SISTEM PUNYIMBANG ADAT LAMPUNG SAIBATIN
PAKSI PAK SEKALA BEGHAK KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
Oleh:
Reki Fahlevi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
SISTEM PUNYIMBANG ADAT LAMPUNG SAIBATIN
PAKSI PAK SEKALA BEGHAK KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
Oleh:
Reki Fahlevi
Masyarakat Lampung pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan masyarakat atau (kh) ruwa jurai yaitu Jurai Pepadun dan Jurai Saibatin. Budaya Lampung Barat yang juga golongan masyarakat Jurai Saibatin ditandai dengan adat istiadat yang masih terpelihara hingga saat ini. Suku bangsa asli yang mendiami wilayah Kabupaten Lampung Barat berasal dari Sekala Beghak. Paksi Pak Sekala Beghak kemudian adalah Punyimbang di wilayah Sekala Beghak, kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan, kekuasaan dan aturan adat hanya berlaku ke dalam Klan mereka sendiri dan tidak berlaku untuk Klan yang lain. Pelapisan Sosial pada Paksi Pak Sekala Beghak dari yang tertinggi sampai yang terendah meliputi Suntan, Raja, Batin, Radin, Minak, Kimas, dan Mas.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah bagaimanakah Sistem Punyimbang adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak Kepaksian Bejalan diway. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fungsional struktural dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi dan wawancara.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa pada Paksi Pak Sekala Beghak Kepaksian Bejalan diway terdapat struktur kebangsawanan yang dipegang tetap oleh Punyimbang tertinggi yang bergelar suttan dan turun temurun terwarisi berdasarkan garis keturunan anak laki-laki tertua (Patrilineal),Struktur kebangsawanan tersebut telah ada dan berlangsung sejak zaman dahulu bahkan sempat dipengaruhi Pemerintah Hindia Belanda dengan menetapkan aturan-aturan berdasarkan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda di wilayah
DAFTAR ISI
C. Tujuan, kegunaan dan ruang lingkup penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 6
8. Konsep Stratifikasi Sosial ... 20
B. Kerangka Pikir ... 21
C. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Informan ... 26 Sekala Beghak Kepaksian Bejalan diway ... 66
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak
mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil
dari ciptaan manusia,dan Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa, yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat,
bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda.
Keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama,
bahasa, budaya dan letak daerah, yang bersatu dengan harmonis itulah Indonesia,
salah satu dari berbagai suku bangsa itu adalah suku Lampung,Lampung
merupakan suatu daerah yang terletak di bagian tenggara pulau sumatera dengan
luas wilayahnya 35. 376 km , bagian barat berbatasan dengan samudera
Indonesia, bagian timur berbatasan dengan laut Jawa, bagian utara berbatasan
dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, dan di bagian selatan
berbatasan dengan Selat Sunda. Penduduk Lampung terdiri dari penduduk asli
dan pendatang, penduduk asli disebut Suku Lampung atau Ulun Lampung.
Ditinjau dari historisnya Lampung dipengaruhi pemerintah Hindia Belanda,
seperti pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda menetapkan marga-marga
teritorial genealogis suku Lampung, sekaligus menentukan batas-batas wilayah
kekuasaan masing-masing.Kekuasaan marga teritorial berdasarkan keturunan ini
setelah itu pemerintahan marga diubah menjadi pemerintahan negeri, sejak tahun
1970 pemerintahan negeri dihapus dan digantikan pemerintahan kecamatan.
Orang Lampung terdiri dari dua masyarakat atau (kh) Ruwa Jurai Yaitu
JuraiPepadun dan JuraiSaibatin,dalam kesehariannya sebagian besar Ulun
(orang) Pepadun menggunakan dialek O sedangkan Ulun (orang) Saibatin
menggunakan dialek A. Perbedaan bukan hanya dalam dialek, akan tetapi dalam
kebudayaan dan adat istiadat pun memiliki perbedaan.
