SERONG DAMAI (BSD)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh
KUSMIATUN NURHASANAH
NIM: 107053002689
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SUBUH PADA FORUM MASJID DAN MUSHALLA BUMI
SERONG DAMAI (BSD)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos. I )
Oleh :
KUSMIATUN NURHASANAH
NIM : 107053002689
Pembimbing
Drs. Sugiharto, MA
NIP. 196608061996031001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2011
i
Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh Pada Forum Masjid dan Mushalla Bumi Serpong Damai (BSD)
Setiap muslim memiliki salah satu tugas untuk memakmurkan Masjid. Masjid tidak dapat dipandang sekedar sebagai suatu bangunan semata, melainkan padanya ada jamaah, pengelola, sehingga terciptanya syiar Islam. Ketika Masjid hendak dimaksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktivitas yang harus dikembangkan. Oleh karena itu Masjid harus memiliki program yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melaksanakannya. Sehingga diperlukan tenaga kepengurusan yang jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan program Forum Masjid dan Mushalla BSD dalam pelaksanaan Safari Sabtu Subuh dan apakah ada kesesuaian antara perencanaan program Forum Masjid Mushalla BSD dengan pelaksanaan Safari Sabtu Subuh. Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan menggunakan tekhnik analisia deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis melalui observasi, interview atau wawancara dan dokumentasi.
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi dengan menggunakan pendekatan model evaluasi yang dikemukakan olah Peitrizak, dkk yaitu berupa evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Pada skripsi ini penulis menitik bertkan pada evaluasi proses/pelaksanaan.
Hasil penelitian dan analisis yang dilakukan menunjukan bahwa pelaksanaan Safari Sabtu Subuh telah sesuai dengan perencanaan yaitu sebagai media dalam menyampaikan program-program dari Forum Masjid dan Mushalla BSD maupun program Masjid dan Mushalla yang tergabung dalam Forum Masjid dan Mushalla BSD, melalui media silaturrahim, sharing dan sinergi.
ii
Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan segala nikmat dan karunia yang tak terhingga kepada hambanya sampai detik ini dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh Pada Forum Masjid dan
Mushalla Bumi Serpong Damai (BSD)”.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
iii
Dakwah yang telah melayani penulis dalam administrasi perkuliahan dan skripsi penulis.
4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Dosen Bimbingan Karya Ilmiah, terima kasih untuk ilmunya dan telah memberi support kepada penulis.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
6. Para penguji, ketua dan sekertaris sidang yang telah memberikan bimbingan dan masukannya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Terima kasih untuk seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Fakultas Perpustakaan Dakwah untuk referensi buku-bukunya.
8. Ayahanda tercinta, S Bani A dan ibunda tersayang Patimah atas segala doa yang tak pernah luput dalam setiap hembusan nafasnya, yang telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putri-putrinya, terima kasih untuk semuanya. Semoga Allah selalu menyayangi kalian berdua.
iv penulis agar menjadi orang yang berguna.
11. Keluarga besar Forum Masjid dan Mushalla BSD yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, khususnya untuk Dr. Muhammad Taufik Ch. SpOG selaku ketua presidium, Bapak Rahmad Lubis, MA selaku Sekretaris dan seluruh para pengurus yang begitu baik memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis dalam memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat terbaik DIJEGH dan INMI2TAKANU (Anis, Ayu, Amel, Ela, Gustin, Iich, Intan, Mia, Ita, Eka dan Nurlia) terima kasih atas dukungan semangat dan keceriaannya smoga kita tetap selalu kompak.
13. Suhendri terimakasih atas dukungan dan semangat, yang telah banyak membantu sampai skripsi ini selesai.
14. Terima kasih untuk teman-teman MD A dan B angkatan 2007 Terima kasih yaa buat dukungannya. Teman-teman KKN 98 @Lebak, Banten 2010 semoga tali silaturahmi kita tidak terputus.
15. Teman-teman Kosan Mahsyar terimakasih atas tumpangan tempatnya, juga kepada Siska, Fida, Dewi, Ani, Shella terimakasih banyak untuk kesediaanya menerima penulis dikosannya.
16. Teman-teman IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) Al-Ihsan yang telah banyak membantu dan memberi masukan kepada penulis.
v
telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Manajemen Dakwah pada khususnya.
Ciputat, Juli 2011
vi
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 13
F. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II : LANDASAN TEORI A. Evaluasi ... 17
1. Pengertian Evaluasi ... 17
2. Model-model Evaluasi ... 19
3. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi ... 23
4. Tahapan Evaluasi Program ... 24
B. Program ... 25
1. Pengertian Program ... 25
vii
C. Masjid ... 29
1. Pengertian Masjid... 29
2. Peran dan Fungsi Masjid ... 31
3. Manajemen Masjid ... 35
D. Mushalla ... 39
BAB III : GAMBARAN UMUM FORUM MASJID DAN MUSHALLA BSD A. Sejarah Berdirinya Forum Masjid dan Mushalla BSD ... 42
B. Visi, Misi dan Tujuan ... 48
C. Struktur Organisasi ... 50
D. Program FMMB ... 51
E. Masjid dan Mushlla yang Tergabung dalam FMMB ... 54
F. Jadwal Kegiatan Safari Sabtu Subuh ... 55
BAB IV : ANALISIS DATA A. Perencanaan Program Forum Masjid dan Mushalla BSD dalam Pelaksanaan Safari Sabtu Subuh ... 58
B. Evaluasi Proses ... 66
1. Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh ... 66
2. Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh ... 67
viii
A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
ix
Tabel 3.1 : Nilai-nilai BSD Via TAFT... 48
Tabel 3.2 : Data Masjid dan Mushalla FMMB... 54
Tabel 3.3 : Jadwal Safari Sabtu Subuh... 55
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini umat Islam terus-menerus mengupayakan pembangunan Masjid. Bermunculan masjid-masjid baru diberbagai tempat, di samping renovasi atas masjid-masjid lama. Semangat mengupayakan pembangunan rumah-rumah Allah itu layak dibanggakan. Hampir di seantaro tanah air tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan Masjid. Ada yang berukuran kecil tapi mungil, ada yang besar dan megah. Namun tidak sedikit pula Masjid yang terkatung-katung pembangunannya dan tak kunjung rampung, terutama di daerah-daerah yang solidaritas jamaahnya belum kuat.1
Dalam pembinaan umat secara luas dan menyeluruh yang dilakukan Rasulullah saw. Pertama kali adalah pembangunan Masjid, yaitu dalam perjalanan hijrah Rasulullah saw, dari Makkah ke Madinah ditandai dengan kaum muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshor bersatu bersama Rasulullah saw. Mendirikan bangunan sebuah Masjid yakni Masjid Quba.2
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. At-Taubah 108 yang berbunyi:
1Moh, E. Ayub, dkk. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. Ke-1. h. 15 2
Artinya: ”Janganlah kamu bersembahyang di dalam Masjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya Masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya, di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (Q.S. At-Taubah/9:108) Berbicara tentang Masjid, hampir sama tuanya dengan membicarakan titik start penguatan kelembagaan dan motivasi perjuangan Islam di permukaan bumi ini, Masjid terambil dari kata bahasa Arab
sajadah yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Keberadaan Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat, Dengan demikian, Masjid merupakan bangunan yang sengaja didirikan umat muslim untuk melaksanakan shalat berjamaah dan berbagai keperluan lain yang terkait dengan kemaslahatan umat muslim.
