• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

1

TRICHOMONAS VAGINALIS

Yunilda Andriyani

Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sumatera Utara

Abstract :

Trichomonas vaginalis is a pathogenic protozoan, commonly found in the human

genitourinary tract. Transmitted primarily by sexual intercourse. It is an ovoid

organism, motility is brought by flagellas, and cysts stage are not formed.

Trichomonas vaginalis causes trichomoniasis in both women and men, which is

implicated in various other genitourinary syndromes.

(2)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

2 Pendahuluan

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di traktus genitourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan malalui hubungan seksual, yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria. Diperkirakan lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi parasit ini.(1) Oleh karena itu Trichomonas vaginalis menjadi sangat menarik untuk dipelajari, apalagi telah dilakukan studi yang mengindikasikan bahwa infeksi Trichomonas vaginalis meningkatkan transmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau dapat mengakibatkan keganasan pada servix.(1,2,3,4,5,6,7)

Taksonomi dan Sejarah Penemuan Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis, merupakan protozoa dari super-class Mastigophora (Diesing, 1866), class Zoomastigophora (Calkins, 1909), ordo Trichomonadina (Kirby, 1947), dan famili Trichomonadidae (Chalmers dan Pekola, 1918). Famili Trichomonadidae ini kemudian oleh Honigberg (1946) dibagi menjadi subfamili Trichomonadinae (dengan genus Trichomonas dan Pentatrichomonas) dan Tritrichomonadinae.

(3)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

3 Dua tahun kemudian, Ehrenberg memastikan penemuan Donné dan memberikan nama pada protozoa ini yaitu Trichomonas vaginalis.

Pada tahun 1884, Marchand menemukan Trichomonas vaginalis pada traktus urinarius pria.

Selama 50 tahun selanjutnya, penelitian tentang Trichomonas vaginalis tidak begitu menarik perhatian para ilmuwan. Mereka lebih tertarik mempelajari diagnosis dan pengobatan gonorrhoe dan syphillis sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dan baru pada tahun 1916 Hoehne melaporkan bahwa Trichomonas vaginalis adalah suatu flagellata yang patogenik karena ia menemukan kolpitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Penelitian tentang protozoa ini terus berkembang hingga pada tahun 1943 oleh Allison trichomoniasis direkomendasikan sebagai salah satu penyebab penting penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Dari beberapa species Trichomonas (Trichomonas vaginalis, Trichomonas tenax, dan Pentatrichomonas hominis), yang bersifat parasit patogen pada manusia hanya Trichomonas vaginalis. (1,2)

Morfologi dan Biologi

(4)

melengkung di ujungnya sebagai alat geraknya yang ‘maju-mundur’. Flagella kelima melekat ke undulating membrane dan menjuntai ke belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai axostyle. (1,2,3,7,8,9,10)

Keterangan gambar : (2)

A. Flagella E. Parabasal body dan filamen B. Blepharoplast F. Nukleus

C. Axostyle G. Undulating membrane D. Granula kromatin

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

(5)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

5 Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya dengan cara membelah diri (binary fision), dan inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Jadi tidak heran bila dalam beberapa hari saja protozoa ini dapat berkembang mencapai jutaan. Tidak seperti protozoa lainnya, Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista. (1,2,3,8,9,10)

Sel-sel Trichomonas vaginalis memiliki kemampuan untuk melakukan fagositisis. Vakuola, partikel, bakteri, virus, atau pun leukosit dan eritrosit (tetapi jarang) dapat ditemukan di dalam sitoplasma. Pada infeksi yang ditemukan bercampur dengan Neisseria gonorrhoe, Mycoplasma hominis, atau Chlamydia trachomatis, maka kebanyakan gonococcus akan dibunuh dalam waktu 6 jam, dan semua mycolasma akan dibunuh dalam waktu 3 jam. Belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh Chlamydia trachomatis, tetapi belum ada bukti yang menunjukkan Chlamydia trachomatis dapat bertahan hidup bila dijumpai infeksi campuran dengan Trichomonas vaginalis.(1)

Untuk hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37°C, pH antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik perumbuhannya pada pH berkisar 5,5 dan 6. Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau dikeringkan..(1,2,8)

(6)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

6 Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih segar, dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas beserta pergerakannya. Selain dari sekret vagina, protozoa ini dapat juga kita temukan dalam urine. Tetapi sediaan dari sekret vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati, apalagi pada urine bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk membedakannya. (2,3,9)

Epidemiologi

Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Dan ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat dudukan toilet, baju mandi, pakaian dan air hangat. Penularan perinatal ditemukan sekitar 5% dari ibu yang terinfeksi trichomoniasis, tetapi biasanya ‘self-limited’ oleh karena metabolisme dari hormon ibu. (1,3,10) Tetapi pernah dilaporkan suatu kasus ‘respiratory distress’ bayi laki-laki cukup bulan, dimana pada sediaan basah sputum kentalnya dijumpai sedikit leukosit dan organisme Trichomonas vaginalis. (8)

Trichomoniasis menyebar luas di seluruh dunia, baik itu di pedesaan maupun perkotaan. Pada tahun 1970-an, WHO memperkirakan angka kejadian trichomoniasis mencapai 180 juta.

