KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI COLLEMBOLA TANAH
DI AREA REVEGETASI PT. ANEKA TAMBANG, UBPE
PONGKOR, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR
YANUAR AZHARI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
*Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Yanuar Azhari
NIM A14100022
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
ABSTRAK
YANUAR AZHARI. Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RAHAYU WIDYASTUTI, ISWANDI ANAS, dan YAYUK R. SUHARDJONO.
Collembola merupakan salah satu mikroarthropoda tanah dengan populasi yang banyak di ekosistem tanah dan berperan aktif dalam proses dekomposisi bahan organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan populasi Collembola tanah di area revegetasi bekas aktivitas penambangan emas serta melihat pengaruh revegetasi terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola tanah. Sampel tanah diambil dari area revegetasi PT. Antam dengan variasi vegetasi dan umur revegetasi, yaitu rasamala-rumput (umur 2 tahun), ganitri-rumput (umur 4 tahun), puspa-rumput (umur 7 tahun), dan
sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun). Secara umum diperoleh 4 ordo, 9 famili dan 17 genus dengan total individu 3.204. Terdapat perbedaan keanekaragaman ordo, famili, dan genus pada area revegetasi. Perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi lantai hutan berperan penting dalam mempengaruhi struktur komunitas Collembola tanah. Berdasarkan nilai Shannon’s diversity index, lahan revegetasi rasamala-rumput
memiliki keanekaragaman Collembola tanah yang tertinggi (2,20), diikuti oleh lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (1,76), puspa-rumput (1,19) dan ganitri-rumput (1,07). Kandungan C-organik, N-total, dan C/N rasio tanah berkorelasi positif dengan populasi genus Cyphoderopsis dan Isotomodes. Kandungan P-tersedia
berkorelasi positif dengan populasi genus Ascocyrtus, Lepidosira dan
Pseudoparonella. Sedangkan genus Megalothorax dan Proisotoma memiliki nilai korelasi positif yang tertinggi terhadap pH.
Kata kunci: keanekaragaman Collembola, lahan bekas tambang, populasi Collembola tanah
ABSTRACT
YANUAR AZHARI. Diversity and Population of Soil Collembola in the Revegetation Area of PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Sub District Nanggung, District Bogor. Supervised by RAHAYU WIDYASTUTI, ISWANDI ANAS, and YAYUK R. SUHARDJONO.
obtained 4 orders, 9 families and 17 genera with total individual 3.204. There are some differences in the diversity of order, family and genera on revegetation area. Differences type and density of the forest-floor vegetation plays an important role in influencing community structure of soil Collembola. Based on the Shannon’s diversity index, rasamala-grass revegetation land has the highest diversity of soil Collembola (2,20), followed by sonobrit-Adiantum (1,76), puspa-grass (1,19) and
ganitri-grass (1,07). Content of C-organic, N and C/N ratio has a positive correlation with population of Cyphoderopsis and Isotomodes. Content of P has a positive correlation with population of Ascocyrtus, Lepidosira, and Pseudoparonella. While Megalothorax and Proisotoma has the highest positive
correlation value with pH.
KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI COLLEMBOLA TANAH
DI AREA REVEGETASI PT. ANEKA TAMBANG, UBPE
PONGKOR, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR
YANUAR AZHARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area
Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
Nama : Yanuar Azhari NIM : A14100022
Disetujui oleh
Dr Rahayu Widyastuti, MSc Pembimbing Utama
Prof Dr Ir Iswandi Anas, MSc Pembimbing Anggota
Prof (Riset) Dr Yayuk R Suhardjono Pembimbing Anggota
Diketahui oleh
Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya dalam penyelesaian dan penulisan karya ilmiah ini dengan baik. Judul dari penelitian ini adalah Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga Juni 2014.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Iswandi Anas, M.Sc., dan Prof. (Riset) Dr. Yayuk R Suhardjono selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan terkait pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc. selaku dosen penguji luar atas segala saran dan masukannya. Di samping itu, ucapan terima kasih ditujukan kepada Gold Mining Business Unit Head PT. Antam atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian di area revegetasi. Kepada semua staf PT. Antam yaitu Bapak Yadi dan Bapak Niko (Departemen Pengajaran PT. Antam), Ibu Entin (Kepala Departemen Lingkungan PT. Antam), Bapak Lastianto, Bapak Katma, Bapak Dwi, dan Ibu Eva (Staf Departemen Lingkungan PT. Antam) yang telah membantu dalam pengambilan sampel tanah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Asih, Ibu Julaeha, Bapak Sarjito dan Ibu Fatimah atas segala masukan, saran dan bimbingannya. Kepada Bapak, Ibu, Sekar Mayang dan keluarga tercinta, terima kasih tidak terhingga saya sampaikan atas doa restu dan dukungan yang tulus baik moril maupun materil.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Yanuar Azhari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
Hipotesis 3
METODOLOGI PENELITIAN 3
Lokasi dan Waktu 3
Pengambilan Sampel Tanah 4
Ekstraksi Collembola Tanah 6
Pemilahan dan Identifikasi Collembola Tanah 6
Pengukuran Sifat Tanah 7
Analisis Data Pengamatan Collembola Tanah 7
Pengumpulan Data Pendukung Lainnya 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah 8 Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Collembola Tanah
15
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR TABEL
1 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah 3
2 Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Lokasi
Penelitian 10
3 Pengamatan Vegetasi dan Serasah di Lokasi Penelitian 12 4 Sifat Tanah pada Lapisan Tanah Atas (0-5 cm dari Permukaan
Tanah) di Lokasi Penelitian 15
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel 4
2 Skema Pengambilan Sampel Collembola Tanah 4
3 Prosedur Pengambilan Sampel Tanah 5
4 Corong Berlese 6
5 Genus Megalothorax yang Berhasil Diidentifikasi 9 6 Genus Ascocyrtus yang Memiliki Populasi yang Tinggi di Seluruh
Area Revegetasi
11
7 Kondisi Vegetasi di Lokasi Penelitian 13
8 Genus Anggota Ordo Symphypleona dengan Populasi yang Tinggi di Lahan Revegetasi Puspa-Rumput (Umur 7 Tahun)
14 9 Genus Tomocerus dari famili Tomoceridae yang Banyak
Ditemukan di Lahan Revegetasi Rasamala-Rumput (Umur 2 Tahun)
15
10 Diagram Ordinasi Correspondence Analysis yang Menggambarkan Hubungan antara Sifat Tanah dengan Lokasi Pengambilan Sampel dan Populasi Collembola Tanah
16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Suhu Udara dan Suhu Tanah saat Pengambilan Sampel 21 2 Curah Hujan 3 Hari Sebelum Pengambilan Sampel dan Saat
Pengambilan Sampel
21 3 Perhitungan Penetapan Populasi Collembola Tanah 21
4 Perhitungan Shannon diversity index 22
5 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Collembola Tanah 22 6 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Ordo 22 7 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Famili 23 8 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Genus 23 9 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Ordo
Symphypleona
11 Uji Korelasi Kadar C-organik, N-total dan C/N Rasio dengan Populasi Genus Isotomodes dan Cyphoderopsis
23 12 Uji Korelasi Kadar P-tersedia dengan Populasi Tiga Genus
Collembola
23 13 Uji Korelasi Kadar pH dengan Populasi Beberapa Genus
Collembola
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri penambangan yang semakin berkembang di Indonesia, mengakibatkan tingginya eksploitasi terhadap sumberdaya mineral dan lahan. Aktivitas penambangan menyebabkan degradasi lahan yang ditandai dengan menurunnya nilai kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan unsur-unsur basa yang signifikan dibandingkan penggunaan sebelumnya sebagai hutan maupun lahan bera (Nurtjahya 2008). Salah satu upaya dalam pemulihan lahan akibat aktivitas penambangan adalah dengan melakukan revegetasi.