Gazalba menjelaskan, bahwa di zaman Rasulullah, Masjid selain berfungsi sebagai tempat ibadah (untuk melakukan kegiatan shalat, berdzkir, dan beri’tikaf), Masjid juga berfungsi sebagai pusat
pembelajaran (untuk melakukan berbagai kegiatan pembinaan dan peningkatan kualitas umat).3
Masjid tempat beribadah umat Islam, bangunannya yang besar, indah dan bersih sangat didambakan, namun masih kurang bermakna apabila tidak ada aktivitas syi’ar Islam yang semarak. Shalat berjama'ah
merupakan parameter adanya kemakmuran Masjid, dan sekaligus menjadi indikator kereligiusan umat Islam di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan sosial,
3
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,
da'wah, pendidikan akan menambah kesemarakan dalam memakmurkan Masjid.
Setiap muslim memiliki salah satu tugas untuk memakmurkan Masjid. Masjid tidak dapat dipandang sekedar sebagai suatu bangunan semata, melainkan padanya ada jamaah, pengelola, dan nisbahnya dengan syi’ar Islam.4
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar.
Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah
merupakan indikator utama keberhasilan dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah.
Pelaksanaan ibadah di Masjid harus disesuaikan dengan aturan yang telah digariskan dalam ajaran Islam. Acuannya adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Apabila ibadah diselenggarakan benar-benar sesuai dengan tuntutan, pelaksanaannya tidak akan berantakan dan kacau. Tetapi apabila prakteknya melenceng dari garis ketentuan, maka pelaksanaan ibadah di Masjid menjadi acak-acakan. Jadi, semua pihak berkewajiban memelihara tata tertib beribadah dalam Masjid sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.
Ketika Masjid hendak dimaksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktivitas yang harus
4
dikembangkan. Oleh karena itu Masjid harus memiliki program yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melaksanakannya. Sehingga diperlukan tenaga kepengurusan yang jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai. Agar pengurus Masjid dapat bekerjasama dengan baik dalam menjalankan roda kepengurusan, diperlukan mekanisme kerja yang baik. Untuk itu, manajemen (idarah)
Masjid mesti diterapkan.
Forum Masjid dan Mushalla Bumi Serpong Damai (BSD) dan sekitarnya disingkat FMMB adalah suatu wadah yang dibentuk bersama oleh para pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) di wilayah BSD dan sekitarnya yang bertujuan untuk menggalang kebersamaan dan kerukunan kaum muslim warga BSD dan sekitarnya.
Melihat begitu pentingnya sebuah aktivitas/program yang dilakukan didalam Masjid sebagai pusat pembinaan umat maka Forum Masjid dan Mushollah BSD membuat suatu program yang bertujuan untuk menjalin silaturrahim, sharing dan sinergi antar masjid-masjid yang berada diwilayah BSD dan sekitarnya.
Mushalla BSD, apa saja yang diperlukan, pemaparan program, serta mana saja yang perlu didukung oleh FMMB. Dimana didalamnya ada unsur silaturrahim, sharing, dan sinergi yaitu mengunjungi kaum muslimin kemasjid yang telah terjadwal untuk dikunjungi dan mengetahui keunggulan dan kelemahan Masjid itu serta saling bertukar fikiran dan berbagi pengalaman tentang keadaan atau permasalahan umat islam saat ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan silaturrahim antar umat muslim serta menjalin hubungan baik dengan warga dan para pengurus-pengurus Masjid dan Mushalla di daerah BSD dan sekitarnya melalui media sharing dan sinergi. Dalam mengukur keberhasilan dari suatu program perlu dilakukan sebuah evaluasi sebagai tahapan pengembangan program dakwah selanjutnya. Evaluasi program di bagi menjadi tiga, yaitu evaluasi input, proses, dan output.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian ilmiah guna mengetahui bagaimana program Forum Masjid dan Mushalla BSD dalam pelaksanaan Safari Sabtu Subuh. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh Pada Forum Masjid dan Mushalla Bumi
Serpong Damai (BSD)”.
B.
Batasan Dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah2. Perumusan Masalah
Agar didalam pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu membuat perumusan-perumusan yang menurut penulis merupakan hal-hal penting yang harus dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan-permasalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan program Forum Masjid dan Mushalla BSD dalam Pelaksanaan Safari Sabtu Subuh?
b. Bagaiamana pelaksanaan serta evaluasi proses program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla BSD?
c. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Safari Sabtu Subuh?
