r "
DIKABUPATENTABANAN
I GUSTI
PUTU SURYADARMA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya mcnyatakan bahwa disertasi Penguatan Pengctahuan Usoda Taru Pramantl dan Perlindungan Jentr Twnbuhan Pads Tam Ruang Tr; Mandola Dcsa Masyarakat Bali (Kasus Masyarakat Bali Kabupatcn Tabanan) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun dan kepada pcrguruan tinggi manapun. Sumbcr infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditebitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Dattar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Juni 2005
Penguatan Pengetahuan Masyarakat Bali di Kabupaten Tabanan. Dibawah bimbingan Hadl S Alikodra, Ani Mardiastuti, Hadi Susilo Arifin, Eko Baroto Walujo.
Indonesia merupakan negara yang terdiri atu berbagai etnik dengan pengetahuan tradisioinal penunjang kehidupannya. Pengetahuannya diwariskan secara turun temurun secara lisan dan sangat jarang terdokumentasi dalam bentuk tertuJis. Pengetahuan tumbuhan obat tersebar pada berbagai suku di Indonesia dan salah satu diantaranya terdokumentasi dalam naskah usado. UsadaTaru Pramana (usada) adalah naskah tertulis dalam daun Jontar (Borrrasus flalnllifor) dalam Bahasa Bali pada abad XI. Keunikan pengetahuan usada terdesak oleh keunggulan pengobatan modem dan perlunya inovasi pengetahuan dan perlindungan tumbuhannya pada tata ruang rr;
MDndala masyarakat.Bali. Penelitian bertujuan untuk: I, menganalisis isi naskah usada
sebagai pengetahuan tumbuban obat; 2. mengkaji pengetahuan masyarakat tentang jumlah jenis tumbuhan yang tertulis
dalim
naskah usada,' 3. Mcngbji sebaran tjenis tumbuhannya pada roang trl mandala des.; 4. merumuskan penguatan pengetahuan mclalui strukturisasi paket panduan informui sesuai realitas dan tanggapan masyarakat. Penelitian dilakubn di tip desa Kabupaten Tabanan yang mewakili desa pegunungan, desa dataran dan dcsa pantai Ketiga desa terpiUh mewakili dna pegunungan (De.sa Batunya1 desa dataran (Desa Marga) dan desa pantai (Desa Braban). Unit penelitian adalah pekarangan. tip pura utama dan palemahan desa. PengumpuJan data jenis tumbuhan, pengetahuan masyarakat dilakukan bertahap mulai Januari - Mei 2002 dan Agustus -September 2002. Data pengetahuan masyarakat dan seharan tumbuhan mengguna1can anal isis dislaiptif dan kuantitatif dengan membandingkan jenis tumbuhan daJam usado. Pendekatan analisis SWOT untuk menentukan strategi penguatan.Pcnelitian ュセオョェオォォ。ョZィ。ウゥャ@ seperti berikut: l.Nukah Usada Taru Pramana
memiliki kesatuan infonnasi pengobatan dengan ragam terapi pilihan tumbuhannya. Mencatat 14 kelompok penyakit dan 161 jen.is tumbuhan
sma
70 % diantaranya digunakan dalam pengobatan modern. 2. Pcngetahuan masyarakat tergolong cukup dan pengetahuan generasi tua Icbih baik sejalan dengan pengalamannya menggunakanakasara hanacaraka seperti yang digunakan dalam usado. Adanya penunJDan pengalaman mendengar, melihat, menggunakan untuk obat karena keterbatasan naskah
dan sifat pewarisan secara lisan. 3. Jenis tumbuha daJam usada tersebar mcrata pada ruang Irl mandala desa dimana jumlah akumulatif sebanyak 149 jenis tergolong banyak sekali .. Scbaran jenis ditemukan di pekarangan scbanyak 120 jenis tergolong banyak, tiga pura utama scbanyak 80 jenis tergolong cukup dan palemahan desa sebanyak 100 jenis tergolong banyak,. Terdapat perbedaan jumlah antar desa dimana jumJah tertinggi desa Marga sebanyak 141 jenis tergolong banyak sckall dikuti oleh Desa Braban 120 jenis tergolong banyak dan Batunya 93 jenis tergolong cukup. 4.Pilihan penguatan pengetahuan dan perlindungan sebaran jenis tumbuhan dilakukan melalui strukturisasi naskah usada Paut panduan ;nformasi usada sebagai kesatuan infonnasi ditanggapi secara baik sebagai inovasi sitem pewarisan.
ABSTRACT
SURYADARMA 1 GUST! PUTU. Usada Taru Pramana analysis as effort of Bali society knowledge revitalization at Tabanan Regency. Under the direction of Hadi S AliJcodra, Ani Mardiastuti, Hadi Susilo Arifin, and Eko Barolo Walujo.
Indonesia is country that consists of plenty ethnics with its indigenous knowledge supporting their living. Their knowledge is given heritance by oral and rare documentation in written note. Medicine plants knowledge distributes at several groups in Indonesia and one of them is documented in usada script. Usada Taro Pramana (usada) is one of an ancient traditional medicine script that was written in palm leaves (Borrrasus flabellifer) in Bali language on lid! century. Usada knowledge unique is being pushed by modern treatment speciality and need knowledge innovation also plants protection at Tn MQ1I(./Q/a landscape orBali society. The objective of this research is (1) to analyse content of JISlJda knowledge, (2) to study the people knowledge about number of plants type. (3) to identify plants distribution at Tri Mandala village. (4) to fonnulate knowledge strengthen by restructuring book sequence packages information based on reaJity and society perception. The study sites are located at three villages at different altitude in Tabanan Regency. Three villages that are seleeted represents mountains village (Batunya village), flat villages (Marga village) and coast village (Braban village). Research unit is yard, three main temples and village palemahan. Plants type and society knowledge data were obtained graduaHy from January - May 2002 and August· September 2002. Society knowledge and plants distribution usc descriptive analysis and quantitative by comparing plants type in usada. SWOT approach is in order to decide strengthen strategy.
The result of research shows 1. Taru Pramana U3ado script has unity of treatment infonnation by various plants selection therapy. It was documented 14 disease groups and 161 plants type that 70 % of them is used in modem treatment. 2. Societies knowledge is enough and old generation knowledge is betkr as their experience in using honacarako letter such of using in usada. There is degradation in listening experience, seeing. using for medicine because of script limitation and oral hcritance. 3. The plants type of usada is distributed in equally at Tn Mandala village zone where accumulative amount is 149 types. Type distribution is found in yard for 120 types that are a lot, three main temples for 80 types that are enough and villages palemohan for 100 types that are a lot. There is differences amount between villages where the highest amount is Marga village for 141 types that are a lot then followed Braban village for 12 types that are a lot enough and Batunya for 93 types that arc enough. 4. Knowledge strengthens choice and protection of plants type distribution is done through wada script structure. Sequence book information of usoda as unity information is faced well as hcritance innovation system.
Dilarang megulip don memperbanyak tanpa yin tertulis dar; Institul Plrtanian Bogor. #bagIon atau .Iuruhnya dalam bentuk apapun. bailc
AuaUsia
Usada Tllru Pranumll SebagaiPengota. PeDgetahuan
Masyarakat Bali Di Kabupaten Tabanan
Disertasi
I GUSTI PUTU SURYADARMA
Disertasi
SeNpl Sa ... Sata 81 .... t
U.tak IDCIBperoleb lelar Doktor . . cia
Program Pua_rj ... I.stitut Perta.iaa Bocor
sekolahpascasセana@
Nama Mahasiswa : I Gusti Putu Suryadarma Nomor Mabasiswa : PI0600005IPSL
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui:
Komisi Pembimbing
セャ|@
Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra. M.S. (Ketua)
Dr. Ir. Hadi SusDo Anlin. M.S. (Anggota)
Ketoa Program Stodi Pengelolun Sumberdaya dan Lingkungao
-6'Np
Tanual Ujian: 17 Mei 1005
Dr. Ir. Ani Mardiastuti. M.Sc. (Anggota)
セGHjNNjjQN@
"-Dr. Eko Baroto Waluio (Anggota)
olah Pascasarjana
PRAKATA
Awn Swastyastu.
Penulis mengucapkan A.slUJg Krta Wara Nugraha kehadapan Purba Wi,fua
karena dapat menyelesaikan discrtasi dalam satu proses sub dan duka seperti putaran
siang dan malam. Tema yang dipiJib dalam penelitian diJaksanakan sejak bulau Maret
2002· Februari 2003 bcrjudul A"aJis;s Usada Taru sebagai Penguatan Pengetahuan
Masyarakat Bali di Kabupaten Tabanan.
Disertasi ini bertujuan untuk. memberi pemantapan terhadap perJindungan sebaran jcnis iumbuhan obat pada tata roang tri manda/a desa masyarakat Bali khususnya dan sebagai refcrensi perlindungan pengctahuan masyarakat lokal daJam perspektif ilmiah. Satu pendekatan perlindungan jenis tumbuhan bertumpu pada karaktcr masyarakat tokaJ daJam menjaJan1can kchidupannya sehingga dapat ditumbuhkan dalam pengetahuan ilmiah. Pcngetahuan tradisiooal yang dimaksud adalah tumbuhan obat pada naskah lontar Usada Taru Pramano dan sebaran jenis tumbuhannya pads tata roang tradisional tri mandala masyarakat Bali.
Infonnasi Iontar Usada Taru Pramana bersumber dati nasbh terjemahan dalam
(Sukersa 1996) dalam Jcajian filologi Bahasa Bali dan Bahasa Jawa Kuno. Pc:ngamatan
lapang dilakukan pada pola tata ruang tnldisional tri mandala desa muyaralcat Bali di
desa pegununpn Batunya, desa dataran Marga dan desa pantai Braban sesuai pada unit
pck.aranpn, tip pun utama dan paJemahan desa sebagai satuan desa adat.
