• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP KETAHANAN AUS KOMPOSITFLY ASH/PHENOLIC UNTUK APLIKASI KAMPAS REM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP KETAHANAN AUS KOMPOSITFLY ASH/PHENOLIC UNTUK APLIKASI KAMPAS REM"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IRON AND GRAPHITE POWDER EFFECT OF FLY ASH COMPOSITES RESISTANCE WEAR / PHENOLIC FOR APPLICATIONS BRAKE

By

MAULANA YUSUF

In Indonesia, a waste product of combustion steam power plants continues to increase, in 2000 the amount of fly ash reached 1.66 million tons, and increased significantly to 2 million tons in 2006. The amount of fly ash generated from year to year is not over in a way that has not been handling. One solution to this problem is to capitalize on fly ash as an alternative to the manufacture of composite materials.

Composite is a combination of two or more substances to form new materials. With a mix of 60% phenolic matrix material, the reinforcing material 5% fly ash, barium sulfate filler 10%, 5% NBR binder and filler with graphite and iron powder ratio of 5%, 10% and 15%. With the method of hot pressing so that the formed composite. This study was conducted to determine the effect of iron powder and graphite to the wear resistance of composite fly ash / phenolic through and abrasion testing to determine the cause of the failure of composites through the observation area of the failure by SEM photograph.

The addition of iron powder and graphite composites can improve the wear resistance of fly ash / phenolic arrive at a certain percentage. Graphite can increase the wear resistance of composite fly ash / phenolic together with iron. The average value of specific high abrasion on the composition of the composite with a composition of 10% iron and 10% graphite with a value of 2.47 x 10-6 mm3 / mm, it is because graphite can be bound either by phenolic and barium sulfate so that the average value of specific abrasion becomes In the composite high observation using SEM images show the bonding between the particles and the matrix. SEM photograph showing a composite with a uniform distribution of particles will produce the wear resistance becomes high, while composites with uneven distribution of particles will cause a void, so that the wear resistance is low.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP KETAHANAN AUS KOMPOSIT FLY ASH/PHENOLIC UNTUK APLIKASI KAMPAS

REM

Oleh

MAULANA YUSUF

Di Indonesia, produk limbah pembakaran pembangkit listrik tenaga uap terus meningkat, pada tahun 2000 jumlah fly ash mencapai 1,66 juta ton, dan meningkat secara signifikan menjadi 2 juta ton pada tahun 2006. Besarnya jumlah fly ash yang dihasilkan dari tahun ke tahun tak seiring dengan cara penanganannya yang belum optimal. Salah satu pemecahan masalah ini adalah dengan memanfaat fly ash sebagai bahan alternatif pembuatan komposit.

Komposit merupakan gabungan dua bahan atau lebih sehingga membentuk material baru. Dengan campuran bahan matriks phenolic 60%, bahan penguat fly ash 5%, bahan pengisi barium sulfat 10%, bahan pengikat NBR 5% dan bahan pengisi dengan perbandingan grafit dan serbuk besi sebanyak 5%, 10% dan 15%. Dengan metode hot pressing sehingga dibentuk komposit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk besi dan grafit terhadap ketahanan aus komposit fly ash/phenolic melalui pengujian abrasi dan untuk mengetahui penyebab kegagalan komposit melalui pengamatan daerah kegagalan dengan foto SEM.

Penambahan serbuk besi dan grafit dapat meningkatkan ketahanan aus komposit fly ash/phenolic sampai pada presentase tertentu. Grafit dapat meningkatkan ketahanan aus pada komposit fly ash/phenolic sama dengan besi. Nilai rata-rata spesifik abrasi tertinggi pada komposit dengan komposisi komposisi 10% besi dan 10% grafit dengan nilai 2.47 x 10-6 mm3/mm, hal ini disebabkan karena grafit dapat diikat baik oleh phenolic dan barium sulfat sehingga nilai rata-rata spesifik abrasinya menjadi tinggi. Pada pengamatan komposit dengan menggunakan foto SEM menunjukkan ikatan antar partikel dan matrik. Foto SEM memperlihatkan komposit dengan persebaran partikel yang merata akan menghasilkan ketahanan ausnya menjadi tinggi, sedangkan komposit dengan persebaran partikel tidak merata akan menimbulkan void, sehingga ketahanan ausnya rendah.

(3)

PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP

KETAHANAN AUS KOMPOSIT

FLY ASH

/

PHENOLIC

UNTUK

APLIKASI KAMPAS REM

Oleh

MAULANA YUSUF

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP

KETAHANAN AUS KOMPOSITFLY ASH/PHENOLIC UNTUK

APLIKASI KAMPAS REM

SKRIPSI

Oleh

MAULANA YUSUF

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses terjadinya keausan adhesive………...22

2. Proses terjadinya keausan abrasive………...23

3. Ilustrasi uji keausan metode Ogoshi………..…25

4. Cetakan spesimen………..……30

5. Thermo control………..30

6. Mixer………..…31

7. Timbangan digital……...………...31

8. Furnace………..…32

9. Ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U…………..…33

10. SEM (Scan Electron Microscope)………...………33

11. Diagram alir penelitian……….34

12. Ilustrasi uji keausan metode Ogoshi………39

13. Grafik error bar berdasarkan standar deviasi…………...………...44

14. Partikel grafit dengan perbesaran 2500x……….45

15. Partikel fly ash dengan perbesaran 2500x………...45

16. Partikel phenolic resin dengan perbesaran 2500x………56

17. Foto komposit grafit 10% /phenolic dengan perbesaran 250x……….47

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…..………...……….. i

SANWACANA……….………..ii

DAFTAR ISI……….………..v

DAFTAR GAMBAR…..……….………vii

DAFTAR TABEL..……….viii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang…………..………...………..1

1.2. Tujuan……….………..4

1.3. Batasan masalah………..………...………...4

1.4. Sistematika penulisan…..………..5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposit…….………..………7

2.2 Bahan-bahan penyusun komposit…….……….………..11

2.3. Metalurgi serbuk komposit..……….………..16

(8)

2.5. Keausan……….…………..21

2.6 Pengujian keausan………..……….…24

2.7. Foto SEM ……….………..……26

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian..……….………28

3.2. Bahan yang digunakan…..…..………28

3.3. Alat yang digunakan….…………..………29

3.4. Alur proses penelitian……..………..……….34

3.5. Prosedur penelitian..………...……….35

3.6. Prosedur pengujian dan analisa..……….38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil pengujian ketahanan aus……..………..………41

4.2. Hasil Uji SEM……….……….…………..………44

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan…..………..…….………53

5.2. Saran…..………..………..……….54

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Unsur senyawa kimia dan sifat fisika pada fly ash………13

2. Analisis kimia fly ash Tarahan Provinsi Lampung………14

3. Komposisi bahan penyusun komposit………37

(10)
(11)
(12)
(13)

