• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Komunikasi Siswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung (studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Siswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung Dalam Meni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Komunikasi Siswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung (studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Siswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung Dalam Meni"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA BANDUNG

(Studi Kasus tentang Perilaku Komunikasi Siswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung

dalam Meningkatkan Citra Diri Di Lingkungan Sekolahnya)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

DINDIN ACHAMAD RIFAI NIM. 41810089

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

Scholarship Recipients At SMK 3 Bandung In Improving Their Self Imaging In The School Environment)

By :

Dindin Achamad Rifai Nim : 41810881

The research under the guidance of : Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si.

This study was performed to indentity the communication behavior of the city government scholarship recipient at SMK 3 Bandung in inproving their self-imaging in the school environment. The research analyzed the communication behavior seen from verbal communication, non-verbal communication, and communication abstacles.

The research approach was the qualitive approach and the research method was the studiycase method. The collecting hechnique of the data was done by way of discussing, observation,documentation,literature reviewing, and internet searching. The selecting technique of the informants was the purposive sampling technique.

That considered the goal of the research. The result of the research showed the communication used. The verbal communication of the scholarship recipments determined by the words spoken. They also used the nonverbal communication in communication with their teacher or the often students seen from their body gesture and the facial expression. The communication abstacle that accured was their embarrassment to communication better with the teacher or the other students in the shool environment.

The counsel of the research was that they should not be ashamed that they got the scholarship. They have to be motivated by the scholarship and they have to be more diligent because the shool have halped them through the scholarship. The school that administer the scholarship have to be always motivation the students, especially.

(3)

komunikasi dapat dijelaskan dari beberapa pengertian komunikasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin communication yang yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan,peran serta, atau kerjasama. Asal katanya sendiri berasal dari kata communisyang (bersifat umum, sama, atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya communicare yang berarti berdialog, berunding atau bermusyawarah.

“Dengan komunikasi orang akan memeperoleh

informasi, pengetahuan, pengalaman, terbentuknya saling pengertian,berlangsungnya sebuah percakapan, keyakinan,

kepercayaan, dan control juga sangat

diperlukan”(Mulyana,2012:15).

Perilaku komunikasi ini dapat diamati memalui simbol-simbol seperti dalam interaksi simbol-simbolik kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan mengguanakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara

manusia mengguanakan simbol-simbol yang

mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak dalam interaksi sosial.

“Perilaku komunikasi merupakan perilaku yang lahir

dari intregrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai mahluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan lingustik, interaksi, dan keterampilan budaya” (Prof. Engkus Kuswarno 2013: 104)

Peneliti menyimpulkan bahwa simbol-simbol merupakan bagian dari perilaku komunikasi yang

dilakukan manusia dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Dalam hal ini perilaku komunikasi siswa penerima beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU), dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya.

(4)

diperjuangkan tidak hanya pendidikan yang biasa tetapi pendidikan yang berkualitas sehingga menghasilkan bangsa yang bermartabat. Pendidikan adalah salah satu bagian penting dalam proses kehidupan, artinya setiap warga Kota

Bandung berhak mendapatkan pendidikan untuk

kelangsungan hidupnya.Pendidikan di Kota Bandung belum merata masih banyak yang putus sekolah. Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di kota Bandung . Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatanpendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah kota Bandung dalam hal ini dinas pendidikan dan mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di kota Bandung.

Menurut pendataan dinas pendidikan Kota Bandung 70 persen anak jalanan yang putus sekolah karena kendala biaya, untuk itu dinas pendidikan Kota Bandung mencanangkan Program beasiswa untuk mereka yang ingin sekolah tetapi memiliki kendala biaya. Rata-rata anak yang putus sekolah adalah anak yang ingin melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas (SMA), atau sekolah menengah kejuruan (SMK).

Peneliti memilih SMK Negeri 3 Kota Bandung sebagai tempat penelitian dikarenakan beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU), yang diberikan kepada SMK lebih banyak dibandingkan dengan SMA di Kota Bandung. Dinas pendidikan kota Bandung memberikan quota yang lebih banyak dikarenakan SMK diprogramkan untuk siap kerja oleh karena itu dari anggaran dan quota lebih banyak dari SMA di Kota Bandung.

(5)

bantuannya maupun dari penerima beasiswa.Bantuan beassiwa BAWAKU selalu berubah setiap tahun dari segi anggarannya tidak selalu tetap. Untuk SMK Negri 3 murid yang menerima beasiswa adalah sebanyak 300 siswa/siswi sedangkan yang di ajukan kepada dinas pendidikan adalah sebanyak 450 siswa/siswi. Bukan hanya permasalahan dari sisi pemberian beasiswanya saja tetapi juga dari penerima beasiswa bantuan khusus Walikota pun bermasalah. Menurut guru bimbingan konseling (BK) SMK Negri 3 Kota Bandung ada beberapa orang tua murid yang mengeluh karena anaknya merasa malu mendapatkan beasiswa tersebut dikarenakan memang cara untuk mendapatkan beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU) terlalu mudah hanya sekedar mempunyai surat keterangan tidak mampu sudah bisa mendapatkan beasiswa BAWAKU. Untuk itu guru dan kesiswaan yang menjadi kordinator atau orang yang memegang beaiswa BAWAKU memberikan arahan kepada siswa/siswi yang menerima beasiswa BAWAKU supaya tidak merasa minder atau malu karena mendapatkan beasiswa tersebut.

Selain peran guru yang memegang beasiswa BAWAKU peran walikelas juga penting untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi siswa/siswi penerima beaiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU) dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya seperti mengetahui simbol-simbol yang diberikan siswa/siswi penerima BAWAKU seperti dalam teori interaksi simbolik menjelaskan bahwa Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol .

Interaksi simbolik menjelaskanbahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Sementara itu tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama proses interaksi. (Kuswarno 2013:114)

(6)

selain dengan membangun hubungan dengan individu lain

melalui interaksi.” (Ardianto 2007:136)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah dan membaginya menjadi rumusan masalah makro dan mikro.

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Peneliti merumuskan masalah makro dari penelitian ini yaitu:

Bagaimana Perilaku Komunikasi penerima beasiswa

bantuan khusus Walikota (BAWAKU) dalam

meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya?

