• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATAKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN KELAS VII SMP BUDI MULIA MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATAKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN KELAS VII SMP BUDI MULIA MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN KELAS VII SMP BUDI MULIA MEDAN T.A 2014/2015

Oleh :

AIDIL FAJAR AKBAR N I M 4101111004

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-.ya yang telah memberikan nikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Shalawat teriring salam juga penulis hadiahkan kepada teladan umat, Rasulullah Muhammad SAW. Yang dengan pelajaran hidup dari beliaulah penulis terus bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GROUP INVESTIGATION untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Pecahan Kelas VII SMP BUDI MULIA Medan T.A 2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam U.IMED.

(4)

v

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Sekolah SMP Swasta Budi Mulia, Ibu Sri Dayanti,S.Kom,A.Md, atas izin yang diberikan untuk mengadakan penelitian, guru bidang studi Matematika Ibu .ur Azlia, S.Pdi dan para guru SMP Swasta Budi Mulia beserta siswa – siswi kelas VII yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian serta staf pegawai SMP Swasta Budi Mulia yang namanya tidak memungkinkan penulis menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ibunda tercinta Era Darawati, dan Ayahanda yang tersayang .gatimin Yahman yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya. Serta kepada adik-adikku tersayang Dwi Tia Sukmawati dan Puput Tri Handayani yang begitu banyak memberikan do’a, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di U.IMED serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Ucapan terima kasih juga kepada sahabat seperjuangan yaitu Syahmidun, Afifah, Irul, Rohman, Dian, Alip, Zizah, Lasmi, Adel, Damayanti, Fathul dan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik A’10 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN KELAS VII SMP BUDI MULIA MEDAN T.A 2014/2015

Aidil Fajar Akbar (4101111004)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan di kelas VII SMP Budi Mulia Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researcn) yang dibagi dalam dua siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Budi Mulia Medan Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes. Lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai rata-rata hasil observasi pembelajaran untuk peneliti meningkat dari 2,75 dengan kategori baik pada siklus I menjadi 3,7 dengan kategori sangat baik pada siklus II. Nilai rata-rata aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari 2,63 dengan kategori baik pada siklus I menjadi 3,4 dengan kategori sangat baik pada siklus II. Berdasarkan hasil tes awal diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal (≤65) adalah 38,71% dan nilai rata-rata kelas 56,71. Setelah pemberian tindakan I (siklus I) diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal yaitu 70,97% dan nilai rata-rata kelas 66,19. Setelah pemberian tindakan II (siklus II) diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa adalah 90,32% dan nilai rata-rata kelas 81,35. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa besar peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II adalah 15,16. Dari hasil analisis data juga diperoleh bahwa besar peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II adalah 19,35%.

(6)

vi

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 21 2.1.5.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation 26

2.1.5.2 Teori Belajar yang Relevan 30

2.2 Materi Bilangan Pecahan 31

2.2.1 Pengertian Pecahan 31

2.2.2 Pecahan Senilai dan Membandingkan Dua Pecahan 32

(7)

vii

2.2.4 Persen dan Permil 33

2.2.5 Operasi Hitung Bilangan Pecahan 33

2.2.5.1 Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan 33 2.2.5.2 Perkalian dan Pembagian Pecahan 34

2.3 Penelitian Yang Relevan 34

2.4 Kerangka Konseptual 35

BAB III METODE PENETITIAN 37

3.1 Lokasi Penelitian 37

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 37

3.2.1 Subjek Penelitian 37

3.2.2 Objek Penelitian 37

3.3 Jenis Penelitian 37

3.4 Prosedur Penelitian 37

3.4.1 Pelaksanaan Siklus I 40

3.6 Teknik Analisis Data 50

(8)

viii

3.6.2 Analisis Hasil Tes 50

3.7 Indikator Keberhasilan 52

BAB IV HASIT PENETTIAN DAN PEMBAHASAN 53

4.1 Hasil Penelitian 53

4.1.1 Siklus I 53

4.1.1.1 Permasalahan I 53

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I (Perencanaan Tindakan I) 55

