• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi terjemahan delapan hadist fadhail a’mal dalam terjemahan riyadhus shalihin oleh H. Salim Bahreisy dan riyadhus shalihat oleh Ahmad Rofi’ Usmani : studi analisis kalimat efektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komparasi terjemahan delapan hadist fadhail a’mal dalam terjemahan riyadhus shalihin oleh H. Salim Bahreisy dan riyadhus shalihat oleh Ahmad Rofi’ Usmani : studi analisis kalimat efektif"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh: NUR SOFAH 108024000004

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UINVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

(2)
(3)
(4)

Nama Mahasiswa : NUR SOFAH

N I M : 108024000004

Program Studi : TARJAMAH

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 27 Mei 2015

(5)

i 2015.

Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi merupakan salah satu kitab hadis yang banyak diterjemahkan, karena berisikan keseharian umat islam berdasarkan tuntunan dari Rasulullah sesuai dengan Alquran. Karena setiap bab diawali dengan ayat Alquran, sesuai tema bahasan terkait. Kitab ini tergolong klasik yang telah diterjemahkan oleh beberapa orang dan berbagai penerbit. Penulis akan menganalisis hasil terjemahan dari H. Salim Bahreisy yang diterbitkan oleh Al-Ma’arif, Bandung. dan A. Rofi’ Usmani yang diterbitkan oleh Mizan, Bandung. Penulis akan mengkoparasikan kedua terjemahan tersebut.

(6)

ii

tercurahkan kepada pemimpin paling sempurna akhir zaman, Muhammad SAW. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, Drs. A. Syatibi. M.Ag. yang selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran yang tak terhingga. Dekan Fakultas, yaitu bapak Prof. Dr. Sukron Kamil. Ketua Jurusan bapak Moch Syarif Hidayatullah, M. Hum. Para penguji, yaitu Pak Ahmad Saeihudin. M.Ag dan Abd. Wadud Kasyful Anwar, Lc., M.Ag. Serta para dosen lainnya, yaitu Bu Dr. Karlina Helmanita, Pak Ihwan Azizi. M.A.

(7)

iii

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

PEDOMAN TRASNLITERASI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KERANGKA TEORI A. Teori Penerjemahan 1. Definisi penerjemahan ... 10

2. Metode Penerjemahan ... 14

3. Proses Penerjemahan ... 20

4. Syarat-syarat penerjemahan ... 21

B. Gambaran Umum Tentang Kalimat Efektif 1. Definisi Kalimat ... 23

2. Jenis-jenis Kalimat ... 25

(8)

iv

2. Macam-Macam Diksi ... 35

BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN PENERJEMAH-PENERJEMAH A. Biografi singkat dan beberapa karya Imam Nawawi ... 40 B. Biografi singkat dan beberapa karya H. Salim Bahreisy ... 43 C. Biografi singkat dan beberapa karya A. Rofi’ Usmani ... 45

BAB IV ANALISIS DATA

Analisis data ... 47

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 70 B. SARAN ... 71

(9)

v

latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

أ T

b ظ Z

t ع ‘

ث ts GH

ج j ف F

h ق Q

خ kh K

د d ل L

dz م M

ر r ن N

z و W

س s ه H

ش sy ء ’

ص s ي Y

(10)

vi a. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---- A Fathah

---- I Kasroh

---- U Dammah

b. Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----ي Ai a dan i

----و Au A dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harokat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا \

ي Â a dengan topi di atas

----ي Î I dengan topi di atas

(11)

vii

huruf qamariyyah. Contoh: al-rijal bukan ar-rijal, al-diwan bukan ad-diwan.

4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ---ّ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu menggandaan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata ةرور لا tidak ditulis ad-darurah melainkan al-Darurah, demikian seterusnya.

5. Ta’ Marbuthah

Jika Ta’ Marbuthah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka hueuf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yag sama juga beraku jika Ta’ Marbuthah tersebut diikuti oleh (na’at) atau kata sifat. (contoh no.2). namun jika huruf Ta’ Marbuthah tersebut diikuti ata benda (isim), maka huruf tersebut dialihakasarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3).

No. Kata Arab Alih Aksara

1. ةقيرط Tariqah

2. ةيماسإا ةعما لا Al-Jami’ah al-Islamiyah

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi.1 Cara berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda yaitu dengan terjemahan, terjemah adalah jembatan antara bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa). Dua bahasa yang berbeda disini adalah bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

Bahasa Arab adalah bahasa Alquran. hadis, dan salat, serta referensi utama mengenai islam. Bahasa Arab dipandang sebagai lingua franca (bahasa ibu) umat islam.2 Buku-buku bahasa Arab banyak sekali yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Setiap gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah jelas akan mudah dipahami oleh pembaca dan pendengar sebagai kalimat efektif. Kalimat efektif merupakan kalimat yang baik, sehingga apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh si pembicara dapat dipahami oleh pendengar sama benar dengan apa yang dipikirkan penutur atau penulis.3 Cara untuk memudahkan seseorang memahami apa yang dikatakan adalah dengan memberikan pilihan kata (diksi) disetiap pengguaannya. Diksi sebagai kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan

1 . Asep Ahmad Hidayat.

Filasafat Bahasa, Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda.

(2006. Bandung; Rosada) h 26

2 . Abdul Majid Khon,

UlumulHadis. (Jakarta; Amzah, 2008) h. 170

3Ida Bagus Putrayasa. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. (Bandung; Refika

(14)

kemampuan untuk menemukan kata yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar,4 dalam masalah penerjemahan berarti pemilihan kata yang sesuai pada setiap padanannya.

Kalimat efektif dan pemilihan kata yang tepat didapat supaya memberi makna yang baik pada setiap penerjemahan. Tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan keterampilan dan seni bagi seorang penerjemah dalam kemampuannya untuk menerjemahkan dengan tepat. Setiap penerjemah pula memiliki gaya penulisan tersendiri dalam setiap rangkaian kalimat yang akan menjadi hasil terjemahannya karena gaya bahasa seseorang tidak mungkin dapat diterjemahkan sehingga seorang penerjemah itu harus benar-benar orang yang kreatif.5

Kami akan meneliti dengan metode penelitian komparasi yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih. kami akan mengkomparasikan hasil terjemahan Riyadhus Shalihin oleh H. Salim Bahreisy dengan terjemahan kitab Riyadhus Shalihat oleh Ahmad Rofi’Usmani.

Contoh teks sumber dari kitab Riyadhus Shalihin:

4. Gorys Keraf.

Diksi dan Gaya bahasa. (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2010) cet

ke-20

5. Harimurti Kridalaksana,

Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. (Flores; Nusa Indah, 1985)

(15)

Terjemah H. Salim Bahreisy:

Mu’awiyah bin Haidah r.a. bertanya: Ya Rasulullah apakah hak atas seorang isteri terhadap suaminya? Jawab Nabi saw.: Harus kamu beri makan jika kau makan, dan kau beri pakaian jika kau berpakaian, dan janganlah memukul muka, dan jangan menjelekannya, dan jangan memboikot kecuali: dalam rumah saja.