1.2.2 Rumusan masalah Mikro

1. Bagaimana Komunikasi Verbal siswa/siswi penerima beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU) di lingkungan SMKN 3 Kota Bandung dalam meningkatkan citra dirinya?

2. Bagaimana Komunikasi Non Verbal siswa penerima beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU) dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya?

3. Bagaimana Hambatan Komunikasi siswa/siswi penerima beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU), ) dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya?

II. Metode Penelitian

(7)

fakta dari plurarisasi dunia kehidupan. Metode ini diterapkan untuk melihat danmemahami subjek dan objek penelitian yang meliputi orang,lembaga berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya. Melalui pendekatan ini akan terungkap gambaran mengenai aktualisasi,realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatifdimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang danmenafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya. Peneliti dalam hal iniberusaha memahami dan menggambarkan apa yang dipahami

dandigambarkan subjek penelitian”. (Gunawan, 2013: 81)

III. Pembahasan

Penelitian ini berfokus pada perilaku komunikasi siwa/siwi penerima beasiswa bantuan khusus walikota di SMK 3 Kota Bandung., sehingga peneliti memfokuskan masalah pada komunikasi verbal, komunikasi nonverbal dan hambatan komunikasi yang dihadapi siswa/siswi penerima beasiswa BAWAKU.

Dalam sub bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan melalui tahap wawancara, observasi dan dokumentasi di lapangan. Pembahasannya akan dimulai dari komunikasi verbal yang dilakukan oleh siswa/siswi penerima beasiswa bantuan khusus walikota/ BAWAKU.Dimana didalamkomunikasi verbal terdapat bahasa, kata-kata.

Dimulai dari bahasa yang digunakan.Untuk bahasa yang digunakan, semua informan utama yaitu siswa penerima beasiswa mereka menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari dalam berkomunikasi. Kata-kata yang keluar dari siswa penerima beasiswa pada saat diberitahu mendapat beasiswa bantuan khusus Walikota adalah mengucap syukur Alhamdulillah dan beberapa hanya mengucap terimakasih dan ada pula yang memang tidak mengucapkan apa-apa pada saat diberitahu mendapat beasiswa oleh Guru.

4.2.1 Komunikasi Verbal Siswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU)

(8)

pikiran, dan maksudkita.Bahasaverbalmenggunakankata-kata yangmempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita

Seperti yang dikatakan siswa/siswi penerima beasiswa ucapan verbal terimakasih langsung kepada pihak sekolah menandakan bahwa memang siswa/siswi penerima beasiswa merasa tertolong oleh bantuan dari pihak sekolah sehingga tidak segan mengucapkan terimaksih dan banyak dari mereka berjanji untuk tidak menyianyiakan bantuan beasiswa BAWAKU dari sekolah.

4.2.2 Komunikasi Nonverbal Siswa/Siswi Penerima

Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU)

Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunakan limgkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Setelah membahas mengenai komunikasi verbal yang digunakan siswa/siswi penerima beasiswa BAWAKU, selanjutnya peneliti akan membahas mengenai komunikasi nonverbal yang digunakan siswa/siswi penerima beasiswa BAWAKU.Setelah pihak sekolah mengumumkan beasiswa kepada siswa/siswi calon penerima beasiswa BAWAKU, mereka langsung mengusap muka ketika pihak sekolah memberitahukan bahwa mereka layak menerima bantuan beasiswa BAWAKU dari pihak sekolah. . Terlihat dari raut wajah atau expresi muka penerima beasiswa yang memang senang menerima beaiswa BAWAKU dari pihak sekolah contohnya mereka senyum kepada guru yang memberikan beasiswa tersebut.

4.2.3 Hambatan Komunikasi Siswa/Siswi Penerima

Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU)

(9)

kata-kata apa yang pertama kali di ucapkan ketika diberitahukan mendapatkan beasiswa BAWAKU.

4.2.5 Perilaku Komunikasi Siswa/siswi Penerima

Beasiswa Bantuan Khusus Walikota Di SMK Negri 3 Kota Bandung

Pada bab IV ini peneliti meneliti tentang perilaku komunikasi siswa/siswi penerima beeasiswa BAWAKU. Seperti yang dijelaskan oleh Kuswarno (2013:103) yaitu penggunaan lambang-lambang komunikasi. Lambang-lambang dalam perilaku komunikasi terdiri dari Lambang-lambang verbal dan non verbal.Selain verbal dan non verbal peneliti meneliti tentang bagaimana hambatan komunikasi yang terjadi pada siswa/siswi penerima beaisiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU). Peneliti mengamati bahasa verbal dan non verbal yang digunakan siswa/siswi penerima beaiswa BAWAKU pada saat berkomunikasi dengan guru ataupun siswa/siswi lainnya dilingkungan sekolah adapun hambatan komunikasi yang terjadi antara siswa/siswi penerima beaiswa dengan guru mapun dengan murid yang tidak mendapat beaisiswa BAWAKU.Diawali dari komunikasi yang terjadi antara siswa/siswi penerima beasiswa pada saat pihak sekolah mengumumkan di aula sekolah dan langsung memberikan arahan oleh guru yang langsung memberikan beasiswa BAWAKU kepada murid yang menerima bantuan beasiswa tersebut.

dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

IV. Simpulan

Setelah melalui proses analisis, observasi dan berbagai pembahasan, maka

kesimpulan penelitian terhadap “Perilaku Komunikasi Siswa/siswi Penerima Beasiswa BantuanKhususWalikota (BAWAKU) dalam

meningkatkan Citra Diri dilingkungan sekolahnya” adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Verbal,

(10)

beasiswa BAWAKU. 2. Komunikasi Nonverbal,

yang digunakan olehsiswa/siswi penerima beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU) pada saat diberikan arahan

mengenai beasiswa BAWAKU kebanyakan mengusap muka atau menganggukkan kepala dan menerima masukan dari Guru yang memberikan beasiswa bantuan khususWalikota (BAWAKU). Tetapi tidak semua menerima ada siswa/siswi yang merasa malu saat mendapatkan beasiswa yaitu dari gesture tubuh yang

menundukan kepala saja diberikan arahan mengenai beasiswa BAWAKU.