Penulisan uセ@ TQ1'1l Pramana daJam pakel panduan i"formasi sebagai salah
satu sarana memadulcan infonnasi pengetahuan pengobatan usada dimana keberadaannya tcJah mcndekati satu milenium dengan keunggulan pcngobatan modem. Pengadaan paleet
infonnasi mcmungkinkan terjadinya kcterJcaitan antara spesifikasi pengobatan tradisional
dengan kcluuan dan keunggulan pengobatan modem dimana keberadaannya di
masyarakat diharapkan dapat menjembatani keterbatasan infonnasi dalam naskah Ufada
dengan tetap mempettahankan kesakraJan nasUb aslinya Penyebar luasan infonnasi pengetahuan tcrsebut sebagian telah dipublilcasikan pada : I. The Japonue iQvエゥャvエセ@ of
Lan.rt:aJ¥ Archltectun Vol. 65 no 3 January 2000 yang berjudul Integrating the Value of
Local Tradition and Culture in Ecological Lanscape Planing in Indonesia oleh Hadi
Susilo Arifin. Nurhayati Hadi Susilo Arifin dan I Gusti Putu Suryadanna (dalam Bahasa
Jepan&). 2). Sutainabie Agriculture in RuraII"donuia (dalam Bahasa Inggris) oleh
Yoshihiro Hayasi. Syamda Manuwoto. Slama Hartono seijin dan The Japanese Institute
Udayana dan Balimangsi Press. 4). Seminar dan lokakarya Konservasi Tanaman Upac01'Q Adar Bali • betjudul Manfaata Ganda dan Perlindungan Tumbuhan Upacara pada
Tn
Mandala Desa Adat Bali pada 7 Oktober 2004 oleh UPT Bale Konservasi TumbuhanKebun Raya Elca Karya Bali.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi S AUkodra M.S.
sebagai ketua komisi pembimbing. Kepada anggota Jc:omisi pembimbing; Dr. Ir. Ani Mardiastuti M.Sc, Dr.lr. Hadi SU5ilo Antin M.S, Dr. Eko Baroto WaJujo alas bimbingannya sehingga diserwi ini dapat diseJesaikan. Ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Cecep Kosmana M.S, Dr. Ir. Y. Purwanto dan Dr. Ir. Nurhayati H. S. Aritin M.Sc selaku penguji yang telah mcmberikan masukan untuk perbaikan disertasi ini. Ucapan terima lcasih kepada Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mcmberikan kesempmn tups belajar di Pasc:asarjana di IPB pada program studi PSI.. Pengh.argaan kepada Kehq,
program Studi PSL dan jajarannya yang telah banyak membantu selama penulis mengikuti kuliah di IPB. Kepada Bapak Dekan Pascasarjana IPB dan jajarannya diucapkan banyak terimaJcasih atas segala bantuannya.
Terimasih kepada istriku Wulansari yang telah berani menerima tanggungjawab
keluarga dalam mengasuh putra putriku Diah Padmaranai. Panji WiweJc:a dan Bayu Ambara selama ditingpl daJam mcnempuh jejang pendidibn ini.
Kepada Bapak Bupati Tabanan dan jajarannya, kepala Desa Batunya Kepala Dcsa Marga. Kepala Dcsa Braban dan aoggota masyarakatnya yang telah membantu dalam pelaksanaan peneJitian di lapangan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih tcrbuka untuk mendapat kritik dan saran, ibarat menyalakan 。ーセ@ apinya masih belum berwama biru dan masih mengeluarkan asap yang memedihkan mat&, karena itu sangat diharapkan sarannya untuk mcningkatkan pemanfaatannya.
Semoga Damai di Hati, damai di Bumi dan Damai selamanya.
Bogar, JUDi 2005
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Desember 1951 di Desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali dan saat ini bertempat tinggal di Kota Yogyakarta Penulis adalah anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan I Gusti Made
Tusian dan ·Mekel Scrata. Penulis dikarunia tiga orang putra, NGP Diah Padma rani, OB Panji Wiweka, OB Bayu Ambara dati istri Meleel Wulansari . Pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Negeri Y ogyakarta, FMlP A, Jurusan Biologi dan tamat pendidikan pada tahun 1979. Pendidikan PascasaIjana (S2) pada Program Studi IImu Lingkungan Universitas Oajahmada diselesaikan
pada tahun 1989 Beasiswa BPPS.
Bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Negeri Yogyakarta sejak
DAFr AR GAMBAR...
vDAFl'AR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN 1.1. :Latar belakang... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 1
1.2. Rumusan masalah ... ... ... ... ... .... ... .... ... ... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Penelitian .... ... ... ... ... ... ... ... ... 4
1.3.2. Manfaat Penelitian ... セNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ 4 1.4. Kerangka pen1ikiran... ... ... ... ... ... ... .... ... .... ... ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia ... ... ... ... 7
2.2. Sistem Pengetabuan Masyarakat dan Hidup Berkelanjutan ... ... 8
2.3. Keauekaragaman Hayati dan Budaya Masyarakat Tradisional... 10
2.4. Pengetahuan Tradisonal Usada Taro Pramana ... 11
2.5. PeraD8D Lansekap dalam Perlindungan Keanekaragaman Hayati... 15
2.6. Trl Mandala Tata Ruang Tradisional Masyarakat Bali ... 16
2.7. Alih Pungsi Laban Terhadap KeJangkaan Tumhuhan Obat ... 20
2.8. Program. Jalur Hijau... 21
2.9. Pemediaan dan Paut lnformasi UsadD TarupPramana ... 22
2.9.1. Pemediaan Usada Taru Pramana... 22
2.9.2. Paket Panduan Infonnasi Usada Masyarakat ... 24
2.9.3. Seleksi Pengetahuan Tradisional dan Perencanaan Konservasi ... 25
IlL KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Propinsi Bali... ... ... ... ... ... ... ... ... 27
3.2. Kabupaten Tabanan ... 27
3.2.1. Pola Penggunaan Laban Kabupaten Tabanan ... :... 28
IV. METODE PENELITIAN 4.1. I..okasi dan Waktu Penelitian . ... ... ... ... ... ... ... 33
4.1.1. Lokasi Desa Penelitian... 33
4.1.2. Alokasi Waktu Penelitian ... 37
4.2. Tahapan Penelitian... 37
4.2.1. Analisis Lontar Usada Taru Pramana ... 38
4.2.2. Pengambilan Unit Contoh Pekarangan dan
Pura...
384.2.3. Penentuan Kriteria Jumlah Jenis Tumbuhan Usada ... 39
4.2.4. Eksistensi Pembagian Ruang Tri Mandala... 39
4.2.5. Penyusunan Instrwnen dan Ringkasan Usada Taru Pramana ... 40
4.2.6. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jwn1ah Jenis Tumbuhan Usada... 40
4.2.7. Sebaran Jenis Tumbuhan Usada di Tri Mandala Desa ... 40
4.2.9. Penyusunan Materi Penguatan Husada Taro Pramana ... 41
4.2.10. Jalur Hijau pada Pal8l1lahan Desa... 42
4.2.11. Penyusunan Paket Infrormasi Usada Taru Pramana ... 43
4.2.12. Tanggapan terhadap Puet Informasi Usada Taro Pramana ... 44
4.3. Pengumpulan Data Lapangan ... 44
4.4. Analisis Data... 46
V. KASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis lsi Lontar Usada Taru Pramana... 49
5.
t
.1. Sistem Infonnasi dan Jwnlah Jenis Tumbuhan Usada ... 495.1.2. Macam Pengobatan Penyakit dalamUsada Taru Pramona ... 50
5.1.3. Jenis Penyakit dan Sasaran Pengobatan... 50
5.1.4. Ringkasan Keterkaitan Antar Komponen Usada Taru?ramona ... 52
5.1.5. Penggunaan Bagian Tumbuhan ... S3 5.
t
.6. Dasar Pengelompokan Jenis Tumbuhan ... 535.1.1. StIUkturisasi Urutan Lontar Usada Taru Pramano ... 55
5.2. Pengetabuan Tumbuhan Usada Taru Pramana Masyarakat... 56
S.2.1. Pengetabuan Tumbuhan Obat Usada
Masyarakat...
565.2.2. Pengetahuan Masyarakat antar Lokasi dan Kelompok Usia ... 58
5.3. pemanfaatan Tumbuhan Usada Masyarakat ... 60
5.3.1. Macam Pemanfaatan.... ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... 60
5.3.2. Pemanfaatan Bagian Twnbuhan Usada ... 61
5.4. Sebaran Jenis Tumbuhan UsadiJ pada Tri Mandala Desa ... 62
5.4.1. Jumlah Jenis Tumbuhan Usada pada Trl Mandala Desa ... 62
5.4.2. Jumlah Jenis Tumbuhan Usada pada Ruang Pekarangan... 66
5.4.3. Jumlah Jenis Twnbuhan Usada pada Tiga Pula
Desa...
685.4.4. Jumlah Jenis Twnbuhan Usada pada Palemahan
Desa...
705.4.5. Jumlah Twnbuhari Usada eli Trl Mandala
Desa...
735.4.6. Jumlah Jenis Tumbuhan Bukan Kelompok Usada
Taru Pramana
...