Kondisi sosial budaya Lampung Barat yang juga golongan masyarakatSaibatin
ditandai dengan adat istiadat yang masih terpelihara hingga saat ini. Lampung
Barat juga dikenal dengan sebutan Tanah Sai Betik atau tanah yang indah dengan
tata kehidupan masyarakat dengan sistem patrilinial, dimana harta pusaka, gelar
dan nama suku diturunkan menurut garis Ayah/Bapak. Suku bangsa asli yang
mendiami wilayah Kabupaten Lampung Barat berasal dari Sekala Beghak.
Sekala Beghak adalah kawasan yang sampai saat ini dapat disaksikan warisan
peradabannya, kawasan ini boleh dibilang kawasan yang sudah hidup sejak Masa
pra-sejarah. Menhir, dolmen, dan bangunan megalitik lainnya serta makam tua
yang tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat bukti ada tanda kehidupan
menyejarah.
Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung Sekala
Beghak sebagai berikut Inder Gajah gelarBuay Bejalan diway kedudukan di
Puncak DalomPekon Kembahang Kecamatan Batu Brak, Pak Lang gelar Buay
3
Buay Nyerupa Kedudukan di Tapak Siring Kecamatan Sukau, Belunguh gelar
Buay Belunguh Kedudukan di Kenali Kecamatan Belalau.
Paksi Pak Sekala Beghak kemudian adalah Punyimbang (pemimpin) di wilayah
Sekala Beghak, kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih
dituakan, dan kekuasaan, aturan adat hanya berlaku ke dalam Klan mereka sendiri
dan tidak berlaku untuk Klan yang lain, Paksi Pak Sekala Beghak adalah mutlak
masyarakat adat bersendikan islam.
Sebagai kesatuan budaya (cultural based) keberadaan Punyimbangpada Paksi
Pak Sekala Beghak turun temurun terwarisi dan dalam peraturan adat tidak
terdapat kemungkinan untuk membeli perangkat adat, kepangkatan seseorang
dalam adat tidak dapat dinilai dari materi dan kekuatan.
Terkait mengenai hal kebudayaan dan Sistemkepemimpinan termuat dalam
undang-undang dasar 1945 yaitu dalam pasal 28 I yang berbunyi:“Identitas
budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradapan”.
Pemimpin adalah orang yang memiliki kecakapan dan kemampuan
mempengaruhi, mengajak, mengumpulkan dan menggerakan orang lain untuk
menangani masalah yang ada. Seorang pemimpin harus mampu membina orang
lain atau bawahannya untuk membentuk satu kesatuan kerja dan bersama-sama
mereka bekerja, bahkan kadang-kadang rela berkorban demi suksesnya pekerjaan
itu. Hal ini jugalah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin adat yang
PunyimbangAdat Lampung Saibatin adalah mengenai status dan gelar seorang
Raja adat, bagi adat Lampung Saibatin dalam setiap generasi atau masa
kepemimpinan hanya mengenal satu orang pemimpin adat yang bergelar Suntan,
hal ini sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin yang artinya Satu Batin (Satu orang
junjungan).
Seorang Saibatin adalah seorang Suntan berdasarkan garis lurus sejak zaman
Kerajaan (keratuan) yang pernah ada di Lampung sejak zaman dahulu dan inilah
yang disebut SaibatinPaksi. Sebagai keturunan langsung dari keratuan Paksi Pak
Sekala Beghak sejak zaman dahulu sebagai satu-satunya pemilik dan penguasa
adat tertinggi dilingkungan Paksinya.
Hal yang menarik dari adat Lampung Saibatin yaitu dalam memaknai Pepadun itu
sendiri. Dalam adat Lampung Saibatin,Pepadun berarti tempat bertahtanya
seorang Raja yang dinobatkan khususnya dalam Paksi Pak Sekala Beghak.