3. Hambatan Komunikasi

terjadi pada siswa yang merasa malu mendapatkan bantuan beasiswa BAWAKU dan merasa minder oleh lingkungan atau teman-teman sekolahnya. Tetapi hambatan komunikasi tidak terjadi kepada siswa yang memang membutuhkan beiasiswa tersebut terbukti mereka tidak menemukan hambatan apa-apa saat diberitahukan atau diberi arahan saat mendapat beasiswa

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Sumberbuku

Effendy,2003,Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Denzin, Norman.K. 2009.Handbook Of Qualitative Research.Yogyakarta: PustakaPelajar.Devito, 1989.

Budyatna M, Dr, Mutmainah, Nina Dra. 2004.Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta:Penerbitan Universitas Terbuka.

Kuswarno, Engkus. 2009.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. BumiAksara

Mulyana, Deddy. 2002. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung :Widya Padjadjaran Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana ,Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Creswell, John . 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five Traditions .London : SAGE Publication.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Rohinah. M. Noor. 2011. Pendidikan Karakter BerbasisSastra, Solusi Pendidikan Moral yang Efektif. Jakarta :Ar-Ruzz Media

(12)

yang berprofesi sebagai music arranger. Universitas Komputer Indonesia Pola Komunikasi Guru dan Siswa Siswi Smp Negeri 16 Bandung Dalam Program Rebo Nyunda (Studi Kasus Mengenai Pola Komunikasi Guru dan Siswa Siswi SMP Negeri 16 Bandung Dalam Program ReboNyunda)

Sumber Online

http//edukasi.kompasiana/2015/01/24/pentingnya-pendidikan-dikotabandung-675065.html

(13)

iv

Scholarship Recipients At SMK 3 Bandung In Improving Their Self Imaging In The School Environment)

By :

Dindin Achamad Rifai Nim : 41810881

The research under the guidance of : Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si.

This study was performed to indentity the communication behavior of the city government scholarship recipient at SMK 3 Bandung in inproving their self-imaging in the school environment. The research analyzed the communication behavior seen from verbal communication, non-verbal communication, and communication abstacles.

The research approach was the qualitive approach and the research method was the studiycase method. The collecting hechnique of the data was done by way of discussing, observation,documentation,literature reviewing, and internet searching. The selecting technique of the informants was the purposive sampling technique.

That considered the goal of the research. The result of the research showed the communication used. The verbal communication of the scholarship recipments determined by the words spoken. They also used the nonverbal communication in communication with their teacher or the often students seen from their body gesture and the facial expression. The communication abstacle that accured was their embarrassment to communication better with the teacher or the other students in the shool environment.

The counsel of the research was that they should not be ashamed that they got the scholarship. They have to be motivated by the scholarship and they have to be more diligent because the shool have halped them through the scholarship. The school that administer the scholarship have to be always motivation the students, especially.

(14)

iii

KOTA BANDUNG

(Studi Kasus Tentang Perilaku KomunikasiSiswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung

dalam Meningkatkan Citra Diri Di Lingkungan Sekolahnya) Oleh :

Nama : Dindin Achamad Rifai NIM : 41810881

Skripsi Ini Dibawah Bimbingan : Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini, bertujuan untuk mengkaji mengenai mengetahui perilaku komunikasi siswa/siswi penerima beasiswa bantuan khusus walikota (BAWAKU) di smk negri 3 kota Bandung dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya. Penelitian ini menganalisa tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal komunikasi nonverbal dan hambatan komunikasi.

Pendekatan penelitian adalah kualitatif, metode penelitian adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung ke lapangan, dokumentasi,studi pustaka dan internet searcing. Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan adalah menggunakan purposive sampling melalui pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitan.

Hasil penelitian, menunjukan bahwa perilaku komunikasi siswa penerima beasiswa dilihat dari komunikasi verbal yang digunakan. Komunikasi verbal siswa penerima beasiswa BAWAKU dilihat dari pengungkapan melalui kata-kata atau lisan. Siswa/siswi penerima beasiswa juga menggunakan komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi dengan guru ataupun siswa/siswi lainnya yang tidak menerima beasiswa BAWAKU. dilihat dari gesture tubuh dan expresi wajah. hambatan komunikasi yang terjadi pada siswa/siswi penerima beasiswa terjadi karena siswa/siswi merasa malu dalam berkomunikasi baik dengan guru ataupun siswa/siswi lainnya.

Saran, dari penelitian ini adalah seharusnya siswa/siswi tidak usah merasa malu pada saat mendapatkan beasiswa BAWAKU dan siswa/siswi harus termotivasi oleh beasiswa BAWAKU untuki lebih rajin lagi belajar karena sudah diringankan oleh pihak sekolah. Untuk sekolah yang memberikan beasiswa agar bisa memberikan motivasi kepada siswa/siswi yang merasa minder atau malu pada saat mendapatkan beasiswa.

(15)

11 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung pelengkap, pembanding dan member gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian ini.

Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Perilaku Komunikasi :

Tabel 2.1

PENELITIAN TERDAHULU

No

Nama

Peneliti JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1 Euis Ratna

Sari

(41810133)

Perilaku Komunikasi Penyandang Autis Yang Berprofesi Sebagai Music Arranger (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Penyandang Autis Yang Berprofesi Sebagai Music Arranger Dengan Para Personil Band Indie Kota Bandung)

(16)

2 Rizky Apriansyah Ramadhan (41810004)

Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dengan Anak Tunagrahita (Studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB C Merpati)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi yang dilakukan orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita di SLB C Merpati Jakarta Pusat. Penelitian ini menganalisa tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, dan hambatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Uji keabsahan yang digunakan adalah ketekunan pengamatan, pemeriksaan sejawat dengan diskusi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi guru dan siswa-siswi SMP Negeri 16 Bandung dalam program rebo nyunda. Untuk menjawab masalah di atas, maka diangkat sub-fokus penelitian yang meliputi proses komunikasi dan hambatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Informan penelitian berjumlah 6 orang. Informan dipilih dengan teknik proposive sampling. Sebagian besar data dikumpulkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumentasi, internet searching, dan didukung oleh studi pustaka serta triangulasi data. Adapun teknik analisa data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan evaluasi.

