• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS

KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN TAMAN

DARMAGA PERMAI I, CIAMPEA, BOGOR

SARI DEWI WIDI LESTARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013

(4)

ABSTRAK

SARI DEWI WIDI LESTARI. Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor. Dibimbing oleh ARINANA dan NOOR FARIKHAH HANEDA.

Serangan rayap pada bangunan menyebabkan masa pakai bangunan menjadi lebih pendek. Komponen bangunan yang diserang rayap berupa bahan berlignoselulosa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis dan sebaran rayap tanah serta intensitas kerusakan bangunan. Identifikasi jenis rayap menggunakan metode umpan rayap (ASTM D 1758-06 2008) dengan mengubur ±250 kayu pinus. Intensitas kerusakan bangunan dilakukan dengan mensurvei komponen bangunan pada lokasi penelitian di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor. Terdapat lima jenis rayap tanah pada lokasi penelitian yaitu Macrotermes gilvus, Odontotermes javanicus, Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes javanicus, dan S. sarawakensis. Jenis rayap dengan sebaran terluas adalah O. javanicus yang merupakan anggota dari famili Termitidae. Sebagian besar kondisi bangunan berada dalam kondisi sedang (87.91 %). Faktor mekanis memiliki persentase tertinggi (40.75 %) sebagai penyebab kerusakan bangunan dibandingkan dengan faktor biologis (37.36 %) dan faktor fisis (21.13 %).

Kata kunci: Intensitas kerusakan bangunan, keragaman jenis, sebaran jenis, rayap.

ABSTRACT

SARI DEWI WIDI LESTARI. Termite Species Diversity and Intensity of Building Damage in Taman Darmaga Permai I Residence, Ciampea, Bogor. Supervisied by ARINANA and NOOR FARIKHAH HANEDA.

Termites attack make building service life of being shorter. Building components which are attacked by termites are made of lignocellulose. The objective of this research is to understand the species of termites, distribution of termites and intensity of the damage building. Identification of termites species used baiting method (ASTM D 1758-06 2008) with burying ±250 pine woods. The Intensity of building damage was done by components building survey in Taman Darmaga Permai I Residence, Ciampea, Bogor. There were five species of termites in research location such as Macrotermes gilvus, Odontotermes javanicus, Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes javanicus, dan S. sarawakensis.

The widest spreading of termites species was O. javanicus from Termitidae family. Most of home building conditions were in medium conditions (87.91 %). Mechanical factors had the highest percentage (40.75 %) as a cause of the damage building than biological (37.36 %) and physical factors (21.13 %).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS

KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN TAMAN

DARMAGA PERMAI I, CIAMPEA, BOGOR

SARI DEWI WIDI LESTARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

Nama : Sari Dewi Widi Lestari NIM : E24090053

Disetujui oleh

Arinana, SHut, Msi Pembimbing I

Dr Noor Farikhah Haneda, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Arinana, SHut, MSi dan Dr Noor Farikhah Haneda, MS selaku pembimbing. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh warga Perumahan Taman Darmaga Permai I serta Bapak Giyo selaku ketua RT dan Bapak Budi selaku ketua RW yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian tersebut. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, Mbah Uti, Mbah Kakung, Mas Iyan, Adik Ivon dan Adik Dela atas doa serta dukungannya. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan THH 46, terutama Evie, Cucu, dan Rizka, serta untuk teman-teman Wisma QQ terutama Allsay dan Basa Nova yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan tulisan ini selanjutnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Oktober 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi i i

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Analisis Data 2

Identifikasi Jenis Rayap pada Perumahan 2

Intensitas Kerusakan Bangunan Perumahan 3

Pengukuran Suhu, Kelembaban (RH), dan Intensitas Cahaya Matahari 5

Pengambilan Sampel Tanah 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor 6

Keragaman Jenis Rayap 6

Frekuensi Kondisi Bangunan Rumah 11

Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah 12

Jenis dan Mineral Tanah 18

Suhu 18

Kelembaban (RH) 18

Intensitas Cahaya Matahari 19

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria penilaian tingkat kerusakan bangunan 4

2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan 4

3 Kategori nilai kondisi bangunan 5

4 Keragaman dan sebaran jenis rayap di Perumahan Taman Darmaga

Permai I, Ciampea, Bogor 7

5 Hasil identifikasi kasta prajurit 9

6 Persentase bentuk kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan

Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor 14

DAFTAR GAMBAR

1 Pemasangan kayu umpan 3

2 Titik lokasi pengukuran suhu, RH, intensitas cahaya matahari dan

pengambilan sampel tanah 6

3 Sebaran famili Termitidae dan Rhinotermitidae di lokasi penelitian 7

4 Denah sebaran rayap 8

5 Persentase jenis rayap yang menyerang lokasi penelitian 8 6 Kasta Prajurit M. Gilvus, (a) Prajurit mayor M. gilvus perbesaran 10

kali, (b) Ruas kedua dan ketiga M. Gilvus yang sama panjang

perbesaran 30 kali 9

7 Kasta prajurit O. javanicus perbesaran 10 kali 10 8 Kasta prajurit C. curvignathus perbesaran 10 kali 10 9 Kasta prajurit S. sarawakensis, (a) Kasta prajurit mayor S. sarawakensis

perbesaran 10 kali, (b) Kasta prajurit minor S. sarawakensis perbesaran

10 kali 11

10 Kasta prajurit mayor S. javanicus perbesaran 10 kali 11 11 Frekuensi kondisi bangunan rumah di Perumahan Taman Darmaga

