PENGGUNAAN LENGKUNG TRANSPALATAL
DALAM PERAWATAN ORTODONTI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
RATNA DEWI
NIM : 050600047
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonti
Tahun 2010
Ratna Dewi
Penggunaan Lengkung Transpalatal dalam Perawatan Ortodonti
ix + 35 halaman
Beberapa tahun terakhir perkembangan ilmu kedokteran gigi sangatlah pesat
terutama pada alat dan teknik perawatan ortodonti. Pada perawatan ortodonti ada
beberapa cara untuk mencegah pergerakan gigi yang tidak diinginkan, salah satunya
adalah penggunaan lengkung transpalatal.
Lengkung transpalatal adalah suatu alat yang terbuat dari kawat berbahan
stainless steel berukuran 0,9 mm (0,036 inch) dengan atau tanpa loop. Lengkung
transpalatal dipasang melintang pada palatum yang menghubungkan molar pertama
maksila kanan dan kiri. Pada penggunaannya, terdapat indikasi dan kontra indikasi yang
harus diperhatikan agar tujuan penggunaannya dapat berhasil. Lengkung transpalatal
digunakan untuk menambah fungsi penjangkaran dan dapat juga digunakan untuk
mengoreksi maloklusi.
Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian GA, yang
kemudian dimodifikasi oleh Zachrisson BU. Penambahan implant juga dapat dilakukan
Proses pembuatan dan pemasangan lengkung transpalatal mudah dilakukan.
Aktivasi lengkung transpalatal juga perlu dilakukan agar alat berfungsi selain sebagai
penjangkar juga dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi.
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA
TANGGAL 22 JANUARI 2010
Oleh :
Pembimbing
(Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort) NIP. 19481230 197802 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ortodonti Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Berjudu l
PENGGUNAAN LENGKUNG TRANSPALATAL DALAM PERAWATAN ORTODONTI
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
050600047 RATNA DEWI
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Pada Tanggal 22 Januari 2010 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Susunan Tim Penguji Skripsi
Ketua Penguji
Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort NIP. 19481230 197802 2 002
Anggota Tim Penguji
Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort Siti Bahirah,drg
NIP. 19580828 198803 1 002 NIP. 19771116 20021 2 002
Medan, 25 Januari 2010 Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonti
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Penggunaan lengkung transpalatal dalam perawatan ortodonti” yang
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi pada
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini telah banyak menerima
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Nurhayati
Harahap, drg., Sp.Ort(K), selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan dan
kesabaran yang diberikannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda Cho Kiang dan Ibunda Dewi atas segala doa, semangat dan kasih
sayang serta dukungan moril dan materiil yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan S1 dengan baik.
Selanjutnya, secara khusus penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., PhD., Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku Ketua Departemen Ortodonti
3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort dan Siti Bahirah, drg selaku dosen penguji yang telah
4. Tjut Rostina, drg., M.Si dan Siti Chadidjah AZ, drg selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara terutama di Departemen Ortodonti.
6. Teman-teman seangkatan yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada
penulis, terutama kepada Ivna Pramita, Meilysa, Dina Amrina Raz, Puspa
Simanungkalit, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen
Ortodonti.
Medan, 18 Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 2 LENGKUNG TRANSPALATAL 2.1 Pengertian... 3
2.2 Indikasi dan Kontra indikasi 2.2.1 Indikasi... 4
2.2.2.1 Maloklusi Klas II dengan kehilangan premolar pertama atas... 10
2.2.2.2 Maloklusi Klas III non bedah... 10
2.2.2.3 Alergi... 11
2.3 Kerugian... 11
BAB 3 MACAM-MACAM LENGKUNG TRANSPALATAL 3.1 Lengkung transpalatal Goshgarian... 12
3.2 Lengkung transpalatal Zachrisson... 13
BAB 4 PEMBUATAN DAN PEMASANGAN
4.1 Komponen... 19
4.2 Cara Pembuatan... 19
4.2.1 Lengkung transpalatal cekat... 20
4.2.2 Lengkung transpalatal lepas... 22
4.3 Cara aktivasi dan pelepasan... 25
4.3.1 Cara aktivasi lengkung transpalatal... 26
4.3.1.1 Aktivasi inisial... 26
4.3.1.2 Aktivasi lanjutan... 28
4.3.2 Cara pelepasan lengkung transpalatal... 30
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Kesimpulan... 31
5.2 Saran... 32
DAFTAR GAMBAR
5. Lengkung transpalatal Goshgarian... 13
6. Lengkung transpalatal Zachrisson... 14
7. Lengkung transpalatal implant... 15
8. Pemasangan lengkung transpalatal implant secara langsung... 16
9. Pemasangan lengkung transpalatal implant secara tidak langsung... 18
10. Pembuatan lengkung transpalatal cekat... 21
11. Pembuatan lengkung transpalatal lepas... 24
12. Pembuatan loop midline dengan tang berkaki tiga... 24
13. Penyesuaian kawat dengan kontur palatum... 24
14. Penempatan lengkung transpalatal... 25
15. Adaptasi lengkung transpalatal... 25
16. Tahap akhir pengerjaan... 25
17. Aktivasi inisial lengkung transpalatal... 26
18. Penyesuaian anteroposterior... 27
19. Penyesuaian vertikal... 28
21. Koreksi inisial rotasi molar... 29
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonti
Tahun 2010
Ratna Dewi
Penggunaan Lengkung Transpalatal dalam Perawatan Ortodonti
ix + 35 halaman
Beberapa tahun terakhir perkembangan ilmu kedokteran gigi sangatlah pesat
terutama pada alat dan teknik perawatan ortodonti. Pada perawatan ortodonti ada
beberapa cara untuk mencegah pergerakan gigi yang tidak diinginkan, salah satunya
adalah penggunaan lengkung transpalatal.