Revegetasi merupakan salah satu upaya reklamasi lahan bekas tambang dengan melakukan penanaman beberapa jenis tanaman yang berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Nurtjahya 2008; Perdana 2009). Penanaman kembali lahan bekas tambang secara nyata berfungsi dalam melindungi tanah dari butir hujan dan aliran permukaan, serta memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah (Arsyad 2000). Tujuan utama revegetasi adalah mengembalikan fungsi ekologi lahan bekas tambang agar menyerupai ekosistem sebelumnya atau hutan (Nurtjahya 2008).
Keanekaragaman vegetasi sangat penting dalam siklus hara dan peningkatan biodiversitas. Tutupan tajuk yang diciptakan vegetasi atas mampu menjaga fluktuasi suhu dan kelembaban udara, serta menyumbangkan serasah yang penting dalam peningkatan kesuburan tanah (Arsyad 2000). Serasah vegetasi atas berperan dalam peningkatan C-organik, penyediaan nitrogen dan fosfor, serta melindungi permukaan tanah dari tumbukan butir hujan (Arsyad 2000; Handayanto dan Hairiah 2010). Sedangkan vegetasi lantai hutan mampu menjaga suhu dan kelembaban tanah, serta menciptakan iklim mikro yang sesuai bagi kehidupan organisme tanah. Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi lantai hutan yang tinggi mampu meningkatkan pori makro tanah yang sangat penting dalam menciptakan mikroklimat yang sesuai bagi organisme tanah, khususnya Collembola (Materna 2004).
2
Berbagai penelitian tentang pengaruh aktivitas penambangan terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola sudah banyak dilakukan oleh peneliti di seluruh dunia. Fountain dan Hopkin (2004) meneliti pengaruh aktivitas penambangan batu bara terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa Collembola, khususnya
Folsomia candida, dapat dijadikan indikator adanya pencemaran tanah akibat
keberadaan logam berat. Penelitian tentang pengaruh aktivitas penambangan batu bara juga diteliti di Jerman Timur. Dari hasil penelitian tersebut dibutuhkan waktu 46 tahun untuk memulihkan struktur komunitas Collembola di lahan bekas tambang batubara agar menyerupai struktur komunitas Collembola di ekosistem hutan (Dunger et al. 2004).
Penelitian tentang pengaruh revegetasi lahan bekas tambang timah di Bangka (Nurtjahya et al. 2007) dan tembaga-emas di Sumbawa (Rohyani 2012) terhadap
Collembola menyimpulkan bahwa kegiatan revegetasi, mampu meningkatkan keanekaragaman dan populasi Collembola. Sedangkan penelitian di lahan revegetasi bekas tambang kapur di Spanyol mendapatkan populasi Collembola tertinggi (3.444 individu m-2) terdapat pada lahan yang diaplikasikan dengan penanaman rumput-rumputan (Andres dan Mateos 2006).
Collembola merupakan binatang yang peka terhadap perubahan keadaan tanah (Suhardjono et al. 2012). Dalam beberapa dekade terakhir, banyak dilakukan
penelitian Collembola sebagai indikator keberhasilan revegetasi lahan bekas tambang (Rohyani 2012). Berdasarkan uraian di atas, belum banyak penelitian yang melaporkan pengaruh aktivitas penambangan dan penggunaan senyawa sianida pada area tambang emas terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola tanah. Adanya rumpang informasi ini maka dilakukan penelitian keanekaragaman dan populasi Collembola tanah di area penambangan emas. Lokasi yang dipilih adalah area revegetasi PT. Aneka Tambang, Pongkor. Pemilihan lokasi didasarkan pada penggunaan senyawa sianida yang beracun dan mempunyai dampak terhadap lingkungan. Dilakukan penelitian dengan judul “Keanekaragaman dan populasi Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor”.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengaruh revegetasi lahan bekas aktivitas penambangan emas terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola tanah?
2. Bagaimana pengaruh perbedaan keanekaragaman jenis vegetasi dan umur revegetasi terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola tanah?
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keanekaragaman dan populasi Collembola tanah di area revegetasi; 2. Melihat pengaruh perbedaan jenis vegetasi dan umur revegetasi terhadap
3
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah keanekaragaman dan populasi Collembola tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis vegetasi, baik vegetasi atas maupun vegetasi lantai hutan.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2014 hingga Juni 2014. Lokasi penelitian terletak di lahan revegetasi PT. Aneka Tambang (Antam), Pongkor, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Area tambang Pongkor terletak pada ketinggian 620-650 m dari permukaan laut dan curah hujan di daerah ini berkisar antara 4.000-6.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan 5.122 mm per tahun. Selain itu, Pongkor, Desa Bantar Karet memiliki suhu udara berkisar antara 22 oC hingga 31 oC (Sambas 2002). Sampel tanah diambil di lahan revegetasi dengan variasi vegetasi dan umur revegetasi, yaitu rasamala-rumput (umur 2 tahun), ganitri-rumput (umur 4 tahun), puspa-rumput (umur 7 tahun) dan
sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) (Tabel 1, Gambar 1).
Tabel 1 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
Lokasi Vegetasi
Lantai hutan : Adiantum 12
106º 34’ 14” BT 06º 38’ 40” LS
4
Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah untuk pengamatan Collembola tanah diambil pada kedalaman 0-5 cm. Digunakan 2 garis transek (Gambar 2) dalam pengambilan sampel tanah di antara tegakan tanaman tahunan, 5 sampel dengan jarak antar titik pengambilan sampel 10 m (Suhardjono et al. 2012). Pengambilan sampel Collembola tanah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 5 Februari 2014 dan 29 April 2014 pada pukul 08.00 sampai 12.00 WIB.
