BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum GIS Simpang Haru
GIS 150 kV Simpang Haru terletak di Jalan raya andalas no.10 kota Padang. GIS ini merupakan pemasok utama sub sistem kota Padang yang terdiri dari 2 trafo daya 150/20 kV masing masing kapasitasnya TD#1 42 MVA dan TD#2 42 MVA. Beban puncak rata rata TD 1 = 15,2 MW dab TD 2 = 15,6 MW. GIS 150 kV Simpang Haru ini didesain oleh pabrikan Siemens dengan tipe indoor. Kompartemen pada GIS 150 kV Simpang Haru memiliki tipe satu phasa per enclosure atau three pole, sehingga antara phasa R, phasa S, dan phasa T berada pada enclosure yang terpisah. GIS 150 kV Simpang Haru terdiri dari beberapa bay utama yaitu 2 bay trafo, 2 bay penghantar dan 1 kopel seperti diperlihatkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nama Bay, Pembuatan, dan Operasi Pada GIS 150 kV Simpang Haru
N
o NamaBay Phasa Pembuatan Operasi
1 Pauh Limo 1
R
2009 2010
S T
2 Pauh Limo 2
R
1996 1997
S T
3 Trafo 1
R
1996 1997
S T
4 Trafo 2
R 1996 1997 S T 5 Kopel R 1996 1997 S T
[image:2.595.79.547.393.607.2]Peralatan yang terpasangpada GIS 150 kV Simpang Haru dibuat oleh Siemens kecuali untuk PT yang dibuat oleh Trench. Data peralatan terpasang tersebut diperlihatkan pada tabel 3.2 sampai dengan tabel 3.4 berdasarkan bay penghantar dan bay trafo.
Tabel 4.2 Data Peralatan Terpasang Pada Bay Penghantar Pauh Limo1
Nama Peralatan Bay Penghantar Pauh
Limo 1 Kode Merk Tipe Penggerak
PMT Circuit Breaker Q0 Siemens 8 DP 3 HYDROLICK
PMS Line Disconnecting Switch Q9 Siemens Motor AC
PMS Bus 1 Disconnecting Switch Q1 Siemens Motor AC
PMS Bus 2 Disconnecting Switch Q2 Siemens Motor AC
PMS Ground
PengapitAtas Motor-Operated Earthing Switch Q51 Siemens - Motor AC PMS Ground
PengapitBawah Motor-Operated Earthing Switch Q52 Siemens - Motor AC PMS Ground Line High-Speed Earthing Switch Q8 Siemens - Motor AC
CT Bus Current Transformer - Siemens AMT 245
-CT Line Current Transformer - Siemens AMT 245
-PT Bus 1 Voltage Transformer - Trench 170/325/750161 H
-PT Bus 2 Voltage Transformer - Trench 170/325/750161 H
-Tabel 4.3 Data Peralatan Terpasang Pada Bay Penghantar Pauh Limo 2
Nama Peralatan Bay Penghantar Pauh
Limo 1 Kode Merk Tipe Penggerak
PMT Circuit Breaker Q0 Siemens 8 DP 3 HYDROLICK
PMS Line Disconnecting Switch Q9 Siemens Motor AC
[image:2.595.81.548.643.766.2]PMS Ground Line High-Speed Earthing Switch Q8 Siemens - Motor AC
CT Bus Current Transformer - Siemens AMT 245
-CT Line Current Transformer - Siemens AMT 245
-PT Bus 1 Voltage Transformer - Trench 170/325/750161 H
-PT Bus 2 Voltage Transformer - Trench 170/325/750161 H
-Tabel 4.4 Data Peralatan Terpasang Pada Bay Trafo 1 dan Trafo 2
Nama Peralatan Bay Trafo 1 dan Trafo 2 Kode Merk Tipe Penggerak
PMT Circuit Breaker Q0 Siemens 8 DP 3 HYDROLICK
PMS Bus 1 Disconnecting Switch Q1 Siemens Motor AC PMS Bus 2 Disconnecting Switch Q2 Siemens Motor AC PMS Ground
PengapitAtas Motor-Operated Earthing Switch Q51 Siemens Motor AC PMS Ground