Lengkung transpalatal adalah suatu alat yang terbuat dari kawat berbahan
stainless steel berukuran 0,9 mm (0,036 inch) dengan atau tanpa loop. Lengkung
transpalatal dipasang melintang pada palatum yang menghubungkan molar pertama
maksila kanan dan kiri. Pada penggunaannya, terdapat indikasi dan kontra indikasi yang
harus diperhatikan agar tujuan penggunaannya dapat berhasil. Lengkung transpalatal
digunakan untuk menambah fungsi penjangkaran dan dapat juga digunakan untuk
mengoreksi maloklusi.
Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian GA, yang
kemudian dimodifikasi oleh Zachrisson BU. Penambahan implant juga dapat dilakukan
Proses pembuatan dan pemasangan lengkung transpalatal mudah dilakukan.
Aktivasi lengkung transpalatal juga perlu dilakukan agar alat berfungsi selain sebagai
penjangkar juga dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi,
terutama di bidang ortodonti dewasa ini berkembang sangat pesat. Teknik perawatan
dan alat-alat baru yang dipublikasikan oleh para ahli untuk menangani
ketidakharmonisan oklusi berkembang dengan pesat.1
Perawatan ortodonti adalah suatu perawatan untuk memperoleh oklusi yang
normal dan harmonis baik posisi, fungsi maupun estetis dengan menggunakan pesawat
ortodonti.2 Pesawat ortodonti yang digunakan dapat berupa pesawat lepas maupun cekat dan dapat dikombinasi dengan beberapa alat yang berfungsi untuk memaksimalkan
perawatan.3-10 Salah satu komponen alat yang dapat digunakan untuk memaksimalkan perawatan adalah lengkung transpalatal.2-8,10-20
Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian RA di
Waukegan, Illinois pada tahun 1972.3,11-12 Banyak artikel yang membahas tentang keberhasilan perawatan penggunaan lengkung transpalatal sebagai alat stabilisasi dan
penjangkar.3-4,9,11-13,16,18,20-21 Lengkung transpalatal tidak hanya berfungsi sebagai stabilisasi dan penjangkar yang baik, tetapi juga berfungsi untuk mengoreksi maloklusi
yang cukup efektif. 2-3,5-8,11-12,14-19 Sejak pertama kali ditemukan sampai saat ini, ada beberapa jenis modifikasi lengkung transpalatal yang dibuat untuk menyesuaikan fungsi
Mengingat fungsi lengkung transpalatal yang sangat baik sebagai penjangkar
dan untuk mengoreksi maloklusi, maka perlu menelaah lebih lanjut mengenai
pemakaian alat ini dalam perawatan ortodonti.
1.2 Tujuan
Mengetahui dengan jelas pengunaan lengkung transpalatal sebagai penjangkar
dan untuk mengoreksi maloklusi dalam perawatan ortodonti.
1.3 Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana penggunaan lengkung
transpalatal sebagai penjangkar serta untuk mengoreksi maloklusi dalam perawatan
ortodonti.
1.4 Ruang lingkup
Pada tulisan ini akan dibahas tentang penggunaan lengkung transpalatal dalam
perawatan ortodonti, yaitu pengertian, indikasi dan kontra indikasi, kerugian,
macam-macam lengkung transpalatal, cara pembuatan dan pemasangan serta cara aktivasi dan
BAB 2
LENGKUNG TRANSPALATAL
Lengkung transpalatal merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam
perawatan ortodonti. Lengkung transpalatal juga dapat digunakan untuk mengoreksi
berbagai maloklusi. Lengkung transpalatal biasanya dipasang sampai tahap akhir
perawatan ortodonti.3-4
2.1 Pengertian
Lengkung transpalatal adalah suatu alat yang terbuat dari kawat stainless steel,
ataupun dari bahan alloy yang berdiameter 0,9 mm (0,036 inch).2-4,8,11,15,20 Lengkung ini dipatri pada bagian mesio lingual band molar dan melintang mengikuti kontur palatum
yang menghubungkan molar pertama pada kedua sisi.2-4 Letaknya kira-kira 1-2 mm dari mukosa palatum.3,8,10,13,19
Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian dengan atau
tanpa loop (Gambar 1).3,11,15 Terdapat dua tipe lengkung transpalatal, yaitu lengkung transpalatal cekat dan lepas kemudian mengalami variasi desain yang dikembangkan
a b
Gambar 1. Lengkung transpalatal dengan loop (a)24 dan tanpa loop (b)25
2.2 Indikasi dan Kontra indikasi
Penggunaan lengkung transpalatal memiliki indikasi dan kontra indikasi. Hal
ini dapat ditetapkan setelah diagnosa dan penetapan rencana perawatan.
