• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Perjanjian Utang Piutang Sebagai Dasar Permohonan Kepailitan PT. Cipta TPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aspek Hukum Perjanjian Utang Piutang Sebagai Dasar Permohonan Kepailitan PT. Cipta TPI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP IKLAN DI TV

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 060200329

EDI PUTRA WONGSO

JURUSAN: Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap Iklan di TV. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Bagaimanakah pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV, Bagaimana sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk pelanggar hak cipta iklan di TV dan Bagaimana perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak cipta iklan di TV.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengembilan data, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian, dimana hak ini bertujuan pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV dan mengetahui perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak cipta iklan di TV.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwaLandasan hukum dalam pelanggaran hak cipta iklan di TV adalah perbuatan seperti membajak, meniru, memalsukan ataupun mengakui sebagai hasil ciptaan sendiri atas hak cipta orang lain atau pemegang izin dari ciptaan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang dan dapat diancam dengan sanksi hukum. pelanggaran hukum hak cipta secara perdata diajukan kepada Pengadilan Niaga. Bila melihat pada substansi UUHC tersebut maka hak-hak pemegang hak cipta cukup

terlindungi. Walaupun peraturan perundang-undangan mengenai hak cipta yang tersedia

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyajikan judul : “PERLINDUNGAN

HUKUM HAK CIPTA TERHADAP IKLAN DI TV.”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH. M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH. MH, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, SH. MH, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

(4)

6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Dosen pembimbing I yang telah memberi bimbingan dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat.

7. Bapak Syafruddin Hsb, SH, MH, Dkm, selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta masukan yang sangat bermanfaat.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum USU atas pengabdian serta dedikasinya menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum USU, berikut segenap staf administrasi yang telah banyak membantu

pengurusan dokumen administrasi selama perkuliahan.

9. Kedua orang tua saya yang sangat saya hormati dan senantiasa membimbing,

memperhatikan dan menyediakan segala apa yang diperlukan dalam segala hal sampai saat ini.

10.Teman-teman yang merupakan teman akrab yang tidak pernah merasa lelah dalam

memberikan dukungannya.

Penulis berharap segala bantuan, amal sholeh, doa yang diberikan mereka semua

kepada penulis mendapatkan rahmat yang berlimpah dari Tuhan yang maha esa. Amin... Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh para pembaca.

Medan, Maret 2010 Penulis

(5)

LEMBARAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP IKLAN DI TV

Disusun Oleh :

NIM : 060200329 EDI PUTRA WONGSO

Diajukan untuk meglengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Ketua Departemen

Program Kekhususan Hukum Ekonomi

(Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH, MH)

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

(Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum) (Syafruddin Hsb, SH, MH, Dkm)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 6

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : PENGATURAN DALAM UNDANG-UNDANG HAK CIPTA IKLAN DI TV A. Pengertian dan Konsep Dasar Hak Cipta... 13

B. Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 1997) ... 18

C. Prospek pelaksanaan UU Hak Cipta ... 22

D. Hak Cipta dalam Kerangka Persaingan Pasar ... 25

E. Perkembangan dan Pembatasan Hak Cipta ... 29

(7)

B. Pelaksanaan UU Hak Cipta khususnya yang menyangkut hak cipta iklan di TV ... 46

C. Dasar Hukum Hak Cipta iklan di TV ... 50 D. Sanksi hukum yang diberikan kepada pelanggar hak cipta iklan

di TV ... 52

BAB IV: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK/PEMEGANG IKLAN

TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA IKLAN DI TV

A. Landasan hukum dalam pelanggaran hak cipta iklan di TV ... 59

B. Sistem/Pola huku m hak cipta iklan televisi dalam Peraturan

perundang-undangan ... 62 C. Proses penanganan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap

pelanggaran hak cipta iklan di TV ... 64

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

(8)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap Iklan di TV. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Bagaimanakah pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV, Bagaimana sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk pelanggar hak cipta iklan di TV dan Bagaimana perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak cipta iklan di TV.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengembilan data, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian, dimana hak ini bertujuan pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV dan mengetahui perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak cipta iklan di TV.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwaLandasan hukum dalam pelanggaran hak cipta iklan di TV adalah perbuatan seperti membajak, meniru, memalsukan ataupun mengakui sebagai hasil ciptaan sendiri atas hak cipta orang lain atau pemegang izin dari ciptaan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang dan dapat diancam dengan sanksi hukum. pelanggaran hukum hak cipta secara perdata diajukan kepada Pengadilan Niaga. Bila melihat pada substansi UUHC tersebut maka hak-hak pemegang hak cipta cukup

terlindungi. Walaupun peraturan perundang-undangan mengenai hak cipta yang tersedia

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), terutama teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini ternyata mampu menembus batas-batas negara yang paling

dirahasi-akan. Manusia modern adalah setiap orang yang cenderung pada kemajuan dengan berkembangnya budaya teknologi (technology of culture). Kini tidak ada sesuatu

pun yang dapat disembunyikan oleh seseorang atau suatu negara dengan maksud tertentu guna meraih keuntungan dengan cara-cara tidak terhormat yang merugikan orang atau negara lain melalui hasil ciptaan yang dilindungi oleh perangkat hukum. Perkembangan

iptek lambat laun akan mampu mengungkapkan adanya kecurangan yang terjadi selama ini terhadap ciptaan yang bernilai ekonomis.1

Berkembangnya paradigma baru pada perlindungan atas hak kekayaan intelektual, maka perbuatan seperti membajak, meniru, memalsukan ataupun mengakui sebagai hasil ciptaan sendiri atas hak cipta orang lain atau pemegang izin dari ciptaan tersebut

merupakan perbuatan yang dilarang dan dapat diancam dengan sanksi hukum. Perbuatan demikian amat merugikan bagi masa depan perkembangan iptek dan kepentingan para

pencipta yang telah berusaha dengan susah payah guna tercipta suatu penemuan baru untuk kemaslahatan umat manusia. Perkembangan ini menyebabkan semua sektor kehidupan seperti ekonomi, hukum dan budaya perlu pula “berpacu dengan waktu” untuk

mengejar ketinggalannya dalam era persaingan global yang kini semakin diskriminatif,

1

(10)

komparatif dan kompetitif.2

Adanya persaingan global tersebut, bukan berarti setiap orang atau negara untuk mencapai tujuannya dapat menghalalkan segala cara. Iklim persaingan usaha secara sehat

harus dapat dipertahankan dengan menjunjung tinggi moral, etika, kejujuran, keadilan dan pengharapan atas karya orang lain.

Persaingan usaha dalam perkembangan masyarakat modern merupakan hal yang wajar menuju masa depan yang lebih baik.

3

Terminologi yang digunakan dalam industri periklanan dan secara konvensional membedakan antar media periklanan dan sarana. Media periklanan merupakan metode

komunikasi secara umum yang membawa pesan periklanan, yaitu televisi, radio, majalah, surat kabar, buletin dsb (billboard, internet, brosur). Sarana (vehicles) adalah program siaran khusus atau pilihan posisi cetak dimana iklan dipasang.

Semua ini bertujuan untuk dapat menghasilkan tingkat dedikasi, apresiasi dan prestasi yang tinggi dari setiap orang mengingat pada abad

ke-21 terjadi perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi, moneter, industri, dan kegiatan bisnis/usaha sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang betul-betul

andal untuk mampu bersaing pada segenap aspek kehidupan. Masalahnya tidak setiap orang dapat bersikap jujur dan mau menghargai jerih payah orang lain dengan mudahnya melakukan pelanggaran hak cipta.

