr. Ir. Erna Mutiara,MKes)

NIP. 131124053 NIP. 131882292

Penguji II Penguji III

(Asfriyati, SKM, MKes) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, MKes)

NIP. 132102006 NIP. 131964121

Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Angka kematian ibu (AKI) menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas.

Ibu hamil merupakan sasaran strategis dalam KIE untuk mempromosikan program KIA. Sikap dan perilaku ibu hamil yang tidak mendukung kesehatan dirinya seringkali dilakukan karena ketidaktahuan. Dengan membekali pengetahuan yang cukup kepada kelompok sasaran ini, maka diharapkan mereka mempunyai perilaku hidup yang menguntungkan bagi dirinya dan bayinya

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia dibawah 6 bulan yang tercatat di tahun 2007 yaitu sebanyak 190 ibu. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia di bawah enam bulan, bertempat tinggal di Kelurahan Sukamaju dan tercatat di Puskesmas Parsoburan. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Simple Random Sampling

Hasil penelitian adalah KIE pada pemeriksaan kehamilan K1 berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 7,36. Artinya, ibu yang diberikan KIE mempunyai kemungkinan 7 kali lebih dari pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan yang tidak diberikan KIE (95%CI=3,411-15,890), setelah dikontrol variabel umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Confounding factors dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai kemungkinan tiga persepuluh kali lebih besar pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan yang berumur 20-34 tahun (OR=0,31). Ibu yang pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibanding ibu yang pendidikan rendah (OR=2,67). Ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan empat persepuluh kali lebih besar pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibanding ibu yang tidak bekerja (OR=0,46) Ibu yang pendapatan keluarga lebih dari Rp.1.600.000,- mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar pemeriksaan kehamilan K4 standar dibandingkan yang pendapatan keluarga kurang dari atau sama dengan Rp.1.600.000,- (OR= 2,68).

(5)

Nama : IRMA SULASTRI SITOMPUL

Tempat/tanggal lahir : Pematangsiantar/ 10 Oktober 1981

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum kawin

Jumlah anggota keluarga : 5 (lima) orang

Alamat Rumah : Jl. Sarulla No. 16 Pematangsiantar

Alamat Kantor : Jl. Parsoburan No. 24 Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1987-1993 SD Latihan SPGYPHKBP Pematangsiantar

2. Tahun 1993-1996 SMPN 3 Pematangsiantar

3. Tahun 1996-1999 SMUN 1 Pematangsiantar

4. Tahun 1999-2002 D-III KEPERAWATAN USU Medan

5. Tahun 2006-2009 FKM USU

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2003-2004 Pegawai RSU Harapan Pematangsiantar

2. Tahun 2004-2005 Pegawai Rumah Sakit Sarah Medan

3. Tahun 2005-2006 Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Kota

Pematangsiantar

4. Tahun 2006-2009 Tugas Belajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh kasih dan

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“PENGARUH KOMUNKASI INFORMASI DAN EDUKASI PADA

PEMERIKSAAN KEHAMILAN K1 TERHADAP PEMERIKSAAN

KEHAMILAN K4 PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN TAHUN 2007”

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu serta penuh kesabaran dan kebijaksanaan memberikan

bimbingan, masukan serta saran kepada penulis.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku Ketua Departemen Biostatistik, atas

masukan yang positif demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

meluangkan waktu serta atas kesabaran dan pengertian dalam memberikan

bimbingan, masukan serta saran kepada penulis.

4. Ibu Asfriyati, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji II, atas saran dan masukan

(7)

skripsi ini.

6. Ibu Erna, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Para dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Ibu drg. Ani Arita Eva, selaku Kepala Puskesmas serta rekan-rekan staf

Puskesmas Parsoburan, Ka’Juna, Ka’Radot, B’Surung, B’Ance, B’Lubis, dll

yang telah memberikan izin, dan banyak bantuan dan dukungan bagi penulis

dalam melakukan penelitian.

9. Ayahanda (S.P Sitompul,SH) dan Ibunda (T br Butar-butar) yang tercinta serta

saudaraku semuanya (Ka Disca, B Disca, B Dewe, Eda Titin, Ope dan Cinto),

keponakanku (Disca dan Vida) yang tersayang atas doa, semangat dan bantuan

yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

10.Budi Junarman Sinaga, atas kasihnya, pertolongannya, dan dukungannya yang

tidak ternilai harganya dalam penulisan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku Tetty, Imelda, Junis, Suster, Mira, Edwin, Fauzi, Niel,

Deasy dan Bela, dll yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti

pendidikan.

12.Rekan-rekan mahasiswa FKM USU dan semua pihak yang telah banyak

membantu dan memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini dan selama

penulis mengikuti pendidikan.

(8)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka

saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Universitas

Sumatera Utara dan Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar.

Medan, Januari 2009

Penulis

(9)

Abstrak ... ii

1.2 Perumusan masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

2.2.2 Batasan dan Indikator Pemantauan... 15

2.2.2.1 Batasan... 15

2.2.2.2 Indikator Pemantauan ... 16

2.3 Kerangka Konsep... 16

2.4 Variabel Penelitian... 17

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.6.2 Aspek Pengukuran Karakteristik Ibu ... 22

3.6.3 Aspek Pengukuran Pemeriksaan Kehamilan (K4)... 23

3.7 Teknik Analisis Data ... 24

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Parsoburan ... 25

4.1.1 Kondisi Geografis ... 25

4.1.2 Gambaran Demografi ... 25

4.2 Analisis Univariat ... 27

4.3 Analisis Bivariat ... 30

4.4 Analisis Multivariat ... 35

4.4.1 Pengaruh KIE pada pemeriksaan kehamilan K1 terhadap pemeriksaan kehamilan K4... 36

4.4.2 Pengaruh umur tehadap pemeriksaan kehamilan K4... 36

4.4.3 Pengaruh pendidikan terhadap pemeriksaan kehamilan K4... 36

4.4.4 Pengaruh Pekerjaan terhadap pemeriksaan kehamilan K4 37 4.4.5 Pengaruh Pendapatan terhadap pemeriksaan kehamilan K4... 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

Lampiran 2. Hasil pengolahan statistik

Lampiran 3. Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas

(11)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur

Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Medis

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan KIE Pada Pemeriksaan Kehamilan

K1 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Parsoburan

Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di

Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Puskesmas

Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Responden di

Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan KIE Umum di Puskesmas

Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4 di

Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Tabel 4.11 Karakteristik Responden berdasarkan KIE dalam Pemeriksaan Kehamilan K4

di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar tahun 2007

(12)

Tabel 4.12 Karakteristik Umur Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4 di

Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.13 Karakteristik Pendidikan Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan

K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.14 Karakteristik Pekerjaan Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4

di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.15 Karakteristik Pendapatan Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan

K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.16 Karakteristik Responden berdasarkan KIE Umum dalam Pemeriksaan

Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Logistik Variabel Independen Dengan Model

(13)

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak azasi manusia, dan sekaligus merupakan investasi sumber

daya manusia, serta memberi kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua

pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan

seluruh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2005).

Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan

khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Karena itu

pembangunan sumber daya manusia harus dimulai sejak dini yakni pada saat janin

masih dalam kandungan ibu dan masa awal pertumbuhannya.

Atas dasar pemikiran itu maka upaya untuk meningkatkan kesehatan maternal

dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber daya manusia

yang berkualitas. Keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari penurunan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi (neonatal). Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

di Indonesia tahun 2003 turun dua peringkat dibandingkan tahun 2002 yakni menempati

urutan ke 112 dari 175 negara-negara di dunia (Depkes RI, 2004). Pada tahun 2007 nilai

IPM Indonesia sebesar 0,711 yakni menempati urutan 110 dari 177 negara di dunia.

Angka kematian ibu (AKI) menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup

sehat, status gizi dan kesehatan, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan

(14)

kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa

nifas.

AKI di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target yang ingin

dicapai secara nasional pada tahun 2015, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup

(KH), pada SDKI tahun 2007 AKI sebesar 248 per 100.000 KH (Depkes RI, 2007).

Untuk Sumatera Utara tahun 2006 AKI sebesar 315/100.000 KH (Dinas Kesehatan

Propinsi Sumatera Utara, 2007). Permasalahan penurunan AKI di Indonesia lambat oleh

karena : persalinan di rumah masih tinggi, rujukan terlambat masih banyak dan

pendekatan kuratif-reaktif terhadap komplikasi ternyata tidak cukup untuk menurunkan

jumlah kematian ibu. Kematian ibu sebagian besar dipengaruhi oleh penyebab langsung

yaitu perdarahan (40-60%) dan Preeklamsi berat/eklampsi (20-30%). Penyebab itu

sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang

memadai, maka sosialisasi pengertian risiko sangat penting, diikuti dengan

membudayakan upaya-upaya menuju persalinan yang aman (Rochjati, 2003).

Agar persalinan sehat berjalan dengan lancar, diupayakan berbagai cara untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil serta memperhatikan mutu pelayanan yang

diberikan oleh petugas kesehatan. Selain itu diharapkan agar ibu lebih memperhatikan

pemeriksaan kehamilan, risiko kematian ibu dan bayi baru lahir dipengaruhi oleh

kurangnya pemeriksaan kehamilan.

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada pemeriksaan kehamilan yang

rendah yaitu ketidaktahuan adanya masalah pada ibu hamil, merasa tidak butuh, jarak

jauh, ketidakmampuan ekonomi karena biaya mahal, atau ketidak-puasan terhadap

pelayanan yang diterima (Rochjati, 2003).

(15)

Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

pembangunan kesehatan. Dengan paradigma ini berarti pembangunan kesehatan harus

lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian program promosi kesehatan mendapat tempat

yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2005). Konsep bahwa

kesehatan dapat dipromosikan secara aktif jarang diterapkan pada level pembuat

keputusan, jika saja konsep ini diterapkan, seharusnya akan memungkinkan masyarakat

memiliki kemampuan untuk meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan mereka

(Rafei, 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan

seseorang (overt behavior) dan pengetahuan memegang penting dalam penentuan sikap,

karena itu pengetahuan yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh terhadap tindakan

pemeriksaan kehamilannya (Notoatmodjo, 2003).

Ibu hamil merupakan sasaran strategis dalam KIE untuk mempromosikan

program KIA. Sikap dan perilaku ibu hamil yang tidak mendukung kesehatan dirinya

seringkali dilakukan karena ketidaktahuan. Dengan membekali pengetahuan yang cukup

kepada kelompok sasaran ini, maka diharapkan mereka mempunyai perilaku hidup yang

menguntungkan bagi dirinya dan bayinya (Depkes RI, 1994).

Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penyuluh Kesehatan

Masyarakat Depkes RI. Dari penelitian sikap dan perilaku tersebut didapatkan data

bahwa belum seluruh responden (ibu hamil) mengetahui frekuensi serta manfaat

pemeriksaan kehamilan meskipun mereka telah memeriksakan kehamilannya. Data

(16)

paripurna oleh petugas, khususnya dalam penyuluhan kesehatan. Laporan dari beberapa

propinsi juga menunjukkan bahwa penyuluhan KIA belum dilakukan secara intensif.

Kegiatan pemberian informasi telah dilakukan namun belum terencana dengan baik.

Untuk itu, perlu dilaksanakan pemantapan penyuluhan oleh petugas dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu (Depkes RI, 1994).

Menurut Harianja (2004) dalam penelitian “Hubungan Karakteristik Pengetahuan

dan Sikap Tindakan Ibu Dengan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas

Parsoburan tahun 2004” didapat bahwa karakteristik ibu (umur, pendidikan, status

pekerjaan dan pendapatan) berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan

kehamilan. Proporsi ibu yang memeriksakan kehamilannya lebih dari 4 (empat) kali

sebesar 65%, selain ibu belum menyadari akan pentingnya pemeriksaan selama

kehamilan, ini disebabkan rendahnya penyuluhan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan (Harianja, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syamsulhuda, dkk (2003), menunjukkan

bahwa pengetahuan dan praktek ANC terdapat hubungan yang cukup erat dan

signifikan. Karena meningkatnya pengetahuan mengenai pemanfaatan ANC merupakan

faktor yang berkontribusi terhadap penurunan angka kematian ibu, maka diharapkan

pada masa mendatang khususnya di daerah penelitian perlu diadakan penyuluhan

melalui kunjungan rumah kepada ibu-ibu hamil. Disamping itu pelaksanaan penyuluhan

seyogyanya adalah petugas kesehatan yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan

baik (Syamsulhuda, 2003).

Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE) adalah suatu bagian yang tidak

terpisahkan dari komponen Pelayanan dan Pengelolaan Program yang mendukungnya

(17)

yakni Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang terpadu. Komponen pelayanan

pemeriksaan kehamilan ini merupakan suatu bagian yang sangat menentukan

berhasilnya strategi KIE secara keseluruhan, karena pada hakekatnya pemeriksaan

kehamilan tersedia bagi seluruh ibu hamil dengan biaya yang relatif murah.

Salah satu indikator keberhasilan dalam akselerasi penurunan AKI adalah

cakupan pelayanan antenatal (K4). Indikator ini telah dipakai sebagai indikator

pemantauan pelayanan kesehatan dan tingkat perlindungan ibu hamil melalui PWS-KIA.

Indikator ini tidak berhubungan langsung dengan kematian ibu, tetapi menunjukkan

besarnya akses terhadap pelayanan kesehatan ibu dan menggambarkan kesempatan

untuk mendeteksi dan menangani risiko tinggi (Depkes RI, 2002).