755.4.1. Jumlah lenis Twnbuhan Tumbuhan pada Tri Mandala Desa ... 76
5.4.S. Sebaran Jenis Tumbuhan Usada dan Bukan Usada di Pekarangan .... 78
5.5. Penguatan Pengetahuan Usada Taru Pramana ... 80
5.5.1. Ringkasan Lontar Usada Taru Pramana ... 80
5.5.2. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Susunan Aksara Usada ... 80
5.5.3. Pengembangan Struktur Usada Taru Pramana... 81
5.5.4. Visualisasi Usada Taru ?ramana ... 84
5.6. Perspektif Jalur Hijau dalam Konservasi Tumbuhan... ... ... ... ... 86
5.6.1. Jenis Tumbuhan Usada pada Jalur Hijau... ... ... ... ... 86
5.6.2. Palemahan Desa Sebagai Jalur Hijau... 81
5.7. Paket Panduan Infonnasi Usada Taru ?ramona ... :... 90
5.8. Pcndekatan Analisis SWOT. ... ... .... ... .... .... ... ... ... 93
DAFfAR TABEL
Tabel Halaman
1 Pengunaan laban di Propinsi Bali tahun 1999 29
2 Sebaran luas kawasan suci di Propinsi Bali 30
3 Jwnlah jalur bijau Kabupaten Tabanan 31
4 Luas wilayah kecamatan desa penelitian di Kabupaten Tabanan 34
5
Perkiraan lokasi vegetasi berdasarkan asumsi lokasi satu desa adat35
6 Karakteristik desa Batunya-Desa Marga-Desa Braban 37 7 Rasional pemilihan contoh pekarangan dan tri kahyangon desa 39
8 Ringkasan lontar woda taru pramana 41
9 Ringkasan macam data, sumber data, dan prosedur memperoleh data 45 10 Ringkasan hubungan macam data-variabel- swnber dan analisis data 46
11 Ringkasan strukturisasi lontar Uada Tru Pamana 51
12 Hasil struktur hubungan macam penyakit- macam terapi-bagian 52 tumbuhan
13 Sistem pencirianjenis tumbuhan dalam lontar Usada Taru Pramana 54 14 Tingkat pengenalan jwnlah tumbuhan obat dalam wada oleh masyarakat 56 15 Diskripsi uji statistik pengetahuan masyarakat 58 16 Pilihan pemanfaatan tumbuhan obat dalam wada 60 17 Diskripsi uji Mann- Whitney macam pemanfaatan jenis twnbuhan 60 18 Nilai manfaat bagian turnbuhan wada oleh masyarakat 61
19 JumJah jenis twnbuhan obat usada 62
20 Luas rerata tri mandala desa dan sebaran jenis tumbuhan wada 64
21 Spesifikasi jenis tumbuhan wada pada desa pegunungan-dataran-pantai 65 22 Jumlah akumulatif jenis tumbuhan usada pada satuan pekarangan 66 23 Jwnlah jenis tumbuhan wada pada tiga bagian luasan pekarangan 67 24 Diskripsi statistik jumlah jenis tumbuhan usada antar bagian pekarangan 67 25 Jwnlah akumulatif jenis tumbuhan usada pada satuan tri kahyangan 68 26 Jumlah akumulatif jenis tumbuhan usada pada ruang antar desa 71
[image:14.620.90.515.52.788.2]30 Jurnlah total Jenis tumbuhan di Trimandala desa 76 31 Jumlah jenis tumbuhan obat wada dan bukan wada di pekarangan 79 32 Proporsi jurnlah jenis turnbuhan wodo dan bukan woda di pekarangan 79 33 Perbandingan jumlah jenis tumbuhan woda dan bukan usada pada tiga 80
pura utama
34 Tanggapan masyarakat terhadap struktur usada 80 35 Kesatuan peta tubuh aksara wada jenis penyakit dan tumbuhan obat 81 36 Satuan peta tubuh aksara usada dengan penyakit dan tumbuhan obat 82 37 Pilihan visualisasi pemediaan lontar wada taru pramana 84 38 Tanggapan masyarakat terhadap visualisasi usada taru prama1JQ 85 39 Jwn1ahjenis tumbuhan usada dan total jenis pada ruangpalemahan desa 86 40 Keterlibatan kelompok masyarakat dalam penetapan jalur hijau 87 41 Pemanfatan roang antar desa dan dinamika keanekaragaman jenis 89
tumbuhan
42 Tanggapan berbagai pihak terhadap paket panduan bacaan usada 90 43 Sekor nilai perkalian hobot dengan rating faktor internal 93 44 Sekor nilai perkalian bobot rating faktor ekstemal 94 45 Penentuan pilihan strategi atas dasar nilai IF AS-EF AS 95 46 Matriks SWOT penguatan pengetahuan tradisional 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka pemikiran penelitian 6
2 Macam tipe lanskap 15
3 Hubungan mikrokosmos dan makrokosmos dalam sistem ITi mandala 17 4 Realisasi tri mandala pekarangan dan sistem nilai alokasi tumbuhan 18 5 Lanskap pengulangan antara pekarangan, desa dan palemahan 19 6 Seleksi pemanfaatan pengetahuan tradisional dan teknologi modem 25 7 Batas administratif dan orientasi wilayah peneiitian 28 8 Sebaran pura dan kawasan disucikan di Kabupaten Tahanan 31 9 Peta lokasi studi 1.Desa Batunya. 2. Desa Marga, 3. Desa Braban 33 10 Aksara tulisan naskah lontar wada taru pramana 49 11 Pengenalan masyarakat terhadap jumlah jenis tumbuhan ohat wada 57 12 Sebaran dan jumlah akumulatif jenis tumbuhan usada tiga desa 63 13 Keberadaan jumlah jenis tumbuhan wada pada tiga pura utama desa 70
14 Adaptasi pengetahuan tradisional sebagai perencanaan konservasi
biodiversitas 72
1
2 3 4 5 6
7
8
Hasil analisis struktur Usada Taru Pram ana (Sukersa 1996) dan terjemahan bebas (Suryadarma 2005)
Analisis Struktur Dasar Lontar Usada Taru Pramana Analisis Restrukturisasi Lontar Usada Taru Pramana
Analisis macam dan frekuensi penyakit daJam Usada Taro Pramane Macam dan frekuensi terapi penyakit dalam Usada Taru pramana
Hasil strukturisasi dasar tumbuhan dalam Usada Taru Promana dan jenis penyakit dalam pets tubuh aksara hanacaraka
HasH strukturisasi lengkap twnbuhan dalam Usada Taro Pramana dan jenis penyakit dalam peta tubuh aksara hanacaraka
Instrumen Pengungkap AltematifPemediaan Lontar Usada Taro
pramana
104
117
123 127
129
130
131
134
9 Pengembangan struktur fungsional Usada Taru Pramana antara 137 komponen jenis penyakit cara pengobatan dan kandungan bahan obatnya
10 Padanan nama ilmiah tumbuhan dalam lontar Usada Taru Pramana 141
11 Sebaran jenis tumbuhan Usada dan ciri morfolog;nya di Tr; Mandala 145
Pekarangan Desa Pegunungan-Dataran-Pantai
12 Sebaranjenis tumbuhan Usada dan Cir; morfologinya di Pura Tri 148
Kahyangan Desa Pegunungan-Dataran-Pantai
13 Sebaran Jenis Tumbuhan Usada dan Cir; Morfolgisnya di Tri Mandala 150
Pekarangan Desa Pegunungan-Dataran-Pantai
14 Sebaran Jenis Tawaran model perencanaan kelembagaan perlindungan 154 tumbuhan usada
15 Tanggapan terhadap Pakel Panduan Bacaan Usada TOFU Pramana 158
16 Kriteria tanggapan terhadap Paket Panduan Racaan Usada 159 17 Sebaran Jenis Tumbuhan dalam Usada Taru Pramana pada rr; Mandala 160
Desa (Desa Batunya-Desa Marga-Desa-Braban)
18 Jenis tumbuhan obat pada Iri mandala desa di desa pegunungan - 164 dataran dan pantai yang tidak tercantum dalam Usada Taru Pramana.
21 Letak dan luas ruangpaiemahan desa dan jumlahjenis tumbuhan Usada 186
Taro Pramana
22 Luas Pura Tri Kahyangan Desa Batunya-Marga -Braban . 187 23 Jumlah jenis twnbuhan Usada di Pura Tri Kahyangan Desa Batunya- 187
Marga dan Braban
24 Jumlahjenis tumbuhan Usada Pura rr; Kahyangan desa 187 25 Hasil Analisis Peta tubuh aksara Hanacaraka tumbuhan Pinaka Raga 188
No Teks Ha/aman
1. Uji beda pengetahuan total antar lokasi desa ( (Kruskal Wallis Test» 192 2 Uji beda pengetahuan total antar kelompok usia ((Kruskal Wallis Test» 193 3 Uji beda pengetahuan total antar usia diatas 60 tahun antar lokasi 194
«(Kruskal Wallis Test»
4 Uji beda total pengetabuan usia 15·25 tabun antar lokasi (Kruskal 195 Wallis Test)
5
6
7
8
Uji beda jumlah jenis tumbuhan usada pada tri mandala antar 10m desa (Kruskal Wallis Test)
Uji beda jumlah jenis tumbuban usada dengan lokasi pekarangan
(Kruskal-Wallis Test)
Uji beda pcmanfaatan twnbuhan usada antar kelompok usia (Mann-Whitney Test)
Uji beda pemanfatan bagian tumbuhan antar kelompok usia (Mann-Whitney Test)
196
197
199
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Bel.kaag
Pergeseran paradigma merupakan perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu terhadap satu keyakinan atau asumsi dasar yang melandasi tindakan, seperti balnya evolusi paradigma sains (Kuhn 1970 dalam Robertson 1990). Bila seseorang atau kelompok mampu menghasilkan sintesa yang mampu menarik
kebanyakan pelaku generasi berikutnya, malta nilai terdahulu secara perlahan
akan berkurang. Terjadilah perubahan arab kegiatan sesuai paradigma baru' para anggotanya. Tergesemya pengctahuan tradisional pengobatan di negara
berkembang dan munc:ulnya usaha pengobatan altematif pemanfilatan surnberdaya alam lokal merupaJcan salah satu paradigma yang sedang berjalan.