4

Setiap media dan setiap sarana memiliki sifat atau karekteristik dan kelebihannya yang unik. Para pengiklan berusaha untuk memilih media dan sarana yang

karakteristiknya paling cocok dangan merek yang diiklanankan untuk mencapai khalayak sasarannya dan menyampaikan pesan yang dimaksud. Untuk menampilkan manfaatkan

2

Ade Maman Suherman, Ibid, hlm 22 3

Ade Maman Suherman, Ibid, hlm 23 4

Terence A. Shimp, Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu,

(11)

produk, televisi merupakan yang terbaik. Televisi sangat kuat dalam kaitannya dengan hiburan dan nilai kesenangan serta kemampuannya untuk mempengaruhi penonton.

Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personal dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan / kacau (chutter)

dalam persaingan.5

Dewasa ini, televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Di Indonesia pemakaian televisi dikalangan anak-anak meningkat

pada waktu libur, bahkan bisa melebihi 8 jam perhari. Hal ini karena televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan

visual, ditambah dengan kemampunnya dalam memainkan warna. Penonton leluasa menentukan saluran mana mereka senangi. Selain itu,televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah terpencil dapat

menikmati siaran televisi, pendek kata televisi membawa bioskop ke dalam rumah tangga, mendekatkan dunia yang jauh ke depan tanpa perlu membuang waktu dan uang

untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.

6

Pelanggaran hak cipta akan membawa dampak buruk bagi pengembangan i1mu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra. Tanpa adanya perlindungan hukum yang

memadai atas hak cipta seseorang, maka daya inovasi dan kreativitas pencipta akan menurun tajam yang dapat merugikan semua pihak. Masuk akal dalam pemikiran para

pencipta, untuk apa mencipta atau berkreativitas dalam ilmu pengetahuan, sastra dan seni, jika hasil ciptaan mereka selalu dibajak oleh pihak-plhak yang tidak bertanggung jawab. Sudah menjadi kewajiban dari negara melalui instansi yang berwenang untuk mampu

5

Terence A. Shimp, Ibid, hlm. 506. 6

(12)

melindungi hasil ciptaan tersebut dengan melakukan penegakan hukum terhadap para pelangganya. Sebaliknya, penegakan hukum hak cipta harus hati-hati dalam memilah

bentuk pelanggaran yang dilakukan dan justru diharapkan adalah petugas penegak hukum yang betul-betul dapat memahami tentang makna akan hak cipta sesungguhnya tanpa

menggeneralisasikan begitu saja suatu perbuatan pelanggaran hak cipta dalam pemikiran orang atau masyarakat awam.7

Sanksi hukum diharapkan dapat mengurangi atau menjerakan para pembajak

tanpa izin dan prosedur hukum (illegal) menggunakan ciptaan orang lain dengan maksud tertentu untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.8 Pemberian sanksi hukum dalam

ketentuan UU No. 19 Tahun 2002 tidak akan menjamin pelanggaran hak cipta dapat berkurang, sejauh kesadaran hukum masyarakat masih rendah dan kurang menghargal hasil karya orang atau bangsa lain. Menghargai karya cipta ini perlu ditingkatkan

mengingat adanya sanksi internasional bagi setiap bangsa yang membajak ciptaan orang lain tanpa izin atau melalui prosedur hukum yang benar.9

1. Bagaimanakah pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV?

Dengan uraian diatas, maka tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap Iklan di TV.”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

7

Ade Maman Suherman, Op.Cit, hlm 24 8

Terence A. Shimp, Ibid, hlm 507 9

(13)

2. Bagaimana sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk pelanggar hak cipta iklan di TV?

3. Bagaimana perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak cipta iklan di TV?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV.

b. Untuk mengetahui sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk pelanggar hak cipta iklan di TV.

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap

pelanggaran hak cipta iklan di TV.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat Penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah: a. Secara Teoritis

Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya

mengenai Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap Iklan di TV.

b. Secara Praktis

1) Agar masyarakat mengetahui sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk

(14)

2) Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan tentang bagaimana perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak cipta

iklan di TV.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap Iklan di TV, judu l skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada

judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Hak cipta merupakan istilah hukum untuk menyebut atau menamakan hasil kreasi atau karya cipta manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni. Istilah tersebut

adalah terjemahan dari istilah inggris, yaitu copyright, yang padanan dalam bahasa Belanda adalah auteurrecht.Para pihak yang terkait langsung dengan hak cipta adalah

kaum ilmuwan, sastrawan, dan seniman.Hak cipta sebagai bagian dari HKI, semula dikenal di negara yang menganut sistim cammomlaw,dipakai untuk menggambarkan hak penggandaan dan atau perbanyakan suatu karya cipta (copyright).10

Hak cipta dalam konsep common law system, hak cipta merupakan functionalist

justification yaitu memandang hak cipta sebagai instrumen ekonomi dan kebijaksanaan

untuk meningkatkan pengetahuan dan mendukung perkembangan sosial ekonomi.Tujuan hak cipta adalah insentif bagi produser,penerbit dan promotor yang telah mengambil

10

(15)

resiko guna pemasaran dan penjualan karya-karya cipta.11 Di Inggris, hak cipta berkembang untuk menggambarkan konsep guna melindungi penerbit dari tindakan

penggandaan buku oleh pihak-pihak lain yang tidak mempunyai hak untuk menerbitkannya. Perlindungan diberikan bukan kepada si pencipta (author), akan tetapi

kepada penerbit untuk memberi jaminan atas investasi penerbit dalam membiayai percetakan karya tulis. Dalam perkembangannya perlindungan tidak hanya deberikan kepada penerbit, akan tetapi juga kepada penciptaDi dalam konsep Civil Law System, hak

cipta merupakan natural right justification yang memandang hak cipta sebagai suatu hak-hak dasar yangdiberikan kepada si pencipta tanpa melihat konsekuensi ekonomi dan

politikyang lebih luas.12

Tujuan hak cipta adalah memberikan reward (penghargaan)bagi si pencipta dan ini merupakan argumen moral. Hal ini adalah author’s right system yaitu penekan

perlindungan personality pencipta melalui ciptaannya lebih dari pada perlindungan terhadap karya cipta itu sendiri Di Indonesia, yang mengawasi tradisicivil law, hak cipta

dirumuskansebagai hak khusus bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkanatau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin untuk itu.

13

11

Hartono, Sri Redjeki. 2000. Kapitalis selekta Hukum Ekonomi, Bandung : Mandar Maju, hlm 34 12

Ritzer, George. 1992. Ilmu Pengetahuan Berparadigma Hak Cipta. Penyadur : Alimandan, Jakarta :Rajawali Pers, hlm 51

13

Raharjo, Agus, 2002, Pemahaman dan Upaya Pencegahan kejahatan Hak Cipta, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 33

Dalam sistem hukum di Indonesia, pengaturan tentang hak cipta ini merupakan bagian hukum

perdata,yang termasuk dalam bagian hukum benda. Khusus mengenaihukum benda terdapat pengaturan tentang hak-hak kebendaan. Hakkebendaan itu sendiri terdiri atas

(16)

hak cipta (copyright), danhak kekayaan industri (industrial property right). Hak cipta sendiri mencakup dua bagian yaitu: hak ciptadan hak yang berkaitan dengan hak

cipta(neigbouring right), sedangkan hak milik industri mencakup hak paten, model,dan rancang bangunan (utility models), desain industri (industrial design), merek dagang

(trade mark), nama niaga dan nama dagang, sumber tanda atau sebutanasal (indication of

source or appelation of origin).14

Yang dimaksud dengan Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau

penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak.