Ketetapan adat hanya keturunan yang lurus dan garis keturunan Raja yang berhak
untuk dapat duduk diatas Pepadun, namun di daerah lain Pepadun merupakan
adat kebiasaan suatu kelompok masyarakat. Kedua kelompok adat tersebut
memiliki perbedaan baik dalam sistem kepemimpinannya maupun dalam bahasa
dan seni budaya.
Melihat fenomena yang terjadi bahwa banyak masyarakat Lampung yang tidak
mengetahui sistem kekerabatannya sendiri atau tergolong pada geneologis apa,
Selain itu banyak para Punyimbang atau tokoh adat yang tidak mengetahui peran,
fungsi dan wewenangnya dalam adat terutama ketika diadakannya acara-acara
5
apakahKepunyimbangan Adat Lampung Saibatin sudah sesuai dengan ketentuan
yang ada dan apakah peran, fungsi dan wewenang masing-masing sudah jelas dan
berjalan dengan baik ataukah hal tersebut hanya merupakan simbol dalam
Kepunyimbangan adat Lampung.
B. Analisis Masalah 1.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
BeghakKepaksian Bejalan diway.
2. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
BeghakKepaksian Nyerupa.
3. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
BeghakKepaksian Pernong.
4. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
BeghakKepaksian Belunguh.
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi
masalah yaituSistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
3. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakahSistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
BeghakKepaksian Bejalan diway?
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahuiSistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak
Kepaksian Bejalan diway dan diharapkanmasyarakat tidak hanya mengetahui
tentang Punyimbang di Lampung secara umum saja, akan tetapi mengenal
Punyimbang juga pada masyarakatLampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak.
2.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai salah satu wawasan bagi penulis untuk mengetahui
tentangSistemKepunyimbanganAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala
Beghak Kepaksian Bejalan diway.
2. Sebagai informasi kepada orang LampungSaibatin KabupatenLampung Barat
agar selalu menjaga dan melestarikan budaya Lampung yang secara turun
7
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Subjek Penelitian : SistemPunyimbang
2. Objek Penelitian : Paksi Pak Sekala Beghak
3. Tempat penelitian : Kabupaten Lampung Barat.
4. Waktu : 2012-2013
REFERENSI
Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat Adat dan budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.
Depdikbud 1977/1978. Sejarah Daerah Lampung. Kanwil Prov. Lampung: Bandar Lampung.
Muhammad, Bushar. 1978. Asas-asas Hukum Adat (suatu pengantar). Pradya Paramita. Jakarta
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A.Tinjauan Pustaka 1. Konsep Sistem
Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini, berikut penulis menyajikan beberapa pengertian sistem yang
diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Webster’s New Colligiate Dictionari (2001:33) sistem terdiri atas kata
“syn” dan Bistanai (greek) yang artinya menempatkan bersama yaitu suatu
kumpulan pendapat-pendapat, prinsif-prinsif yang membentuk satu kesatuan dan
hubungan satu sama yang lainnya. Di dalamnya ada tiga unsur yaitu faktor-faktor
yang dihubungkan , hubungan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk satu
kesatuan.
Sistem adalah sebuah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur,
komponen, satu sama lainnya berada dalam keterikatan yang kait mengait dan
fungsional. Sistem juga dapat diartikan suatu cara yang mekanismenya berpola
dan konsisten bahkan mekanismenya sering bersifat otomatis.( Rusadi
Kantaprawira1983:7).
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir
atau suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
Menurut (Moh. Kusnardi dan Harmaili Ibrahim1996:73) sistem adalah suatu
keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional
baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya,
sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian
yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan
mempengaruhi keseluruhan itu.
Menurut (Prajudi 1992:6) sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur
yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk
menggerakan suatu fungsi yang utama dari suatu usaha atau urusan.
Sedangkan menurut (Sumantri 1983:4) sistem adalah sekelompok bagian-bagian
yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud, apabila salah satu
bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya maka maksud yang hendak
dicapai tidak akan terpenuhi atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud
akan mendapat gangguan.