MOTO

“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,

kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,

perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal

yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya

dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang fasik”

(QS. At Taubah : 24)

“Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat banyak untuk orang lain”

(Al – Hadist)

“Keimanan yang mendalam kepada Allah SWT yang diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari ditambah dengan kerja keras, itulah

kunci sukses dunia akhirat”

(MAULANA YUSUF)

(14)

Dengan kerendahan hati dan harapan

Menggapai Ridho Illahi Robbi

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

Keluarga ku

Dan

Almamater tercinta

(15)

Penulis dilahirkan di Natar, Lampung Selatan pada tanggal 22

September 1990, sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara

dari pasangan Muhammad Thayib dan Tri Mulatsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Merak Batin,

Natar, Lampung Selatan pada tahun 2002, menyelesaikan pendidikan sekolah

menengah pertama di SMP Negeri 1 Natar, Lampung Selatan pada tahun 2005,

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Natar pada

tahun 2008 dan penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas

Teknik, Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif diberbagai organisasi internal ataupun

eksternal kampus. Kemudian pada bidang akademik, penulis melaksanakan kerja

praktek di PTPN VII UU Rejosari Natar, Lampung Selatan pada tahun 2012. Pada

skripsi ini penulis melakukan penelitian pada konsentrasi material dengan judul “

Pengaruh Serbuk Besi dan Grafit Terhadap Ketahanan Aus Komposit Fly

Ash/phenolic Untuk Aplikasi Kampas Rem” Dibawah bimbingan Ibu Dr. Eng.

(16)

SANWACANA

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam atas

rahmatdan pertolongan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan

salam selalutercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada sahabatnya,

serta parapengikutnya yang selalu istiqomah diatas kebenaran agama islam hingga

hari ajalmenjemput.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik moral

maupun material dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini, Penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, selaku

RektorUniversitasLampung.

2. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik

UniversitasLampung.

3. Bapak Ahmad Suudi, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik

MesinUniversitas Lampung.

4. Ibu Dr.Eng Shirley Savetlana,S.T.,M.Met selaku pembimbing utama

(17)

diberikan untukn membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

5. BapakNafrizal, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua tugas akhir ini,

yangtelah banyak mencurahkan waktu dan fikirannya bagi Penulis

6. Bapak Dr. IrzaSukmana, S.T., M.T. selaku pembahas tugas akhir

ini,yang telah banyak memberikan kritikdan saran yang sangat

bermanfaat bagipenulis.

7. Seluruh Dosen Staff pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lampung.

8. Kedua Orang Tuaku, Ibu, Ayah, serta kakak-kakakdanAdik ku yang

selalumemberikan doa yang terbaik bagi penulis.

9. Sahabat-sahabatku M. Aprilliansyah, M. Ihsan Yusuf S.T., Amar

Ma’ruf S.T., Yusuf Abdulah, Sohadi, DoniIrawan, AgusFerdian

U.K.,Dwi Supratmanto, sertateman-teman seperjuanganteknikmesin

2008, yang selalu memberikan semangat bagi penulis.

Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih penulis

ucapkan atas bantuan yang diberikan sehingga terselesaikan skripsi ini.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Bandar Lampung, 18 Desember 2015

Penulis

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fly ashatau abu terbang merupakan sisa pembakaran batubara dari limbah

pembakaran di industri besar, seperti PLTU, industri semen, industri

kereta api, dan lain-lain. Di Indonesia, produk limbah pembakaran

pembangkit listrik tenaga uap terus meningkat, sebagai contoh pada tahun

2000 jumlah fly ash mencapai 1,66 juta ton, dan meningkat secara

signifikan menjadi 2 juta ton pada tahun 2006. Besarnya jumlah fly ash

yang dihasilkan dari tahun ke tahun tak seiring dengan cara

penanganannya yang belum optimal, berakhir pada penimbunan di lahan

kosong atau bahkan terbuang begitu saja (Marinda 2006)

Usaha untuk memanfaatkan fly ash terus dilakukan, diantaranya adalah

sebagai bahan penyusun beton untuk jalan dan bangunan, material

penimbun lahan bekas pertambangan, sebagai bahan baku keramik,

gelas, bahan refraktori, filler aspal, plastik, kertas, dan aditif sebagai

bahan dalam proses pengolahan limbah industri. Fly ash juga banyak

dimanfaatkan sebagai bahan baku semen, dan bahan penguat untuk material

(19)

2

Ukuran partikel fly ash hasil pembakaran batubara lebih kecil dari 0,075

mm. Kerapatan fly ash berkisar antara 2,1 sampai 3,0 gr/cm3, luas area

spesifiknya antara 170 sampai 1000 m2/kg, ukuran partikel rata-rata fly

ash batubara 0,01mm – 0,015 mm, luas permukaan 1-2 m2/g, massa jenis (specific gravity) 2,2 – 2,4 gr / c m3 dan bentuk partikel yaitu sebagian besar berbentuk seperti bola, sehingga menghasilkan mampu

kerja yang lebih baik (Pratama, 2011).

Menurut ACI (American Concrete Institute) Committee 226, dijelaskan

bahwafly ash mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan

No. 325 (45 µm) 5 – 27 % dengan warna abu-abu kehitaman. Fly ash

batubara mengandung silika dan alumina sekitar 80 % dengan sebagian

silika berbentuk amorf. Sifat-sifat fisik fly ash batubara antara lain

densitasnya 2,23 gr/cm3, kadar air sekitar 4 % dan komposisi mineral yang dominan adalah α-kuarsa dan mullite. Selain itu fly ash batubara

mengandung SiO2 sebanyak 58,75 %, Al2O3 sebanyak 25,82 %, Fe2O3

sebanyak 5,30 % (Pandiangan, 2007).

Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1– 2

(skala Mohs), berat jenis 2,1–2,3 kg/m3, tidak berbau dan tidak beracun. Grafit mampu menghantarkan panas dengan baik, buram, tahan panas, dan

dapat dihancurkan menjadi serbuk yang lebih kecil (Sri Lestari, 2004).

Sifat fisika grafit ditentukan oleh sifat dan luas permukaannya. Grafit yang

(20)

3

dapat dibuat dengan mensintesis berbagai bahan yang mengandung karbon.

Grafit mempunyai struktur yang berbentuk lapisan. Kekerasan Brinell Hb

kira-kira 1, kekuatan tarik 2 kgf/mm2 dan berat jenisnya 2,2 kg/mm3. Dalam bentuk partikular, grafit sangat tahan terhadap gesekan. Koefisien

gaya gesek yang dimiliki oleh grafit (µ ≈ 0,1), Jarak antar lapisan hampir

2,5 kali lebih besar dari jarak antar atom dalam satu lapisan. Hal ini

menyebabkan grafit bersifat licin karena satu lapisan dapat meluncur di atas

lapisan lainnya (Sri Lestari, 2004).