Persentase ibu hamil yang harus dicakup dalam satu wilayah puskesmas

ditetapkan oleh dinas kesehatan kota dengan mempertimbangkan prioritas masalah,

kesiapan tenaga dan kondisi lainnya (Depkes RI, 2002). Kota Pematangsiantar sendiri

menetapkan target Standar Pelayanan Minimal K4 minimal 75% (Pemerintah Kota

Pematangsiantar, 2007).

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak Kota Pematangsiantar

tahun 2006, Puskesmas Parsoburan menduduki peringkat terendah dalam pencapaian

pemeriksaan kehamilan (K4) di Kecamatan Siantar Marihat. Dari jumlah ibu hamil

sebanyak 300 orang cakupan ANC K4 57,3% (Pemerintah Kota Pematangsiantar, 2007).

Dan pada tahun 2007 cakupan ANC K4 Puskesmas Parsoburan adalah 65% (Puskesmas

Parsoburan, 2007).

Cakupan tersebut memperlihatkan rendahnya tindakan kunjungan ibu hamil bila

(18)

75%. Kontak antara petugas dengan sasaran pada saat pemeriksaan kehamilan

merupakan kesempatan yang sangat baik bagi petugas untuk melakukan pemeriksaan

standar, sekaligus memberikan KIE, meningkatkan kesadaran, pengetahuan serta

informasi tentang tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh ibu untuk menuju

kehamilan serta persalinan yang sehat. Pelaksanaan penyuluhan oleh petugas kesehatan

puskesmas selama ini sudah berjalan, namun kesempatan tersebut belum sepenuhnya

dimanfaatkan.

Dengan latar belakang di atas, disamping belum pernah ada penelitian tentang

pengaruh KIE terhadap pemeriksaan kehamilan (K4) di Puskesmas Kota

Pematangsiantar penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh KIE pada

Pemeriksaan Kehamilan (K1) terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar tahun 2007.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi

permasalahan adalah belum diketahuinya bagaimana pengaruh KIE pada pemeriksaan

kehamilan (K1) terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh KIE pada pemeriksaan kehamilan (K1) terhadap

kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Parsoburan Kota Pematangsiantar tahun 2007.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan/informasi bagi petugas kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Parsoburan dalam memberikan pelayanan KIA.

2. Dapat memberikan masukan atau sebagai referensi ilmiah yang berguna bagi

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat tentang pengaruh KIE pada pemeriksaan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) 2.1.1 Pengertian

Penerangan dan motivasi yang biasa disebut dengan KIE (Komunikasi, Informasi

dan Edukasi) merupakan suatu sistem yang mendorong agar individu-individu dan

masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengendalikan

faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan mereka (Depkes RI, 1994).

Komunikasi diartikan sebagai suatu proses dari berbagai informasi antara

petugas KIE dengan masyarakat, sehingga pada akhirnya tercapai suatu persepsi yang

sama antara petugas dengan segenap lapisan masyarakat. Informasi diartikan sebagai

semua fakta, rumusan serta acuan yang perlu diketahui, dipahami, dan dilaksanakan oleh

masyarakat. Edukasi adalah suatu kegiatan yang mendorong terjadinya proses perubahan

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat secara wajar (BKKBN, 1989).

Rochjati (2003) memberikan pengertian KIE pada ibu hamil dengan:

Komunikasi adalah menjalin hubungan yang akrab, kekeluargaan secara terbuka

memberikan saran dan anjuran yang dibutuhkan. Informasi yaitu memberikan informasi

tentang kehamilan, permasalahan/faktor risiko yang ditemukan. Edukasi artinya setelah

diberikan informasi, ibu hamil, suami dan keluarga menjadi sepakat. Mereka yakin

untuk mengikuti dan melakukan saran-saran dan anjuran yang diberikan oleh bidan atau

petugas kesehatan.

(21)

KIE dilakukan pada tiap melakukan skrining. Bila ditemukan masalah/faktor

risiko segera dibicarakan bersama ibu hamil, suami, keluarga sebagai persiapan mental

untuk menghadapi persalinan yang penuh risiko. Ibu risiko tinggi mendapat penanganan

adekuat sesuai dengan kondisi ibu hamil (Rochjati, 2003).

Dari isi informasi yang disampaikan, komunikasi dapat dibedakan menjadi

(Saifuddin, 2001):

1. Motivasi

2. Penyuluhan

3. Konseling

Tabel 2.1 Karakteristik 3 jenis komunikasi :

Komunikasi Tujuan Isi Arah Sifat Tempat

Motivasi Mengarahkan Promosi Searah Kepentingan

petugas

Dimana saja Penyuluhan Menjelaskan Edukatif Umumnya

searah atau

Konseling Membimbing Fakta Dua arah Kepentingan

klien

Ruangan atau tempat khusus

Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan

panduan keterampilan komunikasi interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang

mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan memntukan jalan

(22)

2.1.2 Tujuan KIE Bagi Ibu Hamil

Tujuan secara umum adalah agar ibu hamil meningkatkan penggunaan dan

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan ibu (Rohjati, 2003).

Tujuan khusus (Depkes RI, 1994):

1. Ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur menimal 4 kali selama masa

kehamilan dengan standar minimal 5T (timbang, tekanan darah, tinggi puncak

rahim, tetanus toksoid, tablet tambah darah)

2. Ibu meningkat pengetahuannya tentang pentingnya makanan bergizi dan

menerapkannya pada waktu hamil

3. Ibu meningkat pengetahuannya tentang pentingnya hidup sehat dan menjaga

kebersihan serta melaksanakannya

4. Ibu meningkat pengetahuannya tentang persalinan dan memilih bersalin pada

tenaga kesehatan.

5. Ibu meningkat pengetahuannya mengenai penyulit yang dapat terjadi pada waktu

hamil dan persalinan serta mau dirujuk bila ditemukan kelainan pada dirinya.

6. Ibu meningkat pengetahuannya tentang pada siapa dan kemana ia harus meminta

pertolongan apabila terjadi kelainan pad kehamilannya.

7. Ibu meningkat kemampuannya dalam meyakinkan keluarga mengenai

kehamilan, persalinan dan masa nifas maupun risiko yang mungkin dihadapinya

dalam kondisi tersebut.