Masyarakat IokaI dalam sejarahnya tcrbukti mampu menjaga mengbasilkan pengetahuan dan melindungi sumber daya dalam memenuhi kebutuban hidupnya.
Keanekaragaman kultural sangat tcrkait dengan keanekaragaman hayati sehingga diperlukan telaah konservasi dan pemanfaatan jenis olch masyarakatnya. Telaah nilai kearifannya secara selektif dapat ditumbuhkan menjadi sarana konservasi.
Penggunaan tumbuhan obat berbagai suku di Indonesia umumnya disampaikan secara lisan dan sangat sedikit sekali tersimpan dalam bentuk tcrtulis. Usada taru pramana merupakan salah satu naskah tumbuhan obat masyarakat Bali yang tcrtulis dalam Bahasa Bali Kuno pada media lembaran daun lomar. Naskah usada dan karakteristik infonnasinya merupakan tonp pengetahuan
keanekaragaman jenis twnbuhan obatpada beberapa abad yang lampau.
Perkcmbangan ilmu pengetahuan modem telah mcncapai tingkatan sangat
tinggi sebagai upaya manusia dalam pemanfaatan sumber daya alamo Pcningkatan pemanfaatannya telah mcngakibatkan terkurasnya sumber daya aJam mcJampaui
batas-batas kemampuan regenerasinya. Degradasi lingkungan dan kemerosotan keanekaragaman jenis dalam waktu relatif singkat merupakan salah satu dampak negatif perilaku yang tidak sesuai dengan ketersediaan sumberdaya alamo
Indonesia yang ditandai olch kelangkaan jenis tumbuban serta pengetahuan generasi mudanya. Kclangkaan jenis tumbuhan obat karena alih fungsi laban.
pengurangan habitat dan berkurangnya ahli pengetahuan tradisional. Penyediaan attematif informasi pemanfaatan dan pewarisannya merupakan upaya pemantapan
dalam bioregional kehidupan.masyarakat sesuai dinamikanya.
Pcnataan desa adat dan pekarangan masyarakat Bali yang bertumpu pada
pembagian tiga aJokasi ruang (tri mandala) merupakan kesatuan unit bioregion
pertindungan jenis tumbuhan. Tata ruang tri mondaJa adalah satu pedoman pemanfaatan alokasi ruang pada tingkat pekarangan, tingkat dcsa sebagai satu tradisi yang bersumbcr dati norma kchannonisan hidup. Satu praksis adat pencmpatan bangunan upacara, pemukiman dan aktivitas sosial scrta pemeJiharaan tanaman (Budihardjo 1986, Gelebet 1982; Dherana 1981).
Penpturan tala ruana didawbn atas kombinasi dua prinsip dasar yaitu; orientasi terbit -tenggelam matahari dan sumbu gunung - laut Pencrapannya memunculkan penempatan kelompok pemukiman, tempat persembayangan sebapi kawasan suei dan ruang antar desa. Pola perdcsaan dan pekarangan dihagi
menjadi tiga bagian ruang ( tr; mandala) dengan spesifilwi fungsinya.
Terwujudnya intearasi struktur-fungsi ruang
pacta
tingkatan luasan laban dalam mosaik penau1angan pola pembagian ruang pekarangan dan satuan desa. Terjadinya keunikan bentang budaya sebaran jenis tumbuhan sebagai realisasi adaptasi bentang alam Spesiflkasi ekologis pemanfaatannya mcnggambalbn mosaik ruang antara fungsi produbi, pemukiman dan pcrlindungan.Realitas kultural tata ruang masyarakat secara fonnal diwadahi Pemcrintah
Daerah Propinsi Bali dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi yang bertujuan untuk ュセェオ、ォ。ョ@ tata lingkungan yang mengarah pada pelestarian sesuai falsafah tri mla korano (pemcrintah Daerah Propinsi Bali 1997).
3
Usada taro pramana merupakan satu tonggak infonnasi yang telah berumur lebih dari sepuluh abaci, ketika Empu Kuturan dari Majapahait datang ke
Bali yang tertulis dalam beberapa prasasti (Nala 1993). Keterbatasan sistem pewarisannya dalam perubahan kultural pemakainya mengakibatkan pengetahuan usada semakin terdesak. Perkembangan pengobatan modern sebagai produk
pengetahuan ilmiah dan terapan teknologi mengakibatkan rnenuruMya popularitas obat tradisional. Pengobatan tradisional semakin terdegradasi dalam modemisasi
serta hilangnya berbagai jenis tumbuhan akihat kerusakan habitatnya.
Tingginya nilai tukar ohat modem yang sulit dijangkau oleh masyarakat mendorong timbulnya kesadaran akan pentingnya kajian ilmiah ohat tradisional. Pemanfaatan dan perlindungan jenis tumbuhan obat melalui strukturisasi wacla
sccara ilmiah dapat mengatasi kelemahan infonnasi dan sistem pewarisannya. Kecepatan pembangunan dalam dasa warsa terakhir di Bali meningkatkan alih fungsi laban persawahan dan laban publik.lainnya bukan untuk kepentingan pertanian. Pemerintah Daerah Bali mengantisipasi dengan penetapan wilayah kawasan pariwisata yang meliputi obyek alami. k.ebudayaan dan monumen (Pemda Propinsi Bali 1997). Peraturan Daerah kabupaten mengatur upaya perlindungan melalui penetapan kawasan disucikan dan jalur hijau (peraturan Daerah Kabupaten Tabanan No 11 Th 2002).
1.1. RumusaD Masalab.
Proses pewarisan pengetahuan Usada Taru Pramana sebagai satu pengetahuan pengobatan tradisional semakin terdesak karena keterbatasan
ketersediaan naskah dan sistem informasinya yang tertulis dalam bahasa lokaJ. Peningbtan alih fungsi laban mengakibatkan habitat alamiah tumbuhan ohat
luasannya semakin berkurang dan pada saat yang bersamaan terjadi penurunan minat dan kepercayaan masyarakat terhadap pengetahuan jenis tumbuhannya. Pengetahuan pengobatan tradisional tertinggal oleh keunggulan pengobatan
informasi dibarapkan dapat menjembatani harnbatan komunikasi pengetahuan yang berbasis bahasa lokal dan menumbuhkannya daJam perspektif ilmiah. Integrasi pokel informosi usmIa merupakan satu altmatif penguatan yang diadaptasi secara selektif antara penaetahuan tradisional dengan penge1ahuan modem. K.erjasama berbagai pihak dalam pcngadaan dan penyebar luasan informasi sesuai dinamika masyarakat dapat memantapkan usaha perlindungan pengetahuan masyarakat dan jenis tumbuhannya pada lanskap budayanya.
1.3. Tujuan daD Manfaat PenelitiaD
1.3.1. TuJuaD PeDeUtiaD
Tujuan penelitian adaIab menyusun cara penguatan pcngetahuan pengobatan UsadtJ TQTU Pramano dan perlindungan sebaran tumbuhannya pada unit bioregional tri mndolo desa rnelalui strukturisasi paket panduon injomllui
sebapi satu media komunikasi. Rincian tujuan penelitian adaIah seperti herikut:
a. Menganalisis isi Usada Taro Pramana sebapi pengetahuan tradisional pengobatan yang bertumpu pada pemanfaatan jenis tumbuhan.
b. Mengbji pengetahuan masyarakat dan macam pemanfaatannya terhadap jumlah jenis tumbuhan yang tercantum di daJamnya.
c. Mengkaji sebaran tumbuhan obat Usada Taru Pramana pada pola tata roang ruang trl mandala desa.
d. Merumuskan penguatan pengetahuan masyarakat melaJui strukturisasi Usat:kl Taru Pramona scsuai kebutuhan masyarakal
1.3.2. Manfut PenelitilD
a. Menycdiakan sumber infonnasi terstruktur pengetahuan usada dan sebaran jenis tumbuhannya di lingkungannya sesuai dinamika masyarakat.
b. Mcnjembatani kesenjangan komunikasi antar pelaku pengobatan tradisional dan degradasi sistem pewarisan antara generasi dan perlindungan jenis tumbuhan daJam bentan8 budaya tata roang tradisionalnya melalui pcnyediaan inovasi infonnasi.
5
1.4. Kerangka Pemikiran
Keberadaan naskah lontar Usada Taru Pramana dan sebaran tumbuhannya pada tatanan tip ruang desa adat adalah wujud integrasi pcmanfaatan dan perlindungan sumberdaya alam dan budaya dalam satuan unit
bioregion masyarakat ReaJitas tersebut merupakan satu tonggak sejarah
keunikan pengetahuan tradisionaJ yang dapat digunakan sebagai dasar pelacakan keberadaan jenis tumbuhannya. Pengetahuan tradisonal pengobatan yang telah berlangsung ratusan tabun dalam waktu relatif singkat eksistensinya semakin terdesak dan diambil aUb olch sistem pengetahuan pcngobatan modem yang datang sehagai satu produk impor. Perlunya upaya inovasi sistem pcwarisan dan sesuai dinamika masyarakatnya sehingga tumbuhnya pengetahuan modem merupakan upaya mempertautkan kesinambungan kebudayaan masyarakat secara selektif dengan mengadaptasi pengetahuan modem. Satu upaya pcrlindungan pengctahuan dan sistem pewarisannya diperlulcan dalam pemanfaatan jenis tumbuban obat pada satuan habitat k.ehidupan sesuai idcntitas komunitasnya.