Sejalan dengan perubahan itu, karya tulis tidak lagi menjadi obyek perlindungan

Hak Cipta. Artinya, seluruh konsepsi perlindungan Hak Cipta tidak berlaku baginya. Lalu bagaimana aktivitas bisnis industri rekaman harus dibaca dari ketaatasasan pada UU Hak

Cipta 2002. Tentu, lisensi penggandaan karya rekaman suara kedalam bentuk kaset dan CD harus didasarkan pada aturan Hak Terkait. Bukan Hak Cipta Bagaimana format kontraknya, ini harus disusun dengan hati-hati oleh para pihak yang benar-benar

memahaminya.

15

14

Ritzer, George. Ibid, hlm 52 15

Tanya-Jawab UU No. 19/2002 Tentang Hak Cipta Lengkap dan Terpadu dengan Jawabannya, Cet. 1. Semarang: Dahara Prize, hlm 23

Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana dalam Pasal 1 angka 1 UU No.19 Tahun

2002 tentang Hak Cipta. Yang dimaksud dengan hak ekslusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh

(17)

ilmu pengetahuan, seni atau sastram sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 3 UU RI No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Pengertian lainnya iklan adalah ” semua kegiatan kalkulasi yang diarahkan kepada pemberian informasi kepada masyarakat ramai, tentang suatu produk jasa yang

dapat diberikan oleh suatu organisasi/perusahaan/instansi”. 16

1. Perhatian (attention), dalam tahap ini iklan hanya mencoba untuk menarik perhatian dari konsumen yang dituntut bahwa konsumen menyadari keberadan

iklan.

Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan, dan atau menyaksikan sebuah iklan, adapun efek sebuah iklan adalah:

2. Ketertarikan (interest), pada tahap ini konsumen mulai tertarik terhadap iklan. 3. Keinginan / hasrat (desire), pada tahap ini konsumen mulai merasa ingin tahu

lebih dalam mengenai produk yang ditawarkan dalam iklan.

4. Keputusan (conviction), di sini konsumen sudah dapat menunjukkan sikap

menerima atau tidak.

5. Tindakan (action), merupakan tahapan terakhir dimana konsumen sudah melakukan tindakan.17

F. Metode Penelitian

a. Sifat dan jenis penelitian

16

Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung, 2001, hlm 118. 17

(18)

Sifat penelitian ini adalah deskriptif dimana berupaya untuk menggambarkan sifat hubungan hukum secara normatif dalam pelanggaran hak cipta terhadap iklan

di TV.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif, yakni sebuah jenis

penelitian yang mencoba untuk melihat kesesuaian aturan-aturan hak ditingkat normatif, yakni antara Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

b. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa buku, jurnal, dokumen perusahaan, majalah hukum, kamus hukum dan UU/peraturan.

c. Teknik pengumpulan dan analisis data

Langkah pertama yang saya lakukan adalah dengan mengumpulkan bahan hkum terkait. Selanjutnya saya mulai membuat klasifikasi/ketegornisasi sesuai

perusahaan penelitian. Kemudian saya melakukan harmonisasi/melihat kesesuian antar pasal-pasal di dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

setelah itu ditarik kesimpulan. d. Jadwal penelitian

Penelitian ini terdiri dari 3 tahap.

Tahap I, persiapan yakni dimulai dengan pemilihan judul, konsultasi akademik dengan departemen dan pembimbing. Tahap ini berlangsung dari bulan Oktober s/d

Desember 2009.

Tahap II, pengumpulan data berlangsung dari bulan Oktober s/d November 2009. Tahap III, penulisan fase ini berlangsung dari bulan Oktober s/d Desember 2009.

(19)

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat

digambarkan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang

Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan umum tentang perlindungan hukum terhadap pelanggaran hak cipta. Dalam bab ini berisi tentang Pengertian dan Konsep Dasar Hak

Cipta, Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 1997), Prospek pelaksanaan UU Hak Cipta, Hak Cipta dalam Kerangka Persaingan Pasar, Perkembangan dan Pembatasan Hak Cipta, Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Cipta, dan

pengaturan Perlindungan Hukum Hak Cipta.

BAB III : Tinjauan Yuridis Tentang Iklan Di Tv. Bab ini berisikan Pengertian dan

tujuan Iklan, Perkembangan dunia iklan, Iklan Televisi, Karakteristik Iklan Televisi, Sifat Televisi dan Kekuatan Televisi, dan Televisi Sebagai Media Iklan.

BAB IV : Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Iklan Di TV. Bab ini berisi tentang Pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV, Sanksi

(20)

BAB V : Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan

(21)

BAB II

PENGATURAN DALAM UNDANG-UNDANG HAK CIPTA IKLAN

DI TV

A. Pengertian dan Konsep Dasar Hak Cipta

Memahami perlindungan hak cipta harus diawali dengan pemahaman terhadap

konsepsi dasar hak cipta. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Sangat jelas pencipta dapat dilakukan terdiri dari perorangan

yang bersifat individual atau kelompok yang terdiri dari beberapa orang secara bersama-sama.18

Pencipta apabila mengekspresikan kreatifitas dan imajinasinya akan melahirkan apa yang disebut dengan Ciptaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 16 Tahun 2002, Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam

lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Suatu ciptaan yang telah diekspresikan secara nyata akan melahirkan hak cipta. Hak cipta merupakan dasar kepemilikan atas

ciptaan yang telah diwujudkan oleh si pencipta. Secara lengkap Pasal 2 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2002 menegaskan: Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul

18

(22)

secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dari penjelasan pasal di atas, maka dapat dipertegas bahwa hak cipta pada

hakekatnya merupakan hak ekslusif yang sifatnya monopoli, di mana hak itu didapat secara otomatis tatkala suatu ciptaan dilahirkan. Keberadaan hak cipta pada awalnya sangat dipengaruhi oleh sistem hukum.

Melihat pada pernyataan ini, sangat jelas bahwa hak cipta juga sangat dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di suatu negara. Di sana dikatakan bahwa sistem hukum

civil law sangat mengedepankan pada perlindungan hukum atas hak moral dan hak

ekonomi, sistem hukum common law mengarah pada perlindungan kepentingan ekonomi si penerbit dan sistem hukum sosialis justru tidak memperhatikan pada hak ekonomi si

pengarang, namun semua itu diorientasikan pada kepentingan revolusi.19

19

Sanusi Bintang, Perlindungan hak cipta, PT Elek Media Komputindo. Jakarta, 1998, hlm 73 Namun demikian, kini hak cipta dikenal juga sebagai hak monopoli. Di dalam hak

monopoli ini ada dua hak utama, yakni hak moral dan hak ekonomi. Khusus, dalam hal perolehan hak cipta secara otomatis, nampaknya konsepsi ini menjadi kabur tatkala di dalam UU No. 19 Tahun 2002 juga diatur tentang pendaftaran ciptaan. Kekaburan ini

bukan hanya dalam tingkat pemahaman orang awam, namun terkadang para praktisi (semisal hakim) menangkap bahwa pendaftaran cipta dipahami sebagai wujud perolehan

(23)

Padahal, sangat mungkin walaupun ia memegang sertifikat hak cipta belum tentu ia sebagai pemegang hak cipta yang sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu diketahui

bahwa pendaftaran ciptaan bukan sebagai pengejawantahan dari perolehan hak cipta, sebab hak cipta sesungguhnya diperoleh secara otomatis di saat ciptaan dilahirkan.

Kesimpulan ini dipertegas dengan ketentuan.20

2. Dilaksanakan di dalam bentuk yang riil dan dapat dibaca.

Pasal 35 ayat (4) UU No. 19 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan kewajiban

untuk mendapatkan hak cipta. Begitu juga dalam penjelasannya dinyatakan bahwa Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak

cipta dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap dilindungi.