(23)

2.1.3 Strategi KIE

Strategi KIE pada ibu hamil meliputi aspek sebagai berikut (Depkes RI, 1994):

1. Sasaran adalah kelompok ibu hamil

2. Pesan yang disampaikan agar ibu hamil menyadari pentingnya kesehatan bagi

dirinya dan pengaruhnya kepada janin yang dikandungnya serta termotivasi

untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Pokok-pokok pesan tersebut adalah:

a. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur minimal empat kali

selama masa kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada

trimester II dan 2 kali pada trimester III, dengan standar minimal 5T, yaitu

pemeriksaan timbang, tekanan darah, tinggi puncak rahim, dan pemberian

tetanus toksoid, dan tablet darah.

b. Ibu hamil berusaha hidup sehat dengan menjaga kebersihan dirinya.

c. Ibu hamil makan makanan bergizi

d. Ibu hamil mengetahui tanda-tanda kelainan kehamilan yang mungkin terjadi

e. Ibu hamil mengetahui bagaimana dan kemana meminta pertolongan bila

ditemukan kelainan

f. Pelayanan rujukan dapat memberikan keselamatan kepada ibu dan janin

g. Pertolongan persalinan akan lebih baik dan aman bila dilakukan oleh tenaga

kesehatan

h. Istirahat yang cukup dan tidak bekerja berat akan memberikan kesehatan

(24)

3. Saluran yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan kepada kolompok

ibu hamil antara lain :

a. Tatap muka melalui kegiatan posyandu, PKK, dan pada waktu

pemeriksaan kesehatan.

b. Media cetak

c. Media elektronik

d. Kegiatan seminar dan wawancara terarah.

2.2 Program KIA

Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai

berikut (Depkes RI, 2005):

1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu

sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.

2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan

oleh tenaga kesehatan kebidanan secara berangsur.

3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi kebidanan baik oleh tenaga

kesehatan maupun dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan

dan pengamatannya secara terus-menerus.

4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan

secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan

menjangkau seluruh sasaran.

(25)

2.2.1 Pelayanan Antenatal

Pedoman pelayanan kebidanan dasar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal

(Depkes RI, 2005).

Tujuan asuhan antenatal (Saifuddin, 2001)

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma sekecil mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal yang

meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta

intervensi dasar dan khusus sesuai risiko yang ada termasuk penyuluhan dan konseling,

namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal “5T” untuk pelayanan

antenatal, yang terdiri atas : timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan

darah, ukur tinggi fundus, pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap, dan

(26)

Dengan demikian maka secara operasional pelayanan antenatal yang tidak

memenuhi standar minimal “5T” tersebut belum dianggap suatu pelayanan antenatal.

Selain itu pelayanan antenatal ini hanya dapat dapat diberikan oleh tenaga kesehatan,

dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali

selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut :

1. Minimal 1 kali pada triwulan pertama

2. Minimal 1 kali pada triwulan kedua

3. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu

pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus

risiko tinggi yang ditemukan. Berdasarkan faktor risiko, Rocjati (1990) membagi ibu

hamil dalam 3 kelompok umur, yaitu kelompok usia risiko remaja dengan umur 19

tahun, kelompok usia reproduksi sehat dengan umur 20-34 tahun, dan kelompok

risikotua dengan umur 35 tahun.

(27)

2.2.2 Batasan dan Indikator Pemantauan 2.2.2.1Batasan

1. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu

hamil selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan. Standar operasional yang ditetapkan untuk pelayanan

minimal antenatal adalah “5T”.

2. Kunjungan ibu hamil

Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan

tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antental sesuai standar yang ditetapkan.

Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke

fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin

desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai

standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.

3. Kunjungan baru ibu hamil (K1)

Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.

4. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (K4)

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih),

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:

a. minimal satu kali kontak pada triwulan I,

b. minimal satu kali pada triwulan II,

(28)

2.2.2.2 Indikator pemantauan

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal

serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Rumusnya yang dipakai untuk perhitungan adalah :

%

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap

(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang

menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping

menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

(29)

2.4 Variabel Penelitian

Menurut Kerlinger dalam Sugiono (2005), variabel adalah konstruk atau sifat

yang akan dipelajari. Menurut hubungan variabel satu sama lain maka variabel

dibedakan menjadi : variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

terikat; variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas dan variabel pengacau atau confounding factor, secara

teoritis mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat, tetapi yang tidak diinginkan

pengaruhnya.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas adalah KIE pada pemeriksaan kehamilan K1

2. Variabel terikat adalah pemeriksaan kehamilan K4

3. Faktor perancu ( Confounding factor) adalah karakteristik ibu meliputi : umur,

tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan KIE umum.

2.5Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh KIE pada pemeriksaan kehamilan K1 terhadap pemeriksaan

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif

analitik dengan pendekatan cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Parsoburan Pematangsiantar,

yaitu Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan Nagahuta dan waktu penelitian dilakukan

pada bulan Agustus s/d Desember 2008.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia dibawah 6 bulan dan yang

pemeriksaan kehamilan K1 yang tercatat di tahun 2007 yaitu sebanyak 190 ibu.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia di bawah enam

bulan, yang semuanya melakukan K1, serta bertempat tinggal di Kelurahan Sukamaju

dan Nagahuta yang tercatat di Puskesmas Parsoburan. Teknik pemilihan sampel pada

penelitian ini dilakukan dengan Simple Random Sampling. Besar sampel dihitung

dengan mempergunakan rumus untuk uji hipotesis satu sampel, sebagai berikut

(31)

{

}

kehamilan (K4) adalah 75 %=0,75 (10% lebih besar dari Po).

Sehingga :

Dari data diatas diperoleh besar sampel minimal sebanyak 170 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder

diperoleh dari laporan–laporan Puskesmas Parsoburan dan Dinas Kesehatan Kota

(32)

3.5 Definisi Operasional

Dari kerangka konsep penelitian, maka definisi operasional dan variabel-variabel

penelitian ini adalah :

1. KIE adalah komunikasi, informasi dan edukasi tentang pemeriksaan kehamilan

minimal 4 kali selama masa kehamilannya yaitu minimal 1 kali pada trimester I,

minimal 1 kali pada trimester II serta minimal 2 kali pada trimester III pada ibu

hamil pada pemeriksaan kehamilan K1.

2. Umur adalah usia responden sewaktu pemeriksaan kehamilan K1.

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang berhasil

ditamatkan oleh responden.

4. Pekerjaan adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk mendapatkan imbalan

yang berbentuk uang atau barang.

5. Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarga termasuk penghasilan

pokok dan sampingan.

6. KIE umum adalah penyampaian informasi oleh tenaga kesehatan kepada ibu

hamil pada waktu pemeriksaan kehamilan K1. Meliputi informasi dan penjelasan

tentang :

a. Pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 kali selama masa

kehamilan, yaitu minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada

trimester II serta minimal 2 kali pada trimester III.

b. Manfaat menimbang berat badan teratur

c. Manfaat mengukur tekanan darah

d. Manfaat mengukur tinggi puncak rahim

(33)

e. Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil

f. Manfaat tablet tambah darah

g. Pentingnya makan makanan bergizi selama hamil

h. Pentingnya hidup sehat seperti olahraga teratur, tidak merokok dan minum

alkohol.

i. Pentingnya menjaga kebersihan diri, seperti mandi, menggosok gigi,

kebersihan kuku dan rambut.

j. Tanda- tanda kehamilan normal, serta penyulit pada waktu hamil dan bersalin

k. Pertolongan ditolong oleh tenaga kesehatan

l. Pelayanan rujukan yang tersedia bagi ibu dan bayi

m. Istirahat cukup lebih dari 8 jam, dan tidak melakukan pekerjaan berat.