2.2.1 Indikasi
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, lengkung transpalatal mempunyai
indikasi, antara lain:
2.2.1.1 Stabilisasi dan penjangkaran
Penjangkaran diperoleh dengan menghubungkan kedua molar maksila dengan
lengkung transpalatal.3-5,12,16 Stabilisasi dan penjangkaran ini dapat dicapai setelah posisi molar telah dikoreksi.3-4 Evaluasi untuk melihat posisi molar yang baik susunannya dalam rahang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menarik garis
dari tonjol distobukal gigi molar pertama ke tonjol mesiolingual melintasi gigi kaninus
pada sisi berlawanan dan permukaan bukal molar maksila terletak dalam posisi yang
Lengkung transpalatal menahan kecendrungan molar untuk rotasi ke arah
mesial disekitar akar lingual.3,5,11,14-15 Penjangkaran dengan lengkung transpalatal cukup baik, namun pada kasus yang membutuhkan penjangkaran maksimum, penggunaan
lengkung transpalatal dapat didukung oleh traksi ekstraoral ataupun dengan bantuan
implant yang dipasang pada palatum pasien.3,8-10,13,21
a b
Gambar 2. Evaluasi posisi molar. Garis dari tonjol mesiolingual dan distobukal dari molar ditarik melintasi gigi kaninus di sebelah sisi (a) dan permukaan bukal molar maksila yang sejajar satu sama lain dalam oklusi ideal (b)3
Penjangkaran adalah salah satu aspek terpenting dalam rencana perawatan
ortodonti.8-9,13,21 Penjangkaran didefinisikan sebagai perlawanan terhadap pergerakan gigi yang tidak diinginkan dalam menutup ruang bekas pencabutan (Gambar 3a).8,19-20 Kebutuhan penjangkaran pada rencana perawatan bervariasi pada tiap individu, mulai
dari dibenarkan adanya pergerakan dalam jumlah terbatas hingga tidak dibenarkan sama
sekali adanya pergerakan gigi posterior ke mesial untuk menyempurnakan penutupan
ruang.8 Kebutuhan penjangkaran diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan penutupan ruang bekas pencabutan.
Bila hanya molar pertama yang tersedia sebagai penjangkar di bagian posterior
molar berada dalam posisi Klas II penuh dan tidak diinginkan adanya kegagalan
penjangkaran, penggunaan lengkung transpalatal sangat dianjurkan.3,13,20 Penjangkaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:8
1. Penjangkaran grup A, termasuk perawatan kritis dari posisi gigi posterior
karena 75% atau lebih ruang bekas pencabutan dibutuhkan untuk retraksi gigi anterior
(Gambar 3b). Kebutuhan penjangkaran pada gigi posterior adalah maksimal.
2. Penjangkaran grup B, dimana penutupan ruang simetris relatif sama dengan
pergerakan dari gigi posterior dan anterior dalam menutup ruang. Kasus ini terkadang
lebih sulit dalam masalah penutupan ruang, karena di satu sisi dibutuhkan penjangkaran
tapi juga pergerakan dari gigi posterior (Gambar 3c).
3. Penjangkaran grup C, yang termasuk perawatan non-kritis dari gigi posterior
karena 75% atau lebih ruang bekas pencabutan dicapai dengan pergerakan ke mesial
dari gigi posterior. (Gambar 3d).
Lengkung transpalatal digunakan pada masa gigi bercampur tahap akhir dan
masa gigi permanen.3-4 Lengkung ini dapat digunakan untuk perawatan kasus ekstraksi dan non-ekstraksi.3 Penggunaan yang rutin dari lengkung transpalatal selama peralihan masa gigi bercampur tahap akhir hingga masa gigi permanen, sangat diindikasikan
Leeway space diperlukan pada pergantian gigi molar dua susu ke premolar dua
permanen. Leeway space adalah kelebihan ruang yang tersedia saat gigi kaninus dan
molar pertama desidui digantikan oleh gigi kaninus dan premolar permanen.Ruang ini
biasanya lebih besar pada rahang bawah daripada rahang atas.13-14,27 Besarnya ruang pada rahang bawah sekitar 2,5 mm dan rahang atas sekitar 1,5 mm.14 Kelebihan ruangan ini dimanfaatkan untuk mendapatkan tempat bagi gigi anterior, sedangkan pada oklusi
normal akan tertutup pada perkembangan oklusi selanjutnya atau terjadi pergeseran
molar pertama permanen ke mesial.27
2.2.1.2 Mengoreksi maloklusi
Maloklusi yang dapat dikoreksi dengan lengkung transpalatal, antara lain:
2.2.1.2.1 Mengoreksi rotasi molar
Rotasi pada gigi molar pertama maksila biasanya ditemukan pada maloklusi
Klas II. Molar pertama maksila sering ditemukan mengalami rotasi pada tonjol
mesio-bukal dalam arah mesial daripada arah distal. Rotasi molar juga bisa terjadi akibat
proses penutupan ruangan.3, 14-16
Koreksi rotasi molar pertama maksila dicapai dengan merotasikan molar dalam
arah distolingual disekitar akar lingual (Gambar 4).Penambahan ruang sekitar 1-2 mm
dari panjang lengkung di setiap sisinya dapat membantu memperbaiki maloklusi.