Di negara-negara yang menganut sistem anglo saxon system, seperti Inggris dan Amerika Serikat suatu hak cipta dapat diperoleh apabila memenuhi dua syarat, yakni:

1. Keaslian (original)

21

Hal yang dimaksud keaslian (original) ialah bahwa karya bersangkutan harus

merupakan sesuatu yang baru dan nyata perbedaannya dengan karya lainnya. Oleh karena itu, suatu lelucon dan gelar (titles) tidak dapat dihakciptakan. Misalnya dalam Copyright

act of USA Pasal 102 (b) memuat hal-hal yang tidak dilindungi oleh hak cipta, yaitu;

ideas, procedures, proces, system, method of operation, concepts, principles, fact and

20

Ranti Fauza Maulana, Rabu Agustus 2003, Penegakkan Hukum Hak Cipta, www.pikiran rakyat.com. diakseskan hari selasa 17 Desember 2010

21

(24)

news. Ideas atau ide/gagasan tidak termasuk suatu hal yang dilindungi, namun expression

of ideas adalah suatu hal yang mendapatkan perlindungan hukum.22

Jangka waktu perlindungan hak cipta menurut UU No. 19 Tahun 2002 dibedakan ke dalam beberapa bagian, di mana masing-masing bagian itu jangka waktunya bersifat

variatif. Pertama, perlindungan hak cipta diberikan selama hidup pencipta hingga 50 tahun setelah si pencipta meninggal dunia. Untuk perlindungan seperti ini jenis-jenis hak cipta yang dilindungi terdiri dari buku, pamflet, semua karya tulis, drama atau drama

musikal, tari koregerafi, segala bentuk seni, lagu atau musik, arsitektur, ceramah, kuliah, pidato, ciptaan sejenis lainnya, alat peraga, peta, terjemahan, tafsir, saduran dan bunga

rampai. Program komputer sinematografi, fotografi, database, karya hasil pengalihwujudan dilindungi selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Ciptaan berupa foklor, hasil kebudayaan rakyat, seperti; cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad,

lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian kaligrafi dan karya seni lainnya hak ciptanya dilindungi tanpa batas waktu, sedangkan ciptaan yang diterbitkan tetapi tidak diketahui

penciptanya/penerbitnya dilindungi selama 50 tahun sejak pertama kali ciptaan itu diketahui umum.23

Namun demikian, hukum hak cipta Indonesia tidaklah secara absolut menyatakan bahwa setiap perbuatan tersebut dikatagorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Hukum

Dengan adanya jangka waktu perlindungan ini, hal ini mengandung arti bahwa

karya-karya cipta yang dilindungi tersebut tatkala akan dimanfaatkan (seperti; diperbanyak, diadaptasi dan sebagainya) dalam tujuan untuk kepentingan komersial

apabila hal itu tanpa ada izin/lisensi dianggap sebagai suatu pelanggaran hak cipta.

22

Hutagalung, Sophar Maru, Hak Cipta kedudukan dan peranannya di dalam pembangunan, Akademika Pressindo, Jakarta, 2004, hlm 68

23

(25)

hak cipta Indonesia juga mengenal pengecualian bahwa suatu perbuatan perbanyakan atau pengumuman tidak dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran hukum hak cipta.

Pasal 15 UU No. 19 Tahun 2002 menyatakan:

Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebut atau dicantumkan, tidak dianggap

sebagai pelanggaran hak cipta:

a. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya;

b. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian guna

pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;

c. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian guna keperluan:

1) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau

2) Pertunjukkan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya.

3) Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dalam

huruf braile guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial;

4) Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non

(26)

5) Perubahan yang dilakukan berdasarkan perimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan;

6) Pembuatan selain cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

B.Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 1997)

Hak cipta adalah perlindungan yang diberikan kepada pemegangnya atas hasil

karya ciptanya. Perlindungan ini merupakan bagian dari hak atas kekayaan intelektual yang mempunyai hubungan erat dengan kesenian dan estetika, yang juga berujung pada kepentingan industrial. Di Indonesia hak cipta dilindungi melalui UU RI No.12 Tahun

1997 j.o. UU No.7 Tahun 1987 tentang perubahan atas UU No. 6 Tahun 1982 tentang hak cipta. Perlindungan tambahan yang penting dalam UU Hak Cipta No. 12 tahun 1997

adalah hak atas pertunjukan, penyiaran, ketentuan-ketentuan lisensi, dan hak-hak moral. Hak cipta diberikan kepada pencipta atas karya ciptanya, orang/kelompok/ badan hukum yang menerima hak tersebut dari pemegangnya, atau orang/ kelompok/badan

hukum yang menerima hak cipta dari orang/kelompok/badan hukum yang diserahi hak cipta oleh pemegangnya. Hak kepemilikan didapatkan secara otomatis begitu seseorang

menghasilkan karya cipta. Tidak ada keharusan untuk mendaftarkannya pada suatu badan pengelola HAKI. Akan tetapi hak cipta yang terdaftar akan sangat berguna untuk proses penyelesaian jika terjadi pelanggaran terhadap hak cipta tersebut.

Hak cipta bukan melindungi suatu ide atau konsep, tetapi melindungi bagaimana ide atau konsep itu diekspresikan dan dikerjakan. Tidak diperlukan pengujian, tetapi

(27)

berkonstribusi tenaga dan keahlian. Hak cipta melindungi bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang meliputi:

a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya, b. Ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya,

c. Cipta seni musik, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim, dan karya siaran antara lain untuk media radio, t.v., film, dan rekaman video,

d. Cipta karya tari (koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, dan

karya rekaman suara atau bunyi,

e. Cipta seni rupa seperti seni lukis, pahat, patung & kaligrafi,

f. Seni batik, g. Arsitektur,

h. Engineering drawing dan spesifikasinya,

i. Sinematografi, j. Fotografi,

k. Program komputer, data base, dan

l. Terjemahan, saduran, tafsir, penyusunan bunga rampai dan lain-lainnya.24

Lama perlindungan hak cipta berbeda-beda. Hasil karya asli diberikan seumur

hidup ditambah 50 tahun semenjak penciptanya meninggal dunia. Dalam konteks perusahaan perlindungan ini diberikan selama 75 tahun. Karya derivative (turunan)

diberikan selama 50 tahun. Karya fotografi, program komputer, terjemahan, saduran dan penyusunan bunga rampai diberikan selama 25 tahun.

Beberapa segi positif dari pendaftaran hak cipta antara lain :

24

Teguh Sulistya, Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta.V Buletin STT

(28)

a) Pencipta/pemegang hak cipta memperoleh kepastian hukum setelah pendaftaran hak ciptanya disahkan oleh pejabat yang berwenang,

b) Apabila terjadi sengketa tentang hak cipta, umumnya ciptaan yang telah didaftarkan berkedudukan hukum lebih kuat, fakta pembuktiannya lebih akurat,

c) Pelimpahan hak cipta/pewarisan dan sebagainya lebih mudah dan mantap apabila telah terdaftar.

Termasuk pelanggaran hak cipta adalah :

1) Membuat salinan atau copy tanpa izin dari pemegang hak cipta,

2) Membuat salinan atau copy ke medium lain, misalnya salinan source code

program komputer ke bentuk cetakan,

3) Menggunakan bagian dari suatu karya cipta tanpa izin atau tanpa menyebutkan secara jelas sumbernya, dan

4) Penerjemahan tanpa izin dan lain-lainnya.25

Pelanggaran atas hak cipta dengan cara tertentu merupakan tindakan kejahatan

yang menurut pasal 44 UU No. 12 tahun 1997 adalah sebagai berikut:

1) Dipidana penjara paling lama tujuh tahun dan/atau dikenakan denda sebesar paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) siapa pun yang tanpa hak

mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu. 2) Dipidana penjara paling lama lima tahun dan/atau dikenakan denda paling banyak

Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) siapa pun yang tanpa hak sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum atau memberi izin untuk suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta.