(Abu Dawud)

Terjemah A. Rofi Usmani:

Dituturkan dari Mu’awiyah bin Haidah r.a., “(suatu ketika) saya bertanya (kepada Rasulullah Saw.), “Wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang di antara kami atas suaminya?’ Jawab beliau, ‘kalian harus memberinya makan, apabila kalian makan. Kalian harus memberinya pakaian, apabila kalian berpakaian. Kalian tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh menjelek-jelekkanya serta tidak boleh mendiamkannya kecuali dalam rumah.” (Hadis ini dituturkan oleh Abu Dawud)

Analisis:

Dalam terjemahan hadis ini penulis menemukan dua kasus yang diterjemahkan secara berbeda dan satu kasus yang diterjemahkan sama namun masih salah, terjemahan yang dimaksud sebagai berikut:

(1)

(16)

terdapat dua kata qâla, namun penerjemah menerjemahkannya hanya satu. Satu pun telah memenuhi pesan karena subjek pada orang yang sama. Diterjemahkan oleh A. Rofi Usmani Dituturkan dari Mu’awiyah bin Haidah r.a., “(suatu ketika) saya bertanya (kepada Rasulullah Saw.) kalimat ini tidak efektif

karena terjadi pemborosan kata dan ketidakrelevanan, yaitu menerjemahkan kedua kata qâla pada satu subjek yang sama, lalu struktur kata qâla pertama diawali dengan verba, sedangkan kata qâla kedua diawali nomina.

(2)

Diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy, apakah hak atas seorang isteri terhadap suaminya?Terjemahan ini seharusnya tidak perlu memunculkan kata atas. Karena

dalam KBBI kata atas berarti bagian yang lebih tinggi, sehubungan dengan,

berdasarkan, dari, dengan, karena, menjadi, dan tentang. Sebaiknya kata atas dihilangkan saja. Diterjemahkan oleh A. Rofi’ Usmani “Wahai Rasulullah,

apakah hak istri salah seorang di antara kami atas suaminya? Terjemahan ini sangat mengikuti struktur Tsu dan apa adanya. Namun dalam Tsa hasilnya menjadi tidak efektif. Frase “salah seorang di antara kami atas” sebaiknya dihilangkan juga, karena menjadi sulit untuk dipahami. menurut penulis tidak efektif karena pemborosan kata dan ketidak efesienan kalimat (3) huruf wa

H. Salim Bahreisy dan A. Rofi Usamani penerjemah banyak sekali

(17)

dalam struktur bahasa indonesia tidak perlu mengulang tetapi menggatikannya dengan tanda koma (,).

Maka menurut kami terjemahan hadis di atas adalah

Mu’awiyah bin Haidah r.a. bertanya: Ya Rasulullah apakah hak istri

terhadap suaminya?’ Jawab beliau, ‘kalian harus memberinya makan, apabila kalian makan. Kalian harus memberinya pakaian, apabila kalian berpakaian. Kalian tidak boleh memukul mukanya, menjelek-jelekkanya, mendiamkannya

kecuali dalam rumah.”

kami pun menyadari bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Begitu pula, dalam hasil terjemahan ini, yang memiliki penyampaian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penulis ingin membandingkan kedua terjemahan tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kami membahasnya dalam skripsi ini dengan judul:

“Komparasi Terjemahan Riyadhus Shalihin oleh H. Salim Bahreisy dan Terjemahan Riyadhus Shalihat oleh Ahmad Rofi Usmani (Studi Analisis Kalimat Efektif)”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

(18)

Perlu ditegaskan disini, mengingat kandungan isi pada kitab Riyadhus Shaihin panjang, maka kami hanya meneliti delapan hadis. Karena kedelapan hadis ini dapat dianalisis berdasarkan kalimat efektif.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas agar mendapat data yang lebih baik, penulis membuat rumusan masalah ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana terjemahan kedua penerjemah dimaksudkan sudahkah memenuhi standar kalimat efektif?

2. Bagaimana hasil terjemahan tersebut dalam ketersampaian pesan dari teks sumber (Tsu) ke teks sasaran (Tsa)?

C. Tujuan Penelitian

A. Mengetahui efektifitas terjemahan Riyadhus Shalihin dan Riyadhus Shalihat dalam ukuran bahasa Indonesia.

B. Mengetahui hasil terjemahan sebagai ketersampaian pesan kitab Riyadhus Shalihin dan Riyahus Shalihat kepada pembaca.

D. Tinjauan Pustaka

Selama penelitian, kami hanya menemukan satu analisis terjemahan

(19)

Komparatif, Nine Gustriani (2013), Diksi dalam KitabBulughulmaram(Analisis Komparasi Terjemahan Santri Ponpes Tradisional dan Modern)

E.Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, kami menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitianyang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati, yaitu H. Salim Bahreisy dan A. Rofi usmani. Kemudian, hasilnya akan kami analisis dengan metode komparatif, yaitu mengumpulkan dua data yang sama dan membandingkan hasil terjemahan antara terjemah Riyadhus Shalihin dan Riyadhus Shalihat, berdasarkan keefektifan kalimatnya.

Adapun dalam mencari data dengan simple random sampling

,

yaitu

dengan pengambilan sampel acak sederhana melalui pengambilan sampel yang sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel6. Karena pada buku terjemahan Riyadhus Shalihat telah diringkas beberapa hadisnya, maka kami mengambil data yang ada pada keduanya.

Kajian ini dilakukan melalui kepustakaan (library reseach). Data-data yang diperlukan dicari dari sumber-sumber kepustakaan. Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.

(20)

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih dapat memberikan penjelasan secara sistematis dan komprehensif dengan melihat persoalan secara objektif maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan: terdiri dari enam sub bab, yaitu pertama, latar belakang masalah; kedua, pembatasan dan perumusan masalah; ketiga, tujuan dan manfaat penelitian; keempat, Tinjauan pustaka; kelima, metodologi penelitian; dan keenam, sistematika penulisan.

Bab II: Kerangka Teori terdiri dari tiga sub bab. Pertama,teori penerjemahan, berisi definisi penerjemahan, metode penerjemahan, dan proses penerjemahan, serta syarat-syarat menjadi penerjemah. Kedua, kalimat aktif terdiri dari definisi kalimat, jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia, definisi kalimat aktif, sertasyarat dan ciri-ciri kalimat aktif.Ketiga, diksi terdiri dari definisi diksidan peranti-peranti diksi. BAB III: Biografi Singkat Imam An-Nawawi, H. Salim Bahreisy serta Ahmad

(21)

BAB IV: Analisis Data

Analisis komparatif dalamkalimat efektif terhadap dua terjemahan Riyadhus Shalihin, yaitu Riyadhus Shalihin dan Riyadhus Shalihat” BAB V: Penutup

(22)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Penerjemahan 1. Definisi Penerjemahan

Fenomena historis kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia, setidaknya dapat dibagi menjadi ke dalam empat periode, yakni (1) periode rintisan yang berlangsung sejak abad 16 sampai dengan pertengahan abad ke-20, (2) periode pertumbuhan yang berlangsung sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1970-an, (3) periode percepatan yang dimulai sejak tahun 1980-an sampai dengan tumbungnya Ore Baru pada tahun 1988, dan (4) periode kebebasan yang berlangsung sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang.7 Hal ini berkaitan dengan hubungan budaya dan ikatan agama yang menyebabkan bangsa ini meminjam dan menerjemahkan istilah kunci, jargon, ajaran, idiom, dan ideologi dari naskah-naskah berbahasa Arab8.

Penerjemahan adalah kata turunan dari terjemah, sedangkan Kata “Tarjama” berasal dari bahasa Arab bermakna sebagai kegiatan pengalihan dari satu bahasa ke bahasa lain. Penerjemah adalah kegiatan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain. Dalam hal ini, teks yang diterjemahkan disebut teks sumber (Tsu) dan bahasanya disebut bahasa sumber

7 . Abdul Munip,

transmisi pengetahuan timur tengah ke Indonesia Studi Tentang Penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004.(Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI) 2010 h.

8 .