Permai I, Ciampea, Bogor 12

12 Faktor penyebab kerusakan bangunan rumah di Perumahan Taman

Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor 13

13 Persentase penyebab kerusakan bangunan antara rayap dan bukan

rayap 13

14 Kerusakan pada atap, (a) Pelapukan dan perubahan warna pada lisplang,

(b) Serangan rayap pada lisplang 15

15 Kerusakan pada dinding, (a) Retak geser pada dinding, (b) Retak

lentur pada dinding 16

16 Kerusakan pada Langit-langit, (a) Langit-langit yang mengalami perubahan warna, (b) Pelapukan pada langit-langit 16

17 Pecah pada lantai 17

18 Kerusakan pada kusen, jendela, dan pintu, (a) Kondisi kusen jendela dan daun pintu yang kurang terawat, (b) Serangan rayap pada kusen

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner studi kerusakan bangunan pada perumahan contoh 22 2 Hasil analisis sampel tanah perumahan pada kedalaman 0-20 cm dan

21-40 cm 24

3 Hasil pengukuran suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari 25 4 Hasil Identifikasi Jenis Rayap yang Menyerang Kayu Umpan di

Perumahan Taman Darmaga Permai I 25

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin meningkat sejalan dengan pembangunan berbagai jenis perumahan. Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman pasal 1 ayat 1, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga sedangkan menurut pasal 1 ayat 2, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Bangunan sebagai tempat tinggal harus mampu bertahan dalam kurun waktu tertentu sesuai rencana awal pada saat mendirikan bangunan. Namun pada kenyataannnya banyak komponen-komponen bangunan rumah yang rusak karena kurangnya pemeliharaan dan perawatan. Kerusakan pada komponen bangunan dapat menyebabkan serangan rayap. Kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh rayap mengakibatkan kerugian ekonomis karena menyebabkan masa pakai bangunan menjadi lebih pendek. Seperti yang diungkapkan oleh Waryono (2009) pada tahun 1994 tingkat kerusakan bangunan pemukiman di Kota Bogor mencapai 83.73 %, menyebabkan kerugian ekonomis lebih dari Rp 141 juta. Di Indonesia angka tersebut terus meningkat pada tahun 2000, kerugian ekonomis akibat rayap mencapai nilai Rp 2.67 triliun (Bali Post 2013). Menurut Nandika et al (2003) salah satu spesies rayap tanah yang menimbulkan kerusakan ekonomis yang paling besar di Indonesia adalah Coptotermes curvignathus Holmgren. Kerusakan yang terjadi pada komponen bangunan yang disebabkan oleh rayap tidak hanya terbatas pada komponen kayu saja, melainkan pada semua komponen bangunan yang terbuat dari bahan organik atau bahan yang mengandung lignoselulosa.

Komplek Perumahan Taman Darmaga Permai I telah berdiri sejak tahun 1995 dan sampai saat ini belum pernah diketahui potensi keragaman rayap yang ada dan intensitas kerusakan bangunannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis rayap, sebaran rayap serta bentuk dan penyebab kerusakan bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi jenis rayap yang berada di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor.

2. Menentukan sebaran jenis rayap di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor.

(15)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis, keragaman dan sebaran rayap serta intensitas kerusakan bangunan rumah yang ada di perumahan tersebut sehingga dapat menduga potensi serangan rayap sebagai hama bangunan pada perumahan. Data yang diperoleh dapat digunakan masyarakat perumahan agar dapat menekan jumlah serangan rayap dan melakukan tindakan pencegahan kerusakan pada bangunan agar masa pakai (service life) menjadi lebih lama.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2013 di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan (DHH), Fakultas Kehutanan, serta Laboratorium Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, botol koleksi, bor tanah manual, kamera digital, stereo mikroskop, alat pengukur intensitas cahaya matahari Krisbow KW 0600288 Light Meter, dan alat pengukur kelembaban Krisbow KW0600291 4 in 1 Multifunctional Environment Meter. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, kayu pinus (Pinus merkusii) ukuran 1.9 cm × 1.9 cm × 45.7 cm dan cat minyak.

Prosedur Analisis Data

Pengolahan dilakukan dengan Microsoft Excel 2007 dan analisis data menggunakan SPSS 16.0 for Windows Cross-tabulation Chi-square untuk menentukan hubungan antara umur, frekuensi pemeliharaan dan perawatan terhadap kondisi bangunan.

Identifikasi Jenis Rayap pada Perumahan

(16)

3 terlalu terpengaruh oleh kondisi lingkungan dan lebih memudahkan dalam pengamatan.

Pemasangan kayu umpan pada tapak bangunan rumah tinggal dan fasilitas umum yang tidak tertutup oleh lapisan beton atau lapisan artifisial lainnya. Pemasangan kayu umpan dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah dengan perkiraan 1/2 bagian berada di bawah permukaan tanah dan 1/2 bagian berada di atas permukaan tanah dan dibiarkan selama ±3 bulan. Cara pemasangan kayu umpan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Pemasangan kayu umpan

Setiap bulan dilakukan pengamatan terhadap kayu umpan. Pengamatan tersebut dilakukan hingga 3 bulan. Apabila pada kayu umpan ditemukan tanda terserang rayap maka dilakukan pengambilan beberapa ekor rayap dari kasta prajurit yang kemudian spesimen tersebut dimasukkan ke dalam botol koleksi yang telah berisi alkohol 70 %. Selanjutnya, spesimen rayap tersebut diidentifikasi jenisnya sesuai dengan kunci determinasi Tho (1992). Spesimen rayap difoto menggunakan stereo mikroskop dengan perbesaran 10 kali dan 30 kali. Perbesaran 10 kali digunakan untuk memfoto seluruh tubuh rayap sedangkan perbesaran 30 kali digunakan untuk memfoto bagian kepala dan mandibel rayap.