C.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan PenelitianTujuan Penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perencanaan program Forum Masjid dan Mushalla BSD dalam Pelaksanaan Safari Sabtu Subuh.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan serta evaluasi proses program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla BSD
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Safari Sabtu Subuh.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis:
peminat studi manajemen dakwah, terutama bagi para aktivis di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Sebagai sumber refrensi dan sarana pemikiran bagi kalangan akademis dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan berguna sebagai bahan perbandingan bagi penulis yang lain.
b. Manfaat praktis:
1) Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan informasi yang bisa dimanfaat bagi para pengelola program yang terkait dengan program-program sosial. Dan dapat dijadikan bahan masukan bagi instansi/lembaga di bidang tersebut.
2) Sebagai bahan evaluasi bagi Forum Masjid dan Mushalla BSD dalam merencanakan program kerja di masa datang.
D.
Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, sangat rinci, tidak lazim dalam mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yeng lebih mendasar, menarik, dan unik yang bermakna di lapangan.5
Menurut Bohdan dan Taylor, yang dikutip dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Lexy J. Moeleong, menjelaskan
5
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet.
metodologi kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6
Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran serta evaluasi pelaksanaan program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla BSD.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Forum Masjid dan Mushalla BSD, Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Mei 2011
3. Subjek dan Objek Penelitian
a Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Forum Masjid dan Mushalla BSD, yang didalamnya terdapat pengurus atau pengelola yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini.
b Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla BSD.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan, tempat dimana obyek penelitian itu berada. Untuk pengambilan data di dalam penelitian lapangan menggunakan tehnik sebagai berikut :
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rasda Karya,
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dengan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti langsung dilapangan.7 Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Observasi yang dilakukan yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap program Safari Sabtu Subuh yang diadakan oleh Forum Masjid dan Mushalla BSD meliputi pelaksanaan dari program tersebut.
b. Interview
Interview merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Adapun interview yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin. Interview bebas terpimpin artinya dalam penyampaian interview dengan maksud meminta jawaban dengan bebas dan terbuka, maka jawaban tersebut tidak lepas dari kerangka tersebut. Sedangkan alasan menggunakan jenis interview ini sangat mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data dan informasi yang memuaskan.9 Interview yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data dari berbagai narasumber. Dalam proses evaluasi pelaksanaan program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla BSD akan diperoleh dari informan Pengurus yaitu ketua, sekretaris, bidang hubungan masyarakat, dan bidang hukum dan kajian
7
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-2, h. 21
8
Sutrisno Hadi, Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), h. 82
9
strategis serta para DKM Masjid yang tergabung dalam Forum Masjid dan Mushalla BSD.
c. Dokumentasi
Menurut Winarno Surahmad, pengertian dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa, dan oleh penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.10 Dalam dokumentasi penulis menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, hasil rapat kerja, laporan kegiatan, foto-foto dan lain sebagainya.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara mendalam. Informan dalam data primer ini adalah para pengurus Forum Masjid dan Mushalla BSD dan jamaah dari program Safari Sabtu Subuh.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti perpustakaan, pusat pengelolaan data, dan sebagainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.
10
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif sering kali dinyatakan tidak ilmiah, sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari segala segi. Dengan alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakannya pemeriksaan keabsahan data (trustworthiness) sebagai usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu:
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
3) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksud penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
terhadap pandangan. Pendapat dan penemuan seseorang dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis merupakan proses penyusunan data untuk memudahkan penafsirannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk data deskriptif, yaitu data yang berbentuk uraian yang memaparkan keadaan objek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai kenyataannya. Sehingga menuntut penafsiran peneliti yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah objek kajian yang utuh.
[image:25.595.141.522.115.454.2]8. Teknik Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.
E.
Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
Oleh sebab itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dengan masalah yang sedang dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Ernanto Dwi Setiawan “Evaluasi Pelaksanaan Program Dakwah Tahun 2008 IPHI DKI Jakarta”. Disusun ada tahun 2009 M, yang
menganilisis pada bagaimana pelaksanaan program dakwah IPHI DKI Jakarta, apakah sudah berjalan sesuai program yang telah dirancang. Sedangkan judul penulis berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla Bumi Serpong Damai (BSD)”, sepanjang pengamatan penulis, karya Ernanto Dwi Setiawan lebih fokus dengan pembahasan program dakwah IPHI. Sedangkan penulis lebih membahas tentang evaluasi program Safari Sabtu Subuh dalam hal pelaksanaan.
Pancoran Jakarta Selatan”. Disusun pada tahun 2009 M, yang
menganalisa tentang evaluasi program dengan menggunakan empat indikator kinerja evaluasi LFA (Logical Framework Analysis) yaitu masukan (input), kelurahan (output), manfaat (outcomes), dan dampak
(impact). Sedangkan judul penulis berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla Bumi Serpong Damai (BSD)”, terdapat perbedaan dengan karya Maimunah yaitu pada subjek yang akan diteliti.
3. Rudy Setiadi yang memiliki judul “Peran Dewan Kemakmuran Masjid dalam Upaya Memakmurkan Masjid Raya Al-Azhom sebagai Pusat Kegiatan Dakwah”. Disusun pada tahun 2010 M, yang menganalisa
tentang peran Dewan Kemakmuran Masjid dalam memakmurkan Masjid sebagai pusat kegiatan dakwah. Sedangkan judul penulis berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Safari Sabtu Subuh pada Forum Masjid dan Mushalla Bumi Serpong Damai (BSD)”, sepanjang pengamatan penulis, karya Rudy Setiadi lebih luas pembahasannya yaitu tentang upaya memakmurkan Masjid sebagi pusat dakwah. Sedangkan penulis lebih membahas tentang evaluasi program Safari Sabtu Subuh dalamhal pelaksanaannya.
F.
