• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji karakteristik water absorbent pati singkong serta pengaruhnya terhadap tanaman cabai pada tanah bertekstur pasir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji karakteristik water absorbent pati singkong serta pengaruhnya terhadap tanaman cabai pada tanah bertekstur pasir"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KARAKTERISTIK

WATER ABSORBENT

PATI

SINGKONG SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

TANAMAN CABAI PADA TANAH BERTEKSTUR PASIR

TRIA PURWANTI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Karakeristik Water Absorbent Pati Singkong serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Cabai pada Tanah Bertekstur Pasir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

TRIA PURWANTI. Uji Karakeristik Water Absorbent Pati Singkong serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Cabai pada Tanah Bertekstur Pasir. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan ENNI DWI WAHJUNIE.

Hamparan pasir tailing akibat kegiatan penambangan timah cukup luas penyebarannya. Tailing tambang timah di Bangka Belitung mengandung pasir lebih dari 90%, klei lebih kecil dari 5% dan bahan organik lebih kecil dari 1%. Kadar pasir yang sangat tinggi, klei dan bahan organik yang sangat rendah menyebabkan sifat retensi air pada tailing menjadi sangat rendah. Upaya yang umum dilakukan untuk mengatasi masalah retensi air yang rendah adalah dengan irigasi yang intensif. Namun penggunaan irigasi yang intensif cenderung tidak efisien. Untuk mengurangi intensitas irigasi, penggunaan water absorbent akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan, salah satunya adalah SWA (Super Water Absorbent) Pati Singkong. Suatu penelitian untuk menguji karakteristik SWA pati singkong dan melihat pengaruhnya terhadap tanaman cabai pada tanah bertekstur pasir dilakukan di rumah kaca. Penelitian terdiri dari dua seri percobaan. Pertama, pengamatan degradabilitas swelling SWA pati singkong yang dievaluasi berdasarkan penurunan bobot SWA (swelling) terhadap waktu. Kedua, pengamatan water absorbent terhadap pertumbuhan tanaman cabai dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor perlakuan yaitu (1) Water absorbent yang terdiri dari 8 taraf; (2) Media tanam bertekstur pasir yang terdiri dari 2 taraf serta (3) Penyiraman yang terdiri dari 2 taraf. Pemberian SWA pati singkong menggunakan metode aplikasi basah dimana SWA direndam air hingga mencapai kesetimbangan, kemudian diaplikasikan ke dalam media tanam. Hasil uji degradabilitas swelling SWA pati singkong cenderung sama pada tanah regosol maupun pada tanah simulasi pasir tailing. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum seluruh perlakuan pemberian water absorbent tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Namun perlakuan SWA pati singkong dengan dosis 0.1 g/kg yang dikombinasikan dengan penambahan Khitosan cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Pertumbuhan tanaman cabai pada perlakuan tanpa penyiraman dengan aplikasi SWA mempunyai siklus hidup yang lebih singkat dibandingkan dengan perlakuan dengan penyiraman seminggu sekali.

(4)

ABSTRACT

TRIA PURWANTI. Characteristic Test of the Water Absorbent Cassava Starch and That Effect to The Chili Plants in Sand-Textured Soils. Supervised by DWI PUTRO TEJO BASKORO and ENNI DWI WAHJUNIE.

Tin mine tailing in Bangka Belitung island covers significantly large area. Unfortunately, this tailing contain very high sand (>90%) but very low clay (<5%) and very low organic matter (<1%), that is has very low water retention ability. Common effort to overcome low water retention problem is by using intensive irigation. However, intensive use of irigation tends to be inefficient. To reduce the intensity of irigation, the use of water absorbent is presently began widely introduced, one of them is SWA (Super Water Absorbent) Cassava Starch. A study to examine the characteristics of SWA Cassava Starch and observe its effect to chilli plants in sand-textured soils was conducted in a greenhouse. The study consisted of two series of experiments. First, evaluation of SWA Cassava Starch (in swelling condition) degradability based on the decrease in the weight of SWA (swelling) toward the time. Second, evaluation of the effect of water absorbent on chili plant growth using Completely Randomized Design with three treatment factors namely (1) Water absorbent consisting of 8 standard; (2) sand soil consisting of 2 standard, and (3) Watering consisting of 2 standard. SWA Cassava Starch in applied in wet method before which SWA is soaked in water until it reaches equilibrium. Result of the experiments showed that SWA Cassava Starch (in swelling condition) degradability tend to be the same on the Regosol soil or sand tailings simulation soil. Second experiment indicated that in general water absorbent had no significant effect on chili plants growth, eventhough SWA Cassava Starch treatment with a dose of 0.1 g/kg in combination with chitosan tends to give a better effect. Chili plants growth at “a without watering treatment” with SWA treatment have a shorter life cycle compared to “once a week watering treatment”.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

UJI KARAKTERISTIK

WATER ABSORBANT

PATI

SINGKONG SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

TANAMAN CABAI PADA TANAH BERTEKSTUR PASIR

TRIA PURWANTI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul Skripsi : Uji Karakteristik Water Absorbent Pati Singkong serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Cabai pada Tanah Bertekstur Pasir

Nama : Tria Purwanti NIM : A14100073

Disetujui oleh

Dr Ir D.P.T. Baskoro, MSc Pembimbing I

Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Karakeristik Water Absorbant Pati Singkong serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Cabai pada Tanah Bertekstur Pasir”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc sebagai dosen pembimbing pertama dan

Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, MSi sebagai dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Yayat Hidayat, Msi sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan untuk penulisan skripsi ini

3. Dr. Darmawan Darwis, M.Sc, Apt dan Ibu Tita Puspitasari, M.Si beserta staf Badan Tenaga Nuklir Nasional yang telah banyak membantu selama penelitian 4. Kedua orangtua dan keluarga saya yang senantiasa memberikan do’a, semangat,

motivasi, dan dukungan baik moral maupun material kepada penulis.