Kegunaan grafit, antara lain adalah sebagai elektroda pada baterai, proses

elektrolisis, atau untuk pensil. Selain itu, jika karbon aktif dipanaskan pada

suhu 1.500 °C dengan paladium, platina sebagai katalis, akan menghasilkan

serat polimer, seperti poliakrilonitril atau selulosa, yang bila digabungkan

dengan plastik akan membentuk foam dan foil. Grafit bersifat keras dan

tahan terhadap gesekan sehingga dapat digunakan untuk bahan pembuat

kampas rem pengganti asbestos (Sri Lestari, 2004).

Besi merupakan salah satu unsur yang paling sering kita manfaatkan dalam

kehidupan sehari – hari. Besi diperoleh dari serbuk besi yang kemudian

dilebur dan dipadu dengan unsur lain untuk membentuk berbagai jenis besi.

Manfaat serbuk besi sangat besar perannya dalam kehidupan sehari hari.

Serbuk besi dapat ditemui di berbagai lokasi, seperti daerah berpasir dan

lepas pantai. Serbuk besi memiliki lambang Fe. Biasanya serbuk besi

(21)

4

kemudian dilebur dan akhirnya menjadi hasil olahan besi yang memiliki

warna abu–abu, keperakan dan gelap.

Serbuk besi bersifat keras sehingga dapat digunakan untuk bahan baku

pembuatan besi baja dan kabel/kawat baja, sebagai bahan pembuatan besi

tuang, besi tempa, pembuatan baja lunak, baja dengan campuran karbon

yang tinggi dan tambahan campuran, sebagai bahan pembuatan rangka

kendaraan, dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan komposit.

Grafit dan serbuk besi yang bersifat keras dan tahan terhadap gesekan

diharapkan dapat memperbaiki ketahanan aus komposit fly ash/phenolic

untuk aplikasi kampas rem.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh penambahan serbuk besi dan grafit terhadap

ketahanan aus kompositfly ash/phenolicmelalui pengujian abrasi.

2. Mengetahui penyebab kegagalan komposit melalui pengamatan daerah

kegagalan dengan foto SEM.

1.3. Batasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yaitu:

1. Fly ashyang digunakan darifly ashbatu bara PT. PLTU Tarahan.

2. Pengujian sifat mekanik dibatasi pada pengujian ketahanan aus dengan

metodeOgoshi.

(22)

5

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam menyusun laporan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah dan

sistematika penulisan laporan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan tentang teori komposit, bahan-bahan

penyusun komposit, proses metalurgi serbuk komposit, kampas

rem, keausan dan pengujian keausan untuk mendukung

pembahasan masalah yang diambil.

BAB III. METODE PENELITIAN

Berisikan tentang metode yang dilakukan penulis untuk

mengumpulkan informasi, alat dan bahan yang digunakan, tempat

dan waktu penelitian serta menerangkan alur proses penelitian,

sebagaimana proses pengambilan data yang dilakukan.

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang data pengamatan yang diperoleh, hasil

pengujian dan pembahasan.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan simpulan yang diperoleh dari hasil pengujian dan

(23)

6

DAFTAR PUSTAKA

(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit

Kata komposit berasal dari kata “to compose” yang berarti menyusun

atau menggabung. Secara sederhana bahan komposit berarti bahan

gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan untuk membentuk

material ketiga yang lebih bermanfaat. Komposit dan alloy memiliki

perbedaan dari cara penggabungannya yaitu apabila komposit digabung

secara makroskopis sehingga masih kelihatan serat maupun matriknya,

sedangkan pada alloy paduan digabung secara mikroskopis sehingga

tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya (Jones, 1975).

Dalam dunia konstruksi, komposit merupakan campuran antara polimer

(bahan makro molekul dengan ukuran besar yang diturunkan dari minyak

bumi ataupun bahan alam lainnya seperti karet dan serat) atau dapat

dikatakan bahwa komposit adalah gabungan antara bahan matrik atau

pengikat yang diperkuat. Bahan material ini terdiri dari dua bahan

penyusun, yaitu bahan utama sebagai pengikat dan bahan pendukung

sebagai penguat. Bahan penguat dapat dibentuk serat, partikel, serpihan

(25)

8

Sesungguhnya ribuan tahun lalu, material komposit telah dipergunakan

dengan memanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan

tua di Mesir yang telah berumur lebih dari 3000 tahun terbuat dari tanah

liat yang diperkuat jerami. Seorang petani memperkuat tanah liat

dengan jerami, para pengrajin besi membuat pedang secara berlapis dan

beton bertulang merupakan beberapa jenis komposit yang sudah lama

kita kenal. Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductilen

tetapi lebihrigidserta lebih kuat.

2. Matrik, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan

rigiditas yang lebih rendah.

Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat dengan

jelas, sedangkan pada alloy paduan sudah tidak kelihatan lagi

unsur-unsur pendukungnya. Salah satu keunggulan dari material

komposit bila dibandingkan dengan material lainnya adalah

penggabungan unsur-unsur yang unggul dari masing-masing unsur

pembentuknya tersebut (Jones,1975)

Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan dapat saling

melengkapi kelemahan- kelemahan yang ada pada masing-masing

material penyusunnya. Sifat-sifat yang dapat diperbaharui antara lain :

a. kekuatan

b. ketahanan korosi

(26)

9

d. berat(Weight)

e. ketahanan lelah

f. Meningkatkan konduktivitas panas

g. Tahan lama

Sekarang ini perkembangan teknologi komposit mulai berkembang

dengan pesat. Komposit sekarang ini digunakan dalam berbagai

variasi-variasi komponen antara lain untuk otomotif, pesawat terbang,

pesawat luar angkasa, alat-alat rumah tangga, kapal dan lain-lain.

Salah satu jenis komposit adalah komposit yang diperkuat dengan

partikel, dengan bahan matriknya adalah polimer. Partikel banyak

digunakan dalam komposit sebagai salah satu bentuk penguat, penguat

dalam komposit sangat mempengaruhi sifat-sifat dari komposit.

