UJI JARAK MATA PISAU TERHADAP KETEBALAN IRISAN
PADA ALAT PENGIRIS SINGKONG MEKANIS
SKRIPSI
OLEH SUMEHI SINAGA
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI JARAK MATA PISAU TERHADAP KETEBALAN IRISAN
PADA ALAT PENGIRIS SINGKONG MEKANIS
SKRIPSI
Oleh :
SUMEHI SINAGA
060308025/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
( Ainun Rohanah, STP, M.Si ) Ketua
ABSTRAK
SUMEHI SINAGA : Uji Jarak Mata Pisau Terhadap Ketebalan Irisan Pada Alat Pengiris Singkong Mekanis, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Proses pengolahan hasil-hasil pertanian menjadi bahan pangan adalah hal yang menarik untuk diketahui. Ternyata banyak hasil-hasil pertanian setelah mengalami proses pengolahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Salah satu proses pengolahan adalah dengan proses pengirisan bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji jarak mata pisau, dilakukan pada Bulan Oktober 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, melakukan eksperimen, serta pengamatan dan pengujian terhadap alat. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat, persentase bahan yang tertinggal di alat, persentase bahan yang tidak teriris dan keseragaman irisan.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat sebesar 60,98 kg/jam dengan 14,22% bahan tidak teriris dan dengan 4,39 % bahan yang tertinggal di alat.
Kata kunci : singkong, pengolahan, irisan, kapasitas
ABSTRACT
SUMEHI SINAGA : The effect of blade distance on the slice thickness of the mechanical cassava slicer, supervised by AINUN ROHANAH and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
The manufacturing process of agricultural crops into foodstuffs is an interesting thing to be known. It appeared that many agricultural crops that has been processed further become more economics than before. One of the fabricated process is slicing. The aim of this research was to test the distance effect of the blade, conducted in October 2011 to March 2012 at the Laboratory of Agriculture Engineering, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, by literature study, experiment, observation, and testing of the equipment. The parameters observed were effective capacity, percentage of material left on the equipment, percentage of material not grated and uniformity of the slices.
The results of the research showed that the effective capacity of the equipment was 60,98 kg/hr with 14,22 % materials not sliced and with 4,39 % materials left on the equipment .
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Manik pada tanggal 04 Januari 1988 dari
Ayah J. Sinaga dan Ibu R. Damanik. Penulis merupakan putra kedua dari 6 bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pematang Siantar dan penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
Selama perkuliahan penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai anggota pada periode 2006-2012 dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
Adapun skripsi ini berjudul “Uji Jarak Mata Pisau Terhadap Tebal Irisan Pada Alat Pengiris Singkong Mekanis” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai masukan, saran, dan kritik berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2012
DAFTAR ISI
Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian dengan Sumber Tenaga Mekanis ( Mekanisasi Pertanian ) ... 7
Elemen Mesin ... 9
Mekanisme Pembuatan Alat ... 15
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu ... 17
Bahan dan Alat ... 17
Metode Penelitian ... 19
Pelaksanaan Penelitian ... 19
Komponen Alat... 20
Persiapan Bahan ... 21
Prosedur Penelitian ... 21
Parameter yang Diamati ... 21
Kapasitas Efektif Alat ... 20
Persentase Bahan yang Tertinggal dalam Alat. ... 22
Persentase Bahan yang Tidak Teriris Sempurna ... 22
Keseragaman Hasil Irisan ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengirisan ... 24
Kapasitas Efektif Alat ... 26
Persentase Bahan yang Tertinggal dalam Alat. ... 28
Persentase Bahan yang Tidak Teriris Sempurna ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 34
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Hal 1. Data pengamatan hasil penelitian ... 25 2. Hasil Uji LSR Pengaruh jarak mata pisau terhadap kapasitas alat... 26 3. Hasil Uji LSR Pengaruh jarak mata pisau terhadap bahan yang
tertinggal di dalam alat ... 28
4. Hasi Uji LSR Pengaruh jarak mata pisau terhadap bahan yang teriris sempurna ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Data pengamatan hasil penelitian ... 38
2. Gambar flowchart bagan alir penelitian ... 43
3. Gambar teknik alat ... 44
4. Gambar alat pengiris pengiris singkong mekanis ... 48
5. Gambar bahan ... 51
6. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis ... 55
7. Prinsip kerja alat... 56
8. Perawatan alat ... 57
ABSTRAK
SUMEHI SINAGA : Uji Jarak Mata Pisau Terhadap Ketebalan Irisan Pada Alat Pengiris Singkong Mekanis, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Proses pengolahan hasil-hasil pertanian menjadi bahan pangan adalah hal yang menarik untuk diketahui. Ternyata banyak hasil-hasil pertanian setelah mengalami proses pengolahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Salah satu proses pengolahan adalah dengan proses pengirisan bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji jarak mata pisau, dilakukan pada Bulan Oktober 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, melakukan eksperimen, serta pengamatan dan pengujian terhadap alat. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat, persentase bahan yang tertinggal di alat, persentase bahan yang tidak teriris dan keseragaman irisan.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat sebesar 60,98 kg/jam dengan 14,22% bahan tidak teriris dan dengan 4,39 % bahan yang tertinggal di alat.
