• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebisingan dan Dampak Lingkungan pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebisingan dan Dampak Lingkungan pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBISINGAN DAN DAMPAK LINGKUNGAN

PADA PROSES PENGGILINGAN PADI

(Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat)

MOHAMMAD AGUSTIAN PRADANA PUTRA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebisingan dan Dampak Lingkungan pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

MOHAMMAD AGUSTIAN PRADANA PUTRA. Analisis Kebisingan dan Dampak Lingkungan pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat). Dibimbing oleh MAD YAMIN.

Proses penggilingan padi adalah salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas mutu beras. Indonesia merupakan salah satu penghasil padi yang cukup besar di dunia, tidak bisa dibayangkan kebisingan yang ditimbulkan jika tiap desa memiliki usaha penggilingan padi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat dan pola sebaran kebisingan di penggillingan padi, menganalisis durasi maksimal dalam ruangan berdasarkan ambang kebisingan sesuai standar ketenagakerjaan, menganalisis dan mengukur kebisingan lingkungan di sekitar area penggilingan serta pengendalian kebisingannya dan menganalisis jenis kemunduran pendengaran karyawan. Data diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan dan wawancara terhadap 2 responden. Hasil yang diperoleh yaitu kebisingan tertinggi pada tempat yang sering dilalui oleh karyawan penggilingan padi terletak di daerah sekitar mesin diesel sebesar 105 dB, di daerah pengoperasian husker sebesar 90 dB dan di daerah pengoperasian polisher sebesar 92 dB. Batas waktu maksimal berada di daerah sekitar mesin diesel secara aman dan kontinu sesuai standar DEPNAKER RI dengan tingkat kebisingan 105 dB adalah 30 menit, di daerah pengoperasian husker dengan tingkat kebisingan 90 dB adalah 4 jam dan di daerah pengoperasian polisher dengan tingkat kebisingan 92 dB adalah 3 jam. Hasil pengukuran kebisingan pada teras depan rumah warga yaitu sebesar 65 dB dan tingkat kebisingan pada ruang belajar PAUD yaitu sebesar 58 dB. Rancangan teknis upaya pengendalian kebisingan dengan menggunakan bangunan peredam bising berupa penghalang, dirancang untuk rumah warga dan PAUD karena melewati baku tingkat kebisingan yang diizinkan. Rancangan penghalang yang telah dibuat dengan tinggi 180 cm, perkiraan persentase reduksi kebisingan penghalang tersebut sebesar 22 %. Hasil audiometrict test 2 karyawan yang bekerja pada penggilingan padi yaitu, untuk responden 1 berumur 45 tahun telinga kanan mengalami tuli sedang dan telinga kirinya mengalami tuli berat dan responden 2 berumur 38 tahun telinga kanan dan kirinya sama-sama mengalami tuli ringan.

Kata kunci: penggilingan padi, kebisingan ruangan, kebisingan lingkungan, audiometrict test.

ABSTRACT

MOHAMMAD AGUSTIAN PRADANA PUTRA. Noise Analysis and Environmental Impact in Rice Milling Process (Study Case of Saluyu’s Rice Mill Situ Gede, West Bogor). Supervised by MAD YAMIN.

(6)

analyse level and noise dissemination pattern in the rice mill, analyze maximum duration in the room based on noise threshold based on labor standard, analyze and measure noise in the surrounding of the rice mill area, as well as control the noise and analyze employee hearing deterioration. Data is collected by doing direct measurement in the field and interview towards 2 respondents. The result obtained is the highest noise in the place that is often passed by rice mill employee in the area near the diesel machine sized 105 dB, in the husker operation area sized 90 dB and in the polisher operation area sized 92 dB. Maximum time limit of being near to the diesel machine is safe and continued based on DEPNAKER RI standard with a noise level of 105 dB is 30 minutes, in husker operation area with a noise level of 90 dB is 4 hours and in polisher operation area with a noise level of 92 dB is 3 hours. Noise measurement result in a resident's house terrace is 65 dB and the noise level in PAUD class room is 58 dB. Technical design for the noise control by using barrier as a sound-damper building is designed for the resident's house and PAUD because the noise passes standard level of the allowed noise. For barrier design that has been made 180 cm high, noise reduction has estimated for 22%. Audiometric test result for 2 employees that work on rice mill is, for the respondent 1 with 45 years old has right ear got a medium deaf and the left ear got serious deaf and respondent 2 with 38 years old has both ears got minor deaf.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

ANALISIS KEBISINGAN DAN DAMPAK LINGKUNGAN

PADA PROSES PENGGILINGAN PADI

(Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat)

MOHAMMAD AGUSTIAN PRADANA PUTRA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kebisingan dan Dampak Lingkungan pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat)

Nama : Mohammad Agustian Pradana Putra NIM : F14090028

Disetujui oleh

Ir. Mad Yamin, MT Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah kebisingan, dengan judul Analisis Kebisingan dan Dampak Lingkungan pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus Penggilingan Padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Mad Yamin, MT selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abidin selaku pemilik penggilingan padi beserta pegawai penggilingan padi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Eko Wahyudi), ibu (Pudji Rahayu), seluruh keluarga, Sisca Widiya Afiyanti, S.Hut; Purnama Dwi Putra S.T; Gayuh Syaikhullah, S.Pt; Ari Candra Wibawa, S.Pt; Eko, Fami dan teman-teman “Pakuwojo” atas segala doa, semangat, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Tempat dan Waktu Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Jenis Data 3

Metode Pengumpulan Data di Lapangan 4

Metode Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Kondisi Ruangan Penggilingan 13

Analisis Kebisingan 15

Analisis Keselamatan Kerja 17

Analisis Kebisingan Lingkungan 21

Pengendalian Kebisingan 22

Perancangan Teknis Upaya Pengendalian Kebisingan 24

Analisis Audiogram 26

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 29

(12)

DAFTAR TABEL

1 Data karyawan atau subjek penelitian 3

2 Standar nilai ambang batas kebisingan dan lama kerja yang

diperkenankan 7

3 Baku tingkat kebisingan 8

4 Tingkat reduksi kebisingan berbagai material dengan ketebalan

tertentu 22

DAFTAR GAMBAR

Sound level meter 3

Denah titik pengukuran kebisingan ruangan penggilingan padi 4 Metode pengukuran kebisingan sebelum mengenai penghalang 5 Metode pengukuran kebisingan sesudah mengenai penghalang 5