7. Pemeriksaan kehamilan K4 adalah kunjungan yang keempat yang dilakukan oleh

ibu hamil pada minimal 1 kali pada trimester I dan minimal 1 kali pada trimester

II serta minimal 2 kali pada trimester III selama masa antenatal care (ANC).

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Aspek Pengukuran KIE pada Pemeriksaan Kehamilan (K1)

Untuk mengetahui KIE yang diberi pada responden disusun pertanyaan, dibagi

menjadi 2 kategori yaitu KIE diberikan dan KIE tidak diberikan:

0= KIE tidak diberikan : apabila ibu tidak mendapatkan KIE untuk

memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya

yaitu minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada trimester II

(34)

kehamilan K1 atau tidak ada anjuran untuk melakukan kunjungan ulang

sewaktu pemeriksaan kehamilan K1.

1= KIE diberikan apabila : responden mendapatkan KIE untuk

memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya

yaitu minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada trimester II

serta minimal 2 kali pada trimester III pada waktu pemeriksaan

kehamilan K1 dan responden dianjurkan untuk melakukan kunjungan

ulang pada waktu pemeriksaan kehamilan K1.

3.6.2 Aspek Pengukuran Karakteristik Ibu

3.6.2.1 Umur dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

0 = 35 tahun.

1 = 20-34 tahun

3.6.2.2Tingkat pendidikan responden terdiri dari Tidak sekolah, tamat SD, tamat SLTP,

tamat SMU dan tamat Akademi/Perguruan Tinggi (PT). Dibagi menjadi 2

kategori yaitu

0 = Rendah jika pendidikan responden tidak sekolah, tamat SD, tamat

SLTP, atau tamat SMU

1 = Tinggi jika pendidikan responden tamat Akademi/PT.

3.6.2.3 Status pekerjaan ibu dibagi menjadi 2 kategori yaitu

0 = Bekerja

1 = IRT/tidak bekerja

(35)

3.6.2.4 Pendapatan keluarga dibagi dalam 2 kategori yaitu :

0= jika pendapatan keluarga nilai median yaitu Rp. 1.600.000,-.

1 = jika pendapatan keluarga > nilai median yaitu > Rp.1.600.000,-

3.6.2.5 KIE umum dibagi berdasarkan jumlah informasi yang diperoleh responden.

Dibagi 2 kategori yaitu :

0 = tidak lengkap apabila responden memperoleh skor nilai median

yaitu 7

1 = lengkap apabila jumlah skoring responden > nilai median yaitu >7.

3.6.3 Aspek Pengukuran Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (K4)

Kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) disusun pertanyaan dibagi menjadi 2

kategori yaitu memenuhi standar Depkes RI dan tidak memenuhi standar Depkes RI.

0 = Memenuhi standar : apabila kunjungan kehamilan K4 minimal 4 kali

selama kehamilan yaitu minimal 1 kali pada trimester I

dan minimal 1 kali pada trimester II serta minimal 2

kali pada trimester III

1 = Tidak memenuhi standar : apabila pemeriksaan kehamilan K4 tidak ada pada

trimester I, atau tidak ada pada trimester II atau

(36)

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini guna mengukur

pengaruh KIE terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) menggunakan analisis

Regresi logistik ganda pada tingkat kepercayaan 95% dengan = 0,05. Analisis Regresi

logistik adalah pendekatan untuk menganalisis pengaruh antara KIE dan pemeriksaan

kehamilan (K4) dan dengan serentak menyediakan secara lengkap kontrol dari faktor

perancu. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa sangat mungkin variabel individu tidak

menunjukkan faktor perancu yang kuat, namun ketika digunakan secara bersama, faktor

perancu dapat muncul pada data (Hosmer dan Lemeshow, 1989).

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar 4.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar terletak di Jalan

Parsoburan No. 24 Kota Pematangsiantar yang terletak pada ketinggian 400 m dari

permukaan laut, beriklim sedang dengan suhu rata-rata 30,50C dan suhu minimum

20,00C, curah hujan rata-rata 269 mm, dan kelembaban udara rata-rata 84%. (Pemerintah

Kota Pematangsiantar, 2006). Wilayah kerja Puskesmas Parsoburan terdiri dari 2

kelurahan, yaitu Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan Nagahuta. Luas wilayah kerja

Puskesmas Parsoburan 8,85 km2. dan batas wilayah sebagai berikut, sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Martimbang, sebelah timur kelurahan Pardamean, sebelah

selatan kelurahan Simarimbun, dan sebelah barat Kelurahan Pematang Marihat.

4.1.2 Gambaran Demografi

Gambaran demografi dalam penelitian ini meliputi distribusi penduduk

berdasarkan kelurahan dan umur. Dijelaskan oleh tabel 4.1 dan tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

Kelurahan Jumlah

(38)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur

Sumber : Profil Puskesmas Parsoburan, 2007

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Parsoburan pada tahun 2007 tercatat

sebanyak 32 orang dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Medis

Tenaga Medis Puskesmas

(39)

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel

bebas dan variabel terikat melalui tabel 4.4 s/d tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan KIE Pada Pemeriksaan Kehamilan K1 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

KIE Frekuensi Persen (%)

Tidak diberikan 71 41,8

Diberikan 99 58,2

Jumlah 170 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang melakukan pemeriksaan

kehamilan K1 dan diberikan KIE sebanyak 99 orang (58,2%), lebih banyak

dibandingkan yang ibu yang tidak diberikan KIE yaitu 71 orang (41,8%).

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Umur Frekuensi Persen (%)

35 tahun 35 20,6

20-34 tahun 135 79,4

Jumlah 170 100,0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, umur responden 24-34 tahun yaitu 135

orang (79,4%) lebih banyak dibandingkan yang berumur 35 tahun yaitu 35 orang

(40)

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Pendidikan Frekuensi Persen (%)

Rendah 127 74,7

Tinggi 43 25,3

Jumlah 170 100,0

Tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan responden, pendidikan rendah yaitu

127 orang (74,7%) lebih banyak dibandingkan yang tingkat pendidikan tinggi yaitu 43

orang (25,3%).

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Pekerjaan Frekuensi Persen (%)

Bekerja 62 36,5

IRT/tidak bekerja 108 63,5

Jumlah 170 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa status pekerjaan responden

sebagai ibu rumah tangga/ tidak bekerja yaitu 108 orang (63,5%) lebih banyak

dibandingkan yang bekerja yaitu 62 orang (36,5%).

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Responden di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Pendapatan Frekuensi Persen (%)

Rp. 1.600.000,- 86 50,6

> Rp. 1.600.000,- 84 49,4

Jumlah 170 100,0

(41)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pendapatan keluarga responden

yang Rp. 1.600.000,- yaitu 86 orang (50,6%) lebih banyak dibandingkan yang

pendapatan keluarga > Rp. 1.600.000,-sebanyak 84 orang (49,4%).

