i
PENGARUH PROFITABILITAS,
LEVERAGE,
UMUR, DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NAJMI YATULHUSNA NIM. 1111082000062
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Najmi YatulHusna
No. Induk Mahasiswa : 1111082000062
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyatamemang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2015
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Najmiyatul Husna
2. Tempat Tanggal Lahir : Paingan, 13 April 1995
3. Alamat : Perum Aster 3 Blok C 12 No. 02
Kab. Tangerang
4. Email : najmiyatulhusna@ymail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD Muhammadiyah Kuala Tungkal- Jambi 1999-2005
2. SMP IT YAPIDH (Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah) 2005-2008
Bekasi
3. Madrasah Aliyah Darul Marhamah Bogor 2008-2011
III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAAN
1. Anggota Pengurus Pramuka MA Darul Marhamah, Periode 2009-2010.
2. Anggota Pengurus OSDM (Organisasi Siswa Darul Marhamah), Periode
2009-2010.
3. Volunter Kegiatan “Mari Mengajar I” yang diselenggarakan oleh
FORKOMA Banten UI 2011-2012.
4. Anggota Pengurus HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Periode 2012-2013.
5. Kepanitiaan Accounting Fair Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Periode 20013-2014.
6. Kepanitiaan MAKRAB Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
vii ABSTRACT
The Effect of Profitability, Leverage, Firm Age, and Firm Size on Earnings Management
This research is a causality that aims to analyze the influence of profitability, leverage, firm age, and size of the company to earnings management. Variable profitability measured using the Return On Assets (ROA). Leverage is measured using Debt On Assets Ratio (DAR). Age company counted since the company began to stand. Company size was measured by using the total assets of the company. While the earnings management variables were measured using discretionary accruals. This research is quantitative. The data source of this research is secondary data such as company financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange website.
Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) 2010-2013. The sampling method used is purposive sampling method. After the selection is based on purposive sampling method, there are 200 manufacturing companies that meet the criteria required by the sample during the observation period of 4 years. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression analysis using the statistical application that is Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 22 as test equipment. The analytical methods used include descriptive statistical test, classical assumption (multicoloniarity test, autocorrelation test, heteroscedasticity test, normality test), and hypothesis testing.
Based on the results of ANOVA, variable profitability, leverage, age, and size of company simultaneously or jointly effect on earnings management variables. And the partial results of the study showed that the profitability, leverage, and firm age significantly influence earnings management. While the size of the company proved no significant effect on earnings management.
viii ABSTRAK
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Leverage diukur dengan menggunakan Debt On Assets Ratio (DAR). Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan mulai berdiri. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total asset perusahaan. Sedangkan variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan akrual diskresioner. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan metode purposive sampling, terdapat 200 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria-kriteria sampel yang dibutuhkan dengan periode pengamatan selama 4 tahun. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan aplikasi statistik Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 22 sebagai alat uji. Metode analisis yang digunakan antara lain uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji normalitas), dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil uji ANOVA, variabel profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel manajemen laba. Dan secara parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Salawat serta salam dipanjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas
dari bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak
langsung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Ulyati Razak dan Bapak Edi Harto, yang tak
pernah henti selalu mecurahkan cinta dan kasih sayang, memberikan dukungan penuh untuk setiap langkah yang penulis jalani, serta do’a, nasehat, dan perhatian yang tak terhingga untuk penulis. Terima kasih untuk setiap ketulusan
yang mengiringi langkah penulis.
2. Adik-adik tersayang, Rika Mardiah, Sri Nur Afifah, Athiyya Naifa Putri.
Terima kasih untuk setiap semangat dan doa yang telah diberikan untuk penulis.
Terima kasih juga untuk Om Yusron Razak dan Tante Mahmudah atas
dukungan serta doa yang mengiringi penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., MM., CA. selaku Sekretaris Jurusan
x
6. Bapak Prof. Dr. Yahya Hamja., MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan, memberikan
masukan-masukan, nasihat, serta membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi
ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
7. Ibu Yusro Rahma, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing, berdiskusi,
memberikan pengarahan serta nasihat dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih
atas semua saran dan ilmu yang telah ibu berikan selama ini.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat tersayang, Mpit, Ratri, Lala, Vania, Liliek, Pipit, dan Eva yang
telah memberikan dukungan, semangat, serta saran yang mendukung penulis
baik selama perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
10. Saudara Akuntansi B, terima kasih untuk dukungan, semangat, serta saran yang
diberikan kepada penulis. Serta seluruh teman-teman Akuntansi 2011, terima
kasih untuk dukungannya.
