PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAMAR
(
Agathis loranthifolia
Salisb.) DENGAN TEKNIK LRM (
Lateral
Root Manipulation
) DI HUTAN PENDIDIKAN
GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI
BELINDA BUNGANAGARA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(
Agathis loranthifolia
Salisb.) DENGAN TEKNIK LRM (
Lateral
Root Manipulation
) DI HUTAN PENDIDIKAN
GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI
BELINDA BUNGANAGARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Belinda Bunganagara. E44062727. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) dengan Teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh YADI SETIADI.
Salah satu kendala dalam melakukan rehabilitasi hutan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi lambat, kerdil dan merana (stagnan).
Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik untuk mengatasi tanaman stagnasi. Teknik ini dilakukan dengan cara pemotongan akar lateral yang dikombinasikan dengan perlakuan pemupukan. Teknik ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar baru sehingga dapat mengabsorp air dan unsur hara dan memperbaiki metabolisme tanaman sehingga dapat tumbuh kembali.
Penelitian ini mengamati respon pertumbuhan tanaman Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) yang tumbuh di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi terhadap perlakuan LRM dan pemberian kompos aktif Teraremed dan pupuk polimer Terabuster. Percobaan dilakukan dengan rancangan petak terbagi dengan metode rancangan acak kelompok faktorial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan akar dengan teknik LRM dan pemberian kompos aktif Teraremed serta pupuk polimer Terabuster dapat merangsang pertumbuhan akar baru. Perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Teraremed sebanyak 1000 g memberikan pengaruh terbaik pada pertambahan jumlah pucuk baru, sedangkan perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Teraremed sebanyak 1000 g dan Terabuster sebanyak 500 cc memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman Damar.
Belinda Bunganagara. E44062727. Improve plant growth of Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) with LRM (Lateral Root Manipulation) Technique Using Terabuster and Teraremed in Gunung Walat Forest Education, Sukabumi. Under supervision of YADI SETIADI.
One of the problem in forest rehabilitation is the marginal land condition which is affected plant growth. Compacted soil can negatively impact to the function and the growth of roots. The roots can not grow properly and its function for nutrient absorption will be disrupted. The plants grow slowly, stunted and miserable (stagnant).
Lateral Root Manipulation (LRM) is one technique that can be used to overcome the stagnation of the plant. This technique is performed by combination of lateral roots cutting with fertilizer treatment. This technique is used to stimulate the growth of new root, so the root can absorb water and nutrients, improves plant metabolism and the plant could grow like usual.
This research aims observed the response of Damar plant (Agathis loranthifolia Salisb.) growth which planted in Gunung Walat Forest Education, Sukabumi, to LRM treatment and the addition of compost active Teraremed and polymer fertilizer Terabuster. The experiments are conducted by split plot design with factorial randomized block design method.
The results indicate that treatment of roots cutting by LRM technique and the addition of compost active Teraremed and polymer fertilizer Terabuster can stimulate the growth of the new roots. The treatment of roots cutting and 1000 g of Teraremed provision show the best effect on the number of new shoots growth. The treatment of roots cutting and addition of 1000 g Teraremed and 500 cc Terabuster show the best effect on the height growth of Damar plant.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ”Perbaikan Pertumbuhan
Tanaman Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) dengan Teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka pada bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2011
Belinda Bunganagara
Judul Skripsi : Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Damar
(Agathis loranthifolia Salisb.) dengan Teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
Nama Mahasiswa : Belinda Bunganagara
NRP : E44062727
Disetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc
NIP 19551205 198003 1 004
Diketahui :
Ketua Departemen Silvikultur
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr
NIP 19641110 199002 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho serta ilmu
dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) dengan Teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi” dengan baik dan lancar. Tak lupa
shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat,
dan ummat-Nya.
Keberhasilan skripsi ini tak lepas dari segala arahan, bimbingan, do’a serta
semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih dan memohon do’a kepada Allah SWT agar diberi balasan pahala
berlipat ganda kepada Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku pembimbing
skripsi, kepada kedua orangtua serta kakak adik atas curahan do’a yang tak
terhingga kepada penulis, dan seluruh pihak serta rekan-rekan yang membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Bogor, Mei 2011
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 9 September
1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Nehru
dan Tuti Heryanti. Penulis lulus dari SMAN 2 Bekasi (2006)
dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
(2006) dan masuk Mayor Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan (2007). Selama menuntut studi di IPB, penulis aktif pada beberapa
organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota divisi Human Resources
Development Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB (2008-2009),
anggota divisi Scientific Improvement Himpunan Profesi Tree Grower
Community (2009-2010), dan bendahara umum Pengurus Cabang Sylva
Indonesia IPB (2009-2010).
Penulis mengikuti program magang di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Kabupaten Sukabumi (2009) dan menjadi asisten praktikum mata kuliah
Dendrologi dan Silvikultur (2010). Penulis juga aktif sebagai peserta kegiatan :
Pekan Mahasiswa Kehutanan Ilmiah (2007), Journalistic Fair (2007), training
“Complying The Government Regulation On Forest Land Reclamation After Mining And Oil/Gas Operation” (2009), dan training “ Revegetation Techniques for Erosion Control and Land Stabilization of Post Mine Site” (2010).
Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari
IPB selama dua tahun (2007-2009) dan beasiswa dari Yayasan Goodwill
International (2010-2011).
Penulis mengikuti kegiatan praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di KPH
Banyumas Timur-Cilacap dan KPH Banyumas Barat-Baturraden (2008), Praktik
Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur (2009)
dan Praktik Kerja Profesi di PT INCO Tbk, Pomalaa-Sulawesi Tenggara (2010).
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) dengan Teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi” dibawah bimbingan Dr. Ir.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho serta ilmu
dari-Nya sehingga penulis dapat menghadirkan sebuah tulisan ilmiah yang semoga
dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih banyak dan memohon do’a kepada Allah SWT agar
diberi balasan pahala berlipat ganda kepada :
1. Mamah, mamah, mamah Tuti Heryanti, Papah Nehru, Kakak Ali Alip, dan
Adik Nadin Triheradiman atas segalanya yang selalu diberikan kepada
penulis
2. Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku pembimbing skripsi
3. Pak Genta Hariangbanga, dkk di PT Green Earth Indonesia
4. Para staf dan karyawan Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten
Sukabumi
5. Bibi Euis Neni Dahliani, S.Pd sekeluarga
6. Keluarga besar Udju Tajudin dan Emih Hj. Anik Heryani di Tasikmalaya
7. Keluarga besar Nawawi di Tanjung Priuk
8. Para dosen, karyawan, dan staf Departemen Silvikultur, Laboratorium
Ekologi Hutan IPB, serta Laboratorium Bioteknologi Hutan dan
Lingkungan IPB.