Gambar 2 Skema Pengambilan Sampel Collembola Tanah
5
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil contoh tanah sebanyak 0,5 liter atau 10 x 10 cm dengan kedalaman 5 cm (Suhardjono et al. 2012). Metode ini dipilih dikarenakan paling sesuai untuk melihat keanekaragaman dan populasi Collembola tanah. Pengambilan sampel tanah diawali dengan membersihkan vegetasi dan serasah di permukaan tanah. Permukaan tanah dibentuk menyerupai bingkai kayu persegi dengan ukuran 10 x 10 cm dengan cara mengiris permukaan tanah hingga kedalaman 5 cm mengikuti bagian terluar bingkai kayu dengan menggunakan pisau (Gambar 3). Sampel tanah kemudian diambil dengan menggunakan sekop kecil. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam kantung kain, diberi label dan dibungkus dengan kertas koran lalu dimasukkan ke dalam kotak kardus agar terhindar dari sinar matahari langsung ataupun hujan.
Sampel tanah yang digunakan untuk penetapan sifat tanah diambil secara komposit dari masing-masing area revegetasi. Tanah diambil sebanyak 1 kg dengan kedalaman 5 cm, dimasukkan ke dalam plastik sampel dan dibawa ke laboratorium untuk ditetapkan pH, N-total, P-tersedia, dan kandungan C-organik tanah.
Pada saat pengambilan sampel tanah diukur suhu udara, suhu tanah, dan ketebalan serasah. Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer yang digantungkan kurang lebih 1 meter dari permukaan tanah. Sedangkan suhu tanah diukur dengan cara membuat lubang seukuran termometer dengan kedalaman 10 cm. Termometer kemudian dimasukkan ke lubang tersebut (Balitbangtan 2007).
Gambar 3 Prosedur Pengambilan Sampel Tanah
Keterangan : (1) vegetasi dan serasah dibersihkan dari permukaan tanah, (2) permukaan tanah dibentuk menyerupai bingkai kayu persegi yang berukuran 10 x 10 cm dengan cara mengiris permukaan tanah mengikuti bagian terluar bingkai kayu dengan menggunakan pisau, (3) sampel tanah diambil dengan sekop kecil, (4) kain blacu yang berisi sampel tanah untuk diekstraksi
1 2
6
Ekstraksi Collembola Tanah
Sampel tanah yang telah diambil dari lapangan ditaruh pada wadah ekstraksi dan dimasukkan ke dalam corong Berlese (Gambar 4) maksimal 6 jam setelah pengambilan sampel tanah.
Gambar 4 Corong Berlese. Dimodifikasi dari Widyastuti (2005)
Bagian atas ekstraktor diberi lampu berdaya 40 W untuk menaikkan suhu hingga 35 oC pada sampel tanah. Sedangkan bagian bawah ekstraktor diletakkan botol plastik yang telah diberi label dengan ukuran 500 mL, diisi alkohol 75% agar Collembola yang turun dapat langsung terperangkap. Ekstraksi Collembola tanah berlangsung selama 7 hari.
Pemilahan dan Identifikasi Collembola Tanah
Sampel tanah yang telah diekstraksi dan berisi Collembola tanah dilakukan pemilahan untuk memisahkan Collembola tanah dari fauna tanah lainnya. Pekerjaan dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan menggunakan kuas dan pipet. Collembola tanah dipilah untuk selanjutnya diidentifikasi.
7
Proses penghitungan jumlah Collembola tanah untuk keperluan analisis populasi Collembola tanah, dilakukan bersamaan dengan identifikasi.
Pengukuran Sifat Tanah
Sampel tanah yang diambil secara komposit pada area revegetasi PT. Antam selanjutnya dilakukan analisis sifat tanah. Analisis yang dilakukan antara lain pH, C-organik, N-total, dan P-tersedia tanah (Balittanah 2005; Sanmanee dan Suwannaoin 2009). Selanjutnya akan dilihat pengaruh dari sifat tanah tersebut terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola yang ditemukan di seluruh area revegetasi PT. Antam.
Analisis Data Pengamatan Collembola Tanah
Individu Collembola tanah yang telah dipilah dan diidentifikasi dihitung jumlah tiap sampelnya. Setelah itu dihitung populasi Collembola tanah tiap sampel dengan menggunakan persamaan Meyer (1996):
�
� = . −2
keterangan:
IS = rata-rata jumlah individu per sampel I = populasi Collembola (individu m-2)
A = luas permukaan dari bingkai kayu dalam cm2 (nilai ini kemudian di konversi kedalam m2)
Selanjutnya dilakukan uji ANOVA dan uji selang berganda Duncan untuk melihat pengaruh lokasi terhadap populasi Collembola tanah di area revegetasi menggunakan software Statistica 7 for Windows.
Keanekaragaman spesies Collembola tanah yang teramati di lapangan ditentukan berdasarkan Shannon diversity index (Magurran 2004) yang dapat
dihitung melalui persamaan:
s = total jumlah genus dalam contoh
C-8
organik tanah, N-total tanah, C/N rasio, dan P-tersedia menggunakan software Statistica 7 for Windows.
Pengumpulan Data Pendukung Lainnya
Selain data yang dikumpulkan dari hasil penelitian di atas, dikumpulkan pula data pendukung berupa keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel dilakukan (Lampiran 1 dan 2). Selain itu, dicatat pula luasan area revegetasi, jenis pohon yang ditanam, kerapatan vegetasi dan ketebalan serasah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman dan populasi Collembola Tanah
Dari penelitian ini, didapatkan Collembola tanah dari seluruh area yang diamati berjumlah 4 ordo, 9 famili dan 17 genus dengan total individu 3.204 (Tabel 2). Seluruh ordo dalam klas Collembola berhasil didapatkan pada penelitian ini, yaitu ordo Poduromorpha, Entomobryomorpha, Symphypleona dan Neelipleona (Suhardjono et al. 2012). Ordo Entomobryomorpha merupakan ordo dengan
populasi yang tertinggi dengan populasi yang mencapai 877 individu m-2 di lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun). Jumlah famili yang berhasil didapatkan sekitar 47% dari jumlah famili yang diketahui di Indonesia, yaitu 19 famili (Suhardjono et al. 2012). Famili Entomobryidae merupakan famili yang paling mendominasi di seluruh area revegetasi dengan populasi tertinggi sebesar 788 individu m-2 di lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun). Sedangkan jumlah genus yang berhasil didapatkan sekitar 15% dari jumlah genus yang diketahui di Indonesia, yaitu 110 genus (Suhardjono et al. 2012).
Populasi Collembola tanah yang ditemukan pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) berjumlah 1.110 individu m-2 dan didapatkan 4 ordo, 9 famili, dan 16 genus (Tabel 2). Genus Ascocyrtus memiliki populasi tertinggi yang berjumlah 280 individu m-2. Jumlah genus yang terendah terdapat pada genus Callyntrura, Paranura, dan Vitronura dengan populasi 10 individu m-2.