(7)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

7 Tiga penelitian di Nigeria pada tahun 1993 menyebutkan angka prevalensi di Afrika Barat 24,7% (505) dari 2048 spesimen urine yang diambil dari siswa yang memiliki pendidikan yang tinggi dimana 74% (375) pada wanita dan 26% (131) pada pria. Pada populasi dengan resiko rendah umumnya angka kejadian trichomoniasis rendah, lebih kurang 1%. Tetapi pada mereka yang beresiko tinggi seperti pekerja seks, gaya hidup seks bebas, angka kejadiannya menjadi cukup tinggi yaitu sekitar 10-50% pada wanita. Suatu studi di California menyebutkan 12% dari 204 pria positif trichomoniasis setelah dilakukan kultur dari urinenya.

Suatu penelitian di Dares-Salaam, Tanzania, dari 359 pasien ginekologik yang diperiksa, ternyata mereka yang terinfeksi Trichomonas vaginalis memiliki resiko 3 kali lipat lebih tinggi terinfeksi HIV.

Akhir-akhir ini telah dilakukan studi di New Orlens tentang hubungan antara HIV dan Trichomonas vaginalis, ternyata setelah dikumpulkan data dari tahun 1990 sampai 1998 ditemukan sekitar 16,1% wanita per tahun adalah penderita co-infected HIV dan Trichomonas vaginalis. (3,5)

Patogenesa dan Patologi

(8)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

8 Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali. Dan diketahui secara in vitro ternyata Trichomonas vaginalis ini memakan dan membunuh lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibatnya jumlah lactobacillus Döderlein menjadi sedikit dan dapat hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi ini, pH vagina akan meningkat antara 5,0 dan 5,5. Pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas vaginalis berkembang semakin cepat, akan memungkinkan untuk berkembangnya mikroorganisme patogen lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga pada infeksi trichomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi mikroorganisme patogen lainnya pada vagina. Pada kebanyakan wanita yang menderita trichomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi oleh organisme yang juga patogen seperti Ureaplasma urealyticum dan atau Mycoplasma hominis sekitar lebih dari 90%, Gardnerella vaginalis sekitar 90%, Neisseria gonorrhoe sekitar 30%, jamur sekitar 20%, dan Chlamydia trachomatis sekitar 15%. (1,2,3,8)

Suatu penelitian in vitro terhadap Trichomonas vaginalis menunjukkan bahwa organisme ini memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel target dengan kontak langsung tanpa harus melalui proses phagocytosis. Organisme ini menghasilkan suatu faktor pendeteksi sel (cell-detaching factor) yang menyebabkan kehancuran sel sehingga mengelupas epithel vagina.

(9)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

9 ditimbulkannya. β-estradiol diteliti dapat mengurangi aktivitas cell-detaching factor dari Trichomonas vaginalis. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pemakaian estradiol intravaginal dapat mengurangi gejala klinis Trichomonas vaginitis.(7)

Mengenai hubungannya dengan kanker serviks, Trichomonas vaginalis diketahui dapat mengubah gambaran sitologi dan histologi dari serviks, dan gambaran ini mungkin cukup membingungkan dengan gambaran sitologi dan histologi yang disebabkan oleh virus human papilloma. Tetapi masih belum jelas hubungan sebab akibat langsung antara kanker servix dan trichomonal vaginitis. Mungkin hubungannya dapat dikaitkan oleh karena organisme ini dapat menimbulkan kerusakan atau erosi jaringan serviks yang nantinya dapat memudahkan virus seperti human papiloma atau pun HIV menginfiltrasi ke dalam jaringan serviks. (1,2,9)

Gejala klinis

Pasien-pasien dengan trichomoniasis dapat simptomatik atau asimptomatik. Dan biasanya parasit ini dijumpai secara tidak sengaja melalui pemeriksaan sekret vagina (latent trichomoniasis).(1,3,6)

Masa inkubasinya berkisar 3 sampai 28 hari, rata-rata 7 hari. Gejala klinisnya dapat terdiri dari :

•dijumpainya cairan vagina bewarna kuning kehijauan, pada kasus yang berat dapat

berbusa.