Intensitas Kerusakan Bangunan Perumahan

(17)

4

Tabel 1 Kriteria penilaian tingkat kerusakan bangunan Tingkat kerusakan

bangunan Skor Keterangan

Baik 5 Komponen bangunan masih berfungsi dan ada pemeliharaan secara berkala

Sedang 4 Komponen bangunan masih berfungsi walaupun tidak ada pemeliharaan secara berkala

Rusak Ringan 3 Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll)

Rusak sedang 2 Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10%-40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll)

Rusak parah 1 Sebesar >40% komponen bangunan mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll)

Menghitung nilai kekokohan bangunan memerlukan nilai pembobotan pekerjaan. Nilai pembobotan dipengaruhi oleh efek samping yang ditimbulkan dari kerusakan pada komponen bangunan ke komponen lain apabila komponen tersebut tidak segera diperbaiki. Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan

No Objek yang diteliti Bobot kegiatan (%)

1 Pekerjaan atap 27

2 Pondasi 21

3 Rangka dinding 19

4 Langit-langit 10

5 Dinding 9

6 Kusen/daun pintu 6

7 Lantai 4

8 Sistem drainase 3

9 Utilitas 1

Total 100

Sumber: Suryadi (2005)

(18)

5 Nilai kekokohan bangunan didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

NK = Nilai kondisi bangunan (%) BB = Bobot kegiatan (%)

Sn = Skor nilai

500 = Konstanta yang didapat dari julah total persentasi bobot kegiatan x skor nilai tertinggi

Berdasarkan persamaan di atas, presentase akhir yang diperoleh kemudian dibagi ke dalam 5 kelas kondisi bangunan. Pengelompokan kondisi bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori nilai kondisi bangunan

No Nilai Kondisi Bangunan (%) Predikat kategori

1 81-100 Baik

2 61-80 Sedang

3 41-60 Rusak ringan

4 21-40 Rusak sedang

5 0-20 Rusak berat

Pengukuran Suhu, Kelembaban (RH), dan Intensitas Cahaya Matahari

Pengukuran suhu, RH, dan intensitas cahaya dilakukan pada 4 kuadran dimana setiap kuadran diambil pada 3 titik secara acak sehingga terdapat 12 titik pengukuran pada lokasi penelitian. Pengukuran ini dilakukan 3 kali sehari selama 7 hari yaitu pada pukul 07.30 WIB, 12.30 WIB dan 16.30 WIB. Pembagian kuadran titik pengukuran disajikan pada Gambar 2.

Pengambilan Sampel Tanah

(19)

6

Gambar 2 Titik lokasi pengukuran suhu, RH, intensitas cahaya matahari dan pengambilan sampel tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor merupakan perumahan KPR BTN yang didirikan pada tahun 1995. Perumahan ini beralamat lengkap di Jalan Raya Ciampea, Kelurahan Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Bogor. Sebelum dibangun komplek perumahan, lahan tersebut berupa sawah. Perencanaan awal pembangunan perumahan ini memiliki luas tanah 26 712.707 m2 dengan rincian sebagai berikut untuk kaveling seluas 16 021.6265 m2, sarana dan prasarana 1 620.25 m2, dan sisanya sebesar 9 070.7075 m2 digunakan untuk jalan-jalan di sekitar perumahan. Selain itu terdapat fasilitas berupa masjid, taman, dan sarana olahraga. Bangunan pada perumahan ini terdiri dari 4 tipe yaitu tipe A dengan luas 27/90 m2, tipe B dengan luas 36/90 m2, tipe C dengan luas 45/120 m2, dan tipe D dengan luas 54/120 m2. Jumlah total perumahan di perumahan tersebut ±120 unit. Dari total keseluruhan unit rumah terdapat ±22 unit rumah yang kosong atau rusak. Bentuk kerusakan yang ditemukan pada lokasi penelitian cukup banyak dan beragam.

Keragaman Jenis Rayap

(20)

7 ditemukan wujud fisik dari rayap kayu kering. Keanekaragaman dan sebaran jenis rayap di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Keragaman dan sebaran jenis rayap di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

No Lokasi Famili Subfamili Jenis Rayap

1. A8b Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

2. B11a Rhinotermitidae Rhinotermitinae Schedorhinotermes javanicus

3. B11a Rhinotermitidae Rhinotermitinae Schedorhinotermes javanicus

4. B12a Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

5. C8a Rhinotermitidae Coptotermitinae Coptotermes curvignathus

6. C13b Rhinotermitidae Rhinotermitinae Schedorhinotermes sarawakensis

7. C14a Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

8. C15b Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

9. C18a Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

10. C20a Termitidae Macrotermitinae Macrotermes gilvus

11. C22b Termitidae Macrotermitinae Macrotermes gilvus

12. D8a Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

13. D19a Rhinotermitidae Rhinotermitinae Schedorhinotermes javanicus

14. Kebun Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus

15. Kebun Rhinotermitidae Coptotermitinae Coptotermes curvignathus

16. Kebun Rhinotermitidae Coptotermitinae Coptotermes curvignathus

Berdasarkan data dari Tabel 4 terlihat bahwa famili Termitidae lebih banyak menyerang kayu umpan (56.25 %) dibandingkan dengan famili Rhinotermitidae (43.75 %). Menurut Nandika et al. (2003) famili Termitidae dan Rhinotermitidae merupakan golongan famili yang banyak menyerang bangunan beberapa kota besar di Indonesia. Persentase sebaran kedua famili tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran famili Termitidae dan Rhinotermitidae di lokasi penelitian Jenis rayap dengan sebaran terluas adalah O. javanicus yang merupakan anggota dari famili Termitidae dan subfamili Macrotermitinae. Jenis rayap dengan sebaran tersempit adalah S. sarawakensis yang merupakan anggota dari famili Rhinotermitidae dan subfamili Rhinotermitinae. Denah sebaran rayap di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