9. Nama pertama dalam Daftar Pustaka saya beserta keluarga besarnya
10. Lika Aulia Indina, Dessy Chahya Lestari, dan Oxyana Sara Virgizma
beserta keluarga besarnya
11. Tim Sonicers IPB : Bayu, Ratih, Rido, Destya, Dhida, dan Yudhi
12. Tim senantiasa bersama : Nyai, Doraemon, Nadia, dan Ukke
13. Sahabat-sahabat : Enu, Helga, Dwita, Asti, Thea, Riri, Iyus, Lemma,
Vonnya, Lingga, Arif, Niechi, Randhi, Kak PM, Kak Yum, Teh Ajeng
SMI, Dita, Rara, Christina Rati, Ika, Sutrisni, Semeru Group, Silvikultur
42, Silvikultur 43, dan Silvikultur 44
14. Keluarga besar Fahutan 43 dan keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB
15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu untuk segala bantuan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan... 2
1.3. Hipotesis ... 2
1.4. Manfaat... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman... 4
2.2. Akar Lateral ... 4
2.3. Manipulasi Akar... 5
2.4. Manfaat Kompos Aktif dan Pupuk Polimer ... 5
2.5. Karakteristik Tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.) ... 7
BAB III. METODE PENELITIAN ... 8
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 8
3.2. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 8
3.3. Alat dan Bahan Penelitian ... 9
3.4. Prosedur Kerja... 9
3.4.1. Pemilihan dan Pemblokan Lokasi Penelitian... 9
3.4.2. Penyusunan Denah Lokasi Penelitian... 9
3.4.3. Pelaksanaan LRM ... 9
3.4.4. Pengukuran dan Pengamatan ... 10
3.4.5. Rancangan Percobaan ... 10
3.4.6. Analisis Data ... 12
v
4.1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Damar
(A. loranthifoliaSalisb.) ... 13
4.2. Penambahan Jumlah Pucuk Tanaman Damar (A. loranthifoliaSalisb.) ... 18
4.3. Perubahan Warna Daun Tanaman damar (A. loranthifoliaSalisb.) ... 20
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 22
5.1. Kesimpulan ... 22
5.2. Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 23
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Bagan kombinasi berbagai taraf perlakuan ... 11
2. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan
teknik LRM (Pemotongan akar) dan pemberian kompos aktif
Teraremed dan pupuk polimer Terabuster (Pemupukan) serta
interaksinya terhadap parameter tinggi dan jumlah pucuk
tanaman damar... 13
3. Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan
akar dan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap
parameter pertumbuhan tinggi tanaman damar... 14
4. Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan
akar dan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.)
per-perlakuan... 14
2. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.)
per-minggu pada berbagai taraf perlakuan... 16
3. Rata-rata penambahan jumlah pucuk tanaman damar
(A. loranthifolia Salisb.) per-perlakuan... 19 4. Warna daun sebelum diberi perlakuan pemotongan akar dan pemberian
Teraremed 1000 g + Terabuster 500 cc (AYTB1) (a) dan warna daun
setelah diberi perlakuan pada minggu ke-8 (b)... 20
5. Tinggi tanaman sebelum diberi perlakuan (a) dan setelah diberi
perlakuan pemotongan akar dan Teraremed 1000 g +
Terabuster 500 cc (AYTB1) pada minggu ke-8 (b) ... 31
6. Tanaman damar sebelum diberi perlakuan (a) dan setelah diberi
perlakuan pemotongan akar pada minggu ke-8 (b)... 31
7. Perkembangan akar pada tanaman damar dengan perlakuan
pemotongan akar dan Teraremed 1000 g (AYTR2)
pada minggu ke-6... 32
8. Pengukuran tinggi tanaman damar... 32
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman damar... 26
2. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap penambahan
jumlah pucuk tanaman damar... 26
3. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter
pertumbuhan tinggi untuk perbandingan anak petak
pada taraf petak utama yang sama... 27
4. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter
penambahan jumlah pucuk untuk perbandingan anak petak
pada taraf petak utama yang sama... 28
5. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter
pertumbuhan tinggi untuk perbandingan petak utama
pada taraf anak petak yang sama... 29
6. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter
penambahan jumlah pucuk untuk perbandingan petak utama
pada taraf anak petak yang sama... 30
7. Foto-foto pertumbuhan tinggi tanaman damar
(A. loranthifolia Salisb.)... 31 8. Foto-foto penambahan jumlah pucuk tanaman damar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanfaatan hutan secara berlebihan menyebabkan ribuan hektar lahan
hutan dilaporkan mengalami berbagai kerusakan. Untuk menjaga kelestarian
hutan akibat kegiatan penambangan, konversi lahan, dan penebangan hutan,
maka perlu diiringi dengan kegiatan rehabilitasi.
Salah satu kendala dalam melakukan rehabilitasi adalah kondisi lahan
yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah
yang kompak karena pemadatan dapat secara langsung berdampak negatif
terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan
sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu.
Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, pertumbuhannya
tetap kerdil dan merana atau mengalami stagnasi (Setiadi 2009).
Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik untuk mengatasi tanaman stagnan. Teknik ini dilakukan dengan cara pemotongan
akar lateral yang dikombinasikan dengan perlakuan pemupukan (Setiadi 2009).
Teknik ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar baru yang akan
menyerap air dan unsur hara sehingga tanaman dapat bermetabolisme normal
dan tumbuh kembali.
Pertumbuhan akar baru saja tidak cukup untuk membuat tanaman
stagnan tumbuh kembali. Syarat lainnya adalah perlunya sumber hara yang
tersedia. Penelitian ini mengamati respon pertumbuhan tanaman Damar (A. loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi terhadap perlakuan LRM dan pemberian kompos aktif Teraremed
dan pupuk polimer Terabuster.
Menurut Hariangbanga (2009), Teraremed (Kompos aktif) dibuat dari
kotoran hewan, batuan fosfat, arang sekam dan ditambah dengan protein yang
dilengkapi nutrisi, asam amino, mineral serta hormon tumbuh organik.
mudah diserap oleh tanaman. Menyediakan unsur hara dalam bentuk yang
langsung dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
optimal.
