• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Pajanan Mangan Dalam Air Melalui Intake Oral Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Sekitar TPA Rawakucing Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Risiko Pajanan Mangan Dalam Air Melalui Intake Oral Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Sekitar TPA Rawakucing Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2007"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

H

HHAAASSSIIILL LPPPEEENNNEEELLLIIITTTIIAIAANNN

ANALISIS RISIKO PAJANAN MANGAN DALAM AIR MELALUI

INTAKE ORAL TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI

SEKITAR TPA RAWAKUCING KECAMATAN NEGLASARI

KOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN TAHUN 2007

Taufik Ashar

Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

Background: Manganese is a naturally-occurring element that can be found ubiquitously in the air, soil, and water. Manganese is an essential nutrient for humans and animals. Adverse health effects can be caused by inadequate intake or over exposure. Although manganese is an essential nutrient at low doses, chronic exposure to high doses may be harmful. Regardless, the nervous system has been determined to be the primary target organ with neurological effects generally observed. Aim: The objective of the study is to assess the health risk of manganese exposure from the well drinking water intake. Design: This study was done in Final Disposal Site Rawakucing area and out of this area. The number of subjects sampled were 114 and 117, respectively. Study design is crossectional with hypotesis test. Result: The result showed that the average manganese concentration was 4.3 mg/l (SD=2.8873), 0.300 mg/l (SD=0.1888) respectively. The result was significant different statistically (p<0.05) for manganese concentration from two study area. The average RQ showed 0.2347 (SD=0.5095) for RQ in Disposal Site Area and 0.2955 (SD=0.2465) for RQ in out of Disposal Site Area. The result was significant different statistically (p<0.05) for RQ value, with OR=8.109 (95% CI = 2.668-24.650). Conclusion: It is recomended that The Government of Tangerang City should changed open dumping system in Disposal Site Rawakucing Area to sanitary landfill. District Health of Tangerang City especially, should be able to apply risk management to the community in the Disposal Site Rawakucing Area.

Keywords: Manganese, Disposal site area, Health risk assessment, Risk quetient

PENDAHULUAN

Mangan merupakan unsur yang secara alami banyak terdapat di udara, air, dan tanah. Mangan juga merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan (Leach dan Harris, 1997; U.S. EPA, 2003). Mangan diperlukan berbagai enzim seluler pada tubuh manusia dan hewan seperti manganese superoxide dismutase dan pyruvate carboxylase, serta mengaktifasi enzim lainnya yaitu: kinase, decarboxylase, transferase, dan hydrolase (WHO, 2002).

Konsumsi yang kurang atau berlebihan dapat menyebabkan dampak yang buruk untuk kesehatan. Manusia terutama terpapar mangan dari makanan.

(2)

cukup tinggi seumur hidup, menyebabkan gejala-gejala neurologi dan peningkatan retensi mangan (ditandai dengan tingginya konsentrasi mangan pada rambut) pada penduduk yang berusia di atas 50 tahun.

Sebuah komunitas kecil di Jepang yang terdiri dari 25 orang mengkonsumsi air minum dari sumur yang tercemar mangan pada konsentrasi tinggi dengan sumber pencemaran berasal dari sel-sel baterai kering yang dikubur tidak jauh dari sumur penduduk, dan telah mengkonsumsi air tersebut selama kurang lebih 3 bulan (Kawamura et al., 1941). Perkiraan konsentrasi mangan hampir mencapai 29 mg/L (58 mg/hari atau sekitar 1 mg/kg-hari dengan asumsi berat bedan 60 kg). Gejala-gejala yang timbul adalah letargi, peningkatan tonus otot, tremor, gangguan mental, dan bahkan kematian.