(10)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

10 •rasa gatal

•panas •iritasi •dispareunia

•perdarahan vagina abnormal, terutama setelah coitus •disuria ringan (1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12)

Nyeri abdomen dapat dijumpai pada 12% wanita penderita trichomoniasis dimana kemungkinan telah terjadi vaginitis berat dan dapat dijumpai regional lymphadenopati, atau endrometritis/salpingitis.

Pada pemeriksaan vagina dengan spekulum, mukosa vagina kadang tampak hiperemis dengan bintik lesi bewarna merah, yang sering disebut dengan “strawberry vaginitis” atau “colpitis macularis”. Pemeriksaan secara mikroskopik pada cairan vagina dari colpitis macularis ternyata rata-rata terdapat 18 organisme Trichomonas vaginalis per lapangan pandang besar, sedangkan pada yang tidak dijumpai colpitis macularis rata-rata hanya dijumpai 7 organisme(1,2,3,4,8)

Apabila Trichomonas vaginitis ini tidak diterapi dengan baik, organisme ini dapat menjadi dormant dan berkolonisasi di urethra serta di kelenjar Skene dan Bartholin, sehingga hal ini menyebabkan berulangnya infeksi Trichomonas vaginitis sehingga menjadi trichomoniasis kronik.

(11)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

11 Pada pria biasanya asimptomatik. Trichomonas vaginalis biasanya dapat ditemukan di urethra, para-urethra dan kelenjar Cowper, vesikula seminalis, prostat, epididymis dan testis. Tetapi organisme ini paling sering ditemukan berkumpul di prostat. Apabila telah mengenai prostat dan vesikula seminalis atau bagian lain dari traktus urinarius, biasanya gejala menjadi lebih berat.

Dari pemeriksaan dapat ditemui Trichomonas vaginalis pada cairan kelamin. Prostat mungkin bisa membesar dan kadang-kadang dihubungkan dengan epididymitis . Gejala yang dikeluhkan dapat berupa disuria dan nokturia. (1,2,3,4,7)

Menurut J ra, gejala trichomoniasis pada pria dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu : ostadium akut primer, dijumpai eksudat urethra

ostadium sub-kronik , eksudat dijumpai sangat sedikit ostadium laten, gejala klinis tidak dijumpai

ostadium kronik, yang dapat berlangsung sampai beberapa tahun (2)

Dari berbagai penelitian dikatakan bahwa Trichomonas vaginalis ditemukan dari 14 – 60 % pria pasangan wanita yang terinfeksi, tetapi sebaliknya Trichomonas vaginalis ditemukan dari 67-100% wanita pasangan pria yang terinfeksi. Mungkin hal ini disebabkan oleh karena tingginya kadar Zinc dan substansi antitrichomonas pada cairan prostat yang berperan menghambat perkembangan organisme ini. (1)

Diagnosa

(12)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

12 Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subjektif maupun objektif. Tetapi diagnosa sulit ditegakkan pada penderita pria dimana trichomoniasis pada pria hanya dijumpai sedikit organisme Trichomonas vaginalis dibandingkan dengan wanita penderita trichomoniasis.(1)

• Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara membuat sediaan dari sekret dinding vagina dicampur dengan satu tetes garam fisiologis di atas gelas objek dan langsung dapat dibaca di bawah mikroskop. Atau apabila tidak dapat langsung dibaca, dapat mengirimkan gelas objek yang telah dioleskan sekret vagina tersebut dalam tabung yang telah berisi garam fisiologis. (1,3,4,8,11,12) Pemberian beberapa tetes KOH 10-20% pada cairan vagina yang diperiksa, dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif trichomoniasis dan infeksi bakterial vaginosis, tetapi tidak pada mereka yang menderita vulvovaginal kandidiasis. Untuk menyingkirkan bakterial vaginosis dari infeksi trichomoniasis dapat diketahui dengan memeriksa konsentrasi laktobasillus yang jelas berkurang pada trichomonisis dan pH vagina yang lebih basa. (1,3)

Dari pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trichomoniasis, dapat dijumpai sel-sel PMN yang sangat banyak, coccobacillus, serta organisme Trichomonas vaginalis (pada sedian yang segar dapat kelihatan motile).

• Kultur

(13)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

13 organisme Trichomonas vaginalis-nya, seperti pada pria atau pun wanita penderita trichomoniasis kronik.

• Serologi dan immunologi

Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin dan belum cukup sensitif untuk diagnosis infeksi Trichomonas vaginalis.. Walaupun sudah banyak penelitian yang akhir-akhir ini menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosa infeksi T. vaginalis.(1,8)

Terapi

Metronidazole adalah antibiotik pilihan pertama dan yang paling baik untuk kasus-kasus trichomoniasis, meskipun kini telah hadir sejumlah turunannya seperti tinidazole, ornidazole, memorazole, tioconazole, dll.