25

(29)

3) Dipidana penjara paling lama tiga tahun dan/atau dikenakan denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) siapa pun yang sengaja

mengumumkan setiap ciptaan yang oleh pemerintah dinyatakan bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pertahanan dan keamanan

negara, kesusilaan, dan ketertiban umum sebagaimana diatur di dalam pasal 16. 4) Dipidana penjara paling lama dua tahun dan/atau denda paling banyak Rp

15.000.000,- (lima belas juta rupiah) siapa pun yang dengan sengaja melanggar

ketentuan pasal 18 yang telah menentukan bahwa:

a. Untuk memperbanyak atau mengumumkan hak cipta atas potret seseorang

pemegang hak cipta, harus minta izin dulu kepada yang dipotret atau mendapat izin dari ahli warisnya setelah sepuluh tahun yang dipotret itu meninggal dunia.

b. Untuk memperbanyak atau mengumumkan suatu potret yang memuat dua orang atau lebih harus lebih dulu mendapat izin dari masing-masing orang

yang dipotret atau mendapat izin dari ahli warisnya setelah sepuluh tahun yang dipotret meninggal dunia.

c. Ketentuan ini berlaku untuk potret-potret yang dibuat atas permintaan sendiri

dari orang yang dipotret, atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret, atau untuk kepentingan orang yang dipotret.

C. Prospek Pelaksanaan UU Hak Cipta

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya

(30)

seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan

budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para Penciptanya. Dengan demikian, kekayaan

seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para Penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan negara.26

Saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 yang

selanjutnya disebut Undangundang Hak Cipta. Walaupun perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan TRIPs, namun masih terdapat beberapa

hal yang perlu disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas. Dari beberapa

konvensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang disebut di atas, masih terdapat beberapa ketentuan yang sudah sepatutnya dimanfaatkan. Selain itu, kita perlu

menegaskan dan memilah kedudukan Hak Cipta di satu pihak dan Hak Terkait di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan bagi karya intelektual yang bersangkutan secara lebih jelas.27

Dengan memperhatikan hal-hal di atas dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang Hak Cipta dengan yang baru. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya,

serta pengembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Hak Cipta terdiri atas hak

26

Damian, Eddy, Pengaluran dan Pengerlian Hak Cipta Sebagui Hak Kekayaan Intelektual, Jurnal, Pro Justitia Tahun XIX No. 3, Juli, FH Unpar, Bandung. 2001. hlm 77

27

(31)

ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah

hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.28

1) Database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi;

Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemamp uan, kreativitas, atau keahlian sehingga

Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

Undang-undang No.19 tahun 2002 ini memuat beberapa ketentuan baru, antara

lain, mengenai:

2) Penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media

internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik (optical disc) melalui media audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi;

3) Penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa;

4) Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi

pemegang hak;

5) Batas waktu proses perkara perdata di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait, baik di

Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung;

6) Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi;

28

(32)

7) Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produk-produk yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi;

8) Ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait; 9) Ancaman pidana dan denda minimal;

10)Ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan Program Komputer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.

Tanpa mengabaikan berbagai permasalahan lain yang relevan, terdapat beberapa

ketentuan penting dalam UU Hak Cipta 2002 yang perlu dikaji. Hal itu utamanya terkait dengan anggapan sebagian pelaku bisnis yang bereaksi merasa haknya tereduksi.

Beberapa ketentuan tersebut diantaranya mencakup jabaran hak ekonomi, end

user piracy, dan peniadaan perlindungan ganda bagi karya rekaman suara.\ Sejauh

menyangkut jabaran hak ekonomi, UU Hak Cipta 2002 telah menegaskan kembali status

dan legitimasi hak penyewaan atau rental right. Namun, hak seperti itu hanya berlaku untuk karya film/sinematografi dan program komputer. UU Hak Cipta 2002 memang

tidak mengaplikasikannya pada karya rekaman suara sebagai obyek UU Hak Cipta sebagaimana sebelumnya, karena status karya rekaman suara telah dipindahkan perlindungannya kedalam rejim Neighbouring Right atau Hak Terkait6. Di domain yang

baru itu hak penyewaan diakui dan tetap diberlakukan.29

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang- Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, program computer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk

29

(33)

melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi tersebut.

Hak cipta untuk program computer berlaku selama 50 tahun (Pasal 30). Harga program komputer/ software yang sangat mahal bagi warga negara Indonesia merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para pelaku bisnis guna menggandakan serta menjual software bajakan dengan harga yang sangat murah. Misalnya, program anti virus seharga $ 50 dapat dibeli dengan harga Rp20.000,00. Penjualan dengan harga sangat murah dibandingkan dengan software asli tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi pelaku sebab modal yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 5.000,00 perkeping.30

John Naisbitt dan Patricia Aburdene telah meramalkan bahwa suatu saat nanti dunia yang dihuni manusia ini akan berubah menjadi suatu perkampungan global (global

village) dengan pola satu sistem perekonomian atau single economy system berdasarkan

permintaan/mekanisme pasar dan persaingan bebas. Mereka yang mampu survive adalah orang atau para pengusaha yang dapat menghasilkan “produk” dengan kualitas tinggi dan

harga bersaing. Artinya, manusia yang berkualitas dalam era ini adalah mereka yang dianggap memiliki produk dengan “nilai jual” yang dapat diandalkan pada persaingan

D. Hak Cipta dalam Kerangka Persaingan Pasar

Keberadaan hak cipta sebagai hak ekslusif bagi para penciptanya harus dapat

dihormati dan dihargai. Penemuan baru oleh peneliti atau pencipta bukan pekerjaan dalam waktu singkat, ia membutuhkan waktu lama dan biaya besar sehingga wajar hasil cipta tersebut harus dilindungi. Hasil ciptaan tersebut bahkan dapat digunakan untuk

tujuan komersial dalam kegiatan bisnis yang amat menguntungkan.

30

(34)

global, baik di pasar nasional, regional maupun internasional dengan berlakunya pasar bebas (free market) dalam perdagangan internasional.31

Berkaitan dengan era pasar bebas dengan perdagangan barang dan atau jasa, bermula pada 15 April 1994 dengan tercapainya kesepakatan internasional di Maroko

melalui Agreement on Establishing the World Trade Organization (WTO) yang dikenal sebagai Marrakesh Agreement. Adanya kesepakatan yang akhirnya melahirkan organisasi perdagangan dunia (WTO) ini, maka produk dari setiap orang atau negara diatur melalui

mekanisme pasar yang mengutamakan kualitas barang dan atau jasa. Produk tersebut biasanya dilindungi hukum sebagai hasil rasa, karsa dan cipta manusia yang tidak bisa

begitu saja untuk dilanggar. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional ikut menandatangani kesepakatan ter-sebut melalui UU No. 7 Tahun 1994 (LN Tahun 1994 No. 95 TLN No. 3564) tanggal 2 Nopember 1994 yang berlaku sebagai ius constitutum

dalam konstelasi hukum nasional yang mempunyai dampak luas pada bidang lain. Konsekuensinya, semua kesepakatan itu harus ditaati dan diterapkan dengan konsisten.32

31

Teguh Sulistya Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta.VBuletin STT