Ruang kedap suara 6

Grafik audiogram subjek pendengaran normal 9

Grafik audiogram subjek tuli ringan 10

Grafik audiogram subjek tuli berat 10

Grafik audiogram subjek tuli sangat berat 11

Rancangan penelitian 12

Layout lokasi ruangan penggilingan padi 13

Mesin dan alat yang terdapat pada penggilingan padi; (a) Husker, (b) Polisher, (c) Motor diesel dan sistem transmisi 15

Kontur kebisingan di ruangan penggilingan padi 16

Daerah di sekitar mesin diesel dan sistem transmisi yang sering dilalui

operator 18

Daerah di sekitar husker yang sering disinggahi operator 19 Daerah di sekitar polisher yang sering disinggahi operator 20 Peta lokasi pengukuran tingkat kebisingan lingkungan penggilingan padi 21

Susunan pagar pada PAUD 23

Susunan pagar pada rumah warga 23

Rancangan dinding tembok dengan tinggi 180 cm di rumah warga dan

PAUD 25

Grafik audiogram telinga kanan responden 1 26

Grafik audiogram telinga kiri responden 1 27

Grafik audiogram telinga kanan responden 2 27

Grafik audiogram telinga kanan responden 2 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar riwayat pendengaran pasien

31

2 Kuisoner tenaga kerja 32

3 Jawaban wawancara 35

(13)
(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris dengan wilayah yang sangat luas, banyak masyarakat yang terjun di dunia agraris untuk menyambung hidupnya, baik itu usaha dalam ruang lingkup besar maupun kecil. Setiap tahun limpahan panen dalam jumlah besar harus mendapatkan proses pasca panen yang baik agar mutu tetap terjaga. Proses pasca panen sangat penting untuk dipelajari karena pasca panen merupakan hal paling utama untuk menyajikan suatu hasil alam yang akan digunakan atau dimanfaatkan oleh seluruh mahluk hidup. Proses pasca panen sangat tergantung pada manusia yang melaksanakannya, apabila terjadi kendala pada pelaksanaanya yang disebabkan karena faktor manusia, maka akan memungkinkan turunnya mutu produk tersebut. Maka dari itu suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia seharusnya menerapkan ilmu ergonomi dalam upaya menghasilkan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan produktivitas yang optimal.

Beras merupakan pangan yang penting di Indonesia, karena beras adalah salah satu makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Dari Indonesia bagian Barat sampai Indonesia bagian tengah mengkonsumsi beras sebagai makanan utama. Beras merupakan hasil dari proses pasca panen. Proses penggilingan padi adalah salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas mutu beras. Indonesia merupakan salah satu penghasil padi yang cukup besar di dunia, pada tahun 2012 produksi gabah kering giling Indonesia mencapai 69.05 juta ton (BPS 2013), maka dari itu banyak sekali usaha penggilingan padi ditemukan di negeri ini, bahkan di daerah pelosok desapun ada. Usaha penggilingan padi pada umumnya merupakan perusahaan rumah tangga dimana pemiliknya kurang memberi perhatian pada kenyamanan kerja, kesehatan kerja dan keselamatan kerja karyawannya, atau bisa dikatakan juga sebagai industri kecil. Kondisi tersebut menimbulkan bahaya tak terduga yang lebih besar dari kebisingan yang dihasilkan oleh industri besar. Jika setiap desa memiliki 1 unit usaha penggilingan padi, berarti banyak sekali pekerja yang menerima dampak kebisingan di seluruh Indonesia. Untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan suatu penelitian untuk menganalisis tentang kebisingan dan pada usaha penggilingan padi.

Salah satu efek yang sangat tidak diinginkan akibat perencanaan industrialisasi yang tidak benar adalah pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas hidup. Polusi suara adalah masalah lingkungan yang signifikan di banyak daerah urbanisasi. Sebuah solusi yang pasti untuk hal tersebut belum dikembangkan. Hal ini karena efek kesehatan akibat polusi suara belum menarik banyak perhatian tidak seperti polusi udara dan air. Kebisingan sekarang diketahui berpotensi membahayakan kesehatan, komunikasi dan kenikmatan hidup sosial. Hal ini telah menjadi gangguan yang tidak dapat dibenarkan dan mengancam kesehatan manusia, kenyamanan dan kualitas hidup modern.

(16)

2

penghalang (barrier), baik dengan beton (konstruksi) maupun dengan vegetasi tertentu (green belt).

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kebisingan pada suatu lokasi penggilingan padi, pengukuran pendengaran karyawannya terkait dengan dengan aspek kesehatan karyawan sebagai objek yang paling mendapat pengaruh dari kebisingan dan juga memberikan solusi pengendalian kebisingan di lingkungan sekitar penggilingan padi.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat dan pola sebaran kebisingan di penggillingan padi Saluyu Situ Gede, Bogor Barat, Jawa Barat.

2. Menganalisis durasi maksimal dalam ruangan berdasarkan ambang kebisingan sesuai standar ketenagakerjaan.

3. Menganalisis dan mengukur kebisingan lingkungan di sekitar area penggilingan serta pengendalian kebisingannya.

4. Menganalisis jenis kemunduran pendengaran karyawan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan:

1. Memberikan pengetahuan kepada karyawan penggilingan akan pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan dampak yang ditimbulkan.

2. Memberikan masukan bagi warga sekitar agar memperhitungkan polusi kebisingan yang ditimbulkan oleh penggilingan padi.

3. Memberikan rancangan penghalang kebisingan (barrier) untuk mereduksi kebisingan pada penggilingan padi.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian berupa pengukuran kebisingan dan pola sebaran kebisingannya ini dilaksanakan di pabrik penggilingan padi Saluyu, Situ Gede, Bogor Barat, Jawa Barat. Untuk pengukuran pendengaran karyawan dengan audiometric test akan dilakukan di RS. Salak Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari periode September sampai November 2013.

Bahan dan Alat

(17)

3

Gambar 1 Sound level meter

Jenis Data

Data Primer

Data yang dikumpulkan meliputi data umum karyawan, data lingkungan kerja dan data perilaku akibat kebisingan melalui metode wawancara dan kuisioner serta data kebisingan tiap titik dalam ruangan penggilingan dan kebisingan di luar daerah penggilingan melalui metode pengukuran langsung di lokasi.