(17)

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1. Definisi Komunikasi

Sebagai mahluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi komunikasi, bahkan ketika manusia itu diam manusia itu sedang berkomunikasi, mengkomunikasikan keadaan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti berkomunikasi, komunikasi pun dapat kita temukan di semua sendi-sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi antara manusia dengan manusia lain pasti terdapat komunikasi.1

Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial murni, ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak-tanduk perilaku manusia, sedangkan perilaku atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk perkembangan zaman.

Pengertian komunikasiberasal dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, peran serta, atau kerja sama. Asal katanya sendiri berasal dari kata communis yang berati common (bersifat umum, sama, atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya communicare yang berati berdialog, berunding atau bermusyawarah. Berdasarkan Buku Mengenal Ilmu Komunikasi, komunikasi menurut Sir Geral Barry (2010:15)menyatakan :

1

(18)

“Dengan komunikasi orang akan memperoleh informasi,

pengetahuan, pengalaman, terbentuknya saling pengertian, berlangsungnya sebuah percakapan, keyakinan, kepercayaan, dan control juga sangat diperlukan”

Dan menurut Effendi (1993:28) menyatakan :

“Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia,

dimana yang dinyatakan itu adalah ppikiran, perasaan seseorang kepada orang lain, dengan menggunakan bahasa sebagai alat

penyalurnya”

Definisi komunikasi yang dikemukakan itu belum mewakili definisi-definisi yang dibuat oleh para ahli, karena komunikasi menyangkut banyak tahap sehingga sifatnya dinamis atau berkembang, karena itu sebuah kegiatan komunikasi disebut sebagai sebuah proses komunikasi.Dari definisi yang telah dikemukakan tersebut kita sedikit memperoleh gambaran tentang komunikasi tersebut, bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan seperti mendapatkan informasi yang menggunakan bahasa sebagai alat bertukar informasi tersebut.

2.1.2.2. Komponen Komunikasi A. Communicator (Komunikator)

(19)

umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif.

B. Message (Pesan)

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal yakni dengan menggunakan bahasa dan secara non verbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan.

C. Channel (Media)

Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu

“menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada

komunikan.

(20)

diutarakan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif atau negatif.

E. Effect, Impact, Influence (Efek)

Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator.Tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator terhadap isi pesan, yang dapat menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak.

2.1.2.3. Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan Pendapat (opinion change) c. Perubahan Perilaku (behavior change)

(21)

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.3.1. Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan di kehidupan sehari-hari, sebagian besar kegiatan komunikasi tersebut berlangsung salam situasi komunkasi antar pribadi.

“Komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antadua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan

menanggapi secara langsung pula.”

Menurut Devito (1989) komunikasi antar pribadi adalah :

“Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknyadan dengan peluang untuk memberikan umpan balik

segera” (Suranto,2011: 4).

Berdasarkan definisi itu komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang yang sedang berdua atau lebih yang dalam suatu pertemuan. Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses, dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi.Komunikasi antar personal dianggap efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan.

2.1.3.2. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

(22)

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Mengungkapkan perhatian kepada orang lain, misalnya saat berkomunikasi dengan cara tersenyum, melambaikan tangan, menyapa, dan sebagainya.

b. Menemukan diri sendiri

Ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain.

c. Menemukan dunia luar

Dengan komunikasi antar pribadi diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai macam informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan actual.

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Di tujukan untuk memlihara hubungan sosial dengan orang lain, karena sebagai makhluk sosial salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

(23)

f. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi antar pribadi dapat mengihalsilkan kerugian akibat salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.

2.1.3.3. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang mempunyai efek besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Hal ini disebabkan, biasanya pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak antara komunkator dan komunikan (face to face).Oleh karena saling berhadapan muka, maka masing-masing pihak dapat langsung mengetahui respon yang diberikan, serta mengurangi tingkat ketidak jujuran ketika sedang terjadi komunikasi.

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya“The Interpersonal Communication Book”(Devito, 1989:4) komunikasi antarpribadiadalah:

The process of sending and receiving message beetwen two person, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback(proses pengiriman dan penerimaanpesan-pesan antara dua orang, atau diantara kelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan

balik dalamberkomunikasi secara seketika)”. (Effendy, 2000:60).

(24)

2.1.4 Tinjuan Tentang Interaksi Simbolik

Karakteristik teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol (Wirawan, 2012: 109).

Interaksi simbolik menjelaskanbahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Sementara itu tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama proses interaksi. (Kuswarno 2013:114)

“Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui

interaksi.” (Ardianto 2007:136)

(25)

Pada prinsipnya, interaksi simbolik berlangsung diantara berbagai pemikiran dan makna yang menjadi karakter masyarakat.Dalam interaksi simbolik kedirian individual (one self) dan masyarakat sama-sama merupakan aktor.Individu dan masyarakat merupakan satu unit yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling menentukan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, tindakan seseorang adalah hasil stimuli internal dan eksternal atau dari bentuk sosial diri dan masyarakat. (Wirawan, 2012: 119).Dalam buku

I.B Wirawan yang berjudul “Teori-teori Sosial DalamTiga Paradigma” pun

interaksi simbolik didefinisikan:

“Interaksi simbolik juga didefinisikan secara implisit melalui gerakan

tubuh. Dalam gerakan tubuh, interaksi simbolik akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara atau vocal, gerakan fisik dan sebagainya. Seluruhnya mengandung makna. Suatu ide atau hubungan antara beberapa ide dapat disimbolkan oleh manusia sebagai objek. Objek berarti realitas sosial yang dapat berbentuk institusi interaksi sosial.Para partisipan dapat merencanakan aksi dan mengorganisasi

tingkah laku melalui makna dari simbol yang dimiliki.” (Wirawan,

2012: 120).

2.1.5 Tinjuan Tentang Perilaku Komunikasi

(26)

Kebutuhan manusia akan pengetahuan atau informasi akan memaksa manusia tersebut untuk bergerak mencari tahun tentang rasa kepenasaranya akan suatu hal. Sehingga dalam proses pencarian inilah seorang manusia akan terus bergerak dan mencari sampai rasa haus atau penasaran itu terobati atau terpenuhi. Dalam bentuk komunikasi ini merupakan proses penafsiran seseorang terhadap perilaku lawannya, dapat berbentuk percakapan, gestur tubuh (body language), kemudia lawan biacara memberikan respon atau reaksi akan hal itu.