56.25%

43.75% Termitidae

(21)

8

Gambar 4 Denah sebaran rayap

Berdasarkan Tabel 4, rayap M. gilvus dan O. javanicus paling banyak ditemukan pada lokasi penelitian. Hal tersebut sesuai dengan Siswantoro (1993) yang menyatakan bahwa kedua spesies tersebut merupakan contoh Termitidae yang paling umum menyerang perumahan di Kabupaten Bogor. Dari semua jenis rayap yang ditemukan, jenis C. curvignathus merupakan jenis rayap yang memiliki daya serang paling tinggi. Rayap jenis ini hidupnya mutlak tergantung dari adanya air dan tanah. Persentase jenis rayap yang menyerang lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 sedangkan ukuran spesimen rayap yang telah diidentifikasi disajikan pada Tabel 5.

Gambar 5 Persentase jenis rayap yang menyerang lokasi penelitian 43.75 %

18.75 % 18.75 %

6.25 % 12.5 % Odontotermes javanicus

Schedorhinotermes javanicus Coptotermes curvignathus Schedorhinotermes sarawakensis Macrotermes gilvus

(22)

9 Tabel 5 Hasil identifikasi kasta prajurit

Spesies

M. gilvus termasuk dalam famili Termitidae dan subfamili Macrotermitidae. Rayap ini memiliki kepala berwarna cokelat tua, mandibel simetris dengan bagian ujung melengkung yang digunakan untuk menjepit, tidak memiliki gigi marjinal, Menurut Nandika et al. (2003) antena pada prajurit mayor ruas ketiga sama panjang dengan ruas kedua, dan ruas ketiga lebih panjang dari ruas keempat. Rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±2.9-3.5 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±1.7-2.6 mm, lebar kepala ±1.4-1.7 mm, dan panjang badan ±4.5-6.5 mm dengan antena terdiri dari 17 ruas. Identifikasi pada spesimen rayap M. gilvus ditemukan kasta prajurit mayor (Gambar 6) dengan rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±3.5 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±2.6 mm, lebar kepala ±1.9 mm dan panjang badan ±5.7 mm, spesimen ini memiliki persamaan panjang antena antara ruas kedua dan ketiga (Gambar 6).

Gambar 6 Kasta Prajurit M. Gilvus, (a) Prajurit mayor M. gilvus perbesaran 10 kali, (b) Ruas kedua dan ketiga M. Gilvus yang sama panjang perbesaran 30 kali

(23)

10

O. javanicus termasuk dalam famili Termitidae dan subfamili Macrotermitidae. Karakteristik rayap ini adalah kepala berwarna cokelat tua atau cokelat kemerahan dengan bentuk melebar. Antena terdiri dari 17 ruas dengan ruas kedua sama panjang atau lebih pendek daripada ruas ketiga. Rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±1.3-1.6 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±0.9-1.2 mm, lebar kepala ±0.7-0.9 mm dan panjang badan ±3.3-4.4 mm. Kasta prajurit O. javanicus dapat dilihat pada Gambar 7.

C. curvignathus merupakan jenis rayap yang memiliki serangan paling luas di Indonesia. Rayap ini merupakan anggota famili Rhinotermitidae dan subfamili Coptotermitinae. Karakteristik jenis ini adalah kepala hampir bulat, berwarna kuning. Antena rata-rata terdiri dari 15 ruas, segmen ke dua dan ke empat sama panjangnya. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung di ujungnya. Bagian abdomen ditutupi rambut menyerupai duri, abdomen berwarna putih kekuning-kuningan. Kasta prajurit C. curvignathus menyerang musuhnya dengan sekresi pertahanan diri yang berasal dari lubang fontanel yang terdapat pada kepala rayap. Spesimen kasta prajurit yang berhasil diidentifikasi memiliki rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±1.3-1.4 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±0.9-1.2 mm, lebar kepala ±0.7-0.9 mm dengan panjang badan ±3.4-4.5 mm. Gambar kasta prajurit C. curvignathus disajikan pada Gambar 8.

S. javanicus merupakan anggota dari famili Rhinotermitidae dan subfamili Rhinotermitinae. Jenis S. javanicus memiliki 2 tipe prajurit yaitu prajurit mayor dan minor. Hasil identifikasi jenis rayap ini memiliki rata-rata panjang kepala

(24)

11 dengan mandibel ±1.4-1.5 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±0.9-1.1 mm, rata-rata lebar kepala ±0.7-0.8 mm dan rata-rata panjang badan ±3.3-4.2 mm. Kasta prajurit mayor (Gambar 9) yang berhasil diidentifikasi memiliki rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±1.5 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±1.0 mm, lebar kepala ±0.8 mm dan panjang badan ±3.9 mm.

S. sarawakensis merupakan anggota dari famili Rhinotermitidae dan subfamili Rhinotermitinae. Jenis S. sarawakensis memiliki 2 tipe prajurit yaitu prajurit mayor dan minor. Kasta prajurit mayor (Gambar 10) memiliki ukuran rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±2.4 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±1.8 mm, lebar kepala ±1.4 mm dan panjang badan ±5.4 mm. Kasta prajurit minor (Gambar 10) memiliki ukuran rata-rata panjang kepala dengan mandibel ±1.5 mm, rata-rata panjang kepala tanpa mandibel ±1.2 mm, lebar kepala ±0.9 mm dan panjang badan ±3.6 mm. Perbedaan prajurit mayor dan minor sesuai dengan Tho (1992).