Gambar 4. Koreksi rotasi molar sehingga didapatkan penambahan ruang 1-2 mm.3
2.2.1.2.2 Distalisasi molar
Distalisasi molar maksila dapat diperoleh dengan pengaktifan alat secara
unilateral. Perputaran ditempatkan pada salah satu lengan lengkung transpalatal,
kemudian pada lengan yang lain posisinya dirotasikan kedalam sehingga menghasilkan
suatu daya untuk distalisasi.3 Koreksi dilakukan pada sisi sebelah kanan dan kiri. Penyesuaian yang sama dapat dilakukan pada sisi yang berlawanan setelah 6-8 minggu
kemudian.3-4,10,13
Menggerakkan gigi ke mesial lebih mudah daripada menggerakkan gigi ke
distal, karena lebih banyak tahanan pada pergerakan untuk mendistalisasi. Keberhasilan
distalisasi molar tergantung pada banyaknya penjangkaran yang tersedia, antara lain
stabilitas relatif dari palatum, jaringan lunak, rugae palatina dan tulang kortikal yang
2.2.1.2.3 Pergerakan molar tambahan
Pelintir akar lingual dan akar bukal dapat dilakukan dengan lengkung
transpalatal sebagai pergerakan molar tambahan.Sejumlah ekpansi atau kontraksi dari
lebar transpalatal dapat dilakukan dengan lengkung transpalatal.3-4 Pergerakan molar tambahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara perluasan loop omega yang terletak
di midline dan mengubah arah loop dari arah distal ke arah mesial, sehingga tekanan
yang tanpa disadari dari lidah dapat menghasilkan daya intrusif pada gigi-geligi.3,14-15,17
2.2.2 Kontra indikasi
Kontra indikasi penggunaan lengkung transpalatal, antara lain:
2.2.2.1 Maloklusi Klas II dengan kehilangan premolar pertama atas
Maloklusi Klas II dengan posisi molar edge to edge dan kehilangan premolar
pertama atas kontraindikasi untuk pemakaian lengkung transpalatal, karena pemasangan
lengkung transpalatal menghalangi pergerakan molar pertama atas untuk mencapai
oklusinya.3
2.2.2.2 Maloklusi Klas III non bedah
Maloklusi Klas III non bedah kontraindikasi untuk pemakaian lengkung
transpalatal karena posisi yang lebih ke mesial pada bagian bukal gigi molar pertama
maksila diharapkan dapat membantu menyamarkan ketidaksesuaian rahang di bagian
2.2.2.3 Alergi
Pemakaian lengkung transpalatal dapat menyebabkan alergi yang disebabkan
karena bahan stainless steel ataupun logam yang merupakan bahan dasar pembuatan
lengkung transpalatal.24-25 Oleh karena itu, sebelum pemasangan harus dilakukan uji sensitivitas bahan. Walaupun jarang dialami, tetapi bisa terjadi karena riwayat genetik
dan daya adaptasi tubuh yang tidak sesuai terhadap bahan tersebut. Alergi yang biasa
terjadi adalah dermatitis kontak intraoral.25 Gingiva di bagian posterior terkadang mengalami hipertropi setelah pemakaian beberapa bulan.24 Klinisi harus mencari alat lain untuk perawatan pada pasien yang menderita alergi.25
2.3 Kerugian
Kerugian dari pemakaian lengkung transpalatal adalah terjadinya iritasi
jaringan lunak. Iritasi yang terjadi pada jaringan lunak disebabkan oleh tingkat toleransi
yang bervariasi pada masing-masing individu.3,16-18
Oleh karena itu, lengkung transpalatal tidak boleh berkontak rapat dengan
mukosa, harus ada jarak kurang lebih sekitar 1-3 mm.3,8 Saat posisi lengkung transpalatal posisinya mendekati jaringan palatum, lengkung transpalatal dapat menekan
BAB 3
MACAM-MACAM LENGKUNG TRANSPALATAL
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, ada berbagai
macam lengkung transpalatal. Lengkung transpalatal mengalami perkembangan dan
modifikasi untuk menyesuaikan koreksi maloklusi yang ditemui di klinik.
Perkembangan yang dialami mencakup perubahan jumlah dan bentuk loop, arah loop,
maupun cara pemasangan loop pada palatum pasien.
Macam-macam lengkung transpalatal, yaitu:
1. Lengkung transpalatal Goshgarian
2. Lengkung transpalatal Zachrisson
3. Lengkung transpalatal implant
3.1 Lengkung transpalatal Goshgarian
Lengkung transpalatal Goshgarian merupakan jenis lengkung transpalatal
pertama, sehingga sering dikatakan bahwa lengkung transpalatal Goshgarian adalah
lengkung transpalatal konvensional.3,11-12
Lengkung transpalatal Goshgarian hanya terdiri dari satu buah loop yang terletak
di tengah dan loopnya mengarah ke distal, terbuat dari kawat stainless steel berdiameter
Gambar 5. Lengkung transpalatal Goshgarian dengan satu buah loop yang terletak di midline.30
3.2 Lengkung transpalatal Zachrisson
Lengkung transpalatal Zachrisson dikembangkan oleh Zachrisson BU, terdiri
dari tiga buah loop dan terbuat dari kawat stainless steel berukuran 0,9 mm jenis Blue
Elgiloy.10,31 Alat ini merupakan modifikasi dari lengkung transpalatal Goshgarian. Perbedaan lengkung transpalatal Zachrisson dengan Goshgarian terletak pada
jumlah dan bentuk loop. Loop yang terletak di tengah lebih besar dan panjang daripada
loop model Goshgarian, serta ada tambahan dua loop kecil yang terletak simetris
bersisian dengan loop yang terletak di tengah. Loop tengah mengarah ke mesial dan dua
loop tambahannya mengarah ke distal (Gambar 6).5,10,32
Kedua loop kecil yang mengarah ke distal akan menambah fleksibilitas kawat,
sehingga pemasangannya kedalam sheath lebih mudah.10,3-31-32 Ukuran dan adaptasi lengkung kawat tergantung pada kelengkungan palatum pasien. Terminal ends lebih
panjang agar memudahkan pekerjaan dan lebih terjaminnya keamanan pada lingual
Gambar 6. Lengkung transpalatal Zachrisson yang memiliki sebuah loop yang terletak ditengah yang mengarah ke mesial dan dua loop tambahan yang mengarah ke distal.32
3.3 Lengkung transpalatal implant
Pengembangan lengkung transpalatal implant baru berkembang dewasa ini. Hal
ini disebabkan ketidakpuasan klinisi terhadap fungsi stabilisasi dan penjangkaran
lengkung transpalatal cekat maupun lepas.9,21-23 Menurut penelitian Wehrbein, kegagalan penjangkaran yang disebabkan oleh lengkung transpalatal lepas dan cekat
adalah sekitar 0,5-1 mm. Fungsi penjangkaran maksimal yang didapat dengan
pemasangan implant disebut juga dengan penjangkaran skeletal atau penjangkaran
absolut.21
Cara pemasangan lengkung transpalatal implant sama saja dengan lengkung
transpalatal cekat. Perbedaannya hanya terletak pada adanya sekrup yang diimplant
pada palatum (Gambar 7). Sebelum pemasangan lengkung transpalatal, palatum pasien
Gambar 7. Lengkung transpalatal yang ditambah dengan pemasangan implant agar fungsi penjangkaran maksimal9
Tahap pemasangan lengkung transpalatal implant ada dua cara, yaitu secara
langsung dengan bonding dan secara tidak langsung dengan pencetakan. Tahap
pemasangan lengkung transpalatal secara langsung adalah:9
1. Palatal sheath dari molar band dibuka pada permukaan oklusal dengan
menggunakan bur diamond sehingga lengkung transpalatal dapat didorong atau ditarik
ke oklusal (Gambar 8a).