11. Semua pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 29 Juli 2015
xi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensi ... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
A. Tinjauan Literatur ... 12
1. Agency Theory ... 12
2. Manajemen Laba ... 14
3. Profitabilitas ... 23
xii
5. Umur Perusahaan ... 27
6. Ukuran Perusahaan... 28
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis... 30
C. Penelitian Terdahulu ... 35
D. Kerangka Penelitian ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41
B. Metode Penentuan Sampel ... 41
C. Metode Pengumpulan Data ... 42
D. Metode Analisis Data ... 43
1. Statistik Deskriptif ... 44
2. Uji Asumsi Klasik ... 44
a. Uji Multikolonieritas ... 44
b. Uji Autokorelasi ... 45
c. Uji Heteroskedastisitas ... 46
d. Uji Normalitas ... 47
3. Analisis Hipotesis Penelitian ... 49
a. Koefisien Determinasi ( R2) ... 49
b. Uji Signifikansi Simultan ... 50
c. Uji signifikansi Parameter Individual ... 50
E. Defenisi dan Operasinal antar Variabel ... 51
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 57
2. Deskripsi Sampel Penelitan ... 59
B. Hasil Uji Analisis Penelitian ... 59
1. Hasil Uji Statistik Desriptif ... 59
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 62
xiii
b. Uji Autokorelasi ... 63
c. Uji Heteroskedastisitas ... 63
d. Uji Normalitas ... 65
3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 67
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 67
b. Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 69
c. Hasil Uji Parameter Individual ... 70
1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba ... 72
2) Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba ... 74
3) Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 76
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 77
BAB V PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
Daftar Pustaka ... 83
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan
2.1 Penelitian Terdahulu ... 35
3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin – Watson (DW) ... 46
3.2 Operasional Variabel ... 56
4.1 Hasil Seleksi Sampel ... 58
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ... 62
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 63
4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 64
4.6 Hasil Uji Normalitas ... 67
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 68
4.8 Hasil Uji Statistik F ... 69
4.9 Hasil Uji Parameter Individual... 70
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan
2.1 Kerangka Pemikiran ... 40
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ... 65
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan
1. Data Sampel ... 88
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat
digunakan oleh para pihak eksternal yang memiliki kepentingan terhadap
suatu perusahaan. Tujuan dari penerbitan laporan keuangan adalah untuk
dapat memberikan gambaran kepada pihak eksternal mengenai keadaan yang
terjadi dalam suatu perusahaan, baik itu berupa keadaan operasional maupun
keadaan finansial perusahaan tersebut. Keberadaan laporan keuangan juga
diharapkan dapat membantu para pengguna untuk mengambil keputusan
dimana laporan keuangan tersebut menjadi landasan dari keputusan yang
diambil.
Menurut PSAK No. 1, laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan
laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan
2 oleh pihak manajemen terhadap penggunaan atas seluruh sumber daya yang
ada.
Salah satu komponen dalam laporan keuangan adalah laporan laba rugi
yang merupakan salah satu fokus utama dari pengguna laporan keuangan.
Dimana laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam periode
waktu tertentu. Penilaian atas kinerja yang dijalankan perusahaan tercermin
dari perolehan laba atau rugi yang dihasilkan dalam periode tersebut. Oleh
karena itu, laporan laba rugi merupakan salah satu bagian yang menjadi
sasaran kegiatan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan sepihak tapi di sisi lain akan dapat merugikan
pihak lain seperti para investor maupun kreditor ataupun lainnya.
Untuk dapat mencapai suatu target laba, biasanya manajemen akan
memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga nantinya laba perusahaan dapat
diatur. Pemilihan kebijakan akuntansi ditujukan agar perusahaan dapat
menaikkan atau menurunkan laba yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan manajemen agar laporan keuangan perusahaan terlihat baik
dimata para pengguna. Kadang kala tindakan tersebut bertentangan dengan
prinsip utama dalam perusahaan, perilaku manajemen seperti yang
digambarkan diatas disebut dengan istilah manajemen laba (earnings
management).
Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk
3 dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja
dan kondisi keuangan (Sulistyanto, 2008:6). Menurut Merchant dan Rockness
(1994:79), manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan
informasi mengenai keuntungan ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami
perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan
perusahaan.
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan
dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan
keuangan, untuk memberikan gambaran yang tidak sebenarnya mengenai
keadaan keuangan perusahaan dengan cara memanipulasi jumlah laba yang
dihasilkan, nantinya akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan
dibuat oleh para pengguna laporan seperti pemegang saham dan akan
berpengaruh terhadap hasil perjanjian yang didasarkan pada jumlah yang
tertera dalam laporan keuangan.
Beberapa pihak memandang tindakan manajemen laba dari dua sudut
yang berbeda, salah satu pihak beranggapan bahwa manajemen laba
merupakan sebuah tindakan kecurangan (fraud). Manajemen laba dikatakan
sebagai kecurangan karena pada dasarnya manajemen laba merupakan
perilaku oportunis seorang manajer untuk mempermainkan angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
4 sepihak. Sedangkan disisi lain terdapat pihak yang beranggapan bahwa
manajemen laba bukan merupakan kecurangan karena hal tersebut merupakan
dampak dari kebebasan manajer dalam memilih metode – metode akuntansi
yang digunakan dalam melakukan pencatatan dan penyusunan informasi
keuangan yang dianggap sesuai untuk perusahaan. Hal ini disebabkan
beragamnya metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam
prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles)
(Sulistyanto, 2008:105).