Gambar 10 Kasta prajurit S. sarawakensis, (a) Kasta prajurit mayor S. sarawakensis perbesaran 10 kali, (b) Kasta prajurit minor S. sarawakensis perbesaran 10 kali

Frekuensi Kondisi Bangunan Rumah

Kerusakan atau cacat bangunan merupakan kegagalan atau kelemahan suatu fungsi, performa, tata laksana, atau syarat-syarat sebuah bangunan yang berdampak terhadap struktur dan pelayanan atau kinerja bangunan gedung (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2002). Jika kondisi bangunan tidak dalam performa terbaik yang mengindikasikan adanya kerusakan atau cacat

Gambar 9 Kasta prajurit mayor S. javanicus perbesaran 10 kali

(25)

12

pada bangunan maka kerusakan tersebut harus segera dianalisis untuk segera diperbaiki. Bagian-bagian yang harus dianalisis untuk mengetahui kerusakan bangunan meliputi bagian-bagian pokok dari bangunan yang terdiri dari atap, pondasi, rangka dinding, langit-langit, dinding, kusen, lantai, drainase halaman dan utilitas (Puspantoro 1996).

Gambar 11 Frekuensi kondisi bangunan rumah di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

Hasil penelitian terhadap kondisi bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I dapat dilihat pada Gambar 11. Diagram tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi bangunan rumah di lokasi penelitian berada dalam kondisi sedang sebesar 87.91 %. Hal ini karena banyak rumah yang tidak melakukan pemeliharaan dan perawatan secara berkala. Hanya sedikit bangunan yang melakukan pemeliharaan secara berkala sehingga persentase bangunan dalam kondisi baik hanya 8.79 %. Menurut hasil survei yang dilakukan sebagian besar warga perumahan hanya melakukan pemeliharaan dan perawatan bangunan seperlunya saja. Pemeliharaan dan perawatan tidak berkala menyebabkan komponen bangunan, sarana maupun prasarana bangunan rumah mengalami kerusakan <10 % sehingga tergolong dalam rusak ringan 3.30 %. Komponen bangunan yang paling banyak mengalami kerusakan adalah atap, dinding serta kusen jendela dan pintu. Pemeliharaan bangunan gedung yang paling banyak dilakukan adalah pengecatan dinding. Pengecatan dinding ini dilakukan ±1 kali dalam setahun.

Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah

Bangunan-bangunan dari kayu dapat mengalami kerusakan akibat faktor biotik maupun abiotik. Menurut Hariyanto et al. (2000) kelemahan kayu sebagai bahan bangunan perumahan adalah dapat rusak atau lapuk akibat serangan organisme perusak kayu berupa serangga dan jamur yang merupakan agen biodeteriorasi. Deteriorasi pada bangunan merepakan salah satu bentuk mekanisme perubahan penurunan sifat yang berhubungan dengan penurunan ketahanan kayu sehingga kayu tersebut mengalami kerusakan yang sangat parah

(26)

13 sehingga mengurangi masa pakai (service life) bangunan rumah berkurang. Mekanisme proses kerusakan bangunan berkayu atau bahan lainnya dibagi menjadi 5 tahapan yaitu proses kerusakan secara mekanis (retak, patah, pecah) yang disebabkan oleh gaya baik statis maupun dinamis, proses kerusakan secara fisis yang disebabkan oleh faktor iklim, proses kerusakan secara kimiawi yang disebabkan oleh air baik air kapiler maupun air hujan, proses kerusakan secara biotis yang disebabkan oleh jamur atau lumut, dan kerusakan oleh faktor manusia (Watt 1999).

Hasil penelitian menunjukkan kerusakan bangunan rumah karena faktor mekanis merupakan faktor dengan intensitas tertinggi (Gambar 12). Semakin besar frekuensi faktor mekanis terhadap kerusakan komponen bangunan, semakin banyak pula bentuk kerusakan yang diakibatkannya yaitu kerusakan berupa retak yang terjadi hampir pada seluruh komponen bangunan (Tabel 6).

Gambar 12 Faktor penyebab kerusakan bangunan rumah di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

(27)

14

Berdasarkan identifikasi terhadap spesimen rayap terdapat 5 jenis rayap yaitu O. javanicus,M. Gilvus, C. curvignathus, S. javanicus dan S. sarawakensis. Selain itu ditemukan pula serangan rayap kayu kering pada bangunan tetapi tidak ditemukan wujud fisik dari rayap kayu kering. Tingginya tingkat kerusakan komponen bangunan dapat menimbulkan serangan rayap. Serangan rayap dapat erjadi melalui hubungan langsung antara tanah dan kayu, melalui retakan-retakan atau rongga-rongga dalam tembok, dimana hal ini dapat menimbulkan efek langsung pada struktur balok dan konstruksi bangunan, dan dengan membuat saluran-saluran dan jalan-jalan tertutup yang berupa lorong-lorong di atas permukaan kayu, beton, pipa dan sebagainya (Nandika et al. 1991). Hasil penelitian menunjukkan jenis rayap yang paling banyak menyerang adalah rayap O. javanicus. Menurut penelitian yang dilakukan Siswantoro tahun 1993 tingkat serangan rayap jenis O. grandicep, O. javanicus dan M. gilvus di Perumnas Depok, Kab. Dati II Bogor cukup besar mencapai 80.63 % dengan kerugian ekonomis Rp 24 281.00/rumah.