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 56

4.1.1.4 Observasi I 61

4.1.1.5 Analisis Data I 62

4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi 62 4.1.1.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar 62 4.1.1.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I 60

4.1.2 Siklus II 65

4.1.2.1 Permasalahan II 65

4.1.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah II (Perencanaan Tindakan II) 65

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 66

4.1.2.4 Observasi II 67

4.1.2.5 Analisis Data II 68

4.1.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi 68 4.1.2.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar 68 4.1.2.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II 70

4.2 Pembahasan Model Pembelajaran 71

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 77

BAB V KESIMPUTAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 81

(9)

ix

DAFTAR TABEF

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 21

Tabel g.1 Tingkat Penguasaan Siswa 4g

Tabel g.2 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investiuation Siklus I 47

Tabel g.g Tabel Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 50

Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 54

Tabel 4.2 Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-Rata Siswa Berdasarkan Nilai

Tes Hasil Belajar Siswa I 62

Tabel 4.g Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 6g

Tabel 4.4 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I 64

Tabel 4.5 Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-Rata Siswa Berdasarkan Nilai

Tes Hasil Belajar II 64

Tabel 4.6 Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 69

Tabel 4.7 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II 70

Tabel 4.8 Perbedaan Siklus I dan Siklus II 72

Tabel 4.9 Rekap Tindakan Siklus I 75

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 85 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 92 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 98 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 104 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 110 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 117 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 123 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 4 128 Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS 1 134 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS 2 139 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS 3 145 Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS 4 151 Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal 158 Lampiran 14. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 159 Lampiran 15. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 160 Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Awal 161 Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 164 Lampiran 18. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 167

Lampiran 19. Tes Awal 170

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 171 Lampiran 21. Tes Hasil Belajar I 173 Lampiran 22. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 175 Lampiran 23. Tes Hasil Belajar II 180 Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 182 Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Awal 185 Lampiran 26. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 186 Lampiran 27. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 188 Lampiran 28. Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

(12)

xiii

Lampiran 29. Rekaptulasi Pembelajaran Observasi Untuk Guru Siklus I 195 Lampiran 30. Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investiuation untuk Guru Siklus II 197 Lampiran 31. Rekaptulasi Pembelajaran Observasi Untuk Guru Siklus II 203 Lampiran 32. Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investiuation untuk Siswa Siklus I 205 Lampiran 33. Rekaptulasi Pembelajaran Observasi Untuk Siswa Siklus I 209 Lampiran 34. Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

(13)

BABBIB PENDAHULUANB B

1.1 LatarBBelakangBMasalahB

Dewasa ini, dunia pendidikan khususnia manemanika nelah menjadi perhanian unama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari bahwa benapa penningnia peranan manemanika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diungkapkan Abdurahman (2009:253) bahwa manemanika sangan diperlukan dalam kehidupan karena:

“ (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang snudi memerlukan kenerampilan manemanika iang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi iang kuan, singkan, dan jelas; (4) dapan digunakan unnuk meniajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkankan kemampuan berpikir logis, kenelinian, dan kesadaran ruangan; dan (6) memberikan kepuasan nerhadap usaha memecahkan masalah iang menannang”.

Manemanika merupakan salah sanu mana pelajaran iang diajarkan disekolah dengan persennase jam pelajaran iang paling baniak dibanding dengan mana pelajaran lainnia. Ironisnia, manemanika nermasuk pelajaran iang nidak disukai baniak siswa. Bagi mereka pelajaran manemanika cenderung dipandang sebagai mana pelajaran iang kurang diminani dan kalau bisa dihindari. Kenakunan-kenakunan dari siswa nidak hania disebabkan oleh siswa inu sendiri, melainkan kurangnia kemampuan guru dalam mencipnakan sinuasi iang dapan membawa siswa nernarik pada pelajaran manemanika. Maka perlulah pembelajaran manemanika iang menarik bagi siswa sehingga mampu merangsang ide-ide dalam pikiran siswa.