Hingga saat ini manajemen laba masih menjadi fenomena yang umum
terjadi dikalangan perusahaan. Terdapat beberapa perusahaan terlibat kasus
yang berkaitan dengan penerapan manajemen laba ini. Salah satunya adalah
PT. Kimia Farma yang merupakan produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen perusahaan
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 M dan laporan tersebut diaudit
oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002
laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan
yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau
lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang
5 kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit
Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar,
pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp
8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena
nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia
Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga
persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga
per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak
berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa
KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti
standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut
(sumber: siaran pers BAPEPAM, 27 Desember 2002).
Contoh kasus tersebut menggambarkan bahwa penerapan manajemen
laba dalam suatu perusahaan akan memiliki dampak negatif terhadap
perusahaan, disamping itu juga akan merugikan pihak eksternal lain yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan, investor salah satunya. Adanya
6 terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan investor ataupun pihak internal lain yang bergantung
pada informasi yang tertera dalam laporan keuangan.
Seiring dengan berjalannya waktu, penelitian dalam bidang akuntansi
mengenai manajemen laba terus berkembang. Penelitian tidak hanya terfokus
pada upaya untuk mendeteksi keberadaan, bagaimana, dan konsekuensi dari
manajemen laba, tetapi terus meluas menjadi penelitian untuk mengetahui
mengapa seorang manajer melakukan aktivitas rekayasa manajerial tersebut.
Seperti motivasi apa yang mendorong manajer untuk melakukan manajemen
laba, serta identifikasi mengenai pandangan, pemahaman, dan perilaku etis
mengenai manajemen laba tersebut.
Terdapat banyak faktor yang menjadi motivasi manajer dalam
melakukan manajemen laba, diantaranya adalah profitabilitas, leverage, umur
dan ukuran perusahaan. Profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam pengelolaan asset untuk menghasilkan laba. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu
periode waktu tertentu. Pada umumnya nilai profitabilitas suatu perusahaan
dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan.
Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan juga meningkat. Oleh karena hal
tersebut, keterkaitan antara profitabilitas dengan manajemen laba adalah
7 tertentu akan memicu perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan
cara meningkatkan pendapatan yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan
saham dan mempertahankan investor yang ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Wibisana dan Ratnaningsih (2014)
menyatakan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba yang dilakukan perusahaan, dimana tindakan perataan laba
merupakan salah satu metode yang dilakukan perusahaan dalam manajemen
laba. Sedangkan penelitian Bestivano (2013) menyatakan bahwa profitabilitas
tidah memberikan pengaruh terhadap manajemen laba, karena investor
mengabaikan informasi ROA sehingga manajemen mengabaikan
profitabilitas.
Rasio leverage merupakan rasio yang terdapat dalam laporan keuangan
yang dapat mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang
dengan kemampuan perusahaan digambarkan oleh modal, atau dapat juga
menunjukkan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang
(Harahap 1999 dalam Nugroho, 2011:32) Semakin tinggi tingkat rasio
leverage perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perjanjian hutang. Investor beranggapan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat rasio leverage yang tinggi memiliki risiko
yang tinggi pula. Keterkaitan antara tingkat leverage dengan manajemen laba
terletak ketika tingginya tingkat rasio leverage akan menjadi pemicu
8 dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi perjanjian
hutang yang ada.
Agustina (2012) dan Wardani dkk (2011) telah melakukan penelitian
mengenai leverage dan menyebutkan bahwa leverage berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subhan
(2011) dan Nugroho (2011) menyatakan hasil leverage berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Sedangkan Purwandari dan Mahfud (2011), Jao
dan Paulung (2011), Prambudi dan Sumantri (2013), serta Setyaningtyas dan
Hadiprajitno (2014) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Umur perusahaan merupakan waktu yang sudah dicapai sejak awal
berdiri hingga waktu yang tak terbatas. Secara teoritis perusahaan yang telah
lama berdiri akan dipercaya oleh penanam modal (investor) daripada
perusahaan yang baru berdiri, karena perusahaan yang telah lama berdiri
diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada
perusahaan yang baru berdiri (Zen dan Herman, 2006: 60). Terdapat
perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh umur perusahaan terhadap
penerapan manajemen laba. Zen dan Herman (2006) menyatakan bahwa umur
perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan Mahardhani
dkk (2012) menyatakan bahwa umur perusahaan secara parsial tidak
9 Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan,
dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang besar mendapat perhatian lebih
dari pihak eksternal seperti, investor, kreditor, maupun pemerintah. Oleh
karena itu, perusahaan yang berukuran besar lebih berhati-hati dalam
melaporkan kondisi keuangannya, sedangkan perusahaan yang berukuran
lebih kecil cenderung melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba
yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja keuangan yang memuaskan
(Makaombohe dkk, 2014: 664). Nuryaman (2008), Nur Azlina (2010),
Prambudi dan Sumantri (2014), serta Jao dan Pagalung (2014) telah
melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Sedangkan Nasution dan
Setiawan (2007), Siti Nayiroh (2013), dan Setyaningtyas dan Hadiprajitno
(2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengkaji kembali mengenai hubungan antara profitabilitas, leverage, umur
dan ukuran perusahaan dengan penerapan manajemen laba. Penulis akan
membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
10 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?