Rayap tanah yang sering menyerang bangunan kira-kira mewakili 10 % dari keseluruhan jenis rayap pemakan kayu (Rudi 1999). Harris (1971) melaporkan 120 jenis menyerang bangunan, 64 jenis diantaranya merupakan nama yang sangat penting. Rhinotermitidae adalah famili yang jumlah anggotanya banyak dan sering menyerang bangunan. Dari famili tersebut yang penting dan terganas adalah C. curvignathus yang sangat umum terdapat di Indonesia (Yulinasari 2008).

Tabel 6 Persentase bentuk kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor

Komponen

bangunan Bentuk kerusakan Jumlah Persentase (%)

(28)

15 Kerusakan pada tiap komponen bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Kerusakan pada Atap

Atap memiliki peran penting bagi bangunan seperti sebagi penahan air hujan serta pelindung dari panas sinar matahari sehinngga menyebabkan tingkat kerusakan yang terjadi lebih cepat (service life) berkurang jika dibandingkan dengan komponen bangunan rumah lainnya. Bentuk kerusakan yang meyerang atap berupa retak, lapuk, bocor, cat mengelupas, perubahan warna dan serangan rayap. Kerusakan yang paling banyak menyerang atap adalah lapuk (decay) yang disebabkan oleh jamur. Menurut Tambunan dan Nandika (1989) akibat dari serangan jamur maka sifat-sifat kayu seperti fisik, kimia dan mekanik akan mengalami perubahan yang cenderung merugikan. Sedangkan lisplang merupakan bagian atap yang sering mengalami pelapukan dan pengelupasan cat. Hal ini diduga karena lisplang sering terkena panas dan hujan berkali-kali sehingga memudahkan terjadinya pengelupasan cat dan pelapukan. Pelapukan juga terjadi pada komponen kuda-kuda banyak terjadi pelapukan dan serangan rayap. Bentuk kerusakan pada atap dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Kerusakan pada atap, (a) Pelapukan dan perubahan warna pada lisplang, (b) Serangan rayap pada lisplang

2. Kerusakan pada Pondasi

Penilaian pondasi secara umum tidak dapat diamati secara komprehensif. Pada penelitian ini tidak ditemukan kerusakan pada pondasi maupun dampak yang ditimbulkannya.

3. Kerusakan pada Rangka Dinding

Kerusakan pada rangka dinding dapat dilihat dari retakan pada kolom dinding. Pada penelitian ini tidak ditemukan kerusakan pada rangka dinding.

(29)

16

4. Kerusakan pada Dinding

Bentuk kerusakan pada dinding adalah retak dan perubahan warna. Keretakan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu retak lentur (vertikal) dan retak geser (diagonal/miring). Keretakan pada dinding dapat disebabkan oleh penurunan pondasi dan kualitas bahan bangunan yang digunakan pada masa prakonstruksi. Bentuk keretakan pada dinding dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Kerusakan pada dinding, (a) Retak geser pada dinding, (b) Retak lentur pada dinding

5. Kerusakan pada Langit-langit

Bentuk kerusakan yang paling banyak ditemukan pada langit-langit adalah perubahan warna. Perubahan warna pada langit-langit ini ditandai oleh timbulnya bercak-bercak berwarna kuning kecokelatan atau kuning kehitaman. Perubahan warna ini diduga disebabkan oleh atap yang bocor ataupun merembesnya air hujan ke langit-langit. Bentuk kerusakan pada langit-langit dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Kerusakan pada Langit-langit, (a) Langit-langit yang mengalami perubahan warna, (b) Pelapukan pada langit-langit

(b) (a)

(30)

17 6. Kerusakan pada Lantai

Bentuk kerusakan pada lantai di lokasi penelitian seluruhnya berupa retak. Hal tersebut dapat disebabkan karena beton penyangga mendapat beban yang terlalu tinggi secara kontinu atau kualitas bahan bangunan yang kurang baik pada masa pra konstruksi sehingga menyebabkan lantai (keramik) mudah pecah atau retak. Bentuk kerusakan pada lantai dapat dilihat pada Gambar 17.

7. Kerusakan pada Kusen, Pintu, dan Jendela

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh bangunan rumah di lokasi penelitian masih menggunakan kayu sebagai bahan kusen, daun pintu dan daun jendelanya. Bentuk kerusakan berupa serangan rayap dan kumbang, retak serta lapuk. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh pemakaian kayu yang memiliki kelas keawetan rendah maupun kurang adanya perawatan secara berkala. Bentuk kerusakan pada kusen, pintu dan jendela dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Kerusakan pada kusen, jendela, dan pintu, (a) Kondisi kusen jendela dan daun pintu yang kurang terawat, (b) Serangan rayap pada kusen jendela

8. Kerusakan pada Drainase

Sistem drainase pada lokasi penelitian secara umum cukup baik. Ketersediaan selokan dan talang hujan dapat mengalirkan air cukup baik karena tidak ada sumbatan. Selain itu masing-masing rumah telah memiliki septic tank dan kamar mandi yang tergolong cukup baik.

Gambar 17 Pecah pada lantai

(31)

18

9. Kerusakan pada Utilitas

Kondisi penerangan, air, pengatur udara, dan telekomunikasi tergolong baik sebab hampir setiap bangunan rumah memiliki utilitas yang baik terkecuali rumah yang tidak berpenghuni.