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN :
Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
Membahas tentang teori evaluasi, pegertian evaluasi, model-model evaluasi, tujuan dan pentingnya evaluasi, tahapan evaluasi. program, pengertian program, macam-macam program, tujuan program, evaluasi program. Masjid, pengertian Masjid, peran dan fungsi Masjid, manajemen Masjid.
BAB III : GAMBARAN UMUM FORUM MASJID DAN
MUSHALLA BSD
Membahas tentang Forum Masjid dan Mushalla BSD, sejarah berdirinya, visi-misi dan tujuan, struktur organisasi, program kerja, Masjid dan mushalla yang tergabung dalam FMMB, dan jadwal kegiatan Safari Sabtu Subuh.
BAB IV : ANALISI HASIL PENELITIAN
faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pprogram Safari Sabtu Subuh.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
17
LANDASAN TEORI
A.
Evaluasi
1. Pengerrtian Evaluasi
Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris ”Evaluation”, yang berarti penilaian/penaksiran. Dan menurut pengertian
istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata evaluasi diartikan dengan penilaian.2 Menurut Casley dan Kumar yang dikutip dalam buku evaluasi program yang ditulis oleh Fredy S. Nggao, evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efesiensi, dan implikasi dari suatu proyek dikaitkan dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sementara Fink dan Kosecoff memberikan definisi evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak dan biaya program.3 Pada dasarnya evaluasi dibutuhkan dalam setiap program untuk mengetahui keberhasilan dan kemajuannya serta sasaran apakah yang sudah tercapai atau belum dan hasilnya nanti diperbaiki menjadi lebih baik pada program selanjutnya.
1
M. Chatib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), Cet.
Ke-1, h.1
2
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4
3
Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program. Dengan demikian, penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.4
Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas, bahwa apakah sasaran-sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum. Segala bentuk program apapun baik itu dalam hal profit dan non profit ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah diisyaratkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawasan dalam suatu organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan
(monitoring) dan evaluasi (evaluation).5 Monitoring atau usaha pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus agar dapat diketahui proses perkembangan kegiatan yang dilakukan. Begitu juga halnya dengan kegiatan evaluasi berupa penilaian program kegiatan baik dari awal hingga akhir.
Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah suatu kesatuan yang saling mengisi satu dengan yang lainnya dan juga sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu program atau organisasi. Maka sudah dapat dipastikan bahwa melakukan evaluasi tidak lepas dari melakukan monitoring, begitu juga sebaliknya. Kalau kegiatan monitoring atau pemantauan bisa dilakukan
4
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1998),
Cet. Ke-1. h. 8 5
Isbandi Rukminto Adi, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
pada proses pelaksanaan program, maka evaluasi adalah penilaian di akhir pelaksanaan program.
Pengertian evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program tidaklah suatu yang mutlak harus dilakukan sedemikian rupanya. Melakukan evaluasi tidak harus dilaksanakan menunggu tahap akhir program akan tetapi juga bisa dilakukan pertengahan program kegiatan jikalau ditemukan indikasi-indikasi kejanggalan atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan jika hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan makin lama menjadi besar dan berat perbaikannya. Oleh karena itu melaui evaluasi terhadap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan kegiatan berikutnya.
2. Model-model Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi, biasanya dikaitkan dengan model-model evaluasi yang akan digunakan. Ada banyak model evaluasi namun hanya beberapa model evaluasi, yang akan diuraikan berikut di bawah ini:
c) Evaluais sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah di capai secara keseluruhan dari awal program kegiatan sampai akhir program kegiatan. Waktu pelaksanaan pada saat akhir program kegiatan sesuai dengan jangka waktu program kegiatan dilaksanakan. Untuk program kegiatan yang memiliki jangka waktu enam bulan, maka evaluasi sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan ke enam. Untun evaluasi yang menilai dampak program kegiatan dapat dilaksanakan setelah program kegiatan berakhir dan diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata.6
Dalam kegiatan dengan evaluasi Daniel L. Stufflebem yang dikutip dalam buku Penilaian Program Pendidikan yang ditulis oleh Suharsimi Arikunto menggunakan pendekatan evaluasi CIPP yaitu berupa evaluasi kontek, evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi produk (hasil) dalam penjelasannya evaluasi CIPP dimaksud adalah:
a) Evaluasi kontek menjelaskan atau menggambarkan secara jalas tentang spesifikasi tujuan program yang akan menjadi sasaran kegiatan sesuai yang diharapkan. Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa penilaian konteks adalah penilaian terhadap kebutuhan yang belum terpenuhi dari kegiatan, tujuan pemenuhan kebutuhan dan karakteristik individu yang menerima kegiatan.
6
Panduan Standarisasi Monitoring dan Evaluasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin,
b) Evaluasi input (masukan) menjelaskan penilaian pada pertimbangan tentang sumber dan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus suatu program atau bisa juga dikatakan evaluasi input lebih memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan program.
c) Evaluasi proses menjelaskan tentang data penilaian yang telah ditentukan (dirancang) dan di tetapkan di dalam praktek operasionalnya atau yang dimaksud pada evaluasi proses yaitu berupa menganalisa dan menilai keseluruhan proses berdasarkan kriteria standar praktek, kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan penerimaan kegiatan.
d) Evaluasi produk (hasil) menjelaskan pada penilaian di dalam mengukur tujuan yang telah ditetapkan atau menilai secara keseluruhan hasil atau dampak dari suatu program terhadap penerima program apakah tercapai sesuai rencana dan ada dampak perubahan dari kegiatan.7
Ada model lain yang tidak hanya menggambarkan saja namun berusaha meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisis sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini disebut model UCLA. Alkin (1969) ahlinya, membagi model ini menjadi lima bagian, yaitu:
7
a) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi system.
b) Program Planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. c) Program inplementation, yang menyiapkan informasi apakah
program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
d) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja atau berjalan. Apakah menuju pencapaian tujuan, adalah hal-hal atau masalah baru yang muncul tak terduga.
e) Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program.8
Begitu beragam dan cukup banyaknya variasi model evaluasi dalam penilaian suatu program, maka dalam konteks ini, penulis akan menggunakan model evaluasi seperti dikemukakan oleh Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Pemilihan model tersebut tidak lain karena penulis melihat kesesuaian model tersebut untuk dipergunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan suatu program.
a. Evaluasi Input
Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel
8
Nurul Hidayati, Motodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet.
utama yang terkait dengan evaluasi input ini, yaitu: 1) Klien
(peserta program, 2) Staf dan 3) program. b. Evaluasi Proses
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang dirumuskan.