Penggabungan partikel yang keras dalam matrik dapat menghasilkan

suatu komposit yang baru, dengan kelebihan sifat-sifat mekanik dari

bahan dasar komposit tersebut. Sedangkan untuk mengetahui sifat-sifat

mekanik dari komposit tersebut, dapat diketahui dengan melakukan

pengujian standar pada spesimennya. Dibandingkan dengan bahan

konvensional seperti beton, komposit memiliki sejumlah keunggulan

yaitu antara lain tahan terhadap cuaca, tahan terhadap kimia, lebih

ringan, dan keunggulan komposit yang paling penting adalah mudah

dibentuk dan dibuat sehingga dapat menghemat biaya pengerjaan,

komposit juga mudah dicetak dan memungkinkan bentuk yang

(27)

10

2.1.1. Klasifikasi Material Komposit

Secara garis besar material komposit terbagi menjadi tiga macam,

yaitu:

a. Komposit lapis (Laminates Composites)

Merupakan jenis komposit terdiri dari dua lapis atau

lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya

memiliki karakteristik sifat sendiri. Komposit ini terdiri dari

bermacam-macam lapisan material dalam satu matriks.

b. Komposit serat (Fibrous Composites)

Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari fiber dalam

matriks. Secara alami serat yang panjang mempunyai

kekuatan yang lebih dibanding serat yang berbentuk

curah (bulk). Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri

dari satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat /

fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa fibers glass,carbon

fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber

ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi

tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks

(Jones, 1975).

c. Komposit partikel (Particulate Composites)

Merupakan komposit yang menggunakan partikel serbuk

sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam

matriknya. Komposit ini biasanya mempunyai bahan penguat

(28)

11

balok, serta bentuk-bentuk lainnya yang memiliki sumbu

hampir sama, yang kerap disebut partikel, dan bisa

terbuat dari satu atau lebih material yang dibenamkan

dalam suatu matriks dengan material yang berbeda. Selain

itu ada pula polimer yang mengandung partikel yang hanya

dimaksudkan untuk memperbesar volume material dan bukan

untuk kepentingan sebagai bahan penguat dengan resin sebagai

pengikat, biasanya fly ash digabung juga dengan pengisi

yang lain yang berfungsi untuk meningkatkan proses produksi

dan bertindak sebagai minyak pelumas. Pengisi ini contohnya

dust dan rubber crumb atau bahan pengisi anorganik

misalnya BaSO4, CaCO, Ca(OH)2dan MgO (Jones,1975).

2.2. Bahan-bahan penyusun komposit

Bahan-bahan penyusun komposit terdiri dari beberapa bagian yang

berfungsi untuk meningkatkan kualitas komposit tersebut, bahan-bahan

penyusun komposit antara lain sebagai berikut.

1. Fly Ash

Fly ash merupakan sisa dari hasil pembakaran batubara pada power

plants. Fly ash mempunyai titik lebur sekitar 1300° celcius dan

berdasarkan uji komposisi kimiafly ashmengandung CAS (CO-Al2O3

-SiO2) dalam jumlah besar yang merupakan pembentuk utamanetwork

glass. Fly ash mempunyai kerapatan massa (densitas) antara 2,0–2,5

(29)

12

Ada beberapa jenis fly ash menurut SNI S-15-1990-F tentang

spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran

beton, fly ashdigolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Kelas N

Buangan atau pozzolan alam terkalsinasi yang dipenuhi dengan

kebutuhan yang memenuhi syarat yang dapat dipakai sesuai

kelasnya, seperti beberapa tanah diatomaceous, opalinse chert

dan serpihan - serpihan tuff dan debu-debu vulkanik atau

pumicities, dan bahan-bahan lainnya yang mungkin masih belum

terproses oleh kalsinasi dan berbagai material yang memerlukan

kalsinasi untuk memperoleh sifat-sifat yang memuaskan, misalnya

beberapa jenis tanah liat dan serpihan-serpihan ( Husin,1998)

b. Kelas F

Abu batubara yang umumnya diproduksi dari pembakaran

anthracite (batubara keras yang mengkilat) atau

bitumen-bitumen batubara yang memenuhi syarat-syarat yang dapat

dipakai untuk kelas ini sperti yang disyaratkan. Abu batubara jenis

ini memiliki sifatPozzolanic( Husin,1998)

c. Kelas C

Abu batubara yang umumnya diproduksi dari lignite atau

batubara subitumen yang memenuhi syarat yang dapat dipakai

untuk kelas ini seperti yang disyaratkan. Abu batubara kelas ini,

selain memiliki sifat pozzolan juga memiliki beberapa sifat

(30)

13

Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu batubara menurut ASTM

C618–91 ( Husin,1998) ditunjukkkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Unsur senyawa kimia dan sifat fisika padafly ash(Sumber:

Andriati Amir Husin)

Susunan kimia dan fisika Kelas F (%) Kelas C (%)

Silikon dioksida 54,90 39,90

a. Abu batubara kelas N adalah hasil kalsinasi dari pozzolan alam

seperti tanah diatonice, shole (serpih), tuff dan batu apung yang

beberapa jenis dari bahan tersebut ada yang tidak mengalami

kalsinasi.

b. Abu batubara kelas F adalah abu yang dihasilkan dari

pembakaran batubara jenis anthrasite pada suhu 1560° C, abu

batubara ini memiliki sifat pozzolan.

c. Abu batubara kelas C adalah abu yang dihasilkan dari

pembakaranligniteatau batubara dengan kadar karbon ± 60%, abu

ini mempunyai sifat pozzolan dan sifat menyerupai semen

(31)

14

Sedangkan pada data analisis kimia fly ash yang berasal dari

Tarahan Provinsi lampung adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Analisis kimia fly ashTarahan Provinsi Lampung (Sumber:

Hasil Laboratorium P.T. Sucofindo)

Susunan kimia dan fisika Nilai (%)

SiO2 61,55

Al2O3 22,31

MgO 0,52

SO3 2,56

Na2O 1,86

Dari tabel dan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fly ash

yang berasal dari Tarahan Provinsi Lampung merupakan kelas F,

karena silikon dioksida pada Tarahan Provinsi Lampung bernilai 61,55

% sedangkan pada literatur yang ada nilai silikon dioksida fly ash

jenis F adalah minimum 54,90%. Dan fly ash dari Tarahan ini

berasal dari batubara keras yang mengkilat (anthracite) sesuai

dengan jenisfly ash kelas F menurut SNI S-15-1990-F

2. Grafit

Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1

–2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3, tidak berbau dan tidak beracun,

serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik. Proses

dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi

(32)

15

Grafit termasuk bahan friction modifier tingkat gesekan grafit

dipengaruhi oleh kelembaban dan strukturnya. Penambahan grafit dapat

meningkatkan ketahanan aus serta dapat mempengaruhi koefisien

gesek.

3. Phenolic resin

Phenolic resin berfungsi sebagai matrik dalam komposit. Bahan ini

berbentuk serbuk yang halus berwarna hitam.Phenolic resindigunakan

sebagai bahan utama untuk membuat spesimen.

4. Barium sulfat (BaSO4)

Barium sulfat adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia BaSO4.

Ini adalah padatan kristal putih yang tidak berbau dan tidak larut dalam

air. Barium sulfat (BaSO4) dapat meningkatkan kerapatan massa dan

dapat meningkatkan ketahanan pada temperatur tinggi serta dapat

mengurangi tingkat keausan.

5. NBR (Nitrile Butadiene Rubber)

NBR digunakan untuk mengurangi kekerasan. NBR dipilih menjadi

bahan penyusun komposit, karena NBR memiliki ketahanan thermal

yang baik dibandingkan jenis karet lainnya.

