• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESAIN KURSI RODA KHUSUSNYA PADA LANSIA BERDASARKAN CITRA (IMAGE) PRODUK DENGAN METODE KANSEI ENGINEERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN DESAIN KURSI RODA KHUSUSNYA PADA LANSIA BERDASARKAN CITRA (IMAGE) PRODUK DENGAN METODE KANSEI ENGINEERING"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGEMBANGAN DESAIN KURSI RODA

KHUSUSNYA PADA LANSIA

BERDASARKAN CITRA (

IMAGE

) PRODUK DENGAN

METODE

KANSEI ENGINEERING

Skripsi

WAKHID AGUNG GUNA ADY

I1306068

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

iv

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Wakhid Agung Guna Ady

Nim : I 1306068

Judul tugas akhir : Pengembangan Desain Kursi Roda Khususnya Pada

Lansia Berdasarkan Citra (Image) Produk Dengan

Metode Kansei Engineering.

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak

mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa

Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan

batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau

dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup

menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 10 Januari 2011

Wakhid Agung Guna Ady

(3)

commit to user

v

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Wakhid Agung guna Ady

Nim : I I1306068

Judul tugas akhir : Pengembangan Desain Kursi Roda Khususnya Pada

Lansia Berdasarkan Citra (Image) Produk Dengan

Metode Kansei Engineering.

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat

lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan

Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian

dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk

publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat

nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian

dari publikasi karya ilmiah.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 10 Januari 2011

Wakhid Agung Guna Ady

(4)

commit to user

iii

Ir. Munifah, MSIE, MT Dr. Cucuk Nur Rosyidi

Taufiq Rochman, STP, MT Bambang Suhardi, ST, MT Judul Skripsi :

PENGEMBANGAN DESAIN KURSI RODA KHUSUSNYA PADA

LANSIA BERDASARKAN CITRA (IMAGE) PRODUK DENGAN

METODE KANSEI ENGINEERING

WAKHID AGUNG GUNA ADY I1306068

Ditulis Oleh :

Telah disidangkan pada hari Senin tanggal 10 Januari 2011

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan

Dosen Penguji

Dosen Pembimbing

NIP. 19711104 199903 1 001

NIP. 19561215 198701 2 001 1.

2.

1.

NIP. 19740520 200012 1 001

NIP. 19701030 199802 1 001 2.

___________________

___________________

___________________

(5)

commit to user

iv

Judul Skripsi :

PENGEMBANGAN DESAIN KURSI RODA KHUSUSNYA PADA

LANSIA BERDASARKAN CITRA (IMAGE) PRODUK DENGAN

METODE KANSEI ENGINEERING

WAKHID AGUNG GUNA ADY I1306068

Ditulis Oleh :

Mengetahui,

Taufiq Rochman, STP, MT Bambang Suhardi, ST, MT

Dosen Pembimbing I

NIP. 19740520 200012 1 001 NIP. 19701030 199802 1 001

Dosen Pembimbing II

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS

NIP. 19641007 199702 1 001 NIP. 19561112 198403 2 007

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul

“Pengembangan Desain Kursi Roda Khususnya Pada Lansia Berdasarkan Citra

(Image) Produk Dengan Metode Kansei Engineering” ini dengan baik.

Dengan segenap ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih atas segala bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat menyelasaikan

Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa yang

tak pernah putus sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini.

2. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS

yang senantiasa berupaya memajukan Jurusan Teknik Industri yang kami

cintai.

3. Bapak Bambang Suhardi, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan

Tugas Akhir ini.

4. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan

Tugas Akhir ini.

5. Bapak Dr.Cucuk Nur Rosyidi dan Ibu Ir. Munifah, MSIE, MT selaku Dosen

Penguji, terima kasih atas masukan dan perbaikan untuk Laporan Skripsi ini.

6. Seluruh dosen Teknik Industri yang telah mewariskan segala ilmu Teknik

Industri kepada penulis.

7. Mbak Yayuk, Mbak Tutik, Mbak Rina & seluruh Admin TI atas segala

bantuan administrasinya.

8. Segenap keluarga besarku yang telah memberikan dukungan tak

henti-hentinya hingga menjadi seorang sarjana.

9. Temanku Deny Sidiq Mulyono yang telah membantu kelancaran Tugas Akhir

(7)

commit to user

vii

10. Dina Rachmawati yang telah mendukungku dan mendoakanku baik waktu

susah maupun senang hingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

11. Teman-teman seperjuangan pembuatan Tugas Akhir -Budi, Febri, Kumbara,

Wawan, Taufiq, Sultra-. Thanks atas segala support kalian kepadaku.

Semangat dan Sukses selalu.

12. Teman-teman angkatan 2006 jurusan Teknik Industri UNS atas kerjasama

dan kebersamaan yang sangat berarti bagi penulis, bahagia dan beruntung

memiliki sahabat seperti kalian semua, semoga kita semua slalu diberi

kemudahan dan menjadi orang yang sukses. Amin.

13. Semua pihak yang belum tertulis di atas, terima kasih atas segala bantuan dan

dukungannya.

Sebagai akhir dari kata pengantar ini, penulis menyampaikan bahwa

laporan ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan yang

penulis miliki. Saran dan kritik diharapkan untuk perbaikan. Semoga laporan ini

bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi bagi semua.

Surakarta, 10 Januari 2011

(8)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR VALIDASI ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ... iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang Masalah ... I-1

1.2 Perumusan Masalah ... I-3

1.3 Tujuan Penelitian ... I-3

1.4 Manfaat Penelitian ... I-3

1.5 Batasan Masalah ... I-3

1.6 Asumsi-asumsi ... I-3

1.7 Sistematika Penulisan ... I-4

BAB II LANDASAN TEORI ... II-1 2.1 Pengertian Produk ... II-1

2.1.1 Pengembangan Produk ... II-2

2.1.2 Tahapan Pengembangan Produk ... II-3

2.2 Kursi Roda ... II-5

2.3 Fisiologis Manula (Manusia Usia Lanjut) ... II-8

(9)

commit to user

xi

2.4.1 Pengertian Kansei Engineering ... II-10

2.4.2 Metode Kansei Engineering ... II-12

2.5 Teori Statistik ... II-16

2.5.1 Skala Pengukuran ... II-16

2.5.2 Analisis Faktor ... II-22

2.5.3 Prosedur Peringkasan Data ... II-24

2.5.4 Analisis Conjoint ... II-26

2.5.5 Kalkulasi Analisa Conjoint ... II-29

2.6 Ergonomi ... II-31

2.7 Anthropometri ... II-31

BAB III METODODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1 Identifikasi Masalah ... III-2

3.1.1 Studi Pustaka ... III-2

3.1.2 Studi Lapangan ... III-2

3.1.3 Perumusan Masalah ... III-2

3.1.4 Tujuan Penelitian ... III-2

3.2 Meneyediakan Kata Kansei ... III-3

3.3 Seleksi Kata Kansei yang Relevan Terhadap Kursi Roda ... III-3

3.4 Mengumpulkan Sampel Produk ... III-6

3.5 Mendaftar Item dan Kategori ... III-6

3.6 Evaluasi Eksperimen ... III-6

3.7 Analisis Conjoint ... III-7

3.8 Pengembangan Produk ... III-9

3.9 Analisa Pembahasan ... III-9

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... IV-1 4.1 Pengumpulan Kansei word ... IV-1