Evaluasi ini memfokuskan pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung jamaah dengan para pengurus. c. Evaluasi Hasil
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai.9 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima (jamaah).
3. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan 10 (sepuluh) alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan.10
a) Pencapaian, guna melihat apa yang sudah dicapai.
b) Mengukur kemajuan, melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.
c) Meningkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen yang lebih baik.
9
Elly Irawan, Dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka,
1995), Cet. Ke-1, h. 18 10
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
d) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, agar dapat memperkuat program itu sendiri.
e) Melihat usaha apakah sudah dilakukan secara efektif, guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.
f) Biaya dan manfaat, melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
g) Mengumpulkan informasi, guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.
h) Berbagi pengalaman, guna melindingi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.
i) Meningkatkan keefektifan, agar dapat memberikan dampak yang lebih baik.
j) Memungkinkan perencanaan yang lebih baik, karena memberikan kesempatan untuk mendapatakan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.
4. Tahapan Evaluasi Program
a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi.
c) Membandingkan antara standar dengan hasil yang dicapai dan jika melapaui batas toleransi, harus dianalisis penyebab-penyababnya d) Mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.11
B.
Program
1. Pengertian Program
Menurut bahasa kata program berasal dari bahasa Inggris Programme
yang artinya acara atau rencana. Sedangkan menurut istilah program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.12
Menurut John L Herman program adalah segala sesuatu yang anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat. Dari pengertian ini dapat ditarik benang merah bahwa semua perbuatan manusia yang darinya diharapkan akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program.13
Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 2) program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
11
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik Pengantar Proses Berfikir Strategik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), Cet. Ke1, h. 140-141
12
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 702 13
Menilik pengertian secara khusus ini, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan secara waktu pelaksanaannya biasanya panjang. Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu kegiatan melainkan rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya.14
Menurut Isaac dan Michael (1984 : 6) sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya.15
Program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.
2. Macam-macam Program
Jenis-jenis program dapat bermacam-macam wujud, jika ditinjau dari berbagai aspek. Yaitu:
14
Suaharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
h.1
15
a) Bila dilihat dari tujuan program
Ada yang bertujuan mencari keuntungan (kegiatan komersial). Jika program tersebut mencari keuntungan, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan. Program sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.
b) Bila dilihat dari jenis program
Ada program pendidikan, program koperasi, program kemasyarakatan dan sebagainya klasifikasi tersebut bergantung dari isi program yang bersangkutan.
c) Bila dilihat dari jangka waktu program
Ada program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
d) Bila dilihat dari keluasan program
Ada program sempit dan ada program luas. Program sempit hanya menyangkut program yang terbatas. Sedangkan program luas menyangkut banyak variabel besar.
e) Bila dilihat dari pelaksanaan program
Ada program kecil dan ada program besar. Program kecil hanya dilaksanakan beberapa orang. Sedangkan program besar dilaksanakan oleh banyak orang.
Ada program penting dan ada program yang kurang penting. Program penting yang dampaknya menyangkut orang banyak, menyangkut hal-hal yang vital. Sedangkan kurang penting adalah sebaliknya.16
3. Tujuan Program
Tujuan program adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut:
“Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat perhatian evaluator. Jika suatu program tidak mepunyai tujuan yang tidak bermanfaat, maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan, tujuan menentukan apa yang akan diraih”.
Tujuan program dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: tujuan umum dan khusus (objektives). Tujuan umum biasanya menunjukan output dari program jangka panjang. Sedangkan tujuan khusus, outputnya jangka pendek.17
4. Evaluasi Program
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh program, maka haruslah melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai hasil keberhasilan dari suatu program atau kegiatan.18
Evaluasi program adalah aplikasi dari metode penelitian secara sistematis untuk keperluan penilaian desain program, implementasi, dan efektifitasnya. Evaluasi program dilakukan untuk mendapatkan informasi
16
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, h. 23
17 Ibid 18
tentang kemajuan pelaksanaan program dan dampaknya terhadap masyarakat umum dan terhadap individu.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa, evaluasi program merupakan suatu kegiatan yang sangat signifikan, karena dengan evaluasi program kita dapat mengukur dan menilai suatu program, sehingga kita mengetahui nilai dari program tersebut. Evaluasi program merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, mengkomunikiasikan sesuatu informasi bagi pihak-pihak yang mengambil keputusan.
C.
Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah Masjid bagi kaum muslimin. Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahim dikalangan kaum muslimin. Di Masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat subuh.19
M. HR Songge menyatakan, Masjid secara etimologis bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah
mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah SWT. Sedangkan dalam makna terminologinya, ialah tempat dimana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.20
19
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus, h. 1
20
M. HR. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta: PT. Mediacita, 2001), h.
Prof. TM Hasbi Ash-Shiddieqi berpendapat, bahwa pengertian Masjid tiadalah khusus dengan tempat mendirikan shalat jum’at saja, bahkan perkataan Masjid, mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan shalat dan jama’ah.21
Dalam pengertian sehari-hari, Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslimin. Tetapi karena akar katanya mengandung makna tunduk dam patuh, hakikat Masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata.22 Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam Surat Al-Jin ayat 18:
Artinya: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang di dalamnya di samping (mensyembah) Allah” (Q.S. Al-Jin/72: 18)
Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Masjid adalah tempat orang saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin, karena di saat di dalam Masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudarnya yang absen atau tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau yang lainnya. Dengan demikian maka akan timbul rasa tolong menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh ikatan kasih sayang antar jamaah masjid kaum mukmin.23
21
Hasbi Ash Shiddieqi, Koleksi Hadits Hukum, (bandung: PT. Al-Ma’arif, 1979), Jilid 2,
Cet. Ke-3
22
Budiman Mustafa, Manajemen Masjid, (Solo: Ziyad Visi Media, 2007), Cet. Ke-1, h.