Kata kunci : singkong, pengolahan, irisan, kapasitas
ABSTRACT
SUMEHI SINAGA : The effect of blade distance on the slice thickness of the mechanical cassava slicer, supervised by AINUN ROHANAH and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
The manufacturing process of agricultural crops into foodstuffs is an interesting thing to be known. It appeared that many agricultural crops that has been processed further become more economics than before. One of the fabricated process is slicing. The aim of this research was to test the distance effect of the blade, conducted in October 2011 to March 2012 at the Laboratory of Agriculture Engineering, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, by literature study, experiment, observation, and testing of the equipment. The parameters observed were effective capacity, percentage of material left on the equipment, percentage of material not grated and uniformity of the slices.
The results of the research showed that the effective capacity of the equipment was 60,98 kg/hr with 14,22 % materials not sliced and with 4,39 % materials left on the equipment .
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Singkong (Manihot utilissima Pohl) sampai sekarang berperan cukup besar dalam mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan baku berbagai industri makanan. Upaya pengolahan singkong lanjutan diperlukan untuk menunjang program diversifikasi pangan dan berdampak pada peningkatan nilai tambah komoditas. Pengolahan singkong secara terpadu pada industri keripik singkong merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah singkong (Anonimous, 2011).
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu dan berkembang dari bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya manusia dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil pertanian tersebut.
Singkong merupakan salah satu jenis hasil tanaman yang mudah rusak. Singkong yang sudah dipanen tidak tahan lama jika tidak ditangani lebih lanjut atau langsung dipasarkan, jika disimpan terlalu lama akan menurunkan mutunya karena pada saat panen banyak djiumpai singkong yang rusak. Sehingga diperlukan cara untuk menanggulangi dengan pemanfaatan teknologi untuk penanganan pasca panen yang benar untuk menekan kerugian. Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan memperkenalkan teknologi pasca panen yang sederhana yang masih memungkinkan dilaksanakan oleh petani guna meningkatkan mutu dengan mengolah singkong menjadi bahan makanan seperti keripik singkong (Danarti, 1999).
melihat pangsa pasar yang cukup menjanjikan atas produk dengan bahan baku singkong. Keripik singkong sangat banyak diminati oleh masyarakat umum. Pengolahan keripik singkong sangat mudah dan sederhana dan prosesnya cukup baik untuk dikembangkan karena banyaknya permintaan masyarakat akan keripik singkong. Kebutuhan terhadap keripik singkong masih cukup besar, pangsa pasarnya cukup luas dan beragam sehingga usaha keripik singkong sangat sesuai untuk dikembangkan.
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, maka diperlukan upaya untuk memperlancar serta membangun sektor pertanian, terutama hortikulktura. Hortikultura harus mendapat perhatian yang sangat serius mengingat komoditi ini merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan pasar yang cukup besar (Sulaefi, 2000).
Kualitas keripik singkong ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu rasa dan kerenyahan serta bentuk/tebal irisan. Cara mengiris merupakan salah satu kendala utama dalam menghasilkan keripik singkong yang berkualitas. Keripik singkong yang ada dipasaran pada umumnya memiliki ketebalan irisan singkong yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena pengerjaan pengirisan singkong dilakukan secara manual. Sehingga perlu dirancang alat pengiris mekanis untuk memperoleh keseragaman irisan. Untuk mendapatkan ketebalan irisan yang diinginkan dapat dilakukan dengan menyetel jarak mata pisau pengiris terhadap permukan piringan tempat tumpuan pengirisan. Untuk itu perlu diatur jarak mata pisau yang sesuai untuk memperoleh tebal irisan yang diinginkan.
Tujuan Penelitian
Menguji pengaruh jarak mata pisau terhadap kapasitas alat, bahan yang tertinggal di alat, bahan yang tidak teriris dan keseragaman hasil irisan pada alat pengiris singkong mekanis.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pengiris singkong mekanis.
TINJAUAN PUSTAKA
Singkong
Singkong yang biasa disebut ubi kayu, atau ketela pohon berasal dari negara Brazil. Tanaman ini sudah dibudidayakan di Indonesia pada abad ke-16, namun baru menyebar di Indonesia pada abad ke-19 tahun 1952.