Populasi Collembola tanah yang ditemukan pada lahan revegetasi ganitri-rumput (umur 4 tahun) berjumlah 740 individu m-2 dan didapatkan 3 ordo, 6 famili, dan 9 genus (Tabel 2). Pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) dan ganitri-rumput (umur 4 tahun) berhasil diidentifikasi genus Megalothorax (Gambar
5). Genus ini memiliki ukuran tubuh yang kecil dan keragaman spesies yang rendah (Suhardjono et al. 2012). Lahan revegetasi ganitri-rumput (umur 4 tahun)
didominasi oleh genus Ascocyrtus dengan populasi 540 individu m-2. Genus yang
9
Gambar 5 Genus Megalothorax yang Berhasil Diidentifikasi
Pada lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun), populasi yang didapat berjumlah 1.102 individu m-2 dan ditemukan 2 ordo, 7 famili, dan 9 genus (Tabel 2). Genus dengan populasi tertinggi terdapat pada genus Ascocyrtus dengan populasi 738 individu m-2. Genus Isotomodes, Proisotoma, dan Tomocerus merupakan genus dengan populasi yang terendah, yaitu 13 individu m-2.
Total Collembola tanah pada lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) berjumlah 252 individu m-2 dan hanya ditemukan 1 ordo, 4 famili, dan 7 genus (Tabel 2). Populasi Collembola tanah tertinggi terdapat pada genus
Ascocyrtus (Gambar 6) yang berjumlah 75 individu m-2. Sedangkan genus dengan
populasi yang terendah terdapat pada genus Lepidocyrtus dan Lepidosira yang keduanya berjumlah 13 individu m-2. Genus Ascocyrtus adalah satu dari sekian genus dengan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan penggunaan lahan (Longstaff et al. 1999). Sehingga populasi genus ini cenderung tinggi di seluruh area revegetasi.
10
Tabel 2 Keanekaragaman dan populasi Collembola Tanah di Lokasi Penelitian
Ordo Famili Genus Lahan Revegetasi*
R-R G-R P-R S-A
*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7 tahun), S-A : sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)
11
Gambar 6 Genus Ascocyrtus yang Memiliki Populasi yang Tinggi di Seluruh
Area Revegetasi
Perbedaan keanekaragaman dan populasi Collembola tanah di seluruh lahan revegetasi diduga disebabkan oleh perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi, khususnya vegetasi lantai hutan. Lahan revegetasi dengan lantai hutan yang didominasi oleh rumput dengan kerapatan vegetasi yang tinggi (Tabel 3, Gambar 7) memiliki keanekaragaman dan populasi Collembola tanah yang tinggi (Tabel 2). Hasil yang diamati sesuai dengan yang diungkapkan oleh Materna (2004) bahwa tumbuhan rumput mampu menciptakan kondisi yang lembab karena produksi serasah yang tinggi, perakaran yang rapat, aktivitas mikroorganisme yang tinggi, kandungan nitrogen yang tinggi dan mendukung terciptanya mikroklimat yang sesuai bagi Collembola. Penelitian Andres dan Mateos (2006) mendapatkan populasi Collembola tertinggi (31.567 individu m-2) terdapat pada lahan bekas tambang kapur di Spanyol yang diberi perlakuan penanaman tanaman rumput-rumputan. Hasil penelitian yang dilakukan pada lahan revegetasi dengan vegetasi rumput yang rapat juga mendapatkan populasi Collembola tanah yang tinggi (1.110 individu m-2) (Tabel 2). Diduga tingginya populasi Collembola tanah dikarenakan ekosistem padang rumput memiliki sumber bahan organik yang melimpah dan melindungi Collembola dari fluktuasi suhu dan kelembaban udara, sehingga menciptakan iklim mikro yang sesuai.
Ketebalan serasah yang tinggi, khususnya pada lahan revegetasi ganitri-rumput (umur 4 tahun) dan sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) tidak berpengaruh
positif terhadap populasi Collembola tanah. Sedangkan lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) yang hanya memiliki ketebalan serasah yang cenderung rendah (Tabel 3), memiliki populasi Collembola tanah yang paling tinggi dibandingkan seluruh lahan revegetasi. Pada lahan revegetasi sonobrit-Adiantum
12
menyebabkan serasah sonobrit cenderung keras sehingga menghambat proses dekomposisi dan aktivitas biologi tanah (Das dan Joy 2009). Serasah sonobrit berupa daun yang kering dan keras mungkin tidak disukai oleh Collembola karena tidak sesuai dengan struktur mulut Collembola (Hopkin 1997).
Tabel 3 Pengamatan Vegetasi dan Serasah di Lokasi Penelitian Lahan
Revegetasi* Vegetasi Populasi Vegetasi Serasah (cm) Ketebalan R-R Atas : Rasamala Lantai Hutan : Rumput 2.500 individu ha2.500 individu m-2-1 0,4 G-R Atas : Ganitri Lantai Hutan : Rumput 2.500 individu ha1.671 individu m-2-1 1,4 P-R Atas : Puspa Lantai Hutan : Rumput 2.500 individu ha1.672 individu m-2-1 0,8 S-A Atas : Sonobrit Lantai Hutan : 2.500 individu ha-1 1,2
Adiantum 1.076 individu m-2
*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7 tahun), S-A : sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)
Berbeda halnya dengan lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) yang sumbangan utama serasah berasal dari rumput. Daun rumput memiliki tekstur yang lebih lunak dengan C/N rasio yang lebih rendah dibandingkan serasah tanaman tahunan. Sehingga serasah rumput cenderung lebih mudah terdekomposisi dibandingkan dengan serasah tanaman tahunan (Handayanto dan Hairiah 2010). Serasah rumput juga merangsang aktivitas mikroorganisme dan fungi yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik (Materna 2004). Keberadaan fungi diduga menyebabkan terjadinya agregasi Collembola yang sebagian besar merupakan pemakan fungi (Hopkin 1997). Pinto et al. (1997) menyatakan bahwa kandungan kimia (nitrogen dan kandungan polyphenol) dari serasah tanaman
tahunan berpengaruh negatif terhadap total populasi Collembola. Sebaliknya serasah dari tumbuhan rumput-rumputan lebih berperan penting dalam mempertahankan populasi mesofauna di dalam tanah dibandingkan serasah tanaman tahunan (Wise dan Schaefer 1994). Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap struktur komunitas Collembola.