6. Serbuk besi (Fe)

Serbuk ini ditambahkan sebagai material gesek agar dapat memperbaiki

karakteristik thermal komposit. Serbuk besi memiliki konduktivitas

(33)

16

2.3. Metalurgi serbuk komposit

Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses

manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan

mencampurkan serbuk secara bersamaan dan dikompaksi dalam cetakan,

dan selanjutnya disinter di dalamfurnace(tungku pemanas)

Langkah-langkah yang harus dilalui dalam metalurgi serbuk, antara lain:

1. Bentuk dan ukuran partikel

Bentuk dan ukuran partikel memegang peranan penting dalam

menentukan kualitas ikatan material komposit. Semakin kecil ukuran

partikel yang berikatan maka kualitas ikatannya semakin baik, karena

semakin luas kontak permukaan antar partikel. Ukuran partikel juga

berpengaruh pada distribusi partikel, semakin kecil partikel

kemungkinan terdistribusi secara merata lebih besar, sehingga pada

proses pencampuran akan diperoleh distribusi yang homogen.

Kehomogenan campuran menentukan kualitas ikatan komposit,

karena selama proses kompaksi gaya tekan yang diberikan akan

terdistribusi secara merata. Ikatan antar partikel dalam material

komposit salah satunya disebabkan karena adanya interlocking antar

partikel yang dipengaruhi oleh bentuk partikel yang digunakan.

Berdasarkan standar ISO 3252, bentuk serbuk dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1) Spherical: berbentuk bulat

(34)

17

3) Acicular: berbentuk jarum

4) Irregular: berbentuk tidak beraturan

5) Flake: berbentuk serpihan

6) Fibrous: berbentuk serabut yang beraturan

7) Dendritic: berbentuk kristalin dan bercabang

8) Granular: berbentuk hampir bulat

9) Nodular: berbentuk bulat dan tidak beraturan

2. Pencampuran(mixing)

Karakteristik serbuk mempunyai peranan yang penting dalam

tercapainya hasil campuran yang seragam. Makin tinggi gesekan antar

partikel akan menjadikan proses pencampuran makin sulit. Friksi akan

meningkat oleh beberapa faktor diantaranya ukuran partikel yang

makin kecil, bentuk partikel tidak beraturan, koefisien gesek partikel

yang makin tinggi. Pada umumnya, ukuran partikel serbuk yang

seragam akan memudahkan untuk mendapatkan hasil pencampuran

yang seragam. Partikel yang besar memiliki kemungkinan yang tinggi

untuk mengalami segregasi. Salah satu kendala dalam proses

pencampuran adalah jika serbuk yang akan dicampur memiliki

densitas yang berbeda sehingga sulit untuk mendapatkan hasil

campuran yang seragam. Serbuk yang memiliki densitas lebih kecil

akan terakumulasi diatas serbuk yang densitasnya lebih tinggi

(35)

18

3. Penekanan (kompaksi)

Kompaksi merupakan proses pemadatan serbuk menjadi sampel

dengan bentuk tertentu sesuai dengan cetakannya

Ada 2 macam metode kompaksi, yaitu:

a. Cold compressing, yaitu penekanan dengan temperatur kamar.

Metode ini dipakai apabila bahan yang digunakan mudah

teroksidasi, seperti Al.

b. Hot compressing, yaitu penekanan dengan temperatur di atas

temperatur kamar. Metode ini dipakai apabila material yang

digunakan tidak mudah teroksidasi.

Pada proses kompaksi, gaya gesek yang terjadi antar partikel yang

digunakan dan antar partikel komposit dengan dinding cetakan akan

mengakibatkan kerapatan pada daerah tepi dan bagian tengah tidak

merata. Untuk menghindari terjadinya perbedaan kerapatan, maka

pada saat kompaksi digunakan lubricant/pelumas yang bertujuan

untuk mengurangi gesekan antara partikel dan dinding cetakan.

Dalam penggunaan lubricant/bahan pelumas, dipilih bahan pelumas

yang tidak reaktif terhadap campuran serbuk dan yang memiliki titik

leleh rendah sehingga pada proses sintering tingkat awal lubricant

dapat menguap.

4. Pemanasan(sintering)

Sintering adalah pemanasan kompak mentah sampai temperatur

tinggi. Pada proses sinter, benda padat terjadi karena terbentuk

(36)

19

tegangan permukaan meningkat. Dengan perkataan lain, proses sinter

menyebabkan bersatunya partikel sedemikian rupa sehingga

kepadatan bertambah. Selama proses ini terbentuklah batas-batas

butir, yang merupakan tahap rekristalisasi. Disamping itu gas yang

ada menguap. Temperatur sinter umumnya berada pada 0.7-0.9 dari

temperatur cair serbuk utama. Waktu pemanasan berbeda untuk jenis

logam berlainan dan tidak diperoleh manfaat tambahan dengan

diperpanjangnya waktu pemanasan. Lingkungan sangat berpengaruh

karena bahan mentah terdiri dari partikel kecil yang mempunyai

daerah permukaan yang luas. Oleh karena itu lingkungan harus terdiri

dari gas reduksi atau nitrogen untuk mencegah terbantuknya lapisan

oksida pada permukaan selama proses sinter.

Keuntungan proses metalurgi serbuk, antara lain:

1. Mampu melakukan kontrol kualitas dan kuantitas material

2. Mempunyai presisi yang tinggi

3. Selama pemrosesan menggunakan suhu yang rendah

4. Kecepatan produk tinggi

5. Sangat ekonomis karena tidak ada material yang terbuang.

Keterbatasan metalurgi serbuk, antara lain:

1. Biaya pembuatan yang mahal dan terkadang serbuk sulit

penyimpanannya

2. Dimensi yang sulit tidak memungkinkan, karena selama penekanan

serbuk logam tidak mampu mengalir ke ruang cetakan

(37)

20

2.4 Kampas rem

Rem yaitu suatu peranti untuk memperlambat atau menghentikan gerakan

roda. secara otomatis gerak kendaraan menjadi pelan. Energi kinetik yang

hilang dari benda yang bergerak ini biasanya diubah menjadi panas karena

gesekan.

Sistem rem pada kendaraan merupakan suatu peranti penting keamanan

dalam berkendara, tidak berfungsinya rem dapat menimbulkan bahaya dan

keamanan berkendara jadi terganggu, Adapun fungsi dari sistem rem itu

sendiri adalah :

1. Untuk memperlambat kecepatan atau menghentikan gerakan roda

kendaraan.

2. Mengatur kecepatan selama berkendara.

3. Untuk menahan kendaraan saat parkir dan berhenti pada jalan yang

menurun atau menanjak.