4.2 Evaluasi Kuesioner Pertama (Semantic Differential I) ... IV-1

4.2.1 Uji Kecukupan Data ... IV-2

4.2.2 Tes Validitas ... IV-3

4.2.3 Tes Reliabilitas ... IV-6

(10)

commit to user

xii

4.3 Mengumpulkan Sampel Produk ... IV-9

4.4 Penentuan Item dan Kategori ... IV-9

4.5 Evaluasi Eksperimen ... IV-10

4.5.1 Menentukan jumlah Stimuli Sampel Produk Minimum .. IV-10

4.5.2 Menyiapkan Stimuli Sampel Produk (Kartu Konsep) ... IV-11

4.6 Analisis Conjoint ... IV-13

4.7 Kesimpulan Analisis Conjoint ... IV-43

4.8 Tingkat Keakuratan dan Analisa Test Signifikansi ... IV-44

4.9 Output Desain Kursi Roda Lansia ... IV-45

4.10 Konsep Produk ... IV-47

4.10.1 Konsep Produk berdasarkan pendekatan Anthropometri

dan ide desainer ... IV-47

4.10.2 Aspek ergonomi ... IV-47

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL ... V-1 5.1 Pembahasan Hasil Kuisioner ... V-1

5.2 Pembahasan Hasil Analisis Faktor ... V-2

5.3 Pembahasan Analisis Conjoint ... V-2

5.3.1 Jumlah Stimuli ... V-2

5.3.2 Analisa Proses Conjoint ... V-3

5.3.3 Analisa Kepentingan Item ... V-3

5.3.4 Analisa Kesimpulan Output Conjoint ... V-9

5.4 Tingkat Keakuratan yang Diprediksi dan Analisa Test

Signikansi ... V-9

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1 1.1 Kesimpulan ... VI-1

1.2 Saran ... VI-1

(11)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Product Life Cycles (PLC II-1

Gambar 2.2 Urutan Pengembangan Konsep Produk II-3

Gambar 2.3 (a) Konventional wheelchair, (b) Platform model II-6

Gambar 2.4 Posisi tubuh pemakai kursi roda yang direkomendasikan

oleh ISO 7176-5

II-8

Gambar 2.5 Semantic Differential For Kansei Words II-12

Gambar 2.6 Diagram Kansei Engineering Type 1 II-13

Gambar 2.7 Diagram Proses KES II-14

Gambar 2.8 Struktur Sistem KES II-16

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah III-1

Gambar 4.1 Stimuli Plan Card Pada SPSS 17 IV-11

Gambar 4.2 Syntax Editor untuk menganalisa conjoint IV-13

Gambar 4.3 Desain kursi roda sebelum dan sesudah dikembangkan IV-46

(12)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Dimensi dasar rancangan kursi roda sesuai standar ISO

7176-5

II-8

Tabel 2.2 Panduan Ukuran KMO II-25

Tabel 2.3 Tabel Persentil II-33

Tabel 4.1 Kansei word didapat dari observasi IV-1

Tabel 4.2 Iterasi pertama dari hasil tes validitas IV-3

Tabel 4.3 Iterasi kedua dari hasil tes validitas IV-4

Tabel 4.4 Kata-kata kansei yang valid IV-5

Tabel 4.5 Hasil Alpha Reliabilitas IV-6

Tabel 4.6 Iterasi dari Tes KMO dan Bartlett yang Kesatu IV-7

Tabel 4.7 Hasil Iterasi dari Matrik Anti Image (Nilai MSA) yang

pertama

IV-7

Tabel 4.8 Ukuran Rekomendasi KMO IV-8

Tabel 4.9 Item dan Kategori Desain Kursi roda IV-9

Tabel 4.10 Sampel kombinasi yang memiliki item dan kategori yang

berbeda

IV-12

Tabel 4.11 Penghitungan manual dari pentingnya faktor IV-15

Tabel 4.12 Analisa Kansei Word (Biasa – Elegant) IV-16

Tabel 4.13 Hasil Analisa Kansei Word (Tidak Artistik – Artistik) IV-17

Tabel 4.14

Analisa Kansei Word (Tidak Artistik – Artistik)

Hasil Analisa Kansei Word (Umum - Khusus)

Analisa Kansei Word (Umum - Khusus)

Hasil Analisa Kansei Word (Polos - Berwarna)

Analisa Kansei Word (Polos - Berwarna)

Hasil Analisa Kansei Word (Sederhana - Komplek)

Analisa Kansei Word (Sederhana - Komplek)

Hasil Analisa Kansei Word (Membosankan - Menarik)

(13)

commit to user

Analisa Kansei Word (Membosankan - Menarik)

Hasil Analisa Kansei Word (Monoton - Beragam)

Analisa Kansei Word (Monoton - Beragam)

Hasil Analisa Kansei Word (Tidak Canggih - Canggih)

Analisa Kansei Word (Tidak Canggih - Canggih)

Hasil Analisa Kansei Word (Tidak Lengkap - Lengkap)

Analisa Kansei Word (Tidak Lengkap - Lengkap)

Hasil Analisa Kansei Word (Murah – Mahal)

Analisa Kansei Word (Murah – Mahal)

Hasil Analisa Kansei Word (Mudah Rusak - Awet)

Analisa Kansei Word (Mudah Rusak - Awet)

Hasil Analisa Kansei Word (Satu Fungsi - Multifungsi)

Analisa Kansei Word (Satu Fungsi - Multifungsi)

Hasil Analisa Kansei Word (Sulit Menjalankan – Mudah

Menjalankan)

Analisa Kansei Word (Sulit Menjalankan – Mudah

Menjalankan)

Hasil Analisa Kansei Word (Manual - Otomatis)

Analisa Kansei Word (Manual - Otomatis)

Hasil Analisa Kansei Word (Overall)

Analisa Kansei Word (Overall)

(14)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Sampel Produk dari Internet L-1

Lampiran B. Kuisioner Semantic Differential I L-4

Lampiran C. Hasil Kuisioner Semantic Differential I L-9

Lampiran D. Iterasi Validitas 2 Sampai 4 L-10

Lampiran E. MSA L-12

Lampiran F. Kuisioner Semantic Differential II L-13

Lampiran G. Hasil Kuisioner Semantic Differential II L-24

Lampiran H. Rata-rata Masing-masing Sampel L-44

(15)

commit to user

viii ABSTRAK

Wakhid Agung Guna Ady, NIM: I I1306068. PENGEMBANGAN DESAIN KURSI RODA KHUSUSNYA PADA LANSIA BERDASARKAN CITRA (IMAGE) PRODUK DENGAN METODE KANSEI ENGINEERING. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.

Semakin berkembangnya jaman, tentu banyak keinginan konsumen untuk memiliki produk yang mempunyai banyak fungsi. Salah satunya obyek penelitian ini adalah kursi roda. Bagaimana jika kursi roda yang standar dapat kita gunakan untuk berbagai kegiatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengembangkan desain dengan menentukan nilai-nilai kategori untuk mendapatkan output

pengembangan dalam desain kursi roda. Metode yang digunakan adalah Kansei Engineering. Kansei Engineering merupakan sebuah metode sebagai jembatan atas keinginan konsumen terhadap desain produk yang diinginkan, dengan cara mendefinisikan keinginan konsumen yang teridentifikasi melalui kata-kata kansei ke dalam desain produk. Kemudian analisa Conjoint digunakan untuk mendapatkan nilai hubungan antara desain elemen dan Kansei Word.

Hasil dari penelitian ini adalah persamaan regresi yang ditafsirkan oleh nilai pengujian dari image konsumen dan desain elemen. Dari 39 penguji, peneliti mendapatkan 14 pasang Kansei Word yang mewakili kata-kata yang tepat dengan mempertimbangkan produk yang ditawarkan. Hasil analisa Conjoint yaitu bahan kerangka dari besi, sistem penggerak yang otomatis, memiliki sarana pendukung berupa pispot, bahan sandaran woven polyester, dan warna polos.

Kata kunci: Analisis Conjoint, Kansei Enginneering, Kursi Roda, Citra (Image), Elemen Desain.

(16)

commit to user

ix ABSTRACT

Wakhid Agung Guna Ady, NIM: I I1306068. DEVELOPMENT DESIGN OF WHELCHAIR ESPECIALLY FOR OLD PEOPLE BASED ON IMAGE PRODUCT WITH KANSEI ENGINEERING METHOD. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.