PengapitBawah High-Speed Earthing Switch Q52 Siemens Motor AC CT Bus Current Transformer - Siemens AMT 245 Motor AC CT Trafo Current Transformer - Siemens BWI 212 Motor AC
Tabel 4.5 Data Peralatan Terpasang pada bay kopel
Nama Peralatan Bay Kopel Kode Merk Tipe Penggerak
PMT Circuit Breaker Q0 Siemens 8 DP 3 HYDROLICK
PMS Bus 1 Disconnecting Switch Q10 Siemens Motor AC PMS Bus 2 Disconnecting Switch Q20 Siemens Motor AC PMS Ground kopel bus
1 Motor-Operated Earthing Switch Q51 Siemens Motor AC PMS Ground kopel bus
2 High-Speed Earthing Switch Q52 Siemens Motor AC CT Bus 1 Current Transformer - Siemens AMT 245 Motor AC CT Bus 2 Current Transformer - Siemens AMT 245 Motor AC PTBus 1 Voltage Transformer - Trench 170/325/750161 H
-sedangkan untuk kompartemen pada GIS Simpang Haru diperlihatkan pada gambar 4.2 sampai dengan 4.4 :
Gambar 4.4 Kompartemen Bay kopel 150 kV
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Data in service inspection GIS 150 kV Simpang Haru.
Data in service inspection diambil pada bulan oktober bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik suatu peralatan atau kondisi lokasi . Formulir in service inspection dapat dilihat pada lampiran. Hasil inspeksi tersebut kemudian di kumpulkan dan dievaluasi per item inspeksi supaya terdeteksi secara dini kondisi peralatan. Formulir tersebut meliputi, inspeksi Trafo ,CT ,CVT ,PMT ,PMS dan LA.
Gambar 4.5. Kondisi kompartemen PMT
Gambar 4.7 Kondisi kompartemen busbar (merah) dan CT(kuning)
4.2.2 Data in service measurement
Data in servis measurement juga dilakukan pengukuran pada bulan oktober 2015 dengan hasil antara lain sebagai berikut:
4.2.2.1 Pengukuran Korona
Pengukuran korona dengan menggunakan alat Daycor model superb merk Ofil. Penggunaanya dengan cara diarahkan pada peralatan yang akan di uji.
Pengukuran kualitas gas SF6 dengan menggunakan alat uji SF6 Analyzer model 973merk RH System, penggunaannya menggunakan selang yang dihubungkan pada probe GIS
Gambar 4.11 Alat uji SF6 Analyzer 973 merk RH System
4.2.2.3 Pengukuran Partial Discharge
Pengukuran partial discharge dengan menggunakan alat AIA TransiNor merk Doble.
4.2.2.4 Pengukuran suhu
Pengukuran suhu dengan menggunakan alat Thermalcam TM merk Flir yang dilakukan pengan mengarahkan pada peralatan yang di uji. Peralatan ini dimiliki oleh PT PLN P3B Jawa Bali APP Surabaya. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menangkap suhu pada peralatan dengan teknologi infra merah pengujian ini juga harus memperhatikan jarak tembak, jarak tembak masing masing peralatan haruslah sama.
Gambar 4.13 Alat ukur suhu Thermalcam merk Flir
4.3 Analisa Data dan Pembahasan 4.3.1 Analisa kondisi peralatan
Untuk mengetahui kondisi GIS yang perlu di lakukan adalah merekap semua in service inspection dalam 1 periode tertentu, dalam studi kasus ini akan diambil pada bulan Oktober 2015 karena semua pengujian in service measurement dilakukan pada bulan tersebut. Rekapan data disesuaikan dengan kriteria kondisi setiap peralatan, kemudian dari hasil rekapan dikalikan dengan pembobotan nya.