2. Sebuah penghubung yang terbuat dari kawat berbahan stainless steel
berukuran 0,9 mm dipatrikan pada tutup implant.
3. Penutup palatal implant ditempatkan dan di sematkan dengan sekrupnya.
Ujung kawat dari penghubung kecil harus bersilangan dengan lengkung transpalatal dan
dibengkokkan dari arah distal ke mesial (Gambar 8b). Daerah penghubung kecil yang
menyilang di haluskan dengan sandblaster.
4. Lengkung transpalatal disematkan pada tube dengan ligatur berbahan stainless
steel berukuran 0,001 inci dan dilindungi dengan resin komposit agar tidak mengalami
5. Metal primer, sealer dan pasta light-cure digunakan untuk mem-bonding
penghubung kecil (Gambar 8d).
a b
c d
Tahap pemasangan lengkung transpalatal secara tidak langsung adalah:23,34 1. Cetakan berbahan alginate dibuat untuk mendapatkan model studi.
2. Stone cast dan custom tray dibuat di laboratorium. Custom tray digunakan
untuk memperoleh master cast dan adanya celah pada bagian oklusal untuk penempatan
implant (Gambar 9).
3. Cetakan yang sudah ada coping dipasang diatas implant (Gambar 10a).
4. Cetakan silikon dan master cast dengan replika implant dibuat di
laboratorium (Gambar 10b).
5. Lengkung transpalatal dengan penghubung palatal implant dibuat dengan
mengadaptasikan kawat baja yang mempunyai kelenturan yang minimal (kaku)
berukuran 1,2 mm pada palatum, kemudian dipatri pada penutup implant.
6. Penutup implant dipasang pada implant dengan sekrup dan lengkung
a b
c d
BAB 4
PEMBUATAN DAN PEMASANGAN
Lengkung transpalatal dapat dibuat dalam bentuk cekat ataupun lepas,
tergantung pada pilihan klinisi. Pada bab ini akan dibahas mengenai cara pembuatan
dan cara pemasangannya.
4.1 Komponen
Komponen-komponen yang diperlukan dalam pembuatan lengkung transpalatal
adalah:3-5,10-11
1. Kawat stainless steel Blue Elgiloy yang berukuran 0,9 mm.
2. Band yang dipasangkan pada molar pertama maksila.
3. Sheath, bila lengkung transpalatal yang dibuat adalah jenis lepas dan dipasang
pada bagian lingual.
4.2 Cara pembuatan
Cara pembuatan lengkung transpalatal, baik yang cekat ataupun lepas hampir
sama tetapi terdapat sedikit perbedaan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam hal
cara pembuatan lengkung transpalatal Goshgarian maupun Zachrisson. Letak
perbedaannya hanya pada pembuatan bentuk loop.10-11 Pada penulisan skripsi ini sebagai contoh digunakan lengkung transpalatal Zachrisson untuk cara pembuatan
lengkung transpalatal lepas, sedangkan untuk yang cekat digunakan lengkung
4.2.1 Lengkung transpalatal cekat
Langkah-langkah dalam membuat lengkung transpalatal cekat adalah:3,33
1. Molar band dipaskan pada gigi molar pertama maksila. Lalu dibuat adonan
cetakan dari bahan alginat, kemudian band dilepaskan dari gigi. Tuangkan adonan
cetakan dan ditutup rapat dengan sticky wax.
2. Setelah model kerja dituang dan dirapikan, perlekatan lingual dari band jika
ada dilepaskan.
3. Gunakan bur fisur cross-cut untuk membuang 1-2mm kelebihan dental stone
dibelakang permukaan lingual dari band, kecuali kalau wax sebelumnya telah
ditempatkan pada daerah tersebut.
4. Gambarkan dua buah garis pada model kerja dengan menggunakan pensil,
garis vertikal pada bagian ujung mesial dan garis horizontal pada bagian oklusal tube
molar (Gambar 10a). Bagian midline palatum juga ditandai dengan garis vertikal
menggunakan pensil (Gambar 10b).
5. Lengkung transpalatal dibuat dengan menggunakan kawat stainless steel
berukuran 0,9 mm atau 0,036 inci dan berjarak 1-3 mm dari daerah palatal. Kawat
dibengkokkan tegak lurus ke arah distal (Gambar 10c). Kemudian kawat dijepit dengan
menggunakan tang (Gambar 10d dan 10e).