The continued development of the time, certainly many consumers desire to have a product that has many functions. One object of this study is the wheelchair. What if a standard wheelchair that can we use for various activities.

The purpose of this study is to investigate and develop the design by specifying the values of a category to get the output in the development of wheelchair design. The method used is Kansei Engineering. Kansei Engineering is a method as a bridge to consumer interest towards the desired product design, by defining the desire of consumers were identified through Kansei words into product design. Then, conjoint analysis is used to obtain the value of the relationship between design elements and Kansei Word.

The results of this study is interpreted by the regression equation testing the value of consumer image and design elements. Of 39 testers, researchers get 14 pairs of Kansei Word that represent proper words by considering the products offered. The result of conjoint analysis is a framework of iron materials, the automatic drive system, a means of support in the form of chamber pot, the back of woven polyester material, and plain colors

Keywords: Analysis Conjoint, Kansei Enginneering, Whelchairs, Image, Design Element.

(17)

commit to user

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Hal ini diperlukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik akan

karakteristik-karakteristik utama dari sistem, yang berkaitan dengan tujuan

penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan produk dalam dunia industri sudah semakin maju. Setiap

perusahaan dituntut untuk selalu mengahasilkan produk-produk yang baru dan

inovatif. Produk-produknya diharapkan bisa bersaing dengan perusahaan lainnya.

Kesuksesan perusahaan juga tidak luput dari peran konsumen, karena tingkat

penjualan yang sangat besar merupakan salah satu faktor kemajuan perusahaan.

Perancangan dan pengembangan produk adalah semua proses yang

berhubungan dengan keberadaan produk yang meliputi segala aktivitas mulai dari

identifikasi keinginan konsumen sampai fabrikasi, penjualan dan pengiriman

produk (Widodo, 2003). Perancangan dan pengembangan produk inilah yang

menjadi suatu bagian dari dunia industri.

Pada saat konsumen membeli barang, mereka menyampaikan

keinginan-keinginan mereka dengan kata-kata yang abstrak. Maka dari itu akan sangat

menguntungkan bagi perusahaan jika mereka dapat menangkap pikiran konsumen

dan dapat menunjukkan model-model yang sangat pas dengan citra (image)

produk kepada mereka, melalui foto-foto atau grafik komputer. Pada situasi ini,

sangatlah penting untuk menganalisa ”Human Kansei” seperti perasaan atau

emosi dan sangatlah penting untuk menerjemahkan informasi ini menjadi desain

yang tepat dalam pengembangan produk baru.

Nagamachi telah mengambil bentuk kongkrit mengenai ide ini dan telah

mengembangkan ”Kansei Engineering” sebagai sebuah teknologi yang efektif

(18)

commit to user

I-2

desainer (Nagamichi, 1995). Kansei Engineering dapat didefinisikan sebagai

sebuah metodologi untuk menerjemahkan psikologis manusia seperti perasaan dan

emosi yang berkaitan dengan produk.

Produk memiliki dua sifat. Sifat yang pertama yaitu fungsi dasar sebuah

produk yang ditentukan dengan kualitas dan kapasitas yang memuaskan tuntutan

dasar konsumen. Sifat yang kedua adalah fungsi tambahan atau pendukung yang

dipengaruhi oleh ukuran, gaya dan warna yang menarik pemikiran konsumen.

Kita anggap sifat yang pertama sebagai faktor fisik (physical factor) dan yang

kedua sebagai faktor kejiwaan (mental factor) (Nagamachi, 1999). Menurut

pengembangan teknis, perbedaan dalam fungsi utama antar produk telah menjadi

lebih sempit, tetapi disisi lain fungsi pendukung pada produk telah menjadi

faktor-faktor yang penting dalam menarik perhatian konsumen.

Bentuk produk merupakan salah satu faktor yang memegang peranan

penting dalam dunia industri. Ketika konsumen membeli sebuah produk, mereka

harus mempertimbangkan bentuk, ukuran, warna, tekstur dan fungsi pendukung

lainnya. Sekali mereka tidak suka bentuk atau tekstur dari sebuah produk, mereka

akan berpikir dua kali untuk membelinya. Kompetisi yang ketat dan

pengembangan yang cepat akan sebuah produk, memaksa para desainer untuk

kreatif dan memahami pilihan konsumen.

Produk yang menjadi rancangan pada penelitian ini adalah kursi roda.

Banyak sekali desain dan model kursi roda yang telah ada di pasaran. Dengan

berbagai bentuk, fungsi, dan pilihan kursi roda.

Kursi roda seperti halnya produk- produk yang lain yaitu perlu inovasi

produk supaya menambah ragam dari kursi roda. Konsep baru kursi roda yang

akan dikembangkan berupa penambahan fungsi, sistem mekanik, dan bentuk kursi

roda dengan tetap memperhatikan kaidah ergonomi dalam pendesainannya

(Nurmianto, 2009).

Dengan metode kansei kita bisa mengetahui keinginan konsumen dari segi

perasaan dan emosi konsumen untuk memudahkan kreativitas desainer dalam

menterjemahkan keinginan konsumen ke dalam sebuah desain produk berupa

(19)

commit to user

I-3 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana cara mengembangkan produk kursi roda untuk lansia

berdasarkan keinginan konsumen dengan pendekatan kansei engineering.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menghasilkan kata kansei yang menjadi prioritas untuk perbaikan produk

kursi roda .

b. Menentukan tingkat kepentingan masing-masing item yang mempengaruhi

selera konsumen .

c. Menghasilkan spesifikasi kursi roda dengan pendekatan metode kansei

engineering.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memfasilitasi dan membantu desainer dalam

mengembangkan desain kursi roda untuk lansia berdasarkan pada citra (image)

produk.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah diberikan untuk mengatasi kompleksitas permasalahan,

sehingga bisa dilakukan secara lebih sederhana dan mudah dipahami. Adapun

batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian terfokus pada kursi roda untuk lansia.

2. Pengukuran parameter teknik menggunakan metode Kansei Engineering.

1.6 Asumsi-asumsi

Asumsi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan kompleksitas

permasalahan yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Kondisi psikologis responden diasumsikan normal.

(20)

commit to user

I-4 1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini terdiri dari enam bab dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan. Hal ini diperlukan untuk memperoleh

pemahaman yang lebih baik akan karakteristik-karakteristik utama

dari sistem, yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi beberapa konsep dasar dan metode dari buku-buku, jurnal

ilmiah, dan referensi-referensi lain, yang digunakan dalam

penyelesaian masalah, serta penjelasan tentang peran

masing-masing metode dalam rangkaian proses penyelesaian masalah.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Untuk bab ini diuraikan tentang bahan atau materi penelitian,

obyek penelitian, tata cara penelitian, data yang diperlukan serta

cara analisa yang akan digunakan dengan menampilkan rangkaian

proses penelitian yang dilakukan dalam flow chart.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Memaparkan keseluruhan proses observasi dan pengumpulan data,

serta pengolahannya, serta penjelasan teknis untuk mendapatkan

nilai-nilai sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah dengan

beberapa metode dan data wawancara

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari

pengolahan data yang dilakukan. Dan memberikan analisa sejauh

mana nilai-nilai tersebut memberikan solusi bagi permasalahan

(21)

commit to user

I-5 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Menuliskan kembali beberapa hasil utama dari rangkaian proses

yang telah dilakukan , memberikan hasil yang dapat digunakan

oleh konsumen atau tidak nantinya dan juga rekomendasi

(22)

commit to user

II-1

BAB II

LANDASAN TEORI

Berisi beberapa konsep dasar dan metode dari buku-buku, jurnal ilmiah,

dan referensi-referensi lain, yang digunakan dalam penyelesaian masalah, serta

penjelasan tentang peran masing-masing metode dalam rangkaian proses

penyelesaian masalah.