Unnuk inu manemanika merupakan salah sanu ilmu dasar iang sangan penning diajarkan kepada siswa karena manemanika akan menunnun seseorang unnuk berpikir logis dan nelini iang bermanfaan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Abdurahman (2009:253) menganakan bahwa ada lima alasan perlunia belajar manemanika karena manemanika merupakan:

(14)

2

hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) sarana mengembangkan kreanivinas; dan (5) sarana meningkankan kesadaran nerhadap perkembangan budaia”.

Meskipun manemanika merupakan salah sanu aspek penning dalam mencipnakan generasi bangsa iang unggul, namun pada kenianaannia kemampuan manemanis siswa masih jauh dari iang diharapkan. Hasil laporan evaluasi dari Program of gnternational Student Assessment (PgSA) nahun 2009 (dalam Kompasiana,2011) diperoleh bahwa : “presnasi anak-anak Indonesia pada pelajaran manemanika masih rendah, hania menduduki peringkan 61 dengan skor 371 dari 65 negara”.

Selain inu juga, dari hasil TIMSS (Trends in gnternational Mathematics and Science Study) (dalam linbang,2011) diperoleh bahwa:

“Terjadi penurunan hasil belajar manemanika Indonesia. Pada nahun 1999 Indonesia menempani posisi 34 dari 38 negara. Pada nahun 2003 Indonesia menempani posisi 35 dari 46 negara sedangkan pada nahun 2007 Indonesia menempani 36 dari 39 negara, jauh dari negara nenangga iainu Singapura iang menempani posisi 3 dan Malasia menempani posisi 20. Jika dilihan dari jumlah jam pelajaran manemanika, Indonesia jauh lebih baniak dibandingkan Malasia dan Singapura. Dalam sanu nahun siswa kelas VIII di Indonesia rana-rana mendapan 169 jam pelajaran manemanika, semennara di Malasia hania mendapan 120 jam dan Singapura 112 jam”.

Hal ini mencerminkan bahwa proses pembelajaran iang dilaksanakan belum mampu memberikan hasil iang diharapkan.

Sampai sekarang dalam dunia pendidikan khususnia dalam pendidikan manemanika masih lebih menekankan anak unnuk menghapal nanpa mengenahui konsep dasarnia. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber unama pengenahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan unama menode pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kemampuan guru iang masih sulin mengikuni perkembangan ilmu pengenahuan dan neknologi. Seperni iang diungkapkan Suria (Harian Kompas, 2011) bahwa:

(15)

3

nidak gampang dan nidak menienangkan. Anak selalu negang jika belajar manemanika sehingga mereka sulin meniukai dan menggunakan konsep dasar manemanika”.

Rendahnia hasil pembelajaran manemanika di Indonesia salah sanunia disebabkan oleh rendahnia kualinas pembelajaran iang diselenggarakan guru di kelas. Menurun Tim Insnruknur PKG Manemanika SMU (dalam Krismanno,2003) :

“Rendahnia kualinas pembelajaran ini diakibankan oleh bermacam-macam sebab, salah sanu diannarania kurang nepannia menode anau snranegi pembelajaran iang dipilih guru dalam pengembangan silabus dan skenario pembelajaran iang dirumuskan, iang bermuara pada kurang efeknifnia pembelajaran iang dikembangkan dikelas”.

Seperni iang diungkapkan Abbas (dalam depdiknas,2002) bahwa : “Baniak faknor iang menjadi peniebab rendahnia hasil manemanika peserna didik, salah sanunia adalah kenidaknepanan menode pembelajaran iang digunakan guru di kelas. Kenianaan menunjukkan bahwa selama ini kebaniakan guru menggunakan menode pembelajaran iang bersifan konvensional dan baniak didominasi oleh guru.”

Siswa iang meniukai pelajaran manemanika di dalam sanu kelas sangan sedikin. Akibannia, baniak siswa iang acuh nak acuh dengan pengajaran iang diberikan guru. Selain inu, baniak juga siswa iang nidak merasa percaia diri unnuk menielasaikan soal-soal iang diberikan walaupun bennuk soal nersebun sudah pernah dibahas dan diselesaikannia.