6. Kawat harus berkontak dengan molar band pada sudut garis mesio lingual
untuk memudahkan pergerakan rotasi.
7. Setelah kawat dibentuk, gunakan mortite atau clay untuk melindungi daerah
8. Lepaskan band dari model kerja dan patrikan kawat pada permukaan lingual
dari molar band. Tahap terakhir, bagian-bagian lengkung transpalatal dihaluskan,
dikilatkan dan disterilkan.
a b
c d
e f
4.2.2 Lengkung transpalatal lepas
Langkah-langkah dalam membuat lengkung transpalatal lepas adalah:3,10
1. Pasang band yang sesuai pada molar pertama maksila. Lalu molar bands
tersebut dipatri menjadi satu dengan lingual sheath, kemudian lakukan pencetakan
menggunakan bahan cetak alginate dengan posisi band tetap pada tempatnya.
2. Bila molar band terlepas setelah pencetakan dengan hati-hati tempatkan band
dalam cetakan dan band sticky wax pada tempatnya. Tambahkan satu lapisan wax tipis
pada bagian dalam band dan tuangkan cetakan dengan bahan plaster atau dental stone.
3. Ukur jarak antar sheath ke sheath yang melintang sepanjang palatum
menggunakan brass wire dan gunakan standar lengkung Goshgarian sebagai patokan
(Gambar 11a). Lebar jarak transpalatal juga dapat diukur dengan menggunakan
penggaris plastik yang fleksibel.
4. Mulailah membengkokkan kawat dalam satu kali penyelesaian menggunakan
tang Adams 135 L (Gambar 11b). Gunakan juga dua tang lainnya yang serupa untuk
menjepit bagian ujung kawat agar benar-benar rapat (Gambar 11c).
5. Tang paruh burung digunakan untuk membentuk loop yang terletak di midline
dan juga dua loop tambahan (Gambar 12a dan 12b). Ulangi pengerjaan pada sisi lainnya
untuk menghasilkan lengkungan kawat (Gambar 12c).
6. Setelah lengkungan kawat terbentuk, kurva palatal di tempatkan dengan tang
berkaki tiga (Gambar 13a). Persyaratan desain minimal tapi yang cukup penting diingat
adalah kawat harus berjarak dengan jaringan palatum sekitar 1-3 mm. Jangan pernah
mencegah mengenai gingiva yang berdekatan dengan molar band (Gambar 13b).
Selanjutnya, kedua loop tambahan harus beradaptasi dengan celah palatal (Gambar
13c).
7. Perputaran akar bukal dan perputaran kawat dihasilkan dengan menggunakan
tang Adams 135 L (Gambar 14a). Kemudian lengkungan kawat disisipkan ke dalam
lingual sheath dari sebelah mesial (Gambar 14b). Lengkung kawat ditekan kedalam
lingual sheath menggunakan tang Adams (Gambar 14c).
8. Lengkung transpalatal mudah beradaptasi rapat dengan bentuk palatum
dengan menekan kawat menggunakan tang agar sesuai kontur palatum (Gambar 15a dan
15b).
9. Saat beradaptasi dengan optimal, kawat dipanaskan dengan menggunakan
kabel elektrik untuk meminimalkan berbagai tekanan yang dapat terjadi pada kawat saat
melentingkan kawat (Gambar 15c). Cegah agar kawat tidak terlalu panas, ditandai
dengan kawat berubah warna menjadi kecoklatan.
10. Cairkan wax pada band dengan elektroda pada perlekatan sebelah labial dan
lingual (Gambar 16a). Kepasifan lengkung transpalatal dapat dicek saat dilonggarkan
dari cetakan gips (Gambar 16b). Terakhir, bagian dalam band dibersihkan dan
Gambar 11. Pembuatan lengkung transpalatal lepas. (a) Pengukuran jarak antara lingual sheath sepanjang palatum menggunakan brass wire. (b) Membuat tekukan menggunakan tang Adams 135 L. (c) Menekan bagian ujung menggunakan dua buah tang Adams 135 L.10
Gambar 12. Membuat loop midline menggunakan tang berkaki tiga. (a) Pembuatan loop tambahan. (b) Pembuatan loop midline dan dua loop tambahan. (c) Hasil pembuatan kawat.10
Gambar 14. Adaptasi dan penempatan lengkung transpalatal. (a) Menggunakan tang Adams untuk membuat perputaran dan rotasi. (b) Penyisipan dari sebelah mesial lingual sheath. (c) Kawat ditekan kedalam lingual sheath menggunakan tang Adams.10
Gambar 15. Adaptasi lengkung transpalatal. (a) Menekan kawat dengan tang agar cocok dengan kontur palatal. (b) Jarak celah palatum harus 0,5-1mm (c) Pemberian panas dengan kabel elektrik.10
Gambar 16. Tahap akhir pengerjaan (a) Mencairkan wax dibagian dalam band. (b) Mengecek kepasifan kawat. (c) Penggunaan sandblaster di bagian dalam molar band.10
4.3 Cara aktivasi dan pelepasan
Lengkung transpalatal yang telah dibuat harus diaktivasi agar berfungsi untuk
mengoreksi rotasi molar. Berikut adalah cara aktivasi atau penyesuaian lengkung
4.3.1 Cara aktivasi lengkung transpalatal
Cara aktivasi lengkung transpalatal pada pesawat cekat maupun lepas
prosedurnya adalah sama. Hanya saja diperlukan dua tahap aktivasi, yaitu tahap aktivasi
inisial dan tahap aktivasi lanjutan.3,7
4.3.1.1 Aktivasi inisial
Setelah mengepaskan band di dalam mulut, lengkung transpalatal dilepaskan
dan dievaluasi. Rotasi ke mesial dari molar maksila akan terjadi, yang diindikasikan
dengan orientasi molar tube yang sejajar dengan dataran sagital (Gambar 17a). Pelintir
akar bukal juga akan terlihat jelas (Gambar 17b).