3. Apakah umur perusahaan brpengaruh terhadap manajemen laba?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba.
2. Menganalisis pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
3. Menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba.
4. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat, antara lain:
a. Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis terhadap permasalahan yang diteliti.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
11 umum dan akuntansi dan manajemen secara khusus yang terkait
dengan manajemen laba dalam suatu perusahaan.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam
membuat keputusan mengenai penerapan manajemen laba. Karena
penerapan manajemen laba pada suatu perusahaan merupakan
fenomena yang sudah tersebar dikalangan masyarakat umum
sehingga kenyataan tersebut akan berpengaruh pada krisisnya
kepercayaan masyarakat terhadap laporan yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan
bagi para investor dalam mempertimbangkan keputusan yang
berkaitan dengan penanaman investasi yang akan dilakukan pada
suatu perusahaan. Terutama dalam menilai kualitas laba perusahaan
tersebut. Diharapkan investor benar-benar melakukan analisis yang
mendalam mengenai keadaan perusahaan, karena dikhawatirkan
tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan
menyimpang dari hal yang wajar sehingga dikemudian hari dapat
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak
lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, prinsipal mendelegasikan
wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Anthony dan
Govindarajan, 2005:269). Pihak prinsipal (investor) berperan sebagai
penyedia sumber daya dan dana yang digunakan oleh pihak manajemen. Pihak
manajemen bertanggungjawab penuh dalam kegiatan pengolahan sumber daya
dan dana tersebut agar dapat memenuhi kepentingan pihak prinsipal. Pihak
prinsipal melakukan pengawasan atas kinerja pihak agen melalui laporan
kinerja dan keuangan yang disampaikan oleh pihak manajemen. Setiap pihak
memiliki hak dan tanggung jawab dalam pengelolaan dan setiap pihak harus
mempunyai komitmen untuk menghargai dan menghormati hak dan
wewenang pihak lain, serta tidak diperbolehkan untuk mengintervensi hak dan
kewajiban pihak lain. .
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
13 tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlihat
dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang lebih, kondisi kerja
yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi
mereka di perusahaan tersebut. Hubungan agensi antara pemilik dan pengelola
perusahaan ini seharusnya menghasilkan hubungan simbiosis mutualisme
yang dapat menguntungkan semua pihak, khususnya jika setiap pihak
menjalankan hak dan kewajibannya secara bertanggungjawab. Namun yang
terjadi justru sebaliknya, munculnya permasalahan agensi antara pemilik dan
pengelola perusahaan.
Agency Theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara
manajer (agen) dengan pemilik (prinsipal). Asimetri informasi merupakan
suatu keadaan dimana pihak agen (manajer) memiliki akses informasi yang
lebih luas dibandingkan dengan pihak prinsipal. Jensen dan Meckling (1976)
dalam Rahmawati dkk (2006) berpendapat bahwa jika kedua kelompok (agen
dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan
utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak
akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal
dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan
melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang
14 Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan
memecahkan masalah yang muncul ketika ada ketidaklengkapan informasi
pada saat melakukan kontrak. Kontrak yang dimaksud disini adalah kontrak
antara prinsipal (pemberi kerja, misalnya pemegang saham) dengan agen
(manajemen). Teori keagenan dapat tejadi jika pihak agen memiliki kelebihan
informasi dibandingkan dengan pihak prinsipal dan terdapat perbedaan
kepentingan antara kedua belah pihak, maka akan terjadi prinsipal agent
problem dimana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya
namun merugikan prinsipal.
2. Manajemen Laba (Earnings Management)
a. Pengertian Manajemen Laba (Earnings Management)
Definisi manajemen laba menurut Fisher dan Rosenzweing (1995)
dalam (Sulistyanto, 2008: 49) yaitu:
“Earnings management is a actions of a manager which serve to increase (decrease) current reported earnings of the unit which the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in long –term economic profitability of the unit”.
Artinya manajemen laba adalah tindakan – tindakan manajer untuk
menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan
yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan
ekonomi perusahaan jangka panjang.
Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen
15 sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas
prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas
General Accepted Accounting Princips (GAAP) Merchan dan Rockness
(dalam Hwihanus dan Qurba, 2010).
Menurut Sugiri (1998) dalam (Widyaningdyah, 2001:92) definisi
manajemen laba dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk
“bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings.
2) Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang
unit tersebut.