2.1 Pengertian Produk

Produk adalah Suatu keluaran (out put) yang diperoleh dari sebuah proses

produksi (transformasi) dan pertambahan nilai yang dilakukan terhadap bahan

baku (material input). Sedangkan produksi adalah segala kegiatan dalam

menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa, untuk kegiatan

dimana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang dalam ilmu berupa tanah, modal,

tenaga kerja, dan skill. Sebuah produk pasti mempunyai siklus kehidupan atau

disebut (Product Life Cycles).

Gambar 2. 1 Product Life Cycles (PLC)

Tahapan – tahapan siklus kehidupan produk ada 4 antara lain:

a. Tahap Pengenalan (introduction)

Bila produk baru diperkenalkan, operasi penjualan tidak selalu bekerja

baik, masih terdapat masalah kelambatan dalam perluasan kapasitas produksi,

masalah-masalah teknis yang belum dapat diatasi dan harga tinggi. Diperlukan

(23)

commit to user

II-2 b. Tahap Pertumbuhan (Growth)

Dalam tahap ini produk ini diperbaiki dan distandarisasi, dapat

diandalkan dalam penggunaan dan harga lebih rendah, serta para konsumen

membeli dengan sedikit desakan.

c. Tahap Kejenuhan (Maturity)

Kebanyakan produk yang ada dipasaran sekarang, seperti televisi,

alat-alat dan perlengkapan rumah tangga, radio, mobil, dan sebagainya, berada

dalam tahap kejenuhan. Produk adalah “matang”, keandalan dalam

“performance”, harga wajar, dan tidak terjadi perubahan banyak dari tahun ke

tahun. Volume penjualan mulai menurun pertambahannya karena setiap orang

atau pembeli potensial sekarang telah memiliki produk, sehingga penjualan

sangat tergantung pada penggantian (replacement) dan pertambahan penduduk.

d. Tahap Penurunan (decline).

Hampir semua produk akan sampai pada tahap keempat, tahap

penurunan dalam permintaan bila produk-produk digantikan oleh yang baru.

Tetapi tidak semua produk akan menglami tahap ini. Oleh karena itu

diperlukan ilmu pengembangan produk.

2.1.1 Pengembangan produk

Pengembangan produk terdiri dari atas pengembangan produk (new

product design ) yang meliputi rencana produksinya, distribusi dan penjualannya.

Pengembangan produk tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari proses inovasi

industri. Pengembangan produk ini meliputi hampir semua aspek dalam

perusahaan.

Ada beberapa alasan mengapa perlunya proses pengembangan produk

yang baik, antara lain (Ulrich dan Eppinger, 1995)

a. Jaminan kualitas

Suatu proses pengembangan produk menjelaskan tahapan yang akan

dilalui dan melakukan check point selama beberapa waktu pengembangan

tersebut. Dengan pengawasan secara rutin terhadap proses pengembangan

(24)

commit to user

II-3 b. Koordinasi

Suatu proses pengembangan bisa menjadi master plan yang akan

menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana suatu tim kecil dapat memberikan

masukan terhadap usaha pengembangan tersebut.

c. Rencana

Dalam suatu proses pengembangan terdapat hubungan aktivitas

selama proses pengembangan berlangsung, termasuk waktu yang diperlukan

setiap aktivitas. Sehingga dengan demikian dapat diketahui jadwal untuk

semua kegiatan, kapan dimulai suatu kegiatan dan berakhirnya suatu kegiatan

atau proyek pengembangan produk.

d. Manajemen

Suatu proses pengembangan merupakan suatu perbandingan terhadap

produk sejenis dari perusahaan lain terhadap keunggulannya. Dengan

melakukan perbandingan pihak manajemen akan mengetahui letak

permasalahannya.

e. Improvisasi

Sistem dokumentasi yang baik pada organisasi proses pengembangan

produk akan membantu dalam mengetahui peluang pengembangan.

2.1.2 Tahapan Pengembangan Produk

Tahapan pengembangan konsep meruapakan fase terpenting dari

pengembangan produk. Hal ini digunakan untuk mendefinisikan beberapa fungsi

pengembangan produk yang berguna untuk menyatukan berbagai masalah

pengembangan produk dari awal dan akhir sebuah proses pengembangan proses.

Pengembangan konsep terdiri dari (Widodo, 2005):

(25)

commit to user

II-4 a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengerti kebutuhan

konsumen dan mengkomunikasikan secara efektif kepada tim tentang

kebutuhan tersebut. Outputnya adalah merancang kebutuhan pernyataan –

pernyataan konsumen untuk ditransformasikan didalam pembuatan produk.

b. Analisa kompetitif produk

Pengertian dari kompetitif produk adalah usaha bagaimana sebuah

produk baru dapat dibuat berdasarkan kekayaan ide dan tim dengan

mempertimbangkan persaingan pasar yang dituju sehingga akan dapat

membantu didalam pengembangan dan rancangan proses produksinya.

Analisa ini biasa disebut competitif benchmarking yaitu dengan

mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan dari pesaing.

c. Menentukan spesifikasi target

Spesifikasi adalah suatu gambaran yang teliti dari apa yang suatu

produk harus lakukan. Betujuan untuk mentransformasikan dari seluruh

keseluruhan kebutuhan konsumen ke dalam istilah teknis dengan

memperhatikan persaingan pasar. Hasilnya adalah daftar spesifikasi dan

target yang harus dicapai

d. Pembangkitan konsep

Tujuan dari pembangkitan konsep adalah untuk menggali

sepenuhnya ruang lingkup dari konsep produk yang diaplikasikan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Hasil dari kegiatan ini adalah 10 sampai 20

konsep yang berupa sketsa dan statement singkat gambaran produk.

e. Pemilihan konsep

Pemilihan konsep adalah untuk menentukan konsep yang paling

diminati didalam pengembangan produk setelah dilakukan analisa dan urut –

urutan penghilangan kegiatan yang tidak penting ditentukan satu konsep

(26)

commit to user

II-5 f. Perbaikan spesifikasi

Berdasarkan nilai – nilai khusus yang mencerminkan keterbatasan

yang melekat pada konsep produk yang diindentifikasi lewat permodelan

teknik trade off (pertentangan) antara biaya dan performance.

g. Analisa ekonomi

Pada analisa ekonomi ini akan memberikan model ekonomi dari

produk baru tersebut yang digunakan menetukan kelanjutan dari program

penyelesaian keseluruhan pengembangan produk baru dan untuk

menyelesaikan trade off yang ada. Sebagai contoh biaya pengembangan dan

biaya manufaktur

h. Perencanaan proyek

Kegiatan akhir dari pengembangan konsep yaitu tim membuat

jadwal pengembangan, mengatur strategi waktu pengembangan yang singkat

dan mengidentifikasi sumber daya – sumber daya yang dibutuhkan untuk

melengkapi proyek.

2.2 Kursi Roda

Kursi roda (wheelchair) adalah salah satu alat bantu bagi penyandang

cacat kaki untuk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, baik di tempat

datar maupun dari tempat rendah ketempat yang lebih tinggi (tempat menaik).

Sering juga dimaksudkan, bahwa kursi roda digunakan untuk meningkatkan

kemampuan mobilitas bagi orang yang memiliki kekurangan seperti: orang yang

cacat fisik (khususnya penyandang cacat kaki), pasien rumah sakit yang tidak

diperbolehkan untuk melakukan banyak aktivitas fisik, orang tua (manula), dan

orang–orang yang memiliki resiko tinggi untuk terluka, bila berjalan sendiri.

Secara umum kursi roda dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kursi roda manual

(conventional wheelchair) dan kursi roda berpenggerak motor (motor powered

wheelchair). Jenis konvensional dapat dibagi menjadi kursi roda standard dan

sport wheelchair. Sedangkan powered wheelchair dibagi menjadi beberapa

model, seperti: traditional, platform, dan round based model. Secara fungsional

(27)

commit to user

II-6

Kursi roda ini digerakkan motor (accu) dan dikontrol dengan mudah melalui

batang pengontrol (joy stick control), dapat bergerak maju dan berbelok, namun

lebih berat dari pada kursi roda standar. Karena pengendalinya otomatis, maka

harga kursi roda model platform sangat mahal dan jarang dijumpai di Indonesia.