(23)

(Bsu), sedangkan teks yang disusun penerjemah disebut teks sasaran (Tsa) dan bahasanya disebut bahasa sasaran (Bsa).9

Semakin banyak penerjemahan maka para ahli linguistik pun telah mendapatkan teori-teori yang terkait dengan penerjemahan, penerjemahan merupakan salah satu bagian linguistik, yaitu linguistik terapan. Agar hasil terjemahan semakin terarah dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Beberapa tokoh ahli penerjemah mendefinisikan sebagai berikut:

a. Eugene A Nida

Nida sebagai penerjemah internasional yang cukup cekatan dan terampil dalam menerjemahkan buku-buku. Dalam bukunya The Theory and

Practice of Translation. Dia mendefinisikan sebagai Translating contist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the

source language message, first in terms of meaning and secondly in term of style. “Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, baik tentang makna atau gayanya”. 10

b. J. Levy

Definisi yang dinyatakan Levy lebih menonojolkan terjemahan adalah suatu seni yang mendefinisikan sebagai “a creative procesess which always leaves the translation a freedom of choice between several approximately equivalent possibilities of realizing situasional meaning.” (Terjemahanan merupakan proses kreatif yang memberikan kebebasan penerjemah untuk

9. Beny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan. (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,

2006) h. 23

(24)

memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya.)11

Oleh karena itu, ada hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menerjemah, yaitu karya terjemahan harus mampu mengungkapkan makna yang sebenarnya dan tetap menjaga keaslian gaya dari teks asli. Kreatifitas akan terlihat apabila kita mendapatkan hasil-hasil terjemahan yang berbeda berdasarkan teks asli (Bsa) yang sama.

Menerjemahkan disebut ilmu ketika dikaji teori-teorinya, dan disebut seni ketika dipraktekan.12 Maka, seorang penerjemah adalah seorang seniman juga. Karena itu, ia harus memahami teks serta memiliki jiwa seni, karena bahasa bukan sekedar kata-kata yang tanpa nyawa. Bahasa adalah ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah yang hidup.13

c. Newmark

Definisi penerjemahan menurut Newmark terbagi tiga, yaitu:

1. Penerjemahan merupakan keterampilan terdiri dari upaya pengganti pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain.

2. Penerjemahan adalah menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai yang dimaksudkan pengarang. Dalam karyanya yang berjudul A texbook of translation.

11. Suhendra Yusuf,

Teori Terjemahan Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. (Bandung: Mandar Manju, 1994) h. 11

12. Nur Mufid. Kaserun AS. Rahman.

Buku Pintar Menerjemahkan Arab Indonesia (Cara Paling Tepat, Mudah, dan Kreatif). (Surabaya: Pustaka Progresssif, 2007) h. 17

13. Nur Mufid. Kaserun AS. Rahman.

(25)

3. Penerjemahan adalah pengalihan makna suatu teks (yang biasa hanya sebuah kata ataupun buku) dari satu bahasa ke bahasa lain untuk khalayak pembaca baru.

Ketiga batasan menurut Newmark saling melengkapi kalau batasan pertama hanya menekankan bahwa penerjemah melibatkan pengalihan pesan, dalam batasan kedua, menekankan pada isi pesan pengarang, sedangkan pada batasan ketiga ia mengingatkan pada khalayak pembaca perlu diperhatikan, yakni khalayak pembaca baru dalam bahasa sasaran14.

a. Menurut Literatur Lain

(Translation)

"Terjemah adalah mengalihkan sebuah kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain. Apabila seorang penerjemah tidak dapat memahami kalimat yang tertera dalam bahasa tersembut maka ia tak kan mampu menerjemahkannya ke bahasa lain. Tsu yang tidak dipahami secara sempurna akan menghasilkan kebingungan, dan sulit diserap oleh pembaca Tsa."

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan secara garis besar bahwa, penerjemahan adalah pengalihan pesan sebuah makna, ide, dan informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, sebagai pengekspresian diri dalam merekonstruksi pesan tersebut ke dalam teks bahasa sasaran yang akan dibaca oleh penerima bahasa sasaran.Seorang penerjemah harus mampu

14. Ilzamuddin Ma’mur.

Pijar-pijar Pemikiran Bahasa dan Budaya. (Jakarta; Diadit

Media, 2006) Hal 120

15. Izzudin Muhammad Najib.

Asusu al-Tarjamah (Translation). (Kairo: Maktab Ibnu

(26)

menerjemahkan secara keseurahan agar pembaca bahasa sasaran dapat memahami hasil terjemahan sesuai dengan teks asli.

2. Metode Penerjemahan

Terjemahan yang dihasilkan sesungguhnya tidak terlepas dari metode penerjemah yang digunakan, pilihan metode ini nanti turut menentukan corak dan warna teks terjemahan secara keseluruhan, Menurut Molina dan Albir (2002),

translation method refers to the way of particulartranslationprocess that this

carried out in termsof the translator’s objective, ‘metode penerjemahan merujuk pada cara tertentu yang digunakan dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuan penerjemah.’16

Metode penerjemahan menurut Newmark (1988) dibagi menjadi dua:

A. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber

Dalam metode ini, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual TSU meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis dalam TSA (yakni hambatan bentuk dan makna), yaitu:

1. Penerjemahahan kata demi kata

Penerjemah yang menggunakan metode ini didasarkan pada urutan kata dalam bahasa aslinya. Terjemahan ini berguna apabila orang ingin mengetahui bentuk susunan kata dalam bahasa aslinya baris demi baris tanpa mempelajari lebih dulu bahasa sumber itu. Umumnya jenis

16. M. Zaka al-Farisi, M.Hum.

Pedoman Penerjemah Arab Indosia. (Bandung: PT Remaja

(27)

terjemahan kata demi kata sulit sekali dimengerti maknanya, karena kosa katanya berasal dari bahasa sasaran tapi susunan kata dan kalimatnya mengikuti bahasa sumbernya. Cara ini banyak diterapkan untuk penerjemahan Kitab Suci.17 Khususnya sebagai alat bantu untuk mereka yang sedang mempelajari bahasa aslinya. Contoh:

dan disisiku tiga buku-buku”. Metode ini memang tidak mempertimbangkan dan memperhatikan apakah karya yang dihasilkan terasa janggal atau tidak bagi penutur Bsa. Klausa di atas seharusnya bisa diterjemahkan menjadi “Saya punya tiga

buku”.18

2. Penerjemahan harfiah

Penerjemah yang menggunakan metode ini akan mengkontruksi gramatikal Bsu dicarikan padanan yang terdekat pada Tsa, tetapi penerjemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan terpisah dari konteks. Metode ini biasanya digunakan pada tahap awal (pengalihan).19 Contoh:

Datang seorang lelaki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban goncangan”,

17. Mooryati Soedibyo.

Analisis Kontrastif Kajian Penerjemah Frasa Nomina. (Surakarta: Pustaka

Cakra Surakarta. 2004) h. 23

18 . Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(Tangerang: Dikara. 2010) h. 31

19 . Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(28)

Metode ini menghasilkan terjemahan yang hanya mencari padanan kontruksi gramatikal dan masih melepaskannya dengan konteks.Ia harus mengetahui oran yang suka terlibat dalam membantu korban bencana alam itu disebut sebagai relawan. Karenanya, klausa di atas seharusnya bisa diterjemahkan menjadi “Seorang relawan dating ke Yogyakarta untuk

membantu korban gempa”. 3. Penerjemahan setia

Penerjemah yang menggunakan metode ini akan setia mencoba memproduksi makna kontekstual Tsu dengan masih dibatasi struktur gramatikalnya. Pada metode ini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Maka penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga hasil terjamahan terasa kaku dan asing.20 Metode ini dapat dimanfaatkan untuk membantu penerjemahan dalam proses awal pegalihan. Contoh:

“Dia (lk) dermawan karena banyak abunya.”

Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena penerjemah sudah memperhatikan makna kontekstual dengan menerjemahkan دامِرلا رْي ك dengan dermawan.Meski demikian, penerjemahnya masih tampak mempertahankan arti dari struktur gramatikalnya.Ia masih menambahkan terjemahannya itu dengan karena banyak abunya. Padahal,

20 . Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(29)

klausa itu cukup diterjemahkan menjadi dia dermawan, karena memang itu pesan yang hendak disampaikan Tsu.Ini terkait dengan دامرلا ري ك yang memang idiom dan mempunyai arti dermawan.

4. Penerjemahan semantis

Penerjemah yang menggunakan metode ini mendapatkan hasil terjemahan yang lebih luwes dan fleksibel, dari pada penerjemah yang menggunakan metode penerjemahan setia. Ia mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas wajar.21 Contoh:

Aku melihat si muka dua di depan kelas”, Penerjemah mampu menerjemahkan dengan si muka dua, yang kebetulan juga dikenal dalam masyarakat penutur Tsa.Ia tidak terjebak dengan menerjemahkannya menjadi orang yang memiliki muka dua. Meskipun secara idiomatis, frase itu bias saja diterjemahkan dengan si munafik.Metode ini telah dibenarkan oleh para ahli untuk dipergunakan saat menerjemahkan, karena metode ini menjamin keteralihan pesan yang baik.

B. Metode yang memberikan penekan terhadap bahasa sasaran

Penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama denganyang diharapkan penulis asli terhadap pembaca versi Tsu, yaitu:

21. Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(30)

1. Penerjemahan adaptasi

Saat menerjemahkan dengan metode ini, penerjemah biasanya tidak memperhatikan keteralihan struktur Tsa, namun ia lebih mementingkan pemahaman pembaca Tsa. metode ini tergolong metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Tsa. Walau demikian, penerjemah tidak mengorbankan hal-hal penting dalam Tsu, seperti tema, karakter, atau alur.22 Contoh:

“Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemercik air sungai yang terdengar jernih”.

Penerjemah berupaya menerjemahkan untuk melepas diri dari kungkungan struktur gramatika, meskipun stuktur maknannya masih dipertahankan Tsu.Ia ingin memunculkan corak baru dalam pemaknaan terhadap Tsu tanpa menghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu. Ia berusaha menampilkan Tsu menjadi dinamis mengikuti perkembangan pemaknaan pada Tsa. Karena bila tidak demikian, terjemahan di atas bias saja menjadi “Dia hidup jauh sehingga kaki tidak

bisa menjangkaunya, pada mata air dibagian sungai paling atas.”. 2. Penerjemahan bebas

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanaya mengutmakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Sering kali

22. Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(31)

bentuk retorik atau bentuk kalimatnya sudah berubah sekali, sehingga terjadi perubahan yang drastis antara struktur luar Tsu dan struktur luar Tsa.23

“Harta sumber malapetaka”.

Bila memperhatikan terjemah ini, jelas sekali bahwa penerjemah melepaskan diri dari Tsu-nya.Ia ingin memunculkan persepektifnya sendiri, tanpa meghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu. Memang sepertinya terdapat distorsi makna, tetapi pokok pikiran penulis tetap terjembatani.Terjemahan di atas juga terlihat berbentuk parafasa yang jauh lebih pendek dari Tsu. Karena asal terjemahannya adalah “Harta

merupakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan manusia.”

3. Penerjemahan idiomatik

Saat menerjemahkan dengan metode ini mengharuskan untuk memberikan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih hidup dan lebih nyaman dibaca24. Contoh:

berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian”. Terjemaham ini memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam Tsa yang kebetulan mempunyai makna yang sejenis tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahannya, yaitu setiap kenikmatan itu hanya

23. Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(Tangerang: Dikara. 2010) h. 33

24. Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(32)

bisa diraih dengan kerja keras.Penerjemahan dengan metode ini termasuk

salah satu metode yang diterima oleh ahli, karena menjamin keteralihan pesan dan ide pada Tsu.

4. Penerjemahan komunikatif

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek kebahasaan dan isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan penerjemahan).25 Contoh:

Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging (awam),"

Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio (terpelajar)." Tsu di atas bias diterjemahkan dengan dua versi, disesuaikan dengan siapa target pembaca dan untuk tujuan apa Tsu diterjemahkan. Pesan yang sama selalu bias disampaikan dalam versi yang berbeda. Metode ini juga salah satu metode yang disarankan oleh para ahli.

3. Proses Penerjemahan

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah yang berusaha memperoleh pengetahuan mengenai penerjemahan paling tidak harus mengetahui apa yang dimaksud dengan proses penerjemahan. Soemarno mengatakan bahwa proses penerjamahan ialah langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada waktu dia melakukan

25 . Moch. Syarif Hidayatullah.

Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

(33)

penerjemahan. Secara umum proses penerjemahan itu terdapat tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Analisis

Dalam tahap ini sturktur lahir atau kalimat yang ada dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut kata atau kombinasi kata, makna tekstual, dan makna kontekstual. Tsu harus dibaca secara keseluruhan dan dipahami pesanya walaupun hanya secara garis besar.

b. Tahap Transfer

Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya lalu diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari Bsu ke dalam Bsa.

c.Tahap Restrukturisasi

Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dan sepadan dalam Bsa. Sehingga isi makna dan pesan yang ada dalam teks Bsu tadi disamapaikan sepenuhnya ke dalam Bsa secara sempurna26.

4. Syarat-syarat Sebagai Penerjemah

Seorang penerjemah tidak hanya dituntut sekedar memahami teks saja tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh calon penerjemah agar hasil terjemahan menjadi lebih baik dan berkualitas.

26 . Mooeryati Soedibyo,

Analisis Kontrastif Kajian Penerjemahan Frasa Nomina, (Surakarta:

(34)

Menurut Bathgate ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar menjadi penerjemah yang baik, yaitu:

A. Penerjemah harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran. Penguasaan Bsu dan Bsa berawal dari pembendaharran kosakata, pola pembentukan kata, dan aspek pemaknaan pada masing-masing bahasa.

B. Penerjemah harus memahami dengan baik isi atau bahan yang akan diterjemahkan dan mampu menerjemahkan sesuai dengan proyek yang akan diterjemahkan. Sebelum menerjemahkan sebaiknya mengetahui teks apa yang akan diselesaikan dan mampu memeberikan pemahaman yang sesuai dengan teks sumber. Misalnya dibantu dengan buku-buku yang masih terkait dengan pembahasan.

C. Penerjemah harus mampu menulis secara baik dan jelas dengan berbagai gaya tulis, serta ia harus biasa dengan teliti dan cermat terhadap naskah.

E. Penerjemah harus biasa berkonsultasi dengan orang yang ahli apabila merasa ragu dengan arti teks atau mengenai peristilahan. Jika teks-teks yang akan diterjemahkan banyak menggunakan kata-kata istilah sebaiknya penerjemah tidak malu-malu ataupun ragu menanyakan pada ahli makna atau pesan yang ada dalam teks sumber.