Biologi Tanaman
Singkong (Manihot utilisima Pohl) digolongkan ke dalam keluarga Euphorbiaceae. Batangnya tegak setinggi 1,5-4 m. Bentuk batang bulat dengan diameter 2,5-4 cm, berkayu dan bergabus. Batang berwarna kecoklatan dan bercabang ganda tiga. Daun singkong merupakan daun majemuk menjari dengan anak daun berbentuk elips yang berujung runcing. Akar tanaman masuk ke dalam tanah sekitar 0,5-0,6 m. Akar ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan (karbohidrat), akar inilah yang disebut sebagai umbi singkong.
Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot
Syarat Tumbuh
Tanaman singkong sangat mudah untuk tumbuh dan beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk tumbuh dan berproduksi secara optimum harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Tempat mendapat sinar matahari setiap hari.
2. Tanaman tumbuh baik dengan ketinggian 0-800 m dpl.
3. Drainase harus baik, air yang tergenang akan membuat umbi membusuk. 4. Tanah tidak terlalu padat atau keras.
5. Curah hujan 760-2500 mm/thn. (Danarti, 1999).
Pascapanen
Singkong yang sudah dipanen akan rusak dalam waktu 2-3 hari bila tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penyimpanan yang aman dapat dilakukan dalam bentuk kering atau olahan. Penyimpanan dalam bentuk basah memang baik, tetapi terbatas jumlah dan waktunya dengan menyimpan umbi di dalam tanah. Penyimpanan dalam bentuk kering dapat dilakukan dengan berbagi cara yaitu dengan membentuk olahan seperti tepung tapioka, gaplek, dan keripik (Danarti, 1999).
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada kebutuhan, sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dapat dibagi dua kategori utama, tergantung kepada apakah bahan tersebut bahan cair atau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengecilan disebut penghancuran dan pemotongan, dan apabila bahan cair disebut emulsifikasi atau atomisasi.
Penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini dipergunakan juga untuk berbagai tujuan, seperti penggilingan jagung untuk menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula dan penggilingan bahan pangan kering seperti sayuran. Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti dalam penyiapan daging olahan (Earle, 1969).
Tujuan penggunaan alat mesin pertanian dengan sumber tenaga mekanis (mekanisasi pertanian)
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia b. mengurangi kerusakan produksi pertanian
d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. meningkatkan taraf hidup petani
f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming)
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).
Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama di bidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi, dan teknis, maka pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat. Oleh karena itu, ditinjau dari segi tingkat teknologinya, mekanisasi pertanian dibedakan atas: mekanisasi pertanian sederhana, mekanisasi pertanian madya, dan mekanisasi pertanian mutakhir. Wilayah pengembangan mekanisasi pertanian dibagi atas: wilayah tipe I-A atau wilayah lancar, wilayah tipe I-B atau wilayah siap, wilayah tipe II atau wilayah setengah siap atau secara ekonomi kurang menguntungkan, dan wilayah tipe III atau wilayah mekanisasi pertanian terbatas (Hardjosentono, dkk., 2000).
tergantung pada mekanisasi. Oleh karena itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memperbaiki mesin dan peralatan (Shin and Curtis, 1978).
Elemen Mesin Motor listrik
Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan, mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator ke suatu mesin yang digerakkan (Daryanto, 2002).
Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :
1. Dapat disesuaikan : motor dapat digunakan di hampir setiap lokasi termasuk di dalam air.
2. Otomatis : motor dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.
3. Rapi : sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besar secara bersama-sama.
4. Dapat dipercaya : motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami gangguan.
5. Ekonomis
7. Perawatan mudah : jika melindungi dari debu dan kotoran, motor hanya membutuhkan sedikit perawatan.
8. Tenang : motor secara umum lebih tenang dari pada mesin yang di jalankan.
9. Aman : apabila dipasang dengan tepat, dipelihara, dan digunakan, motor sangat aman untuk dioperasikan.
10.Mudah dioperasikan : tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk mengoperasikan motor
(Cooper, 1992).
Motor satu fase dengan kekuatan 1 HP banyak digunakan di industri-industri rumah tangga, pabrik, bengkel, maupun perusahaan-perusahaan. Disebut motor satu fase karena untuk menghasilkan tenaga mekanik, pada motor tersebut dimasukkan tegangan satu fase. Untuk membentuk dua buah arus listrik yang berbeda fase digunakan sistem penggeser fase sehingga dari satu fase listrik yang dimasukkan akan membentuk listrik dua fase di dalam motor listrik. Umumnya hal ini dapat dilaksanakan dengan memasang sebuah rangkaian kumparan induktor maupun kapasitor secara seri pada kumparan bantu (Sumanto, 1993).