Meskipun air tanah dan air permukaan secara alamiah mengandung mangan namun tambahan konsentrasi mangan dapat terjadi akibat adanya leachate

(cairan lindi). Cairan lindi adalah cairan yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), besi (Fe), khlorida (Cl), sulfat (SO4), fosfat (PO4), seng (Zn), nikel (Ni), karbon dioksida (CO2), air (H2O), gas nitrogen (N2), amoniak (NH3), asam sulfida (H2S), asam organik dan gas hidrogen (H2) (Soemirat, 1999). Tharanit (1992) melakukan studi karakteristik leachate di On-nuch, sebuah kawasan tempat pembuangan sampah dengan sistem open dumping di Bangkok Thailand. Konsentrasi mangan yang terdeteksi adalah sekitar 0,01 – 2,88 ppm.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang (2006) melakukan pengambilan sampel terhadap seluruh sumur penduduk di sekitar TPA Rawakucing. Dari hasil pemeriksaan parameter kimia, seluruh sumur menunjukkan konsentrasi mangan berada di atas kadar maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/SK/ IX/90 tentang Persyaratan kualitas Air Bersih yaitu 0,5 mg/L. Konsentrasi mangan terendah adalah 1,61 mg/L dan konsentrasi tertinggi 13,95 mg/L.

Rumusan Masalah

Masyarakat di kawasan TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten sangat rentan terhadap terjadinya gangguan kesehatan akibat tingginya konsentrasi mangan pada air sumur mereka yang jauh melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini melakukan analisis risiko dampak mangan dalam air sumur terhadap kesehatan masyarakat di kawasan TPA Rawakucing.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk menganalisa besaran risiko gangguan kesehatan masyarakat di sekitar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten terhadap efek non-karsinogen mangan akibat mengkonsumsi air dari sumur yang mengandung mangan pada tahun 2007.

Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisa rata-rata konsentrasi mangan dalam air sumur di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

2. Untuk menganalisa rata-rata laju asupan air yang mengandung mangan yang diperoleh dari sumur pada masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

3. Untuk menganalisa rata-rata durasi atau lama pajanan terhadap konsumsi air yang mengandung mangan yang diperoleh dari sumur pada masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

4. Untuk menganalisa rata-rata berat badan masyarakat yang mengkonsumsi air yang diperoleh dari sumur yang mengandung mangan di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

(3)

6. Untuk menganalisa ada tidaknya perbedaan besar risiko gangguan kesehatan masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007 akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan.

Hipotesa

Ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan antara masyarakat yang tinggal di TPA Rawakucing dengan masyarakat yang tinggal di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain

cross sectional analitik.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dalam lingkungan TPA Rawakucing, RT 04 RW 04 kelurahan Kedaung Wetan dan RT 02 RW 02 kelurahan Kedaung Baru. Untuk pemeriksaan sampel air (analisis konsentrasi logam mangan dalam air sumur) dilakukan di Laboratorium Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Depok. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Juni 2007.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing yang masih berdekatan dengan kawasan TPA Rawakucing di kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

Populasi obyek pada penelitian ini adalah seluruh sumur yang ada di TPA dan di luar TPA Rawakucing yang masih berdekatan dengan kawasan TPA Rawakucing di kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat berusia ≥ 18 tahun yang tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing dan telah bermukim selama minimal 2 bulan. Lama mukim responden minimal 2 bulan didasarkan pada penelitian Kawamura et al. (1942) yang menemukan bahwa gejala-gejala

gangguan saraf telah muncul setelah terpajan mangan dalam air minum dalam kurun waktu 2-3 bulan. Unit analisis adalah individu yang mengkonsumsi air yang berasal dari sumur yang berada di lingkungan komplek TPA Rawakucing.

Sampel sumur yang akan diambil adalah sumur yang airnya dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten tahun 2007.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang dipakai adalah 114 orang untuk kelompok subyek di TPA dan 177 orang untuk kelompok subyek di luar TPA dengan pembagian 98 orang di RT 04 RW 04 kelurahan Kedaung Wetan dan 79 orang di RT 02 RW 02 kelurahan Kedaung Baru. Jumlah sampel sumur yang dianalisa adalah sebanyak 27 titik sampel sumur, 7 (tujuh) sumur di TPA Rawakucing dan 20 sumur di luar TPA dengan perincian masing-masing diambil 10 (sepuluh) sampel air sumur dari RT 04 RW 04 kelurahan Kedaung Wetan dan 10 (sepuluh) sampel air sumur dari RT 02 RW 02 kelurahan Kedaung Baru.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dari data hasil pengisian kuesioner, hasil penimbangan berat badan dan hasil pemeriksaan konsentrasi mangan dalam air sumur.