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 2 karyawan yang bekerja bersentuhan langsung dan berada di sekitar mesin. Berikut data umum karyawan yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Data karyawan penggilingan padi atau subjek penelitian Nama Jenis kelamin Usia

Objek yang dianalisis adalah kondisi kebisingan keseluruhan di pengiilingan padi Saluyu Situ Gede yang dipengaruhi oleh mesin-mesin yang berada di area

(18)

4

Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dengan mencatat dan mengutip data yang tersedia pada instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, meliputi data kondisi umum tempat dilaksanakannya penelitian, grafik audiogram dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data di Lapangan

Pengukuran Kebisingan Ruangan

Pemetaan pola kebisingan diperoleh dengan mengikuti kaidah kontur, yaitu membuat garis-garis yang menghubungkan tingkat kebisingan yang sama (isonoise). Dengan mengikuti kaidah koordinat X,Y,Z dimana X,Y adalah koordinat posisi dari titik pengukuran, sedangkan Z adalah nilai ukur kebisingan pada suatu titik. Selanjutnya data koordinat X,Y,Z sebagai data input ke Golden Software Surfer 8. Untuk dapat membuat kontur kebisingan dibutuhkan pola pengambilan data pada titik-titik yang beraturan pada lokasi sampling seperti pada Gambar 2, semakin rapat titik pengambilan sampling maka kontur yang dihasilkan semakin baik sehingga untuk mengurangi hal tersebut kontur dibuat serapat mungkin dengan menggunakan jarak antar titik yang beraturan adalah 50 cm x 50 cm, dengan durasi pengukuran selama 5 detik dan mengambil data rata-rata yang sering muncul. Pengambilan data ini dilakukan sebanyak 5 kali. Pengukuran kebisingan ini menggunakan alat sound level meter. Panjang dan lebar untuk ruang penggilingan padi tersebut masing-masing adalah 14 m dan 11.5 m.

(19)

5

Pengukuran Kebisingan Lingkungan

Pengukuran kebisingan lingkungan dilakukan pada 2 objek di sekitar penggilingan yaitu pada sebuah rumah warga dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kebisingan diukur pada PAUD dan rumah warga saat mesin penggiling padi dalam keadaan menyala. Untuk rumah warga dilakukan pengukuran kebisingan di teras depan rumah sedangkan pada PAUD dilakukan di ruang belajar para murid. Pengukuran dilakukan saat kondisi lalu lintas di sekitar rumah warga dan PAUD tidak ada satupun kendaraan yang melintas atau bisa dikatakan hanya sumber kebisingan dari penggilingan padi saja sebagai sumber bunyi. Sebelum itu semua dilakukan, terlebih dahulu dilakukan metode pengukuran penghalang (barrier) dimana akan didapatkan data kebisingan sebelum dan sesudah mengenai penghalang, setelah itu akan didapat besarnya persentase reduksi kebisingan penghalang.

Gambar 3 menunjukkan metode pengukuran besarnya kebisingan sebelum mengenai penghalang. Untuk jarak a pada gambar ditetapkan 1 meter dan jarak b yaitu jarak Sound Level Meter (SLM) pada sumber bunyi dalam hal ini adalah penggilingan padi, sedangkan pada Gambar 4 menunjukkan metode pengukuran besarnya kebisingan setelah mengenai penghalang.

Penghalang SLM Sumber bunyi

jarak a jarak b

SLM Penghalang Sumber bunyi

jarak a jarak b

Gambar 3 Metode pengukuran kebisingan sebelum mengenai penghalang

(20)

6

Audiometrict Test

Uji pendengaran atau audiometrict test dilakukan menggunakan alat audiometer. Petugas pelaksana adalah seorang ahli yang mendapat pengakuan formal (sertifikasi) untuk melakukan tugas tersebut. Pengambilan data uji pendengaran karyawan ini dilakukan di RS. Salak Bogor unit THT.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara yang dapat dilihat pada Gambar 5, audiologis dan pasien yang kooperatif. Prinsip dasar pemeriksaan audiometri ini adalah pemeriksaan pada bermacam-macam frekunsi dan intensitas pada suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conductor ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat melalui program komputer atau diplot secara manual pada kertas grafik.

Gambar 5 Ruang kedap suara

Berikut adalah cara penggunaan alat audiometer :

a) Tekan Switch Power untuk menyalakan Audiometer. Apabila belum mengenal pesawat tersebut maka cobalah dengan memasang earphone pada telinga sendiri dan lakukan pengoperasian berbagai tombol pengatur.

b) Ear Test untuk memilih telinga yang akan diperiksa. c) Frekuensi untuk memilih tinggi nada atau frekuensi. d) Hearing Level untuk mengatur intensitas nada. e) Interuptor untuk menghidup - matikan nada.

Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan audiometer yang berupa catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB).

Berikut adalah langkah-langkah untuk memberi tanda pada hasil audiometrict test:

(21)

7 Kanan = O

Kiri = X

3. Hantaran udara (Air Conduction = AC) dengan masking. Kanan = Δ

Kiri = 

4. Hantaran tulang (Bone Conduction = BC). Kanan = <

Kiri = >

5. Hantaran tulang (Bone Conduction = BC) dengan masking. Kanan = с

Kiri = כ

6. Hantaran udara (AC) dihubungkan dengan garis lurus ( ) dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri. 7. Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis putus-putus ( - - - )

dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri.

Wawancara

Melakukan wawancara kepada para pekerja yang bekerja di ruangan tersebut untuk mengetahui keluhan-keluhan atau dampak yang ditimbulkan dari kondisi lingkungan kerja. Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung dengan konsep pertanyaan yang sudah disiapkan berupa kuisoner (llihat Lampiran 3). Pertanyaan yang disiapkan disertai dengan pilihan jawaban.

Metode Analisis Data

Analisis Kebisingan Ruangan

Data kebisingan yang didapat secara pengukuran langsung akan dijadikan sebagai titik pada sumbu z untuk pembuatan kontur dengan posisi pengukuran sebagai sumbu x dan y. Setelah kontur di analisis, data kebisingan akan dibandingkan dengan ambang batas yang sudah ditentukan dengan menggunakan Tabel 2.

Tabel 2 Standar nilai ambang batas kebisingan dan lama kerja yang diperkenankan

Menaker (dB) Waktu Kerja (jam)

85.0 8.0

(22)

8

Daily noise dose berhubungan dengan total durasi papar kebisingan dengan tingkat kebisingan yang berbeda, daily noise dose dapat dirumuskan sebagai berikut:

T1, T2, T3 : Durasi eksposur dimana kebisingan pada level tersebut mematuhi

daerah ambang bahaya

Berdasarkan National Institute for Occupational Safety (NIOSH), tingkat Daily Noise Dose tidak boleh lebih dari 1. Untuk standar nilai ambang batas akan digunakan standar nilai ambang yang telah ditentukan oleh Menaker (Menteri Tenaga Kerja).