Perccpatan pembangunan dan meningkatnya intensitas aim fungsi laban mengakibatkan bcrkurangnya habitat alami tumbuhan obat khususnya dan tergcsemya nilai-nilai kepentingan komunitas yang diatur oleh aturan adat. 8crkcmbangnya pengobatan modem berdampak pada merosotnya pemanfaatan
dan pengctahuan pengobatan tradisional masyarakat serta terabaikannya potensi tumbuhan obat lokal pada unit habitat kulturalnya. Dokumentasi tcrtulis naskah lontar Usado Taru PramanD yang menggunakan bahasa lokal serta keterbatasan infonnasi keberadaan sebaran jenis dan manfaatnya secara ilmiah mcrupakan kendala dalam sistem pewarisan sesuai kebutuhan masyarakatnya. Strukturisasi penulisan dan penyediaan satuan-satuan informasi secara tc:rtulis dan bersifat rasional merupakan altematif pcwarisannya yang difasilitasi oleh pcmerintah dan bclcerjasama dcngan lembap adat dan lembaga swadaya masyarakat lainnya.
dinamika masyarakatnya yang bcrtumpu pada kultural masyarakatnya. Strukturisasi dan penyediaan patet panduan informasi sebaran tumbuhnya merupakan upaya inovatif untuk menumbuhkan mekanisme integrasi pewarisan diantara aktifitas pcrlindungan pemanfaatan dan mcmpelajarinya. Pengetahuan
pengobatan woda dan sebaran jenis tumbuhannya dalam tala ruang ITi mandala
desa dapat diadaptasi dalam upaya penguatan pengctahuan dan perlindungan sebaran jenis tumbuhan (Gambar 1). Perlindungan pengetahuan dan scbaran jenis tumbuhannya pada lanskap budaya masyarakat melaJui inovasi karakteristik infonnasinya sesuai dengan perkcmbangan dan kebutuhan masyarakatnya.
PcnpabuIn pczIJObmn tnIdisiooaI _ _ dill sebInn lUII'IbuhIn pada 38IuIn 1mBkap
J.
.1-N __ セB@
I.
AJokai lip ... ruq desa
I
UIOda
r ...
" ' -
dalam ltuJu セ@ Bali!
+
Nasbh clisaknJIcIIII daI.m . . .
J
bWepasi paDIIkima, i
I
htmact:II_
dan pewaa-I_
.•セ、オ@
produksi
oIch abli bmci
n..buhaya'"
peaaetIIbu-セ@ daa ketenediMajeais
llllllbulllDaRya eli Jin&Iompnnya
TerdesIIaIya b.hua &.Ii
1-...
den ... peruunmI セ@ pendidik.
..
1ndisionaI elm kelemeben ...
JICSIIbIYII alih fimpi laban di
Iuar sektar pagnian
serta bunguJ_ oMt modena
PCID1IDIIlI""'F*m -JICIIIIPIIIIG lUllS unit
Iri 1IIIIIIdtI/Q daa
ResIruIclurisas sarubr fIMMIo
I
セNM
...
S - -rin&kaan struktur _ _
セ@
•
SInakIur pcta tubuh . . . 6.lDformui • VIIUaIiIa, media pc:ta
-..n
U6lIfitI jcnis [image:25.613.107.494.288.667.2]I
SaIuan pWt penduen infonnasi vmtIoI
ll. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi Konservui Keanekaragaman Hayati Indonesia
Perlindungan lingkungan merupakan tiJldalcan lolcal dan global sebagai satu
bentuk kesadaran dalam menjaga kelangsungannya. Tujuannya untuk mencari tara
perlindungan melalui efeldvitas pengembangan ekonomi negara-negara berkembang (United Nation 1993 dalam Primack el al. 1998).
Indonesia meratiflkasinya kedalam Undang-undang No 5 tabun 1994 sebagai salah satu negara yang memiHki keanekaragaman hayati sangat tinggi djmana setiap negara anggota diwajibkan mengembangkan strategi nasional ke dalam rencana,
program dan kebijakan keanekaragaman hayati (Sumardja 1996).
Kebutuhan dasar manum secara
1angsung
dan basil rekayasanya bersumber dari alam (Ehrlich dan Ehrlich 1982). pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan liar pertaniantanaman pangan dan hortikultura tersimpan dalam pertanian tradisional sebagai anti penyakit atau pengendali hama (Vietn:J4yer 1986 dalam Meffe dan Carroll 1994).
Keanekaragaman hayati adalah salah satu sumber day. tidak terbantah fungsinya bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia, dimana Iebih dari 40
jma-orang menggantungkan kehidupannya pada ribuanjenis tumbuhan dan hewan (KLH
1993). Sejarah konservasi berlcembang variatif dan bahkan berbeda pada berbagai wilayah, tetapi terpusat pada penggunaan sumberdaya. Soule (1985) dalam Primack el
al. (1988) menegaskan konservasi bennakna tanggap terbadap kehadiran spesies dalam
integritas ekosistem d;mana proses evolusi berlangsung. Konservasi sebagai strategi hidup berkelanjutan mencakup prinsip perubahan lingkungan ekologis dan sosial dalam satuan interaksi sistem biofisik dan sosial ekonomi (Fien 1991).
Konservasi terpadu pada habitat asli merupakan kebijakan pemerintah Indonesia
karena tingginya tingkat keanekaragaman yang dimili1d. Ralston (1988) dalam Salwaser (1994) menegaskan konservasi biologis dilandasi etika untuk menghindari terjadinya kerusak.an, dimana keterpaduan telah bcrkembang menjadi hubungan antara
Konservasi kawasan agroekosistem dan sistem pengetahuan tradisional sangat strategis karena berlangsung secara simultan dalam kebidupan masyarakat. Pusat perlindungan tidak hanya terbatas pada 「ゥッエ。ョケセ@ tetapi mepersatukan berlangsungnya proses ekologis alami dengan keperluan kebidupan masyarakat (Budiman 1996). Integrasi lingkungan alami dan binaan sedangkan aktivitas masyarakat diarahkan sesuai
potensi keanekaragaman hayati kawasan.
Pelestarian keanekaragaman hayati pada kawasan agroekosistem dan laban produksi diJandasi realitas kcbidupan masyarakat (Soedjito 1995 dalam Konphalindo 1994) Agenda 21 Indonesia. Tantangan utama konservasi keanekaragaman bayati agroekosistem adalah perubahan tataguna laban, tekanan pertanian monokultur dan
penurunan intensitas dan kuantitas penggunaan varietas.
2.1. Sistem Pengetahuan Mayarakat dan Bidup Berkelanjutan
Pergeseran paradigma merupakan perubahan yang terjadi terhadap
sam
keyakinan atau asumsi dasar yang melandasi persepsi dan tindakan. seperti paradigma evolusi dalam bidang sains sejalan perubahan waktu (Khun 1970 dalam Robertson 1990). Seseorang atau sekelompok pengbasil sintesa yang mampu menarik kebanyakanpelaku generasi berikutnya akan dapat menghilangkan pengetahuan terdahulunya secara perlaban. Pergeserannya dapat diakibatkan oleh perubahan. perilaku para anggotanya, sehingga terjadi perubahan sesuai paradigmanya. Paradigma antara lain meliputi pengetahuan, kekuasaaD, kesehatan dan penyembuhan penyakit. Misalnya paradigma kekuasaan adalah satu kekuatan batin perorangan atau kelompok untuk dapat mengendalikan dirinya dan menyumbangkan tenaganya secara matif untuk kehidupan orang lain. Kemampuan dalam penyembuhan penyaldt dan melindungi jenis twnbuhan dan pengetahuan secara kreatif adalah satu gagasan paradigma yang dapat ditumbuhkan.
Perlindungan sistem pengetahuan tradisional serta peningJeataD sistem pengetahuan masyarakat dilandasi olch tindakan mendasar. dimana masyarakat menerapkan perlindungan keanekaragaman hayati berdasarkan keanelwagaman sistem
9
(Rifai 1994 dalam KLH 1996) Agenda 21 Indonesia. Khasanah pengetahuan loka! keanekaragaman hayati direalisasikan dalam pola pemanfaatan swnberdaya hayati, pertanian tradisional serta aktivitas sejenis. Berbagai jenis diantaranya bermakna sebagai nilai budaya" adat dan tradisi keagamaan, yang dimanfaatkan melalui sistem pengetabuan lokal secara dinamis.
Indigenous knowledge dapat dikatakan suatu keunikan da1am satu ォオャセ@ セ@ pengetahuan asli, pengctahuan loka! dan nilai·nilai tradisional. Satu
pengetahuan dalam bidang セ@ penyediaan bahan pangan, perlindungan alam, m.ga kesebatan eli berbagai belaban bumi. Sistem pewarisan secara 1isan,
menggunakan ungkapan kata·kata dalam upacara, ritual, adat istiadat yang bertumpu
pada bidang kehidupan praktis (Gough 1977). Esensi kajiannya meneakup tiga aspek terkait dengan bidup berkelanjutan. Pert&ma, untuk kcpentingan masyarakat lokal, karena mereka telah banyak kehilangan kebudayaBll" dan tereduksi dalam arus modemisasi. K.edua, merupakan satu keuntungan dalam mengembangkan kebudayaan ュッ、セ@ berdasarkan spesifikasi pengetahuan masyarakat traditional. Ketiga,
sam
keuntungan bagi bumi karena adanya contoh keharmonisan bidup dengan alamnYL Terpinggirkannya masyarakat loka! dan pengetahuan tradisionalnya mewakili terpinggirkannya masyarakat petani karena degradasi lingkungannya. Soetomo (1991) mengungkapkan terkikisnya pengetahuan tradisional yang mengakibatkan tereliminimya kehidupan masyaralcat petani negara berkembang. UUuwishewa el al. (1991)
menegaskan dislokasi pendidikan informal karena meluasnya pendidikan modem
mendesak eksistensi pengetahuan tradisional yang diperoleh melalui proses interaksi , intensif dalam. waktu sangat lama. Pengetahuan pemanfaatan sumberdaya dan ; kesinambungannya diungkapkan dalam bentuk ritual, adat-istiadat, pantangan, legenda rakyat
(Pranarka 1996 dalam Adimihardja dan Hikmat 2001). Penelcanannya proses stimulasi agar individu memptmyai kemampuan menentukan pilihan melalui proses dialog.