Data kuesioner diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan responden yang tinggal di lokasi penelitian. Sebelum dilakukan wawancara maka peneliti menanyakan kesediaan responden untuk dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini. Data antropometri diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan responden. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung asupan (intake) mangan dalam air yang masuk ke tubuh manusia melalui jalur oral (saluran pencernaan).

Pengolahan Data Analisis Risiko

(4)

terhadap konsumen. Data asupan konsentrasi mangan dalam air minum diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut (Kolluru R. V., et al, 1996).

Untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan yang akan terjadi dari masing-masing individu, maka dilakukan perhitungan RQ sesuai dengan persamaan berikut:

Hasil perhitungan RQ dapat menunjukkan tingkat risiko kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi air minum yang mengandung mangan. Apabila RQ<1 menunjukkan pajanan masih berada di bawah batas normal dan penduduk yang mengkonsumsi air tersebut aman dari risiko kesehatan oleh mangan sepanjang hidupnya. Sedangkan, bila RQ>1 menunjukkan pajanan berada di atas batas normal dan penduduk yang mengkonsumsi air tersebut memiliki risiko kesehatan oleh mangan sepanjang hidupnya.

Analisis Data

Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji chi-square karena baik variabel independen maupun variabel dependen merupakan data kategorik (data numerik yang sudah diubah menjadi dua kelompok), begitu pula dengan variabel kovariat merupakan data kategorik (tempat

tinggal) dan keempat variabel kovariat lainnya yang juga telah diubah dari data numerik menjadi data kategorik. Uji ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua kelompok sampel (Hastono, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur Dari hasil pemeriksaan dari 27 titik sumur (Tabel 1) di lokasi penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada konsentrasi mangan antara sumur di TPA dan di luar TPA. Rata-rata (mean) konsentrasi mangan dari ketujuh air sumur di TPA adalah 4,3 mg/l, sedangkan rata-rata (median) ke-20 air sumur di luar TPA Rawakucing adalah 0,300 mg/l (Tabel 2).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/SK/ IX/90 tentang Persyaratan kualitas Air Bersih menyebutkan bahwa konsentrasi mangan maksimal adalah 0,5 mg/l. Berdasarkan Permenkes ini, maka dari tujuh titik sumur yang ada di TPA, hanya satu sumur yang konsentrasi mangannya masih di bawah kadar maksimal yang diperbolehkan, sedangkan selebihnya konsentrasi mangannya melebihi kadar yang diperbolehkan dengan konsentrasi tertinggi mencapai 7,7 mg/l (Tabel 1). Sebagai perbandingan, untuk konsentrasi mangan dari 20 titik sumur yang diperiksa di luar TPA Rawakucing hanya 3 titik sumur yang konsentrasi mangannya melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan, dengan konsentrasi tertinggi adalah 0,8 mg/l. Secara total keseluruhan maka terdapat enam titik sumur di lokasi penelitian yang tidak memenuhi syarat untuk konsentrasi mangan.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan mangan di lokasi penelitian

Lokasi Pemeriksaan Nomor Sumur Konsentrasi Mangan (mg/l) TPA Rawakucing

7. 0,3 1. 0,2 2. 0,2 RT 02 RW 02 Kelurahan Kedaung Baru

(5)

Lokasi Pemeriksaan Nomor Sumur Konsentrasi Mangan (mg/l)

4. 0,3 5. 0,2 6. 0,5 7. 0,5 8. 0,6 9. 0,2 10. 0,5

1. 0,5 2. 0,7 3. 0,2 4. 0,3 5. 0,2 6. 0,8 7. 0,3 8. 0,2 9. 0,4 RT 04 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan

10. 0,5

Tabel 2. Distribusi konsentrasi mangan (mg/l) dalam air sumur menurut tempat tinggal responden di TPA dan di luar TPA Rawakucing Tahun 2007