MenemanikaBmerupakan ilmu hinung iang berupa nominal. Snruknur iang ada dalam manemanika sanganlah sisnemanis mulai dari menemanika ningkan dasar (hinungan) sampai pada manemanika nerapan anau aplikasi nerhadap ilmu iang lain serna pengembangannia. Penguasaan bilangan akan besar pengaruhnia dalam mempelajari manemanika.

(16)

4

Pemahaman pecahan pada proses pembelajaran nidak mudah unnuk dilakukan. Pemahaman konsep iang baik sebagai dasar unnuk pengembangan maneri lebih lanjun dipengaruhi oleh beberapa faknor. Pecahan merupakan maneri dasar dalam manemanika, oleh karena inu sangan penning bagi semua siswa unnuk dapan menguasai maneri nersebun. Dalam kehidupan sehari-hari pecahan digunakan dalam konneks anak iang belum sekolah misalnia mengambil senengah bagian makanan sering dipandang nidak mempuniai arni jika dibandingkan dengan mengambil seluruh bagian.

Pembahasan maneri pecahan secara formal dipelajari di sekolah dasar sejak kelas III semesner 2 dengan penekanan pada pengembangan konsep dasar bilangan pecahan melalui benda-benda konkren kemudian dengan model-model anau gambar. Semennara di sekolah menengah, maneri pecahan kembali dibahas pada kelas VII semesner 1 dengan penekanan pada melanih cara berfikir dan bernalar serna mengembangkan kemampuan memecahkan masalah mengenai bilangan pecahan iang berkainan dengan kehidupan sehari-hari.

Guru merupakan komponen pengajaran iang memiliki peranan penning dan unama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangan dinennukan oleh faknor guru. Keberhasilan guru dalam meniampaikan maneri sangan nergannung pada kelancaran inneraksi komunikasi annara guru dengan siswania. Mengingan hal nersebun, seorang guru manemanika dinunnun unnuk memahami dan mengembangkan suanu snranegi pengajaran di dalam kelas unnuk mencapai suanu nujuan pembelajaran. Hal ini juga bernujuan agar dapan mengurangi rasa jenuh pada siswa.

(17)

5

Dari hasil wawancara iang dilakukan pada nanggal 6 Maren 2014 dengan Bapak Drs. Sofian Purba sebagai guru manemanika kelas VII di SMP Budi Mulia Medan diperoleh bahwa:

“Hasil belajar siswa masih nergolong rendah nermasuk dalam maneri pecahan. Siswa masih kurang memahami cara mengubah pecahan kedalam bennuk pecahan lainnia dan membandingkan dua pecahan. Siswa masih sangan sulin menielesaikan soal-soal operasi hinung pada bilangan pecahan seperni menjumlahkan dan mengurangkan pecahan-pecahan nak senama. Menurun beliau berdasarkan hasil ujian harian, mid semesner dan ujian akhir semesner, nilai iang diperoleh siswa dari hasil ujian mereka masih sangan rendah (sesuai dengan Snandar Kenunnasan Belajar Minimal iang dinenapkan oleh sekolah adalah 65 unnuk kelas VII).”

Masalah lain iang dinemukan adalah guru kurang menerapkan model pembelajaran iang sesuai dengan kondisi kelas. Berdasarkan observasi awal di SMP Budi Mulia Medan nerhadap siswa kelas VII, nerlihan bahwa selama proses pembelajaran guru menggunakan menode konvensional dan masih didominasi oleh guru sehingga siswa nampak nidak bersemangan dalam belajar dan cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Mereka hania mendengar dan mencanan penjelasan guru nanpa memberikan umpan balik berupa pernaniaan anaupun nanggapan.