Dari penelitian ini diharapkan perlakuan pemotongan akar dan
pemberian kompos aktif Teraremed dan pupuk polimer Terabuster pada
pelaksanaan LRM dapat memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman Damar (A. loranthifoliaSalisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh perlakuan pemotongan akar dengan teknik LRM pada
pertumbuhan tanaman Damar (A. loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk polimer Terabuster dan kompos aktif
Teraremed pada pertumbuhan tanaman Damar (A. loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
3. Mengetahui pengaruh perlakuan pemotongan akar dengan teknik LRM dan
pemberian pupuk polimer Terabuster serta kompos aktif Teraremed pada
pertumbuhan tanaman Damar (A. loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi.
1.3. Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Pemotongan akar dengan teknik LRM dapat memperbaiki pertumbuhan
tanaman Damar (A. loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
2. Pemberian pupuk polimer Terabuster dan kompos aktif Teraremed dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman Damar (A. loranthifoliaSalisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
3. Pemotongan akar dengan teknik LRM dan pemberian pupuk polimer Terabuster
3
Damar (A. loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi.
1.4. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai pengaruh pemotongan akar dengan teknik LRM dan pemberian
pupuk polimer Terabuster serta kompos aktif Teraremed terhadap perbaikan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman
Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu memberikan
tempat tumbuh dan menyediakan unsur hara bagi kehidupan tanaman. Media
tanam, pada prinsipnya dapat dinilai baik apabila memiliki empat peranan pokok
yaitu mampu menyediakan tunjangan mekanik, memiliki kemampuan menyimpan
air, memiliki aerasi yang baik dan mampu menyuplai unsur hara dalam bentuk
yang tersedia bagi tanaman (Hadi 1999). Bradshaw (1983) dalam Fahmi (2010) mengemukakan bahwa struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya
sistem tata air (infiltrasi dan perkolasi) dan aerasi (peredaran udara) yang secara
langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan
akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat
absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang
dengan normal, tetap kerdil dan tumbuh merana (Bradshaw (1983) dalam Fahmi (2010)). Tanaman yang mengalami kondisi tersebut disebut tanaman stagnan.
Salah satu teknik untuk memperbaiki tanaman yang mengalami stagnasi adalah
dengan cara Lateral Root Manipulation(LRM) (Setiadi 2009).
2.2. Akar Lateral
Akar merupakan organ yang penting bagi tanaman. Tjondronegoro et al. (1989) menyatakan bahwa akar selain berguna untuk menyerap dan melekat, juga
berfungsi sebagai cadangan dan penyaluran makanan. Akar pertama pada
tumbuhan berasal dari embrio dan disebut akar primer. Akar primer dan
cabang-cabangnya atau akar lateral membentuk sistem perakaran.
Menurut Karyudi, Siagian, dan Sunarwidi (1986) dalam Kartika (1997) akar lateral adalah bagian organ yang penting peranannya bagi pertumbuhan
5
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Apabila akar lateral berkembang
dengan baik maka penyerapan unsur hara dan air akan baik pula sehingga
kebutuhan tanaman akan terpenuhi.
2.3. Manipulasi Akar
Akar akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman. Oleh karena
itu perlu dilakukan manipulasi pada akar supaya akar mampu tumbuh dengan baik
dan mampu memasok hara bagi tanaman. Salah satu manipulasi yang dilakukan
adalah pemotongan akar. Pemotongan akar pada umumnya dapat merangsang
percabangan akar (Kartika 1997).
Manipulasi akar dengan cara pemotongan akar biasa dilakukan pada
tanaman holtikultura seperti tanaman buah-buahan. Yahmadi (1979) menyatakan
bahwa pemotongan akar tunggang pada tanaman kopi dapat memperbanyak dan
mempercepat terbentuknya akar. Pada percobaan yang dilakukan oleh Segawa
(1992) terbukti bahwa pemotongan akar tunggang pada kopi berpengaruh positif
terhadap jumlah daun dan jumlah akar. Contohnya lainnya pemotongan akar pada
pohon durian selain membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan
kualitas buah menjadi lebih menarik, lebih keras dan lebih tahan lama
(MENRISTEK 2010).
Media yang baik juga berpengaruh terhadap pembentukan akar pada
tanaman. Penambahan bahan organik merupakan tindakan yang dapat merangsang
kemantapan agregat, yang selanjutnya memperbaiki drainase dan aerasi (Kartika
1997).
2.4. Manfaat Kompos Aktif dan Pupuk Polimer
Selain perakaran yang sehat, tanaman juga membutuhkan adanya sumber
hara untuk dapat bermetabolisme dan tumbuh. Kompos aktif merupakan produk
organik hasil fermentasi sederhana, dari bahan-bahan yang berasal dari kotoran
hewan, limbah pertanian, sampah, dan sisa limbah hewan. Dibandingkan dengan
produk organik lain, kompos aktif selain dapat meningkatkan produktifitas dan
ini juga dapat merangsang pertumbuhan akar baru dan memperbaiki tingkat
kesuburan tanah serta pemakaiannya aman bagi lingkungan (Hariangbanga 2009).
Kompos aktif dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan jalan
memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Selain itu mampu menyediakan
unsur-unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Mn, dan Cu (Gaur (1975)
dalam Hariangbanga (2008)).
Menurut Hariangbanga (2009), Teraremed (Kompos aktif) dibuat dari
kotoran hewan, batuan fosfat, arang sekam dan dilengkapi nutrisi, asam amino,
mineral serta hormon tumbuh organik. Keuntungan memakai Teraremed
diantaranya adalah :
1. Ramah lingkungan karena terbuat dari bahan-bahan organik
2. Mengandung N, P, K, asam amino, mineral dan mikro-organisme yang berguna
bagi tanah
3. Mengembalikan kesuburan tanah dan mampu meningkatkan aktivitas
mikro-organisme di dalam tanah
4. Memperpanjang umur tanaman karena sistem perakarannya tumbuh bagus dan
kuat
5. Menjaga ketahanan kadar air dalam tanah.
Menurut Hariangbanga (2008), kompos aktif dapat mengaktifkan mikroba
tanah yang berfungsi untuk mempercepat pembentukan humus pada daerah
perakaran tanaman, memperbaiki kondisi fisik tanah, dan mempercepat
perkembangan akar tanaman.