Prinsip kerja sistem rem adalah mengubah tenaga kinetik menjadi panas

dengan cara menggesekan dua buah logam pada benda yang berputar

sehingga putarannya akan melambat. Oleh sebab itu komponen rem yang

bergesekan ini harus tahan terhadap gesekan (tidak mudah aus), tahan panas

dan tidak mudah berubah bentuk pada saat bekerja dalam suhu tinggi.

Komponen–komponen rem :

1. Backing plate

2. Silinder penyetel sepatu rem

(38)

21

4. Pegas pembalik

5. Kanvas rem

6. Silinder roda

2.5. Keausan

Keausan adalah penguraian ketebalan permukaan akibat gesekan yang

terjadi pada pembebanan dan gerakan. Keausan umumnya dianalogikan

sebagai hilangnya materi sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan

yang bergerak slidding dan dibebani. Ini merupakan fenomena normal yang

terjadi jika dua permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan atau

perpindahan materi yang terjadi antara dua benda yang bergesekan (Sularso,

1997)

Keausan sendiri mempunyai dua sifat yaitu keausan normal dan keausan

tidak normal ( akibat penggantian minyak pelumas yang tidak teratur ).

Hal–hal yang mempengaruhi keausan :

1. Pembebanan

8. Adanya benda–benda asing

(39)

22

Keausan di klasifikaskan menjadi beberapa bagian yaitu keausanadhesive,

keausanabrasive, keausan lelah , keausan oksidasi dan keausan erosi.

2.5.1 Jenis-jenis Keausan

a. Keausanadhesive

Keausan adhesive adalah salah satu jenis keausan yang disebabkan

oleh terikat atau melekat ( adhesive ) atau berpindahnya partikel dari

suatu permukaan material yang lemah ke material yang lebih

keras serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan /

pengoyakan salah satu material. Proses bermula ketika benda dengan

kekerasan yang lebih tinggi menyentuh permukaan yang lemah

kemudian terjadi pengikatan. Pengikatan ini terjadi secara spontan dan

dapat terjadi dalam suhu yang rendah (Sularso, 1997).

Gambar 1. Proses terjadinya keausan adhesive (Sularso, 1997)

2. Keausanabrasive

Keausan jenis ini terjadi bila suatu partikel keras dari material tertentu

meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga

(40)

23

keausan pada mekanisme ini ditentukan oleh derajat kebebasan

partikel keras tersebut (Sularso, 1997)

Gambar 2. Proses terjadinya keausanabrasive(Sularso, 1997)

3. Keausan lelah

Keausan lelah pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi baik

secara abrasif atau adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi akibat

interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban

berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro.

Retak-retak mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan

menghasilkan pengelupasan material. Hal ini akan berakibat pada

meningkatnya tegangan gesek (Sularso, 1997)

4. Keausan Oksidasi / Korosif

Keausan kimiawi merupakan kombinasi antara proses mekanis dan

proses termal yang terjadi pada permukaan benda serta lingkungan

(41)

24

5. Keausan Erosi

Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel

padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya

kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Namun, jika

sudut benturannya membentuk sudut gaya normal ( 90 derajat ), maka

keausan yang terjadi akan mengakibatkan pengikisan pada

permukaannya (Sularso, 1997).

2.6. Pengujian Keausan

Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan

teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan

aktual. Salah satunya adalah dengan metode Ogoshi dimana benda uji

memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc).

Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang

berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian material pada

permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek

itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material.

Semakin besar dan dalam jejak keausan maka semakin tinggi volume

material yang terlepas dari benda uji. Ilustrasi skematis dari kontak

(42)

25

Gambar 3. Ilustrasi uji keausan metodeOgoshi(Callister,2003)

Keterangan :

P : Beban h : Kedalaman bekas injakan

r : jari- jarirevolving disk b : Lebar bekas injakan

B : Tebalrevolving disk ω : Kecepatan putar

Rumus uji keausan yaitu sebagai berikut :

= . ……….….(1)

= ……….……….(2)

Dimana:

Ws = Abrasi (mm3)

B = Tebalrevolving disc(mm)

r = Jari-jarirevolving disc(mm)

(43)

26

x = Jarak luncur [settingpada mesin uji (mm)]

V = Spesifik Abrasi (mm3/mm)

Laju keausan dinyatakan dengan jumlah kehilangan atau pengurangan

material (massa, volume atau ketebalan) tiap satuan panjang luncuran atau

satuan waktu (Callister,2003)

2.7. Foto SEM

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron

yang di desain khusus untuk mengamati permukaan objek solid. Secara

langsung SEM memiliki perbesaran 10-3000000 kali, depth of field 4-0,4

mm dan resolusi sebesar 1-10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi,

depth of fieldyang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui

komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan

untuk keperluan industri. SEM memfokuskan sinar elektron di permukaan

objek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul

dari permukaan objek (Prasetyo Y, 2011)

Prinsip kerja SEM sebagai berikut:

1. Electron gun menghasilkan electron beam dari filamen. Pada

umumnya electron gun yang digunakan adalah tungsten hairpin gun

dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda.

Tegangan yang diberikan pada lilitan mengakibatkan terjadinya

pemanasan. Anoda kemudian membentuk gaya yang dapat menarik

(44)

27

2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju suatu titik pada

permukaan sampel

3. Sinar elektron yang berfokus memindai (scan) keseluruhan sampel

dengan diarahkan oleh koil pemindai

4. ketika elektron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan

elektron, baik secondary electron (SE) atau Back Scattered Electron

(BSE) dari permukaan sampel dan akan di deteksi oleh detektor dan

dimunculkan dalam bentuk gambar pada monitor CRT (Prasetyo Y,

(45)

28

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan laboratorium uji material

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

3.2. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Phenolic resin

Phenolic resin berfungsi sebagai matrik dalam komposit. Bahan ini

berbentuk serbuk yang halus berwarna hitam. Phenolic resin digunakan

sebagai bahan utama untuk membuat spesimen

2. Fly ash

Fly ashberfungsi sebagai penguat atau pengisi dalam komposit.

3. Barium sulfat (BaSO4)

Barium sulfat (BaSO4) dapat meningkatkan kerapatan massa dan dapat

meningkatkan ketahanan pada temperatur tinggi serta dapat mengurangi

(46)

29

4. Grafit

Grafit termasuk bahan friction modifier tingkat gesekan grafit

dipengaruhi oleh kelembaban dan strukturnya. Penambahan grafit dapat

meningkatkan ketahanan panas. Grafit tersusun atas lapisan hexagonal.

5. NBR (Nitrile Butadiene Rubber)

NBR digunakan untuk mengurangi kekerasan. NBR dipilih menjadi

bahan penyusun komposit, karena NBR memiliki ketahanan thermal

yang baik dibandingkan jenis karet lainnya.

6. Serbuk besi (Fe)

Serbuk ini ditambahkan sebagai material gesek agar dapat memperbaiki

karakteristik thermal komposit. Serbuk besi memiliki konduktivitas

thermal dan difusivitas thermal yang baik.