Tempat Tinggal Responden

N Mean Median

Min Maks

SD p-value

Kolmogorov-Smirnov

TPA 7 4,3

5,7

0,3 7,7

2,8873 0,177

Luar TPA 20 0,375

0,300

0,2 0,8

0,1888 0,010

Tabel 3. Distribusi Statistik Deskriptif Variabel Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), dan Besar Risiko (RQ) gangguan kesehatan masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007

Variabel Mean Median

Min Maks

95% CI SD p-value Kolmogorov-

Smirnov Konsentrasi Mangan dalam

Air Sumur (mg/l)

1,393 0,5000

0,2-7,7 0,506-2,279 2,2410 0,000

Frekuensi Pajanan (hari/tahun)

Data tidak dapat diolah karena homogen (Frekuensi pajanan adalah 365 hari/tahun) Laju Asupan Konsumsi Air

(l/hari)

2,1006 2,0833

0.1167 3,3333

2,0408-2,1605 0,5186 0,000

Durasi Pajanan (Tahun) 20,7795

19

0,33 80

18,5179-23,04 19,6018 0,000

Berat Badan Responden (Kg)

51,06 50

30 76

50,14-51,98 7,978 0,000

Intake mangan 0,0175 0,0132

0,0003 0,0889

0,0155-0,0196 0,0176 0,000

Besar Risiko (RQ) Kesehatan Masyarakat

0,3731 0,2796

0,0062 1,8913

(6)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), Besar Risiko Kesehatan (RQ) Masyarakat, dan jumlah responden menurut tempat tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007

Variabel Jumlah Persentase (%)

Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur > 0,5 mg/l

Laju Asupan Konsumsi Air (R) > 2 l/hari

Durasi Pajanan (Dt) > 19 tahun

Berat Badan Responden (Wb) > 50 kg

Tempat Tinggal Responden: - TPA

Besar Risiko (RQ) Kesehatan Masyarakat > 1

Tabel 5. Hasil Analisa Chi Square Distribusi Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), dan Besar Risiko (RQ) gangguan kesehatan masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007

Besar Risiko (RQ) Gangguan Kesehatan RQ > 1 RQ ≤ 1 VARIABEL

N % N % p-value

OR 95% CI

Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C)

0,000 31,036 4,149-236,191

Laju Asupan Konsumsi Air (R)

Durasi Pajanan (Dt) > 19 tahun

Berat Badan Responden (Wb)

Tempat Tingal Responden

(7)

Tabel 6. Distribusi Besar Risiko Kesehatan (RQ) masyarakat menurut tempat tinggal responden di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007

Variabel Mean Median

Min Maks

95% CI SD p-value Kolmogorov-

Smirnov

TPA Rawakucing 0,4312

0,2347

0,0062 1,8913

0,3367-0,5257 0,5095 0,000

Di luar TPA Rawakucing 0,3356

0,2955

0,0177 1,7576

0,2990-0,3721 0,2465 0,000

Laju Asupan Konsumsi Air yang Mengandung Mangan

Rata-rata (median) laju asupan konsumsi air di lokasi penelitian adalah 2,0833 l/hari (Tabel 3). Laju asupan konsumsi air di lokasi penelitian ini tidak berbeda jauh dengan anjuran kesehatan dalam hal pola minum dengan meminum sekurangnya 2 liter air per hari.

Dari hasil uji beda (Tabel 5) diperoleh kesimpulan ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang mengkonsumsi air yang melebihi 2 liter per hari dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi 2 liter per hari. Dengan nilai OR 4,740, maka disimpulkan responden yang mengkonsumsi air yang melebihi 2 liter per hari mempunyai peluang 4,740 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi 2 liter per hari.

Jika dinilai secara populasi maka dengan laju asupan air dengan tidak melebihi 2 liter/hari, maka masyarakat masih aman mengkonsumsi air dari sumur di lokasi penelitian tapi jika dinilai secara individu tidak demikian halnya. Karena masing-masing individu akan jelas berbeda besar risiko (RQ) gangguan kesehatannya karena variabilitas faktor-faktor yang menentukan besarnya risiko, yaitu karakteristik antropometri dan pola pajanan.