Meninjau pada Kuswarno (2013:103) perilaku komunikasi yaitu penggunaan lambang-lambang komunikasi. Lambang-lambang dalam perilaku komunikasi terdiri dari lambang verbal dan non verbal.

Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons) terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi tingkah laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa kognisi sosial, persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dariperistiwa atau proses belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab musabab perilaku harus dicari pada lingkungan eksternal manusia bukan dalam diri manusia itu sendiri.

(27)

1984: 245). Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan yaitu perilaku atau kebiasaaan seseorang umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu dan untuk memperoleh tujuan tertentu.

Berdasarkan dari definisi yang telah diungkapkan sebelumnya,perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalamlingkungan dan situasi komunikasi yang ada. Atau dengan kata lain, perilaku komunikasi adalah cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yangdianut seseorang, keluarga, atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi juga berarti tindakan responden dalam mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada didalam jaringan komunikasi masyarakat. Jika mengikuti pengertian komunikasi dari model-model linier, maka perilaku komunikasi berarti tindakan atau respon terhadap sumber dan pesan. Sedangkan jika mengikuti model-model transaksional, maka komunikasi berarti tindakan seseorang sebagai pelaku komunikasi (komunikan), karena disini komunikasi diartikan sebagai saling berbagi pengalaman. (Tubs and Silvya, 1993: 342)

2.1.6. Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.6.1. Definisi Komunikasi Verbal

Manusia sebagai makhluk sosial sering berinteraksi dan bertukar informasi melalui bahasa dan juga symbol-simbol.

“Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi,

(28)

alami.Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal” (Deddy Mulyana, 2005).

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51).

2.1.6.2. Macam-macam Bahasa Verbal

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan maksudkita.Bahasaverbalmenggunakankata-kata yangmempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita. Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :

1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

(29)

2.1.6.3 Tata Bahasa Verbal

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata, pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal 2.1.7.1. Definisi Komunikasi Non Verbal

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (Riswandi, 2009:69), mendifisikan :

“Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunakan limgkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau

penerima”

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.

2.1.6.2. Ciri-Ciri Umum Pesan Non Verbal

Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan non-verbal mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

(30)

2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang membantu menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal. 3. Pesan verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan

non-verbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling bertentangan.

4. Pesan non-verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling bertentangan, kita mempercayai pesan non-verbal.

5. Komunikasi non-verbal di kendalikan oleh aturan.

6. Komunikasi non-verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non-verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik verbal maupun non-verbal.

2.1.7.3. Klasifikasi Pesan Non Verbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

(31)

tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk

b) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

(32)

yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

a. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

b. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengindentifikasikan keadaan emosional, penncitraan, dan menarik lawan jenis.

2.1.7.4. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

(33)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106)

Fungsi dari komunikasi non verbal dapat menjelaskan maksud dari penyampaian pesan itu sendiri. Menurut Mark L. Knapp fungsi-fungsi tersebut yaitu:

1. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.

2. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. 3. Kontradiski

Menolak pesan verbal ataumemberi makna yang lain terhadan pesan verbal.

2. Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. 3. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Suranto, 2010:173)

2.1.6.5. Tujuan Komunikasi Non Verbal

(34)

baik secara verbal ataupun non verbal sebenarnya memiliki tujuan-tujuan tertentu didalam pesan tersebut.

Adapun tujuan dari komunikasi non verbal diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan atau memberikan informasi. 2. Mengatur alur suara percakapan.

3. Mengekspresikan emosi.

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan dari komunikasi verbal.

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

4. Mempermudah tugas-tugas khusus yang memerlukan komunikasi non verbal.

2.1.7.6. Jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan bedasarkan jenis-jenis pesan yang digunakan.Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa tubuh : a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki

(35)

2. Sentuhan

3. Parabahasa

4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi : a. Ruang pribadi dan ruang publik

b. Posisi duduk dan pengatutan ruangan 7. Konsep waktu

8. Diam

9. Warna

10.Artefak (Mulyana, 2010:353-433)

2.1.8 Tinjuan Tentang Hambatan

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapahal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagikomunikator. Dalam buku Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, Onong U.Effendy (2003) menjelaskan :

1. Gangguan

(36)

a. Gangguan mekanik

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

b. Gangguan semantic

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring kedalam pesan melalui bahasa. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

2. Kepentingan Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.

3. Motivasi terpendam Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai motivasinya. Tanggapan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam.

(37)

menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. (Effendy, 2003:45-49).

2.1.9 Tinjauan Tentang Citra Diri 2.1.9.1 Pengertian Citra Diri

Pengertian citra diri (self-image) menurut Maxwell Maltz (1997) yaitu apa yang digambarkan atau dibayangkan akan terjadi di kemudian hari. Gambaran diri ini bias sangat berbeda dengan diri sendiri yang sebenarnya. Pengertian tentang citra diri tersebut hampir sama dengan makna gambaran (idealized image), yaitu kesan yang diidealkan. Pengertian yang lebih rinci adalah satu gagasan atau konsepsi ideasional mengenai diri sendiri, yang menyajikan kesatuan daya juang dan daya usaha pada manusia.

“Gambaran yang diidealkan itu merupakan satu perkiraan yang

palsu dan berlebihan atau dibenar-benarkan mengenai potensialitas dan kemampuan diri yang sebenarnya, dan lebih banyak dijabarkan dari fantasi serta harapan dari realitas sebenarnya” (Sutarno, 2007:65)

(38)

Keberadaan citra diri sangat penting bagi setiap individu untuk tampil percaya diri di manapun berada.Citra diri merupakan konsep yang kompleks meliputi kepribadian, karakter, tubuh dan individu.Sedangkan Kartono (2003) dalam kamus psikologi mengatakan bahwa self imageadalah bayangan atau keadaan diri yang ingin dicapai seseorang.

2.1.8.2 Aspek-Aspek Citra Diri

Menurut Maxwell Maltz, aspek citra diri sebagai berikut:

A. Penampilan menyeluruh, fisik dan psikis mempengaruhi pembentukan pribadi. Hambatan fisik seperti sakit dan badan lemah atau hambatan psikis misalnya adanya rasa malu yang berlebihan, ataupun lemah pikir. Keadaan yang demikian itu seringkali diperbandingkan dengan keadaan teman-teman sebaya sehingga dapat menimbulkan penilaian diri kurang dan adanya rasa rendah diri.