Healy dan Wahlen (1999) dalam (Muliati, 2011:21), menyatakan
bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama
intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan
16 dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk
ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti memberikan informasi
mengenai keuntungan ekonomi yang sesungguhnya tidak dialami
perusahaan. Disamping itu manajer juga mempunyai berbagai pilihan
dalam penentuan metode akuntansi yang digunakan. Kedua, tujuan
manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak)
yang tergantung pada angka-angka yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi
karena manajemen memiliki akses informasi yang lebih yang tidak dapat
didapat oleh pihak luar.
b. Motivasi Manajemen Laba
Passer dan Smith (2008) mendefenisikan motivasi sebagai sebuah
proses yang mempengaruhi arah, ketekunan, dan ketakutan perilaku
individu atau organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Melalui pendekatan
kognitif, perilaku pencapaian tujuan ini dibentuk oleh dua faktor, yaitu
faktor ekspektasi dan faktor imbalan yang diformulasikan dalam
matematis sebagai berikut:
Motivasi = ekspektasi X imbalan
Dalam konteks manajemen laba suatu badan usaha akan makin
termotivasi untuk berperilaku kreatif dalam memanfaatkan teknik dan
17 (ekspektasi) akan menerima imbalan atas tindakan kreatifnya tersebut.
Makin tinggi imbalan yang akan didapatkan, makin tinggi ekspektasi yang
diterapkan sehingga motivasi untuk mencapai nilai tersebut pun makin
besar.
Secara umum ada beberapa motivasi yang mendorong manajer untuk
berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak,
perubahan CEO, IPO atau SEO, dan mengkomunikasikan informasi ke
investor. Pengelompokan ini sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam
teori akuntansi positif (positive accounting theory) yang dikembangkan
oleh Watt dan Zimmerman (1986) dalam (Sulistyanto, 2008:44), yaitu:
a) Bonus Plan Hypothesis
Untuk memotivasi agar manajer dapat menghasilkan kinerja
yang terus meningkat, pemegang saham memberikan tawaran berupa
bonus yang diperuntukkan kepada manajer yang memiliki performa
kinerja yang baik sesuai dengan standar yang diberlakukan.
Bonus Plan Hypothesis menyatakan bahwa:
“Managers of firms with bonus plans are more likely to use accounting methods that increase current period reported income”.
Ada bukti empiris yang menyatakan bahwa perjanjian
(kontrak) bisnis manajer dengan pihak lain merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan
18 Kinerja manajemen diukur salah satunya melalui pencapaian
laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus
tersebut memotivasi para manajer untuk memberikan performa
terbaiknya sehingga tidak menutup kemungkinan mereka melakukan
manajemen laba.
Seadainya pada tahun tertentu kinerja sesungguhnya tidak
mencapai batasan target untuk memperoleh bonus, maka manajer
akan melakukan pengolahan terhadap laba agar dapat mencapai
target sehingga manajer tersebut memperoleh bonus. Sebaliknya,
jika pada pada tahun tersebut kinerja atau laba yang diperoleh
manajer jauh diatas jumlah yang disyaratkan untuk memperoleh
bonus, maka manajer akan mengatur agar laba yang dilaporkan tidak
terlalu tinggi. Kelebihan laba yang tidak dilaporkan akan digunakan
untuk mengantisipasi penurunan laba pada tahun berikutnya,
sehingga manajer tidak kehilangan kesempatan memperoleh bonus
pada tahun berikutnya.
b) Debt (Equity) Hypothesis
Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham,
untuk kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali
melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal
ini adalah kreditor. Manajer harus menunjukkan performa yang baik
19 dananya di perusahaan. Selain itu untuk mendapatkan pinjaman, hal
tersebut juga berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu
perusahaan mendapatkan dana dari kreditor, perusahaan
berkewajiban menjaga rasio keuangannya agar berada pada batasan
tertentu. Jika hal ini dilanggar, maka perjanjian utang dibatalkan.
Debt (equity) hypothesis menyatakan bahwa:
“The large the firms debt to equity ratio, the more likely
managers use use accounting methods that increase income”.
Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan
mengatur labanya agar kewajiban hutangnya yang seharusnya
diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun
berikutnya. Hal ini merupakan upaya manajer untuk mengelola dan
mengatur jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya. Manajer
akan melakukan pengelolaan dan pengaturan jumlah laba untuk
menunda bebannya pada periode bersangkutan dan akan diselesaikan
pada periode-periode berikutnya. Hal ini dilakukan agar perusahaan
dapat menggunakan dana tersebut untuk keperluan lainnya
(Sulistyanto, 2008:46).
Jadi, semakin dekat suatu perusahaan untuk menyimpang pada
perjanjian hutang yang telah dibuat berdasarkan laba akuntansi,
20 prosedur akuntansi yang menggeser laba akuntansi dari periode
mendatang ke periode sekarang. Hal ini berlaku untuk semua
perusahaan yang mempunyai hutang. Perjanjian ini untuk menjaga
likuiditas perusahaan.
c) Political Cost Hypothesis
Alasan terakhir adalah pelanggaran regulasi pemerintah.