Berlainan dengan kursi roda tersebut, model konvensional adalah pilihan utama

pemakai kursi roda di kota Surabaya, yakni hampir 90% dari responden (pemakai

kursi roda) memakai kursi roda standar. Kursi roda konvensional ini dapat

digerakkan, baik oleh pemakainya sendiri dengan memutar roda secara manual,

maupun oleh pemandu.

(a) (b)

Gambar 2.3 (a) Konventional wheelchair, (b) Platform model

Sedangkan menurut Shepard, kursi roda terbagi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Manual Wheelchair

Kursi roda jenis ini adalah yang paling banyak digunakan oleh

sebagian besar penggunanya dan yang paling laku di pasaran. Penggunaan

kursi ini secara manual dengan cara didorong menggunakan tangan

penggunanya atau didorong oleh orang lain. Bentuknya seperti kursi

tradisional dengan dua set roda di sampingnya. Biasanya satu set terletak

di belakang yang terdiri dari roda sepeda yang besar sedangkan satu set

lainnya terdiri dari roda kecil dengan diameter 5 atau 8 inci. Desain ini

membuat kursi roda stabil dan mudah untuk bergerak maju maupun

mundur. Kebanyakan manual wheelchair ringan dan dapat dilipat untuk

(28)

commit to user

II-7 2. Manual Sport Wheelchair

Kursi roda ini ringan dan didesain untuk memindahkan pusat gaya

berat untuk memperoleh pergerakan dan stabilitas yang lebih besar

daripada manual wheelchair atau power wheelchair. Kursi ini dirancang

khusus untuk para atlet. Beberapa kursi dirancang untuk olahraga khusus

seperti basket atau balap mobil dan yang lainnya digunakan untuk

olahraga secara umum. Keistimewaan kursi roda ini adalah memiliki roda

yang lebih besar daripada manual wheelchair, handrim yang kecil, sloping

propelling wheels, lebih tahan lama dan efficient bearing and hubs, posisi

roda yang mudah bergerak dan steerable casters.

3. Power Wheelchair

Kursi roda ini digerakkan menggunakan tenaga baterai dengan

power supply 12, 24 atau 36 volt. Dengan penggunaan baterai

menyebabkan tenaga kursi lebih ringan daripada secara manual. Kursi ini

dilengkapi dengan motor yang dikendalikan oleh hand-operated joy stick

di mana digunakan untuk mengatur arah dan kecepatan.

4. Power Alternatives

Kursi roda ini bersifat seperti kursi yang dilengkapi dengan motor

akan tetapi tidak tampak seperti tipe kursi roda. Kebanyakan model ini

mempunyai tiga roda dan menyerupai kereta golf atau motor scooter.

Beberapa kursi roda jenis ini dapat digunakan pada tanah yang lapang di

mana kursi roda jenis lainnya tidak dapat digunakan. Power alternatives

yang kecil memberikan pergerakan yang lebih besar untuk melalui pintu

yang sempit dan sudut tikungan. Harga kursi roda bervariasi antara satu

dengan yang lainnya. Harga tergantung dari tipe kursi roda (manual,

power, sports atau power alternatives), jumlah aksesoris dan

keistimewaannya, kualitas bahan dan materialnya, dan perusahaan

(29)

commit to user

II-8

Gambar 2.4 Posisi tubuh pemakai kursi roda yang direkomendasikan oleh ISO 7176-5

Gambar diatas menjelaskan tentang posisi tubuh manusia yang sesuai

dengan anthropometri tubuh orang Asia khususnya Indonesia yang

direkomendasikan oleh ISO 7176-5. Adapun dimensi bagian utama kursi roda

menurut ISO 7176-5 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Dimensi dasar rancangan kursi roda sesuai standar ISO 7176-5

2.3 Fisiologis Manula (Manusia Usia Lanjut)

Kondisi fisik maupun non fisik dari penduduk lansia yang telah banyak

mengalami penurunan akibat dari proses alamiah, sejalan dengan semakin

bertambahnya umur, juga mengakibatkan menurunnya tingkat produktifitas

bahkan pada akhirnya tidak mampu lagi melakukan kegiatan ekonomi, baik untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri maupun keluarganya. Dengan demikian, secara

ekonomis penduduk lansia digolongkan sebagai penduduk yang tidak produktif,

(30)

commit to user

II-9

meningkatnya jumlah penduduk yang tidak produktif. Manula (Manusia Usia

Lanjut) pada umumnya mulai mengalami perubahan-perubahan baik pada fisik

tubuhnya maupun mentalnya.

Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia berusia lanjut

(manula), yaitu :

a. Sel

-Lebih sedikit jumlahnya

-Lebih besar ukurannya

-Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler

-Menurunnya proporsi protein di otak, ginjal, darah, dan hati

-Jumlah sel otak menurun sehingga mengakibatkan sistem daya ingat

berkurang.

b. Sistem Persarafan

-Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya

dalam setiap harinya)

-Cepat menurunnya hubungan persarafan

-Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress

-Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin

-Kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Sistem Muskoloskeletal

-Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh

-Kifosis

-Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas

-Persendian membesar dan menjadi kaku

-Tendon mengerut dan mengalami skelerosis

-Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot serabut mengecil

sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi

tremor.

(31)

commit to user

II-10

Penurunan kondisi fisik maupun non fisik yang terjadi pada lansia selain

berakibat pada segi ekonomis, yang utama adalah pada segi kesehatan. Kondisi

kesehatan menjadi masalah utama yang umumnya dihadapi oleh sebagian besar

penduduk lansia. Penurunan kondisi fisik dan mental penduduk lansia seiring

dengan bertambahnya umur, mengakibatkan para lansia sangat rawan terhadap

gangguan berbagai penyakit. Gangguan penyakit lupa ingatan (pikun) yang

populer dengan nama syndroma complex adalah salah satu gangguan penyakit

yang banyak dialami oleh para lansia. Berdasarkan hasil riset medis diketahui

bahwa pada manusia lanjut usia (manula) 85% kemampuan atau daya ingat yang

dimiliki relatif kurang atau sudah sangat rentan sehingga memiliki sifat pikun atau

pelupa. Mempertimbangkan hal tersebut, maka pertambahan jumlah penduduk

lansia perlu diantisipasi dengan mempermudah akses penduduk lansia terhadap

berbagai pelayanan kesehatan. Gambaran ini menunjukkan bahwa penanganan

penduduk lansia perlu dilakuakn secara komprehensif. Untuk memperbaiki

kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di

masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju

kondisi kemandirian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui

kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan

kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisi-kondisi itu, maka keluarga,

pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan

sesuai dengan masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada

orang lain. Jika lanjut usia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka mereka

dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada

orang lain.

2.4 Kansei Engineering

2.4.1 Pengertian Kansei Engineering

Otak manusia utamanya menampilkan dua jenis proses informasi, yaitu

proses inteligen dan proses Kansei. Kansei digunakan untuk tes sensor atau

(32)

commit to user

II-11

Di Jepang, istilah Kansei diambil dari ahli filsafat Jerman bernama

Baumgarten (Lee. Et.al, 2000). Karyanya yang berjudul AESTHETICA (1750)

merupakan penelitian pertama yang mempengaruhi Kansei Engineering. Dalam

bahasa jepang, kata Kansei memiliki makna Feeling (Rasa). Impression (Kesan),

emotion (emosi). Kansei Engineering merupakan sebuah metode untuk

menerjemahkan citra (image) konsumen atau perasaan konsumen menjadi

komponen desain yang riil (Nagamichi, Mitsuo, 1995). Kansei Engineering

ditemukan oleh M. Nagamichi di Universitas Hiroshima kira – kira 30 tahun yang

lalu. Kansei Engineering sebagai sebuah teknologi ergonomi yang berorientasi

pada konsumen., memungkinkan citra (image) atau perasaan konsumen bersatu

dengan proses desain sebuah produk baru.