Poros
Poros dapat dibedakan kepada 2 macam, yaitu :
1. Poros dukung ; poros yang khusus diperuntukkan mendukung elemen mesin yang berputar.
2. Poros transmisi/poros perpindahan ; poros yang terutama dipergunakan untuk memindahkan momen puntir.
Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke elemen mesin yang lain. Sedangkan poros dukung dapat dibagi menjadi poros tetap atau poros terhenti dan poros berputar. Pada umumnya poros dukung itu pada kedua atau salah satu ujungnya ditimpa atau sering ditahan terhadap putaran. Poros dukung pada umumnya dibuat dari baja bukan paduan (Stolk dan Kros, 1986).
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang berbeban dan berputar. Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak-balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.
Bantalan terdiri dari dua jenis, antara lain :
a. Bantalan luncur, dimana yang terjadi adalah gesekan luncur.
b. Bantalan gelinding, merupakan tumpuan poros dengan elemen yang menggelinding diantara dua buah cincin.
Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai suku pemindah daya tetap ditempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan besarnya daya dorong akhir (Smith dan Wilkes, 1990).
Puli (Pulley)
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan sabuk adalah kekuatan dan kelembutan yang berguna untuk bertahan terhadap kelengkungan yang berulang kali disekeliling pulley. Selanjutnya yang penting ialah koefisien gesek antara sabuk dan pulley, massa setiap satuan panjang dan ketahanan terhadap pengaruh luar seperti uap lembab, kalor, debu, dan sebagainya (Stolk dan Kros, 1986).
Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :
1. Regangan sabuk pada pulley. 2. Gesekan antara sabuk dan pulley.
3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley. 4. Kecepatan sabuk.
(Pratomo dan Irwanto, 1983).
Menurut Daryanto (1986), ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu :
1. Puli mendatar
2. Puli mahkota
Puli ini lebih efektif dari puli datar karena sabuknya sedikit menyudut sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacam-macam menurut kegunaannya.
3. Tipe lain
Puli ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada sabuk penggeraknya.
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.
SD (penggerak) = SD (yang digerakkan)...(1)
Dimana S adalah kecepatan putar pulley (rpm) dan D adalah diameter pulley (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).
Sabuk-V
Sabuk-V mempunyai penampang trapesium yang terbuat dari karet, tenunan atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-V lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2004).
Adapun kelebihan sabuk-V adalah sebagai berikut: - Rasio kecepatan yang tepat tidak pernah dipertahankan - Slip yang terjadi tidak lebih dari 1-2 %
- Mampu meredam beban mendadak
- Dapat dioperasikan pada kecepatan linear lebih dari 5000 r.p.m Sedangkan kelemahan dari sabuk-V adalah sebagai berikut: - Tidak dapat digunakan pada jarak yang panjang
- Tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah (Daywin dkk, 2008).
Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :
1. Regangan sabuk pada pulley. 2. Gesekan antara sabuk dan pulley.
3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley. 4. Kecepatan sabuk.
(Pratomo dan Irwanto, 1983).
Mata Pisau
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Uji-t bertujuan untuk menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak. One sample t-test merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel (Alhusin, 2001).
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada bulan Oktober - Maret 2012.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong, kawat las, baut dan mur, plat aluminium, pipa stainless, support siku, plat siku, mata pisau, puli (pulley), motor listrik, bearing (bantalan), sabuk-V (V belt), dan cat.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah mesin las, mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mistar siku, jangka sorong, water pass, kunci pas dan ring, gergaji besi, timbangan, jangka sorong, ember, stopwatch, kalkulator, alat tulis, dan komputer.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL), dengan non faktorial yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu :
A (X1) = 1 mm B (X2) = 2 mm C (X3) = 3 mm
Dengan (X) adalah besar jarak mata pisau terhadap piringan alat pengiris.
maka jumlah ulangan minimum perlakuan (n) adalah :
Jumlah ulangan dilakukan sebanyak 3 (tiga kali).
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pengiris singkong mekanis. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.
Model rancangan yang digunakan Yij = µ + Ti + Σij
Dimana :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = nilai tengah umum.
Ti = pengaruh perlakuan ke-i.
Σij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Parameter yang diamati 1. Kapasitas efektif alat.
2. Persentase bahan yang tertinggal di dalam alat. 3. Persentase bahan yang teriris.
Pelaksanaan Penelitian Komponen Alat
Alat pengiris pisang mekanis ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu:
1. Kerangka Alat
Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 75 cm, tinggi 80 cm, dan lebar 50 cm.