Analisis Kebisingan Lingkungan

Data kebisingan lingkungan yang telah didapat selanjutnya dibandingkan dengan tabel baku tingkat kebisingan lingkungan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Baku tingkat kebisingan

Peruntukan kawasan / Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan (dB) a Peruntukan kawasan

1 Perumahan dan pemukiman 55

2 Perdagangan dan jasa 70

3 Perkantoran dan perdagangan 65

4 Ruang terbuka hijau 50

5 Industri 70

6 Pemerintahan dan fasilitas umum 60

7 Rekreasi 70

1 Rumah sakit atau sejenisnya 55

2 Sekolah atau sejenisnya 55

3 Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Keterangan: *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup 1996

(23)

9 dan efektivitasnya masing-masing, serta daerah yang memiliki kebisingan melewati baku mutu yang ada, maka diperlukan upaya pengendalian. Upaya pengendalian dilakukan dengan membuat rancangan teknis penghalang dengan cara mengambil salah satu contoh penghalang yang telah diukur. Penghalang yang digunakan adalah penghalang yang memiliki efektivitas peredaman bising yang baik dengan bahan, tinggi, tebal dan panjang penghalang disesuaikan dengan kondisi di daerah yang dikendalikan.

Analisis Audiogram

Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan audiometer yang berupa catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB). Yang pertama dilakukan adalah mencatat riwayat kesehatan pada karyawan sebagai data awal audiometrict test untuk mengetahui secara kasar kondisi pendengaran karyawan sebelum dilakukan tes, setelah melakukan tes didapatkan grafik audiogram yang kemudian dibaca berdasarkan jenis ketulian dengan melihat grafik AC Unmasked dan BC Mastoid Masked sehingga kita dapat menentukan jenis ketulian yang diderita karyawan. Berikut ini adalah contok grafik berdasarkan jenis pendengarannya:

Sumber: Poli THT RS Salak Bogor 2013

Gambar 6 Grafik audiogram subjek pendengaran normal

(24)

10

Sumber: Poli THT RS Salak Bogor 2013

Gambar 7 Grafik audiogram subjek tuli ringan

Gambar 7 menunjukkan bahwa AC turun dan BC normal. Kurva AC dan BC ada gap. Untuk grafik tuli ringan sama dengan tuli sedang, hanya saja untuk tuli ringan dari skala 26-40 dB sedangkan untuk tuli sedang dari skala 41-70 dB.

Sumber: Poli THT RS Salak Bogor 2013

Gambar 8 Grafik audiogram subjek tuli berat

(25)

11

Sumber: Poli THT RS Salak Bogor 2013

Gambar 9 Grafik audiogram subjek tuli sangat berat

(26)

12

(27)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tata Letak dan Kondisi Ruang Penggilingan

Keterangan:

6: Tumpukan karung gabah kering giling (GKG) 7: Bengkel

8: Pintu ruangan

5 d

Gambar 11 Layout lokasi ruangan penggilingan padi

(28)

14

Gambar 11 menunjukkan layout lokasi beserta tata letak ruangan penggilingan padi. Panjang dan lebar ruangan penggilingan masing-masing sebesar 14 m dan 11.5 m. Dinding ruangan terbuat dari beton, begitu juga dengan dinding yang membatasi taman, ruangan, dan bengkel. Tebal dinding berkisar 20 cm yang berfungsi sebagai pemantul kebisingan sehingga kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin menyebar ke seluruh bagian ruangan. Terdapat 3 buah mesin yaitu mesin diesel, husker dan polisher. Untuk menggerakkan husker dan polisher disambungkan menggunakan transmisi belt dengan panjang yang berbeda-beda. Pada Gambar 11, panjang transmisi belt husker (2) sepanjang 5 meter sedangkan untuk polisher (3) sepanjang 5.5 meter. Tumpukan-tumpukan kantong GKG (6) juga tersebar di ruangan penggilingan, tumpukan gabah tersebut mampu mereduksi sebagian kebisingan yang menyebar di dalam ruangan penggilingan, tetapi untuk pengambilan data kebisingan ruangan dalam kasus ini tidak memperhitungkan pereduksi kebisingan oleh tumpukan gabah. Bengkel (7) pada ruangan penggilingan berisi 1 buah mesin diesel sebagai cadangan bila mesin diesel utama mengalami kerusakan atau dalam proses measurement (perawatan)dan juga beberapa suku cadang untuk mesin-mesin yang lainnya.

Ventilasi yang berupa besi tralis tanpa kaca pada ruangan mengakibatkan kebisingan keluar menuju lingkungan sekitar lokasi penggilingan padi. Pintu ruangan penggilingan (8) yang terbuka saat proses penggilingan padi juga dapat mengakibatkan kebisingan di ruang penggilingan keluar menuju lingkungan sekitar sehingga dapat dikatakan bahwa ventilasi dan pintu ruangan penggilingan berperan penting dalam menyalurkan kebisingan terhadap lingkungan di sekitar penggilingan padi.

(29)

15

(a) (b)

(c) (c)

Analisis Kebisingan

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu atau tidak diinginkan secara fisik dan psikis. Menurut Suma’mur (1988), kebisingan yang sering ditemukan di lingungan kerja adalah:

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise) misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll.

2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise) misalnya gergaji siruler, katup gas, dll.

3. Kebisingan terputus-putus (intermitten) misalnya lalu lintas, pesawat terbang di lapangan udara, dll.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsif noise) misalnya pukulan, tembakan bedil atau meriam, ledakan, dll. Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan.

(30)

16

Penggilingan padi dapat digolongkan ke dalam wide band noise karena kebisingan bersumber dari mesin-mesin seperti husker, polisher dan motor diesel sedangkan kebisingan pada ruangan ini dianalisis menggunakan peta kontur yang dibuat dengan Golden Software Surfer 8.0 yaitu berupa sebaran kebisingan pada ruangan pabrik. Untuk meminimalisir kesalahan data, pengambilan data dibuat sangat rapat dengan jarak antar titik sepanjang 50 cm x 50 cm dan juga agar pola sebaran kebisingannya dapat jelas dilihat. Kebisingan yang terjadi di ruang penggillingan ini dipengaruhi oleh adanya mesin-mesin yang berada dalam ruangan tersebut. Sebaran kebisingan di ruangan memiliki perbedaan di setiap titiknya. Pola kebisingan yang berbeda tersebut disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya faktor mesin, jenis transmisi, jenis material dinding dan adanya sambungan antar elemen mesin yang kurang sempurna.