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan KIE Umum di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Informasi Umum Frekuensi Persen (%)

Tidak lengkap 77 45,3

Lengkap 93 54,7

Jumlah 170 100,0

Tabel diatas menunjukkan KIE umum yang diperoleh responden, responden

yang memperoleh KIE umum yang lengkap yaitu 93 orang (54,7%), lebih banyak

dibandingkan yang tidak lengkap yaitu 77 orang ( 45,3%).

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007.

Pemeriksaan Kehamilan K4 Frekuensi Persen (%)

Memenuhi standar 103 60,6

Tidak memenuhi standar 65 39,4

Jumlah 170 100,0

Berdasarkan tabel di atas, responden yang memeriksakan kehamilan K4

memenuhi standar yaitu 103 orang (60,6%) lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang memeriksakan kehamilan K4 tidak memenuhi standar yaitu 65 orang

(42)

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1 Karakteristik Pemeriksaan Kehamilan K4 Berdasarkan Variabel Penelitian.

Hasil uji bivariat yakni menganalisis hubungan variabel dependen dan variabel

independen, juga digunakan untuk menentukan variabel-variabel mana saja yang dapat

masuk sebagai kandidat model multivariat. Bila hasil uji chi-square mempunyai nilai

p<0,25 maka variabel tersebut dapat masuk dalam model multivariat. Deskripsi statistik

responden berdasarkan pemeriksaan kehamilan K4 dapat dilihat dalam tabel 4.11-4.16

sebagai berikut:

Tabel 4.11 Karakteristik Responden berdasarkan KIE dalam Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ibu yang diberikan KIE lebih banyak

pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar sebanyak 78 orang (78,8%)

dibandingkan dengan ibu yang tidak diberikan KIE sebanyak 25 orang (35,2%).

Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa P-value = 0,000 < = 0,05, artinya

bahwa KIE berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan kehamilan K4. Hasil uji

chi-square mempunyai nilai P-value <0,25 maka variabel KIE dapat masuk dalam model

multivariat.

(43)

Tabel 4.12 Karakteristik Umur Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

Pemeriksaan Kehamilan K4 Memenuhi

Standar

Tidak memenuhi

Standar

Total Umur

n % N % n %

x

2

P-value

35 tahun 30 85,7 5 14,3 35 100,0

20-34tahun 73 54,1 62 45,9 135 100,0 10,365 0,001

Total 103 60,6 67 39,4 170 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ibu yang berumur lebih dari 35 tahun

lebih banyak pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar sebanyak 32 orang

(91,4%) dibandingkan dengan ibu yang berumur 20-34 tahun sebanyak 73 orang

(54,1%).

Berdasarkan tabel 4.12, diketahui bahwa P value = 0,000 < = 0,05, artinya

bahwa umur berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan kehamilan K4. Hasil uji

chi-square mempunyai nilai P value <0,25 maka variabel umur dapat masuk dalam

(44)

Tabel 4.13 Karakteristik Pendidikan Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

banyak pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar sebanyak 35 orang (81,4%)

dibandingkan dengan ibu yang pendidikan rendah sebanyak 68 orang (53,5%).

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa P value = 0,000 < = 0,05, artinya

bahwa pendidikan berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan kehamilan K4.

Hasil uji chi-square mempunyai nilai P value <0,25 maka variabel pendidikan dapat

masuk dalam model multivariat.

(45)

Berdasarkan tabel 4.14, diketahui bahwa ibu yang bekerja lebih banyak

pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar sebanyak 46 orang (74,2%)

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja/IRT sebanyak 57 orang (52,8%).

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa P value = 0,000 < = 0,05, artinya

bahwa pekerjaan berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan kehamilan K4.

Hasil uji chi-square mempunyai nilai P value <0,25 maka variabel pekerjaan dapat

masuk dalam model multivariat.

Tabel 4.15 Karakteristik Pendapatan Responden berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

standar sebanyak 63 orang (75,0%) dibandingkan dengan ibu yang pendapatan keluarga

kurang dari atau sama dengan Rp. 1.600.000,- sebanyak 40 orang (46,5%).

Berdasarkan tabel 4.15, diketahui bahwa P value = 0,000 < = 0,05, artinya

(46)

Hasil uji chi-square mempunyai nilai P value <0,25 maka variabel pendapatan dapat

masuk dalam model multivariat.

Tabel 4.16 Karakteristik Responden berdasarkan KIE Umum dalam Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007

lengkap lebih banyak pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar sebanyak 64

orang (68,8%) dibandingkan dengan ibu yang KIE umum tidak lengkap sebanyak 39

orang (50,6%).

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa P value = 0,046 < = 0,05, artinya

bahwa KIE umum berhubungan secara bermakna dengan pemeriksaan kehamilan K4.

Hasil uji chi-square mempunyai nilai P value <0,25 maka variabel KIE umum dapat

masuk dalam model multivariat.

(47)

4.4 Analisis Multivariat

Analisis pengaruh KIE pada pemeriksaan kehamilan K1 terhadap pemeriksaan

kehamilan K4 dilakukan dengan menggunakan regresi ganda logistik dengan metode

backward, yaitu memasukkan semua variabel independen dengan serentak ke dalam

model regresi.

Dari hasil uji chi square, semua variabel yaitu KIE, umur, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan dan KIE umum dapat masuk dalam model multivariat. Pemodelan lengkap

mencakup variabel utama yaitu KIE dan semua kandidat confounding.

Tabel berikut menunjukkan hasil analisis regresi logistik dengan model lengkap.

Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Logistik Variabel Independen Dengan Model Lengkap

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil analisis regresi ganda logistik, variabel

KIE, umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dapat dianalisis lebih lanjut, kecuali

(48)

4.4.1 Pengaruh KIE pada Pemeriksaan Kehamilan K1 terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa, KIE pada pemeriksaan kehamilan K1

berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar

7,36 Artinya, ibu yang diberikan KIE mempunyai kemungkinan 7 kali lebih besar

pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan yang tidak diberikan KIE

(95% CI=3,411;15,890), setelah dikontrol variabel; umur, pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan keluarga.

4.4.2 Pengaruh Umur terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa umur berpengaruh terhadap pemeriksaan

kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 0,31 Artinya, ibu yang berumur

20-34 tahun mempunyai kemungkinan tiga persepuluh kali lebih kecil pemeriksaan

kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan yang berumur lebih dari 35 tahun (95%

CI=0,095;1,024), setelah dikontrol variabel; pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

keluarga.

4.4.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa pendidikan berpengaruh terhadap

pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 2,67. Artinya, ibu yang

pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar pemeriksaan kehamilan

K4 memenuhi standar dibanding ibu yang pendidikan rendah (95% CI=0,983;7,251),

setelah dikontrol variabel; umur, pekerjaan dan pendapatan keluarga.