B. Pakaian atau penampilan adalah standar lain bagi remaja akhir. Keadaan pakaian yang tidak memuaskan seringkali membuat mereka menghindarkan diri dari pergaulan kelompok teman sebaya atau peer group.

(39)

yang positif, sebaliknya ada penolakan peer group mengurangi penilaian diri positif.

D. Selain itu pengaruh diri dari keadaan keluarga, situasi rumah-tangga, sikap mendidik orangtua, pergaulan dan polahubungan antar anggota keluarga merupakan seperangkat hal lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi, citra diri yang sehat dan adanya rasa percaya diri. (Sutarno, 2007:48)

Ada tiga dasar komponen citradiri, yaitu:

1. Material self. Terdiri dari material possession, dimana tubuh menjadi bagian tertentu dalam diri individu sedangkan pakaian menjadi nomor dua.

2. Social self. Bagaimana pengenalan atau tanggapan yang didapatkan individu dari teman atau orang lain.

3. Spiritual self. Lebih mengarah kepada bagian terdalam dari diri individu sebagai subjek, dimana kemampuan-kemampuan serta kecakapan-kecakapan psikologis merupakan bagian yang paling menentukan dari diri individu. ( Sutarno 2007:56).

Maxwell Maltz (1997)terdapat 3 komponen dalam citradiri seseorang yaitu:

A. Perceptual Component

(40)

Appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan sehingga ia disukai oleh orang lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image.

B. Conceptual Component

Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakterristik dirinya, misalnya kemampuan, kekurangan dan keterbatasan dirinya. Hal ini dapat dicontohkan dengan pernyataan “Saya pintar dalam bidang akademik, saya tidak bisa dalam bidang seni” komponen ini disebut Physical Self Image.

C. Attitudional Component

Merupakan pikiran perasaan seseorang mengenai dirinya, status, dan pandangan terhadap orang lai.Hal ini dapat dicontohkan

dengan pernyataan “Saya orangnya supel dan mudah bergaul

dengan orang lain.Saya seorang siswa/siswi sehingga harus bisa

berbicara dengan orang banyak”.Komponen ini disebut Social Self

Image.

2.1.10 Tinjuan Tentang Siswa / Siswi 2.1.10.1 Definisi Siswa/Siswi

Menurut Ahmadi (1994) menjelaskan mengenai pengertian Siswa adalah sebagai berikut :

(41)

umat manusia, sebagai warga negara yang baik, dan sebagai salah satu masyarakat serta sebagai suatu pribadi atau individu”(Noor 2011 :153).

Dalam sistem pendidikan yakni SD, SMP maupun SMA, pastinya akan di bentuk dari berbagai komponen yang sangat penting, maka salah satu komponen itu adalah siswa. Menurut para ahli memandang seorang siswa adalah peserta didik yang memiliki pontensi dasar, yang penting di kembangkan melalui proses belajar mengajar, yang baik di lakukan secara fisik maupun secara mental.Dan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga serta juga pada lingkungan masyarakat dimana anak tersebut tinggal. Pada dasarnya siswa sebagai peserta didik dituntut untuk lebih memahami mengenai kewajiban, etika serta pelaksanaanya,dan pendapat para ahli ini pun di perkuat dengan pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional, dimana peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2.1.11 Tinjauan Tentang Beasiswa BAWAKU 2.1.11.1 Definisi Beasiswa BAWAKU

2

Beasiswa bantuan khusus Walikota (BAWAKU) adalah program beasiswa yang di berikan bagi siswa/siswi yang tidak mampu baik SMA/SMK di Kota Bandung. Program beasiswa BAWAKU ada pada saat masa jabatan Dada Rosada, berdasarkan surat keputusan Walikota No.34

2

(42)

tahun 2009 tentang pemerataan pendidikan di Kota Bandung maka di sahkanlah bantuan khusus Walikota (BAWAKU) pada priode masa jabatan Dada Rosada sebagai Walikota Bandung. Beasiswa BAWAKU diberikan kepada siswa/siswi sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) baik sekolah kejuruan maupun non kejuruan di Kota Bandung. Beasiswa Bawaku mengalami banyak perubahan pada masa jabatan Walikota Ridwan Kamil, pada awal masa jabatan yang awalnya beasiswa diberikan untuk sekolah menengah atas (SMA) adalah sebesar Rp1.200.000 per siswa setiap tahunnya, dan menjadi Rp.1.000.000.00 setiap tahun untuk sekolah menengah atas (SMA). Untuk quota SMA adalah 100 siswa/siswi, sementara untuk

sekolah menengah kejuruan(SMK) adalah 300 siswa/siwi.Untuk anggaran sekolah menengah atas kejuruan (SMK) sebesar Rp1.500.000. per siswa setiap tahunnya.

(43)

Penerima beasiswa BAWAKU untuk setiap sekolah yang sudah dibatasi quotanya oleh dinas pendidikan bisa saja berubah, tergantung siswa/siwi yang ingin kembali mendapatkan beasiswa tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Perilaku komunikasi adalah fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.Peneliti menggunakan buku psikologi komunikasi dari Jalaluddin Rakhmat yang memiliki penjelasan mengenai perilaku komunikasi.Perilaku komunikasi yang dijabarkan oleh Jalaluddin Rakhmat memiliki banyak unsur, sehingga peneliti mendapatkan sub-fokus yang bisa digunakan dalam penelitian ini. Perilaku komunikasi membahas mengenai masalah verbal, nonverbal dan hambatan, sehingga ketiga unsur tersebut dipilih untuk dijadikan sub-fokus. Melalui kerangka teoritis ini, peneliti akan memberikan pemecahan pertanyaan yang timbul dari teori serta memberkan pemahaman akan masalah yang menjadi objek penelitian.

Peneliti berusaha mengungkapkan perilaku komunikasi dari siswa penerima beasiswa BAWAKU dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya, bagaimana komunikasi verbal, nonverbal dan hambatan yang digunakan pada siswa penerima beasiswa BAWAKU, sehingga peneliti bisa memecahkan pertanyaan yang ada dari teori yang digunakan.