No.2289. Vol. VIII No.14 Tahun 2005,

Salah satu agenda penting dari WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects

of Intellectual Property Rights Including Trade in Counterfeit Goods. Kesepakatan ini

akhirnya melahirkan TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights) yang

bertujuan untuk meningkatkan perlindungan di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari pembajakan atas suatu karya kreatif dan inovatif seseorang/kelompok orang, baik di

bidang sastra, seni, teknologi dan karya ilmiah. Suatu hal yang cukup kompleks dan perlu dilakukan upaya adaptasi (penyesuai-an) terus menerus untuk dapat mengikuti dinamika perkembangan dengan perangkat hukum yang mengatur masalah baru tersebut karena

32

(35)

sebelumnya justru tidak diatur dalam ketentuan hukum nasional. Kevakuman ini harus ditutupi dengan adanya aturan undang-undang sebagai kepastian hukum untuk mengikuti

perkembangan iptek dan masyarakat internasional.33

Salah satu bidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak cipta (copy

rights) yang merupakan hak ekslusif (khusus) bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumum-kan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Pasal 1 LTU No. 19 Tahun 2002). Ciptaan merupakan hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam lapangan ilmu, seni dan sastra yang

menguntungkan dari segi materil, moril dan reputasi seseorang atau kelompok orang yang menghasil-kan ciptaan berdasarkan kerja keras melalui pengamatan, kajian dan penelitian secara terus menerus. Sudah sewajarnya, hasil ciptaan orang lain harus dapat

dilindungi hukum dari setiap bentuk pelanggaran hak cipta. la sebenarnya merupakan suatu perbuatan tidak terpuji dan tercela bahkan tidak “bermoral” oleh orang-orang tidak

bertanggungjawab yang melakukannya, karena adanya ”the morality that makes law

possible.”34

Pada kondisi ini, sudah pasti tidak dapat dihindarkan adanya kecen-derungan

sebagian orang/kelompok orang yang menginginkan dengan berbagai cara untuk meneguk keuntungan finansial secara cepat tanpa usaha keras, mengeluarkan modal dan

kejujuran dengan membajak hasil ciptaan orang lain ataupun mendompleng reputasi ciptaan pihak lain sehingga amat merugikan bagi para pencipta pertama. Tindakan ini

33

Tanya-Jawab UU No. 19/2002 Tentang Hak Cipta Lengkap dan Terpadu dengan Jawabannya, Cet. 1. Semarang: Dahara Prize

34

(36)

sudah tentu tidak dapat dibenarkan, karena melanggar hukum sebab bukan hanya para pencipta yang sah saja merasa dirugikan, akan tetapi juga masyarakat luas mengalami

kerugian besar karena memperoleh barang dan atau jasa tidak sesuai kualitas yang diharapkan. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan terjadi degradasi moral dan

etika dalam kehidupan masyarakat yang tidak mau menghargai kreasi intelektual pihak lain yang telah bersusah payah melahirkan ciptaannya.

Dalam pergaulan masyarakat internasional, negara-negara yang memproteksi atau

membiarkan pelanggaran hak cipta tanpa adanya penindakan hukum dapat dimasukkan dalam priority watch list, karena tidak memberikan perlindungan HKI secara memadai

bagi negara atau pemilik/pemegang izin ciptaan tersebut. Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa pengucilan dalam pergaulan masyarakat internasional atau sanksi ekonomi dari produk negara itu pada transaksi bisnis internasional.

UU No. 19 Tahun 2002 yang berlaku efektif pada tanggal 23 Juli 2003 sebagai pengganti UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 7 Tahun 1987 dan UU No. 12 Tahun 1997 diharapkan sekali menjadi a new legal

framework atau perangkat hukum baru untuk mengantisipasi merebaknya pelanggaran

hak cipta di tanah air oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan maksud

untuk memperoleh keuntungan secara “bypass” atau “potong kompas” (cepat) dengan cara tercela melanggar hukum atas hak-hak orang lain. Keadaan demikian tentu akan

menimbulkan masalah terhadap upaya perlindungan hukum atas pelanggaran hak cipta mengingat tidak semua orang dapat memahami-nya dengan baik.35

E. Perkembangan dan Pembatasan Hak Cipta

35

(37)

Keberadaan copyright atau hak cipta semenjak tahun 1886 telah diakui oleh masyarakat internasional sebagai hak ekslusif para pencipta. Sebagai salah satu bentuk

karya intelektual yang dilindungi dalam HKI, hak cipta memiliki peran amat penting dalam rangka mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil karya ilmu

pengetahuan, seni dan sastra serta teknologi untuk mempercepat upaya pertumbuhan pembangunan dan kecerdasan kehidupan suatu bangsa. Keadaan ini amat disadari oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang

Program Pembangunan Nasional tahun 2000-2004 pada kegiatan pembangunan pendidikan, khususnya program penelitian, peningkatan kapasitas dan pengembangan

kemampuan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Suatu ciptaan dapat memberi nilai ekonomis bagi para pencipta dan pemegang izin melalui kegiatan ekonomi, yakni penjualannya ke pasar. Upaya menghasilkan suatu

ciptaan membutuhkan proses waktu, nspirasi, pemikiran dana dan kerja keras sehingga wajar hasil karya para pencipta itu harus dilindungi dari setiap bentuk pelanggaran hak

cipta yang sangat merugikan para pencipta. Sebaliknya, dalam batas-batas tertentu pada ketentuan undang-undang hak cipta, hasil ciptaan seseorang dapat dibenarkan diambil orang lain dengan izin atau tanpa izin pemilik yang bersangkutan tanpa perlu takut

dikategorikan sebagai pelanggaran hukum terhadap hak cipta.

Standar perlindungan atas HKI yang diterapkan dalam perjanjian adalah standar

perlindungan minimal yang telah tertuang dalam perjanjian yang sudah ada sebelumnya yang dikembangkan pada perjanjian dan konvensi dalam naungan World Intellectual

Property Organization (WIP0). Perlindungan terhadap hak cipta adalah berdasarkan pada

(38)

tanggal 9 September 1886 di Bern, Swiss. Pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada tanggal 1 November 1912 memberlakukan keikutsertaannya pada Konvensi Bern

melalui asas konkordansi di Hindia Belanda dengan mengeluarkan suatu Auterswet 1912 berdasarkan UU Hak Cipta Belanda pada tanggal 29 Juni 1911 (Stb Belanda No. 197).

Konvensi Bern 1886 terus direvisi dan diamandir oleh negara-negara anggota WIP0. Terakhir direvisi di Paris pada tahun 1971 dan 1989.36

Pertama, prinsip perlakuan nasional (national treatment principle), yakni ciptaan yang berasal dari salah satu peserta perjanjian atau suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan pada salah satu negara peserta perjanjian harus mendapat perlindungan hukum

hak cipta yang sama sebagaimana diperoleh ciptaan peserta warga negara itu sendiri. Kedua, prinsip perlindungan hukum langsung/otomatis (automatic protection principle).

Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung tanpa harus memenuhi syarat apa pun (must not be conditional upon compliance with any formality). Ketiga, prinsip perlindungan independen (independent of protection principle), yakni suatu

perlindungan hukum diberikan tanpa harus bergantung kepada pengaturan perlindungan hukum negara asal pencipta. Keempat, prinsip minimal jangka waktu hak cipta (minimum

duration of copyright). Perlindungan diberikan minimal selama hidup pencipta ditambah

50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Kelima, prinsip hak-hak moral (moral rights

principle). Hak yang tergolong sebagai hak moral dimiliki pencipta seperti keberatan

Keikutsertaan suatu negara sebagai anggota Konvensi Bern akan menimbulkan

kewajiban negara peserta untuk menerapkan dalam perundang-undangan nasional di bidang hak cipta. Lima prinsip dasar dianut Konvensi Bern adalah sebagai berikut:

36

(39)

mengubah, menambah atau mengurangi keaslian ciptaan yang perlu mendapat pengaturan perlindungan-nya dalam hukum nasional negara peserta Konvensi Bern.37

Pemerintah Indonesia menjadi anggota WTO sejak tahun 1994. Keikutsertaan ini juga membawa konsekuensi hukum harus memberla-kukan semua hasil dan prinsip dasar

dari Konvensi Bern. Hal, ini ditindak-lanjuti dengan mensahkannya melalui pembentukan Keppres RI No. 18 Tahun 1997 pada tanggal 7 Mei 1997 dan segera dinotifikasikan ke WIPO berdasarkan Keppres RI No. 19 Tahun 1997 tanggal 5 Juni 1997. Berlakunya hasil

kesepakatan The Berne Convention di Indonesia, maka pemerintah harus mampu untuk melindungi ciptaan dari seluruh negara anggota peserta dan penandatangan The Berne

Convention tersebut. Selain itu, Indonesia harus pula melindungi ciptaan bangsa asing

yang ada di tanah air melalui kesepakatan pada perjanjian bilateral yang telah diratifikasi. Adanya perjanjian bilateral tersebut akan memberi perlindungan hukum dan rasa aman

hak cipta secara timbal balik antara ciptaan bangsa kita dengan bangsa lain yang sama-sama bergabung dalam WTO, terutama dengan berlakunya pasar bebas.38

Pada persetujuan TREPs, khususnya Pasal 7 menentukan konsep dasar sasaran perlindungan dan penegakan hukum (law enforcement) terhadap HKI yang ditujukan untuk memacu penemuan baru di bidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta

penyebaran teknologi dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan pengguna pengetahuan tentang teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang kesejahteraan

sosial dan ekonomi, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Perlindungan itu didasarkan pada masalah pokok ruang lingkup berlakunya hak cipta dengan dua prinsip dasar, yakni utilitarian-non utilitarian or junctional-non functional dichotomy and idea

37

Damian, Eddy, Ibid, hal 34 38

(40)

expression dichotomy. Artinya, adanya dikotomi pada kegunaan-ketidakgunaan atau

berfungsi-tidak berfungsi dan munculnya gagasan dari ciptaan tersebut.39

Penjabaran dari kesepakatan internasional mengenai hak cipta yang diratifikasi oleh Indonesia terdapat pada ketentuan UU No. 19 Tahun 2002. Pada Pasal 12 ayat (1)

UU No. 19 Tahun 2002 menentukan ciptaan yang dapat dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni yang meliputi hasil karya (a) buku, program komputer, pamplet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis

lain, (b) ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu, (c) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, (d) lagu atau musik

dengan atau tanpa teks, (e) drama atau drama musikal, tari, koreografl, pewayangan, dan pantomim, (f) seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan (g) arsitektur, (h) peta, (i) seni

batik, (j) fotografi, (k) sinematografi, dan (1) terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Sebaliknya, pada isi Pasal 13

menentukan pula dianggap tidak ada suatu hak cipta atas (a) hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara, (b) peraturan perundang-undangan, (c) pidato kenegaraaan dan Pidato pejabat Pemerintah, (d) putusan pengadilan atau penetapan hakim, atau (e) keputusan

badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya. Setiap ciptaan seseorang, kelompok orang ataupun korporasi (badan hukum)

dilindungi oleh undang-undang karena pada ciptaan itu otomatis melekat hak cipta yang seyogianya harus dapat dihormati dan dipatuhi oleh orang lain. Perlindungan hukum itu dimaksudkan agar hak pencipta secara ekonomis dapat dinikmati dengan tenang dan

39

(41)

aman mengingat cukup lamanya diatur undang-undang waktu perlindungan tersebut. Masa berlaku perlindungan hak cipta secara umum adalah selain hidup pencipta dan terus

berlangsung hingga 50 tahun setelah penciptanya meninggal dunia yang dimulai sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh

umum, diterbitkan, atau setelah penciptanya meninggal dunia (UU No. 19 Tahun 2002 Pasal 34).

Setiap pencipta atau pemegang izin hak cipta bebas untuk dapat menggunakan

hak ciptanya, akan tetapi undang-undang menentukan pula adanya pembatasan terhadap penggunaan hak cipta itu. Pembatasan tersebut dimaksudkan supaya para pencipta dalam

kegiatan kreatif dan inovatifnya tidak melanggar norma-nonna atau asas kepatutan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, terutama di negara hukum seperti Indonesia mengingat hasil ciptaan umumnya akan dijual ke pasar (dalam dan luar negeri)

untuk memperoleh keuntungan ekonomis bagi para pencipta atau pemegang izin guna dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Oleh karena sudah ditentukan pembatasan oleh

ketentuan undang-undang, maka kebebasan penggunaan hak cipta tidak boleh melanggar pembatasan tersebut. Apabila pembatasan tersebut dilanggar oleh pencipta dan pemegang izin hak cipta, maka pencipta akan memperoleh sanksi hukum.

Adapun pembatasan penggunaan hak cipta yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun dapat dibagi dalam tiga hal: Pertama, kesusilaan dan ketertiban umum. Keterbatasan

penggunaan hak cipta tidak boleh melanggar pada kesusilaan dan ketertiban umun. Contoh hak cipta yang melanggar kesusilaan adalah penggunaan hak untuk mengumumkan atau memper-banyak kalender bergambar wanita/pria telanjang,

(42)

memperbanyak dan menyebarkan buku yang berisi ajaran yang membolehkan wanita bersuami lebih dari satu (poliandri). Kedua, fungsi sosial hak cipta. Kebebasan

penggunaan hak cipta tidak boleh meniadakan/mengurangi fungsi sosial dari pada hak cipta. Fungsi sosial hak cipta adalah memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk

memanfaatkan ciptaan itu guna kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahan pemecahan masalah, pembela-an perkara di pengadilan, bahan ceramah dengan menyebutkan sumbernya secara lengkap. Ketiga, pemberian lisensi wajib. Kebebasan

penggunaan hak cipta tidak boleh meniadakan kewenangan dari negara untuk mewajibkan pencipta/pemegang hak cipta memberikan lisensi (compulsory licensing)

kepada pihak lain untuk menerjemahkan atau memperbanyak hasil ciptaannya dengan imbalan yang wajar. Pemberian lisensi wajib didasarkan pada pertimbangan tertentu, yakni bila negara meman-dang perlu atau menilai suatu ciptaan sangat penting artinya

bagi kehidupan masyarakat dan negara, misalnya untuk tujuan pendidikan, pengajaran, ilmu pengetahuan, penelitian, pertahanan, keamanan, dan ketertiban masyarakat yang

membutuhkan pemakaian ciptaan tersebut. 40

Televisi merupakan media audiovisual sehingga penonton dapat melihat produk yang diiklankan di televisi secara maksimal. Semenjak munculnya beberapa televisi Pembatasan penggunaan hak cipta adalah sebagai upaya keseimbangan hak antara pencipta dengan kepentingan masyarakat. Artinya, penggunaan hak cipta oleh pencipta

diharapkan akan mewujudkan pula keadilan dalam kehidupan.