F. Penerjemah harus mempunyai pengalaman dalam menafsirkan sesuatu. G. Penerjemah harus berwatak rendah hati dan integritaas diri. Artinya,

penerjemah harus mampu mengukur kemampuannya sendiri dan senang meminta pertimbangan dengan orang lain.27

27. Vero Sudiati.

(35)

B. Gambaran Umum Masalah Kalimat Efektif 1. Definisi Kalimat

Semua bahasa mempunyai unsur kalimat. Kalimat merupakan satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang minimal terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), jika tidak memiliki S dan P, pernyataan itu bukanlah kalimat, melainkan frase. Kalimat juga merupakan unsur penting untuk mengungkapkan fakta, pikiran, sikap, dan perasaan. Hal ini pun harus di ungkapkan dalam kalimat efektif.28

Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan memahami definisi kalimat, ada baiknya penulis mencantumkan pendapat para tokoh bahasa mengenai definisi kalimat.Sebagai berikut:

a. Menurut Ramlan, Kalimat ialah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.29

b. Menurut Gorys Keraf, kalimat adalah suatu bagian ujaran, yang didahului dan diikuti oleh senyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa sebagian ujaran itu sudah lengkap.

c. Menurut Sultan Takdir Alihsabana, Kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap.30

d. Dalam literatur lain menyebutkan:

28. Minto Rahayu.

Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT Grasindo, 2007) h 79

29. Mansoer Pateda.

Linguistik Sebuah Pengantar. (Bandung: Angkasa, 2011) hal 98

30. Mansoer Pateda.

Linguistik Sebuah Pengantar. (Bandung: Angkasa, 2011) h99

31. Musthafa al-Ghalayini Jami’u durus ‘arabiyah. Juz 1 (Kairo: Maktabah sharuq

(36)

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, kalimat adalah satuan gramatikal yang memiliki pikiran lengkap, secara lisan intonasinya menunjukan bahwa sebagian ujaran itu sudah lengkap pula.Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!) dan disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca berupa spasi, koma (,), titik koma (;), titik dua (:), atau sepasang garis yang mengapit bentuk tertentu(- -). Sedangkan, dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titik nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan asimilasi bunyi.32

Sedangakan, Kalimat dalam bahasa Indonesia sama dengan kata

kalam)ما لا (dalam bahasa Arab. Kalimat)ةم ْلا (dalam bahasa Arab sama dengan kata dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana yang tertulis dalam

nadzham33 Alfiyah Ibnu Malik

“Kalam menurut istilah kami (ahli nahwu) ialah lafadz yang bermakna lengkap seperti ‘istaqim’ (luruslah kamu).Sedangkan isim, fiil, dan huruf, kalimnamanya.34”

Kalimat itu minimal terdiri dari dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Subjek dalam bahasa Arab bisa berupa ism dhamir (pronomina),

ism ‘alam (nama diri), sedangkan predikatnya bisa berupa ism dalam

32. Anton Moeliono.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),

h. 254

33.

Nadzam ialah sususnan bait (serupa syair) yang mengeluarkan kaidah-kaidah keilmuan.

34.Bahrun Abu Bakar,

(37)

kalimat nominal (jumlah ismiyah) atau bisa juga beupa fi’il dalam kalimat verbal (jumlah fi’liyah), dan harf dalam kalimat nominal.35

2. Jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia

Menurut strukturnya, kalimat dalam bahasa Indonesia berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal, gagasan bersegi-segi diungkapkan dalam kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif) atau campuran (koordinatif subordinatif).

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat sehingga membentuk konstituen SP.36Atau kalimat tunggaladalah kalimat yang hanya memiliki satu klausa.37Pada hakekatnya, jika dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas subjek dan predikat. Sebaliknya, kalimat yang sederhana pun bisa menjadi kalimat panjang dengan menambahkan keterangan berupa keterangan tempat, waktu dan alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang yang dapat ditelusuri setiap polanya. Pola-pola itu dimaksud dengan pola dasar kalimat, sebagai berikut:

35. Moch Syarif Hidayatullah. Abdullah.

Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern).

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010) h. 106

36. E. Zaenal Arifin.

Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta:

Akademika Presinndo, 1995), h. 84

37. Abdul Chaer.

(38)

i. S:KB + P: KK.

Contoh: Umur kita bertambah terus ii. S: KB + P: KS.

Contoh: Atlet itu cekatan sekali iii. S: KB + P: Kbil.

Contoh: Gedung Bank Daya Pusat tiga puluh tingkat iv. S: KB + (KD+KB).

Contoh: Cincin ini untuk kamu v. S: KB + P:KK + O: KB.

Contoh: Pemerintah menggalakkan ekspor nonmigas vi. S: KB + P:KK + O KB + O KB.

Contoh: Rusli membukakan ibunya pintu.

vii. S KB + P KB.

Contoh: Chairil Anwar Tokoh penyair kenamaan

Pada setiap pola kalimat dasar dapat diperluas dengan menambahkan kata setiap unsur-unsurnya, sehingga kalimat tersebut menjadi panjang dengan tetap mengetahui setiap unsur utamanya.38

b. Kalimat Majemuk Koordinatif

Kalimat majemuk adalah sebuah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Sedangkan kalimat majmuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau sederajat. Kalimat ini terdiri dari empat kelompok, yaitu:

38. Abdul Chaer.

(39)

a. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta. Jika kedua kalimat tunggal atau lebih sejalan, maka disebut kalimat majemuk setara penjumlahan. Contoh:

Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.

b. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi. Kata tetapi menunjukan pertentangan. Maka kalimat itu disebut kalimat setara pertentangan. Contoh:

Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar. c. Dua kalimat atau lebih dihubungkan dengan kata lalu dan kemudian.

Jika kejadian yang dikemukakan berurutan. Maka disebut kalimat majemuk perintah. Contoh:

Farah masak nasi, ikan, dan sayur, lalu ia makan bersama

keluarganya.

d. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau. Maka menunjukan pemilihan. Contoh:

Ardina bingung setelah lulus sekolah ingin kuliah atau bekerja.

c. Kalimat Majemuk Subordinatif

(40)

a) Kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi.

b) Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah. c) Meskipun dilarang oleh kakek, nenek pergi juga ke Jakarta. d) Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.

b. Kalimat Majemuk Kompleks

Kalimat yang memiliki tiga klausa atau lebih serta dihubungkan secara koordinatif dan ada yang dihubungkan secara subordinatif disebut kalimat majemuk kompleks.Kalimat in sering disebut sebagai kalimat majemuk campuran. Contoh:

Nenek membaca komik karena kakek tidak ada dirumahdan dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.

3. Definisi Kalimat Efektif

Dalam berbahasa keefektifan kalimat sangat menentukan. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar dan pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara dan penulis.

Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar tergolong menjadi kalimat efektif, yaitu:

(41)

2. Sanggup menuliskan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.39

Suatu kalimat akan dapat dikatakan efektif apabila apa yang dihasilkan dalam bentuk kalimat sesuai apa yang dipikirkan. Sebaliknya, suatu kalimat tidak efektif apabila kalimat sebagai wujud apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran seseorang.

Efektif atau tidaknya sebuah kalimat bergantung pada keberterimaan kalimat tersebut.“Yang menentukan keberterimaan sebuah kalimat adalah faktor gramatikal, faktor semantik, dan faktor nalar.”

4. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Kalimat efektif mempunyai delapan sifat atau ciri, yaitu: a. Kesatuan (kesepadanan struktur)

Kesatuan kalimat dapat dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, dan predikat-keterangan. Dalam penulisan kalimat yang panjang namun tidak memiliki S dan P. Ada pula kalimat yang secara gramatikal yang diantaranya oleh partikel. Hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca dan pendengar.40

39 . Gorys Keraf.

Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. (Jakarta; Nusa Indah, 1989) h.

36

40 . Ida Bagus Putrayasa.

Kalimat Efektif (Diksi, Stuktur, dan Logika). (Bandung; PT. Refika

(42)

Contoh:

Tidak efektif: Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak sehingga pada masa mendatang tidak seorangpun menunutut ganti rugi

Efektif: Peristiwa itu perlu mendapatperhatian dari berbagai pihak agar pada masa yang akan datang tidak ada seorang pun yang yang menentukan ganti rugi.

b. Kehematan (efisiensi bahasa)

Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu41. Kehematan itu dapat dilakukan dengan penggunaan kata-kata sesuai dengan bobot maknanya.42

Menurut Poerwadarminta, “penuturan yang ringkas pada umumnya kuat dan tegas. Penuturan yang luas karena banyak kata-katanya yang mubazir biasanya kabur.

Contoh:

Boros kata: Para pegawai perusahaan itu bekerja dengan produktif karena mereka merasa dihargai dan dilibatkan sebagai pribadi.

Hemat kata: Para pegawai perusahaan itu bekerja dengan produktif merasa dihargai dan dilibatkan sebagai pribadi.

41 . Ida Bagus Putrayasa.

Kalimat Efektif (Diksi, Stuktur, dan Logika). (Bandung; PT. Refika

Aditama, 2007) h.55

42. Abdul Ghafar Rakhsan.

(43)

c. Penekanan

Inti pikiran yang terkandung dalam setiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakam dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung oleh S dan P, sedangkan usur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain.

d. Kevariasian

Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang repetisi.Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan kesamaan bentuk. Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Sebab itu, ada upaya lain yang bekerja berlawanan dengan repetisi yaitu variasi.

Sebuah alinea terasa hidup dan menarik bila kalimat-kalimatnya berariasi dalam hal panjang-pendeknya, jenisnya, aktif-pasifnya, polanya atau gayanya.

e. Koherensi yang baik dan kompak

(44)

Contoh:

Tidak efektif: Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Efektif: Atas perhatian saudara, saya ucapkan terima kasih. f. Paralelisme

Bila variasi struktur kalimat merupakan suatu alat yang baik untuk menonjolkan gagasan sentral, maka paralelisme juga menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur atau konstruksi gramatikal yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu ditempatkan dalam strutur kata benda, maka kata-kata atau kelompok kata yang lain ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata-kata atau kelompok kata yang lain menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda; bila yang satunya di tempatkan dalam struktur kata kerja, maka yang lain-lainnya juga harus di tempatkan dalam struktur kata kerja.

Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam usur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.

(45)

Jelas/efektif: penghapusan pangkalan asing dan penarikan kembali tentang imperialis dari bumi Asia-Afrika yang hendak menciptakan masyarakat yang aman, damai, dan makmur.

g. Kelogisan bahasa

kelogisan atau penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Kelogisan pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah atau tidak pikirannya untuk dapat dipahami

h. Pengaruh bahasa asing

Tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh bahasa asing, pembentukan kata bahasa Indonesia diambil (diserap) dari beberapa bahasa. Misalnya saja dalam pembetukan kata-kata istilah. Istilah-istilah keilmuan didominasi oleh bahasa inggris dan yunani. Sedangkan, teks agama islam lebih didominasi dalam bahasa Arab sehingga pemakaian istilah yang berbahasa arab dianggap lebih agamis.

C. Sekilas Masalah Diksi 1. Definisi diksi

(46)

menerjemahkan satu teks bahasa sumber, bisa saja diterjemahkan dengan pemilihan kata yang berbeda tanpa merubah pesan yang dimaksudkan penulis bahasa sumbernya.

Diksi berdasarkan beberapa literatur, yaitu (1) menurut Keraf diksi adalah pemilihan kata. (2) Diksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pilihan kata yang tepat sesuai dengan struktur kalimat. (3) Menurut Harimurti Kridalakasana, diksi ialah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum.

Dapat disimpulkan diksi adalah pemilihan kata yang sesuai dengan kalimat atau dalam kejelasan lafal agar mudah dipahami oleh lawan bicara, atau pun pembaca. Pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan diperlukan penguasaan akan suatu bahasa yang antara lain adalah penguasaan kosa kata, artinya semakin banyak kata yang dikuasai, maka semakin mudah kitauntuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling sesuai dengan yang dimaksudnya.

Kecermatan diksi secara cermat akan menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembacanya. Dalam kaitan ini, menghubung-hubungkan kalimat dapat juga dilakukan dengan memperhatikan kecermatan diksi, karena akan menghasilkan relasi semantik atau hubungan makna yang kohesif.43

43. Wahyu Wibowo.

Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

(47)

Keraf (2010), berpendapat bahwa kesesuaian (kelayakan) diksi dapat dilihat berdasarkan pemakaian ragam formal (ragam baku), ragam tak formal (ragam tak baku), dan ragam cakapan.

Agar tercipta suatu kalimat yang efektif dan efesien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau pilihan kata sangatlah penting, bahkan mungkin vital, untuk menghindari terjadinya kesalapahaman. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atu kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.

2. Macam-macam Diksi

a. Pemakaian kata berdenotasi dan berkonotasi

Dalam studi linguistik ditegaskan bahwa kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasanaan tambahan makna disebut denotasi.Adapun maknanya disebut makna denotatif, makna denotasioanl, makna kognitif, makna konseptual, ideasional, makna referensial atau makna profosional. Jadi, makna denotatif itu disebut makna sebenarnya, makna yang ditunjuk oleh yang disimbolkan itu.

(48)

mengutamakan kata-kata denotatif demikian ini dibandingkan dengan kata-kata denotatif.

Makna konotatif adalah makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Konotasi atau konotatif sering disebut makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluative.

Dapat juga dikatan makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya. Maka, sebuah kata diartikan berbeda dengan masyarakat lainnya.Makna konotatif memiliki makna yang subjektif dan cenderung digunakan dalam situasi tidak formal.

b. Pemakaian kata bersinonimi atau berantonimi

Kata ‘bersinonim’ berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti sama. Secara lebih gamblang dapat dikatan bahwa sinonim sesunggahnya adalah persamaan makna kata. Adapaun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapan dan lafalnya tetapi memiliki makna sama atau hampir sama. Contoh: kata “’hamil’, ‘mengandung’ dan ‘bunting’. Ketiga bentuk kebahasaa itu dapat dikatan bersinonim karena bentuknya berbeda tetapi maknanya sama.

(49)

memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya berbeda atau bertentagan antara satu degan yang lainnya.

c. Pemakaian kata konkret dan abstrak

Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak. Kata-kata konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata-kata demikian itu akan mendapat ransang pancaindera. Jadi sesungguhnya kata-kata konkret menunjukan kata-kata yang dapat diindera.Lazimnya, kata-kata konkret dalam ilmu bahasa merupakan kata yang bukan kata jadian atau kata bentukan. Dengan perkataan lain, kata-kata yang sifatnya konkret itu melambangkan atau menimbolkan sesuatu, misalnya kata

‘kursi’ merupakan kata konkret yang sudah diketahui referennya.

Kata abstrak menunjuka pada konsep atau gagasan.Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit. Kalau kata-kata konkret lazim digunakan untuk membuat deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata abastrak lazim digunakan untuk persuasi dan/atau argumentasi bentuk-bentuk kebahasaan yang merupakan konsep tentu saja lebih tepat digunakan untuk meyampaikan gagasan, argumentasi, persuasi, bukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan barang atau benda.