Jenis dan Mineral Tanah

Secara umum rayap lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat karena memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Menurut hasil penelitian jenis tanah di lokasi penelitian adalah lempung berliat. Kadar Nitrogen dan kandungan organik yang rendah dapat disebabkan oleh penggunaan lahan perumahan yang sebelumnya adalah sawah. Selain itu mineral pada tanah dapat dijadikan indikator keberadaan aktivitas rayap. Menurut Nandika et al. (2003) tempat ratu bersarang merupakan tempat akumulasi mineral seperti silika, aluminium, kalsium, besi magnesium, kromium, serta vanadium. Pada rayap Odontotermes, kandungan mineral yang cukup tinggi adalah peroksida, aluminium oksida, dan kalsium karbonat. Namun masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa parameter tanah yang diukur merupakan indikator keberadaan jenis rayap tertentu pada lokasi penelitian. Secara umum semua jenis rayap pada lokasi penelitian masih dapat bertahan hidup dengan kondisi tanah yang telah diteliti.

Suhu

Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan serangga. Pengaruh suhu bagi serangga terbagi menjadi 3 kelompok yaitu pertama adalah suhu maksimum dan minimum, yaitu kisaran suhu terendah atau tertinggi yang dapat menyebabkan kematian pada serangga. Kedua, suhu estivasi atau hibernasi yaitu kisaran suhu di atas atau di bawah suhu optimum yang dapat mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dalam keadaan dorman dan yang ketiga adalah kisaran suhu optimum (15-38 ̊ C). Hasil penelitian sesuai dengan suhu optimum rayap. Suhu rata-rata pada pagi hari (07.30 WIB) adalah 29.58 ̊ C, pada siang hari (12.30 WIB) adalah 33.80 ̊ C, dan suhu pada sore hari (16.30 WIB) adalah 29.92 ̊ C.

Kelembaban (RH)

(32)

19 dan suhu pada sore hari (16.30 WIB) adalah 64.79 %. Kelembaban yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti keberadaan pohon peneduh, tingginya intensitas cahaya matahari, kondisi cuaca, dan lain-lain.

Intensitas Cahaya Matahari

Intensitas cahaya matari tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas rayap. Namun mempengaruhi suhu dan kelembaban lingkungan yang berpengaruh pada rayap. Intensitas cahaya matahari pada pagi hari (07.30 WIB) adalah 20 266 lux, pada siang hari (12.30 WIB) adalah 49 116 lux, dan suhu pada sore hari (16.30 WIB) adalah 2 953 lux. Intensitas yang tinggi pada siang hari menyebabkan suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah.

Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah

Hasil analisis Cross-tabulation menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya hubungan antara umur bangunan dengan kondisi bangunan. Begitu pula dengan hubungan antara umur bangunan dengan frekuensi pemeliharaan dan perawatan terhadap bangunan. Hal tersebut didapat berdasarkan analisis Chi-square Test

yang menunjukkan P-value >0.05.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampea, Bogor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat lima jenis rayap pada lokasi penelitian yaitu O. javanicus,M. gilvus,

C. curvignathus, S. javanicus dan S. sarawakensis. Dari keseluruhan jenis rayap yang menyerang famili Termitidae memiliki persentase yang lebih besar (56.25 %) jika dibandingkan dengan famili Rhinotermitidae (43.75 %). Selain itu ditemukan pula serangan rayap kayu kering pada bangunan tetapi tidak ditemukan wujud fisik dari rayap kayu kering.

2. Jenis rayap yang memiliki sebaran jenis paling luas pada lokasi penelitian adalah O. javanicus yang ditemukan pada tujuh titik lokasi. Sedangkan jenis rayap yang memiliki sebaran paling sempit adalah S. sarawakensis yang hanya ditemukan pada satu titik lokasi dari 16 titik lokasi.

(33)

20

Saran

Perlu dilakukan pengujian lanjutan mengenai sifat mekanis, fisis, dan kimia terhadap komponen bangunan yang rusak akibat serangan rayap untuk mengetahui masa pakai (service life) bangunan rumah. Sebaiknya pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah dilakukan secara berkala agar masa pakai (service life) bangunan menjadi lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2008. Standard Test Method of Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. American Society for Testing and Material. United States: ASTM D 1758-08.

Anonim. 13 Oktober 2012. Rayap Merajalela Grogoti Bangunan. Bali Post.

Hariyanto Y, Purba K, dan Hediana C. 2000. Manfaat Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.

Harris WV. 1971. Termites: Their recognition and control. Ed ke-2. Longman Group Limited. London.

Nandika D, Raffiudin R, Husaeni EA. 1991. Biologi rayap perusak kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB. Bogor

_________, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Puspantoro B. 1996. Konstruksi Bangunan Tidak Bertingkat. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Rudi. 1999. Preferensi makan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) terhadap 8 jenis kayu bangunan [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Sulaiman. 2005. Keterandalan konstruksi bangunan pendidikan (studi kasus pada gedung Sekolah Dasar) [Tesis]. Departen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Suryadi D. 2005. Kekokohan konstruksi bangunan Sekolah Dasar Negeri (studi kasus: Kec. Cibarusah Kab. Bekasi) [Skripsi]. Bogor: Universitas Pakuan. Tambunan B, Nandika D. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Bogor:

Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Tho YP. 1992. Termites of Peninsular Malaysia. Kualalumpur: Forest Research Institute Malaysia, Kepong.

Undang-undang Negara republik Indonesia.1992. UU No.4/1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Jakarta.