3.3. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cetakan

Berbentuk seperti balok untuk mencetak bahan sesuai dengan standar

(47)

30

Gambar 4. Cetakan

2.Thermo control.

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur cetakan. Thermo control

memiliki temperatur maksimal 600oC. Seperti pada gambar 5

(48)

31

3.Mixer.

Digunakan untuk mencampur bahan komposit. Seperti pada gambar 6

Gambar 6.Mixer

4. Timbangan digital.

Digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembentuk komposit. Dengan

skala 0,01 gram sampai 500 gram. Seperti pada gambar 7

Gambar 7. Timbangan digital

5.Furnace

Digunakan untuk prosescuring(perlakuan panas komposit).

(49)

32

Mod L 64/14 400 V 3 N

Nr 156349 50 Hz

Jahr 2000 16/16/28 A

Max °C 1400 13,0 KW

Naberthem Lilienthal (Germany)

.

Gambar 8.Furnace

7. Dongkrak hidrolik.

Dongkrak yang dipakai yaitu dongkrak dengan ukuran 5 ton, digunakan

untuk menekan komposit agar lebih padat.

8. Mesin uji ketahanan aus (Ogoshi high speed universal wear testing

machine)

Fungsi ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U

adalah untuk menentukan laju keausan suatu material dimana benda uji

memperoleh beban gesek dari disk yang berputar (revolving disc).

Pembebanan ini akan menghasilkan kontak yang pada akhirnya akan

(50)

33

dari material yang tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat

keausan pada material.

`

Gambar 9. Ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U

9. Foto SEM spesimen

Foto spesimen bertujuan untuk mengetahui daya ikat partikel dan

matriks yang dapat mempengaruhi ketahanan aus. Selain itu, pengujian

foto SEM ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kegagalan pada

komposit. Perbesaran yang a k a n digunakan pada foto SEM ini adalah

perbesaran 250x, 1000x dan 2500x.

(51)

34

3.4. Alur proses penelitian

Dibawah ini menunjukkan gambar diagram alur penelitian yang akan

dilakukan yaitu sebagai berikut :

Gambar 11. Diagram alir penelitian Pengumpulan data

Selesai Pengolahan data

Pengujian keausan dan uji SEM

Pencampuran bahan pembuatan spesimen seperti :

phenolic resin, fly ash, NBR, grafit, serbuk besi,

Barium Sulfat (BaSO4)

Mulai

Studi literatur

Alat ukur, bahan, dan alat uji

(52)

35

3.5 Prosedur Penelitian

Metode pelaksanaan penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa

tahapan, yaitu:

1. Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mengenali masalah yang ada dalam

penelitian dan menyusun rencana untuk kerja penelitian yang dilakukan.

Pada studi awal dilakukan langkah-langkah seperti pengenalan lapangan

yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan serta mengambil

data-data penelitian yang sudah ada sebagai pembanding terhadap hasil

pengujian yang akan dianalisa.

2. Melakukan persiapan pemilihan serbuk

Serbuk yang digunakan pada penelitian ini bermacam-macam.

Langkah-langkah dalam persiapan serbuk ini sebagai berikut :

a. Memilih serbuk yang akan digunakan.

b. Menimbang serbuk yang akan digunakan.

c. Mencampurkan serbuk menggunakanmixer.

d. Setelah campuran serbuk merata siap dimasukkan kedalam cetakan.

3. Persiapan cetakan spesimen uji

Cetakan spesimen uji dibuat dengan ukuran standar pengujian, bahan

yang digunakan untuk cetakan ini adalah baja dengan kelas sedang.

(53)

36

4. Persiapan pencampuran bahan

a. Persiapan matriks

Pencampuran untuk pembuatan spesimen uji keausan, matriks yang

digunakan adalah resin phenolic. Resin phenolic ini digunakan

karena tahan terhadap temperatur tinggi. Jumlah matriks yang

digunakan sebanyak 60%.

b. Persiapan bahan penguat(Reinforcement)

Bahan penguat yang digunakan adalah fly ash batubara PLTU

Tarahan. Fly ashmengandung bahan seperti: silikat (SiO2), alumina

(Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3) sisanya adalah karbon, magnesium,

dan belerang.Fly ash yang digunakan yaitu sebanyak 5%.

c. Persiapan bahan pengisi(Filler)

Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit ini

adalah barium sulfat (BaSO4). Barium sulfat (BaSO4) memiliki

fungsi memperbaiki ketahanan matriks phenolic. Tahan terhadap

temperatur tinggi. Jumlah barium sulfat (BaSO4) sebanyak 10%.

d. Persiapan bahan pengikat(Binder)

Bahan pengikat yang digunakan adalah NBR (Nitrile Butadiene

Rubber). NBR digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas komposit

dan memiliki ketahanan thermal yang baik dibandingkan dengan

jenis karet yang lain. Jumlah NBR yang digunakan sebanyak 5%.

e. Persiapan bahanFriction modifier

Bahan yang digunakan sebagai Friction modifier adalah grafit dan

(54)

37

mempengaruhi koefisien gesek dan serbuk besi digunakan untuk

menaikkan konduktifitas thermal, dan akan meningkatkan koefisien

gesek. Jumlah grafit dan serbuk besi yang digunakan sebanyak 5%,

10% dan 15%.

Tabel 3. Komposisi bahan penyusun komposit

Bahan penyusun komposit Variasi komposisi komposit (%)

A B C

Phenolic resin 60% 60% 60%

Fly ash 5% 5% 5%

NBR(Nitrile Butadiene Rubber) 5% 5% 5%

BaSO4(Barium sulfat) 10% 10% 10%

Grafit 15% 10% 5%

Serbuk besi (Fe) 5% 10% 15%

5. Pembuatan spesimen uji

Setelah menyiapkan bahan penyusun komposit berupa phenolic resin,

fly ash, NBR, BaSO4 (Barium sulfat), grafit dan serbuk besi (Fe)

dengan komposisi yang sudah sesuai, selanjutnya mencampur

bahan-bahan komposit tersebut(mixing)dengan waktu pencampuran 20 menit.

Sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Selanjutnya adalah

(55)

38

6. Pencetakan spesimen dengan metodehot press

Memanaskan komposit dengan temperatur 250 oC dan ditekan dengan menggunakan dongkrak selama 40 menit. Setelah proses penekanan

selesai selanjutnya adalah proses curing pada proses ini spesimen

komposit dipanaskan kembali dengan menggunakan furnace selama 4

jam dengan temperatur 150oC.