F. Karakteristik Iklan Televisi dan Televisi Sebagai Media Iklan

40

(43)

swasta, semenjak itu pula iklan televisi menjadi primadona media beriklan.41 Televisi merupakan media yang banyak disukai kalangan pengiklan karena akibat yang

ditimbulkannya. Televisi menggunakan warna, suara, gerakan, dan musik. Selain itu pemirsanya dapat diseleksi menurut jenis program dan waktu tayangannya.42 Televisi

adalah media yang mampu menjangkau wilayah luas, dapat dimanfaatkan oleh semua pengiklan untuk tes pemasaran atau peluncuran suatu produk baru. Dengan demikian, iklan di televisi mempunyai karakteristik sebagi berikut.43

41

Frank Jefkins, Op.Cit, hlm 77 42

Astrid Susanto, Op.Cit, hlm 59 43

Hafied Cangara, Op.Cit, hlm 48

1. Pesan dari produk dapat dikomunikasikan secara total, yaitu audio, visual, dan gerak.

Hal ini mampu menciptakan kelenturan bagi pekerja kreatif untuk mengkombinasikan

gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, humor, dan lain-lain. 2. Iklan di televisi memiliki sarana paling lengkap untuk eksekusi

3. Iklan ditayangkan secara sekelebat.

Semenjak munculnya beberapa televisi swasta, semenjak itu pula iklan televisi menjadi primadona media beriklan. Tlevisi merupakan media yang banyak disukai

kalangan pengiklan karena akibat yang ditimbulkannya. Televisi menggunakan warna, suara, gerakan, dan musik. Selain itu pemirsanya dapat diseleksi menurut jenis program dan waktu tayangannya. Televisi adalah media yang mampu menjangkau wilayah luas,

(44)

BAB III

SANKSI TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN UNTUK

PELANGGAR HAK CIPTA IKLAN DI TV

A. Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Cipta

Umumnya pelanggaran hak cipta didorong untuk mencari keuntungan

finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pencipta dan pemegang izin hak cipta. Perbuatan para pelaku jelas melanggar fatsoen hukum yang menentukan agar

setiap orang dapat mematuhi, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain dalam hubungan keperdataan termasuk penemuan baru sebagai ciptaan orang lain yang diakui sebagai hak milik oleh ketentuan hukum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi warga masyarakat untuk melanggar HKI menurut Parlugutan Lubis antara lain adalah :

1) pelanggaran HKI dilakukan untuk mengambil jalan pintas guna mendapatkan keun-tungan yang sebesar-besarnya dari pelanggaran tersebut;

2) para pelanggar menganggap bahwa sanksi hukum yang dijatuhkan oleh

pengadilan selama ini terlalu ringan bahkan tidak ada tindakan preventif maupun represif yang dilakukan oleh para penegak hukum;

3) ada sebagian warga masyarakat sebagai pencipta yang bangga apabila hasil karyanya ditiru oleh orang lain, namun hal ini sudah mulai hilang berkat adanya peningkatan kesadaran hukum terhadap HKI;

(45)

5) masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli atau palsu (aspal), yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau dengan

kemampuan ekonomi.44

Dampak dari kegiatan tindak pidana hak cipta tersebut telah sedemikian besarnya

merugikan terhadap tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi, hukum dan sosial budaya. Di bidang sosial budaya, misalnya dampak semakin maraknya pelanggaran hak cipta akan menimbulkan sikap dan pandangan bahwa pembajakan sudah merupakan hal

yang biasa dalam kehidupan masyarakat dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar undang-undang (wet delicten). Pelanggaran hak cipta selama ini lebih banyak terjadi pada

negara-negara berkembang (developing countries) karena ia dapat memberikan keuntungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi para pelanggar (pembajak) dengan memanfaatkan kelemahan sistem pengawasan dan pemantauan tindak pidana hak cipta.45

44

Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi Era Global, Cet. 1. Riau: UIR Press, 2001. hlm 64

45

Ibid, hlm 66

Harus diakui, upaya pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran hak cipta selama ini belum mampu membuat jera para pembajak untuk tidak mengulangi

perbuatannya, karena upaya penanggulangannya tidak optimal. Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta antara lain berupa pengambilan, pengutipan, perekaman, pertanyaan dan pengumuman sebagian atau seluruh ciptaan orang lain

dengan cara apa pun tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta, bertentangan dengan undang atau. melanggar perjanjian. Dilarang undang artinya

(46)

1) merugikan pencipta/pemegang hak cipta, misalnya mem-foto kopi sebagian atau selurulnya ciptaan orang lain kemudian dijual/belikan kepada masyarakat luas;

2) merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan

atau;

3) bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya memperbanyak dan menjual video compact disc (vcd) pomo.46

Melanggar perjanjian artinya memenuhi kewajiban tidak sesuai dengan isi kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, misalnya dalam perjanjian

penerbitan karya cipta disetujui untuk dicetak sebanyak 2.000 eksemplar, tetapi yang dicetak/diedarkan di pasar adalah 4.000 eksemplar. Pembayaran royalti kepada pencipta didasarkan pada perjanjian penerbitan, yaitu 2.000 eksemplar bukan 4.000 eksemplar. Ini

sangat merugikan bagi pencipta. Pelanggaran hak cipta menurut ketentuan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) pada tanggal

15 Pebruari 1984 dapat dibedakan dua jenis, yakni :

1) mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan ke dalam ciptaan sendiri seolah-olah ciptaan sendiri atau mengakui ciptaan orang lain seolah-olah ciptaan

sendiri. Perbuatan ini disebut plagiat atau penjiplakan (plagiarism) yang dapat terjadi antara lain pada karya cipta berupa buku, lagu dan notasi lagu, dan

2) mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan sebagaimana yang aslinya tanpa mengubah bentuk isi, pencipta dan penerbit/perekam. Perbuatan ini disebut dengan piracy (pembajakan) yang banyak dilakukan pada

46

(47)

ciptaan berupa buku, rekaman audio/video seperti kaset lagu dan gambar (vcd), karena menyangkut dengan masalah a commercial scale.

Pembajakan terhadap karya orang lain seperti buku dan rekaman adalah salah satu bentuk dari tindak pidana hak cipta yang dilarang dalam undang-undang hak cipta.

Pekerjaannya liar, tersembunyi dan tidak diketahui orang banyak apalagi oleh petugas penegak hukum dan pajak. Pekerjaan tersembunyi ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari penangkapan pihak kepolisian. Para pembajak tidak akan mungkin menunaikan

kewajiban hukum untuk membayar pajak kepada negara sebagaimana layaknya warga negara yang baik. Pembajakan merupakan salah satu dampak negatif dari kemajuan iptek

di bidang grafika dan elektronika yang dimanfaatkan secara melawan hukum (illegal) oleh mereka yang ingin mencari keuntungan dengan jalan cepat dan mudah.47

a. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan atau

memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain melanggar larangan untuk mengumumkan, memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijak-sanaan pemerintah di

bidang pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan dan ketertiban umum; Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 menentukan pula bentuk perbuatan pelanggaran

hak cipta sebagai delik undang-undang (wet delict) yang dibagi tiga kelompok, yakni :

b. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu

ciptaan atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain penjualan buku dan vcd bajakan;

47

(48)

c. Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer.

Dari ketentuan Pasal 72 tersebut, ada dua golongan pelaku pelanggaran hak cipta yang dapat diancam dengan sanksi pidana. Pertama, pelaku utama adalah perseorangan

maupun badan hukum yang dengan sengaja melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang. Termasuk pelaku utama ini adalah penerbit, pembajak, penjiplak dan pencetak. Kedua, pelaku pembantu adalah pihak-pihak yang menyiarkan, memamerkan

atau menjual kepada umum setiap ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang hak cipta. Termasuk pelaku pembantu ini adalah

penyiar, penyelenggara pameran, penjual dan pengedar yang menyewakan setiap ciptaan hasil kejaha

Referensi

Dokumen terkait