5. Bapak Saifullah (Laboran Fisika Tanah), yang telah memberikan arahan dan bantuan selama di Laboratorium.

6. Rekan kerja saya selama penelitian ini Sekar Mayang, Yanuar Azhary, Asti Nurmilah, Fatriani Lukman, Yohanna Br. Singarimbun, Rahayu W Aurika, Lutfia Nursetya Fuadina, Yoga Prawira dan teman-teman Ilmu Tanah 47 yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan Penelitian. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Pelaksanaan Penelitian 3

Persiapan Media Tanam 3

Rancangan Penelitian 3

Penanaman Tanaman Cabai 4

Pengamatan 4

Pemberian Pupuk 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Degradabilitas Swelling SWA 5

Karakteristik Fisik Tanah 6

Pertumbuhan Tanaman Cabai 7

Tinggi Tanaman 7

Jumlah Daun 8

Lebar Daun 8

Hubungan Kadar Air dengan Pertumbuhan Tanaman 11 Hubungan Evapotranspirasi dengan Pertumbuhan Tanaman 14

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1. Alat dan bahan pelaksanaan penelitian 2

2. Sifat fisik tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol 6 3. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap tinggi tanaman cabai

pada 5 MST dan 8 MST 7

4. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap jumlah daun tanaman

cabai pada 5 MST dan 8 MST 8

5. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap lebar daun tanaman

cabai pada 5 MST dan 8 MST 9

6. Pengaruh pemberian water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing (T1) dan tanah regosol (T2) terhadap tinggi tanaman cabai pada 5 MST

dan 8 MST 9

7. Pengaruh pemberian water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing (T1) dan tanah regosol (T2) terhadap jumlah daun tanaman cabai pada 5

MST dan 8 MST 10

8. Pengaruh pemberian water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing (T1) dan tanah regosol (T2) terhadap lebar daun tanaman cabai pada 5

MST dan 8 MST 10

DAFTAR GAMBAR

1. Penurunan bobot SWA pati singkong terhadap waktu pada tanah

simulasi pasir tailing dan tanah regosol 5

2. Tinggi tanaman dengan perlakuan tanpa penyiraman pada tanah

simulasi pasir tailing 11

3. Tinggi tanaman dengan perlakuan tanpa penyiraman pada tanah regosol 12 4. Tinggi tanaman dengan penyiraman satu minggu sekali pada tanah

7. Evapotranspirasi pada berbagai perlakuan penyiraman dan media

tanam dari hari ke hari 14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent pada taraf α=5%

terhadap tinggi tanaman cabai 18

2. Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent pada taraf α=5%

terhadap jumlah daun tanaman cabai 18

3. Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent pada taraf α=5%

(11)

4. Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent dan tanah pada

taraf α=5% terhadap tinggi tanaman cabai 19

5. Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent dan tanah pada taraf α=5% terhadap jumlah daun tanaman cabai 20 6. Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent dan tanah pada

taraf α=5% terhadap lebar daun tanaman cabai 20 7. Pengaruh perlakuan water absorbent terhadap tinggi tanaman cabai 21 8. Pengaruh perlakuan water absorbent terhadap jumlah daun tanaman

cabai 21

9. Pengaruh perlakuan water absorbent terhadap lebar daun tanaman cabai 21 10.Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent dan tanah terhadap tinggi

tanaman cabai 22

11.Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent dan tanah terhadap

jumlah daun cabai 23

12.Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent dan tanah terhadap lebar

daun cabai 24

13.Kadar air pF 4.2 pada tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol 24 14.Pengaruh SWA dosis 0.1g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa

perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST 25 15.Pengaruh SWA dosis 0.5g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa

perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST 25 16.Pengaruh SWA dosis 0.1g/kg pada tanah regosol tanpa perlakuan

penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST 25

17.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol tanpa perlakuan

penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST 26

18.Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur

5 MST 26

19.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur

5 MST 26

20.Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 5 MST 27 21.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan

penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 5 MST 27 22.Pengaruh SWA dosis 0.1g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa

perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 8 MST 27 23.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa

perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 8 MST 28 24.Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah regosol tanpa perlakuan

penyiraman terhadap tanaman cabai umur 8 MST 28

25.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol tanpa perlakuan

penyiraman terhadap tanaman cabai umur 8 MST 28

26.Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur

(12)

27.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur

8 MST 29

28.Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 8 MST 29 29.Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan

penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 8 MST 30 30.SWA swelling pada minggu ke-8 setelah aplikasi pada tanah regosol

(kiri) dan tanah simulasi pasir tailing 30

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertambangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan negara yaitu sebesar 10.43% pada tahun 2013 (BPS 2013). Namun menurut Herjuna (2011), kegiatan pertambangan dapat memberikan dampak perubahan terhadap bentang alam dan penurunan kualitas tanah. Salah satu dampak dari kegiatan pertambangan adalah hamparan tailing khususnya pada tambang timah. Sutono (2012) menyebutkan bahwa tailing tambang timah mengandung pasir >90%, klei <5%, dan bahan organik <1%. Fraksi pasir yang sangat tinggi, klei dan bahan organik yang sangat rendah menyebabkan rendahnya kemampuan tailing tambang timah tersebut menahan air, yang dapat menjadi kendala utama bagi upaya reklamasi maupun pemanfaatan lahan tailing untuk pertanian.

Air bagi tanaman sangat penting dalam proses pertumbuhannya. Agar tanaman tumbuh baik kebutuhan air pada tanaman harus selalu tercukupi. Kehilangan air dapat terjadi pada tanah, tanaman atau keduanya melalui proses yang dikenal dengan evapotranspirasi. Jumlah air yang terevapotranspirasi merupakan jumlah air minimum yang dibutuhkan agar tanaman tumbuh normal. Hal ini hanya dapat tercapai jika kemampuan penyediaan air oleh tanah dapat mengimbangi evapotranspirasi tersebut, yang jika tidak terpenuhi (kekurangan air) tanaman akan mengalami cekaman air.

Upaya yang umum dilakukan untuk mengatasi kekurangan air adalah dengan menggunakan irigasi. Namun pada tanah bertekstur pasir yang mempunyai sifat lepas atau kapasitas menahan air rendah maka akan membutuhkan frekuensi penggunaan air irigasi yang tinggi sehingga cara tersebut tidak efisien. Untuk mengurangi frekuensi penggunaan air irigasi, penggunaan water absorbent akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan. Namun bagaimana efektifitas penggunaan water absorbent masih diperdebatkan.