a b
Gambar 17. Aktivasi inisial lengkung transpalatal. (a) Molar tube sejajar dengan dataran sagital. (b) Aktivasi untuk koreksi pelintir akar bukal.3
Bagi beberapa klinisi mungkin agak sulit untuk membayangkan dengan jelas
aktivasi tiga dimensi dari lengkung transpalatal. Aktivasi dibagi menjadi dua
1. Penyesuaian perputaran (anteroposterior)
Penyesuian tahap ini biasanya dilakukan dengan tang Weingart. Dalam upaya
untuk mengoreksi rotasi molar, persambungan patri pada lengkung transpalatal
dipegang dengan ujung tang Weingart (Gambar 18a). Jari telunjuk pada tangan yang
berlawanan digunakan untuk mendorong lengkung transpalatal lebih ke posterior
dengan tekukan yang terdapat dekat dengan persambungan patri (Gambar 18b).
a b
Gambar 18. Penyesuaian anteroposterior. (a) Tang Weingart untuk memegang molar band. (b) Perpindahan rotasi dihasilkan oleh jari telunjuk yang menekan lengkung transpalatal.3
2. Penyesuaian vertikal atau transversal
Pengoreksian pelintir akar bukal dilakukan dengan memegang band
menggunakan tang Weingart pada persambungan patri (Gambar 19a). Jari telunjuk atau
ibu jari mengubah posisi kawat dengan menekan ke arah oklusal (Gambar 19b).
Pada akhir aktivasi setelah penyesuaian selesai dikerjakan, selanjutnya harus
diperiksa bagian bukal kanan molar band sudah sejajar dengan dataran sagital (Gambar
20a). Permukaan oklusal dari molar band harus tegak lurus dengan dataran sagital
a b
Gambar 19. Penyesuaian vertikal. Tang Weingart digunakan untuk memegang molar band pada persambungan patri. (b) Jari telunjuk menekan lengkung lebih ke bawah sehingga akan menghasilkan pelintir akar bukal.3
a b
Gambar 20. Posisi setelah aktivasi inisial. (a) Bagian bukal kanan molar band sejajar dengan dataran sagital. (b) Permukaan oklusal dari molar band tegak lurus dengan dataran sagital.3
4.3.1.2 Aktivasi lanjutan
Sekitar 6-8 minggu setelah aktivasi inisial, alat dilepaskan dari mulut pasien.
Saat dilepaskan pasien akan merasa tidak nyaman, sehingga klinisi sebaiknya
melepaskan band dari arah lingual atau palatal agar pasien merasa nyaman dan mudah
penanganannya.3 Setelah alat dilepaskan, band dan gigi geligi dibersihkan dari sisa semen yang melekat. Sisi yang sebelumnya pasif, sekarang diaktifkan menggunakan
Rotasi molar dihasilkan dengan membengkokkan lengkung transpalatal lebih ke
posterior (Gambar 22a). Pelintir akar bukal diperoleh dengan menekan kawat ke posisi
oklusal (Gambar 22b). Sebelum sementasi dilakukan, seperti setelah aktivasi inisial,
klinisi harus yakin bahwa tube bagian bukal sejajar satu sama lain dan dengan dataran
sagital (Gambar 22c). Permukaan oklusal molar band harus terletak sejajar satu sama
lain dan tegak lurus dengan dataran sagital (Gambar 22d). Jika alat tidak diaktivasi
secara sempurna dapat menyebabkan perputaran gigi yang berlebihan atau gigi tipping.
Gambar 21. Koreksi inisial rotasi molar. Aktivasi lengkung transpalatal di sisi kanan (A kiri) Setelah molar band kiri ditempatkan (B kiri)
Gambar 22. Penyesuaian lanjutan. (A) Menekan kawat ke arah posterior. (B) Menekan kawat ke arah oklusal. (C) Posisi molar band terletak sejajar. (D) Posisi molar band tegak lurus dengan dataran sagital.3
4.3.2 Cara pelepasan lengkung transpalatal
Lengkung transpalatal dilepaskan dari rongga mulut bila koreksi ataupun
penjangkaran yang diinginkan telah tercapai. Langkah-langkah pelepasan lengkung
transpalatal adalah:10
1. Kawat yang melintang di sepanjang palatum dipotong dengan tang.
2. Molar band yang terpasang pada gigi molar pertama maksila dilepaskan
perlahan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Lengkung transpalatal merupakan salah satu alat ortodonti yang digunakan
untuk mempertahankan penjangkaran pada masa gigi bercampur dan juga dapat
digunakan untuk mengoreksi maloklusi. Maloklusi yang dapat dirawat dengan alat ini
antara lain mengoreksi rotasi molar maksila, distalisasi molar, dan pergerakan molar
tambahan. Alat ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert A. Goshgarian pada tahun
1972, kemudian dimodifikasi bentuknya oleh Björn U. Zachrisson.
Alat ini dipasangkan pada molar pertama maksila pasien dengan kawat yang
melintasi palatum. Pemasangannya dapat berupa pesawat lepas maupun cekat,
tergantung pada pilihan klinisi. Cara pemasangan lengkung transpalatal lepas adalah
dengan cara memasukkan ujung kawat ke dalam sheath, sedangkan cekat dengan cara
dipatri atau disolder. Pemakaian lengkung transpalatal juga memiliki kerugian yaitu
iritasi jaringan lunak, terutama palatum dan menyebabkan alergi bagi sebagian pasien.