2. Sarang Rumah Pengiris
Sarang Rumah Pengiris adalah tempat piringan pengiris yang terbuat dari plat aluminium dengan ukuran diameter 30 cm dan lebar 15 cm.
3. Piringan Pengiris
Piringan pengiris adalah komponen utama yang akan mengiris bahan. Diameter sebesar 30 cm dan tebal sebesar 0,8 cm dengan sudut kemiringan mata pisau pengiris lebih kurang 45o dari permukaan piringan.
4. Motor Listrik
Motor listrik berguna sebagai sumber penggerak. Pada alat ini digunakan motor listrik berkekuatan 0,25 HP dengan 1450 rpm.
5. Lubang Pemasukan (Hopper)
6. Mata Pisau
Pada alat ini digunakan satu buah mata pisau pengiris yang terbuat dari bahan
baja
stainless steeluntuk menghindari terjadinya korosi. Dimensi mata pisau, panjang 7,5 cm, lebar 5,5 cm dan tebal 0,3 cm.7. Pengumpan
Pengumpan berguna untuk memasukkan bahan yang akan diiris pada piringan pengiris. Bahan yang akan diiris yang turun dari hopper didorong secara manual menuju pisau pengiris. Dimensi saluran pengumpan, diameter 6,5 cm dan panjang 55 cm.
8. Saluran pengeluaran
Saluran pengeluaran ini berguna untuk menyalurkan bahan yang sudah diiris dari piringan pengiris ke tempat penampungan bahan hasil irisan. Dimensi saluaran pengeluaran, ukuran panjang 50 cm, lebar 15 cm dan tinggi 5 cm.
Persiapan bahan
1. Disiapkan bahan yang akan diiris (dalam penelitian bahan yang diiris adalah singkong).
2. Dikupas singkong yang akan diiris.
3. Dipotong atau dibuang ujung singkong yang berukuran kecil 4. Dibersihkan singkong yang akan diiris.
5. Ditimbang bahan (singkong) yang akan diiris (dimana dalam penelitian berat bahan adalah 3 kg) dalam satu kali ulangan.
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pengujian alat adalah :
1. Diatur jarak mata pisau pada piringan sebesar 1 mm 2. Ditimbang bahan yang akan diiris sebanyak 3 kg.
3. Dihidupkan motor listrik dengan menghubungkan steker motor listrik pada sumber arus listrik.
4. Dimasukkan bahan ke dalam lubang pemasukan (hopper) secara bertahap. 5. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan.
6. Dihitung kapasitas efektif alat yang diiris dalam hitungan kg per jam, dihitung persentase bahan yang tidak teriris, dihitung bahan yang tertinggal dalam dalam alat dan dihitung keseragaman hasil irisan.
7. Langkah 2 sampai langkah 6 diulangi sebanyak 3 kali ulangan.
8. Diatur jarak mata pisau pada piringan sebesar 2 mm dan diulangi langkah 2 sampai dengan langkah 6. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan.
9. Diatur jarak mata pisau pada piringan sebesar 3 mm dan diulangi langkah 2 sampai dengan langkah 6. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan.
Parameter yang Diamati
1. Kapasitas Efektif Alat (kg/jam)
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat bahan yang diiris terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan.
Kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
T
BB
Keterangan:
KA = kapasitas alat (kg/jam)
BB = berat bahan yang telah diiris (kg)
T = waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan (jam) 2. Persentase Bahan yang Tertinggal di dalam Alat (%)
Kriteria bahan yang tertinggal dalam alat adalah semua semua bahan maupun hasil irisan yang tertinggal dalam saluran pemasukan, ruang pengirisan. Pengukuran persentase bahan yang tertinggal di dalam alat dapat ditentukan dengan rumus:
Pt : persentase singkong yang tertinggal di dalam alat (%) BT : bahan yang tertinggal di alat (kg)
BA : berat bahan awal (kg) 3. Persentase Bahan yang Tidak Teriris
Kriteria bahan yang tidak teriris sempurna yaitu bahan yang hancur, bahan dalam bentuk butiran.
Pengukuran persentase bahan yang tidak teriris dapat ditentukan dengan rumus:
4. Keseragaman Ketebalan Hasil Irisan
Keseragaman hasil irisan dapat diukur dengan cara :
- Diambil hasil irisan sebanyak 30 keping dari setiap ulangan. - Diukur tebal irisan dengan menggunakan jangka sorong digital. - Dicatat tebal irisan dari setiap keping.