(44)

dari perilaku komunikasi siswa penerima beaiswa BAWAKU dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnyha, penelitian ini menggunakan subfokus verbal, nonverbal, dan hambatan.

Untuk mengupas penelitian tentang perilaku komunikasi dapat digunakan teori pendukung yaitu interaksi simbolik. Karakteristik teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol (Wirawan, 2012: 109).

Interaksi simbolik menjelaskanbahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Sementara itu tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama proses interaksi. (Kuswarno 2013:114)

(45)

Maka dengan adanya asumsi tersebut maka perilaku komunikasi yang dilakukan oleh manusia diproyeksikan melalu adanya proses pertukaran simbol-simbol yang berujung pada penamaan suatu makna yang dimengertinya.

Pada prinsipnya, interaksi simbolik berlangsung diantara berbagai pemikiran dan makna yang menjadi karakter masyarakat.Dalam interaksi simbolik kedirian individual (one self) dan masyarakat sama-sama merupakan aktor.Individu dan masyarakat merupakan satu unit yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling menentukan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, tindakan seseorang adalah hasil stimuli internal dan eksternal atau dari bentuk sosial diri dan masyarakat. (Wirawan, 2012: 119).Dalam buku I.B Wirawan

yang berjudul “Teori-teori Sosial DalamTiga Paradigma” pun interaksi simbolik

didefinisikan:

“Interaksi simbolik juga didefinisikan secara implisit melalui gerakan tubuh. Dalam gerakan tubuh, interaksi simbolik akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara atau vocal, gerakan fisik dan sebagainya. Seluruhnya mengandung makna. Suatu ide atau hubungan antara beberapa ide dapat disimbolkan oleh manusia sebagai objek. Objek berarti realitas sosial yang dapat berbentuk institusi interaksi sosial.Para partisipan dapat merencanakan aksi dan mengorganisasi tingkah laku melalui makna dari

simbol yang dimiliki.” (Wirawan, 2012: 120).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa didalam interaksi simbolik manusia berinteraksi menggunakan simbol-simbol yang didalamnya termasuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

(46)

dari bahasa verbal dan non verbal juga karena adanya hambatan komunikasi siswa penerima beasiswa BAWAKU dalam berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya.Perilaku siswa penerima beasiswa BAWAKU dalam meningkatkan citra diri dilingkungan sekolahnya dapat juga dilihat dari interaksi simbolik.Bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna-makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna-makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.Dalam interaksi yang dilakukan itu terjadipertukaran simbol-simbol baik verbal maupun non verbal.

Perilaku siswa/siswi penerima dibagi kedalam tiga poin utama, yaitu perilaku komunikasi yang menggunakankomunikasi verbal, nonverbal danhambatan.Perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi verbal dapatdilihat ketika siwa/siwi penerima beasiswa bantuan khusus walikota (BAWAKU), berkomunikasi baik dengan lingkungan sekolahnya.

(47)

sekolahnya.sehingga komunikasi non verbal seperti isyarat dan gerakan akanmenjadi komunikasi yang efektif.Selain komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh siswa/siswi penerima beaiswa BAWAKU terdapat satu hal lagi yang harus diperhatikan oleh siswa/siswi penerima beaiswa BAWAKU yaituhambatan dalam berkomunikasi. Komunikasi tidak akan berjalan efektifketika didalam komunikasi tersebut terdapat hambatan yang membuatadanya kesalahpahaman ataupun ketidak mengertian oleh siswa penerima beaiswa BAWAKU yang melakukan interaksi dan berdampak pada hasil atauefek dari komunikasi tersebut.

Dari definisi di atas komunikasi verbal dan non verbal begitupula dengan hambatan komunikasi siswa penerima beasiswa dilihat perilaku komunikasi siswa penerima beaiswa BAWAKU dapat timbul citra diri yang positif ataupun negatif tergantung perilaku siswa penerima beasiswa BAWAKU.

Seperti yang dikutip Frank Jefkins dalam munandar, citra adalah

“gambaran yang ada di kepala kita, maksudnya adalah gambaran mental yang ada

di kepala kita yang meliputi baik buruk, positif dan negatif” (Munandar, 1991: 26) Menurut Robbert di dalam Rakhmat, citra adalah

repsenting the totality of all information about the word any individual has processed organized and tored” (meneunjukan keseluruhan informasi tentang dunia yang telah diolah, diorganisasikan dan di simpan individu). (Rakhamat 1996:223).

(48)

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2015 Perilaku Komunikasi Siswa penerima beasiswa bantuan khusus Walikota

(BAWAKU)

Citra Diri Komunikasi

NonVerbal Hambatan

Komunikasi Verbal

Interaksi Simbolik Interaksi

(49)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Setelah melalui proses analisis, observasi dan berbagai pembahasan, maka

kesimpulan penelitian terhadap “Perilaku Komunikasi Siswa/siswi Penerima

Beasiswa BantuanKhususWalikota (BAWAKU) dalam meningkatkan Citra Diri dilingkungan sekolahnya” adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Verbal, yang digunakan olehsiswa/siswi penerima beasiswa BAWAKU adalah komunikasi verbal yang biasa diucapkan sehari–hari. Tidak ada bahasa khusus yang digunakan penerima padasaat pihak sekolah memberitahu bahwa siswa tersebut mendapat beasiswa seperti saat mengucap syukur Alhamdulillah dan terimakasih kepada pihak sekolah sebagaimana biasanya diucapkan, dan begitu pula saat diberi masukan oleh Guru untuk tidak menyianyiakan beasiswa BAWAKU yang sudah diberikan kepada siswa tersebut . siswa/siswi ingin meyakini Guru bahwa mereka mau dan mensyukuri pemberian dari pihak sekolah. Namun ada siswa/siswi yang tidak maungucap syukur karena merasa malu saat mendapat beasiswa BAWAKU.

(50)

memberikan beasiswa bantuan khususWalikota (BAWAKU). Tetapi tidak semua menerima ada siswa/siswi yang merasa malu saat mendapatkan beasiswa yaitu dari gesture tubuh yang menundukan kepala saja diberikan arahan mengenai beasiswa BAWAKU.