Pembobotan (weighting factor) untuk sistem GIS adalah membuat failure mode masing masing item yakni in service inspection dan in service measurement. Masing masing item tersebut juga di bagi menjadi sesuai sub itemnya. Untuk In service inspection dibagi menjadi 3 yakni harian, mingguan dan bulanan, Sedangkan in service measurement dibagi menjadi 4 yakni pengujian korona, kualitas gas SF6, suhu, dan partial discharge
Untuk in service inspection dan in service measurement GIS Simpang Haru,pengelompokan failure modenya antara lain adalah sebagai berikut :
Primary : Dielektrik :
(In service inspection)
1.Kegagalan sistem pendingin,
(In service inspection)
1.Kebocoran minyak konservator Trafo, 2. Unbalance getaran motor, 2.Kebocoran minyak main tank Trafo, 3.Overheating minyak trafo 3.Kebocoran gas Sf6 compartement, 4.Anomali katup sudden presure, 4.Kebocoran minyak CT,
(In service measurement) 5.Adanya korona,
5.Ada benda lain di PMS, (In service measurement) 6.Overheating compartement, 6.Purity Gas SF6,
7.Anomali partial discharge. 7.Dewpoint, 8.Moisture,
9.Decomposition product.
Sistem Penggerak : Secondary:
(In service inspection) 1.Kerusakan OLTC,
(In service inspection)
1.Kerusakan MCB proteksi Trafo. 2.Kerusakan pompa kerja PMT,
No Sub System
Failure mode Probalil
ity Syste m Cost Safet y Enviro nment Risk Weight Subsistem Weighting Factor
1 Primary 1.Kegagalan sistem pendingin , 3 3 3 5 1 36 400 0,31
2. Unbalance getaran motor, 3 1 1 1 3 18
3.Overheating minyak trafo 5 3 5 5 1 70
4.Anomali katup sudden presure, 3 3 3 5 1 36
5.Adanya korona, 5 5 5 5 1 60
6.Overheating compartement, 5 5 5 5 1 80
7.Anomali partial discharge 5 5 5 5 1 80
2 Dielektrik 1.Kebocoran minyak konservator Trafo, 5 5 5 5 3 90 660 0,52
2.Kebocoran minyak main tank Trafo, 5 5 5 5 3 90
3.Kebocoran gas Sf6 compartement, 5 5 5 5 3 90
4.Kebocoran minyak CT, 3 5 5 5 3 54
5.Ada benda lain di PMS, 1 5 5 5 1 16
6.Anomali Purity Gas SF6, 5 5 5 5 1 80
7. Anomali Dewpoint, 5 5 5 5 1 80
8. Anomali Moisture, 5 5 5 5 1 80
9. Anomali Decomposition product. 5 5 5 5 1 80
3 Sistem penggerak
1.Kerusakan OLTC, 5 5 5 5 1
80
164 0,13
2.Kerusakan pompa kerja PMT, 3 5 5 5 1 48
3.Kelainan pada box mekanik PMS. 3 3 3 5 1 36
b. Subsistem Dielektrik 660 atau 52% dari total risk c. Subsistem Sistem pengerak 164 atau 13% dari total risk d. Subsistem Secondari 50 atau 4% dari total risk
Subsistem Primary weighting factor untuk masing-masing item pengujian adalah sebagai berikut :
a. in service inspection memiliki skor risk 160 atau 0,4 dari total skor subsistem primary
b. Pengujian korona memiliki skor risk 80 atau 0,2 dari total skor subsistem primary
c. Pengujian suhu memiliki skor risk 80 atau 0,2 dari total skor subsistem primary
d. Pengujian Partial Discharge memiliki skor risk 80 atau 0,2 dari total skor subsisem primary
Subsistem Dielektrik weighting factor untuk masing-masing item pengujian adalah sebagai berikut :
a. in service inspection memiliki skor risk 340 atau 0,51 dari total skor subsistem dielektrik