- Dihitung rata-rata tebal irisan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pengirisan
Sebelum proses pengirisan singkong ini terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan dengan membersihkan singkong dan mengupas kulitnya. Kemudian singkong yang masih berukuran panjang tersebut dipotong-potong dengan menggunakan pisau menjadi panjang 15-20 cm. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pengirisan. Selanjutnya dilakukan persiapan alat dengan membersihkan alat dan mengatur jarak mata pisau. Singkong yang siap untuk diiris selanjutnya dimasukkan ke dalam hopper. Dari hopper selanjutnya singkong akan diteruskan pada saluran pengumpan yang terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter 6,5 cm dan panjang 55 cm.
Pada rumah pengiris terdapat piringan pengiris dengan satu mata pisau. Piringan pengiris berfungsi sebagai tempat melekatnya mata pisau untuk mengiris bahan. Piringan pengiris ini berputar searah dengan putaran motor listrik. Pada penelitian ini jarak mata pisau adalah 1 mm, 2 mm dan 3 mm. Singkong yang masuk pada bagian rumah pengiris akan diiris mata pisau pada piringan. Piringan pengiris ini terbuat dari bahan besi dan permukaannya dilapisi dengan plat aluminium agar tidak mudah mengalami korosi (perkaratan), piringan tersebut memiliki diameter 30 cm dan tebal 0,8 cm.
Dari hasil penelitian pengujian jarak mata pisau terhadap ketebalan irisan dengan perlakuan perbandingan jarak mata pisau dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian.
Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian
Perlakuan Kapasitas Persentase Bahan Persentase Bahan Jarak Mata Efektif Alat yang Tertinggal yang tidak Teriris
Pisau (kg/jam) di Dalam Alat (%)
(mm) (%)
A(1) 43.68 5.00 17.22
B(2) 54.05 4.22 13.33
C(3) 85.22 3.95 12.11
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh dengan membagi banyaknya singkong yang diiris pada alat pengiris singkong mekanis terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat.
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jarak mata pisau memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas alat. Hasil pengujian Least Significant Range (LSR) untuk mengetahui pengaruh jarak mata pisau terhadap kapasitas alat pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Hasil Uji LSR pengujian jarak mata pisau terhadap kapasitas alat
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Hubungan dari jarak mata pisau terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Hubungan jarak mata pisau terhadap kapasitas efektif alat (kg/jam). Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar jarak mata pisau maka kapasitas alat akan semakin besar, dan sebaliknya jika semakin kecil jarak mata pisau maka kapasitas efektif alat akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bahan dengan jarak mata pisau yang lebih besar akan semakin cepat karena ketebalan hasil irisan semakin bertambah sehingga kapasitas alat akan semakin besar, demikian juga sebaliknya. Kapasitas efektif alat juga dipengaruhi oleh ketajaman mata pisau. Hal ini sesuai dengan literatur Wiraatmadja (1995) yang menyatakan bahwa mesin pengiris dengan satu mata pisau menghsilkan irisan yang tipis dengan dua permukaan irisan. Jumlah pisau pada mesin pengiris ini dapat hanya satu atau lebih, tergantung padan konstruksinya. Pengirisan dilakukan untuk mendapatkan irisan yang tipis dan seragam sehingga diperlukan pisau pengiris yang tipis dan tajam.
R² = 0.922
Jarak Mata Pisau (mm)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Bila dibandingkan dengan mesin pengiris singkong milik CV.GRAHA MESIN GLOBALINDO dengan kapasitas alat 200 kg/jam dengan menggunakan 2 mata pisau pengiris maka kapasitas alat dalam penelitian ini masih lebih rendah.
Persentase Bahan yang Tertinggal di Dalam Alat
Persentase bahan yang tertinggal didalam alat diperoleh dengan membandingkan berat bahan yang tertinggal di dalam alat dengan berat bahan awal bahan dan dinyatakan dalan persen.
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jarak mata pisau memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap persentase bahan yang tertinggal di dalam alat. Hasil pengujian Least Significant Range (LSR) untuk mengetahui pengaruh jarak mata pisau terhadap persentase bahan yang tertinggal di dalam alat pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji LSR pengujian jarak mata pisau terhadap persentase bahan yang tertinggal di dalam alat
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Hubungan dari jarak mata pisau terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Hubungan jarak mata pisau terhadap persentase bahan yang tertinggal di dalam alat.
Dari Gambar 2 diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar jarak mata pisau maka persentase bahan yang tertinggal di dalam alat akan semakin kecil, karena kerusakan bahan yang diiris akan semakin kecil dan bahan yang menempel di dalam alat akan semakin sedikit. Demikian sebaliknya semakin kecil jarak mata pisau maka persentase bahan yang tertinggal di dalam alat akan semakin besar, karena kerusakan bahan yang diiris akan semakin besar dan bahan yang menempel di dalam alat akan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Wiraatmadja (1995) yang mengatakan bahwa pengirisan dilakukan untuk mendapatkan irisan yang tipis dan seragam sehingga diperlukan pisau pengiris yang tipis dan tajam. Untuk itu pada pelaksanaannya gerakan dan bentuk pisau pengiris harus benar-benar diperhatikan.