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang diperoleh dari penelitian maka diperoleh nilai rata-rata (median) asupan adalah 0,013 mg/kg.hari. Apabila diambil nilai rata-rata berat badan populasi penelitian adalah 50 kg, maka asupan mangan yang diperoleh dari air minum di lokasi penelitian adalah 0,65 mg/hari. Jika dibandingkan dengan kisaran asupan yang masih aman dan adekuat untuk orang dewasa menurut Badan Gizi dan Makanan USA (2-5 mg/hari) atau

kisaran yang direkomendasikan Komite sains Uni-Eropa (1-10 mg/hari), maka asupan mangan pada populasi di wilayah penelitian melalui air minum tentu saja masih kurang. Hal ini disebabkan karena penelitian ini tidak melakukan perhitungan asupan mangan dari sumber lain, sehingga belum dapat ditentukan apakah populasi yang diteliti mengalami defisiensi mangan atau tidak.

Durasi Pajanan

Rata-rata (median) durasi pajanan di lokasi penelitian adalah 19 tahun dengan durasi pajanan terendah adalah 0,33 tahun (4 bulan) dan terlama 80 tahun. Dari 291 responden yang diteliti, sekitar 47,1% (137 orang) telah terpajan mangan selama lebih dari 19 tahun (Tabel 3). Dari uji statistik (Tabel 5) diperoleh nilai OR 0,227, sehingga disimpulkan bahwa responden yang mengkonsumsi air yang mengandung mangan lebih dari 19 tahun memiliki peluang 0,227 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan atau konsumsi selama lebih dari 19 tahun akan melindungi repsonden sebanyak 4,41 kali. Hal ini bertolak belakang dengan hasil-hasil penelitian yang telah pernah dilakukan. Kaitannya dengan hasil penelitian ini adalah karena distribusi responden yang terpajan mangan yang lebih dari 19 tahun dan memiliki RQ > 1 hanya 2,9% (lihat lampiran), sehingga distribusi durasi pajanan terpusat pada kelompok responden yang terpajan mangan lebih dari 19 tahun yaitu sebanyak 97,1%. Dengan kata lain, variabel durasi pajanan dalam penelitian ini tidak merupakan data yang baik untuk dianalisis karena memiliki sebaran data yang homogen, sehingga hasil analisis tidak menggambarkan atau tidak sesuai dengan teori yang ada.

(8)

epidemiologi yang dilakukan di Yunani meneliti kemungkinan adanya hubungan pajanan kronik (lebih dari 10 tahun) mangan dari air minum dan efek neurologi pada orang-orang yang sudah tua yang berusia lebih dari 50 tahun (Kondakis et al. 1989). Peneliti membagi area studi menjadi 3 wilayah berdasarkan perbedaan konsentrasi mangan dalam suplai air minum. Konsentrasi mangan di wilayah A adalah 3,6-14,6 μg/L, wilayah B memiliki konsentrasi 81,6-252,6

μg/L, dan wilayah C memiliki konsentrasi 1.800 sampai 2.300 μg/L. Efek neurologi dievaluasi dengan pemeriksaan neurologi dengan mengevaluasi tingkat keparahan dari 33 gejala (seperti kelemahan/fatigue, kelainan gaya berjalan, tremor, dan distonia) dari seluruh subjek penelitian. Hasil dari pemeriksaan neurologi dinyatakan dalam bentuk skor composite. Skor neurologi yang tinggi mengindikasikan peningkatan frekuensi dan atau semakin beratnya 33 gejala yang dievaluasi. Peneliti menunjukkan bahwa perbedaan skor antara wilayah C dan wilayah A secara statistik bermakna (Tes Mann-Whitney, z=3,16, p=0,002), yang menandakan adanya gangguan neurologik pada penduduk yang tinggal di wilayah C. Dari analisis berikutnya, regresi logistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara wilayah A dan C ketika umur dan jenis kelamin diikutsertakan dalam analisis.