Berdasarkan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan, jumlah ordo dan famili pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) berbeda nyata dengan lahan revegetasi lainnya (Tabel 2, Lampiran 6 dan 7). Begitu pula dengan jumlah genus yang ditemukan di area revegetasi PT. Antam. Jumlah genus pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) berbeda nyata dengan lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) dan ganitri-rumput
(umur 4 tahun), tetapi tidak berbeda nyata dengan lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun) (Tabel 2, Lampiran 8). Tingginya jumlah ordo, famili, dan genus pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) diduga disebabkan pengelolaan top soil yang baik dan didukung oleh keadaan vegetasi lantai hutan yang didominasi oleh rumput dengan kerapatan yang tinggi. Berbeda halnya dengan lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) yang memiliki
13
sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun). Pengelolaan top soil yang baik sangat berguna bagi fauna tanah, siklus hara, dan perkembangan biodiversitas tanah (Rohyani 2012).
Gambar 7 Kondisi Vegetasi di Lokasi Penelitian
Ordo Entomobryomorpha, khususnya famili Entomobryidae, memiliki populasi yang tinggi di setiap lokasi. Hal serupa juga ditemukan pada area revegetasi tailing timah di pulau Bangka dan lahan revegetasi tambang emas-tembaga di Nusa Tenggara Barat (Nurtjahya et al. 2007; Rohyani 2012). Sehingga dapat dikatakan bahwa famili Entomobryidae merupakan famili yang lebih adaptif terhadap perubahan lahan. Hal tersebut juga diperlihatkan oleh Sousa et al. (2004)
bahwa famili Entomobryidae memiliki populasi yang tertinggi walaupun telah terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan menjadi lahan pertanian.
Ordo Neelipleona merupakan ordo dengan populasi yang umumnya rendah. Hanya ditemukan satu famili dan satu genus pada ordo Neelipleona, yaitu famili Neelidae dengan genus Megalothorax (Tabel 2, Gambar 5). Genus ini umumnya ditemukan di dalam tanah, terutama hutan primer (Greenslade 2002; Suhardjono et al. 2012). Tipe habitat dari genus Megalothorax adalah troglophile yang umumnya
menyelesaikan siklus hidupnya di dalam gua, namun dapat bertahan di habitat tanah (Greenslade 2002). Hal inilah yang menyebabkan genus ini dapat ditemukan di area revegetasi PT. Antam. Genus Megalothorax hanya ditemukan pada lahan
revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) dan ganitri-rumput (umur 4 tahun) yang umumnya memiliki pH mendekati netral hingga basa (Tabel 4). Sehingga genus
Megalothorax dapat dijadikan penciri tanah dengan pH yang bereaksi netral hingga
basa walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Rasamala-rumput (2 Tahun) Ganitri-rumput (4 Tahun)
14
Berdasarkan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan, hanya populasi ordo Symphypleona pada lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun) yang berbeda nyata dengan area revegetasi ganitri-rumput (umur 4 tahun) dan sonobrit-Adiantum (umur 12 Tahun) (Tabel 2, Lampiran 9). Tingginya populasi ordo Symphypleona pada lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun) dikarenakan kondisi tanah yang lembab sehingga sesuai dengan habitat dari ordo Symphypleona, khususnya bagi genus Sminthurides dan Sphyrotecha (Gambar 8). Kondisi tersebut dikarenakan lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun) didominasi oleh rumput dengan kerapatan yang cukup tinggi sehingga menjaga kelembaban tanah dan fluktuasi suhu. Selain itu, curah hujan tahunan yang tinggi (4.000-6.000 mm per tahun) di area revegetasi turut serta dalam menjaga kelembaban tanah dan mendukung terciptanya mikroklimat yang sesuai bagi ordo Symphypleona. Hal ini sesuai dengan Widyastuti (2005) yang mendapatkan populasi Sminthuridae (ordo Symphypleona) tertinggi saat periode penggenangan tanaman padi dan tidak ditemukan saat periode bera.
Gambar 8 Genus Anggota Ordo Symphypleona dengan Populasi yang Tinggi di Lahan Revegetasi Puspa-Rumput (Umur 7 Tahun)
Sedangkan untuk tingkat famili, hanya populasi famili Tomoceridae (Gambar 9) pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) yang berbeda nyata dengan area revegetasi lainnya (Tabel 2, Lampiran 10). Perbedaan yang nyata pada populasi famili Tomoceridae lebih dikarenakan akibat perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi lantai hutan. Lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) didominasi oleh rumput yang rapat sehingga sesuai dengan habitat Tomoceridae.
Keanekaragaman Collembola tanah di area revegetasi PT. Antam dianalisis dengan menggunakan Shannon’s diversity index. Hasil analisis dengan Shannon’s diversity index menunjukkan bahwa lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2
tahun) memiliki nilai indeks yang paling tinggi, yaitu 2,20, sedangkan Shannon’s
diversity index yang terendah terdapat pada lahan revegetasi ganitri-rumput (umur
4) tahun dengan nilai 1,07 (Tabel 2). Hal ini dikarenakan populasi dan kemerataan genus Collembola yang tinggi pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) sehingga memiliki nilai indeks yang tinggi. Gambar genus lainnya yang ditemukan pada area revegetasi dapat dilihat pada gambar di Lampiran 14. Perhitungan populasi Collembola tanah dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan
15
Gambar 9 Genus Tomocerus dari famili Tomoceridae yang Banyak Ditemukan di Lahan Revegetasi Rasamala-Rumput (Umur 2 Tahun)
Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Collembola Tanah
Data kandungan karbon organik tanah (C-organik), rasio karbon dan nitrogen (C/N), kandungan fosfor tersedia (P-tersedia) dan pH pada lapisan atas tanah (0-5 cm dari permukaan tanah) di area revegetasi PT. Antam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sifat Tanah pada Lapisan Tanah Atas (0-5 cm dari Permukaan Tanah) di Lokasi Penelitian
Lahan Revegetasi* C-organik (%) N (%) C/N pH P-tersedia (ppm)
R-R 1,68 0,12 14,25 7,27 10,41
G-R 2,54 0,19 13,38 6,54 22,73
P-R 2,46 0,19 12,89 5,47 13,56
S-A 4,12 0,28 14,51 5,80 13,08
*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7 tahun), S-A : sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)
Lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) memiliki kandungan C-organik dan C/N tanah yang paling tinggi dibandingkan lahan revegetasi lainnya. Kandungan pH tertinggi terdapat pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun), tetapi memiliki kandungan C-organik dan P-tersedia yang paling rendah. Lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun) memiliki C/N yang paling rendah dibandingkan seluruh lokasi pengamatan.
Untuk melihat pengaruh sifat tanah terhadap populasi genus Collembola tanah, dilakukan Coresspondence Analysis dan uji korelasi. Coresspondence Analysis merupakan analisis multivariat yang mempelajari hubungan antara dua
16
(Gambar 10). Coresspondence Analysis biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk melihat pengaruh sifat tanah terhadap populasi invertebrata tanah (Straalen 1997).