Menurun Roesniiah (dalam Kompasiana,2011) bahwa:

“Pembelajaran konvesional adalah cara mengajar iang paling nradisional dan nelah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengenahuannia pada siswa, ialah secara lisan anau ceramah. Pembelajaran konvensional iang dimaksud adalah pembelajaran iang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (nradisional) pada umumnia memiliki kekhasan nernennu, misalnia lebih mengunamakan hapalan daripada

pengernian, menekankan kepada kenerampilan berhinung,

mengunamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusan pada guru”.

(18)

6

mengaknifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurun Trianno (2011:58) bahwa:

“Pembelajaran kooperanif disusun dalam sebuah usaha unnuk meningkankan parnisipasi siswa, memfasilinasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuan kepunusan dalam kelompok, serna memberikan kesempanan pada siswa unnuk berinneraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa iang berbeda lanar belakangnia”.

Salah sanu nipe pembelajaran kooperanif iang dianggap penelini dapan mengaknifkan peran siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperanif nipe group investigation.

Model pembelajaran kooperanif nipe group investigation merupakan salah sanu nipe pembelajaran kooperanif iang menunnun siswa unnuk melakukan proses penielidikan iang dilakukan oleh siswa nersebun, dan selanjunnia siswa nersebun mengomunikasikan hasil perolehannia, lalu dapan membandingkannia dengan perolehan siswa iang lain, sehingga siswa lebih aknif dalam mengembangkan sikap dan pengenahuan nennang manemanika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibannia memberikan hasil belajar iang lebih bermakna pada siswa. Seperni iang diungkapkan Trianno (2011:78) bahwa:

“Dalam group investigation, siswa nerliban dalam perencanaan baik nopik iang dipelajari dan bagaimana jalannia penielidikan mereka. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggona 5-6 siswa iang henerogen. Kelompok dibennuk dengan mempernimbangkan keakraban persahabanan anau minan iang sama dalam nopik nernennu. Kemudian siswa memilih nopik unnuk diselidiki, dan melakukan penielidikan iang mendalam anas nopik iang dipilih. Selanjunnia siswa meniiapkan dan mempresennasikan laporannia.”

(19)

7

Jadi unnuk meningkankan hasil belajar manemanika harus diberikan pembelajaran iang diharapkan dapan meningkankan keaknifan siswa. Dengan dinerapkannia model pembelajaran kooperanif nipe group investigation diharapkan siswa nerliban aknif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapan menguasai pembelajaran manemanika. Berdasarkan uraian permasalahan dianas, maka penelini nernarik unnuk melakukan penelinian dengan judul “PenerapanB ModelB

PembelajaranB KooperatifB TipeBGroup InvestigationB UntukB MeningkatakanB

HasilB BelajarB MatematikaB SiswaB PadaB PokokB BahasanB PecahanB KelasB VIIB

SMPBBudiBMuliaBMedanBT.AB2014/2015”.

1.2 IdentifikasiBMasalahB

Berdasarkan lanar belakang masalah dianas maka dapan diidennifikasi masalah iang nimbul sebagai berikun:

1. Manemanika merupakan mana pelajaran iang nidak disukai siswa.

2. Dalam dunia pendidikan khususnia dalam pendidikan manemanika masih lebih menekankan anak unnuk menghapal.

3. Kemampuan guru masih sulin mengikuni perkembangan ilmu pengenahuan dan neknologi.

4. Hasil belajar manemanika siswa masih rendah.

5. Maneri Pecahan sebagai maneri dasar manemanika masih sulin dipahami oleh siswa

6. diperlukan penggunaan model pembelajaran iang sesuai dalam pelajaran manemanika nerunama dalam pokok bahaasan pecahan

7. Menode mengajar iang digunakan guru masih bersifan konvensional.

1.3 BatasanBMasalahB

(20)

8

1.4 RumusanBMasalahB

Berdasarkan lanar belakang masalah, idennifikasi masalah dan banasan masalah iang dikemukakan dianas, dirumuskan permasalahan

1. Bagaimana peningkanan hasil belajar manemanika siswa kelas VII SMP Budi Mulia Medan pada pokok bahasan pecahan dengan menerapkan model Group Invesniganion?