R² = 0.930
Jarak Mata Pisau (mm)
Persentase Bahan yang Tertinggal
Persentase Bahan yang Tidak Teriris Sempurna
Persentase bahan yang tidak teriris sempurna diperoleh dengan membandingkan antara bahan yang tidak teriris sempurna dengan berat bahan awal singkong yang dinyatakan dalam persen.
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa jarak mata pisau memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap persentase bahan yang tidak teriris sempurna. Hasil pengujian Least Significant Range (LSR) untuk mengetahui pengaruh jarak mata pisau terhadap kapasitas alat pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji LSR pengujian jarak mata pisau terhadap persentase bahan yang tidak teriris sempurna
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Hubungan dari jarak mata pisau terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 3. Di bawah ini.
Gambar 3. Hubungan jarak mata pisau terhadap persentase bahan yang tidak teriris sempurna.
Dari Gambar 3 diperoleh kesimpulan bahwa semakin kecil jarak mata pisau maka persentase bahan yang tidak teriris sempurna akan akan semakin besar dan sebaliknya semakin besar jarak mata pisau maka persentase bahan yang tidak teriris sempurna akan semakin kesil. Adapun singkong yang tidak teriris sempurna disebabkan terlalu besarnya tekanan piringan pengiris terhadap bahan sehingga singkong yang akan diiris sebagian akan hancur, faktor lain disebabkan jarak mata pisau terhadap piringan tempat mata pisau terlalu rapat sehingga hasil irisan sulit untuk keluar ke saluran penampungan. Hal ini sesuai dengan literatur Wiraatmadja (1995) yang mengatakan bahwa ukuran produk pemotongan dapat diseragamkan dengan mengatur kecepatan laju pemotongan atau menempatkan pembatas pada landasan pemotong atau pada dudukan pisaunya untuk mencegah kerusakan struktur bahan yang dipotong baik dengan menggunakan mesin.
Jarak Mata Pisau (mm)
Persentase Bahan yang tidak Teriris
Keseragaman Ketebalan Hasil Irisan
Keseragaman ketebalan hasil irisan dapat diperoleh dengan mengambil sampel dari tiap perlakuan dan menguji statistik data yang diperoleh dengan uji T-Test dengan satu sampel.
Tabel 5. Data Keseragaman Irisan dengan Uji T-Test (One-Sample Test)
Ketebalan 95% Confidence
Dari Tabel 5 pada data pengujian keseragaman hasil irisan dapat dilihat pada perlakuan A diperoleh nilai Sig. sebesar 0,074, pada perlakuan B diperoleh nilai Sig. sebesar 0,061 pada perlakuan C diperoleh nilai Sig. sebesar 0,377. Maka dari ketiga nilai tersebut diperoleh nilai Sig. perhitungan lebih besar dari nilai Sig. 0,05 dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, dengan demikian, tidak terdapat perbedaan rata-rata antara jarak mata pisau terhadap ketebalan irisan pada ketiga perlakuan sehingga diperoleh kesimpulan bahwa hasil irisan adalah seragam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Uji jarak mata pisau memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas alat dan persentase bahan yang tertinggal di dalam alat. Memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase bahan yang teriris sempurna dan keseragaman hasil irisan.
2. Semakin besar jarak mata pisau maka kapasitas kerja alat semakin besar, persentase singkong yang tertinggal di dalam alat semakin kecil, persentase singkong yang tidak teriris sempurna semakin kecil, demikian sebaliknya semakin kecil jarak mata pisau alat maka kapasitas kerja alat semakin kecil, persentase singkong yang tertinggal di dalam alat semakin besar, persentase singkong yang tidak teriris sempurna semakin besar. 3. Kapasitas kerja alat tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan jarak mata
pisau 3 mm yaitu sebesar 85,22 kg/jam sedangkan kapasitas kerja alat terendah terdapat pada perlakuan A dengan jarak mata pisau 1 mm yaitu sebesar 43,68 kg/jam.
4. Persentase bahan yang tertinggal di dalam alat tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan jarak mata pisau 3 mm yaitu sebesar 5,00 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan C dengan jarak mata pisau 3 mm yaitu sebesar 3,95%.
6. Pada perlakuan A jarak mata pisau 1 mm, perlakuan B jarak mata pisau 2 mm, dan perlakuan C jarak mata pisau 3 mm hasil irisan adalah seragam.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji alat dengan penambahan jumlah mata pisau.