(50)

kejernihan pemikiran dan ketajaman pikir, jadi pemaknaan makna untuk kata-kata abstrak itu bukan melalui indera.

d. Pemakaian keumuman dan kekhususan kata

Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dan denga kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah.

Kata-kata umum demikian ini lebih tepat diguan untuk argumentasi atau persuasi karena pemakaian yang disebutkan terakir itu ka dibuka kemungkinan-kemungkinan penafsiran yag lebih luas, yang lebih umum, yang lebih konfehensif. Apabila menggunakan kata khusus akan memberikan makna yang lebih universal, dan makna khusus akan lebih menjelaskan maknanya.

e. Pemakaian kelugasan kata

(51)

lugas, apa adanya, sesuai dengan fakta harus digunakan kelugasan dengan sebaik-baiknya.

f. Pemakaian keaktifan dan kepasifan kata

Dalam kerangka diksi atau pemilihan kata, yang dimaksud dengan kata-kata aktif bukanlah yang berawal ‘me-‘ dan tidak berawalan ‘di-‘. Adapun yang dimaksud dengan kata-kata aktif itu adalah kata-kata yang banyak atau sering digunakan oleh tokoh masyarakat. Karena banyak diperantikan oleh tokoh masyarakat, para selebritas, para jurnalis media massa, para dosen, para politisi, maka kata-kata yang semula tidak pernah digunakan itu menjadi semakin banyak digunakan dalam pemakaian kebahasaan.

(52)

BAB III

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS DAN PENERJEMAH RIYADHUS SHALIHIN

1. Imam Nawawi

A. Biografi Imam Nawawi

Beliau adalah Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mury bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an -Nawawi ad-Dimasyqi. Beliau lahir pada bulan Muharram tahun 631 H / 1233 M di desa Nawa, dekat kota Damaskus.

Beliau dididik dalam lingkungan yang dipenuhi dengan suasana ilmu syar’i dan keimanan.Disaat anak-anak sebayanya sibuk bermain, an-Nawawi justru sibuk dengan belajar. Saat usia baligh, beliau telah hafal Alquran dan belajar ilmu-ilmu dasar dari ulama yang berada di desanya.

(53)

Para pengarang buku-buku ‘biografi’ (Kutub at-Tarajim) sepakat, bahwa Imam an-Nawawi merupakan ujung tombak di dalam sikap hidup ‘zuhud’, teladan dalam sifatwara’ serta tokoh tanpa tanding dalam ‘menasehati para penguasa dan ber-amar ma’rufnahi munkar’.

Pada tahun 676 H/1277 M, Imam an-Nawawi kembali ke kampung halamannya, Nawa. Setelah mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya dari badan urusan Waqaf diDamaskus. Beliau dipanggil menghadap al-Khaliq pada tanggal 24 Rajab/ 22 Desember pada tahun itu. Di antara ulama yang ikut menshalatkannya adalah al-Qadly, ‘Izzuddin Muhammad bin ash-Sha`igh danbeberapa orang sahabatnya.

B. Sekilas Kitab Riyadhus Shalihin

(54)

Imam Nawawi berkata pada akhir pengantarnya, “Kemudian, aku mengumpulkan hadis sahih secara ringkas.”Mengenai perkataan Imam Nawawi ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani memiliki dua catatan (mulahazhah).Pertama maksud Imam Nawawi ialah menghimpun hadis-hadis yang kuat yang mencakup hadis shahih dan hadis hasan, sebagaimana yang diklarifikasi yang dipakai oleh para ulama hadis generasi pertama.Kedua, maksudnya kitab hadis secara umum, bukan yang sudah dikumpulkan di dalam kitab Riyadhus Shalihin.44

C. Karya-karya Imam Nawawi

Imam Nawawi melahirkan banyak karya yang sangat bermanfaat dan istimewa. Karya-karya meliputi berbagai disiplin ilmu syari’at, dan sebagian besar menjadi panduan penting bagi ulama dan kaum muslim sampai hari ini. di antara karyanya,45 yaitu:

1) Riyadhus Shalihin (نيحلا لا ضاير), kumpulan hadits mengenai etika, sikap dantingkah laku;

2) Minhaj ath-Thalibin (ىعفاشلا مامإا هقف ىف نيتفملا معو نىيبلاطلا جا نم) 3) Tahdzib al-Asma’ wal Lugah )ةغ لاو ءامسأا بي ت(

4) Taqrib al-Taisir )ري نلا ريشبلا ننس ةفرعمل ريسيتلاو بيرقتلا( pengantar studi hadits.

44. Toto Edi, Dkk. Ensiklopedi Kitab Kuning. (Pamulang; Aulia Press) h. 91 45. Toto Edi, Dkk. Ensiklopedi Kitab Kuning. (Pamulang; Aulia Press) h.

(55)

2. Salim Bahreisy (Penerjemah Riyadus Shalihin)

A. Biografi H. Salim Bahreisy dan Sekilas Terjemah Riyadhus Shalihin

Salim Bahreisy lahir di Kejeron pada tahun 1919, beliau pun tinggal bersama keluarga yang penuh religius. Berada di lingkungan yang agamis membuat beliau sarat untuk mendalami ilmu agama. Mensyiarkan agama islam yang sudah menjadi turun temurun baik secara langsung atau tidak langsung, dengan metode ceramah dan megajar serta menulis dan menerjemahkan buku. Beliau lebih banyak menerjemahkan buku-buku agama islam. Namun, sangat disayangkan ada beberapa karya beliau yang tidak diketahui penulis, “Ini hanya sebagian dari karya-karya abi yang saya tahu, saya pun masih melanjutkan beberapa karya abi yang belum diterbitkan seperti terjemahan Shahih Bukhari Muslim” tutur Pak Abdullah, salah satu putra H. Salim Bahreisy.

Buku terjemah kitab Riyadhus Shalihin diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy, yang telah dicetak sebanyak sepuluh kali (pada tahun 1987). Buku ini terdiri dari dua jilid. Jilid pertama terdiri dari 578 halaman dan jilid kedua 666 halaman. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Al-Ma’arif di Bandung. Ukuran 21 cm.

(56)

Penerj” sebagai tanda bahwa kalimat tersebut tidak tercantum di dalam teks sumber.

B. Karya-karya Imam Bahreisy

Imam Bahreisy menerjemahkan beberapa buku, yaitu: 1. Terjemah Riyadhus Shalihin. 2 Jilid (PT. Al-Ma’arif) 2. Terjemah Tafsir Ibnu Kastir (PT. Bina Ilmu)

3. Terjemah Al-lu’lu wa Marjan, 2 jilid (PT Bina ilmu) 4. Terjemah Bulughul Maram. (PT Balai Buku: Surabaya) 5. Pedoman Orang Saleh, 4 jilid.

6. Terjemah Al-hikam (PT Balai2 buku) 7. Doa2 luhur (PT Pustaka progresif)

8. Parameter Etika Muslim ( kandungan surat alhujurat), kajian pembelajaran untuk masyarakat.

9. Petunjuk Jalan yang Lurus (Terjemah Irsyadul Ibad lil Irsyadil Ibad).

10. Terjemah alquran Hakim

(57)

3. Ahmad Rofi’i Usmani (Penerjemah Riyadhus Shalihat)

A. Biografi Ahmad Rofi’i Usmani dan Sekilas Terjemah Riyadhus Shalihat

Ahmad Rofi Usmani, Lahir di Cepu, Jawa Tengah, pada 26 Januari 1953. Alumnus dan mantan pengurus Pondok Pesantren Krapyak Yogyakartan (1973-1974), kala itu di bawah bimbingan K.H. Ali Maksum (alm). Yang Pernah menjadi Rais Am syuriyah Pengurus besar Nahdlatul Ulama, ini menyelesaikan S1 Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada 1977. Selepas itu, pada 1978, dia diterima di fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Selama sekitar enam tahun di Mesir, mantan Ketua Lembaga Penelitian Ilmiah Persatuan Pelajar Indonesia di Mesir (1981-1983) ini juga menghadiri program pascasarjana di bidang sejarah dan kebudayaan islam di Fakultas Dar al-‘Ulum, Universita Kairo. Mesir. Di sisi lain, selama itu pula, dia juga mendalami bahasa Prancis di Lembaga Prancis di Kairo.