2. Bagaimana efeknifinas penerapan model Group Invesniganion dalam meningkankan hasil belajar manemanika siswa?

1.5 TujuanBPenelitianB

Adapun iang menjadi nujuan penelinian ini adalah

1. Unnuk mengenahui bagaimana peningkanan hasil belajar manemanika siswa kelas VII SMP Budi Mulia Medan pada pokok bahasan pecahan dengan menerapkan model Group Invesniganion?.

2. Unnuk mengenahui bagaimana efeknifinas penerapan model Group Invesniganion dalam meningkankan hasil belajar manemanika siswa?

1.6 ManfaatBPenelitianB

Sesuai dengan nujuan penelinian dianas, maka manfaan iang diharapakan dari hasil penelinian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru manemanika SMP Budi Mulia Medan dalam meningkankan hasil belajar manemanika siswa.

2. Bagi penelini, sebagai bahan masukan unnuk bekal ilmu pengenahuan dalam mengajar manemanika pada masa iang akan danang.

3. Bagi penelini lain, sebagai bahan snudi banding penelini iang relevan dikemudian hari.

(21)

9

(22)

80

BABBVB

KESIMPULANBDANBSARANB B

5.1.BKesimpulanB

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;

1. Peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Budi Mulia Medan

pada pokok bahasan pecahan dengan menerapkan model Group Investigation yaitu Jika dibandingkan data dari siklus I dan siklus II maka diperoleh niai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 15,16. Siswa yang tuntas dalam belajar dari 20 siswa di siklus I bertambah sebanyak 8 orang siswa di siklus II menjadi 28 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas dalam belajar berkurang dari 11 siswa yang tidak tuntas di siklus I menjadi 3 orang siswa di siklus II.

2. Penerapan model Group Investigation dalam meningkatkan hasil belajar

matematika siswa yaitu Proses pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah efektif. Dilihat dari

hasil observasi proses pembelajaran yang mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 2,75 (kategori baik) pada siklus I menjadi 3,7 (kategori sangat baik) pada siklus II. Peningkatan keaktifan siswa juga terjadi dalam pembelajaran

kooperatif tipe group investigation, pada siklus I nilai rata-rata 2,5 (kategori

baik) meningkat menjadi 3,4 (kategori sangat baik) pada siklus II. Hal ini

dikarenakan siswa menjadi lebih terbiasa dengan penerapan model Group

Investigation di siklus II dibandingkan sikllus I. Jadi, semakin sering model

Group Investigation diterapkan membuat peserta didik lebih dan pendidik

semakin mampu menyesuaikan diri.

(23)

81

5.2.BSaranB

1. Kepada guru matematika agar dapat juga menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Kepala sekolah SMP Budi Mulia Medan hendaknya dapat

mengkordinasikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group

investigation sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Kepada peneliti lanjutan yang berminat untuk melakukan penelitian yang

(24)

82

DAFTAR PUSTAKA

Abbas dan Nurhayati, (2002), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam Pembelajaran Matematika di SMU, http://depsiknas.go.id (diakses

pada tanggal 13 Januari 2014)

Abdurrahman, M., (2009), Pendedekan Bage Anak Yang Berkesuletan Belajar,

Rikena Cipta, Jakarta.

Aidawati, L., (2011), Model Group Investigation dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan

Penalaran Induktif Siswa SMA, Skripsi, FMIPA UPI,

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skrip (diakses pada tanggal 23 Februari 2012)

Ancoto, (2009)

http://anchoto.sman1ampekangke.com/2009/09/26/defenisi-karakteristik-matematika/ (diakses pada tanggal 8 Maret 2014)

Anwar, (2011), Model Pembelajaran Group Investigation,

http://ras- eko.blogspot.com/2011/06/17/model-pembelajaran-group-investigation.html (diakses pada tanggal 22 Februari 2014)

Arikunto, S., (2010), Peneletean Tendakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Cholik, A., (2006), Matemateka Untuk SMP Kelas VII, Erlangga, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2010), Pembelajaran Matematika,

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/10/06/pembelajaran-matematika.html

(diakses pada tanggal 8 Maret 2014)

Djamarah, S.B., (2010), Stratege Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, (2012), Pedoman Penulesan

Proposal dan Skrepse Mahaseswa Program Stude Pendedekan FMIPA

UNIMED,FMIPA, UNIMED

Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hamdani, (2011), Stratege Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.