Kansei Engineering didefinisikan sebagai teknologi penerjemahan

perasaaan konsumen (Kansei) tentang produk yang akan datang (baru). Menjadi

sebuah elemen desain. Dengan definisi ini, berarti Kansei Engineering berusaha

memproduksi produk baru berdasarkan perasaan dan permintaan konsumen.

Tujuan dari penelitian Kansei ini adalah untuk mencari struktur emosi yang ada

dibawah sikap atau tingkah laku manusia. Struktur ini mengacu pada Kansei

sebagai seseorang.

Dibidang seni dan desain., Kansei adalah salah satu elemen – elemen

yang paling penting yang membawa kemauan atau kekuatan menciptakan sesuatu.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harada, ditemukan bahwa sikap

seseorang di depan karya seni dan desain seni tidak berdasarkan pada logika

tertapi berdasarkan pada Kansei. Kansei Engineering berhubungan dengan empat

hal:

a. Untuk menangkap perasaan konsumen tentang produk menurut istilah

ergonomik dan estimasi psikologis. Semantic Differential (SD) yang

dikembangkan oleh Osgood merupakan teknik utama untuk menangkap

Kansei Konsumen (Jayne Al-Hindawe,1991). Sebuah contoh diterangkan

(33)

commit to user

II-12

Gambar 2.5 Semantic Differential For Kansei Words

(Sumber: Nagamichi et. Al, 1999)

b. Untuk mengidentifikasi karakteristik desain produk dari Kansei

konsumen. Hal ini dilakukan dengan melakukan survei atau eksperimen

ergonomi untuk mengamati elemen – elemen.

c. Untuk membangun Kansei Engineering sebagai sebuah teknologi

ergonomik. Beberapa teknologi komputer yang canggih. Inteligen

buatan, model jaringan syaraf, dan algoritma genetik termasuk juga teori

Fuzzy, disertakan juga untuk membangun rangka kerja yang sistematik

dari teknologi Kansei Engineering. Dan untuk mengkonstruksi database

yang terhubung dan system interface.

d. Untuk menyesuaikan desain produk dengan perubahan sosial yang

sedang terjadi yang sesuai dengan pilihan orang. Hal ini bertujuan untuk

merawat kesehatan database dari Kansei Engineering system dan trend

Kansei konsumen yang sedang meningkat dengan memasukkan data

Kansei baru konsumen dalam setiap tiga atau empat tahun.

2.4.2 Metode Kansei Engineering

Ada lima gaya teknik dari Metode Kansei Engineering yang digunakan

oleh Nagamichi yaitu :

a. Tipe I : Kansei Engineering Type 1

Langkah pertama yaitu strategi perusahaan, perusahaan harus

memiliki konsep yang ditentukan atau strategi untuk produk baru. Insinyur

(34)

commit to user

II-13

Langkah kedua yaitu mengumpulkan kata-kata Kansei yang berhubungan

dengan konsep produk baru (sekitar 20-30 kata Kansei). Langkah ketiga

yaitu kata-kata Kansei dikumpulkan disusun pada titik 5-atau skala

Semantic Differential7-point.

Ganbar 2.6. Diagram Kansei Engineering Type 1.

Langkah keempat yaitu mengumpulkan sampel produk sebagai

perbandingan di antara produk sejenis dari perusahaan dan pembuat yang

berbeda (sekitar 10-20 sampel). Langkah kelima yaitu daftar item dan

kategori, item dan kategori menyiratkan spesifikasi desain tentang produk

sampel yang dikumpulkan. Semua sifat produk dijelaskan, misalnya item

terdiri dari warna, bentuk, ukuran, merek logo, dan lain-lain. Kategori

misalnya item warna memiliki kategori kuning, merah, hijau dan lain-lain.

Langkah keenam evaluasi percobaan yaitu responden diminta mencatat

perasaan mereka dengan kata-kata Kansei untuk setiap sampel pada lembar

skala Semantic Differential. Langkah ketujuh yaitu analisis statistik, data

dievaluasi dan dianalisa dengan metode statistik, terutama dengan analisis

statistik multivariat. Langkah kedelapan interpretasi data yang dianalisis,

yaitu semua data dianalisis harus ditafsirkan dari sudut pandang Kansei

Engineering. Tujuannya adalah untuk menemukan hubungan antara Kansei

(35)

commit to user

II-14

setiap Kansei dengan spesifikasi desain. Langkah kesembilan yaitu

Penjelasan data, interpretasi data harus menjelaskan kepada desainer

perusahaan untuk membuat desain baru dengan bantuan desainer. Langkah

terakhir yaitu kolaborasi para insinyur dengan desainer, Kansei memotivasi

perusahaan untuk membuat desain produk baru. Dalam proses ini, insinyur

Kansei harus mendukung terciptanya perancangan produk baru berdasarkan

data Kansei Engineering. Ini adalah semacam kerjasama antara insinyur

Kansei dan desainer.

b. Tipe II: Klasifikasi Kategori

Klasifikasi kategori adalah sebuah metode dimana kategori Kansei

tentang target yang direncanakan dipecah menjadi tiga struktur untuk

menentukan detail desain fisik. Pada KanseiEngineering tipe 1 konsep zero

level harus dibagi menjadi sub konsep dari domain fisik yang bermakna dan

jelas, untuk menentukan detail – detail yang riil.

c. Tipe III: KanseiEngineeringSystem

KES adalah sebuah sistem bantuan komputer yang mendukung

perasaan dan citra (image) konsumen ke dalam elemen – elemen desain

fisik. Gambar 2.7 menunjukkan diagram proses KES

Gambar 2.7 Diagram Proses KES (Sumber: Nagamichi, 1995)

KES pada dasarnya memiliki 4 basis data dan sebuah mesin

inference dalam strukturnya. 4 basis data tersebut adalah:

1. Basis Data Kansei (Kansei Word Database)

Pertama-tama Kansei Word yang digunakan dalam domain

produk baru dikumpulkan dari majalah-majalah industri yang berkaitan.

(36)

commit to user

II-15

Differential dan kemudian dianalisis dengan Metode Statistik, seperti

analisis faktor. Hasil dari Analisis faktor memberi saran akan petunjuk

Kansei Word yang akan digunakan, yang akan menjadi sumber basis

data KanseiWord yang dibangun ke dalam sistem.

2. Basis Data Citra (Image Database)

Hasil pengujian dengan Semantic Differential merupakan

analisis kedua dalam Teori Kuantitatif Hayashi tipe 1. Melalui analisis

ini, kita bisa mendapatkan daftar hubungan statistik antara kata Kansei

dan elemen-elemen desain. Setelah itu kita dapat mengidentifikasi kata

Kansei, yang memberikan item-item tertentu desain detail. Sebagai

contoh, jika konsumen menginginkan sesuatu yang indah, kata Kansei

ini merespon dengan beberapa desain detail dalam sistem. Data ini

membangun basis data citra dan basis peraturan.

3. Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Basis pengetahuan terdiri dari aturan-aturan yang dibutuhkan

untuk memutuskan tingkat korelasi antara item-item rincian desain

dengan Kansei Word. Beberapa aturan dihasilkan dari perhitungan teori

kuantifikasi dan beberapa dari prinsip-prinsip kondisi warna, panduan

desain kasar dan masih banyak lagi.Gambar 2.8 menunjukkan struktur

Kansei Engineering System (KES).