Pemasangan lengkung transpalatal lepas maupun cekat ternyata tidak maksimal,
karena ditemui adanya pergeseran sehingga untuk memantapkan fungsi stabilisasi dan
penjangkaran, maka lengkung transpalatal dimodifikasi lagi dengan cara melubangi
palatum yang kemudian dipasangi sekrup. Sekrup tersebut dikunci bersama dengan
5.2 Saran
Lengkung transpalatal paling baik digunakan pada masa gigi bercampur dan
untuk hasil yang maksimal, klinisi harus memperhatikan indikasi dan kontra indikasi
yang ada serta jenis lengkung transpalatal yang sesuai untuk pasien.
Klinisi juga harus mengungkapkan kepada pasien bahwa ada kerugian yang
ditimbulkan oleh pemasangan alat ini, sehingga perawatan bisa berjalan optimal tidak
DAFTAR PUSTAKA
1. Koesoemahardja HD. Sistem kompleks dentofasial. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 1998: 2
2. Williams JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Alat-alat ortodonsi cekat. Alih Bahasa. Susetyo B. Jakarta:EGC, 2000: 2,131-132
3. McNamara JA, Brudon WL. Orthodontic and orthopedic treatment in the mixed dentition. Ann Arbor, Mich: Needham Press, 1994 : 179-191
4. Graber TM. Orthodontics current principles and techniques. USA: Mosby. 1994:507-541
5. Gündüz E, Zachrisson BU, Hönigl KD, Chrismani AG, Bantleon HP. An improved transpalatal bar design,Part II: Clinical upper molar derotation-case report. Angle orthod. 2003;73(3):244-248
6. Accutech Orthodontics Lab. Products Fixed Appliances. (12 September 2008)
7. Anonymous. Expansion/arch development.
September 2008)
8. Nanda R. Biomechanics and esthetic in clinical orthodotics. Philadelphia: Elsevier. 2005:182,194-196,312-313
9. Crismani AG, Bernhart T, Bantleon HP, Kucher G. An innovative adhesive procedure for connecting transpalatal arches with palatal implants. Eur J Orthod. 2005;27:226-230
10. Zachrisson BU. Clinical use of custom made transpalatal arches-why and how.
2008)
11. Gündüz E, Zachrisson BU, Hönigl KD, Chrismani AG, Bantleon HP. An improved transpalatal bar design,Part I: Comparison of oments and forces delivered by two bar design for symmetrical molar derotation. Angle Orthod. 2003;73(3):239-243
12. Wallis C, Vasir NS, Waters NE. A simplified method of attachment for the quadhelix and transpalatal arch. Br J Orthod. 1998;25:263-267
13. Eyüboğlu S, Bengi AO, Gürton AU, Akin E. Asymmetric maxillary first molar
14. Dahlquist A, Gebauer U, Ingervall B. The effect of a transpalatal arch for the correction of first molar rotation. Eur J Orthod. 1996;18:257-267
15. Ingervall B, Hönigl K, Bantleon HP. Moments and forces delivered by transpalatal arches for symmetrical first molar rotation. Eur J Orthod. 1996;18:131-139
16. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics 4th ed. USA:Mosby, 2007:101,579-580
17. Wise J, Magness B, Powers J. Maxillary molar vertical control with the use of transpalatal arches. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1994;106(4):403-408
18. Ingervall B, Göllner P, Gebauer U, Fröhlich K. A clinical investigation of the correction of unilateral first molar crossbite with a transpalatal arch. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1995;107(4):418-425
19. Baldini G, Luder HU. Influence of arch shape on transverse effect of transpalatal arches of Goshgarian type during application of buccal root torque. Am J Orthod Dentofacial Orthop.1982;81:202-208
20. Young DR. Orthodontic products update. Removable quadhelix and transpalatal arches. Br J Orthod. 1997;24(3):248-256
21. Chrismani AG, Celar AG, Burstone CJ, Bernhart TG, Bantleon HP, Mittlboeck M. Sagital and vertical load-deflection and permanent deformation of transpalatal arches connected with palatal implants: an in-vitro study. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007;131:742-52
22. Celenza F. A case for absolute anchorage. J California Dent Assoc. 2004;32(12):979-982
23. Chrismani AG, Benhart T, Baier C, Bantleon HP, Kucher G. Chair-side procedure for connecting transpalatal arches with palatal implants. Eur J Othod. 2002;24:337-42
24. Anonymous.
25. Anonymous.
28. Schultz JC, Connelly E, Glesne L, Warshaw EM. Cutaneous and oral eruption from oral exposure to nickel in dental braces.
29. Counts AL, Miller MA, Khakhria ML, Strange S. Nickel allergy associated with a transpalatal appliance. J Orofac Orthop. 2002;63(6):509-15 (abstrak)
30. McNamara JA, McClatchey LM, Burkhardt DR, Nolan PJ. Transpalatal arch:
permanent dentition.
31. Papadopoulos MA. Orthodontic treatment of class II non-compliant patient: current principles and techniques. USA: Mosby. 2006:226-27
32. Zachrisson BU. Bjorn U Zachrisson on current trends in adult treatment part 2. J Clin Orthod. 2005:39(5):295
33. Lanabauskaite B, Jankauskas G, Vasiliauskas A, Haffar N. Implants for orthodontic anchorage. Baltic Dent and Maxillofacial J. 2005;7:128-132