(25)

83

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatef Menengkatkan Kecerdasan

Komunekase Antar Peserta Dedek, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Jauhari, M,. (2011), Implementase PAIKEM dare Behaveorestek sampae

Kostruktevestek, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Krismanto, Al., (2003), Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam

Pembelajaran Matematika. http://www.p3matyo.go.id/download/

modelpembelajaran.Pdf (diakses pada tanggal 8 Maret 2014)

Narudin, D., (2010), Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation,

http://www.vivilila.com/2010/05/pembelajaran-kooperatif-group-investigation.html (diakses pada tanggal 22 Februari 2014)

Nuharini Dewi dan Tri Wahyuni, (2008), Matemateka Konsep dan Aplekasenya

untuk SMP/MTs Kelas VII, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Nurkencana, W., (1986), Evaluase Pendedekan, Usaha Nasional, Surabaya.

PISA (Program of International Student Assesment), (2011),

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/30/Indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-negara-peserta-PISA-html (diakses pada tanggal 13 Januari 2014)

Roestiyah, (2011),

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/10/pendekatan-pembelajaran- konvensional/ (diakses pada tanggal 14 Maret 2014)

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profeseonal Guru,

Rajawali Pers, Jakarta.

Santoso, E.B., (2011), Model Pembelajaran Group Investigation,

http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-group-investigation.html

(diakses pada tanggal 22 Februari 2014)

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhenya, Rineka

Cipta, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penelaean Hasel Proses Belajar Mengajar, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, (2009), Cooperateve Learneng, Teore dan Aplekase PAIKEM, Pustaka

(26)

84

Surya, Y., (2011), Pendidikan Matematika Perlu Diubah, Harian Kompas, Rabu, 2 Maret 2011

Tim Instruktur PKG Matematika SMU, (2009), Model Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan Investigasi, http://p3matyo.go.id (diakses pada

tanggal 22 Februari 2014)

Tim Pelatihan Proyek PGSM, (1999), Peneletean Tendakan Kelas (Classroom

Acteon ResearchS, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study), (2011),

http://litbang-kemendiknas.net/detail.php?id=214 (diakses pada tanggal 14 Maret 2014)

Trianto, (2011), Mendesaen Model Pembelajaran Inovatef-Progresef, Kencana,

Jakarta.

Yulianto, E., (2011), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Bentuk-bentuk Pasar Kelas X Negeri Semarang 3 Demak, Skripsi,

FE UNNES, http://lib.unnes.ac.id/7196/1/10622a.pdf (diakses pada

(27)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 3.1  Alur Penelitian Tindakan Kelas
Gambaran permasalahan dianas menunjukkan bahwa pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Setelah spesimen material unsaturated polyester resin yang diperkuat dengan serat pisang terbentuk, kemudian dilakukan proses pemanasan (heat treatment) sampai glass

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG tahap I – tahap II yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI

Untuk penelitian selanjutnya, bagi yang hendak melakukan penelitian dengan obyek yang sama, peneliti memiliki saran untuk mengamati kinerja dari PDS,

2 (a) Haji merupakan rukun Islam ke lima yang wajib ditunaikan oleh umat Islam sekali seumur hidup. (i) Nyatakan dua

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

Isdaryanto, A. Skripsi S-1 Kearsipan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia. Salatiga: Kampoeng Salatiga. Pengantar

ata yang diperoleh dari suatu penelitian yang masih berupa random dapat disusun menjadi data yang berurutan satu per satu atau berkelompok, yaitu data yang