Gambar 13 Kontur kebisingan di ruangan penggilingan padi

Gambar 13 menunjukkan tingkat kebisingan ruang penggilingan yaitu berkisar 80 dB hingga 110 dB. Kebisingan tertinggi terdapat pada mesin diesel yaitu sebesar 110 dB. Hal ini dipengaruhi oleh daya dan putaran poros yang cukup tinggi. Transmisi belt juga menyumbang kebisingan yang cukup tinggi, terdapat 4 puli untuk menggerakkan husker dan polisher dengan kebisingan dari 92 dB hingga 95. Kebisingan yang terjadi cukup tinggi dan merata karena adanya sambungan yang tidak pas dan komponen pemasangan yang sudah mulai longgar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Transmisi belt yang terletak diantara mesin diesel, husker dan polisher inilah yang juga menjadi penyebab utama kebisingan di sekitar transmisi belt

(31)

17 merata. Di daerah tempat karyawan paling sering beroperasi yaitu daerah sekitar husker dan polisher, nilai kebisingan tertinggi mencapai 92 dB. Hal ini disebabkan karena daya dan putaran poros yang cukup tinggi. Namun daerah ini dapat dibilang lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitar mesin hal ini dapat disebabkan karena daerah ini memiliki lingkup yang luas sehingga suara yang ada dapat tersebar lebih luas dan tidak berkumpul pada satu daerah saja. Faktor lainnya ialah daerah ini mendekati pintu ruangan, sehingga kebisingan di dalam ruangan dapat keluar.

Perubahan kebisingan yang cukup drastis terletak pada sekitar sistem transmisi dengan tumpukan GKG, dimana garis 90 dB dan 87.5 dB sangat pendek jaraknya hal ini dikarenakan tumpukan GKG dapat mereduksi kebisingan. Perbandingan nilai kebisingan yang mencolok lainnya ialah pada taman dengan kebisingan berkisar antara 72.5 dB-77.5 dB dan pada bengkel berkisar antara 77.5 dB-85 dB. Hal ini dikarenakan terdapatnya dinding beton yang membatasi taman dan bengkel dengan ruangan penggilingan padi

Analisis Keselamatan Kerja

(32)

18

Gambar 14 Daerah di sekitar mesin diesel dan sistem transmisi yang sering dilalui operator

Di daerah sekitar mesin diesel dan sistem transmisi mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi seperti yang ditandai pada Gambar 14, dengan nilai maksimal 105 dB, kebisingan pada daerah ini termasuk kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Batas waktu yang diijinkan oleh DEPNAKER RI untuk kebisingan sebesar 105 dB adalah selama 0.5 jam. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2. Dengan menggunakan persamaan (1), tingkat daily noise dose yang diterima subjek adalah 0.26, hal ini menyatakan bahwa subjek berada di batas aman karena berdasarkan National Institute for Occupational Safety (NIOSH) tingkat daily noise dose tidak boleh lebih dari 1.

Menurut Moriber (1974), kebisingan pada berbagai level intensitas dapat mengakibatkan kerusakan yang bertingkat-tingkat. Kerusakan ini antara lain:

1. Jika peningkatan ambang dengar > 80 dB, menyebabkan kerusakan pendengaran sebagian.

2. Jika peningkatan ambang dengar antara 120-125 dB, menyebabkan gangguan pendengaran sementara.

3. Jika peningkatan ambang dengar antara 125-140 dB, bisa menyebabkan telinga sakit.

4. Jika peningkatan ambang dengar < 150 dB, menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

Sedangkan menurut Chanlett (1979), menyatakan bahwa selain berdampak pada gangguan pendengaran, terdapat efek kebisingan lainnya, yaitu:

1. Gangguan tidur dan istirahat.

2. Mempengaruhi kapasitas kerja pekerja.

(33)

19 3. Dalam segi fisik, seperti pupil membesar dan lain-lain.

4. Dalam segi psikologis, seperti penyakit mental dan perubahan sikap atau kebiasaan.

Daerah dimana subjek paling lama bekerja berikutnya adalah di daerah sekitar husker dan polisher. Di daerah husker karyawan melakukan aktivitas inti yaitu memasukan gabah ke dalam mesin yang dapat dilihat pada Gambar 15 yang dilingkari warna merah. Husker menyumbang kebisingan pada ruangan penggilingan padi yang disebabkan proses pemecahan kulit gabah, selain itu karena pulley belt dan elemen-elemen mesin pada husker yang sudah mulai renggang. Diasumsikan berdasarkan waktu kerja, lama subjek berada dalam daerah ini adalah 7 jam. Di daerah husker tingkat kebisingan mencapai 90 dB, dilihat dari jenis kebisingannya, kebisingan yang terjadi pada daerah ini termasuk jenis kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas.

Gambar 15 Daerah di sekitar husker yang sering disinggahi operator Batas waktu yang diijinkan berada dalam daerah ini dengan tingkat kebisingan 90 oleh DEPNAKER RI adalah 4 jam. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2, dengan menggunakan persamaan (1), tingkat daily noise dose yang diterima subjek adalah 1.75. Hal ini menyatakan bahwa subjek berada di luar batas aman karena berdasarkan National Institute for Occupational Safety (NIOSH) tingkat daily noise dose tidak boleh lebih dari 1.

Daerah yang paling lama ditempati pada saat karyawan bekerja berikutnya adalah di daerah sekitar polisher. Tempat ini dimana karyawan memasukkan beras untuk diperhalus ke dalam polisher. Polisher sendiri menyumbang kebisingan pada kebisingan di ruangan penggilingan padi dan kebisingan yang ditimbulkan

(34)

20

polisher disebabkan karena proses penyosohan beras yang menimbulkan bising, selain itu juga karena pulley belt dan elemen-elemen mesin pada polisher yang sudah mulai renggang yang mengakibatkan getaran dan kebisingan. Diasumsikan berdasarkan waktu kerja, lama subjek berada dalam daerah ini adalah 7 jam. Gambar 16 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada daerah bertanda merah mencapai 92 dB. Dilihat dari jenis kebisingannya, kebisingan yang terjadi pada daerah ini termasuk jenis kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas.