Perkembangan sistem berfikir masyarakat modem berdampak terhadap polarisasi kerja rnasyarakat sehingga menurunkan respek generasi muda terhadap pengetahuan tradisonalnya. Sistem pengetahuan tradisional banyak dipertanyakan generasi muda yang mana penyebabnya berdimensi ekonomi • . sosial dan politik (Maikhuri 2000). Adopsi pengetahuan dan kultur masyarakat modem secara cepat mengakibatkan terjadinya dislokasi sistem pewarisan pengetahuan tradisional. Indikasi serupa terjadi
pada masyarakat Bali kmcna besarnya pengarub laju pertumbuhan pariwisata dalam dua dua warsa terakhir (Suasta 2001).
2.3. KHnekaragaman Hayati daD Budaya Muyarakat Tradisional
Lingkungan bioflSik tidak dapat dipisabkan dengan lingkungan kehidupan
sosiolcultural masyarakanya tercakup di dalamnya pemanfaatan keane1caragaman hayati
dan budaya. Dasman (1991) dalam Primack et al. (1998) mengungkapkan besamya korelasi keanekaragamaD hayati pada berbagai lokasi hunian turun-temurun serta kelestarian penggunaan sumberdaya. Variasi cara hidup dalam pemanfaatan lingkungan tidak dapat disederhanakan pada seluruh ォ・ャッューッセ@ karena keanekaragaman hayati berkaitan dengan keanekaragaman masyarakat yang melahirkan keanekaragaman budaya (Alcorn 1993 dalam Primack el al.1998). Perlindungan secara alami kebudayaan tradisional merupakan kescmpatan melindungi keanekaragaman hayati dan memelihara keanekaragaman kebudayaaan (Denslow 1988; Toledo 1988 dalam Primack et al. 1998).
Keanebragaman budaya berbagai suku di Indonesia sebagai bagian dati keanekaragaman adat kebudayaan berkaitan dengan keanekaragaman tumbuhan pendukungnya. Hubungan konservasi warisan alami dan kebudayaan masyarakatnya Toledo (1988) daIam Primack ,t al. (1998) mengungkapkan seperti berikut:
11
Perwujudan keterkaitannya adalah integrasi empat komponen utama
etnoekologis (Toledo 1992). Pandangan dan kepercayaan masyarakat rerhadap alamnya (corpus), pengolahan sumber dayanya (praxis), pengamatan karakteristik dan penilaian
dinamika kualitas ekosistemnya adalah wujud totalitas kegiatannya. Corpusnya
mencakup kenampakan simbul-simbul, konsep dan persepsi terhadap alam dimana pralcsisnya merupakan rentetan aktivitas praktis pengelo1aan. Penekanannya pada
penempatan masyarakat sebagai subyek sosial pengambil keputusan praktis dalam mengoIah alamnya melalui integrasi berbagai keilmuan, antara aspek intelektual dan
praktis (Coach 1973 dalam Toledo 1m). Kebarmonisan norma sosial masyarakat lobI dan pengetahuan tradisionalnya dapat dijadikan inspirasi cam hidup damai dalam
perubahan perilaku kehidupan masyarakat modem dan pengembangan pengetahuan
masyarakat tradisional untuk kebutuhan makaMD. obat-obatan (Gough 1977).
Harini et aI. (2000); Suwidja (1989) mengidentifikasi tumbuhan obat berbagai
suku di Indonesia dan salah satu diantaranya etnis Bali. Penyusunan dalam bahasa ilmiah sebagai satu upaya mengkomlmikasibn pengetahuan tradisional sesuai dinamika
masyarakat. Penguatannya dilakukan antara lain dengan introduksi keahlian teknik dan keterampilan manajemen (Corlde 1986 dalam Nuwanyakpa et aI. 2000). Komunikasi
pengetahuan usada melalui paket bacaan adalah upaya perlindungan sumber daya tumbuhan dan pengetahuan tradWonalnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tcmologi dalam mengembangkan kualitas kehidupan mencapai basil sangat menakjubkan, akan tetapi tetjadi pengabaian aspek
kemanusiaan dan unsur kehidupan lainnya. Terabaikannya nilai-nilai konservasi dan
kemanusiaan sebagai keseluruhan proses dalam sistem lingkungan (Adirnibardja 1995).
2.4. Pengetahuan Tradisional UsadaTtJI'u Pranuma
2.4.1. Sejarah Pengobatan Usada Taru Pramana
Menilik leata usada yang berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu ausadhi maka
diperkiralcan lomar usada yang ada di Bali isinya diambil dari pengetahuan pengobatan
di India. Penulisan usada dalam daun lontar yang ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno
paling cepat setelah ditemukan tahun Caka setelah tahun 78 Masehi (Nata 1993). Kenyataan tersebut dapat dibuktikan karena pada setiap akhir penulisan naskah lontar selalu dibubuhi tahun Caka. Penyebaran pengetahuan usada di Bali terlebih dahulu berkembang di Jawa karena kedatangan dua orang Empu dari Jawa Timur ke Bali. Pada masa pemerintahan Raja Udayana di Bali pada tahWl 929·943 bahasa Jawa Kuno diperkenalkan dalam penulisan kekawin dan kesusastraan lainnya. Perkembangan pengetahuan usada di Bali karena kedatangan Empu
Kutumn
pada pmnulaan abadXI
dan selanjumya menetap di Dcsa Silayukti, Kabupaten Karangasem.. Kemajuan penulisannya diperkirakan pada jaman pemerintaban Raja Watumlggong di Gelgel,tahWl 1460-1550 karena kedatangan Empu berikutnya yaitu Dang Hyang Dwijendra.
Sejarah penulisan lontar Usada Taru Pramana bersameaD dengan munculnya
sistem irigasi tradisional subak dan berdirinya desa adat di Bali. Subak merupakan
sejarah panjang yang terkait dengan Empu Kuturan sekitar tahun 1039 dan ekspedisi Gajah Mada tahun 1443 (Ginarso 1979 dalam Purwita 1993). Berbagai wada mulai ditulis daIam daun lontar yang -bersifat umum maupun khusus. Keberadaan lontar usada
di Bali sumber utamanya kebanyakan berasal dati turunan kitab Ayur Weda yang telah disesnaikan (Nata 1990). Satu kesatuan dengan pendirian pemujaan dewi penebar penyakit penyebab kematian (Dew; [)ruga) tahWl 1343 seperti disebutkan dalam pustaka Usana Jawa (Purwita 1993).
2.4.2. Konsep Sehat dan Sakit dalam Usada Taru Pramana
13
keseimbangan cairan dalam tubuh sesuai dengan kedudukan matahari dan bulan antara siang dan malam yang menentukan kesehatan tubuh. 1). Yayu dalam tubuh berupa udara, angin, bayu (kekuatan, tenaga), bcrkaitan dengan slat-slat pernapasan, pengeluaran
udara, pencemaan mabMD. Berbubungan dengan alat-alat tubuh yang berongga seperti kaDdung kenein& kaDdung buah pelir dan peranakan. 2). Pitta dalam tubh berupa api, panas, sinar yang berfungsi antara lain untuk menggerakkan jantung,
han,
limpha dan mata sehingga dapat menjalankan fungsinya. Pitta memeberikan panas エオ「セ@ mengatur metabolisme sesuai perubahan waktu siang dan malam. 3). Kopha; berupa air, caiIan,lendir,larutan dalam tubuh. Kopha berkaitan pengaturan keseimbangan cairan tubuh yang berhubungan dengan alat-alat kclenjar kerinpt, kelenjar, getah pencemaan, darah,
cairan empedu dan cairan tubuh Iainnya seperti cairan otak.
Gangguan kesebatan timbul akibat ketidakseimbangan an1ara elemen Wayu
(udara. kekua1an), Pita (api, panas, sinal) dan Kapha, (cairan lendir, larutan) tubuh. Penyebab penyakit dan peuyembuhannya berdimensi fisik (skala) dan bukan fisik
Hョ「ォdャqセ@ berhubungan dengan penataan numg dan momentum waktu. Burger (1990) dalam UUuwishewa et aL (1991) mengungkapkan dimeDsi penyebab penyakit bagi
masyarakat tradisonal bersifat fisik dan non
fiu
sebagaisam
kesatuan./ndlgenou.r people work on body and mind togetMr 10 Iwlp cun illMss.
M.dlcina/ plant QT. u#d to tr,at lhe spiritual origins of disease as well as the physical
synJOllU. TIre vast knowledp of such p1anu is now beginning 10 be acknowledged by the
rest of 1M world
Usada Taru Pramana menjelaskan khasiat tumbuhan sebagai ramuan obat yang terdiri Icbih dari 100 jenis tumbuhan mengunglcap secara jelas hubngan antara sifat penyakit dan karakteristik tumbuhan obatnya dati keseimbngan vayu, pitta dan kapha. seperti tertulis
secara
naratif pada wit bun paperon." Titiang wit bun paplron,bualt rauh ring akah tittange panes babakan miwah
daun taler ]HI1Ms,engkel titiang putih taler dagingnia panes. Yan hona rare belahan. ambit woh litiange angge nampel belahan ika, ra mesui. kokkap solas bidang. ulig".
menjaga keseimbangan panas tubuh. Karakteristik tumbuhan umumnya diungkapkan dengan sifat anget (panas), nyem (dingin) dan dumulada (sedang). Keseluruhan pengobatan menjelaskan bagian digunakan. sifat tumbuhan, komposisi campuran, cam pcmbuatan dan cam pemakaiannya.