Selain itu kompos aktif dapat meningkatkan serapan hara tanaman dan
dapat merubah hara dalam bentuk metal organik yang lebih mudah diserap oleh
tanaman. Di dalam kompos aktif terdapat asam amino sebagai katalisator proses
metabolisme sehingga membuat pertumbuhan dan produksi menjadi maksimal,
dan juga terdapat enzim, mikroba perombak atau pengurai bahan organik, dan
hormon alami yang berfungsi merangsang pertumbuhan pucuk muda dan bunga
(Green Earth Trainer (2007) dalamHariangbanga (2008)).
7
membantu dan mempercepat penyembuhan tanaman yang stress selama
penempatan/pertumbuhan akar dan juga dapat digunakan sebagai pupuk additive untuk hydro seeding. Adapun keunggulan dan manfaat Terabuster diantaranya adalah :
1. Memiliki kemampuan larut sempurna sehingga mudah diserap oleh tanaman
2. Bentuk chelated yang stabil menyediakan unsur hara dalam bentuk yang langsung dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
optimal
3. Merangsang pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman serta
meningkatkan kemampuan fotosintesa tanaman.
2.5. Karakteristik Tanaman Damar (A. loranthifolia Salisb.)
A. loranthifolia Salisb. menghasilkan potensi non-kayu berupa getah yang disebut kopal. Jenis pohon ini selain menghasilkan potensi non-kayu berupa kopal
juga menghasilkan potensi berupa kayu. Kayu pohon Damar dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan kayu lapis, pulp, veneer, korek api, dan perabot rumah tangga (Yunanto dan Siregar 2008).
Kopal dari pohon Damar apabila diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai
ekonomi yang lebih tinggi. Kopal yang dihasilkan sudah banyak digunakan
sebagai bahan cat, lak merah, spiritus, plastik, tinta cetak, bahan pelapis tekstil,
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten
Sukabumi yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan
Januari 2011.
3.2. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Luas kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah 359 Ha
yang terdiri dari tiga blok, yaitu Blok Timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, Blok
Barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha.
Secara geografis HPGW berada pada 106°48'27''BT sampai 106°50'29''BT
dan -6°54'23''LS sampai -6°55'35''LS. Secara administrasi pemerintahan HPGW
terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sedangkan
secara administrasi kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan
Kabupaten Sukabumi.
HPGW terletak pada ketinggian 460-715 m dpl. Topografi bervariasi dari
landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan sedangkan ke bagian utara
mempunyai topografi yang semakin curam.
Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B
dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Suhu udara
maksimum di siang hari 29° C dan minimum 19° C di malam
hari. Tanah HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol, dan litosol dari batu
endapan dan bekuan daerah bukit.
9
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garpu tanah,
meteran 150 cm, pita meter 60 m, label tanaman, tali rafia, patok, tally sheet, gayung, gelas ukur 10 ml, gelas ukur plastik 1 liter, kamera digital, komputer, alat
tulis, drum, pengaduk, golok, sarung tangan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman damar
berumur ± 1 tahun dalam kondisi stagnan, pupuk polimer Terabuster 2% (20 ml
Terabuster dilarutkan dalam 1 liter air), dan kompos aktif Teraremed.
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Pemilihan dan Pemblokan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan kepada lokasi dimana terdapat
tanaman stagnasi. Selanjutnya kegiatan pemblokan lokasi dilakukan dengan
memasang patok serta tali rafia di sekeliling areal lokasi penelitian yang telah
ditentukan sebagai batas lokasi.
3.4.2. Penyusunan Denah Lokasi Penelitian
Pembuatan denah lokasi penelitian dilakukan dengan memberi label
bertuliskan kode perlakuan pada tiap tanaman yang akan diberi perlakuan dan
selanjutnya dibuat denah berdasarkan letak tanaman dan keterangan perlakuannya.
3.4.3. Pelaksanaan LRM (Lateral Root Manipulation)
Tahapan-tahapan pelaksanaan LRM sebagai berikut (Setiadi 2009) :
1. Memperhatikan posisi tajuk dari tanaman yang akan diberi perlakuan
2. Koakan (galian) dibuat mengelilingi tanaman selebar 20 cm dengan
kedalaman 10-20 cm berdasarkan proyeksi tajuk terluar tanaman
3. Semua akar lateral yang muncul diputuskan pada saat pembuatan galian.
Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol
4. Pemberian kompos aktif Teraremed sebanyak 1 kg tiap tanaman diberikan
dengan cara mencampurkannya dengan tanah hasil galian dan taburkan
kembali ke dalam lubang galian. Perlakuan ini diberikan pada setiap unit
percobaan, hal ini sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya disiram dengan
5. Pemberian pupuk polimer Terabuster 2% diberikan dengan cara disiram
sebanyak 500 cc/tanaman dan 1000 cc/tanaman. Siraman harus membasahi
akar, lalu galian ditutup kembali.
3.4.4. Pengukuran dan Pengamatan
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur
langsung parameter setiap satu minggu sekali setelah perlakuan. Parameter yang
diukur dan diamati adalah sebagai berikut :
1. Jumlah pucuk
Penghitungan jumlah pucuk dilakukan secara manual setiap satu minggu
setelah diberi perlakuan
2. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebelum perlakuan sebagai tinggi
awal dan setiap satu minggu setelah diberi perlakuan. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan meteran 150 cm mulai dari pangkal
batang yang telah ditandai hingga titik tumbuh pucuk tanaman (apikal
dominan)
3. Perubahan warna daun
Pengamatan perubahan warna daun dilakukan dengan pengamatan visual
dengan mengambil foto daun setiap satu minggu setelah diberi perlakuan.