Menurut (Syafe’i 1993:14) Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu
rangkaian yang kait mengait satu sama lain, bagian atau anak cabang dari suatu
sistem menjadi induk sistem dari rangkaian selanjudnya, begitulah seterusnya
sampai pada bagian yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan mengganggu
kestabilan sistem itu sendiri.
Pengertian sistem secara umum yaitu merupakan suatu kesatuan dari suatu
rangkaian yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling berkaitan atau memiliki
pengaruh antara yang satu dan yang lainnya dan digunakan sebagai pola untuk
11
Sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan
komponen lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda untuk setiap kasus
yang terjadi di dalam sistem tersebut. Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa
sudut pandangan, seperti contoh sistem yang bersifat abstrak, sistem alamiah,
sistem yang bersifat deterministik dan sistem yang bersifat terbuka dan tertutup.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka yang dimaksud sistem merupakan
jaringan kerja atau prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2.Konsep Fungsi
Fungsi adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna bagi suatu kehidupan
masyarakat. Keberadaan sesuatu itu mempunyai arti penting dalam kehidupan
sosial masyarakat. Kata fungsi selalu meunjukan kepada pengaruh terhadap
sesuatu yang lain, apa yang kita namakan fungsional itu tidak berdiri sendiri tetapi
justru dalam suatu hubungan tertentu memperoleh arti dan maknanya.
(Koentjaraningrat, 1993:52).
Fungsi menurut Malinowski sama dengan “guna”. Fungsi menurut Malinowski
adalah kegunaan dari institusi dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologis
individu-individu masyarakat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut
individu harus menjaga kesinambungan kelompok sosial (Marzali dalam
M.E Spiro dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi Kontjaraningrat (2009 : 173)
menjelaskan bahwa dalam karangan ilmiah, ada tiga cara pemakaian kata fungsi
antara lain:
1. Menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara sesuatu hal dengan
suatu tujuan yang tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat
untuk mentranspor manusia atau barang dari suatu tempat ketempat yang
lain).
2. Menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yang lain (kalau nilai dari satu
hal x itu berubah, maka nilai dari suatu hal lain yang ditentukan oleh x tadi,
juga berubah).
3. Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain
dalam suatu sistem yang terintegrasi (suatu bagian dari suatu organisme yang
berubah menyebabkan perubahan dari berbagai bagian lain, malahan sering
menyebabkan perubahan dalam seluruh organisme).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep fungsi pada Punyimbang
yaitu ingin mengungkapkan atau mendeskripsikan tentang Sistem Punyimbang
Adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak Kabupaten Lampung Barat.
3. Konsep Struktural
Semua benda yang ada didalam bumi merupakan sebuah kesatuan yang tersusun, dan
memiliki sebuah struktur yang terorganisir. Begitu juga pandangan dalam
teoristrukturalisme ini. Semua yang berhubungan dengan kesosialan pasti mempunyai
sebuah tatanan atau susunan yang telah terbentuk dan juga memiliki struktur – struktur
13
Dan beberapa penelitian ada yang beranggapan bahwa strukturalisme dirumuskan seperti
benda pada umumnya. Dimana hukumnya tentang apapun benda yang berbentuk
dipastikan memiliki struktur.
Menurut KBBI (1997;964) struktur adalah cara sesuatu yang disusun atau
dibangun dengan pola tertentu, pengaturan unsur-unsur atau bagian-bagian dari
suatu benda atau wujud.
Dalam teori strukturalisme Levi Straus (2005;79) struktur adalah model – model yang
dibuat oleh para ahli untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang
dianalisisnya, yang tidak ada kaitannya dengan fenomena empiris kebudayaan itu
sendiri.
Menurut levi Straus sendiri dalam menggambarkan sebuah prinsip dasar untuk teori
strukturalisme-nya. Dia membangun prinsip tersebut ke dalam empat syarat model yang
bertujuan agar terbentuk struktur sosial.Prinsip dasar tersebut adalah :
1. Sebuah struktur menawarkan sebuah karakter sistem. Struktur terdiri atas elemen –
elemen seperti sebuah modifikasi apa saja, yang salah satunya akan menyeret
modifikasi seluruh elemen lainnya.