Waryono T. 2008. Ekosistem Rayap dan Vektor Demam Berdarah Di Lingkungan Pemukiman [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Halaman 1-8; [diunduh 24 Januari 2013]. Tersedia pada: http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/33-ekosistem-rayap.pdf Watt DS. 1999. Building Pathology: Principle and Practice. Inggris (GB):

(34)

21 Yulinasari M. 2008. Sebaran Jenis Rayap tanah Di Apartemen Taman Rasuna

kuningan Jakarta dan Potensinya sebagai Hama pada Bangunan Tinggi

(35)

22

Lampiran 1 Kuisioner studi kerusakan bangunan pada perumahan contoh

A. Lokasi

1. Kode Rumah :

2. Desa/ Kelurahan :

3. Kecamatan :

4. Kota :

B. Kondisi Bangunan

1. Tahun dibangun :

2. Tipe Konstruksi : Permanen/Semi Permanen 3. Jumlah Lantai :

4. Luas Bangunan :

5. Luas Lahan :

6. Jumlah Ruang : 7. Komponen Bangunan :

Komponen

Bangunan Bahan Keterangan

Penutup Atap Genteng/Seng/Besi

Rangka Atap/Kuda-kuda

Kayu/Baja Ringan/Aluminium

Plafon Eternit/Kayu Lapis/Anyaman

Bambu

Lisplang Papan

Dinding Bata/Batako/Papan

Tiang/Kolom Beton/Kayu/Baja

Jendela Alumunium/Kayu

Pintu Alumunium/Kayu

Lantai Tanah/Cor

Semen/Teraso/Keramik 8. Tindakan Pemeliharaan

a. Adakah tindakan pemeliharaan yang secara berkala dilakukan? b. Bila ada, jelaskan jenis dan frekuensinya!

9. Tindakan Perawatan

(36)

23

Diisi dengan pernyataan kondisi komponen bangunan dimaksud dan skor sebagai berikut:

a. Baik : Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik dan ada pemeliharaan secara berkala (skor nilai = 5).

b. Sedang : Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik tetapi tidak ada pemeliharaan secara berkala (skor nilai = 4).

c. Rusak Ringan : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor nilai = 3).

d. Rusak Sedang : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10% 40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor nilai = 2).

e. Rusak Berat : Sebesar 40% komponen bangunan mengalami

kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor nilai = 1).

2)

Penyebab/jenis kerusakan dapat dikelompokkan menjadi biologis (lumut, ganggang, tumbuhan jamur, rayap, kumbang, dll), fisis (cuaca, bocor, korosif, api), dan atau mekanis (retak, pecah, aus, dll).

D. Lain-lain

1. Aksesibilitas : Baik/ Sedang/ Kurang

2. Drainase : Baik/ Sedang/ Kurang

(37)

24

4. Potensi Gangguan terhadap Konstruksi Bangunan (contoh dekat dengan jalan raya yang dilintasi kendaraan bertonase tinggi, dekat rel kereta api, dekat bandara, ekspose terhadap serasah dibagian atap, dll).

Lampiran 2 Hasil analisis sampel tanah perumahan pada kedalaman 0-20 cm dan 21-40 cm

(38)

25 Lampiran 3 Hasil pengukuran suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari

Kuadran Perumahan Taman Darmaga Permai I

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

31 Lampiran 5 Analisis hubungan antara kondisi bangunan rumah dengan umur

bangunan, frekuensi pemeliharaan dan frekuensi bangunan rumah a. Hubungan antara kondisi bangunan dengan umur bangunan

Kondisi Umur (Tahun) Total

13-15 16-17 > 18

Rusak Ringan 0 1 2 3

Sedang 6 4 70 80

Baik 0 0 8 8

Total 6 5 80 91

Chi-square test

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

5.820a 4 .213

4.694 4 .320

1.215 1 .270

91

b. Hubungan antara kondisi bangunan dengan tindakan pemeliharaan

Kondisi Pemeliharaan Total

tidak ada

Rusak Ringan 1 3

Sedang 28 52 80

Baik 0 8 8

Total 30 61 91

Chi-square test

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

5.626a 2 .060

7.967 2 .019

5.554 1 .018

(45)

32

c. Hubungan antara kodisi rumah dengan tindakan perawatan/renovasi

Kondisi Pemeliharaan Total

tidak ada

Rusak Ringan 1 2 3

Sedang 48 32 80

Baik 2 6 8

Total 51 40 91

Chi-square test

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

4.266a 2 .118

4.322 2 .115

1.216 1 .270

(46)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 30 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sardiyana dan Ibu Sundari Widi Astuti. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 7 Purworejo dan pada tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknologi hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang diantaranya yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2011 jalur Gunung Tangkuban Perahu dan Cikeong. Pada tahun 2012 penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT Sindangwangi. Kemudian pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di perusahaan furniture yang bergerak di bidang ekspor meubel yaitu PT Raisa House of Excellence, Jepara, Jawa Tengah.

Selain aktif mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan kampus. Beberapa kegiatan yang telah diikuti oleh penulis yaitu sebagai Divisi Dana Usaha INVESMENT 2010, Divisi Dana Usaha Himasiltan Dare to Care 2012, Divisi Komisi Disiplin KOMPAK 2011, serta kepengurusan Himpro HIMASILTAN Divisi Internal. Selain itu penulis juga berhasil dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan dengan judul “Babuah” Bakmi Buah yang berhasil dan lolos didanai oleh DIKTI pada tahun 2012.

Gambar

Gambar 1 Pemasangan kayu umpan
Tabel 1 Kriteria penilaian tingkat kerusakan bangunan
Tabel 3 Kategori nilai kondisi bangunan
Gambar 2 Titik lokasi pengukuran suhu, RH, intensitas cahaya matahari dan
+7

Referensi

Dokumen terkait