Pengobatan trichomoniasis dengan menggunakan metronidazole pertama kali diperkenalkan oleh Cosar dan Julou yang mendemonstrasikan aktivitas in vitro metronidazole terhadap Trichomonas vaginalis.

Dosis yang disarankan untuk trichomoniasis ini adalah : • 2 gram, dosis sekali minum (single dose)

• 250 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari • 500 mg 2 kali sehari selama 5-7 hari

(14)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

14 Pemberian metronidazole terhadap wanita hamil tidak disarankan karena diketahui bahwa metronidazole dapat melewati plasenta barrier, walaupun efek teratogeniknya masih dipertanyakan.

Pemberian metronidazole secara topikal pada vagina dapat mengurangi gejala-gejala klinis, tetapi tidak dapat menyembuhkan infeksi ini karena Trichomonas vaginalis juga menginfeksi urethra dan kelenjar periurethtral, sehingga bila dilakukan pemberian topikal saja tidak akan dapat membunuh semua organisme ini yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya re-infeksi. Pemberian secara topikal dianjurkan pada kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau pada penderita yang peka terhadap metronidazole.

Sebaiknya terapi juga diberikan kepada kedua pasangan, agar tidak terjadi re-infeksi dan dapat meningkatkan persentase penyembuhan sampai dengan 95%. (1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12)

Pencegahan

Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien dan masyarakat umumnya tentang infeksi ini serta diagnosis dan penanganan yang tepat pada pasangan penderita trichomoniasis.

(15)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

15 Kesimpulan

(16)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

16 Kepustakaan :

1. Krieger JN., Alderete JF . Trichomonas vaginalis and Trichomoniasis. In: Holmes KK., Mardh P., Sparling PF. Sexually Transmitted Disease. International Edition. New Yor. Mc-Graw Hill. 1999 : 587-98

2. Candiani GB, Carneri ID, Macchi L, Bisbini P,. Trichomonisis. Milan. Grafiche Ricordi, 1973 : 7-17,33-50

3. Cook GC. Trichomonal Infection. In : Manson’s Tropical Disease. 20th ed. London. ELBS & WB Saunders. 1996 : 1315-17

4. Perkins AM. Trichomoniasis. Available from URL :

http://www.emedicine.com/med/topic2308.htm

5. Sorvillo F. Trichomonas vaginalis, HIV and African-Americans. Available from URL: http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no6/sorvillo.htm-84k

6. Chin J, Ascher MS. Trichomoniasis. In Control of Communicable Diseases Manual. 17th ed. Washington DC. American Public Health Ass. 2000 : 511-12 7. Markell EK, John DT, Krotoski WA. Medical Parasitology. 8th ed. Philadelphia.

WB Saunders. 1999 : 65-7

8. Garcia LS, Bruckner DA. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta. EGC.1996 : 63-5

9. Beaver PC, Jung RC, Cupp EW. Clinical Parasitology. 9th ed.. Philadelphia. Lea & Febiger, 1984 : 49-51

(17)

Yunilda Adriyani: Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital, 2005

USU Repository©2006

17 11. Woman’s Diagnostic Cyber Disease Profile. Available from URL :

http://www.wdxcyber.com/dxvag003.htm

12. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997 : 276-77

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan TTM baru, dilakukan dengan reorganisasi urutan proses dan penurunan CT pada proses assembly yang terpanjang dengan konsep CE, data yang diperlukan sama dengan

daerah yang pekerja/ SDM-nya masih minim pengetahuan dan lemah dalam investasi teknologi. Beberapa model edukasi yang ocok tersebut, antara lain; pada tahap Diagnosis: atau

antara dua bukaan sisi yang berseberangan yang tingginya tidak kurang dari 0.75 meter (2.5 feet) atau 1/3 tinggi ruangan, diambil yang besar. Volume ruang excluded = ℓ.B.H. Jika

[r]

Lampiran 3 Runutan dan perbandingan nukleotida domain tengah dari 114 daerah kontrol pada masing-masing haplotipe mtDNA D. subplana yang diapit oleh primer 577

ASEAN Studies Centre Report No: 1, Institute of Southeast Asia Studies (ISEAS), Singapore,

1. Faktor Geografis, suatu wilayah atau daerah yang sangat luas akan terjadi variasi pada keadaan fisik alam berupa topografi, iklim, curah hujan,

Salah satu unit usaha yang akan dikembangkan BUM Desa Bersama yang akan dikembangkan BUM Desa Bersama ““ Rimpaknangsi Rimpaknangsi ”” adalah kegiatan usaha pengelolaan air