Gambar 16 Daerah di sekitar polisher yang sering disinggahi operator Batas waktu yang diijinkan berada dalam daerah ini dengan tingkat kebisingan 92 oleh DEPNAKER RI adalah 3 jam. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2. Dengan menggunakan persamaan (1), tingkat daily noise dose yang diterima subjek adalah 2.33. Hal ini menyatakan bahwa subjek berada di luar batas aman, karena berdasarkan National Institute for Occupational Safety (NIOSH), tingkat daily noise dose tidak boleh lebih dari 1.

(35)

21

Analisis Kebisingan Lingkungan

Sumber: Google Map 2013

Gambar 17 Peta lokasi pengukuran tingkat kebisingan lingkungan penggilingan padi

Peraturan mengenai tingkat kebisingan dibahas dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Besarnya kebisingan yang terjadi di lingkungan diatur sesuai dengan peruntukan wilayah tersebut. Batas maksimal kebisingan diatur dengan adanya Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan yang menyatakan baku mutu tingkat kebisingan suatu wilayah. Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Menteri Negara Lingkungan Hidup 1996). Nilai baku tingkat kebisingan untuk setiap kawasan yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 3.

Suara keras yang dihasilkan engine berasal dari mesin diesel, husker dan polisher mengganggu kebisingan lingkungan. Dampak suara bising akan mengganggu konsentrasi dan keseimbangan serta dapat meningkatkan tekanan darah dan efek psikologis sehingga dapat mengganggu kesehatan dan dapat menurunkan kinerja manusia. Pemerintah dan badan keselamatan lingkungan dunia menetapkan aturan perundang-undangan polusi udara. Dasar pendukung perundang-undangan Peraturan Menteri Nomor 718 Tahun 1987 untuk zona c yaitu perkantoran, pendidikan, perdagangan dan permukiman masyarakat. Batas kebisingan yang diperbolehkan 50-60 dB (Sunitra et al. 2008).

(36)

22

diterima objek akan semakin besar. Kebisingan pada teras rumah warga adalah sebesar 65 dB sedangkan pada ruang belajar PAUD sebesar 58 dB. Nilai yang didapat pada SLM hanya dipengaruhi oleh sumber kebisingan pada penggilingan padi tanpa ada kebisingan lain baik suara keramaian manusia maupun suara lalu lintas di sekitar sumber kebisingan. Hal ini disebabkan karena analisis kebisingan lingkungan hanya pada ruang penggilingan padi tanpa ada faktor lainnya. Nilai kebisingan yang didapat dari rumah warga dan PAUD masih diatas baku tingkat kebisingan untuk perumahan dan sekolah sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MNLH/11/1996 yaitu tidak boleh lebih dari 55 dB.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di lokasi penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan antara lain kurangnya bangunan peredam/pengendali kebisingan (penanaman vegetasi atau bangunan penghalang). Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan metode pengendalian kebisingan dengan membuat bangunan penghalang sekitar PAUD dan rumah warga untuk mengurangi tingkat kebisingan yang terjadi.

Pengendalian Kebisingan

Kebisingan yang terjadi pada penggilingan padi akan merugikan lingkungan sekitarnya. Hal ini berdampak langsung kepada para pekerja, murid-murid PAUD dan penghuni rumah yang berada di sekitar penggilingan. Kebisingan mesin tidak mungkin dihilangkan sehingga dibutuhkan tindakan efektif untuk mengatasi kebisingan. Wilson dan Charles E (1989) merekomendasikan pengendalian kebisingan dengan dua alternatif yaitu desain mesin atau peralatan dan sistem operasi mesin dan desain konstruksi bangunan. Selain itu untuk mengurangi kebisingan bias dilakukan pengendalian di dalam gedung dan di luar gedung. Desain konstruksi bangunan masuk dalam pengendalian barrier. Sebagai dasar menetukan konstruksi bangunan. Tabel 4 berikut memuat data tingkat reduksi kebisingan dari berbagai material dengan ketebalan tertentu.

(37)

23

Gambar 18 Susunan pagar pada PAUD

Gambar 18 menunjukkan kondisi pagar pada PAUD yang terdiri dari beton dan besi tralis dengan jarak dari sumber kebisingan sejauh 14 m dan panjang total pagar sepanjang 19.4 m. Susunan pagar yang terdapat pada PAUD tidak mampu mereduksi kebisingan hingga batas baku kebisingan yang telah ditetapkan untuk sekolah, karena kebisingan yang terdapat pada ruang belajar murid sebesar 58 dB, lebih banyak 3 dB dari batas baku yaitu 55 dB. Persentase reduksi kebisingan pagar PAUD dapat diketahui dengan mengukur kebisingan sebelum mengenai pagar yaitu sebesar 66 dB, kebisingan setelah mengenai pagar sebesar 63 dB, maka persentase kebisingan pagar PAUD sebesar 4.5%. Hal ini berdampak mengganggu ketenangan dan konsentrasi para murid dalam proses belajarnya.

Gambar 19 Susunan pagar pada rumah warga

(38)

24

baku yaitu 55 dB. Persentase reduksi kebisingan pagar pada rumah warga dapat diketahui dengan mengukur kebisingan sebelum mengenai pagar yaitu sebesar 72 dB, kebisingan setelah mengenai pagar 68 dB maka persentase kebisingan pagar rumah warga sebesar 5.5%. Hal ini berdampak mengganggu ketenangan dan kenyamanan penghuni rumah.

Perancangan Teknis Upaya Pengendalian Kebisingan

Penelitian Hasyim (2012) menyatakan bahwa upaya pengendalian kebisingan menggunakan bangunan penghalang (barrier). Bangunan penghalang yang digunakan adalah penghalang yang memiliki persentase reduksi kebisingan yang baik. Untuk mengetahui jenis penghalang yang baik dalam mereduksi kebisingan, bahan bangunan penghalang yang direncanakan yaitu batako, semen, pasir, dan ditanami dengan tanaman menjalar yaitu kembang air mata pengantin (Antigonon leptopus) atau tanaman menjalar lainnya untuk menambah nilai keindahan penghalang dan kesan ramah lingkungan. Panjang total pagar disesuaikan dengan panjang yang sudah ada di lokasi pengukuran, dalam hal ini adalah pagar objek yang terdampak kebisingan oleh pengilingan padi. Tampak atas (lihat Gambar 20a) bangunan penghalang berbentuk persegi panjang. Tampak depan (lihat Gambar 20b) berbentuk persegi panjang yang membentuk huruf T. Tampak samping (lihat Gambar 20c) bangunan penghalang berbentuk persegi panjang. Dimensi rancangan penghalang untuk PAUD dan rumah warga dapat dilihat pada Gambar 20.