Berat Badan

Dalam analisis risiko, berat badan akan mempengaruhi besarnya nilai risiko dan secara teoritis semakin berat badan seseorang maka semakin kecil kemungkinannya untuk berisiko mengalami gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini, dari hasil uji baivariat (Tabel 5) diperoleh nilai p = 0,186 dan nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 (0,179-1,245), sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang memiliki berat badan lebih dari 50 kg dengan responden yang memiliki berat badan kurang dari atau sama dengan 50 kg. Tentu saja, ini bertentangan dengan teori yang ada. Seharusnya sesuai dengan perhitungan matematis besar RQ akan berbanding terbalik dengan berat badan, artinya semakin kecil berat badan seseorang maka besar risiko (RQ) individu tersebut akan semakin besar.

Kaitannya dengan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari hasil analisa bivariat menunujukkan bahwa distribusi responden yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg dan memiliki RQ > 1 hanya 9,6% (lihat lampiran), sehingga distribusi responden cenderung terpusat pada responden dengan berat badan kurang dari atau sama dengan 50 kg yaitu 90,4%. Sama halnya dengan variabel durasi pajanan, variabel berat badan dalam penelitian ini bukan merupakan variabel yang baik untuk dianalisis karena memiliki sebaran data yang homogen, sehingga hasil analisis tidak menggambarkan atau tidak sesuai dengan teori yang ada.

Besar Risiko

Penelitian ini menghasilkan 291 nilai RQ. Dari dua kelompok lokasi yang diteliti yaitu kelompok populasi di TPA dan kelompok populasi yang bermukim di luar TPA, yang memiliki RQ > 1 terdapat sebanyak 22 responden atau sebanyak 7,6% dari seluruh responden yang diperiksa. Dan dari 22 responden yang memiliki RQ > 1 terdapat 18 responden (81,8%) bermukim di TPA (Tabel 5). Dengan nilai OR 8,109, dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang tinggal di TPA Rawakucing mempunyai peluang 8,109 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi mangan yang terkandung dalam air dibandingkan dengan responden yang tinggal di luar TPA Rawakucing.

(9)

memiliki RQ lebih dari 1 dengan berat badan kurang dari 50 kg hanya 9,6% responden.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata (median) besaran risiko di lokasi penelitian adalah 0,2796. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di lokasi penelitian berdasarkan parameter populasi belum memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi mangan dari air sumur yang ada di lokasi penelitian. Namun demikian, bila dikelompokkan berdasarkan pajanan mangan dari air sumur, maka terdapat 129 orang (44,3%) di lokasi penelitian yang terpajan mangan pada konsentrasi yang melebihi kadar yang diperbolehkan dan yang memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan akibat mangan ada sebanyak 21 responden (16,3%). Sementara itu hanya ada 1 responden yang memiliki RQ>1 yang mengkonsumsi mangan di bawah kadarr yang diperbolehkan.

Dari analisa hubungan konsentrasi mangan pada air sumur dengan besar risiko (RQ) menghasilkan nilai p = 0,000 dan nilai interval kepercayaan yang tidak mencakup angka 1 (4,149-236,191), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang mengkonsumsi air yang mengandung mangan melebihi kadar maksimal dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi kadar maksimal. Dengan nilai OR 31,036, dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang mengkonsumsi air yang mengandung mangan melebihi kadar maksimal mempunyai peluang 31,036 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi mangan yang terkandung dalam air dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi kadar maksimal.

Dengan demikian, penetapan 0,5 mg/l sebagai cut off point konsentrasi maksimal mangan dalam air bersih yang diperbolehkan menurut Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang persyaratan air bersih untuk parameter kadar maksimal mangan masih cukup aman untuk melindungi populasi di tempat penelitian ini dilakukan.

Gangguan kesehatan yang dapat timbul akibat toksisitas mangan yang pernah diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bleich et al. (1999) mempublikasikan laporan kasus mengenai efek neurologi yang terjadi pada lelaki dewasa yang menelan sekitar 1,8 mg/kg-hari Kalium permanganat (0,62 mg Mn) selama 4 minggu dengan periode follow up

selama 14 tahun. Sebagian besar gejala yang dicatat adalah kekakuan pada otot, nyeri otot, hypersomnia, meningkatnya libido, berkeringat, fatigue, dan kecemasan.