3.4.5. Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan pada 24 unit tanaman dengan menggunakan
rancangan petak terbagi dengan model Rancangan Acak Kelompok faktorial dan
masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari tiga ulangan, masing-masing
terdiri dari satu tanaman. Pemberian perlakuan dilakukan secara acak. Untuk
masing-masing faktor dirinci sebagai berikut :
Petak utama = Faktor perlakuan akar
Anak petak = Faktor pemupukan
Faktor A = Perlakuan akar
AY = Pemotongan akar
11
Faktor Pemupukan
TR1 = Teraremed 0 kg
TR2 = Teraremed 1 kg
TB1 = Teraremed 1 kg + Terabuster 500 cc
TB2 = Teraremed 1 kg + Terabuster 1000 cc
Kombinasi perlakuan pemotongan akar, pemberian kompos aktif
Teraremed dan pupuk polimer Terabuster yang diujicobakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Bagan kombinasi berbagai taraf perlakuan
Perlakuan
akar Ulangan
Pemupukan
TR1 TR2 TB1 TB2
Pemotongan
akar
1 AYTR1 1 AYTR2 1 AYTB1 1 AYTB2 1
2 AYTR1 2 AYTR2 2 AYTB1 2 AYTB2 2
3 AYTR1 3 AYTR2 3 AYTB1 3 AYTB2 3
Tanpa
Pemotongan
akar
1 ANTR1 1 ANTR2 1 ANTB1 1 ANTB2 1
2 ANTR1 2 ANTR2 2 ANTB1 2 ANTB2 2
3 ANTR1 3 ANTR2 3 ANTB1 3 ANTB2 3
Keterangan : Perlakuan ANTR1 sama dengan Kontrol
Adapun model rancangan yang digunakan sebagai berikut :
Yijk = µ + Kk+ Ai + Pj + γik + (AP)ij+ εijk
Yijk = Nilai pengamatan (respons) pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf
ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor P
µ = Nilai rata-rata yang sesungguhnya
Kk = Pengaruh aditif dari kelompok-k
Ai = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
Pj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor P
(AP)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B γik = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari faktor A dalam
kelompok ke-k, sering disebut galat petak utama (galat a)
A dan taraf ke-j faktor B, sering disebut sebagai galat anak petak (galat
b).
3.4.6. Analisis Data
Data hasil pengukuran penelitian dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati untuk
mengetahui pengaruh interaksi antar perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis
sebagai berikut :
H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati.
H1 = Paling sedikit ada satu i taraf perlakuan dimana τi ≠ 0; i = 1,...,24
Kesimpulan dari setiap hipotesis yang diuji diperoleh dari pengujian F
hitung terhadap F tabel. Kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji
adalah :
F hitung < F tabel : terima H0 (perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon
yang diamati).
F hitung > F tabel : tolak H0 (perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon yang
diamati).
Jika hasil analisis sidik ragam uji F terdapat pengaruh nyata, maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test, yang bertujuan untuk mengetahui beda rata-rata antar
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diukur dan diamati pada penelitian ini adalah tinggi (cm),
jumlah pucuk, dan perubahan warna daun. Untuk mengetahui pengaruh
pemotongan akar dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) dengan menggunakan kompos aktif Teraremed, pupuk polimer Terabuster dan
kombinasinya terhadap parameter tinggi dan jumlah pucuk tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.), dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam untuk parameter tinggi dan jumlah pucuk yang diukur disajikan pada Tabel 2,
sedangkan untuk perubahan warna daun dilakukan analisis secara visual.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan teknik LRM (Pemotongan akar) dan pemberian kompos aktif Teraremed dan pupuk polimer Terabuster (Pemupukan) serta interaksinya terhadap parameter tinggi dan jumlah pucuk tanaman damar
Faktor Parameter
Tinggi Jumlah pucuk
Pemotongan akar (A) 0,3818 tn 0,1276tn
Pemupukan (P) 0,8336tn 0,3043tn
A*P 0,0010 * 0,0410 *
Keterangan : * = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %
Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemberian perlakuan tunggal pemotongan
akar dan perlakuan tunggal pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua
parameter pertumbuhan tanaman damar pada selang kepercayaan 95%. Namun,
interaksi antara perlakuan pemotongan akar dan pemupukan memberikan
pengaruh berbeda nyata terhadap semua parameter pertumbuhan tanaman damar.
Hal ini dapat terlihat bahwa adanya akar baru yang terbentuk saja tidak cukup
untuk membuat tanaman stagnan bisa tumbuh kembali. Syarat lainnya agar
tanaman tumbuh adalah tersedianya sumber hara. Untuk mengetahui lebih jelas
keterangan Tabel 2, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Selanjutnya dilakukan
uji Duncan karena terdapat pengaruh yang berbeda pada setiap taraf perlakuan.
4.1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Damar (A. loranthifoliaSalisb.)
Hasil uji Duncan pengaruh berbagai taraf pemotongan akar dan pemupukan
Tabel 3 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman damar
Taraf perlakuan Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Persentase pertumbuhan tinggi dibanding kontrol
(%)
Kontrol (ANTR1) 3,33b 0
AYTR1 7,00ab 110,21
AYTR2 7,13ab 114,11
AYTB1 8,80a 164,26
AYTB2 3,13b -6,01
ANTR2 2,93b -12,01
ANTB1 2,63b -21,02
ANTB2 8,70a 161,26
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
AY : pemotongan akar dengan teknik LRM TB2 : Teraremed 1000 g + Terabuster 1000 cc AN : tanpa pemotongan akar dengan teknik LRM TR1 : Teraremed 0 g
TB1 : Teraremed 1000 g + Terabuster 500 cc TR2 : Teraremed 1000 g
Pada Tabel 3 terlihat bahwa pengaruh pemotongan akar dengan pemberian
Terabuster 500 cc (AYTB1) berbeda nyata dengan kontrol terhadap parameter
tinggi tanaman dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar 164,26%. Selain itu,
pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar dengan Terabuster 1000 cc (ANTB2)
berbeda nyata dengan kontrol dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar
161,26%.
3.33
7 7.13
8.8
3.13 2.93 2.63 8.7 0 2 4 6 8 10 Kontrol (ANTR1)
AYTR1 AYTR2 AYTB1 AYTB2 ANTR2 ANTB1 ANTB2
R a ta -r a ta p e rtu m b u h a n t in g g i (c m ) Taraf perlakuan
Gambar 1 Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.) per-perlakuan
Gambar 1 menjelaskan bahwa pertumbuhan tinggi terbaik dicapai pada
perlakuan AYTB1 dengan persentase pertumbuhan tinggi terhadap kontrol
15
pertumbuhan terendah pada perlakuan ANTB1 dengan persentase terhadap
kontrol sebesar -21,02% dan rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 2,63 cm.
Pemotongan akar dapat memberikan pengaruh lebih baik terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman damar dibandingkan dengan tanaman damar tanpa
pemotongan akar. Hal ini dapat terlihat pada perlakuan AYTR1 yang
menunjukkan pertumbuhan tinggi lebih baik dengan persentase pertumbuhan
tinggi terhadap kontrol mencapai 110,21% (lihat Tabel 3).
Fungsi akar pada tanaman yang tidak dipotong akarnya cenderung
terhambat dalam menyerap unsur hara sehingga menunjukkan pertumbuhan tinggi
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang dipotong akarnya.
Perlakuan AYTR2 menunjukkan pertumbuhan tinggi yang lebih baik
dibandingkan kontrol dan AYTR1 karena dengan pemberian Teraremed dapat
merangsang pertumbuhan akar baru sehingga mempercepat penyerapan unsur
hara yang dibituhkan oleh tanaman (Hariangbanga 2009).