Sejauh ini ada beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah yang
berkaitan dengan dunia usaha, misalkan undang-undang perpajakan,
anti-trust dan monopoli, dan sebagainya. Undang-undang mengatur
jumlah pajak yang akan ditarik perusahaan berdasarkan laba yang
diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Sulistyanto, 2008:46).
Political cost hypothesis menyatakan bahwa:
“Large firms rather than small firms are more likely to use
accounting choice that reduce reported profits”.
Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan
go public dan selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga
untuk kepentingan perpajakan. Kepentingan ini lebih didominasi
oleh perusahaan yang belum go public. Perusahaan yang belum go
public cenderung melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan
laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai sebenarnya.
Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif
21 dilaporkan lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan
akuntansi perpajakan.
c. Teknik Manajemen Laba
Manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam
(Muliati, 2011:24) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu:
a) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment
(pertimbangan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi
tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva
tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan
lain-lain.
b) Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi. Seperti: mengubah metode persediaan dari metode FIFO
menjadi metode AVERAGE.
c) Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Salah satu contoh teknik penggeseran periode biaya atau pendapatan
seperti, mempercepat atau menunda biaya untuk penelitian dan
pengembangan hingga periode berikutnya agar laba yang diperoleh
22 d. Pola dalam Manajemen Laba
Menurut Scott (2006) dalam (Muliati, 2011:26) terdapat empat pola
manajemen laba yang dapat dilakukan, yaitu :
a) Taking a bath yaitu pola yang dapat terjadi selama reorganisasi dan
juga pada periode penempatan CEO baru dengan melaporkan
kerugian dengan jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba perusahaan di masa mendatang.
b) Income minimization yaitu pola minimisasi laba yang dipilih untuk
alasan politis perusahaan selama perusahaan berada pada periode
kenaikan laba yang cukup drastis. Contoh : penghapusan aset tetap
berwujud dan tidak berwujud, pengakuan sebagai biaya atas
pengeluaran research and development dan iklan.
c) Income maximization, yaitu yang dilakukan manajer saat laba
perusahaan di bawah targetdengan tujuan memperoleh bonus. Selain
itu, perusahaan yang dekat dengan pelanggaran perjanjian hutang
dapat memungkinkan untuk memaksimalkan laba.
d) Income smoothing, yaitu pola yang dilakukan perusahaan dengan
cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi
fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor
23 3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan oleh para
investor dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan guna
pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan. Profitabilitas
digunakan untuk megukur seberapa besar perolehan laba yang dihasilkan oleh
perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin baik pula
kinerja manajemen dalam perusahaan tersebut. Menurut Sartono (2010:122)
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Irawati (2006:58) menyatakan bahwa rasio keuntungan atau profitability
ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan
dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara
efisien.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio
profitabilitas merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai
atau mengukur tingkat efektifitas kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan
24 Tujuan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2011:197), yaitu:
a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Manfaat dari rasio profitabilitas:
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Riyanto (2001:331) mengklasifikasikan angka-angka rasio profitabilitas
sebagai berikut:
a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio
25 b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua
pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On
Asset) dimana ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya.
Penelitian ini menggunakan ROA sebagai pengukuran untuk rasio
profitabilitas dengan menggunakan rumus:
��� = ��� � �ℎ � × %
4. Leverage
Leverage adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan
tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar biaya tetap
(Riyanto, 1997 dalam Santoso, 2012: 312). Leverage merupakan
perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini
menunjukkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan
hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi
investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan
yang semakin besar.
Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk
meningkatkan profitabilitas. Leverage merupakan pedang bermata dua yang
26 kerugiannya. Dengan kata lain, penggunaan leverage dalam perusahaan bisa
saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak
sesuai harapan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama
dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar
(Van Horne, 2007:182).
Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage
operasional (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage).
Van Horne (2007:183) juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan
dalam prosespembesaran laba perusahaan.
1) Operating Leverage
Operating leverage adalah ukuran bagi risiko operasi (operating risk/
business risk) yang dapat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan
operasi (fix operating cost) dan dapat dilihat melalui laporan laba rugi
(Moeljadi, 2006). Rodoni dan Ali (2010) menyatakan bahwa operating
leverage merupakan penggunaan aktiva dimana untuk penggunaan
tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap. Biaya tetap adalah
semua biaya-biaya operasi tetap seperti depresiasi, sewa gedung, gaji
pegawai dan lain-lain.
2) Financial Leverage
Financial leverage adalah ukuran bagi risiko keuangan dan dapat
diketahui dari biaya tetap dari dana hutang yang digunakan, dimana
27 tinggi sehingga biaya modal juga tinggi (Moeljadi, 2006). Rodoni dan
Ali (2010) menyatakan bahwa financial leverage merupakan
penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dan untuk itu
perusahaan harus membayar beban tetap berupa bunga.