17 23
Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid, Langkah Maju Kebangkitan
Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan Masjid adalah rumah, seperti makna yang tersirat dalam firman Allah SWt dalam Surat An-Nur ayat 36:
Artinya: “Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan di sebut nama-Nya di
dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”(Q.S. An-Nuur/24: 36)
Dengan demikian, Masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar untuk mengingat, mensyukuri, dan menyembahnya-Nya dengan baik.24
2. Peran dan Fungsi Masjid
Ketika Masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat ibadah dan pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktivitas yang harus dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat yang menjadi jamaah Masjid harus mendapat pembinaan dari Masjid sehingga meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.25
Apabila Masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin.26
Fungsi utama Masjid adalah tempat bersujud kepada Allah SWT, tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi Masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak
24
Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press,
1999), Cet. Ke-1, h. 7 25
Ahmad Yani, Manuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001),Cet. Ke-1, h. 19
26
dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan uacapan lain yang dianjurkan dibaca di Masjid sebagai bagian dari lafadz yang berkaiatan dengan penggunaan asma Allah SWT.
Saat ini Masjid memiliki fungsi dan peran yang semakin terasa penting dalam kehidupan umat Islam, diantaranya sebagai berikut:
a) Tempat Beribadah
Sesuai dengan namanya, Masjid adalah tempat sujud, maka diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat shalat, sebagaimana menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridho Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas dengan ajaran Islam.
b) Tempat Menuntut Ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardhu’ain bagi umat Islam, disamping
itu juga ilmu-ilmu lain, ilmu alam, sosial, keterampilan dan lain sebagainya.
c) Tempat Pembinaan Jamaah
Dengan adanya umat Islam disekitarnya, Masjid perlu mengaktualkan perannya dalam mengkordinir mereka, baik untuk ibadah maupun aktivitas lainnya, dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan umat.
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam, yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dakwah Islamiyyah dan budaya Islam. Dimasjid pula seharusnya direncanakan, diorganisisr, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat.27
e) Pusat Kaderisasi
Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivitas yang berjuang menegakkan Islam secara berkesinambungan, patah tumbuh, hilang berganti. Karena itu, pembinaan kader perlu disiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA, Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid dengan berbagai kegiatannya.
f) Basis Kebangkitan Umat Islam
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk memberikan motivasi dalam semua kegiatan masyarakat baik menyangkut kegiatan formal atau informal maupun untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat atau umat dalam mencapai tujuan pembangunan indonesia, yaitu masyarakat adil, makmur dan sejahtera lahir dan batin.28
Berbagai kekuatan yang mempengaruhi fungsi Masjid sebagai pusat umat Islam sadar atau tidak sadar berlangsung terus memulai dari “penciutan” fungsinya yang hanya sebagai pusat ibadah
sampai mulai berkembang pada saat dimana terlihat ada
27
Syihab, Wawasan Al-qur’an, h. 27
28
Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid Dalam Pembangunan Masyarakat,
kecenderungan gerakan baru dikalangan umat untuk lebih mengoptimalkan fungsi Masjid ini.
Saat ini Masjid bukan saja sebagai tempat memberikan pendidikan agama dan umum, rapat-rapat organisasi, pertokoan dan bahkan bela diri, olahraga, kesenian, pernikahan dan peresmian “walimatul ursh”. Perkembangan ini sangat terasa di Masjid kawasan
elit dan kampus.29
g) Sarana Pembinaan Iman
Bagi seorang muslim, iman memiliki kedudukan yang sangat penting, tapi iman itu ada pasang surutnya. Kadang-kadang iman naik dan kokoh yang membuat seorang mukmin begitu tinggi semangat pengabdiannya kepada Allah SWT, namun terkadang iman malah turun ysng membuat kecenderungannya pada kemaksiatan dan kemunkaran malah naik. Karena itu memiliki iman yang stabil menjadi sesuatau yang sangat mendasar. Dengan iman yang mantap, seseorang akan selalu komitmen kepada nilai-nilai yang datang dari Allah SWT dan RasulNya serta membuatnya tidak berani menyimpang dari jalan hidup yang benar. Dengan kata lain, iman yang mantap akan menghasilkan ahlak yang mulia. Ke arah terwujudnya iman yang mantap itulah, diperlukan pembinaan iman secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan. Dan Masjid
29
Sofian Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa,
merupakan salah satu sarana utama yang bisa digunakan untuk membina keimanan kaum muslimin.30
Masjid perlu mengaktualkan perannya dalam mengkordinir umat Islam, baik untuk ibadah maupun aktivitas lainnya, dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan umat.31
Sebagaimana diketahui, iman yang kokoh dan mantap salah satu tandanya adalah melaksanakan ibadah secara ritual seperti shalat dan ibadah-ibadah yang sejenisnya. Dengan shalat seorang muslim terbina atau terlatih untuk selalu merasa dekat dengan Allah. Tempat yang paling utama untuk menunaikan shalat adalah Masjid. Karena itu Masjid dapat dijadikan sebagai sarana untuk memeprkokoh hubungan dengan Allah dan hubungan yang dekat kepada-Nya merupakan bukti terbinanya iman.