(37)

commit to user

II-16

4. Basis Data Desain dan Warna (Design and Color Database)

Detil-detil desain diterapkan pada basis data desain bentuk dan

basis data pengecatan warna secara terpisah. Semua detil-detil desain

terdiri dari desain aspek yang berhubungan sebagai bentuk total dengan

masing-masing Kansei Word. Basis data warna terdiri dari warna yang

beragam yang juga dihubungkan pada Kansei Word. Desain gabungan

dengan bentuk dan ukuran ini di kutip dengan sistem inferensi yang

spesifik berdasarkan basis peraturan dan kemudian ditampilkan dalam

grafik dilayar.

d. Tipe IV: Permodelan Kansei Engineering

Dalam permodelan Kansei tipe IV, suatu model matematis

dibangun dalam basis aturan yang rumit untuk mencapai keluaran ergonomi

diterapkan sebagaimana peranan logika ke basis peraturan. Penerapan

Kansei tipe IV telah sukses dalam pengembangan printer warna dari warna

orisinil menjadi lebih indah dan mengacu pada warna kulit muka (Faceskin

color) dengan Fuzzy Logic oleh Fukushima.

e. Tipe V: Virtual Kansei Engineering

Tipe ini memberikan presentasi dari produk nyata dengan

perwakilan dalam penggabungan dengan kenyataannya. Hal ini dapat

dilakukan dengan sistem pengumpulan data standar.

2.5 Teori Statistik 2.5.1 Skala Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu proses suatu angka atau simbol dilekatkan

pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan atau prosedur

yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan antara

lain:

1. Prosedur pemberian angka/simbol yang dapat diartikan sebagai suatu

proses penentuan angka/simbol yang diperlukan dalam suatu skala

2. Property of object yang berarti sifat-sifat yang terlekat pada obyek yang

(38)

commit to user

II-17

3. Dalam rangka memberikan karakterisasi pada beberapa property yang

akan ditanyakan, yang berarti pemberian simbol tersebut terkait dengan

sifat-sifat obyek yang diteliti.

2.5.1.1Jenis Skala Pengukuran

Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasi variabel yang

akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya (Sugiyono, 1997). Skala pengukuran dapat

dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Skala Nominal

Maksud dari skala pengukuran yang disusun menurut jenis (kategori)

atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah

karateristik dengan karakteristik yang lain sebagai contoh skala nominal

dalam gender, responden dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

laki-laki diberi angka 1 dan perempuan diberi angka 2. Angka ini hanya

berfungsi sebagai label/kategori semata tanpa nilai intrinsik dan tidak

memiliki arti apa-apa.

2. Skala Ordinal

Skala ini memasukkan karakteristik harapan skala nominal yang

berkelanjutan dengan hubungan angka yang diberikan untuk nilai. Skala

ordinal merupakan skala yang tidak hanya mengkategorikan variabel ke

dalam kelompok, tetapi juga menunjukkan beberapa derajat urutan / peringkat

(rangking) yang diakui untuk diukur sebagai contoh :

Manajer dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu manajer puncak,

manajer menengah, dan manajer pelaksana. Manajer puncak diberi angka 1,

manajer menengah diberi angka 2 dan manajer pelaksana diberi angka 3.

angka-angka dalam kasus ini menunjukkan nilai, tetapi perbedaan antara

hitungan angka tidak menunjukkan nilai, tetapi perbedaan diantara hitungan

angka tidak menunjukkan derajat superioritas. Dalam hal ini derajat

superioritas tidak ditunjukkan angka-angka, tetapi jelas bahwa puncak lebih

(39)

commit to user

II-18 3. Skala Interval

Skala ini selangkah lebih maju dibandingkan dengan skala ordinal.

Skala interval meliputi konsep equality dari peningkatan menunjukkan jarak

antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.

Sebagai contoh skala ini, jika sekelompok kategori data diberi nilai 1, 2, 3, 4,

5, maka jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak 4 dan 5.

4. Skala Rasio

Skala rasio adalah skala interval dan memiliki nilai dasar (based

value) yang tidak dapat dirubah. Misalkan umur responden memiliki nilai

dasar nol, dengan skala ini dapat untuk menunjukkan angka-angka keadaan

fisik terkini (actual) terhadap variabel yang diukur dalam hal ini adalah umur.

2.5.1.2Penyusunan Skala

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perbedaan

semantik (Semantic Differential Scale), adalah suatu skala pengukuran untuk

metodologi riset yang dikembangkan oleh Osgood pada tahun 1957, untuk

mengukur maksud atau arti, psikologi dari suatu obyek ke perorangan. Teknik ini

dikembangkan untuk menguraikan isi dari suatu yang multidimensional dan

mencari dimensi yang tersembunyi yang tidak dapat diukur secara langsung

Maka ditempatkan pada isian properti multidimensi yang disebut isian

semantik. Metode ini menggunakan skala rating bipolar (dua kutup), yang

biasanya menggunakan skala 7 butir yang disediakan untuk mengisi pandangan

yang diyakini dalam setiap item skala. Karakteristik bipolar mempunyai tiga

dimensi dasar sikap seseorang terhadap obyek, yaitu :

a. Evaluatif, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan

suatu obyek.

Contoh : [(good (bagus)-bad (buruk)]-yang dapat dilihat pada contoh seperti

“Good-Bad, “Fresh-stale”, “Cold-Hot”.

b. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu obyek.

Contoh : [(Strong (kuat)-Weak (lemah)]-dilihat dicontoh seperti ”

(40)

commit to user

II-19

c. Aktivitas, yaitu tingkat gerakan suatu obyek.

Contoh : (Active-passive)-dalam contoh “The Activepassive, dan tensis yang

sederhana.

Contoh :

Besar : ___: ___ : ___ : ___ : ___ : ___: ___: kecil

1 2 3 4 5 6 7

Dari contoh diatas, responden memberikan tanda silang (x atau V)

terhadap nilai yang sesuai dengan persepsinya. Teknik ini banyak digunakan oleh

suatu perusahaan untuk mengetahui merk dagang. Maksud dari semua ini adalah

dapat membedakan antara sikap yang metode lain tidak lakukan dan harus

memberikan hubungan antara sikap dan perilakunya.

Langkah -langkah Semantic Defferential:

a. Pilihlah konsep, obyek atau rangsangan lain yang akan dinilai dengan

tujuan bipolar (berkutub 2).

b. Seleksilah skala yang sesuai atau sepasang kata sifat.

Seleksi ini ditentukan oleh pendukung-pendukung faktor dan relevansi

konsep. Subyek-subyek diberi sebuah kata dan diminta untuk menilai kata dengan

beragam kata sifat yang saling berlawanan disepanjang skala poin 7. Memberikan

nilai disepanjang skala poin 7 antara kata sifat evaluatif yang saling berlawanan,

digunakan untuk mendefinisikan arti sebuah konsep pembagiannya pada poin

dalam ruang semantik multidimensi. Semantic Differential digunakan secara luas

dibidang periklanan dan penelitian pasar, dari kuesioner sampai wawancara dan

kelompok-kelompok fokus. Kepandaian dalam banyak hal di dalam penggunaan

dengan kata sifat berkutub dan kesederhanaan dalam memahaminya, membuatnya

ideal sebagai ”kuesioner dan interview konsumen”. Daya tarik yang besar pada

teknik Semantic Differential adalah kemampuannya (SD) dalam menjelaskan

”Dimensi yang mendasari” yang digunakan oleh peserta penelitian dan dalam

(41)

commit to user

II-20

Manfaat teknik Semantic Differential dibandingkan dengan metode

”pengskalaan” lain adalah:

a. SD merupakan kombinasi tipe-tipe skala-skala penilaian yang biasa dengan

analisis faktor.

b. Tekniknya sangat fleksibel dan simpel untuk dikonstruksi, dikelola dan

dinilai.

c. Semantic Differential (SD) adalah subyek dari semua pembatasan

skala-skala penilaian, kemungkinan memalsukan respon, menyetujui (tendensi

untuk menempatkan nilai-nilai diposisi tengah) penandaan sebuah konsep

diatas skala yang tak berarti.

d. Kevalidan dan reliabilitas dari skala Semantic Differential umumnya

memuaskan studi kevalidan menunjukkankoefisien hubungan sebesar 0, 80

antara penilaian Semantic Differential dengan skala Thurstone, likert dan

butman. Pengetesan kembali reliabilitas Sementic Differential dilaporkan

hasilnya mencapai 0, 90.

e. Semantic Diffferensial adalah teknik-teknik yang berguna dalam mengukur

sikap orang terhadap obyek.