Berdasarkan penjelasan mengenai dua jenis leverage diatas, manajer
keuangan memiliki pilihan untukmenggunakan leverage keuangan agar dapat
makin memperbesar pengaruh perubahanapa pun yang dihasilkan dalam laba
operasional atas perubahan EPS (Earning Per Share).
5. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan telah
mampu menjalankan operasinya. Secara teoritis perusahaan yang telah lama
berdiri akan dipercaya oleh penanam modal (investor) daripada perusahaan
yang baru berdiri, karena perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan
akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada perusahaan baru
berdiri. Akibatnya perusahaan yang baru berdiri akan kesulitan dalam
memperoleh dana di pasar modal sehingga lebih mengandalkan modal sendiri
(Zen dan Herman, 2007:60).
Umur perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan
investor dalam melakukan penilaian terhadap suatu perusahaan sebelum
menanamkan modalnya. Umur perusahaan dapat menggambarkan
kemampuan bertahan suatu perusahaan, dan menunjukkan bahwa perusahaan
28 umumnya memiliki profitabilitas yang lebih stabil dibandingkan dengan
perusahaan yang baru berdiri.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai dimana perusahaan
dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai
saham, dan lain sebagainya. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasarnya maka semakin besar pula ukuran
perusahaan tersebut. Ketiga indikator tersebut dapat digunakan untuk
menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar ukuran
perusahaan tersebut, misal semakin besar aktiva maka akan semakin banyak
modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak
perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka akan semakin
besar pula perusahaan itu dikenal dalam masyarakat.
Menurut Hadri Kusuma (2005) dalam (Nugroho dan Pangestuti,
2010:11), ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara
ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain :
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale,
dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran
29 b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran
perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi,
didalamnya terdapat teori critical resources.
c. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor
seperti system perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan
patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan.
Salah satu faktor yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba
adalah political motivations (motivasi politik). Political motivations dalam
akuntansi positif menjelaskan manajemen dalam menyiasati berbagai regulasi
pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik pelanggaran
terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan
manajemen laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan. Perusahaan juga
melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk
menghindari pembayaran pajak penghasilan yang terlalu tinggi. Pemilihan
metode akuntansi alam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda
terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak (Scott 2003 dalam
Wibisana dan Ratnaningsih, 2014:6).
Ukuran perusahaan sangat berpengaruh kepada struktur pendanaan
dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar ukuran perusahaan
maka akan ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang
lebih besar pula. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar memiliki
30 adalah dengan pendanaan eksternal. Pendanaan eksternal ini dapat diperoleh
dari penerbitan saham, penerbitan obligasi dan hutang, sehingga dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pendanaan tersebut perusahaan akan lebih
meningkatkan kualitas implementasi corporate governance dalam
menjalankan perusahaan.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Hubungan Antara Profitabilitas Dengan Manajemen Laba
Profitabilitas menggambarkan kinerja yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Salah satu rasio analisis yang
digunakan untuk menggambarkan profitabilitas perusahaan adalah Return On
Assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari asset yang dimiliki perusahaan. Para investor akan menggunakan rasio
ROA sebagai salah satu indikator dalam pengambilan keputusan dalam hal
investasi. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dilaporkan oleh
perusahaan, maka semakin tinggi pula harapan dari pihak-pihak
berkepentingan seperti investor, pemerintah, dan lainnya atas tingkat
pengembalian dan kompensasi yang diharapkan dari keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
Laba yang terlalu tinggi akan meningkatkan pajak yang harus dibayar,
sedangkan pelaporan laba yang terlalu rendah akan berdampak pada tampilan
31 profitabilitas yang dihasilkan berkaitan dengan tindakan manajemen laba
dengan tujuan pelaporan tingkat profitabilitas yang berada pada tahap aman.
Wibisana dan Ratnaningsih (2014) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yang merupakan salah satu
cara dalam praktik manajemen laba. Artinya, semakin besar profitabilitas
suatu perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan menurunkan
atau meratakan laba untuk satu tahun kedepan. Hasil yang sama juga
diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Sujana (2014).
Berdasarkan keterkaitan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
Ha1: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Hubungan Antara Leverage Dengan Manajemen Laba
Tingkat leverage merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi
manajemen dalam penerapan manajemen laba. Perusahaan yang memiliki
tingkat leverage yang tinggi menggambarkan bahwa liabilitas yang dimiliki
perusahaan lebih besar dibandingkan dengan asset yang dimiliki perusahaan,
hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan.
Semakin tinggi tingkat rasio leverage suatu perusahaan akan berdampak pada
semakin tinggi pula resiko yg akan dihadapi perusahaan tersebut. Investor
akan lebih memilih perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang lebih
rendah.
Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi berarti memiliki
32 dimiliki sehingga akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk
manajemen laba untuk menghindari perjanjian utang (Saptantinah, 2005:7).