DAFTAR PUSTAKA
Alhusin, S., 2001. Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS. PT Gramedia, Jakarta. Amanto, H dan Haryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.
Anonimous., 2011. Pengolahan Makanan. Wikipedia.
Anonimous., 2011. Informasi Spesies. Wikipedia.
Cooper, EL., 1992. Agricultural Mechanics. Fundamentals and Applications 2nd Edition. Delmar Publisher Inc, The United State of America.
Danarty, S.N., 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Daryanto., 1984. Dasar – Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.
Daywin,FJ, RG. Sitompul, Imam Hidayat., 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Earle, R.L., 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah: Zein Nasution. PT. Sastra Hudaya, Jakarta.
Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek
Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hardjosentono, dkk., 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Mabie, H. H and F.W. Ocvirk., 1967. Mechanics and Dynamic of Machinery.
Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Pratomo, M dan K. Irwanto., 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Depdikbud, Jakarta. Prihandana, R dkk.,2007. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan.
Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.
Roth, L.O.,F.R.Crow, and G.W.A. Mahoney., 1982. Agriculture Engineering. AVI Publishing. Westport, USA.
Setyohadi., 2006. Agroindustri, Hasil Tanaman Perkebunan. Jurusan THP, FP USU, Medan.
Shin, G.C. and Curtis R.W., 1978. Working in Agricultural Mechanics. Mc Graw-Hill Inc, The United States of America.
Smith, H. P., dan Lambert, H. Wilkes., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yoyakarta.
Soeharno., 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Stolk, J dan C. Kros, 1986. Elemen Mesin, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin. Terjemahan H. Hendarsin dan A. Rahman, Erlangga, Jakarta.
Sukirno, M.S., 1999. Mekanisasi Pertanian. Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan Pengolahannya. Diktat Kuliah.GM. Yogyakarta.
Sulaefi,, 2000. Peluang, Kendala dan Strategi Pengembangan Eksport
Agrobisnis- Agroindustri Hortikultura Indonesia di Era Millenium III. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol.2, No. 3 juni 2003
Sularso dan K. Suga., 1997. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sularso dan K. Suga., 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya Paramitha, Jakarta.
Sumanto, M.A., 1993. Motor Listrik Arus Bolak Balik, Motor Induksi Motor Sinkron. Andi Offset, Yogyakarta.
Waldiyono., 2008. Ekonomi Teknik ( Konsep, Teori dan Aplikasi ). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Lampiran 1. Data Pengamatan Hasil Penelitian
Lampiran 2. Data Kapasitas Efektif Alat (kg/jam)
Analisis Sidik Ragam Kapasitas Efektif Alat
SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Lampiran 3. Data Persetase Bahan yang Tertinggal di Alat (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Lampiran 5. Data Keseragaman
One-Sample Statistics Ketebalan Irisan
(mm) N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1 90 1.0427 0.22358 0.02357
2 90 2.0362 0.18117 0.0191
3 90 3.013 0.1388 0.01463
One-Sample Test
95% Confidence
Ketebalan t Test Df Sig. Mean Interval of the Diff. Irisan (mm) Value (2-tailed) Difference Lower Upper
Lampiran 7. Gambar Teknik Alat
Lampiran 8. Gambar Alat
Gambar 7. Tampak atas
Lampiran 9. Gambar bahan
Gambar 9. Singkong sebelum dikupas
Gambar 8. Singkong yang sudah dikupas
Gambar 11. Singkong yang sudah diiris
Gambar 13. Singkong yang tidak teriris sempurna
Lampiran 10. Spesifikasi alat pengiris singkong mekanis Sarang / rumah pengiris
Diameter : 30 cm
Lebar : 15 cm
Saluran pemasukan (hopper) Panjang : 20 cm
Lampiran 11. Prinsip kerja alat
Lampiran 12. Pemeliharaan alat Tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pemarut singkong mekanis agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi yang baik dan tahan lama. Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan pada alat pemarut singkong mekanis maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai - Menghindari kerusakan yang lebih berat
- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik - Hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Pemeliharaan bagian-bagian alat
Tabel 6. Pemeliharaan bagian-bagian alat pengiris singkong mekanis
No Bagian alat Bentuk pemeliharaan
1.
- Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur
- Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang dapat erusak sabuk
- Membersihkan dari minyak dan kotoran yang menyebabkan terganggunya pentransmisian daya dari pulley motor listrik pada pulley silinder pengiris
- Dibersihkan sebelum digunakan untuk menjaga kebersihan bahan hasil irisan
- Dibersihkan setiap selesai digunakan
- Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat menyebabkan korosi
Hindari terkena air untuk mencegah hubungan pendek listik
- Dibersihkan sebelun dan sesudah digunakan
Lampiran 13. Keselamatan Kerja