Gambar 10 Diagram Ordinasi Correspondence Analysis yang Menggambarkan
Hubungan antara Sifat Tanah dengan Lokasi Pengambilan Sampel dan Populasi Collembola Tanah
Keterangan : Asc:Ascocyrtus, Bla: Blasconura, Cal: Callyntrura, Cyp: Cyphoderopsis, Fol: Folsomia, Iso: Isotomodes, Lep: Lepidocyrtus, Les: Lepidosira, Meg: Megalothorax, Oud: Oudemansia, Par: Paranura, Pro: Proisotoma, Pse: Pseudoparonella, Smi: Sminthurides, Sph: Sphyrotecha, Tom: Tomocerus, Vit: Vitronura, R2: Lahan Revegetasi rasamala-rumput (2 Tahun), R7: Lahan Revegetasi puspa-rumput (7 Tahun), R4: Lahan Revegetasi ganitri-rumput (4 Tahun), R12: Lahan Revegetasi sonobrit-Adiantum (12 Tahun), Total inertia = 0,482, axis 1 eigenvalue = 0,276, axis 2 eigenvalue = 0,149
Berdasarkan Gambar 10, axis 1 mampu menerangkan 57,19% keragaman data, sedangkan axis 2 mampu menerangkan 30,77% keragaman data. Sehingga total variansi yang dapat dijelaskan oleh kedua sumbu tersebut sebesar 87,96%.
Interpretasi diagram ordinasi lebih difokuskan pada pengaruh sifat tanah (→)
dengan populasi genus Collembola (O). Genus Collembola tanah yang berada dekat dengan garis arah peningkatan suatu sifat tanah, dikatakan memiliki korelasi yang positif terhadap sifat tanah tersebut. Selain itu, genus Collembola tanah yang semakin berhimpit dengan garis arah peningkatan sifat tanah, dikatakan memiliki korelasi positif yang sangat erat dengan sifat tanah tersebut dibandingkan dengan genus lainnya (Braak dan Verdonschot 1995).
Hasil Correspondence Analysis dan uji korelasi menunjukkan bahwa genus
Cyphoderopsis dan Isotomodes berkorelasi positif dengan C/N rasio, C-organik dan
N-total. Hal ini dikarenakan kedua genus tersebutterletak berdekatan dengan garis arah peningkatan C/N rasio, C-organik, dan N-total (Gambar 10). Genus
Cyphoderopsis memiliki keeratan hubungan dengan C-organik yang ditunjukkan
17
dengan nilai korelasi sebesar +0,831. Sedangkan genus Isotomodes memiliki hubungan yang erat dengan C/N rasio yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar +0,975 (Lampiran 11). Aktivitas dekomposisi yang terjadi di area revegetasi menyebabkan kedua genus ini cenderung melakukan agregasi. Menurut Suhardjono et al. (2012), agregasi Collembola merupakan peristiwa berkumpulnya
individu Collembola dalam jumlah yang banyak pada suatu waktu di tempat tertentu, baik spesies yang sama atau beberapa spesies menjadi satu. Agregasi timbul sebagai respon adanya rangsangan akibat perubahan habitat, salah satunya adalah melimpahnya sumber makanan di suatu tempat. Perilaku agregasi pada genus Cyphoderopsis dan Isotomodes ditandai dengan meningkatnya populasi kedua genus tersebut seiring dengan meningkatnya C-organik, N-total dan C/N rasio.
Genus Lepidosira, Ascocyrtus, dan Pseudoparonella berkorelasi positif
dengan P-tersedia (Gambar 10, Lampiran 12). Akan tetapi, hanya genus
Pseudoparonella yang memiliki korelasi yang paling tinggi dengan P-tersedia
dengan nilai korelasi sebesar +0,775. Korelasi positif tersebut dapat dimungkinkan karena ketiga genus tersebut merupakan pemakan fungi yang terlibat pada tahap lanjut dari proses dekomposisi bahan organik (Agus 2007).
Genus Proisotoma, Paranura, Lepidocyrtus, Megalothorax, Tomocerus, Vitronura, Folsomia, Oudemansia, Callyntrura, Blasconura dan Sphyrotecha
berkorelasi positif dengan pH (Gambar 10, Lampiran 13). Berdasarkan posisi genus terhadap garis peningkatan pH (Gambar 10), menunjukkan bahwa genus
Proisotoma dan Megalothorax memiliki korelasi yang tertinggi terhadap pH
dibandingkan genus lainnya. Dari nilai korelasi juga terbukti bahwa genus
Proisotoma (+0,996) dan Megalothorax (+0,985) memiliki korelasi yang tertinggi
(Lampiran 13). Sebagian besar genus tersebut, Proisotoma, Megalothorax, Paranura dan Folsomia (Longstaff et al. 1999; Suhardjono et al. 2012) merupakan kelompok Collembola eudaphic yang memiliki habitat di dalam tanah. Sehingga dapat dimungkinkan terdapat pengaruh pH tanah dengan pertumbuhan populasi genus tersebut. Penelitian pengaruh pH terhadap kehidupan Collembola dalam skala laboratorium pernah dilakukan (Ke et al. 2004). Hasilnya terbukti bahwa pH asam berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan Onychiurus yaodai (Collembola:
Onychiuridae). Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan pengaruh pH terhadap pertumbuhan dan perkembangan populasi Collembola di alam.
Dibandingkan dengan genus lainnya, genus Isotomodes memiliki posisi yang
khusus di dalam diagram ordinasi (Gambar 10). Genus Isotomodes adalah satu-satunya genus yang posisinya hanya berdekatan dengan garis peningkatan C/N rasio. Dalam kasus seperti ini, dimungkinkan genus Isotomodes dapat dijadikan
bioindikator C/N rasio tanah. Diperkirakan semakin tinggi C/N rasio tanah akan menyebabkan peningkatan populasi genus Isotomodes. Atau dapat dikatakan semakin tinggi sumbangan C-organik ke dalam tanah, diduga akan meningkatkan populasi genus Isotomodes. Namun untuk pembuktian analisis ini perlu dilakukan
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) dengan kerapatan vegetasi lantai hutan yang tinggi, memiliki populasi (1.110 individu m-2), jumlah ordo (4 ordo), famili (9 famili) serta genus (16 genus) Collembola tanah yang tertinggi. Sedangkan lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) dengan kerapatan
vegetasi lantai hutan yang rendah, memiliki populasi (252 individu m-2), jumlah ordo (1 ordo), famili (4 famili) dan genus (7 genus) Collembola tanah terendah. Perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi, terutama vegetasi lantai hutan, memegang peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keanekaragaman dan populasi Collembola tanah. Vegetasi rumput dengan kerapatan yang tinggi lebih sesuai sebagai habitat Collembola tanah.