(39)

25

Keterangan:

P (panjang) : disesuaikan dengan panjang total

pagar yang sudah ada di lokasi

T (tinggi total) : 180.00 cm

L (lebar dinding) : 15.00 cm

l (lebar variasi) : 25.00 cm

t (tinggi tanpa variasi) : 165.00 cm

t’ (tinggi variasi) : 15.00 cm

y (selisih lebar variasi dengan lebar dinding) : 5.00 cm Sumber : Hasyim 2012

Gambar 20 Rancangan dinding tembok dengan tinggi 180 cm di rumah warga dan PAUD

(40)

26

jenis dan bahan penghalang yang efektif dalam mereduksi tingkat kebisingan tertentu.

Analisis Audiogram

Analisis audiogram dilakukan setelah mendapatkan grafik tes pendengaran melalui audiometrict test yang telah dilakukan. Terdapat 2 responden yang telah di tes pendengarannya yaitu para karyawan yang bekerja pada penggilingan padi. Untuk grafik audiogram subjek 1 yang berusia 45 tahun dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22, sedangkan untuk grafik audiogram responden 2 yang berusia 38 tahun dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24.

Gambar 21 Grafik audiogram telinga kanan responden 1

(41)

27

Gambar 22 Grafik audiogram telinga kiri responden 1

Gambar 22 menunjukkan dimana hasil tes pada telinga kiri responden. Berdasar grafik yang diperoleh dapat dilihat dimana grafik AC dan BC mengalami perhimpitan sesama grafik dan terdapat takik yang menonjol pada frekuensi 4000 Hz, sehingga dapat disimpulkan bahwa telinga kiri subjek mengalami tuli berat. Berdasar riwayat responden (lihat Lampiran 1) diketahui bahwa subjek pernah mendengar suara ledakan yang menghinggapi telinga kirinya, sehingga sempat terjadi keluhan oleh responden. Faktor lainnya yang menyumbang kemunduran pendengaran responden adalah faktor usia responden yang sudah berumur 45 tahun yang berpengaruh terhadap kesehatan sistem pendengaran dan lamanya bekerja di penggilingan padi tersebut selama 7 tahun.

(42)

28

Gambar 23 menunjukkan dimana hasil tes pada telinga kanan responden yang berumur 38 tahun. Berdasar grafik yang diperoleh dapat dilihat dimana diantara grafik AC dan BC terdapat gap dan gap pada grafik lebih dominan pada kisaran 26-40 dB, sehingga dapat disimpulkan bahwa telinga kanan responden mengalami tuli ringan.

Gambar 24 Grafik audiogram telinga kanan responden 2

Gambar 24 menunjukkan dimana hasil tes pada telinga kiri subjek. Berdasar grafik yang diperoleh dapat dilihat dimana diantara grafik AC dan BC terdapat gap dan letak gap tersebut lebih dominan pada kisaran 26-40 dB, sehingga dapat disimpulkan bahwa telinga kiri responden mengalami tuli ringan sama dengan telinga kanan responden tersebut. Faktor lainnya yang menyumbang kemunduran pendengaran responden adalah lamanya kerja responden yang telah bekerja pada penggilingan padi selama 6 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Terdapat 3 lokasi pada ruangan penggilingan padi yang sering disinggahi oleh karyawan, yaitu lokasi diantara mesin diesel dan sistem transmisi, husker dan polisher. Tingkat kebisingan untuk ketiga tempat tersebut berturut-turut sebesar 105 dB, 90 dB, dan 92 dB.

(43)

29 kebisingan 92 dB adalah 3 jam. Berdasarkan fakta di lapang hanya pada lokasi di sekitar mesin diesel dan sistem transmisi yang memenuhi standar DEPNAKER RI mengenai batas waktu maksimal karyawan.

3. Hasil pengukuran kebisingan teras rumah warga sebesar 65 dB dan tingkat kebisingan ruang belajar PAUD sebesar 58 dB. Hal ini dapat mengganggu ketenangan dan kenyamanan penghuni rumah maupun mengganggu proses belajar para siswa PAUD.

4. Hasil pengukuran persentase reduksi kebisingan pada pagar PAUD sebesar 4.5% dan pagar rumah warga sebesar 5.5%

5. Hasil audiometrict test menyatakan bahwa responden 1 mengalami tuli sedang pada telinga kanan dan tuli berat pada telinga kiri. Responden 2 mengalami tuli ringan pada kedua telinganya.

6. Hasil wawancara menyatakan bahwa karyawan memiliki beberapa keluhan seperti gangguan pendengaran berupa telinga berdengung, tuli sementara, dan gangguan komunikasi pada saat bekerja disertai rasa pusing.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kebisingan di suatu lokasi dengan menambahkan data iklim seperti suhu, arah angin dan kelembaban udara serta memperhitungkan pemantulan kebisingan pada dinding ruangan dan pereduksi kebisingan oleh tumpukan-tumpukan gabah kering giling yang ada di ruangan penggilingan padi. Disarankan untuk membangun bangunan peredam kebisingan untuk rumah warga dan PAUD. Bahan bangunan penghalang yang direncanakan yaitu batako, semen, pasir, dan ditanami tanaman menjalar kembang air mata pengantin (Antigonon leptopus) atau tanaman menjalar lainnya untuk menambah nilai keindahan penghalang dan kesan ramah lingkungan. Rancangan penghalang yang telah dibuat adalah dengan tinggi 180 cm, persentase reduksi kebisingan penghalang tersebut diperkirakan sebesar 22 %, sehingga nilai kebisingan yang diterima rumah warga dan PAUD tidak melebihi batas kebisingan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi gabah kering giling indonesia tahun 2012. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 28]. Tersedia pada: http//www.bps.go.id/getfile.php?news=995,pdf.

Chanlett ET. 1979. Environmental protection edisi kedua. USA (US): MC Graw-Hill Book Company.

Hasyim WNM. 2012. Kajian tingkat kebisingan dan metode pengendaliannya (studi kasus pertigaan jalan Darmaga – jalan Babakan Raya). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(44)

30

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Baku Tingkat Kebisingan, surat keputusan menteri negara lingkungan hidup Nomor Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta (ID): Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Moriber R. 1974. Ketulian Akibat Pekerjaan dan Pemeliharaan Indera Pendengaran di dalam Lingkungan Bising. Majalah Hiegene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 8(2): 27-29.