2. Intoksikasi mangan terjadi pada lelaki berusia 62 tahun yang menerima nutrisi parenteral total yang mengandung 2,2 mg setiap hari selama 23 bulan (Ejima et al., 1992). Konsentrasi ini sebanding dengan dosis 0,023 mg Mn/kg-hari untuk seorang dewasa yang berbobot 70 kg. Konsentrasi mangan dari hasil pemeriksaan darah penderita meningkat. Penderita menunjukkan tanda-tanda disartria, kekakuan ringan, hipokinesia dengan gambaran ’muka topeng’, gaya berjalan yang terpatah-patah (halting gait), dan gangguan reflex-reflex postural yang parah, dan diagnosis untuk kelainan ini adalah Parkinson. Dengan asumsi rata-rata absorbsi sebesar 5% melalui pajanan oral, dosis 2,2 mg Mn/hari secara intravena akan ekuivalen dengan intake oral sebanyak 40 mg Mn/hari (US EPA, 1993).

3. Gangguan kesehatan yang dilaporkan Kawamura et al. (1941) adalah lethargy,

peningkatan tonus otot, tremor, dan gangguan mental diakibatkan oleh ingesti mangan yang mengkontaminasi air sumur. Sumber kontaminasi adalah

(10)

daripada konsentrasi yang diukur pada 2 kontrol autopsi lainnya. Perubahan makroskopik dan mikroskopik yang mencolok terlihat pada jaringan otak, khususnya di wilayah globus pallidus. 4. Sebuah studi epedemiologi diidentifikasi

untuk mencari kaitan antara pajanan tinggi mangan melalui oral dengan kejadian neurotoksisitas pada anak-anak. Efek samping neurologi yang ditandai dengan penurunan kemampuan belajar di sekolah dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia 11-13 tahun yang terpajan konsentrasi mangan yang berlebihan melalui ingesti air minum yang terkontaminasi dan mengkonsumsi makanan yang terbuat dari tanaman gandum yang disirami dengan air kotor (Zhang et al., 1995).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsentrasi rata-rata mangan dalam air

sumur di TPA Rawakucing adalah 4,3 mg/l (SD=2,8873 mg/l). Sedangkan di luar TPA Rawakucing adalah 0,3000 mg/l (SD=0,1888 mg/l).

2. Rata-rata (median) laju asupan konsumsi air di lokasi penelitian adalah 2,0833 liter per hari.

3. Rata-rata (median) durasi pajanan terhadap konsumsi air yang mengandung mangan di lokasi penelitian adalah 19 tahun.

4. Rata-rata (median) berat badan orang di lokasi penelitian adalah 50 kg.

5. Besaran risiko kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan di lokasi penelitian adalah 0,2796. Proporsi masyarakat di TPA Rawakucing dan di luar TP Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang Provinsi Banten pada tahun 2007, yang mempunyai besaran risiko lebih dari satu (RQ > 1) dan mengkonsumsi mangan yang melebihi kadar yang diperbolehkan adalah 16,3%. 6. Rata-rata besaran risiko (RQ) gangguan

kesehatan akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan pada masyarakat yang tinggal di TPA Rawakucing adalah 0,2347 dan rata-rata besaran risiko (RQ)

gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di luar TPA Rawakucing adalah 0,2955.

7. Ada perbedaan konsentrasi mangan dalam air-air sumur yang ada di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang Provinsi Banten pada tahun 2007.

8. Ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan antara masyarakat yang tinggal di TPA Rawakucing dengan masayarakat yang tinggal di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang Provinsi Banten pada tahun 2007.

SARAN

Diharapkan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang agar mempertimbangkan perubahan sistem pengelolaan TPA di Rawakucing. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan sistem sanitary landfill. Dengan sistem ini, cairan lindi tidak akan mencemari air permukaan dan air tanah di kawasan atau sekitar TPA, karena cairan lindi akan tertampung di kolam pengolah lindi.