Pemberian Terabuster sebanyak 500 cc pada perlakuan AYTB1
menunjukkan pertumbuhan tinggi terbaik dengan persentase sebesar 164,26%
terhadap kontrol (lihat Tabel 3). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
pertumbuhan akar baru yang dirangsang oleh pemotongan akar dan pemberian
Teraremed serta unsur hara yang disediakan oleh Terabuster, dimana produk ini
menyediakan unsur hara dalam bentuk yang langsung dapat diserap tanaman
(Hariangbanga 2009) sehingga meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman damar
secara signifikan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fadhillah (2010) terhadap tanaman
Jabon, dosis Terabuster 1000 cc diduga terlalu tinggi untuk diberikan pada
tanaman Jabon, sehingga penggunaannya tidak efektif dan cenderung memberikan
respon lebih lambat untuk pertumbuhan tinggi tanaman Jabon. Hal tersebut
diduga terjadi pula pada tanaman damar. Oleh karena itu perlakuan AYTB2
memberikan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
AYTB1, AYTR2, AYTR1, dan kontrol (lihat Gambar 1).
Perlakuan ANTB2 memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan
tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemotongan akar lainnya (ANTB1,
ANTR2, dan kontrol) dengan persentase dibandingkan kontrol sebesar 161,26%
banyak, yaitu 1000 cc, lebih membantu dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman damar yang tidak dipotong akarnya.
Hal ini karena Terabuster memiliki kemampuan larut sempurna serta bentuk
chelated yang stabil sehingga unsur hara yang terkandung di dalamnya dapat langsung diserap tanaman dan pertumbuhan tanaman menjadi optimal
(Hariangbanga 2009). Selain itu, Teraremed yang diberikan pada perlakuan
ANTB2 dapat membantu memperbaiki struktur dan tekstur tanah (Hariangbanga
2008) sehingga akar lebih mudah dalam menyerap Terabuster.
Perlakuan ANTB2 juga memberikan pengaruh lebih baik terhadap
pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan perlakuan AYTB2, AYTR2, dan
AYTR1 (lihat Gambar 1). Tanaman damar yang tidak dilakukan pemotongan pada
akarnya dapat langsung menyerap unsur hara yang terdapat dalam Terabuster
yang diberikan sehingga pertumbuhan tingginya dapat lebih cepat. Sedangkan
pada tanaman damar yang dipotong akarnya membutuhkan waktu untuk
pembentukan akar baru yang menyebabkan berkurangnya kemampuan akar dalam
menyerap unsur hara, sehingga selama 2 bulan pengamatan pertumbuhannya
terlihat lebih lambat dibandingkan dengan tanaman damar yang tidak dipotong
akarnya.
Gambar 2 Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.) per-minggu pada berbagai taraf perlakuan
Pada Gambar 2 terlihat bahwa tanaman damar mengalami peningkatan
tinggi setiap minggunya dengan respon yang berbeda-beda pada tiap perlakuan
yang diberikan. Perlakuan AYTB1 dan ANTB2 memberikan pengaruh lebih baik
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman damar dibandingkan dengan perlakuan
[image:30.612.131.507.428.579.2]17
Pemotongan akar pada umumnya dapat merangsang percabangan akar (akar
lateral) (Kartika 1997) yang berfungsi menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah sehingga dapat meningkatkan penyerapan unsur hara. Dosis Terabuster
sebanyak 500 cc merupakan dosis yang sesuai untuk pertumbuhan tinggi pada
tanaman damar yang dipotong akarnya sehingga perlakuan AYTB1 memberikan
pengaruh lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pada perlakuan ANTB2, pemberian Terabuster dengan dosis yang lebih
banyak, yaitu 1000 cc dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman damar walaupun akarnya tidak dipotong karena Terabuster mengandung
NPK, Magnesium, Kalsium, dan chelated micronutrients (Hariangbanga 2009) yang mudah dan dapat langsung diserap tanaman.
Perlakuan AYTR1 dan AYTR2 memberikan pengaruh yang cukup baik
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman damar. Pada minggu ke-4, terlihat bahwa
perlakuan AYTR2 mulai menunjukkan pertumbuhan tinggi yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan AYTR1 (lihat Gambar 2).
Hal ini membuktikan bahwa pemotongan akar serta peranan Teraremed
sebagai perangsang akar telah merangsang pertumbuhan akar lateral baru dimana
menurut Karyudi, Siagian, dan Sunarwidi (1986) dalam Kartika (1997) akar lateral adalah bagian organ yang penting peranannya bagi pertumbuhan tanaman
karena pada bagian ini terdapat bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menyerap air
dan unsur hara dari dalam tanah.
Fenomena tersebut juga dapat menjelaskan bahwa pemotongan akar
membutuhkan waktu untuk pembentukan akar baru yang dapat menyerap unsur
hara dan memberikan respon berupa pertumbuhan tinggi pada tanaman damar.
Selain itu, pemotongan akar tanpa pemberian Teraremed akan memberikan respon
yang lebih lambat karena tidak adanya perangsang akar sehingga penyerapan
unsur hara pun menjadi lebih lambat. Seperti yang terlihat pada Gambar 2,
pertumbuhan tinggi pada perlakuan AYTR1 cenderung menjadi lebih rendah
Perlakuan ANTR2 dan ANTB1 menunjukkan pertumbuhan tinggi yang
lebih rendah dari kontrol dapat disebabkan oleh kondisi tanaman damar yang lebih
buruk dari kontrol sehingga dalam 2 bulan pengamatan belum memperlihatkan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol.