3. Hambatan Komunikasi terjadi pada siswa yang merasa malu mendapatkan bantuan beasiswa BAWAKU dan merasa minder oleh lingkungan atau teman-teman sekolahnya. Tetapi hambatan komunikasi tidak terjadi kepada siswa yang memang membutuhkan beiasiswa tersebut terbukti mereka tidak menemukan hambatan apa-apa saat diberitahukan atau diberi arahan saat mendapat beasiswa BAWAKU .

(51)

beasiswa banyak yang mensyukuri dan berterimakasih kepada pihak sekolah atas pemberian beasiswa BAWAKU dan mempunyai kegiatan diluar kegiatan belajar disekolah. Tapi satu lain masih terdapat perilakukomunikasi siswa penerima beasiswa BAWAKU merasa malu dan minder yang justru menurunkan citradirinya.

5.2. Saran

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

A. SiswaPenerimaBeasiswa BAWAKU

1. Siswa/siswi seharusnya tidak usah merasa malu karena mendapat beasiswa dan seharusnya disyukuri pemberian pihak sekolah yang ingin meringankan siwa/siswi yang memang tidak mampu.

2. Beasiswa BAWAKU yang diberikan oleh pihak sekolah seharusnya menjadi motivasi bagi siswa/siswi yang menerima nya haruslah menjadi tambah rajin lagi untuk belajar, tidak ada lagi alas an untuk siswa yang tidak mampu untuk tidak bersekolah. Siswa/siswi yang menerima beasiswa juga harus bias menjaga kepercayaan sekolah karena sudah memberikan beasiswa tersebut.

(52)

terkendala biaya karena tidak bias bersekolah.

4. Siswa/siswi tidaklah harus memilih-milih teman bergaul dilingkungan sekolah tetapi haruslah bias menjaga nama baik dirinya sendiri karena sudah mendapatkan beasiswa yang sudah dipercaya oleh pihaksekolah.

5. Siswa/siswi haruslah mempunyai kegiatan diluar kegaitan belajar seperti kegiatan extrakulikuler.

B. Bagi Sekolah SMK Negri 3 Kota Bandung

1. Pihak sekolah harus bias memberikan motivasi kepada siswa/siswi penerima beasiswa untuk lebih rajin lagi belajar karena sudah mendapat beasiswa dari pemerintah melalui bantuan khusus Walikota, dan tidak semua siswa/siswi beruntung mendapatkan beasiswa BAWAKU yang meringankan beban siswa/siswi yang tidak mampu. 2. Pihak sekolah harus teliti lagi menyaring siapa saja yang pantas untuk

mendapat beasiswa BAWAKU sehingga tidak lagi siswa/siswi yang merasa malu saat mendapatkan beasiswa BAWAKU kareana beasiswa BAWAKU diperuntuhkan untuk meringankan beban siswa/siswi yang benar-benar membutuhkan beasiswa BAWAKU. 3. Memberikan arahan kepada siswa/siswi yang menerima beasiswa agar

(53)

C. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, disarankan untuk mencari dan membaca referensi lebih banyak lagi sehingga hasil penelitian selanjutnya akan semakin baik serta mendapat ilmu pengetahuan yang baru.

2. Peneliti selanjutnya bisa lebih mempersiapkan diri secara mental dan mampu berfikir kreatif dan inisiatif untuk mencari data dan informan yang dibutuhkan.

(54)

(Studi Kasus tentang Perilaku KomunikasiSiswa/Siswi Penerima Beasiswa Bantuan Khusus Walikota (BAWAKU) Di SMK Negeri 3 Kota Bandung

dalam Meningkatkan Citra Diri Di Lingkungan Sekolahnya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

DINDIN ACHAMAD RIFAI NIM. 41810089

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASIJURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(55)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Pertanyaan Penelitian Makro ... 7

1.2.2 Pertanyaan Penelitian Mikro ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

(56)

x

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik Universitas ... 10

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ... 10

1.4.2.4 Untuk SMK Negri 3 Kota Bandung... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu ... 11

2.1.2 Tinjauan Komunikasi ... 13

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 13

2.1.2.2 Komponen Komunikasi ... 14

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 16

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Antar Pribadi ... 17

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi ... 17

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 17

2.1.3.3 Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi ... 19

2.1.4 Tinjuan Tentang Interaksi Simbolik ... 20

2.1.5 Tinjuan tentang Perilaku Komunikasi ... 21

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 23

2.1.6.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 23

2.1.6.2 Macam-macam Bahasa Verbal ... 24

2.1.6.3 Tata Bahasa Verbal ... 25

(57)

xi

2.1.7.1 Definisi Komunikasi Non Verbal ... 25

2.1.7.2 Ciri-Ciri Umum Pesan Non Verbal ... 25

2.1.7.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal ... 26

2.1.7.4 Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 28

2.1.7.5 Tujuan Komunikasi Non verbal ... 29

2.1.7.6 Jenis Komunikasi Non Verbal ... 30

2.1.8 Tinjuan Tentang Hambatan ... 31

2.1.9 Tinjauan Tentang Citra Diri ... 33

2.1.9.1 Pengertian Citra Diri ... 33

2.1.9.2 Aspek- Aspek Citra Diri ... 34

2.1.10 Tinjuan Tentang Siswa/Siswi ... 36

2.1.10.1 Definisi Siswa/Siswi ... 36

2.1.11 Tinjauan Tentang Beasiswa BAWAKU ... 37

2.1.11.1 Definisi Beasiswa BAWAKU ... 37

2.2 Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 45

3.1.1 Desain penelitian ... 45

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.2.1 Studi Pustaka ... 44

3.2.2 Studi Lapangan ... 46

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50

Gambar

Tabel 2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Lemak atau shortening merupakan komponen penting dalam pembuatan biskuit karena berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih, menambah aroma dan

Pembelajaran matematika di SD terutama di kelas rendah merupakan pembelajaran yang utama, khususnya pembelajaran materi berhitung, karena materi ini.. merupakan materi

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada PT Pos Indonesia (Persero) Wilayah Regional

Spectral Density) Blackman-Tukey dan Welch pada kanal AWGN aplikasi

Himpunan Entitas dan Himpunan Relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang merepresentasikan seluruh fakta dari „dunia nyata‟ yang kita

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Pendapatan Asli Daerah,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari keseimbangan daya ledak

To express the functional text and short essay meaning in form of recount text, narrative text and procedure text in the context of daily life and to