C-organik, N-total dan C/N rasio tanah berkorelasi positif dengan genus
Cyphoderopsis dan Proisotoma. Genus Lepidosira, Ascocyrtus dan Pseudoparonella berkorelasi positif dengan P-tersedia tanah. Sedangkan genus
Proisotoma, Megalothorax, Paranura, Lepidocyrtus, Tomocerus, Vitronura,
Folsomia, Oudemansia, Sphyrotecha, Callyntrura dan Blasconura berkorelasi
positif dengan pH tanah.
Genus Isotomodes dapat dimungkinkan dijadikan sebagai bioindikator tanah yang memiliki C/N rasio tinggi. Meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut dalam skala laboratorium maupun uji lapang untuk memastikan hal tersebut.
Saran
Perlu dilakukan studi jangka panjang untuk mengetahui secara detail hubungan antara faktor tanah dengan populasi Collembola tanah, khususnya antara populasi genus Isotomodes dengan nilai C/N rasio tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Agus YH. 2007. Keanekaragaman Collembola, Semut, dan Laba-Laba Permukaan Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Entomologi-Fitopatologi, Institut Pertanian Bogor. Andres P, Mateos E. 2006. Soil Mesofaunal Responses to Post-Mining Restoration
Treatments. J App Soil Ecology.
33(2006):67-78.doi:10.1016/j.apsoil.2005.08.007.
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.
[Balitbangtan] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor (ID):Balitbangtan.
19
Braak CJFT, Verdonschot PFM. 1995. Canonical Correspondence Analysis and Related Multivariate Methods in Aquatic Ecology. Aquatic sci.
57(3):255-289.doi: 10.1007/BF00877430. Primary Succession. Pedobiologia.
48(2004):503-517.doi:10.1016/j.pedobi.2004.07.005.
Fountain MT, Hopkin SP. 2004. Biodiversity of Collembola in Urban Soils and The Use of Folsomia candida to Asses Soil Quality. Ecotoxicology [Internet].
[diunduh 2013 okt 6]; 13(2004):555-572. Tersedia pada: http://www.stevehopkin.co.uk/publications/2004_ecotoxicology_13_555-572.pdf.
Greenslade P. 2002. Systematic Composition and Distribution of Australian Cave Collembolan Faunas with Notes on Exotic Taxa. Helictite [Internet]. [diunduh 2014 juni 14]; 38(1):11-15. Terdapat pada: http://helictite.caves.org.au.pdf. Handayanto E, Hairiah K. 2010. Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah
Sehat. Jakarta (ID): Pustaka Adipura.
Hopkin SP. 1997. Biology of The Springtails (Insecta: Collembola). New York (US): Oxford University Pr.
Hopkin SP. 2002. Collembola. Di dalam: Lal R, editor. Encyclopedia of Soil Scince.
New York (US): Marcel Dekker Inc. hlm 207-210.
Ke X, Yang Y, Yin WY, Xue L. 2004. Effects of Low pH Environment on The Collembolan Onychiurus yaodai. Pedobiologia.
48(2004):545-550.doi:10.1016/j.pedobi.2004.07.001.
Longstaff BC, Greenslade PJM, Collof M, Reid I, Hart P, Packer I. 1999. Managing Soils in Agriculture: The Impact of Soil Tillage Practices on Soil Fauna.
Barton (AUS): Rural Industries Research and Development Corporation. Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Maiden (US): Blackwill
Publishing.
Materna J. 2004. Does Forest Type and Vegetation Patchiness Influence Horizontal Distribution of Soil Collembola in Two Neighbouring Forest Sites.
Pedobiologia. 48(2004):339-347.doi:10.1016/j.pedobi.2004.04.003.
Meyer E. 1996. Endogeic Macrofauna. Di dalam: Schimer FRO, Kandeler E, Margesin R, editor. Methods in Soil Biology. Berlin (DE): Springer-Verlag. Nurtjahya E. 2008. Revegetasi Lahan Pasca Tambang Timah dengan Beragam Jenis
Pohon Lokal di Pulau Bangka. Disertasi. Sekolah Pacasarjana, Program Studi
Biologi, Institut Pertanian Bogor.
Nurtjahya E, Setiadi D, Guhardja E, Muhadiono, Setiadi Y. 2007. Populasi Collembola di Lahan Revegetasi Tailing Timah di Pulau Bangka. Biodiversitas [Internet]. [diunduh 2013 okt 6]; 8(6):309-313. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/30194.
Perdana YI. 2009. Karakteristik Tanah pada Lahan Bekas Tambang yang Ditanami Rumput Signal (Brachiara decumbens Stapf.) di PT. Internasional Nickel
20
Pinto C, Sousa JP, Graca MAS, da Gama MM. 1997, Forest Soil Collembola. Do Tree Introduction Make a Difference. Pedobiologia. 41(1997):131-138.
Rohyani IS. 2012. Pemodelan Spasial Kelimpahan Collembola Tanah pada Area Revegetasi Tambang PT. Newmont Nusa Tenggara. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sambas EN. 2002. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah pada Areal Tailing DAM PT. Aneka Tambang (Antam) Pongkor [Laporan Teknik]. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi, LIPI.
Sanmanee N, Suwannaoin. 2009. Investigation of Organic Carbon using Rapid Dichromate Oxidation in Comparison with Dry Combusting Techniques among Three Groups of Two Different Sizes of Soil. EnvironmentAsia 2.
[Internet]. [diunduh 2014 mar 8]; 2(2009):11-14. Tersedia pada: http://www.tshe.org/ea/pdf/vol2%20no2%20p11-14.pdf.
Sousa JP, da Gama MM, Pinto C, Keating A, Calhoa F, Lemos M, Castro C, Luz T, Leitao P, Dias S. 2004. Effects of Land-Use on Collembola Diversity Patteerns in a Mediterranean Landscape. Pedobiologia. 48(2004):609-622.doi:10.1016/j.pedobi.2004.06.004.
Straalen NMV. 1997. Effect of Liming and Artificial Acid Rain on Collembola and Protura in a Coniferous Forest. Di dalam: Pankhurst C, Doube BM, Gupta VVSR, editor. Biological Indicators of Soil Health. Oxon (UK): CAB International. hlm 235-369.
Suhardjono YR, Deharveng L, Bedos A. 2012. Collembola (Ekorpegas). Bogor
(ID): Penerbit Vegamedia.
Widyastuti R. 2005. Population Dynamics of Microarthropods (Oribatida and Collembola) in Rainfed Paddy Field Ecosystem in Pati, Central Java. J Tanah Link. 7(1):11-14.
Widyawati IT. 2008. Komunitas Collembola Permukaan Tanah pada Lima Tipe Habitat di Kawasan Telaga Warna Kabupaten Bogor dan Cianjur.Tesis.