Pada Gambar 2, perlakuan AYTB2, ANTR2, dan ANTB1 menunjukkan
pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tanaman stagnan tetap dapat menyerap unsur hara tetapi cenderung lambat. Hal
ini dapat dikarenakan rambut-rambut akar yang berfungsi menyerap unsur hara
pada akar lateral merupakan bagian yang sifatnya sementara (Tjitrosoepomo
2007) dan diperlukan pemotongan akar untuk merangsang akar lateral baru
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
4.2. Penambahan Jumlah Pucuk Tanaman Damar (A. loranthifoliaSalisb.) Hasil uji Duncan pengaruh berbagai taraf pemotongan akar dan pemupukan
terhadap penambahan jumlah pucuk tanaman damar dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap parameter penambahan jumlah pucuk tanaman damar
Taraf perlakuan Rata-rata penambahan jumlah pucuk (buah)
Persentase penambahan jumlah pucuk dibanding masing-masing kontrol (%)
Kontrol (ANTR1) 6abc 0
AYTR1 8ab 33,33
AYTR2 9a 50
AYTB1 8ab 33,33
AYTB2 6abc 0
ANTR2 4bc -33,33
ANTB1 2c -66,67
ANTB2 7ab 16,67
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
AY : pemotongan akar dengan teknik LRM TB2 : Teraremed 1000 g + Terabuster 1000 cc AN : tanpa pemotongan akar dengan teknik LRM TR1 : Teraremed 0 g
TB1 : Teraremed 1000 g + Terabuster 500 cc TR2 : Teraremed 1000 g
Pada Tabel 4 terlihat bahwa pengaruh pemotongan akar dengan pemberian
Teraremed 1000 g (AYTR2) menghasilkan peningkatan terhadap kontrol sebesar
50%. Selain itu, pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar dengan Terabuster
19
6
8 9 8
6 4 2 7 0 2 4 6 8 10 Kontrol (ANTR1)
AYTR1 AYTR2 AYTB1 AYTB2 ANTR2 ANTB1 ANTB2
R a ta -r a ta p en a m b a h a n ju m la h p u cu k (b u a h ) Taraf perlakuan
Gambar 3 Rata-rata penambahan jumlah pucuk tanaman damar (A. loranthifolia Salisb.) per-perlakuan
Gambar 3 menjelaskan bahwa penambahan jumlah pucuk tertinggi dicapai
pada perlakuan AYTR2 dengan persentase penambahan jumlah pucuk terhadap
kontrol sebesar 50% dan rata-rata penambahan jumlah pucuk sebanyak 9 buah.
Sedangkan penambahan terendah pada perlakuan ANTB1 dengan persentase
penambahan pucuk terhadap kontrol sebesar -66,67% dan rata-rata penambahan
jumlah pucuk sebanyak 2 buah.
Pemotongan akar selain dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
tinggi, juga dapat berpengaruh positif pada penambahan jumlah pucuk tanaman
damar. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan AYTR1 yang menunjukkan
penambahan jumlah pucuk dengan persentase terhadap kontrol mencapai 33,33%.
Menurut Hariangbanga (2009) hormon alami yang terkandung dalam
Teraremed dapat merangsang pertumbuhan akar baru dimana pembentukan akar
baru akan memproduksi hormon sitokinin pada ujung akar yang dapat
menghilangkan dominansi apikal pada pucuk (Heddy 1986) sehingga pemberian
Teraremed dapat memacu pertumbuhan pucuk baru, seperti yang terlihat pada
perlakuan AYTR2, dimana AYTR2 penambahan jumlah pucuknya lebih banyak
dibandigkan dengan AYTR1 dan kontrol.
Sama halnya dengan pertumbuhan tinggi, bahwasanya dosis Terabuster
1000 cc diduga terlalu tinggi untuk diberikan pada tanaman damar sehingga
penggunaannya juga tidak efektif untuk penambahan jumlah pucuk tanaman
damar. Oleh karena itu perlakuan AYTB1 memberikan pengaruh yang lebih baik
[image:33.612.133.488.81.237.2]Terabuster mengandung NPK, magnesium, kalsium, dan chelated micronutrients (Hariangbanga 2009). Nitrogen yang disediakan oleh Terabuster merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya
sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman, seperti daun, batang dan akar (Sutejo (1992) dalamKurniawati (1997)). Tanpa adanya pemotongan akar, fungsi akar untuk menyerap unsur hara
akan lebih lambat karena tidak ada pertumbuhan akar lateral baru. Sehingga
pemberian dosis Terabuster yang lebih banyak, yaitu 1000 cc pada perlakuan
ANTB2 lebih membantu dalam pembentukan pucuk baru walaupun akarnya tidak
dipotong (lihat Gambar 3).
Hubungan antara pertumbuhan pucuk yang akan berkembang menjadi daun
dan akar saling mendukung. Daun selain menghasilkan karbohidrat dari hasil
fotosintesis, juga menghasilkan auksin yang memacu pembentukan akar
(Rochiman dan Sri Setyati (1973) dalam Kartika (1997)). Begitu pula dengan sitokinin yang diproduksi pada ujung akar dapat memacu pertumbuhan pucuk
(Heddy 1986). Sehingga dapat dikatakan bahwa munculnya pucuk baru
merupakan respon dari adanya pertumbuhan akar baru.
4.3. Perubahan Warna Daun Tanaman Damar (A. loranthifoliaSalisb.) Secara umum, sebelum diberikan perlakuan, daun tanaman damar
berwarna hijau dengan bintik-bintik berwarna orange. Bintik-bintik ini berjumlah
banyak dan hampir menutupi seluruh permukaan daun terutama daun pada cabang
bagian bawah. Daun pada tanaman yang diberikan perlakuan pemotongan akar
berubah menjadi lebih hijau seperti terlihat pada Gambar 4.
[image:34.612.135.498.551.657.2]21
Salah satu fungsi nitrogen adalah untuk memperbaiki pertumbuhan
vegetatif tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup nitrogen,
daunnya akan berwarna lebih hijau) (Hardjowigeno (2003)dalam Fahmi (2010)). Terabuster mengandung Nitrogen yang dapat langsung dan mudah diserap
tanaman. Oleh karena itu, perubahan warna daun menjadi lebih cerah dapat
disebabkan karena respon dari adanya pertumbuhan akar baru dan penyerapan
unsur hara yang lebih baik pada tanaman tersebut.
Selain itu, sitokinin diproduksi pada ujung akar baru yang terbentuk akibat
pemotongan akar. Sitokinin yang terbentuk pada ujung akar tersebut
ditransportasikan ke helai daun dan dapat menunda penuaan daun. Kandungan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Perlakuan pemotongan akar dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar
110,21% dan penambahan jumlah pucuk sebesar 33,33% pada tanaman damar
dibandingkan dengan tanpa pemotongan akar (kontrol)
2. Pemberian Teraremed 1000 g dan Terabuster 1000 cc pada tanaman damar
tanpa perlakuan pemotongan akar dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi
sebesar 161,26% dan penambahan jumlah pucuk sebesar 16,67% terhadap
kontrol
3. Perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Teraremed sebanyak 1000 g
dan Terabuster sebanyak 500 cc memberikan pengaruh terbaik pada
pertumbuhan tinggi tanaman damar sebesar 164,26% terhadap kontrol.