b. Pengujian kualitas gas memiliki skor risk 320 atau 0,49 dari total skor subsistem dielektrik
Subsistem Dielektrik weighting factornya diwakili oleh pemerikaan in service inspection yakni 0,13 (sesuai tabel weighting factor GIS hal 58) dan subsistem secondary juga sama sudah diwakili oleh in service inspection
Maka untuk mengetahui kondisi, setiap sub sistem dapat dihitung sebagai berikut : Kondiri primary = (0,4 x kondisi hasil in sevice inspection ) + (0,2 x kondisi hasil uji korona) + (0,2 x kondisi hasil uji suhu) + (0,2 x kondisi hasil partial discharge)
(sesuai rumusan pada landasan teori hal 38)
Kondisi primary = ( 0,4 x 9) + (0,2 x 9) + (0,2 x 9) + (0,2 x 9) = 3,6 + 1,8 + 1,8 + 1,8 = 9
Kondiri Dielektrik = (0,51 x kondisi hasil in sevice inspection ) + (0,49 x kondisi hasil uji kualitas gas)
(sesuai rumusan pada landasan teori hal 38)
Kondisi Dielektrik = ( 0,51 x 9) + (0,49 x 9) = 4,59 + 4,41 = 9
(sesuai rumusan pada landasan teori hal 38)
Diagnosa level 1 GIS adalah penjumlahan dari hasil kriteria kondisi in service inspection GIS dan in service measurement GIS, maka untuk mengetahui indeks kondisi GIS dapat ditulis dengan rumus :
DLGIS = (WFprimary.Ciprimary)+ (WFdielektik. CIdielektrik)+ (WFsistem penggerak.CIsistem
penggerak)+ (WFsecondary.CIsecondary)
(sesuai dengan rumusan pada landasan teori hal 39)
Keterangan :
WFprimary = WeightingFaktor primary
Ciprimary= Kondisi primary
WFdielektik = WeightingFaktor dielektrik
CIdielektrik = Kondisi dielektrik
WFSistem penggerak= WeightingFaktor sistem penggerak
CISistem penggerak = Kondisi sistem penggerak
WFSecondary = WeightingFaktor Secondary
CISecondary = Kondisi Secondary
Maka didapat hasil diagnosa level 1 GIS
Diagnosa Level 1 GIS = 0,31 x 9 + 0,52x 9 + 0,13x 9 + 0,04x 9 = 2,79 + 4,68 + 1,17 + 0,36
= 9 (kondisi baik)
Namun perlu diperhatikan untuk tahun depan tahun 2017 agar dilakukan pengujian kembali agar dapat mengetahui kualitas gas SF6 yang dikhawatirkan semakin turun dari standart untuk kompartemen PMS bus 1 pada bay Pauh limo 2 dan kompartemen PMS bus 2 pada bay Pauh limo 1 (rekomendasi berdasarakan Power enggineering guide GIS Siemens).
4.3.1.2 Evaluasi kehandalan PMT
phasa R. Berikut ini rekap kerja PMT hasil evaluasi kehandalan peralatan PMT GIS Simpang haru dari tahun 1997 – 2016 :
97 98 99 2000 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 0 100 200 300 400 500 600 700 0 32 66 97 129 161 192 224 257 289 322 354 386 418 450 482 523
555 587 603
KALI KERJA PMT
Gambar 4.14 Grafik statistik kali kerja PMT sampai dengan tahun 2016 Dari data inspeksi harian PMT bay Pauh Limo phasa R diketahui bahwa unjuk kerja PMT di tahun dari tahun 1997 sampai 2016 rata rata kali kerja PMT sebesar 30 – 32 kali setiap tahun. Maka dapat dibuat statistik kali kerja PMT tersebut setiap tahunnya seperti grafik dibawah ini.
0 200 400 600 800 1000 1200 0
32 66 97 129
161192224257 289322354386 418450482523 555587603655707 759812864916 9681020