(49)

4.4.4 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap

pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 0,46 Artinya, ibu

rumah tangga atau yang tidak bekerja mempunyai kemungkinan empat persepuluh kali

lebih kecil pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibanding ibu yang bekerja

(95% CI=0,202;1,029), setelah dikontrol variabel; umur, pendidikan, dan pendapatan

keluarga.

4.4.5 Pengaruh Pendapatan terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa pendapatan keluarga berpengaruh

terhadap pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 2,68. Artinya,

ibu yang pendapatan keluarga lebih dari Rp.1.600.000,- mempunyai kemungkinan 3

kali lebih besar pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan yang

pendapatan keluarga kurang dari atau sama dengan Rp.1.600.000,- (95% CI=

(50)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka akan dibahas secara

berurutan sesuai dengan analisis dari variabel-variabel penelitian.

5.1 Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

Hasil analisis regresi ganda logistik menunjukkan, ibu yang mendapat KIE

mempunyai kemungkinan 7 kali lebih besar dalam pemeriksaan kehamilan K4

dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan KIE pada pemeriksaan kehamilan K1

(95% CI=3,411;15,890), setelah dikontrol variabel; umur, pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan keluarga.

Proporsi ibu yang mendapat KIE dari petugas yang pemeriksaan kehamilan K4

memenuhi standar sebesar (78,8%), ini lebih besar daripada kelompok ibu yang tidak

memenuhi standar sebesar (35,2%). Ibu yang mendapat KIE kemungkinan kejadian 7

kali lebih besar memenuhi standar dibandingkan ibu yang tidak diberikan KIE, secara

statistik bermakna (p=0,000). KIE merupakan kegiatan yang sangat penting dan tidak

boleh ditinggalkan. Rochyati (2004) menyatakan pemeriksaan kehamilan bukanlah

semata kesalahan pasien, tetapi juga gambaran kesalahan petugas kesehatan yang gagal

meyakinkan pasien untuk datang memeriksakan kehamilan.

Salah satu tujuan KIE adalah untuk meningkatkan kesadaran, motivasi dan peran

serta masyarakat (Depkes, 2003). Bila dikaitkan dengan rendahnya tingkat pendidikan

ibu, yakni mayoritas ibu berpendidikan rendah (76%), KIE selama ini tidak berhasil

(51)

guna, mungkin disebabkan beberapa hal misalnya ibu kurang yakin dengan apa yang

diberikan oleh petugas, sehingga kemampuan ibu lemah dalam menerima isi KIE.

Hal lain yang berhubungan dengan KIE ini adalah dari hasil wawancara dengan

petugas kesehatan di lapangan, didapat bahwa petugas kesehatan tidak memberikan

penyuluhan secara komprehensif kepada ibu hamil, petugas lebih banyak memberikan

KIE secara sepotong-potong antara lain, anjuran untuk imunisasi TT, namun tujuan

imunisasi dan manfaat imunisasi dan hal lainnya sesuai dengan anjuran Depkes terluput

dari materi yang diberikan petugas.

Beberapa hal dalam mengantisipasi hal tersebut antara lain peningkatan kualitas

KIE, baik metode dan cara KIE yang dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan

kelompok ibu. Disamping itu perlu diadakan dan dibagikan buku saku kepada ibu

tentang faktor risiko kehamilan atau hal-hal penting yang perlu diketahui ibu tentang

kehamilan). Bila buku ini ada, maka pengetahuannya bukan hanya dari petugas saja,

tetapi juga dapat dibaca langsung oleh ibu. Dengan demikian kelemahan yang diberikan

oleh petugas kesehatan akan dapat dikurangi dengan adanya petunjuk buku saku

tersebut.

Berdasarkan penelitian Nurta (2003) di Puskesmas Kota Padang, bahwa mutu

pelayanan antenatal berpengaruh secara nyata terhadap cakupan K1-K4. Dengan

demikian peningkatan kualitas KIE harus diimbangi dengan peningkatan kualitas

(52)

5.2 Umur

Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini

ibu hamil berisiko perlu lebih digalakkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di

masyarakat umum. Pada penelitian ini kategori umur ibu dikategorikan berdasarkan

faktor risiko ibu hamil dibagi dalam 3 kelompok umur, yaitu kelompok usia risiko

remaja dengan umur 19 tahun, kelompok usia reproduksi sehat dengan umur 20-34

tahun, dan kelompok risiko tua dengan umur 35 tahun (Rochyati, 1990).

Menurut Depkes (2001), kehamilan risiko tinggi adalah adalah kelompok umur

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Pengenalan kehamilan risiko tinggi

penting, tidak saja karena pengenalan tersebut merupakan langkah pertama tindakan

pencegahan, tetapi juga dalam banyak hal mengambil langkah pengobatan untuk

mengurngi risiko janin dan bayi neonatusnya.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa umur berpengaruh terhadap

pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 0,31. Artinya, ibu yang

berumur 20-34 tahun mempunyai kemungkinan tiga persepuluh kali lebih kecil

pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan yang berumur lebih dari 35

tahun (95% CI=0,095;1,024),setelah dikontrol variabel; pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan keluarga.

(53)

Pada penelitian ini diketahui bahwa ibu yang berumur lebih dari 35 tahun yaitu

ibu yang risiko tinggi, lebih banyak pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar

(91,4%) dibandingkan dengan ibu yang bukan risiko tinggi (54,1%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Harianja (2004), bahwa umur ibu berhubungan

secara bermakna dengan pemeriksaan kehamilan K4.

5.3 Pendidikan

Pendidikan adalah variabel yang mempuyai peranan yang cukup penting

terhadap seseorang terutama dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah. Hasil

uji chi square dapat diketahui bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan pemeriksaan

kehamilan K4 (p= 0,000).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pendidikan berpengaruh terhadap

pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 2,67. Artinya, ibu yang

pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar pemeriksaan kehamilan

K4 memenuhi standar dibanding ibu yang pendidikan rendah (95% CI=0,983;7,251),

setelah dikontrol variabel; umur, pekerjaan dan pendapatan keluarga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), yang

mengemukakan bahwa mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi

cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi

tingkat kesadaran terhadap arti pentingnya kesehatan sehingga mendorong permintaan

terhadap pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini sebagian besar ibu berpendidikan

rendah (76%). Pendidikan rendah mengkibatkan pengetahuan mereka tentang hal-hal

(54)

Hal ini akan semakin nampak bila ibu tidak mempunyai akses terhadap informasi seperti

mendengarkan penyuluhan, membaca Koran atau majalah maupun mendapat informasi

dari teman atau tetangga.