Shanti dan Yudhanti (2007) dalam Purwanti (2012) juga berpendapat
bahwa perusahaan yang memiliki leverage tinggi akibat besarnya liabilitas
dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen
laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi
kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Penelitian yang dilakukan oleh
Dewi Saptantinah (2005), Othman dan Zhegal (2006), Rice dan Agustina
(2012), menemukan hubungan signifikan antara leverage dan manajemen
laba.
Berdasarkan keterkaitan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
Ha2 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Hubungan Antara Umur Perusahaan Dengan Manajemen Laba
Umur perusahaan adalah lamanya suatu perusahaan berdiri dan
menjalankan kegiatan oprasionalnya, apakah perusahaan tersebut tergolong
perusahaan baru atau perusahaan lama. Perusahaan yang telah lama berdiri
akan mendapat perhatian yang lebih besar dari pihak eksternal baik itu
investor, kreditor ataupun pihak eksternal lainnya dibandingkan dengan
perusahaan yang baru berdiri. Dari segi kepercayaan juga perusahaan yang
telah lama berdiri akan lebih dipercaya oleh investor dalam menempatkan
modalnya, karena perusahaan yang telah lama berdiri dianggap memiliki
33 dengan perusahaan baru, dan dianggap lebih baik dalam menghasilkan
keuntungan dengan tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan baru. Akibatnya perusahaan yang baru berdiri akan mengalami
kesulitan dalam memperoleh sumber dana sehingga lebih mengandalkan
modal sendiri (Zen dan Herman, 2007:60).
Untuk dapat menarik minat investor agar menempatkan dananya di
perusahan yang baru berdiri, perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin
untuk meyakinkan investor dengan cara memperlihatkan performa yang baik
dalam pengelolaan operasionalnya. Karena kurangnya perhatian pihak
eksternal terhadap perusahaan baru ini, kemungkinan manajemen lebih bebas
dalam menerapkan manajemen laba agar dapat menghasilkan tampilan
performa yang baik yang dapat menarik minat investor.
Zen dan Herman (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh umur
perusahaan terhadap perataan laba dan menyatahan bahwa umur perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tindak perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Begitu pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bestivano (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara umur perusahaan dengan tindak perataan laba.
Berdasarkan keterkaitan yang dijelaskan diatas, maka hipotesis yang
diajukan adalah:
34 4. Hubungan Antara Ukuran Perusahaan Dengan Manajemen Laba
Perusahaan yang lebih besar umumnya akan mendapatkan lebih banyak
perhatian dari pihak eksternal, seperti investor, analis, maupun pemerintah.
Oleh sebab itu perusahaan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu
drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan pertambahan
kewajiban seperti pajak. Perusahaan besar akan cenderung berusaha untuk
melaporkan perolehan laba yang stabil setiap tahunnya.
Siregar dan Utama (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dan menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman
(2008), Jao dan Pagalung (2011), Prambudi dan Sumantri (2014),
Makaombohe dkk (2014), serta Wibisana dan Ratnaningsih (2014) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan keterkaitan yang dijelaskan diatas, maka hipotesis yang
diajukan adalah:
35 C. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor industry berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, dan ukuran perusahaan, rasio hutang, leverage operasi, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap arah manajemen laba.
36
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam penerapan manajemen laba pada perusahaan besar maupun perusahaan berukuran kecil pada perusahaan di Albania.
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka perilaku manajemen laba semakin berkurang.
37
Ukuran perusahaan dan profitabilitas disimpulkan berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan jenis industry tidak dapat memoderasi ukuran perusahaan dan profitabilitas pada praktik perataan
Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
38 ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan leverage dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. leverage berpengaruh terhadap manajemen laba dan corporate strategy terbukti tidak dapat memoderasi hbungan antara leverage dan manajemen laba.
9. Siti Nayiroh
Kepemilikan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
39 Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
ukuran perusahaan sebagai variabel
Komite audit tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Kualitas audit terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Debt tidak terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
40 D. Kerangka Penelitian
Adapun gambaran dari penelitian ini secara keseluruhan dapat dijelaskan
oleh kerangka penelitian pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013)
Metode Analisis: Analisis Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Fenomena Manajemen Laba yang Terjadi di Indonesia. Kasus manipulasi pelaporan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma pada laporan keuangan tahun 2001, yang diungkapkan oleh BAPEPAM.
Variabel Independen Variabel Dependen
Profitabilitas (X1)
Leverage (X2)
Umur Perusahaan (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
41 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis mengenai pengaruh variabel independen yaitu
profitabilitas, leverage, umur dan ukuran perusahaan terhadap variabel
dependen manajemen laba. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dimana data yang digunakan berupa angka-angka.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2013 yang terlihat dari laporan
keuangan dan laporan tahunan (annual report).
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai dari tahun
2010 hingga tahun 2013. Peneliti menggunakan perusahaan manufaktur
sebagai sampel dikarenakan saat ini persaingan yang terjadi dikalangan
perusahaan manufaktur terlihat cukup ketat antar perusahaan. Selain itu