Langkah lain yang dapat dipertimbangkan oleh Pemkot Tangerang adalah dengan membuat pengolahan air komunal yang dapat menghasilkan air yang layak dan aman untuk dikonsumsi warga masyarakat di sekitar Rawakucing.

Untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang diharapkan mampu melakukan upaya manajemen/pengelolaan risiko bagi anggota masyarakat dengan RQ>1. Dengan melakukan manajemen risiko diharapkan anggota masyarakat yang memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan di kemudian hari akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan dapat terhindar.

DAFTAR PUSTAKA

Bleich S.et al. 1999. Chronic manganism: Fourteen years follow-up. J. Neuropsych. Clin. Neuro. 11:117.

Ejima, A. et al. 1992. Manganese intoxication during total parenteral nutrition [letter]. Lancet 339: 426. Kawamura et al. 1941. Intoxication by

(11)

Kolluru, R. V., Bartel & Pitblado, R. 1996.

Risk Assessment and Managemnet Handbook: for Environmental, Health, and Safety Professional, McGraw- Hill, New York

Kondakis et al. 1989. Possible health effects of high manganese concentration in drinking water. Arch. Environ. Health 44(3):175-178.

Leach, R.M., Harris. 1997. Manganese. Clinical Nutrition in Health and Disease, 2 (Handbook of Nutritionally Essential Mineral Elements), 335-355. Soemirat, J. 1999. Kesehatan Lingkungan.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tharanit, T. 1992. The contamination of mercury, cadmium and manganese in leachate from solid waste disposal site of Bangkok Metropolitan Administration. Master’s Thesis, Chulalongkorn University.

U.S. EPA. 1993. Drinking Water Criteria Document for Manganese. Final Draft. U.S. Environmental Protection Agency, Environmental Criteria and Assessment Office, Office of Health and Environmental Assessment. ECAO- CIN-D008. Cincinnati, OH. US EPA. 2003. Health Effects Support

Document for Manganese. U.S. Environmental Protection Agency, Office of Water. EPA. EPA-822-R-03-003. Washington, D.C.

WHO. 2002. Environmental Health Criteria 228: Principles and methods for the assessment of risk from essential trace elements. World Health Organization: Geneva, Switzerland.

Gambar

Tabel 1. Hasil pemeriksaan mangan di lokasi penelitian
Tabel 2. Distribusi konsentrasi mangan (mg/l) dalam air sumur menurut tempat tinggal responden
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), Besar Risiko Kesehatan (RQ) Masyarakat, dan jumlah responden menurut tempat tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007
Tabel 6. Distribusi Besar Risiko Kesehatan (RQ) masyarakat menurut tempat tinggal responden di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konsep tenang dapat diterapkan warna-warna lembut yang elegan (warna-warna pastel) seperi cream, biru muda, biru pucat, biru laut, unggu muda, hijau muda, hijau daun,

Meskipun neuroretinitis bersifat self-limited tapi pada kasus ini pemberian ciprofloxacin disertai asetazolamid menunjukkan outcome yang baik dimana terjadi percepatan

Samakatuwid, hindi pwedeng paghiwalayin ang wika at kultura dahil habang tinutuklas ng tao ang kanyang wika ay tinutuklas din niya kung saang kultura siya nabibilang.. UGNAYAN NG

Bagi mempertingkatkan produktiviti penyelidikan IPT secara amnya dan khasnya bagi UNM, kajian boleh dijalankan dengan membuat pembentukan peraturan dan pematuhan

Dari hasil analisis tersebut didapatkan banyak perjalanan yang terproduksi dalam satu hari serta jumlah perjalanan dari masing – masing variabel seperti: jumlah

Bank Tabungan Negara(persero)cabang medan datang kekantor tepat waktu, karena apabila karyawan datang terlambat ada kaitannya dengan pemotongan isentif.. dikarenakan

Pada akhir dari bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban eksploitasi seksual di Kota Yogyakarta, serta

yang asetnya berupa piutang dan persediaan akan cenderung memilih utang jangka pendek, dan sebaliknya jika perusahaan memiliki aset tetap yang banyak akan cenderung