5.4Pekerjaan

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa status pekerjaan responden sebagai ibu yang

tidak bekerja/IRT mempunyai persentase tertinggi (63,5%) lebih banyak dibandingkan

yang bekerja yaitu (36,5%). Namun, dilihat dari tabel 4.14, diketahui bahwa ibu yang

bekerja lebih banyak pemeriksaan kehamilan K4 yang memenuhi standar (77,4%)

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja/IRT (52,8%).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap

pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar 0,46. Artinya, ibu yang

tidak bekerja mempunyai kemungkinan empat per sepuluh kali lebih kecil pemeriksaan

kehamilan K4 memenuhi standar dibanding ibu yang bekerja (95% CI=0,202;1,029),

setelah dikontrol variabel; umur, pendidikan, dan pendapatan keluarga.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ulina (2004), yang menyatakan

bahwa tidak ada perbedaan pemanfaatan pelayanan antenatal antara ibu yang bekerja

dengan ibu yang tidak bekerja.

Hal ini terjadi karena mereka yang bekerja cenderung lebih banyak terpapar

terhadap berbagai sumber informasi dan karenanya lebih kritis dibanding mereka yang

tidak atau kurang terpapar. Akibat kurangnya terpapar terhadap berbagai sumber

informasi, maka dalam pemeriksaan kehamilan, ibu yang tidak bekerja /IRT cenderung

(55)

tidak bersikap kritis, sehingg tidak memenuhi standar dalam pemeriksaaan kehamilan

K4.

Jadi, dalam kaitan untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan K4,

perhatian pemerintah dan berbagai pihak yang terlibat sudah seharusnya

memertimbangkan pendidikan dan pekerjaan serta kurangnya keterpaparan terhadap

informasi pemeriksaan kehamilan K4 tersebut. Dan usaha atau intervensi yang bisa

dilakukan adalah memberikan KIE secara intensif maupun penyuluhan-penyuluhan di

masyarakat. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hal-hal maupun

risiko tentang kehamilan, persalinan dan nifas, diharapkan akan menimbulkan kesadaran

mereka untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

5.5Pendapatan Keluarga

Secara teori setiap orang dari semua lapisan sosial berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan, tetapi pada kenyataannya status ekonomi sering merupakan salah

satu faktor dalam menetukan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Yang dimaksud status

ekonomi disini adalah penghasilan setiap bulannya juga sekaligus mencerminkan

kemampuan untuk mencari pelayanan kesehatan. Pada kenyataannya, tingkat

pendapatan berpengaruh secara bermakna dengan keputusan memanfaatkan pemeriksaan

kehamilan.

Menurut Azwar (1996), bahwa pemanfaatan seseorang terhadap pelayanan

(56)

tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya, sosial ekonomi baik, maka secara relatif

pemanfaatan pelayan kesehatan akan tinggi.

Hasil analisis regresi ganda logistik menunjukkan, pendapatan keluarga

berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan K4 ditunjukkan dengan nilai OR sebesar

2,68. Artinya, ibu yang pendapatan keluarga lebih dari Rp.1.600.000,- mempunyai

kemungkinan 3 kali lebih besar pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar

dibandingkan yang pendapatan keluarga kurang dari atau sama dengan Rp.1.600.000,-

(95% CI= 1,221;5,874), setelah dikontrol variabel; umur, pekerjaan, pendapatan dan

pendidikan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penalitian Ulina (2004), bahwa pendapatan

keluarga mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Bagi ibu-ibu

yang mempunyai biaya lebih akan lebih leluasa dalam memanfaatkan pelayanan

antenatal. Sebaliknya, ibu-ibu yang kurang mampu akan kurang leluasa untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

5.6 Pemeriksaan Kehamilan K4

Sarana obstetri untuk pelayanan ibu hamil telah disediakan dengan sistim

rujukan yang berjenjang dari posyandu, puskesmas dengan tenaga bidan, rumah sakit

dengan dokter ahli obstetri ginekologi, tetapi ibu hamil masih belum mau menggunakan

sarana obstetri tersebut (Rochyati, 1990). Dari hasil penelitian, didapat bahwa 103 orang

(60,6%) ibu yang memeriksa kehamilan K4 memenuhi standar, yaitu pemeriksaan

kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan dengan syarat, minimal 1 kali pada triwulan

1, minimal 1 kali pada triwulan 2 serta minimal 2 kali pada triwulan 3. Dan sisanya 65

(57)

orang (39,4%) ibu yang memeriksakan kehamilan K4 tidak standar. Hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang belum menyadari pentingnya pemeriksaan

selama hamil.

Pemerintah Kota Pematangsiantar menetapkan angka cakupan K4 sebesar 75%.

Dari hasil penelitian diperoleh angka cakupan pemeriksaan kehamilan K4 sebesar

61,2%. Angka tersebut masih jauh dari yang diharapkan, sehingga perlu dilakukan

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2007 dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

Setelah dikontrol variabel : umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

keluarga, pengaruh KIE pada pemeriksaan kehamilan K1 terhadap pemeriksaan

kehamilan K4 cukup bermakna. Ditunjukkan oleh nilai OR sebesar 7,36 artinya ibu yang

mendapat KIE pada pemeriksaan kehamilan K1 mempunyai kemungkinan 7 kali lebih

besar dalam pemeriksaan kehamilan K4 memenuhi standar dibandingkan dengan ibu

yang tidak mendapatkan KIE.

6.2 Saran

1. Pada petugas kesehatan.

a. Untuk memberikan KIE pada pemeriksaan kehamilan khususnya pemeriksaan

kehamilan pertama, karena pemeriksaan kehamilan K1 adalah kesempatan

kontak ibu dengan petugas kesehatan.

b. Untuk menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada pemeriksaan kehamilan

(59)

2. Pada pemerintah Kota Pematangsiantar

Untuk menerbitkan buku saku tentang pemeriksaan kehamilan, sehingga

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik 3 jenis komunikasi :
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan lokasi-lokasi tersebut, maka setelah dilakukan analisis perhitungan produktivitas kerja alat dan biaya maka diketahui bahwa produktivitas kerja alat

Bahwasannya sesuai dengan Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Desa yang mengatur tentang maksimal bakal calon kepala desa,

Variabel Kemampuan, Disiplin dan Motivasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah

80/PMK.03/2009 tentang Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

Jenis ektoparasit yang ditemukan menginfeksi ikan nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Budidaya Kampung Hiung, Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe, adalah

Apabila puasa wajib ditetapkan berdasarkan kalender Masehi, misalnya pada bulan Desember, maka orang-orang di Inggris dalam melakukan ibadah puasa selalu dalam musim dingin

Investigasi terhadap Coopa kemudian menguak bahwa perusahaan yang terdaftar di Liechtenstein ini dimiliki oleh Arief Husni (Ong Seng Keng), Direktur Bank Ramayana. Dalam

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Mata Kuliah terkait KKNI : Memahami tentang fungsi variabel banyak dan memahami tentang turunan parsial dan dapat menyelesaikan