2.4.3. Kosmologi Schat dalam Konsep Wija Abara
Aksara dalam lontar usada ditulis menggunakan huruf hanacara1ca dimana ke delapan betas aksara merupakan simbul tubuh manusia dalam bhuana alit atau mikrokosmos (Nata 1993). Kombinasi letak berbagai aksara mempunyai peranan
penting dalam tubuh manusia sebagai mikrokosmos. Kelengkapan atau pengangge aksara mempunyai tempet dalam tubuh mulai dari kepa1a, bidung, rambut sampai ke jantung. Tunman aksara bergabung menghasilkan variasi seperti nvQ bh;neda (Ang-Ah),
IT; aksara (A-U-M), pancatirtha Hs。MbNセ@ Ta-A-Q dan penggabungan pancatirtha dan
pancabrahma mengbasilkan dasa abara (sepuluh aksara) sebagai konsep kesehatan.
Kedudukan dasa obara dalam tubuh manusia dan di alam raya menggambarkan
sistem kosmologi kedudukan manusia dalam makrokosmos. Kedudukan dasa aksara dalam tubuh berada pada jantung, hati, buah pinggang, empedu, pertengahan ィ。セ@
pam-pam, usus, limpba, dubur dan susunan rangkaian bati (Nata 1993). Kedudukan kekuatan
saktinya (dna) ter1etak mulai- dari timur, selatan, barat, utara, tengah, tenggara, bamt day, bamt laut, timur laut dan pusat dengan simbul warnanya masing-masing. Dalam konsep sehat dan sakit terutama dikaitkan dengan konsep tip aksara (A-U-M)
masing-masing sebagai lambang Dewa Brahma simbul Dewa Api (pencipta), Dewa Wisnu simbul Dewa Air yang mempunyai kekuatan pemelihara dan Dewa Siwa simbul Dewa Udara dengan kesaktian pengembalian (pralina). Perubahan suhu badan antara paIUlSy
dingin dan meriang menggamharkan dinamika dominasi dari kekuatan ketiganya.
Konsep pengobatan yang dikombinasikan dengan sifat tumbuhan menggambarkan dinamika kombinasi tersebut. Sakit panas karena dominasi Dewa Api diobati dengan jenis tumbuhan yang dingin (tis) simbul Dewa Air dan sterusnya. Mengkombinasikan sifat dan khasiat tumbuhan dengan jenis penyakitnya merupakan konsep dasar dalam
15
loS. Pcruan Lanskap dalam PerlilidungaD Keanckaragama Hayati
Ekologi lanskap adaIab perwujudan interaksi ーッャ。セーッャ。@ penggunaan laban
dengan teorl konservasi pengaruhnya terhadap proses-proses ekosistem dan distribusi spesies berbagai tipe habitat sekala regional (Hanson 1993 dalam Primack et aI. 1998).
Lanskap merupakan suatu daerab dimana terdapat suatu kelompok tegakan atau ekosistem berinteraksi dengan kesamaan pengulangan bentuk. Berdasarkan
karakteristiknya dikenaJ empat tipe Ianskap dimana ekosistem laha.n berinteraksi mem.bentuk pola berulang, yaitu tipe tersebar, jaringan, komplementer, papan catur (Fonnan 1986 dalam Meffe dan Carroll 1994 ) (Gambar 2).
[image:34.622.81.512.61.746.2]"
Gambar 2 Macam tipe lanskap (diadaptasi dari Fonnan 1986)
Keberadaan biodiversitas mendatang sangat tergantung pada keberhasilan perencanaan lanskap, dimana mosaik tata ruang memberi peluang realisasinya dan
perlindungannya ditentukan rancangan ekologi lanskap karena variasi habitat sangat bermanfaat bagi perpindahan spesies (Forman dalam Meffe dan Carroll 1994).
Kesatuan komponen ckonomi pcndukung kcanckaragarnan hayan pada matriks kawasan
pem.uJdman dimana kompoocn sosial budaya pemberi pcluang partisipasi masyarakat dalam pcrencanaan serta pcnggunaan bagi kcpentingan sosia1 budayanya.
Pcrwujudan mosaik pcmanfaatan laban dalam satu cakupan biongio1llll dimana
setiap bintik mosaik merupakan satu habitat yang berhub\Ulgan dcngan pcnghtmi wilayah Hsセェ。@ 1996). Manajcmcn bioregionaI mcrupakan pcndekatan bentang a1am iDtegratif untuk mempcrkccil hilangnya kcanclwagaman bayati (NRTEE 1998).
Penguatan pcngctahuan tradisonal da1am pemanfaatan tumbuhan obat ada1ah isu pcrlindungan jcnis yang tersebar dalam lanskap 11';
mmuJaJa.
Pcmbentukan kescpakatan yang bcrtumpu pada kuItural masyarakat bckcrjasama dcngan pcmerintah dan parapihak. Lcmbaga Adat, Majclis Parlsadha, kelompok kerja tradisional (seuM)
muyarakat Bali-para pclaku usada Hセ@ ballan), lcmbaga swadaya masyarakat dan
para ahli kunci mcrupakan komponcn para pihak.
2.6. T,l Mandalll Tata Ruanl Tradisional Muyarakat Bali
Tata ruang trl mandala dipcrkirakan dimulai pada pcrmulaan abad XI sebagai basil karya Empu
Kuturan
yang diwujudkan dalam kehidupan praktis masyarakatPengadaan tcmpat pcmujaan kcluarga
sma
mcndirikan tiga tcmpat suci(m
/rQhyangan) dimana keterikatan warga scbagai dasar dua ada! Bali (Nala 1993) dan munculnya sistem irigasi tradisonal subak di Bali yang tcrkait dcngan Empu Kuturan scki1ar tabun 1039 dan ckspcdisi Oajah Mada tabun 1443 (Ginarso 1979 da1am Purwita 1993).Pcmbangunan tcmpat pcmujaan Sang Pcncipta dan leluhur adalah kcwajiban
sctiap kcluarga. Pcmbangunan tiga tcmpat suci setiap desa mcrupakan lambang utpali (kclahinm), slhiti (tumbuh) danpraJina (akhir) terbadap segala yang ada di desa. Variasi kreasi wadah bagi dirinya mcrupakan penvujudan rcalisasi manusia sebagai makhluk budaya (Kaler t 979). Krcasi tata lctak de" pc1carangan dan rumah scsuai tcmpat (desa),
waktu (kala) dan keadMn (patra) adalah wadah buatan terapan konsep kosmologi.
Arsitcktur tradisional Bali merupakan satu dcsain intcgratif antara bentuk fisik. lingkungan, filosofis dan organisasi dcngan tubuh manusia (Eiseman 1990). Atas dasar
17
pekarangan
sma
tata letak desa sebagai wujud adaptasi miniatur alam semestanya.Integrasinya tcrwujudkan dalam pembagian tiga bagian roang (tri mandala).
[image:36.618.83.506.80.784.2]Penjenjangan pembagian roang dari bentuk bangunan. pekarangan, pola desa adalah kreasi kosmologinya (Suryadanna 1995; Arifin It al. 2000) (Gambar 3).
Gambar 3 Hubungan mikrokosmos dan makrotosmos dalam sistem tri mandala
Tata
roang tri mandala desa merupakan satu bentuk artefak yang teIdiri atas trikahyangan (tip pura utama) dlJa pekramantm (tempat pemukiman) dan palemahan
desa (roang produksi), yang dilandasi oleh sistem norma dan bentuk organisasi pelaksaoaan, seperti sistem tradisional subak (Koentjaraningrat 1984 dalam Suprodjo 2004). Tata ruang desa dan pekarangan sebagai tatanan penempatan massa bangunan, tumbuban bunga adalah pada bagian parhyangan. Palemahan tempat bangunan kandang
dan pepohonan penunjang kehidupan (Dherana 1981) dan pawongan tempat tanaman untuk upacara, obat-obatan dan keperluan dapur (Budihardjo 1986; Gelebet 1982).
Kehadiran realisasi kosmologi alokasi roang memberi peluang sebaran perumaman tumbuhan sesuai peruntukkannya. Realisasi tata roang adat adalah satu pancaran kebudayaan Indonesia, yang mana adat adalah pemberi pedoman dan pantangan pola tingkah laku, sehingga tinjauan hukum adat tidak. terlepas dari struktur
Bali mengekspresikan kedalam tata ruang bedasarkan adat budaya dan kosmologi (Arifm el aL 2000; Suryadanna 1995) (Gamber 4).
Gambar 4 Realisasi IT; mandala pekarangan dan sistem nilai alokasi twnbuhan
Terbentuknya variasi habitat keanekaan jenis laban budidaya sesuai tujuan konservasi sumberdaya hayati yaitu: mempertahankan keanekaragaman ェ・ョゥセ@
memelihara proses·proses ekologi esensial penunjang kebidupan dan menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara terlanjutkan (Soemarwoto 1983). Pemantapan prinsip konservasi berbasis pengetahuan masyarakat merupa1can pemantapan kesadaran terhadap sumber kebidupannya sebagai bagian sistem b;oregional (Mollison 1987).
19
[image:38.618.93.483.76.411.2]:iIJ
Gambar S Lanskap pengulangan antara ー・セ@ desa, dan palemaban
Organisasi kosmologi dan mikrokosmos direfleksikan dalam konstruksi bentuk
visual. dimana setiap desa dibecJakan menjadi tiga bagian orientasi. Orientasi pegunungan Pura Pvseh, arab laut letak PurQ Dolem. pada tengah desa dibangun PurQ
B/agung. Eksistensi tri mandala berlaku pada luasan pekarangan. desa dan berulang
dalam satuan pulau sehingga menampilkan lanskap budaya (Eisemen 1990). Lanskap tri
mandala desa sebagai Ianskap kelompok ュ。ウケ。イ。ォ。セ@ dimana sifat alamiah alarn sebagai media dan lanskap kultura1 adalah hasilnya. La.nskap yang mencakup kepabaman ten tang alam, waktu dan roang yang henifat kongkrit maupun abstrak (Amin 2004).