Water absorbent yang digunakan pada penelitian ini yaitu water absorbent yang dikeluarkan oleh Balai Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yaitu Super Water Absorbent Pati Singkong. Prinsip water absorbent ini yaitu menyerap air hingga mencapai kesetimbangan dan melepaskan air secara kontinyu sehingga dapat menyediakan air bagi tanaman. Menurut Chatzoudis (1995) dalam Hidayah (2013), kombinasi superabsorben dan pupuk dapat memperbaiki nutrisi bagi tanaman dan berfungsi mengurangi kehilangan pupuk melalui penguapan serta menurunkan frekuensi irigasi. Oleh karena itu, pada penelitian ini beberapa perlakuan SWA dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh tanaman yaitu Alginat dan Khitosan. Tanaman cabai digunakan sebagai indikator dengan media tanah berpasir sebagai simulasi bahan tanah tailing tambang.

Tujuan Penelitian

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca University Farm Cikabayan, Darmaga Bogor. Uji sifat fisik tanah dilaksanakan di laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2014 hingga Agustus 2014.

Alat dan Bahan

Berikut merupakan tabel kegiatan serta alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian

(15)

3

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Media Tanam

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua jenis tanah berpasir, yaitu simulasi tanah pasir tailing yang dibuat dari campuran antara pasir dan tanah latosol dengan rasio 9 : 1 (Sutono 2012) dan tanah regosol yang diambil dari kebun percobaan Cikabayan Dramaga. Masing-masing tanah dimasukkan ke dalam pot dengan total bobot tanah 5 kg/pot. Selanjutnya media tanam di analisis sifat fisik tanahnya yang meliputi bobot isi tanah dengan menggunakan metode gravimetri, tekstur tanah dengan metode hidrometer, dan kadar air kapasitas lapang dengan metode Alhricks. Selain itu, pengamatan kadar air titik layu permanen pada pF 4.2 dilakukan pada akhir masa vegetatif tanaman.

Rancangan Penelitian

Penelitian terdiri dari dua seri percobaan. Seri percobaan pertama yaitu pengamatan degradabilitas swelling SWA pati singkong. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui berapa lama SWA dapat menyediakan air dalam tanah. Pengamatan tersebut dilakukan dengan cara mengaplikasikan SWA sebanyak 5 gram, yang sebelumnya telah dilakukan perendaman dengan air sebanyak 1000 ml, kedalam tanah tanpa tanaman. Pengamatan degradabilitas swelling SWA ini menggunakan periode waktu 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu, 6 minggu, dan 8 minggu setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot SWA pada tiap periode waktu tersebut.

Seri percobaan kedua yaitu pengamatan pengaruh water absorbent terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 faktor perlakuan sebagai berikut:

1. Pemberian bahan water absorbent yang terdiri dari 8 taraf, yaitu: a. K : Kontrol

(16)

4

2. Tektur tanah terdiri dari 2 taraf yaitu:

a. T1 : Campuran pasir + latosol rasio 9 : 1

(Untuk mendapatkan kadar pasir dalam tanah sebanyak 60%)

b. T2 : Tanah Regosol

3. Penyiraman tanaman terdiri dari 2 taraf yaitu: a. P0 : Tanpa penyiraman

b. P1 : Penyiraman dengan interval waktu satu minggu sekali

Dari berbagai perlakuan diatas, maka diperoleh 32 kombinasi perlakuan dengan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga total menjadi 96 satuan percobaan.

Bahan water absorbent yang digunakan merupakan SWA pati singkong BATAN yang metode aplikasinya dengan aplikasi basah, dimana SWA pati singkong telah menyerap air hingga maksimum. Bahan SWA dengan dosis 0.1 g/ kg tanah dilakukan perendaman dengan air sebanyak 150 ml, sedangkan SWA dengan dosis 0.5 g/kg tanah dilakukan perendaman dengan air sebanyak 300 ml selama 24 jam. Selanjutnya untuk perlakuan SWA + Alginat dilakukan setelah perendaman dengan air selesai, untuk kemudian direndam kembali dengan Alginat selama 24 jam. Sedangkan perlakuan Khitosan diaplikasikan langsung pada tanaman.

Penyiraman dilakukan berdasarkan perlakuan yakni seminggu sekali dan tidak disiram sama sekali. Namun sebelum perlakuan penyiraman diterapkan, dilakukan penyiraman 4 hari sekali hingga umur tanaman mencapai 20 hari terhitung setelah penanaman atau pindah media tanam ke dalam pot untuk menjaga tanaman tidak stress air pada awal tanam.

Penanaman Tanaman Cabai

Bagian bawah pot yang berisi 2 perlakuan tanah dengan bobot tanah masing-masing 5 kg/pot diberi saringan agar tanah tidak lolos keluar pot. Kemudian bahan SWA dimasukkan ke dalam pot yang terkonsentrasi pada daerah perakaran. Selanjutnya setiap pot ditanami dengan tanaman cabai yang sebelumnya telah disemai hingga mencapai 3 minggu.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan yaitu degradabilitas swelling SWA pati singkong, pertumbuhan tanaman cabai, variasi kadar air tanah, dan evapotranspirasi. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada 4 MST sampai dengan masa akhir fase vegetatif tanaman (10 MST). Pengamatan ini dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, dan keadaan tanaman secara visual untuk mengetahui waktu cekaman air pada tanaman.

(17)

5

hari selama satu minggu. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui penurunan kadar air tanah setiap hari dalam satu minggu. Kedua pengamatan ini (evapotranspirasi dan variasi kadar air tanah) dilakukan pada minggu ke 3 (untuk perlakuan penyiraman) dan minggu ke 4 (untuk perlakuan tanpa penyiraman).

Pemberian Pupuk

Pupuk diberikan pada seluruh perlakuan dengan dosis yang sama yaitu paada tanah simulasi pasir tailing diberikan pupuk Urea 0.7 g/pot, SP-36 0.49 g/pot, dan 0.49 g/pot sedangakan untuk tanah regosol diberikan pupuk Urea 0,6 g/pot, SP-36 0,34 g/pot, dan KCL 0,34 g/pot.

Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) untuk melihat pengaruh perlakuan serta interaksi dari perlakuan. Untuk melihat perlakuan mana yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, dilakukan uji beda nyata Duncan pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Degradabilitas Swelling SWA

Degradabilitas swelling SWA di dalam tanah diamati berdasarkan perubahan bobot SWA pati singkong yang telah swelling (SWA telah menyerap air secara maksimum) dari minggu ke 0 sampai minggu ke 8. Perubahan bobot SWA terhadap waktu disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan bahwa secara umum bobot SWA menurun dari waktu ke waktu dengan laju yang sangat cepat sampai minggu ke 6 dan kemudian melambat. Laju penurunan bobot SWA yang lebih cepat pada awal minggu, dikarenakan hilangnya air dan adanya degradasi bahan SWA pada saat bahan SWA tersebut masih banyak dan volume air yang diserap SWA maksimum. Laju penurunan bobot SWA kemudian melambat dikarenakan bahan SWA dan air Gambar 1. Penurunan bobot SWA pati singkong terhadap waktu pada tanah

simulasi pasir tailing dan tanah regosol

(18)

6

sudah sangat sedikit. Degradabilitas swelling SWA pada tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol cenderung sama, walaupun pada minggu ke 3 dan 4 tampak bahwa penurunan bobot SWA (swelling) pada tanah simulasi pasir tailing lebih lambat dibandingkan tanah regosol. Penurunan bobot SWA ini didominasi oleh penurunan volume air pada SWA dibandingkan dengan degradasi bahan kering SWA tersebut.

SWA pati singkong ini dirancang untuk terdegradasi bahan keringnya didalam tanah, agar bahan SWA ini tidak mencemari lingkungan. Namun degradasi bahan kering SWA sulit terukur dengan metode yang digunakan pada penelitian ini. Degradasi SWA di dalam tanah dapat terjadi karena putusnya ikatan silang pada struktur tiga dimensi SWA tersebut yang dapat terjadi karena penguapan. Menurut Erizal (2002) dalam Hidayah (2013) terdapat dua jenis hidrogel superabsorbent berdasarkan jumlah absorbs dan derajat ikatan silang polimernya, yaitu hidrogel superabsorbent yang mempunyai derajat ikatan yang rendah namun mempunyai daya serap yang tinggi dan hidrogel superabsorbent yang mempunyai derajat ikatan yang tinggi sehingga mampu mempertahankan bentuk struktur tiga dimensinya namun daya serap terhadap air rendah. Demikan juga menurut Feng et al. (2010) pada penelitiannya menyebutkan bahwa jumlah selulosa yang terdegradasi dalam jangka waktu 54 hari adalah 20% pada suhu 32˚C dan 40% pada suhu 40˚C. Degradasi SWA tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu dimana suhu yang tinggi (40˚C) dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan mempercepat biodegradasi.

Karakteristik Fisik Tanah

Karakteristik tanah yang diamati meliputi bobot isi, tekstur, dan kadar air kapasitas lapang. Hasil analisis sifat fisik tanah pada tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil analisis bobot isi (BI) kedua media tanam yakni tanah simulasi pasir tailing dan regosol berturut-turut 1,25 g/cm3 dan 1,45 g/cm3. Menurut Hardjowigeno (2002) BI dari dua komposisi tanah berpasir yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam kisaran BI tanah pasir yaitu 1.20- 1.80 g/cm3. Bobot isi menunjukkan tingkat kepadatan tanah. Bobot isi yang tinggi pada tanah berpasir berimplikasi pada sulitnya penetrasi akar. Bobot isi tanah simulasi pasir tailing memiliki bobot isi yang lebih rendah dari pada tanah regosol disebabkan karena jenis mineral penyusunnya berbeda. Menurut Sinaga (2003) Tabel 2. Sifat fisik tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol

Sifat Fisik Tanah Simulasi Pasir Tailing Regosol

Bobot Isi (g/cm3) 1,25 1,45

Pasir (%) 85,14 81,34

Debu (%) 5,79 10,78

Klei (%) 9,07 8,05

Kelas Tekstur Pasir Pasir

Kadar Air Kapasitas

(19)

7

jenis mineral tanah regosol berasal dari bahan volkanik dengan asosiasi plagioklas-hiperstein yaitu mineral kelam, sedangkan tanah simulasi pasir tailing merupakan pasir kuarsa.

Tanah simulasi pasir tailing mengandung pasir lebih tinggi dari tanah regosol yaitu masing-masing sebesar 85,14% dan 81,34%. Simulasi pasir tailing ini dibuat untuk mendekati kandungan pasir bahan tailing yang sebenarnya yaitu sekitar 90 % (Sutono 2012). Tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol ini juga mengandung klei berturut-turut 9,07% dan 8,05%, serta mengandung debu berturut-turut 5,79% dan 10,78%.

Kadar air kapasitas lapang pada tanah simulasi pasir tailing sebesar 8,43% sedangkan pada tanah regosol sebesar 21,46%. Nilai KAKL pada tanah simulasi pasir tailing tercapai setelah 4 jam drainase sedangkan tanah regosol setelah 24 jam drainase. Hal tersebut menunjukkan drainase pada tanah simulasi pasir tailing lebih cepat dibandingan dengan tanah regosol dikarenakan pasir tailing memiliki kandungan pasir yang lebih tinggi dan bahan organik yang lebih rendah. Selain itu, nilai KAKL pada tanah simulasi pasir tailing sangat rendah dibandingkan dengan regosol. Hal tersebut dikarenakan kondisi tanah simulasi pasir tailing belum jenuh air sehingga dengan diberikan volume air yang sama pada penetapan KAKL ini, kadar air pada tanah simulasi pasir tailing menjadi sangat rendah.

Pertumbuhan Tanaman Cabai

Tinggi Tanaman

Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent terhadap tinggi tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST disajikan pada Tabel 3.

Perlakuan SWA pati singkong berbagai dosis dan kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman baik pada 5 MST maupun 8 MST (Lampiran 1). Namun terlihat bahwa pada awal pertumbuhan tanaman yakni 5 MST, tinggi tanaman pada perlakuan SWA (0.1 g/kg) + Khitosan memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 24,52 cm. Hal tersebut dikarenakan adanya kombinasi antara SWA dan zat tumbuh Khitosan sehingga dapat membantu pertumbuhan biologis tanaman. Pada umur tanaman 8 MST tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena Tabel 3. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap tinggi tanaman cabai

pada 5 MST dan 8 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

(20)

8

pada umur tanaman 8 MST, sebagian besar air pada SWA sudah hilang sehingga kemampuannya untuk menyuplai air bagi tanaman sudah sangat rendah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada minggu ke 8, SWA pati singkong (swelling) yang tersisa hanya 1,6%.