Sedangkan perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Teraremed
sebanyak 1000 g memberikan pengaruh terbaik pada penambahan jumlah
pucuk baru tanaman damar sebesar 50% terhadap kontrol.
5.2. Saran
1. Teknik LRM ini sebaiknya dilakukan pada tanaman dengan kondisi stagnan
di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan pertumbuhan tanaman
2. Teknik LRM dapat dijadikan salah satu cara untuk pemeliharaan tanaman
stagnasi
3. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan jangka waktu lebih lama dengan
penambahan perlakuan faktor frekuensi pemotongan akar dan pemupukan
serta dilakukannya analisis tanah dan kondisi tanaman sebelum dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Fadhillah, L. N. H. 2010. Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) dengan Perlakuan Pupuk Polimer Terabuster dan Kompos Aktif Teraremed [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Departemen Silvikultur. Institut Pertanian Bogor.
Fahmi, I. 2010. Aplikasi Pupuk Majemuk NPK dan Kompos Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Semai Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) di Media Tanam Tailing Tambang Emas [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Departemen Silvikultur. Institut Pertanian Bogor.
Hadi, M. 1999. Peningkatan Kualitas Media Semai Melalui Pemanfaatan Limbah Mahkota Nanas, Ekstrak Kulit Buah Jagung (Zea mays L.) dan Cendawan Trichoderma viride Bagi Pertumbuhan Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Hariangbanga, G. 2008. Rehabilitasi Lahan Tailing dengan Teknologi Bio-Organik dan Asam humat di PT Antam Tbk Unit Pertambangan Emas Cikotok Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan. Universitas Trisakti.
Hariangbanga, G. 2009. Green Earth Products. Green Earth Trainer: Bogor. Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan. Penerbit CV Rajawali: Jakarta.
Kartika, N. H. 1997. Pengaruh Pemotongan Akar dan Sifat Fisik Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Panili Vanilla planifolia Andrews [skripsi]. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Kurniawati, M. 1997. Pengaruh pemberian Pupuk Cair Fertifort, NPK dan Organik Terhadap Laju Pertumbuhan Anakan Pinus merkusii Jungh et de Vriese [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Penerbit PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Menteri Negara Riset dan Teknologi. 2010. Budidaya Pertanian Durian (Bombaceae sp.) [terhubung berkala]. http://www.iptek.net.id/ [7 Juli 2010]. Segawa, I. W. 1992. Pengaruh Taraf Pemberian Zat Pengatur Tumbuh IBA
Setiadi, Y. 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilitation After Mining And Oil/ Gas Operation. Green Earth Trainer: Bogor.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Tjondronegoro, P. D., M. Natasaputra, T. Kusumaningrat, A.W. Gunawan, M. Djaelani, dan A. Suwanto. 1989. Botani Umum III. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, IPB. Bogor. 149 hal.
Yahmadi, M. 1979. Budidaya dan Pengolahan Kopi. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor. 36 hal.
25
Lampiran 1. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
damar
Sumber
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhit
P-value
Perlakuan
11
206,4616667
18,7692424
4,97
0,0051
Galat
12
45,2966667
3,7747222
Total
23
251,7583333
Sumber
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhit
P-value
Pemotongan
akar (A)
1
26,8816667
26,88166667
1,24
0,3818
Pemupukan (P)
3
3,2550000
1,0850000
0,29
0,8336
A*P
3
123,2683333
41,0894444
10,89
0,0010
Galat
4
53,05667
26,52833
7,03
0,3332
Lampiran 2. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap penambahan jumlah pucuk
tanaman damar
Sumber
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhit
P-value
Perlakuan
11
121,1250000
11,0113636
3,32
0,0251
Galat
12
39,8333333
3,3194444
Total
23
160,9583333
Sumber
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhit
P-value
Pemotongan
akar (A)
1
45,37500000
45,37500000
6,37
0,1276
Pemupukan (P)
3
13,45833333
4,48611111
1,35
0,3043
A*P
3
37,45833333
12,48611111
3,76
0,0410
27
Lampiran 3. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertumbuhan
tinggi untuk perbandingan anak petak pada taraf petak utama yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*P
A
8,800
3 AYTB1
A
A
8,700
3 ANTB2
A
A
7,133
3 AYTR
A
A
7,000
3 AYTB0
B
3,333
3 ANTB0
B
B
3,133
3 AYTB2
B
B
2,933
3 ANTR
`
B
Lampiran 4. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter penambahan
Jumlah pucuk untuk perbandingan anak petak pada taraf petak utama
yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*P
A
8,667
3 AYTR
A
B A
7,333
3 AYTB0
B A
B A
7,333
3 AYTB1
B A
B A
7,000
3 ANTB2
B A
B A
6,000
3 AYTB2
B A
B A C
5,333
3 ANTB0
B
C
B
C
4,000
3 ANTR
C
29
Lampiran 5. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertumbuhan
tinggi untuk perbandingan petak utama pada taraf anak petak yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*P
A
8,800
3 AYTB1
A
A
8,700
3 ANTB2
A
B
A
7,133
3 AYTR
B
A
B
A
7,000
3 AYTB0
B
B
3,333
3 ANTB0
B
B
3,133
3 AYTB2
B
B
2,933
3 ANTR
B
Lampiran 6. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter penambahan
jumlah pucuk untuk perbandingan petak utama pada taraf anak petak
yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*P
A
8,667
3 AYTR
A
B
A
7,333
3 AYTB0
B
A
B
A
7,333
3 AYTB1
B
A
B
A
7,000
3 ANTB2
B
A
B
A C
6,000
3 AYTB2
B
A C
B
A C
5,333
3 ANTB0
B C
B C
4,000
3 ANTR
C
31
[image:45.612.110.487.78.287.2]Lampiran 7. Foto-foto pertumbuhan tinggi tanaman damar (
A. loranthifolia
Salisb.)
Gambar 5 Tinggi tanaman sebelum diberi perlakuan (a) dan setelah diberi perlakuan pemotongan akar
dan Teraremed 1000 g + Terabuster 500 cc (AYTB1) pada minggu ke-8 (b)
Lampiran 8. Foto-foto penambahan jumlah pucuk tanaman damar (
A. loranthifolia
[image:45.612.74.495.384.533.2]Salisb.)
Lampiran 9. Dokumentasi penelitian
Gambar 7 Perkembangan akar pada tanaman damar dengan perlakuan pemotongan akar dan Teraremed 1000 g (AYTR2) pada minggu ke-6