Sekolah Pascasarjana, Program Studi Biologi, Institut Pertanian Bogor. Wise DH, Schaefer M. 1994. Decomposition of Leaf Litter in a Mull Beech Forest:
Comparison Between Canopy and Herbaceous Species. Pedobiologia.
21
Lampiran 1 Suhu Udara dan Suhu Tanah saat Pengambilan Sampel Lahan
Revegetasi
Suhu Udara (ºC) Suhu Tanah (ºC) Sampling 1 Sampling 2 Sampling 1 Sampling 2
R-R 25 32 24 30
G-R 24 28 22 25
P-R 25 29 23 26
S-A 24 26 21 25
*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7 tahun), S-A : sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)
Lampiran 2 Curah Hujan 3 Hari Sebelum Pengambilan Sampel dan Saat Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel 1 Pengambilan Sampel 2 Tanggal Curah Hujan (mm) Tanggal Curah Hujan (mm)
2 Feb. 2014 35 26 April 2014 1,5
3 Feb. 2014 13,5 27 April 2014 50
4 Feb. 2014 4 28 April 2014 2,5
5 Feb. 2014 17,5 29 April 2014 1,5
Ket: Baris yang ditandai warna hitam merupakan tanggal pengambilan sampel; Sumber: BMKG
Lampiran 3 Perhitungan Penetapan Populasi Collembola Tanah Lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun)
Genus IS A (m2) I (Individu m-2)
Populasi Collembola dihitung dengan persamaan Meyer (1996):
�
� = . −2
di mana:
22
A = luas permukaan dari corer dalam cm2 (nilai ini kemudian di konversi kedalam m2)
Sehingga populasi genus Ascocyrtus di lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2
tahun) adalah:
. −2 = ,8
, = 8 � �� �� −2
Lampiran 4 Perhitungan Shannon diversity index
Lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun)
Genus Jumlah
Lampiran 5 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Collembola Tanah Duncan test; variable Populasi Collembola (Spreadsheet1) Approximate Probabilities for Post
Hoc Tests Error: Between MS = 1082E3, df = 34.000
LOKASI {1} {2} {3} {4}
1 Sonobrit-Adiantum 0,177040 0,406107 0,186788
2 Puspa-rumput 0,177040 0,540672 0,986494
3 Ganitri-rumput 0,406107 0,540672 0,554848
4 Rasamala-rumput 0,186788 0,986494 0,554848
Lampiran 6 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Ordo
Duncan test; variable Jumlah Ordo (Spreadsheet3) Approximate Probabilities for Post Hoc Tests Error: Between MS = .29020, df = 34.000
LOKASI {1} {2} {3} {4}
1 Sonobrit-Adiantum 0,125916 0,511782 0,000769
2 Puspa-rumput 0,125916 0,326937 0,033763
3 Ganitri-rumput 0,511782 0,326937 0,003765
23
Lampiran 7 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Famili
Duncan test; variable Jumlah Famili (Spreadsheet3) Approximate Probabilities for Post Hoc Tests Error: Between MS = 1.6593, df = 34.000
LOKASI {1} {2} {3} {4}
1 Sonobrit-Adiantum 0,519381 0,705421 0,012821
2 Puspa-rumput 0,519381 0,757042 0,045266
3 Ganitri-rumput 0,705421 0,757042 0,026935
4 Rasamala-rumput 0,012821 0,045266 0,026935
Lampiran 8 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Genus
Duncan test; variable Jumlah Genus (Spreadsheet3) Approximate Probabilities for Post Hoc Tests Error: Between MS = 2.8522, df = 34.000
LOKASI {1} {2} {3} {4}
1 Sonobrit-Adiantum 0,538982 0,733249 0,016211
2 Puspa-rumput 0,538982 0,753056 0,052222
3 Ganitri-rumput 0,733249 0,753056 0,030929
4 Rasamala-rumput 0,016211 0,052222 0,030929
Lampiran 9 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Ordo Symphypleona Duncan test; variable Populasi Symphypleona (Spreadsheet3) Approximate Probabilities for
Post Hoc Tests Error: Between MS = 24196., df = 34.000
LOKASI {1} {2} {3} {4}
1 Sonobrit-Adiantum 0,018705 1,000000 0,059283
2 Puspa-rumput 0,018705 0,022161 0,531967
3 Ganitri-rumput 1,000000 0,022161 0,072557
4 Rasamala-rumput 0,059283 0,531967 0,072557
Lampiran 10 Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Tomoceridae Duncan test; variable Populasi Tomoceridae (Spreadsheet3) Approximate Probabilities for Post
Hoc Tests Error: Between MS = 18571., df = 34.000
LOKASI {1} {2} {3} {4}
1 Sonobrit-Adiantum 0,870911 0,760628 0,014693
2 Puspa-rumput 0,870911 0,870911 0,011937
3 Ganitri-rumput 0,760628 0,870911 0,009249
4 Rasamala-rumput 0,014693 0,011937 0,009249
Lampiran 11 Uji Korelasi Kadar C-organik, N-total dan C/N Rasio dengan Populasi Genus Isotomodes dan Cyphoderopsis
Correlations (Spreadsheet1) Marked correlations are significant at p < .05000 N=4 (Casewise deletion of missing data)
Correlations (korespondensi) Marked correlations are significant at p < .05000 N=4 (Casewise deletion of missing data)
Ascocyrtus Lepidosira Pseudoparonella
24
Lampiran 13 Uji Korelasi Kadar pH dengan Populasi Beberapa Genus Collembola Correlations (Spreadsheet1) Marked correlations are significant at p < .05000 N=4 (Casewise
deletion of missing data)
pH
Paranura 0,913
Blasconura 0,832
Oudemansia 0,832
Vitronura 0,832
Proisotoma 0,996
Tomocerus 0,793
Lepidocyrtus 0,871
Folsomia 0,832
Callyntrura 0,832
Sphyroteca 0,146
Megalothorax 0,985
Lampiran 14 Gambar Genus Collembola Lainnya di Area Revegetasi PT. Antam Blasconura Callyntrura
Cyphoderopsis Folsomia
Isotomodes Lepidocyrtus
25
Paranura Proisotoma
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1992 dari Ayah Benuar Arifin dan Ibu Umi Pariyatun. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari MA Negeri 1 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Tanah pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, serta asisten praktikum Bioteknologi Tanah pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa HMIT dan Ketua Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni BEM Faperta IPB. Bulan Maret 2014 penulis mengikuti kursus fauna tanah atas kerjasama IPB dengan GÖttingen
University, Jerman.
Penulis juga aktif mengikuti lomba keprofesian ilmu tanah tingkat mahasiswa. Beberapa prestasi yang diraih penulis antara lain ialah Juara 1 Soil Judging Contest Pekan Ilmiah Mahasiswa Tanah Nasional (Pilmitanas) Unsri tahun