Pembinaan iman juga harus dilakukan dengan pembekalan ilmu. Karena itu di masjid-masjid kaum muslimin harus mendapatkan bekal ilmu pengetahuan guna memperkokoh imannya dan dengan iman yang kokoh pula nantinya Masjid itu akan menjadi makmur, karena memang hanya orang-orang yang memiliki kemantapan imanlah yang layak untuk memakmurkan masjid.32
3. Manajemen Masjid
a. Pengertian Manajemen Masjid
Manajemen berasal dari bahasa Inggris, dari kata to manage yang artinya mengurus, membimbing dan mengawasi. Kata itu sendiri berasal
30
Ahmad Yani, Manuju Masjid Ideal, h.3
31
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, h. 27
32
dari kata Itali, yakni maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan sesuatu, atau lebih tepat lagi “penanganan” sesuatu. Dalam bahasa Arab,
manajemen disebut dengan idarah. Adapun pengertian manajemen adalah usaha mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip, dalam buku Idarah Masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan:
“Idarah masjid ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam”.33
Sementara itu Drs. Moh. E. Ayub dalam bukunya Manajemen Masjid yang diterbitkan Gema Insani Press, mendefinisikan idarah Masjid adalah usaha-usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi Masjid sebagaimana mestinya”.34
Dari pengertian diatas dapat dirumuskan definisi lain, manajemen masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran Masjid yang ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus Masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai aktifitas yang positif. Dengan demikian, ketua pengurus Masjid harus melibatkan seluruh kekuatan Masjid untuk mewujudkan kemakmuran Masjid.
b. Fungsi Manajemen Masjid
Fungsi manajemen Masjid hampir sama dengan fungsi manajemen yang apabila disederhanakan akan di dapati menjadi empat fungsi, yaitu:
33 Ibid 34
a) Perencanaan
Dalam manajemen Masjid, perencanaan adalah perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam menacapai tujuan pemakmuran Masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan Masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting.
Dengan demikian, tanpa perencanaan yang baik, tidak hanya membuat kepengurusan dan aktivitas menjadi kacau dan tidak punya arah yang jelas, tapi kemajuan atau kemunduran juga tidak bisa di ukur. Perencanaan yang matang akan membuat aktivitas bisa berjalan dengan baik dan jelas kemana arah dan target yang akan dicapai dengan melibatkan jamaah yang lebih banyak.
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian Masjid adalah penyatuan, pengelompokan dan pengaturan pengurus Masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja sebagaimana yang telah direncanakan.
c) Pelaksanaan
Dalam manajemen Masjid, fungsi pelaksanaan Masjid merupakan upaya membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pimpinan pengurus Masjid harus memberikan rangsangan atau motivasi kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu. Karenanya pimpinan pengurus masjid perlu memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan staf pengurus Masjid guna menunaikan amanah kepengurusan dengan baik.
Dalam organisasi seperti kepengurusan Masjid, kesadaran yang tinggi memang amat diperlukan. Dengan kesadaran yang tinggi, maka disiplin pengurus dalam mengemban amanah kepengurusan Masjid akan berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi ini akan lahir dari keimanan yang mantap. Karena itu, pengurus Masjid harus memiliki kemantapan iman agar dia merasa berdosa kepada Allah SWT manakala tidak menunaikan tugas kepengurusan dengan baik, bukan merasa senang dalam kelalainnya mengemban amanah umat menjadi pengurus Masjid.
sebagainya. Disamping itu pemimpin juga harus selalu meningkatkan kemampuan kerja staf-stafnya dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai.
d) Pengawasan
Pengawasan dan kontrol, baik dari pimpinan kepada stafnya maupun dari staf kepada pemimpin dan sesama kepengurusan Masjid merupakan sesuatu yang penting. Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus menjadi tahu adanya kesalahan, kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pemakmuran Masjid.
Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan Masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar sebagaimana yang ditetapkan dalam perencanaan untuk selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan.35
Manakala Masjid telah dikelola dengan manajemen yang baik, pembinaan umat bisa ditingkatkan dan kemajuanpun dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
D.
Mushalla
Mushalla berasal dari Bahasa Arab isim makan dari fi'il madhi sholla yang artinya tempat shalat/berdoa. Kalimat Bahasa Arab biasa menggunakan makna sebagian untuk mewakili keseluruhan, sehingga kata sujud mewakili secara
35
keseluruhan shalat, karenanya Masjid sebagai tempat sujud artinya adalah tempat shalat.36
Sedangkan menurut istilah Mushalla adalah tempat atau rumah kecil yang menyerupai Masjid dan digunakan sebagai tempat mengaji dan shalat bagi umat Islam. Sering disebut juga dengan surau atau langgar.37
Fungsinya menyerupai masjid, namun ada beberapa hal yang membedakannya dengan Masjid. dalam Bahasa Arab dan Fiqh, Masjid adalah tempat yang dibangun untuk shalat yang dimiliki umum dan orang bisa shalat secara bebas ditempat tersebut tanpa perlu izin dari pemiliknya. Sedang mushalla adalah tempat shalat pribadi/keluarga, tidak boleh orang shalat di tempat itu tanpa izin pemiliknya. Biasanya tempat ini diperuntukkan untuk para wanita yang shalat di rumah atau keluarga yang membuat tempat khusus untuk shalat di rumahnya.
Penerapan hukum-hukum Fiqh terkait Masjid seperti tahiyyatul Masjid dan sebagainya diperuntukkan untuk orang yang memang disyari'atkan shalat di Masjid yaitu kaum lelaki. Sedang untuk para wanita yang memang tidak disyari'atkan shalat di Masjid maka mushalla berlaku sebagai Masjid baginya. Jadi kaum wanita bisa tahiyyatul masjid dan i'tikaf di mushalla rumahnya sedang para lelaki hanya bisa melakukannya di "Masjid".
Adapun shalat jum'at tidak disyaratkan di Masjid melainkan disyaratkan di bangunan permanen yang tetap dan penyelenggaraannya harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu sehingga tidak sembarang Masjid bisa dibuat jum'atan, tidak sembarang aula bisa menjadi tempat jum'atan dan sebagainya.