Jumlah Daun

Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent terhadap jumlah daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman cabai secara umum pada berbagai perlakuan tidak berbeda nyata (Lampiran 2). Namun terlihat bahwa jumlah daun pada umur tanaman 5 MST dan 8 MST tertinggi berturut-turut adalah 10 dan 25 helai yakni pada perlakuan SWA (0.1 g/kg) + Khitosan. Hal ini juga dikarenakan adanya kombinasi antara SWA dan zat tumbuh Khitosan sehingga dapat membantu pertumbuhan biologis tanaman.

Pengaruh Khitosan pada pertumbuhan tanaman memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rekso (2011) menyebutkan bahwa Khitosan merupakan bahan penginduksi pertumbuhan untuk tanaman dimana berdasarkan hasil penelitiannya, penambahan Khitosan pada air penyiraman akan meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah akar, dan produktivitas panen meningkat rata-rata pertanaman 45% serta panen pertama lebih cepat 20 hari dibandingkan kontrol.

Lebar Daun

Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent terhadap lebar daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengaruh water absorbent terhadap lebar daun tanaman cabai tidak berbeda nyata pada umur tanaman 5 MST, namun berbeda nyata pada umur 8 MST (Lampiran 3). Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, lebar daun pada pada umur tanaman 8 MST dapat terlihat bahwa lebar daun tertinggi yaitu pada perlakuan kompos sebesar 3,2 cm. Hal tersebut dikarenakan kompos berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah, dapat menyuplai air, dan menyediakan hara bagi tanaman sehingga membantu proses hidup tanaman (Sudirman et al 1982 dalam Sutono 2012).

Tabel 4. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap jumlah daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

(21)

9

Penelitian ini juga menganalisis interaksi antara pengaruh perlakuan water absorbent dan dua media tanam yaitu tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol terhadap pertumbuhan tanaman cabai.

Pada awal pertumbuhan (5 MST) pengaruh water absorbent pada kedua media tanam tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Berbeda halnya pada umur tanaman 8 MST, pengaruh water absorbent memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada kedua media tanam tersebut (Lampiran 4). Hasil uji Duncan menyebutkan bahwa perlakuan dosis SWA 0.1g/kg pada tanah simulasi pasir tailing berbeda nyata terhadap kontrol tanah simulasi pasir tailing maupun kontrol tanah regosol. Perlakuan tersebut meningkatkan tinggi tanaman sebesar 105% terhadap kontrol tanah simulasi pasir tailing dan 44,6% terhadap kontrol tanah regosol.

Demikian pula pengaruh perlakuan water absorbent pada dua media tanam terhadap jumlah daun tidak berpengaruh nyata (Lampiran 5). Hasil uji disajikan pada tabel 7.

Tabel 6. Pengaruh pemberian water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing (T1) dan tanah regosol (T2) terhadap tinggi tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%

Tabel 5. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap lebar daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST

Perlakuan Lebar Daun (cm)

(22)

10

Hasil memperlihatkan bahwa pada umur tanaman 5 MST perlakuan SWA dosis 0.1 g/kg + Khitosan pada tanah simulasi pasir tailing meningkatkan jumlah daun sebesar 22,2% terhadap kontrol tanah simulasi pasir tailing dan 37,5% terhadap kontrol tanah regosol. Sedangkan pada umur tanaman 8 MST perlakuan SWA dosis 0.1 g/kg + Khitosan pada tanah simulasi pasir tailing meningkatkan jumlah daun sebesar 68,7% terhadap kontrol tanah simulasi pasir tailing dan 92,8% terhadap kontrol tanah regosol.

Berbeda dengan tinggi tanaman dan jumlah daun, SWA dosis 0.5 g/kg + Khitosan pada tanah simulasi pasir tailing memberikan pengaruh lebih baik terhadap lebar daun. Hasil uji disajikan pada tabel 8.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa SWA dosis 0.5 g/kg + Khitosan pada tanah simulasi pasir tailing meningkatkan lebar daun sebesar 16,7% terhadap Tabel 8. Pengaruh pemberian water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing

(T1) dan tanah regosol (T2) terhadap lebar daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%

Tabel 7. Pengaruh pemberian water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing (T1) dan tanah regosol (T2) terhadap jumlah daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST

(23)

11

kontrol tanah simulasi pasir tailing dan 27,3% terhadap kontrol tanah regosol pada 5 MST serta 78,9% terhadap kontrol tanah simulasi pasir tailing dan 25,9% terhadap kontrol tanah regosol pada 8 MST.

Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan tanaman cabai yakni tinggi tanaman, jumlah daun dan lebar daun, secara umum pertumbuhan tanaman cabai tidak berbeda nyata pada kedua tanah bertekstur pasir tersebut, namun terlihat bahwa perlakuan SWA pada tanah simulasi pasir tailing memiliki nilai rata-rata pertumbuhan tanaman yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata pertumbuhan tanaman perlakuan SWA pada regosol. Hal tersebut karena BI pada tanah regosol lebih tinggi sehingga akar sukar menembus tanah dan tidak dapat tumbuh dengan baik (Suripin 2002).

Hubungan Kadar Air dengan Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh perlakuan water absorbent dan perlakuan penyiraman terhadap pertumbuhan tanaman diamati untuk mengetahui sejauh mana SWA pati singkong dapat menyuplai air bagi tanaman. Pengaruh perlakuan penyiraman terhadap siklus hidup tanaman cabai disajikan pada beberapa gambar berikut yang merupakan hubungan antara tinggi tanaman terhadap umur tanaman rata-rata tanaman, dimana kurva yang menurun menunjukkan tanaman mati.

Gambar 2 menunjukkan pada perlakuan tanpa penyiraman pada tanah simulasi pasir tailing mulai mengalami cekaman air pada umur tanaman 9 MST yang ditandai dengan berkurangnya pertambahan tinggi tanaman dan rontoknya daun tua sehingga pada umur tanaman 10 MST, tanaman tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya (mati). Berbeda dengan perlakuan SWA dosis 0.5 g/kg cekaman terjadi pada 10 MST kemudian mati pada 12 MST.

(24)

12

Demikian juga pada Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata tanaman pada perlakuan tanpa penyiraman pada tanah regosol mengalami cekaman air mulai umur tanaman 7 MST dan tanaman mulai mati pada umur 9 MST dan beberapa tanaman lainnya pada perlakuan SWA dosis 0.1 g/kg + Alginat dan SWA dosis 0.5 g/kg + Khitosan mulai cekaman pada 9 MST dan mati pada umur 11 MST.