Poli THT Rumah Sakit Salak. 2013. Grafik Audiogram. Bogor (ID). Rumah Sakit Salak.

Sembodo J. 2004. Evaluasi tingkat kebisingan di industri terhadap kenyamanan dan kesehatan pekerja (studi kasus di PT. XYZ). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): PT Gunung Agung.

Sunitra E, Isranuri I, Syam B, Wirjosentono B. 2008. Kajian eksperimental pengaruh medan magnet terhadap kebisingan pada knalpot mobil Toyota Kijang bensin. Jurnal Teknik Mesin. 5(2): 71-82.

Wang LK, Pereira NC, Hung YT. 2005. Advance air and noise pollution control. New Jersey (US): Humana Press.

Wijaya AT. 2005. Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di Ruang Engineering Divisi Cold Storage PT. Central Pertiwi Bahari, Lampung. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

(45)

31 Lampiran 1 Daftar riwayat pendengaran pasien

(46)

32

Lampiran 2 Kuisoner tenaga kerja

Konsep pertanyaan wawancara

1. Berapa lama waktu bekerja? 2. Apakah ada waktu istirahat kerja?

3. Apakah pada waktu istirahat, aktivitas pekerjaan seluruhnya berhenti? 4. Bila tidak, bagaimana cara mengatur pekerjaan tersebut?

5. Apakah ada waktu libur bekerja? 6. Bila ada, berapa lama?

7. Adakah faktor kebisingan yang dirasakan ?

8. Bila ada kebisingan, apakah kebisingan tersebut menggangu pembicaraan antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya sehingga cara berbicara harus berteriak dengan lawan bicara pada jarak > 1 meter?

9. Pernahkah diberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga? 10. Apakah pemilik usaha menyediakan alat pelindung telinga?

11. Siapa yang memberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga, cara menggunakan dan memelihara alat pelindung telinga?

a. Tenaga Kesehatan c. Tim khusus

b. Pemilik usaha d. Lain-lain, sebutkan ……. 12. Adakah faktor getaran mekanis yang dirasakan?

13. Bila ada apakah getaran tersebut mengganggu aktifitas anda? 14. Pernakah diberi penjelasan tentang pentingnya alas kaki?

15. Apakah pemilik usaha menyediakan alas kaki khusus untuk dipakai?

III. PERILAKU AKIBAT KEBISINGAN

1. Apakah menggunakan APT (Alat Pelindung Telinga) sewaktu bekerja di tempat yang kebisingannya tinggi?

2. Bila Ya, sebutkan jenis alat pelindung telinga tersebut :

a. Kapas d. Helmet

b. Sumbat telinga e. Lain-lain, sebutkan ……. c. Tutup telinga

3. Apakah selalu memakainya di tempat bekerja?

a. Ya b. Tidak c. Jarang

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa nyaman menggunakannya?

a. Ya b. Tidak, mengapa …..

(47)

33 a. APT yang disediakan terasa sakit/gatal apabila digunakan

b. APT yang disediakan telah hilang c. APT yang telah disediakan telah rusak d. Tidak mendapat APT dari perusahaan 6. Pernahkah mengalami gangguan pendengaran?

a. Pernah b. Tidak pernah

7. Bila pernah, jenis gangguannya adalah a. Berdengung atau berdesis

b. Kurang dengar sementara c. Tidak bisa mendengar

d. Berdengung dan kurang dengar sementara e. A, b, dan c benar

f. Lain-lain, sebutkan …….

8. Apa yang dirasakan terhadap gangguan tersebut? a. Susah berkomunikasi

b. Tidak nyaman c. Susah berkonsentrasi

d. Gangguan pendengaran lainnya, sebutkan….

9. Selain itu, keluhan apa lagi dari dampak kebisingan yang dirasakan? a. Mudah lelah

10.Apabila mengalami gangguan akibat kebisingan, tindakan apa yang akan lakukan?

a. Tidak berbuat apa-apa

b. Pergi ke dokter perusahaan untuk berobat c. Tidak bekerja

d. Lain-lain, sebutkan …….

11.Apakah perlu diadakan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pekerja secara berkala?

a. Perlu b. Tidak

IV. PERILAKU AKIBAT GETARAN MEKANIS

1. Apakah menggunakan alas kaki sewaktu bekerja di tempat yang getarannya tinggi?

2. Bila Ya, sebutkan jenis alat kaki tersebut : 3. Apakah selalu memakainya di tempat bekerja?

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa nyaman menggunakannya? 5. Sebutkan alasan tidak memakai alas kaki :

6. Pernahkah gangguan pada pergelangan kaki? 7. Bila pernah, jenis gangguannya adalah

(48)

34

d. Lain-lain, sebutkan …….

8. Apa yang dirasakan gangguan tersebut? a. Sulit bergerak

b. Tidak nyaman karena sakit c. Susah berkonsentrasi

d. Gangguan lainnya, sebutkan….

9. Apabila mengalami gangguan akibat getaran, tindakan apa yang akan lakukan?

a. Tidak berbuat apa-apa

b. Meminta saran ke teman-teman satu kerja dan atasan c. Pergi ke dokter untuk berobat

d. Tidak bekerja

e. Lain-lain, sebutkan …….

10.Apakah perlu diadakan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pekerja secara berkala?

(49)

35 Lampiran 3 Jawaban wawancara

(50)

36

Lampiran 4 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(51)

37 Lampiran 5 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(52)

38

Lampiran 6 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(53)

39 Lampiran 7 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(54)

40

Lampiran 8 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(55)

41 Lampiran 9 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(56)

42

Lampiran 10 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(57)

43 Lampiran 11 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(58)

44

Lampiran 12 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(59)

45 Lampiran 13 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(60)

46

Lampiran 14 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(61)

47 Lampiran 15 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(62)

48

Lampiran 16 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(63)

49 Lampiran 17 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(64)

50

Lampiran 18 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(65)

51 Lampiran 19 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(66)

52

Lampiran 20 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi (lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(67)

53 Lampiran 21 Data rata-rata intensitas kebisingan pada ruang penggilingan padi

(lanjutan)

Titik x y Rata-rata Intensitas Kebisingan (dB)

(68)

54

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Grafik audiogram subjek pendengaran normal
Gambar 1  Sound level meter
Gambar 2, semakin rapat titik pengambilan sampling maka kontur yang
Gambar 3 menunjukkan metode pengukuran besarnya kebisingan sebelum
+7

Referensi

Dokumen terkait