Jumlah spesimen pada setiap variasi pengujian ketahanan aus adalah 5,

setiap spesimen akan di ambil data ketahanan aus dan rata-rata pada

setiap variasi spesimen. Terdapat 3 variasi dalam penelitian ini

berdasarkan komposisi bahan yaitu:

Spesimen G51-G55 : Spesimen dengan perbandingan grafit 15% dan

serbuk besi 5%

Spesimen G101-G105 : Spesimen dengan perbandingan grafit 10% dan

serbuk besi 10%

Spesimen G151-G155 : Spesimen dengan perbandingan grafit 5% dan

serbuk besi 15%

3.6. Prosedur pengujian dan analisa

a. Pengujian cetakan ketahanan aus sesuai dengan standar ASTM G 99

-95 yaitu sebagai berikut :

Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode

dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi

(56)

39

benda uji memperoleh beban gesek dari disk yang berputar (revolving

disc). Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar

permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil

sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan

dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat

keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka

semakin tinggi volume material yang terlepas dari benda uji. Ilustrasi

skematis dari kontak permukaan antara revolving disc dan benda uji

(Novianto, 2013).

a. P

e

n

g

G

Gambar 12. Ilustrasi uji keausan metodeOgoshi(Callister,2003)

Keterangan :

P : Beban h : Kedalaman bekas injakan

r : Jari- jarirevolving disk b : Lebar bekas injakan

(57)

40

Rumus uji keausan yaitu sebagai berikut :

= . ………..………(1)

= ………...……...(2)

Dimana:

Ws = Abrasi (mm3)

B = Tebalrevolving disc(mm)

r = Jari-jarirevolving disc(mm)

b = Lebar celah material yang terabrasi (mm)

x = Jarak luncur [settingpada mesin uji (mm)]

V = Spesifik abrasi (mm3/m)

Laju keausan dinyatakan dengan jumlah kehilangan atau pengurangan

Material (massa, volume atau ketebalan) tiap satuan panjang luncuran atau

(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan data hasil pengujian ketahanan aus komposit kampas rem

kereta api,didapat beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Penambahan serbuk besi dan grafit dapat meningkatkan ketahanan aus

kompositfly ash/phenolicsampai pada presentase tertentu. Grafit dapat

meningkatkan ketahanan aus pada komposit fly ash/phenolic sama

dengan serbuk besi.

2. Nilai rata-rata spesifikabrasi tertinggi pada komposit dengan komposisi

komposisi 10% besi dan 10% grafit dengan nilai 2.47 x 10

-6

mm3/mm,hal ini disebabkan karena grafit dapat diikat baik oleh

phenolic dan barium sulfatsehingga nilai rata-rata spesifik abrasinya

menjadi tinggi

3. Padapengamatan komposit dengan menggunakan foto SEM

menunjukkan ikatan antar partikel dan matrik. Foto SEM

memperlihatkan komposit dengan persebaran partikel yang merata

sehingga ketahanan ausnya menjadi tinggi, dan komposit dengan

persebaran partikel yang tidak merata dan menimbulkan void, sehingga

(59)

✂ ✄

5.2.Saran

Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan penulis agar penelitian ini

dapat lebih dikembangkan lagi adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan pengujian dengan peralatan yang lebih

memadai,misalnya adanya alat ukur tekanan yang terdapat pada

dongkrak untuk mengetahui ukuran tekanan saat proses penekanan

untuk membuat komposit agar hasil yang diperoleh lebih maksimal

2. Untuk proses pencampuran komposit diusahakan merata, agar nilai

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Beinias, 2003.Fly Ash,http://beinias-mylife.blogspot.com/2008/06/fly-ash, html

Callister, W. D., 2007, Material Science End Engineering An Introduction

7ed, Departemen Of Metallurgical Engineering The University Of

Utah, John Willey And Sons,Inc.

Diharjo, K., 2006. Kajian sifat fisis-mekanis dan akustik komposit sandwich

serat kenaf- polyester dengan core kayu sengon laut, Disertasi Program

Doktor, Ilmu-ilmu Teknik UGM, Yogyakarta

Husin, Andriati Amir., 1998, Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan,

Jakarta.

Jones, M., R.,1975. Mechanics Of Composite Material, Mc Graw Hill.

Kogakusha, Ltd.

Marinda Putri, 2006,Kumpulan Artikel Abu Batubara, http://www.pu.go.id

Ngurah, Ardha, dkk., 2008. Pemanfaatan Abu Terbang PLTU-Suralaya untuk

(61)

Novianto, 2013. Buku Pegangan Kuliah Material Teknik Universitas Sebelas

Maret, Surakarta

Pandiangan, Filipus N.O.A, 2007, Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Sifat

Mekanik dalam Pemanfaatan Limbah Batubara Pada Komposit Paduan

Limbah Batubara dan Resin Poliester Tak Jenuh,Universitas Lampung.

Bandarlampung

Pratama, 2011,AnalisaI Sifat Mekanik Komposit Bahan Kampas Rem Dengan

Penguat Fly Ash Batubara,Makasar

Prasetyo, Y. 2011. Scanning Electron Microscope dan Optical Emission

Spectroscope.

Surdia, 1992, Pengolahan Bahan Teknik, F.T., Pradnaya Paramitca, Jakarta.

Sularso, 1997. Macam-macam keausan. Bandung (23 Februari 2015)

Lestari, Sri, 2004, Pengertian dan manfaat grafit,Jakarta.

Yun Fu, Shao., 2008, Effects of particle size, particle/matrix interface adhesion

and particle loading on mechanical properties of particulate

Gambar

Tabel 1. Unsur senyawa kimia dan sifat fisika pada fly ash (Sumber:
Tabel 2. Analisis kimia fly ash Tarahan Provinsi Lampung (Sumber:
Gambar 1. Proses terjadinya keausan adhesive (Sularso, 1997)
Gambar 2. Proses terjadinya keausan abrasive (Sularso, 1997)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 9 Persentase sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatan Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 19 dan Gambar 9 di

Langkah-langkah awal dalam kegiatan scan dokumen berwarna melalui cara ketiga ini pada dasarnya sama dengan cara scan dokumen yang pertama atau yang kedua, sampai kepada

Mark Hughes yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengembangkan nutrisi dan pengelolaan berat badan yang sehat, terdorong oleh tragedi pribadi yang di alami ibunya

Menurut Kunandar (2013, hlm. 169) “tes objektif adalah tes tertulis yang pertanyaannya bersifat tertutup, sehingga jawabannya pasti dan singkat atau pendek.” Pada

a) Keputusan kesetiaan merek. Seorang konsumen pasti pernah mengalami keterlibatan yang tinggi dalam membeli suatu produk, sebagai responnya ia memakai proses keputusan

Makalah ini membahas tentang pengembangan prototype sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk menyimpan dan melakukan penilaian risiko keamanan informasi

Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran perilaku diet remaja putri sehingga memberikan perhatian khusus terhadap remaja

Penulis mencoba untuk membuat Web Informasi Tentang Pusat Pendidikan Komputer Widyaloka yang dibuat dengan media komputer melalui program aplikasi Macromedia Dreamweaver MX 2004.