Berbeda dengan perlakuan tanpa penyiraman, pertumbuhan tanaman pada perlakuan penyiraman satu minggu sekali masih terus meningkat hingga akhir masa vegetatif. Gambar 4 menunjukkan seluruh tanaman dengan perlakuan water absorbent pada tanah simulasi pasir tailing masih melanjutkan proses pertumbuhannya hingga memasuki fase generatif kecuali pada perlakuan kontrol sudah mati pada 6 MST.

Gambar 4. Tinggi tanaman dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali pada tanah simulasi pasir tailing

(25)

13

Gambar 5 juga menunjukkan seluruh tanaman dengan perlakuan water absorbent pada tanah regosol masih melanjutkan proses pertumbuhannya hingga memasuki fase generatif kecuali pada perlakuan SWA pati singkong dosis 0.5 g/kg sudah mati pada 10 MST dikarenakan busuk pangkal batang pada tanaman.

Pada hasil kedua perlakuan penyiraman tersebut, P0 (tanpa penyiraman) tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya hingga akhir masa vegetatif tanaman. Hal tersebut dikarenakan penurunan kadar air lapang setiap harinya lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan dengan penyiraman (Gambar 6).

Keterangan: Perlakuan tanpa penyiraman (P0) dan perlakuan dengan penyiraman (P1)

Gambar 6. Penurunan kadar air lapang pada perlakuan penyiraman dan media tanam

(26)

14

Pada Gambar 6 terlihat bahwa penurunan kadar air dengan perlakuan tidak disiram pada tanah regosol lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan penyiraman. Demikian juga penurunan kadar air lapang dengan perlakuan tidak disiram pada tanah simulasi pasir tailing lebih cepat dibandingkan perlakuan dengan penyiraman walapun tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman mempengaruhi kadar air tanah dan suplai air untuk pertumbuhan tanaman.

Pada Gambar 6 juga terdapat garis yang memotong kurva kadar air lapang dimana garis tersebut menunjukkan kadar air titik layu permanen pada tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol berturut-turut adalah 22,95% dan 23,36% (Lampiran 13). Pada perlakuan dengan penyiraman, penurunan kadar air lapang mencapai titik layu permanen pada hari ke-6 hingga ke-7 sedangkan pada perlakuan tanpa penyiraman pada hari ke-4 hingga ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan penyiraman, irigasi perlu diberikan satu minggu sekali. Namun pada perlakuan tanpa penyiraman, walaupun titik layu permanen telah terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 SWA dapat menyuplai air bagi tanaman hingga umur tanaman 7 MST (waktu mulai cekaman air pada regosol) dan 8 MST (waktu mulai cekaman air pada simulasi pasir tailing) seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Hubungan Evapotranspirasi dengan Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan evapotranspirasi pada kedua media tanam yang disajikan pada Gambar 7.

Pada Gambar 7 terlihat bahwa evapotranspirasi perlakuan tanpa disiram (P0) pada tanah regosol rata-rata perhari lebih tinggi dibandingkan dengan tanah simulasi pasir tailing. Hal tersebut merupakan salah satu sebab dimana tanaman dengan perlakuan tanpa penyiraman pada tanah regosol rata-rata siklus hidupnya

Keterangan: Perlakuan tanpa penyiraman (P0) dan perlakuan dengan penyiraman (P1)

Gambar 7. Evapotranspirasi pada berbagai perlakuan penyiraman dan media tanam dari hari ke hari

(27)

15

lebih pendek (7 MST) dibandingkan dengan tanaman pada tanah simulasi pasir tailing (9 MST). Demikian juga perlakuan dengan penyiraman (P1) evapotranspirasi pada tanah regosol lebih besar dibandingkan pada tanah simulasi pasir tailing. Hal tersebut dapat terjadi karena klei pada simulasi pasir tailing sedikit lebih besar dibandingkan tanah regosol yang menyebabkan air lebih kuat ditahan oleh matriks tanah sehingga sulit untuk terevaporasi walaupun kadar klei tidak berbeda secara signifikan.Selain itu dapat diduga karena pada tanah simulasi pasir tailing kadar air awalnya lebih rendah dibandingkan tanah regosol sehingga banyak pori yang kosong yang dapat terisi oleh air.

Rachman et al (2013) menerangkan bahwa faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah iklim (suhu, kelembapan, seasonality), tanah (ketersediaan air tanah) dan tanaman (indeks luas daun dan metabolisme tanaman). Pada kondisi iklim yang sama, Gambar 7 menunjukkan bahwa evapotranspirasi pada perlakuan dengan penyiraman lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiraman. Namun menurut Hillel (1997) pada kondisi normal, tanah yang cenderung lembab membutuhkan energi yang lebih rendah dari pada tanah yang kering sehingga evapotranspirasi pada perlakuan penyiraman seharusnya lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa disiram. Hal tersebut diduga karena pada perlakuan penyiraman dosis SWA 0.5 g/kg beberapa tanaman terganggu pertumbuhannya (busuk pangkal batang) sehingga rata-rata evapotranspirasinya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa disiram.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Degradasi swelling SWA pati singkong yang terdapat pada tanah simulasi pasir tailing cenderung sama dengan tanah regosol.

2. Aplikasi water absorbent pada tanah berpasir tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Walaupun tidak nyata perlakuan dengan dosis 0.1 g/kg yang dikombinasikan dengan penyiraman Khitosan memiliki hasil yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman cabai 3. Aplikasi SWA pati singkong dapat mengurangi intensitas penyiraman pada

tanaman cabai selama seminggu sekali.

4. Dosis SWA pati singkong yang akan diaplikasikan perlu mempertimbangkan kehilangan air yang dapat terjadi, agar SWA dapat efektif menyuplai air bagi pertumbuhan tanaman.