Pengulangan bentuk pekarangan antara bagian parhyangan. pawongan dan palemahtm adalah tampilan bentangannya. TeJjadi pengulangan antara Puseh, Blagun& Dalem pada tingkat desa, dimana pengulangan antara desa, palemahan desa, desa
berikutnya menghasilkan model lanskap kultural papan catur. Terwujudnya mozaik perlindungan beberapa tempat suei dan kawasannya dalam kesatuan pulau, dimana
paling tidak terdapat dua betas lokasi perlindungan satwa liar pada kawasan disucikan,
2.7. Alih FUDgai Laban terhadap Kelangkaan Tumbuhan Obat
Alih fungsi palemahan desa sebagai konsekuensi perubahan pembangunan menjadi perhatian pemerintah daerah. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bali merupakan upaya
antisipatifDya. Tujuannya mencakup pengamanan kawasan エ・ュー。エセエ・ュー。エ@ sud penataan kawasan pemukiman dan perlindungan kegiatan budidaya.
Percepatan perubahan berbagai bidang mendorong terjadinya alih fungsi laban tata mang ratusan hektar sawab produktif beralih ftUlgsi dan sempadan sungai untuk pembangunan hotel sehingga mengakibatkan berkurangnya habitat tumbuhan (Suasta
2001) dan dalam 20 tahun terakhir selUBS 15.000 hektar 1ahan beralih fungsi (Sutawan 2004). Pereepatan pertumbuhan pariwisata di Desa Jimbaran dalam. sepuluh tabun
terakhir mcngakibatkan biJangnya tumbuhan liar obat-obatan dan tanaman pekarangan
(Eisman 2001). Pembangunan hotel dan akses jalannya, mengbabiskan ratusan helctar laban sebagai habitat tumbuhan obat Percepatan pemanfaatan ruang palemahan desa mengakibatkan tidak tegasnya betas desa (Sularto 1993).
Proses pelaDgkaaD swnberdaya tanaman obat hampir merata di seluruh suku di
Indonesia adalah satu kenyataan yang terus berlangsung. Tergesem.ya posisi pengetahuan tradisional pengobatan di Desa Tenganan Bali serta tidak tertariknya generasi muda adalah gambaran degradasi pengetahuannya (Astuti
et
oJ : 20(0).Kehadiran ohat modem, meluasnya pengambilan tanaman tanpa mengikuti aturan
pemanenan dan alih guna laban merupakan penyebab utamanya.
Keberbasilan menmnbuhkan struktur pengetahuan tradisional sebagai satu n:alitas dari generasi ke generasi dalam suatu wahana pola sosiobudaya adalah fungsi
kurun waktu sangat lama. Kecepatan modemisasi dan tereliminasinya pengetahuan tradisionaI bagi negara berkembang pengaruhnya sangat mendasar (Alisyahbana 1995). Pencangkokan pengetahuan modem mempengaruhi gaya hidup masyarakat sehingga memisahkan masyarakat dari sistem kehidupannya dan pengetahuannya secara bertahap tcrgantikan oleh pengetahuan modem.
21
generasi tua dan generasi muda (Alcom 1993 daIam Primack et 01. 1998). Kem,ndaban
memperoleh obat--obat modem menurunkan popularitas obat traditional dan merosotnya pengetahuan pengobatan dalam waktu sangat singkat (Eiseman 2001). Kesehatan dan
pengobataD adalah salah satu isu penting di Bali (rima 2001). dimana sejarah pengobataD traditional diambil a1ih pengobatan modem da1am waktu sangat singkat.
Sikap skeptik masyarakat negara-negara maju terhadap efektivitas obat
tradisonal serta keraguan generasi muda tcrhadap obat tradisional merupakan refleksi perbedaan persepsi. Sikap skeptis masyarakat modern karena tradisi pengobatan tradisional bilang dari kebudayaannya. dimana pengobataD praktis bukan merupabn
bagian kehidupannya (Eiseman 2001). Pengu&tan pengetahuan tradisional pengobatan dengan mengunakan paket panduan bacaan adaJab salah satu usaha menwnbuhkan kultm pewarisan dan mengurangi sikap skeptis terbadap pengobatan tradisiona1.
2.8. Program Jalur Hijau
Pemelibaraan contoh keanekamgaman laDskap basil pola tata guna laban yang telah lama mapan adalah salah satu tujuan program Man and Biosphere (Greg 1991
dalam Primack et al. 1998). Pengakuan MAB (Man and Biosphere) tcrhadap peran
masyarakat membentuk lanskap adalah pengbargaan dalam mencari jalan pemanfaatan sumber daya berkelanjutan. ADtisipasi perubahan kultmal masyarakat dan perlindungan lauskapnya diwujudkan dalam wadah jalur bijau (peraturan Daerah Propinsi Bali dan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan No 11 Th 2002).
Jalur hijau ada/Db .suatu homparan tanah yang IUDS yang berfunpi untuk
pelestarian pertanian. perkebunan dan penyelamatan daerah resapan air serla
penunjang keindahan alamo
Pemerintah daerah telah melakukan antisipasi penetapan jalur bijau yang tersebar
pada beberapa kecamatan dan desa me1alui peraturan. lalur hijau dibatasi oleh kriteria panjang jalur 500 m - 1500 m, kedalaman 50 m - 100m. Dua desa penelitian memiliki
Jalur Hijau merupakan hamparan sQWahlperhbunan dengan panorama aJam
yang indah di wi/ayah Desa Batunya. Kecamatan BalUrili pada KM. 45-200-KM 45.800 di sebelah konan kirija/an dengan hdaJaman 100 meter dan KM865- KM 46.077 di kanan ja/an dengan kediJ/aman. 25 meIer. Jalur Hijau merupalran hamparan sawah/ JHrkebunan dengan panorama a/am yang indiJh di wilayah Desa Batunya, Kecamatan
Baturiti pada KM. 45.550-KM 46.170 dl sebelah /canan kirl jolan dengan kediJlaman 1 ()()
meter.
セー@ tri mandala adalah adaptasi bioregional dimana dapat dijadikan sarana
UDtuk mencari bentuk adaptasinya. Adaptasi bagj masa mendatang pada perubahan generasi dan adaptasi pada perbedaan budaya dalam menghadapi djnamika perubahan.
Sauer dalam Meffe dan Carroll (1994) menegaskan pentingnya lanskap-Janskap basil bentukan aktivitas generasi masa lalu yang d.irefleksilcan pada berbagai cam, sehingga saogat bermakna sebagai pertanda
sam
kebudayaan. Terjadilah perlindungan biodiversitas melalui sistem pemanfaatan,.perlindungan dan mempelajari (Wilson 1m).Terwujud satu lour resources. antara sumber daya a1am dan sumber manusianya yang tertampilkan dalam satu bentang budaya. sebagai karya aktivitas masyarakatnya.
Pandangan masyarakat loka! tcrbadap laban dan keanekaragaman hayati dilmgkapkaD oleh Burger (1990) dalam Ulluwishewa et 01. (1997). Laban dan
keanekaragaman bayatinya adatah milik kelompok. Kemanusiaan tidak dapat melebihi kebenaran laban, sehingga melekatkewajiban menjaga secara bersama adalah kaidah hukwn masyarakat Joka!. Individtrindividu bertindak secara totalitas antara kebutuban
makanan, kesehatan, pengobatan dan laban sebagai satu teritorial me1angsungkan semua spektrum aktivitas kehidupannya.
2.9. Pemediaau dan Paket Informasi USllda Taru Pramana
2.9.1. Pemediaan Usada Tilru Pramana
Media secara garis besar dapat dipabami sebagai materi, manusia, kejadian yang membangun kondisi untuk membuat seseorang mampu memperoleh pengetahuan, keterampilBDt atau sikap (Gerlach 1971 dalam Arsyad 1997). Media juga diartikan sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau infonnasi.
23
media teknologi berdasarkan komputer, (4) media gabungan teknologi cetak dan komputer (Seels, Richey 1994 dalam Arsyad 1997). Teknologi cetak cam untuk
mengbasil1can materi melaJui proses pencetakan mekanis atau fotografis. K.elompok
media basil teknologi cetak meliputi teks, セ@ folO, atau representasi fotografik dan reproduksi.
Kelebihan media berbasis セエ。イ。@ lain dapat mempcrlancar pemabaman dan memperkuat ingatan dan meningkatkan minat dengan dunia Dyata (Leshin t 992 dalam
Arsyad 1997). Sentuk visualnya adalah berupa representasi gam.bar. R.epresentasinya berupa gamber. lukisan atau foto yang menunjukkan kenampakan sesuatu benda
sehingga meningkatkan efektivitas makna hubungan.
Pemediaan teD Usada Taru Pramana memenuhi persyaratan efektivitas media
cetak sebagai satu kcsatuan antara
teks.
kebahassaD dan カゥウオ。ャセ@ karena aslinya berupa teks tulisan daIam daun lontar tidat dapat diperbanyak.Pemediaan usadll diharapkan memenuhi kebutuhan dinamika komllnikasi sebagai salah satu kebutuhan rasional yang hakiki kanma komunibsi akan menjamin kelanjutan kehidupan masyarakat, dan media sebagai salurannya. Menunrt Sardiman
(1986) media dapat diartikan sebagai sarana kom1mjkasi, yang menunjuk pada pembawa informasi kepada penerima (Heinich QYXVIセ@ Teknologi yang berkaitan dengan media didefinisikan dalam beberapa pengertian. Strukturisasi media naskah usoda untuk memperlruat informasinya sebingga dapat menjembatani kepeotingan berbagai pihak.
Media cetak memiliki keluasan bagi pembaca