(58)

sebagian waktunya untuk menerjemahkan, menyunting, dan menyusun buku.

Buku terjemah kitab Riyadhus Shalihat diterjemahkan oleh A. Rofi’ Usmani, sebagai cetakan pertama pada tahun 2011. Buku ini terdiri dari satu jilid, berisikan 738 halaman serta dilingkapi dengan beberapa indeks, yaitu indeks Alqur’an, indeks nama, dan indeks umum. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Bandung.

Riyadhus Shalihat diterjemahkan dan diringkas dari Riyahus Shalihin karya Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf Al-NAwawi Al-Damasyqi. Dalam kitab Riyadhus Shalihat hanya ada 964 hadis.Penulis meneliti pada bab fadhail, yang terdiri dari 63 bab terdiri dari 203 hadis.

B. Karya-Karya Ahmad Rofi’i Usmani

(59)

BAB IV

ANALISIS DATA

Buku terjemahan kitab Riyadhus shalihin karya H. Salim Bahreisy dan Riyadhus shalihat karya A. rofi’ Usmani ini cukup banyak terdiri dari beberapa bab, namun yang akan dianalisis hanya hadis-hadis fadhail

a’mal. Sementara, yang menjadi bahan analisis oleh kami hanya delapan

hadis saja. Delapan hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Paralelisme

H. Salim Bahreisy A. Rofi’ Usmani

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Dan apabila berkumpul suatu kaum dalam majlis (baitullah) untuk membaca kitab Allah dan mempelajari, maka pasti turun pada mereka ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat dan diingati oleh Allah di depan para malaikat yang ada padanya (Muslim)

Dituturkan dari Abu Hurairah r.a. (bahwasanya) Rasulullah Saw. bersabda, “Jika suatu kaum berkumpul pada salah satu rumah Allah, sedangkan mereka membaca dan mempelajari Al-Quran, turunlah ketenangan ditengah-tengah mereka. Dan mereka senantiasa meliputi rahmat, dikerumuni malaikat, dan disebut-sebut Allah di depan malaikat yang berada di sisi-Nya.”

(60)

Analisis:

Dalam terjemahan hadis ini kami menemukan empat kata yang diterjemahkan secara berbeda, terjemahan kata yang dimaksud sebagai berikut:

No. Kata Terjemah

H. Salim Bahreisy

Terjemah A. Rofi Usmani

1 Turun Turunlah

2 Diliputi Meliputi

3 Dikerumuni Dikerumuni

4 Diingati Disebut

H. Salim Bahreisy menerjemahkan kata تلزن menjadi turun, terjemahan kata perkata sudah benar, namun kata ini tidak tersampaikan pesannya ketika disandingkan dengan kata ةني سلا. Kata yang tepat adalah memperoleh, maka تلزن ةني سلا diartikan memperoleh ketenangan. تيشغ diartikan diliputi, sedangkan

dalam kamus Al-Munawwir diterjemahkan mendatangi. Kata diliputi atau mendatangi tidak tepat ketika bersandingan dengan kata rahmat, lebih tepat kata ini dipadankan dengan memperoleh. Maka ةمحرلا تيشغ terjemahnya adalah memperoleh rahmat. تفح diartikan dikerumuni, kata ini lebih baik diartikan

(61)

H. Rofi’ Usmani menerjemahkan kata تلزن dengan turunlah, beliau menambahkan partikel –lah, yang merupakan untuk penegasan. Sehingga padanan tidak sesuai, padanan yang lebih tepat adalah memperoleh, kata تيشغ dalam kamus Al-Munawwir kata ini diterjemahkan dengan menutupi, menyelimuti, dan menyelubungi, beliau pun mengartikan dengan meliputi, padanannya tidak pas ketika kata itu disandingkan dengan kata rahmat, maka

padanan yang lebih tepat adalah mendapat, dengan dikerumuni, padanan

yang lebih baik adalah mengerumuni, dengan disebut-sebut, padanan yang

lebih tepat adalah menyebut-nyebut.

Kata-kata dan

adalah sejajar. Maka dalam

menerjemahkannya harus sejajar pula. Selain itu, kami juga menemukan ada frase

yang salah diartikan, yaitu

.

H. Salim Bahreisy mengartikan

(62)

mengerumuni mereka, serta Allah menyebut-nyebut mereka di depan para malaikatSehingga terjemahan hadis di atas menjadi:

Abu huraira r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, apabila suatu kaum berkumpul dalam majlis dzikir lalu membaca dan mempelajari Alquran, niscaya

Mereka memperoleh ketenangan, mendapat rahmat, dan malaikat mengerumuni mereka, serta Allah menyebut-nyebut mereka di depan para malaikat (H.R.Muslim)

2. Pengaruh Bahasa Asing

H. Salim Bahreisy B. Rofi’ Usmani

Ibnu Mas’ud r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda,: siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka mendapat hasanat dan setiap hasanat mempunyai pahala berlipat sepuluh kali. Saya tidak berkata: alif lam mim itu satu

(63)

huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.

kali lipat, aku tidak mengatakan, alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.

Analisis:

Dalam terjemahan hadis ini, kami menemukan satu kata yang diterjemahkan berbeda, yaitu kata ةنسح.

H. Salim Bahreisy menerjemahkan kata dengan hasanat, tetap pada

kata Tsu-nya. Kata atau istilah hasanat ini tidak ada dalam KBBI. Kata hasanat dalam kamus Al-Munawwir artinya anugerah, kebaikan, dan perbuatan baik. Apabila diartikan hasanat maka tidak tepat dan tidak sepadan dalam bentuk Tsa, lebih tepat disepadankan dengan kata kebaikan. Sedangkan, A. Rofi Usmani

menerjemahkan kata dengan kebajikan. Padanan ini pun tepat atau sesuai

dengan konteksnya. Menurut sebaiknya kata diartikan dengan kebaikan.

Karena maknanya sesuai dengan Tsa.

Maka menurut kami terjemahan hadis adalah:

Terjemah H. Salim Bahreisy Terjemah A. Rofi’ Usmani

(64)

Ibnu Mas’ud r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang

membaca satu huruf Alquran maka dia mendapatkan kebaikan, satu kebaikan itu

dibalas dengan sepuluh kali lipat, saya tidak berkata alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, mim satu huruf, dan lam satu huruf. (H.R. Attirmidzi).

3. Pemborosan Kata

Untuk kategori ini, kami menemukan dua hadis, yaitu:

3.1

A. Rofi’ Usmani H. Salim Bahreisy

Dituturkan dari Usman bin Affan r.a.، “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Setiap muslim ketika waktu shalat fardhu tiba kemudian menyempurnakan wudhu dan khusyu dalam shalat. Niscaya shalatnya menjadi penebus (kaffarah) atas dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya selama dia tidak Usman bin Affan r.a. berkata: Saya

Referensi

Dokumen terkait