2.5.1.3Validitas

Kesahihan (validitas) adalah tingkat kemampuan untuk mengungkapkan

sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan

instrumen tersebut. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut.

...(2.1)

Keterangan:

N = jumlah responden/data pengamatan

X = variabel independen

(42)

commit to user

II-21

Adapun prosedur untuk menghitung korelasi antar skor masing-masing

butir pertanyaan dengan total skor menggunakan software SPSS versi 17.00

dengan langkah analisis sebagai berikut :

1. Dari menu utama SPSS pilih menu Statistics / Analyze kemudian pilih sub

menu Correlate, lalu pilih Bivariate.

2. Tampak di layar tampilan windows Bivariate Correlation.

3. Isikan dalam box variabel semua butir skor pertanyaan dan skor total.

4. Pilih Coeficient Correlation Pearson.

5. Tekan OK.

6. Output SPSS.

2.5.1.4Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) butir adalah instrument untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel ataupun konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan andal atau reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Rumus Spearman Brown

...(2.2)

Keterangan:

r1= Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb= Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Repeated Measure atau ukur ulang.

Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang

berbeda.

Kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

2. One Shot atau diukur sekali saja.

Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan

(43)

commit to user

II-22

Adapun langkah analisis dari uji reliabilitas ataupun keandalan dengan

menggunkan bantuan software SPSS versi 17.00 adalah sebagai berikut:

1. Dari menu utama SPSS pilih menu Statistics/Analyze kemudian pilih

sub menu Scale, lalu pilih ReliabilityAnalysis.

2. Tampak dalam layar tampilan windows Reliability Analysis.

3. Masukkan semua pertanyaan kedalam boxItems.

4. Pada box model pilih Alpha.

5. Klik tombol Statistics sehingga tampak dilayar wndows Reliability

Analysis Statistics.

6. Pada bagian Descriptive for pilih Scale if Item Deleted.

7. Klik Continue dan OK.

8. Output SPSS.

2.5.2 Analisis Faktor

Analisis faktor adalah usaha untuk menyederhanakan hubungan yang

kompleks dan hubungan yang bermacam-macam, yang ada diantara serangkaian

variabel yang diteliti, dengan cara membuka dimensi-dimensi umum atau

faktor-faktor yang bersama-sama menghubungkan variabel-variabel yang tidak

berhubungan dan sebagai hasilnya faktor ini menyediakan pengetahuan kedalam

struktur yang mendasari sebuah data. Sebagai contoh, dimensi umum yang

mendasari sebuah kelas sosial bisa menerangkan hubungan positif yang kuat yang

sering ditemukan diantara pendapatan, pendidikan dan pekerjaan. Istilah-istilah

kunci yang digunakan dalam proses analisis faktor adalah:

a. Matrik korelasi anti image: Matrik hubungan parsial bagian antara variabel

setelah analisis faktor, melambangkan derajad yang mana faktor-faktor itu

saling menjelaskan hasilnya satu sama lain. Diagonal berisi pengukuran

kecukupan sampling untuk masing-masing variabel, dan nilai-nilai

diagonal miring atau diagonal putus-putus merupakan hubungan parsial

(44)

commit to user

II-23

b. Test ”kebulatan atau kelengkungan” Bartllet: Model faktor yang mana

faktor-faktornya berdasarkan ”Reduced Correlation Matrik” (matrik

hubungan menurun). Yaitu berhubungan dengan umum atau bersama

dimasukkan pada diagonal matrik korelasi dan faktor-faktor ini

berdasarkan hanya pada varian umum, dan varian yang spesifik dan error

tidak termasuk didalamnya.

c. Matrik korelasi: tabel menunjukkan interkorelasi diantara semua variabel.

d. Pengukuran kecukupan sampling: mengukur perhitungan baik untuk

seluruh matrik korelasi maupun masing-masing variable individual yang

mengevaluasi ketetapan dalam menerapkan analisis faktor. Nilai diatas

0,50, baik untuk keseluruhan matrik maupun untuk variabel individual,

mengidentifikasikan ketepatan.

e. Analisis faktor R: menganalisis hubungan antara variabel atau

mengidentifikasi kelompok-kelompok variabel yang membentuk dimensi

laten (faktor).

Faktor intelektual umum, (umum untuk semua pengukuran), dan sebagai

faktor khusus yang berkaitan dengan masing-masing ukuran secara unik atau

dengan hanya sedikit ukuran. Peneliti akan segera melihat bahwa ada ketidak

menentuan dasar yang berkaitan dengan model faktor umum. Agar supaya dapat

menentukan jumlah faktor-faktor umum secara tepat, peneliti harus mengetahui

varian dari masing-masing. Variabel umum terhadap variabel P-1 lainnya; disisi

lain, sebelum sampai jumlah faktor-faktor umum diketahui, bagian dari sebuah

varian variabel yang berbagi dengan variabel lain tidak dapat ditentukan.

Lagipula, meskipun dimensionalitas ruang vektor umum (contoh : jumlah faktor -

faktor umum) dapat diputuskan jika varian umumnya diketahui, tetapi

faktor-faktor umum itu sendiri tidak menentu. Jadi, untuk sebuah matrik data yang

diberikan, akan ada jumlah rangkaian faktor-faktor umum yang berbeda dan tak

tentu. Model Analitik faktor yang umum, disi lain, mengekspresikan

masing-masing variabel yang dapat diteliti di observasi dipandang dari segi faktor-faktor

(45)

commit to user

II-24

Faktor-faktor umum merupakan faktor yang tidak dapat diteliti. Biar

bagaimanapun, peneliti dapat mengukur indikator-indikator mereka dan

menghitung korelasi antara indikator indikator tersebut. Tujuan dari Analisis

faktor menggunakan matrik korelasi yang diperhitungkan adalah.

1. Mengidentifikasi jumlah faktor-faktor umum terkecil (contoh, model

faktor yang paling hemat) yang menjelaskan dengan baik atau memberi

keterangan tentang korelasi diantara indicator-indikator.

2. Mengidentifikasi solusi faktor yang paling masuk akal melalui rotasi

faktor

3. Memperkirakan muatan pola dan struktur, komunalitas (berhubungan

dengan umum), dan varian-variabel unik indicator-indikator.

4. Menyediakan sebuah interpretasi faktor-faktor umum.

5. Jika perlu, memperkirakan nilai-nilai faktor.

2.5.3 Prosedur Peringkasan Data

Ada beberapa langkah untuk menampilkan peringkasan data:

a. Menyusun matrik data baris

Matrik ini berisi data riil yang berasal dari kuesioner, m x n x matrik,

dengan m sebagai jumlah responden dan n sebagai variabel.

b. Menguji apakah data sudah sesuai dengan analisis faktor

Pertama, seseorang dapat secara subyektif menguji matrik

korelasi, korelasi yang tinggi antara variabel-variabel mengindikasikan

bahwa variabel-variabel dapat dikelompokkan menjadi rangkaian

homogen dari variabel-variabel seperti masing-masing rangkaian variabel

mengukur “konstruksi atau dimensi yang sama” yang mendasari yang

sama. Korelasi yang rendah antara variabel-variabel mengindikasikan

bahwa variabel-variabel tidak memiliki banyak hal-hal umum atau

mengindikasikan bahwa variabel merupakan kumpulan

variabel-variabel yang heterogen. Dalam hal ini, seseorang dapat melihat analisis

faktor sebagai suatu tehnik yang mencoba untuk mengidentifikasi

Gambar

Gambar 2.5 Semantic Differential For Kansei Words
Gambar 2.7 Diagram Proses KES
Gambar 2.8(Sumber: Nagamichi, 1995) commit to user
grafik dilayar.
+7

Referensi

Dokumen terkait