Saran

(28)

16

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Sosial Ekonomi. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

Chatzoudis GK dan Valkanans GN 1995. Monitoring the combined action of controlled-release fertilizers anda soil conditioner in soil. Communications in Soil Science and Plant Anal YSiS. 26: 3099-3111. Dalam: Hidayah TN. 2013. Absorpsi dan Slow Release Oligialginat dalam Matriks Water Absorbent (SWA) Cassava-Co-Acrylate [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Erizal, Dewi SP, Darmawan D. 2002. Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Poli (Akrilamida) Hasil Iradiasi Gamma. 51-55 p. Jakarta (ID): BATAN. Dalam: Hidayah TN. 2013. Absorpsi dan Slow Release Oligialginat dalam Matriks Water Absorbent (SWA) Cassava-Co-Acrylate [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Feng H, Li J, and Wang L. 2010. Flax Superabsorbent Polymer. Bioresources. 5(3): 1484-1495

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID). Akademika Pressindo.

Herjuna S. 2011. Pemanfaatan Bahan Humat dan Abu Terbang untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hillel D. 1997. Pengantar Fisika Tanah. Susanto RH, Purnomo RH, penerjemah. Indralaya (ID): Mitra Gama Widya. Terjemahan dari: Introduction to Soil Physics.

Rachman LM, Wahjunie ED, Brata KR, Purwakusuma W, dan Murtilaksono K. 2013. Fisika Tanah Dasar. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Rekso GT. 2011. Khitosan Iradiasi sebagai Bahan Penginduksi Pertumbuhan untuk Tanaman Cabe (Cacinum Apnum). Jakarta (ID). Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Sinaga SO. 2003. Karakteristik Tanah Regosol dan Latosol Darmaga serta Dinamika Konsentrasi Residu Herbisida Glisofat didalam Tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sudirman MZ, Kadir dan H Suwardjo. 1982. Pengaruh pengolahan tanah dan mulsa sisa tanaman terhadap erosi dan produktivitas tanah podsolik Pekalongan, Lampung. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah 203-212 p. Dalam: Sutono. 2012. Penggunaan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Tanah dan Budidaya Padi Gogo (Oryza Sativa (L.) Merril) pada Pasir Tailing Tambang Timah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta (ID): ANDI. Sutono. 2012. Penggunaan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Tanah dan

(29)

17

(30)

18

Lampiran 1 Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent pada taraf α=5% terhadap tinggi tanaman cabai

Lampiran 2 Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent pada taraf α=5% terhadap jumlah daun tanaman cabai

(31)

19

Lampiran 3 Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent pada taraf α=5% terhadap lebar daun tanaman cabai

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr>F 4 MST

Lampiran 4 Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent dan tanah pada taraf α=5% terhadap tinggi tanaman cabai

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah

(32)

20

Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent dan tanah pada taraf α=5% terhadap jumlah daun tanaman cabai

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr>F 4 MST

Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh perlakuan water absorbent dan tanah pada taraf α=5% terhadap lebar daun tanaman cabai

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Pr>F 4 MST

(33)

21

Lampiran 7 Pengaruh perlakuan water absorbent terhadap tinggi tanaman cabai

Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

…Tinggi Tanaman (cm)…

Kontrol 11,99a 19,26b 25,35b 32,03b 36,87a

Kompos 13,77a 21,87ab 32,62ab 41,83ab 49,34a

SWA 0.1 g/kg 13,17a 22,05ab 31,19ab 41,72ab 50,25a SWA 0.5 g/kg 12,52a 19,14b 29,33ab 34,93b 42,28a SWA 0.1 g/kg + Alginat 14,00a 21,32ab 30,31ab 40,34ab 48,78a SWA 0.5 g/kg + Alginat 12,79a 20,02ab 28,71ab 37,09ab 43,74a SWA 0.1 g/kg + Khitosan 14,66a 24,52a 34,42a 45,19a 50,12a SWA 0.5 g/kg + Khitosan 13,55a 21,83ab 31,62ab 40,67ab 48,11a Lampiran 8 Pengaruh perlakuan water absorbent terhadap jumlah daun tanaman

cabai

Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

…Jumlah Daun (helai)…

Kontrol 6a 8b 11a 14a 15b

Kompos 6a 9ab 13a 17a 19ab

SWA 0.1 g/kg 6a 9ab 13a 16a 19ab

SWA 0.5 g/kg 6a 8b 12a 14a 17b

SWA 0.1 g/kg + Alginat 6a 9ab 12a 16a 19ab

SWA 0.5 g/kg + Alginat 6a 8b 11a 15a 17b

SWA 0.1 g/kg + Khitosan 7a 10a 14a 18a 25a

SWA 0.5 g/kg + Khitosan 6a 8b 12a 15a 19ab

Lampiran 9 Pengaruh perlakuan water absorbent terhadap lebar daun tanaman cabai

Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

…Lebar Daun (cm)…

Kontrol 1,9a 2,2a 2,2b 2,3b 2,3b

Kompos 2,1a 2,6a 3,0a 3,1a 3,2a

SWA 0.1 g/kg 2,1a 2,6a 2,9a 3a 3a

SWA 0.5 g/kg 1,9a 2,2a 2,3b 2,3b 2,3b

(34)

22

Lampiran 10 Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent dan tanah terhadap tinggi tanaman cabai

Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

…Tinggi Tanaman (cm)…

Kontrol 12,43a 11,72a 18,63a 19,64a 19,43b 28,90ab 25,33c 36,04 29,17c 41,50bc

Kompos 12,75a 14,78a 21,62a 22,12a 32,38a 32,85a 42,43ab 41,22ab 51,82ab 46,87abc

SWA (0.1 g/kg) 13,76a 12,58a 23,90a 20,20a 34,42a 27,96ab 47,32a 36,12abc 60,00a 40,50bc

SWA (0.5 g/kg) 12,12a 12,92a 21,50a 17,30a 30,90a 25,76ab 40,92ab 28,94bc 51,52ab 33,04c

SWA (0.1 g/kg) + Alginat

13,84a 14,13a 21,74a 20,97a 31,16a 29,60ab 44,18a 37,13abc 54,96ab 43,63abc

SWA (0.5 g/kg) + Alginat

12,92a 12,68a 20,10a 19,96a 28,67ab 28,74ab 36,50abc 37,56abc 43,72abc 43,76abc

SWA (0.1 g/kg) + Khitosan

13,45a 15,87a 24,30a 24,75a 34,20a 34,63a 45,60a 44,78a 46,50abc 53,75ab

SWA (0.5 g/kg) + Khitosan

13,62a 13,48a 22,76a 20,90a 32,98a 30,26ab 43,34 38,00abc 53,28ab 42,94ab

(35)

23

Lampiran 11 Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent dan tanah terhadap jumlah daun cabai

Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

…Jumlah Daun (helai)…

Kontrol 6a 6a 9abc 8abc 11ab 12ab 13ab 14ab 16bc 14bc

Kompos 6a 6a 9abc 9abc 13ab 13ab 18a 16ab 22ab 16bc

SWA (0.1 g/kg) 6a 6a 10ab 9abc 14ab 11ab 18a 14ab 23ab 15bc

SWA (0.5 g/kg) 6a 6a 10ab 7c 13ab 10b 17ab 11b 21ab 12c

SWA (0.1 g/kg) + Alginat

6a 6a 9abc 9abc 13ab 11ab 17ab 15ab 21ab 17bc

SWA (0.5 g/kg) + Alginat

6a 6a 9abc 8abc 12ab 11ab 15ab 14ab 19abc 15bc

SWA (0.1 g/kg) + Khitosan

7a 7a 11a 10ab 15a 14ab 19a 17a 27a 23ab

SWA (0.5 g/kg) + Khitosan

6a 5a 9abc 8abc 12ab 12ab 16ab 15ab 23ab 16bc

(36)

24

Lampiran 12 Pengaruh berbagai perlakuan water absorbent dan tanah terhadap lebar daun cabai

Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

…Lebar Daun (cm)…

Kontrol 1,9a 1,8a 1,9c 2,3abc 1,9d 2,5abcd 1,9c 2,6abc 1,9c 2,7abc

Kompos 2,0a 2,2a 2,6abc 2,7ab 2,9ab 3,0ab 3,2ab 3,1ab 3,3a 3,1ab

SWA (0.1 g/kg) 2,2a 1,9a 2,8a 2,5abc 2,9ab 2,8abc 3,1ab 2,9ab 3,1ab 2,9ab

SWA (0.5 g/kg) 2,0a 1,9a 2,4abc 2,0bc 2,6abcd 2,0cd 2,6abc 2,0c 2,7abc 2,0c

SWA (0.1 g/kg) + Alginat

2,1a 2,0a 2,5abc 2,1abc 2,8abc 2,3bcd 2,9ab 2,4bc 3,0ab 2,4bc

SWA (0.5 g/kg) + Alginat

1,8a 1,9a 2,1bc 2,5abc 2,5abcd 2,7abc 2,6abc 2,8abc 2,6abc 2,8abc

SWA (0.1 g/kg) + Khitosan

2,2a 2,3a 2,5abc 2,8a 2,6abcd 3,1a 2,6abc 3,2ab 2,6abc 3,2ab

SWA (0.5 g/kg) + Khitosan

2,1a 1,8a 2,7ab 2,4abc 3,2a 2,7abc 3,4a 2,8abc 3,4a 2,8abc

Keterangan: Tanah simulasi pasir tailing (T1); Tanah regosol (T2); Minggu Setelah Tanam (MST); Super Water Absorbent (SWA)

Lampiran 13 Kadar air pF 4.2 pada tanah simulasi pasir tailing dan tanah regosol

Perlakuan Kadar Air pF 4.2 (%)

Simulasi Pasir Tailing Regosol

Penyiraman 22,02 24,62

Tanpa Penyiraman 23,89 22,11

(37)

25

Gambar Lampiran 14 Pengaruh SWA dosis 0.1g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST

Gambar Lampiran 15 Pengaruh SWA dosis 0.5g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST

(38)

26

Gambar Lampiran 17 Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol tanpa perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 5 MST

Gambar Lampiran 18 Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 5 MST

(39)

27

Gambar Lampiran 20 Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 5 MST

Gambar Lampiran 21 Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 5 MST

(40)

28

Gambar Lampiran 23 Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing tanpa perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 8 MST

Gambar Lampiran 24 Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah regosol tanpa perlakuan penyiraman terhadap tanaman cabai umur 8 MST

(41)

29

Gambar Lampiran 26 Pengaruh SWA dosis 0.1 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 8 MST

Gambar Lampiran 27 Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah simulasi pasir tailing dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 8 MST

(42)

30

Gambar Lampiran 29 Pengaruh SWA dosis 0.5 g/kg pada tanah regosol dengan perlakuan penyiraman satu minggu sekali terhadap tanaman cabai umur 8 MST

Gambar Lampiran 30 SWA swelling pada minggu ke-8 setelah aplikasi pada tanah regosol (kiri) dan tanah simulasi pasir tailing

(43)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 15 Agustus 1992 dan merupakan putri ke tiga dari Bapak Purwanto Budi Santoso dan Ibu Rita Nurhayati. Penulis memasuki jenjang pendidikan dasar pada tahun 1998 di SDN IBU DEWI VI Cianjur dan lulus pada tahun 2004. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cianjur. Setelah lulus pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Cianjur dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Tabel 1.  Alat dan bahan penelitian
Tabel 4. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap jumlah daun tanaman
Tabel 5. Pengaruh pemberian water absorbent terhadap lebar daun tanaman cabai pada 5 MST dan 8 MST
Gambar 2. Tinggi tanaman dengan perlakuan tanpa penyiraman pada tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membandingkan pengalaman emosional pengguna mengakses aplikasi situs pada perangkat berbeda dengan menggunakan metode eksperimen sehingga menunjukkan adanya

12 Untuk menjaga tidak terjadi penghakiman oleh media massa, dulu dalam Pasal 3 ayat (7) kode etik jurnalistik PWI menyebutkan: Pemberitaan tentang jalannya pemeriksaan

Dalam( perspektif( magis?religius( Batak( Toba( Tua,( kekuasaan( raja( merupakan( suatu( totalitas( dalam( seluruh( lapangan( hidup,(

Dari hasil data tersebut dilakukan analisis data untuk mengetahui tingkat validitas produk, sehingga produk pengembangan model latihan transisi defense to offense yang dikemas

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis perbedaan asupan protein, zat besi, asam folat, vitamin B12, dan kejadian anemia antara kedua kelompok serta menganalisis

Survei dalam penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Prodi KPI dengan pengumpulan datanya menggunakan serangkaian pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar pertanyaan

Pemesanan dilakukan dengan melihat jumlah stok yang tersedia, sehingga pada penelitian ini akan ditentukan jumlah stok minimum pada saat pemesanan (ROP) yang meminimumkan

pengumpulan gambar, audio, dan animasi diperoleh melalui pembuatan sendiri, arsip pribadi, dan download melalui internet serta pengambilan langsung di lapangan. Tahap