36
http://www.dutabintaro.com 37
Istilah yang dipakai di Indonesia memang telah mengalami perubahan dari istilah Arab karena mushalla sering difahami sebagai Masjid kecil atau Masjid yang tidak ada kegiatan shalat jum'at didalamnya, padahal seharusnya tidak seperti itu. Mushalla-mushalla yang ada di Indonesia lebih masuk kepada definisi Masjid karena kepemilikannya bersifat umum dan orang bebas shalat di tempat itu, sehingga bisa tahiyyatul masjid dan i'tikaf di sana.
Mengenai penggunaan jum'atan, istilah Masjid di Fiqh hanya mengenal dua sebutan yaitu Masjid Jami' dan Ghairul Jami'. Masjid Jami' adalah Masjid yang digunakan untuk shalat Jum'at sedang selainnya disebut sebagai Ghairul Jami'. Istilah ini di Indonesia juga mengalami perubahan sehingga Masjid Jami' dikatakan sebagai Masjid terbesar di desa, Masjid Raya dikatakan Masjid terbesar di kota/kecamatan. Masjid Agung dikatakan sebagai Masjid propinsi, dan sebagainya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Masjid dan Mushalla sebenarnya berbeda jika dilihat dari istilah aslinya di Arab / Fiqh. Tetapi kalau Masjid dan Mushalla berdasarkan istilah di Indonesia adalah sama. Adapun untuk menilai boleh tidaknya hal-hal tertentu dilakukan di Masjid / Mushalla dikembalikan pada makna sesuai Fiqh bukan istilah yang sudah mengalami perubahan sebagaimana dikenal sebagian masyarakat.38
38
42
SERPONG DAMAI (BSD)
A.
Sejarah Berdirinya Forum Masjid dan Mushalla BSD
Pertumbuhan jumlah dan aktivitas internal Masjid dan Mushalla di BSD dan sekitarnya cukup signifikan sehingga ada keinginan untuk mempererat tali silaturrahim pengurus Masjid dan Mushalla BSD dan sekitarnya melalui riyadah (Ukhuwah). Selain itu dari beberapa Masjid dan Mushalla di BSD dan sekitarnya memiliki potensi yang beragam sehingga menjadi suatu kebutuhan untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui dakwah.1
Forum Masjid dan Mushalla BSD disingkat FMMB adalah suatu wadah yang dibentuk bersama oleh para pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Masjid dan Mushalla di wilayah BSD yang bertujuan untuk menggalang kebersamaan dan kerukunan kaum muslim warga BSD.2 Karena banyaknya Masjid di BSD dan sekitarnya dengan segala aktivitasnya masing-masing, tapi Belum ada wadah yang mengorganisir Masjid dan Mushalla tersebut. Sehingga beberapa kegiatan hari besar Islam belum terintegrasi dengan baik, dan belum adanya media saling berbagi diantara Masjid dan Mushalla sekitar BSD. Lalu dibentuklah Forum Masjid dan Mushalla BSD yang gunanya sebagai media berbagi antar Masjid dan Mushalla, sarana integrasi kegiatan, dan wadah untuk mengorganisir atau
1
Laporan pelaksanaan olahraga bersama 1429 H/2008 M Forum Masjid dan Mushalla BSD, h. 1
2
Dr. H. Muhammad Taufik Ch. SpOG. Ketua Presidum I FMMB. Wawancara Pribadi.
[image:55.595.120.527.88.452.2]mensinergikan aktivitas-aktivitas Masjid dan Mushalla yang ada di BSD dan sekitarnya.3
Forum Masjid dan Mushalla BSD adalah lembaga keagamaan dan sosial yang dibentuk pada awal tahun 2007 yang bertujuan untuk mensinergikan lembaga-lembaga dakwah di BSD dan memotori program-program yang ada di wilayah BSD.4 Berdirinya FMMB diawali oleh program Klinik Dhuafa RS. Putra Dalima yang mempunyai delapan Klinik Dhuafa yang tersebar di delapan Masjid. Klinik Dhuafa tersebut buka hanya satu kali seminggu setiap Masjid, dan disebar serta dicantumkan Masjid mana saja yang termasuk Klinik Dhuafa dan di jadwal setiap harinya. Ada delapan Masjid yang bergabung dan rutin dikunjungi.
Setelah beberapa lama berjalan kegiatan tersebut lalu dikumpulkanlah para pengurus Klinik Dhuafa dan DKM-DKM Masjid yang tertarik untuk bergabung kedalam program Klinik Dhuafa tersebut. Tujuan dibuatnya Klinik Dhuafa ini ialah agar adanya benang merah antara masjid-masjid yang ada. Gunanya jikalau ada warga yang sakit maka mereka akan mencari Masjid. Jadi Masjid bisa berguna juga sebagai tempat pengobatan serta sebagai tempat dimintai pertolongan. Setelah dikumpulkan ternyata banyak ide-ide yang masuk, dari berbagai kalangan. Dan ternyata menjalin hubungan dengan masjid-masjid yang lain itu sangat penting.5
3
H . Suradi, SE, MM. Ketua Presidium III FMMB. Wawancara Pribadi. Masjid
Ar-Rahman BSD. Sabtu 09 April 2011 4
Rahmad Lubis, MA. Sekretaris FMMB. Wawancara Pribadi. Puspita Loka BSD. Rabu
13 April 2011 5
Dr. H. Muhammad Taufik Ch. SpOG. Ketua Presidum I FMMB. Wawancara Pribadi.
Setelah kegiatan itu berjalan Dr. H. Muhammad Taufik Ch. SpOG, Bapak Drs. H. Affendi Arsyad, dan Bapak Ir. Maman Abdurrahaman, mereka mengunjungi suatu Panti Asuhan di daerah Cisauk, setelah pulang mereka berfikir dan membicarakan pengalaman mereka ketika mengunjungi Panti Asuhan tersebut yang mana meraka membutuhkan bantuan uluran tangan dari warga komplek BSD untuk pembangunan M