2. Seluruh model termasuk dalam sebuah kelompok transformasi, dimana masing –
masing berhubungan dengan sebuah model dari keluarga yang sama, sehingga
seluruh transformasi ini membentuk sekelompok model.
3. Sifat – sifat yang telah ditunjukkan sebelumnya tadi memungkinkan kita untuk
memperkirakan dengan cara apa model akan beraksi menyangkut modifikasi salah
satu dari sekian elemennya.
4. Model itu harus dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga kegunaannya bisa
4. Konsep Punyimbang Adat
Secara Etimologis kata Punyimbangberasal dari kata Pun dan Nyimbang, Pun
berarti yang dihormati dan dituakan, sedangkan Nyimbang berarti mengimbang
dan mewarisi.
Punyimbangadalah pemimpin adat yang diperoleh secara turun temurun,
Punyimbangseperti ini dianut oleh Ulun LampungSaibatin, sedangkan
Kepunyimbangan dalam arti kedudukan seseorang sebagai pemuka adat
disamping urutan kedudukannya sebagai anak laki-laki tertua menurut garis
hierarki keturunan Masing-Masing(Ali Imron, 2005 :100).
Punyimbangartinya orang yang dituakan dalam keluarga, kerabat atau kebuayan,
dengan adanya Kepunyimbangan ini maka keluarga Lampung mempunyai
pemimpin berdasarkan keturunan laki-laki atau patrilineal (Hilman Hadikusuma,
1989 : 17).
Menurut Rizani Puspawidjaja (2003 : 5) dalam Materi Pelatihan Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan Kampung Tua (PPEK-KT), pola kepemimpinan masyarakat
adat Saibatinpada hakekatnya terpola dengan struktur pemimpin tetap dipegang
anak laki-laki tertua, dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Dengan demikian maka Punyimbangadalah pemimpin adat yang diperoleh secara
turun temurun serta kedudukan sebagai pemuka adat dan pada hakekatnya terpola
dengan struktur tetap dipegang anak laki-laki tertua.
15
Dalam orang LampungSaibatin kata Ulun biasanya digunakan sebagai kata ganti
orang atau masyarakat dan menunjukan identitas suatu suku, untuk itu sebelum
kita beranjak pada konsep orang LampungSaibatin akan lebih baik kita
mengetahui terlebih dahulu konsep Masyarakat itu sendiri.
Istilah yang lazim untuk menyebut kesatuan (kolektivitas) hidup manusia adalah
masyarakat, dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata
lainsocius, yang berarti kawan. Istilah Masyarakat sendiri berasal dari kata arab
syakara yang berarti “ikut serta” atau “berpartisipasi”. masyarakat ialah memang
sekumpulan manusia yang paling bergaul dan berinteraksi.
Masyarakat pada satu kesatuan manusia tentunya memiliki ikatan-ikatan seperti
adanya instansi diantara warganya, adanya ikatan adat istiadat khas dalam
kehidupannya yang berlangsung terus menerus, adanya rasa identitas diantara
warganya, adanya norma-norma atau hukum dan aturan-aturan yang khas
mengatur pola prilaku warganya (Dalam Sosiologi dan Antropologi, 1987: 136).
Dari ciri-ciri yang dikemukakan tersebut, Koentjaraningrat mendefinisikan
masyarakat sebagai berikut , “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat kontinue, dan terikat
suatu rasa identitas bersama”.
Menurut Warner (1986:105)masyarakat adalah “suatu kelompok perorangan yang
berinterkasi timbal balik”, konsekuensinya adalah jika hubungan manapun dari
konfigurasi sosial tertentu diransang, maka itu akan mempengaruhi semua bagian
diungkapkan oleh Chapple“bahwa hampir seluruh kehidupan seseorang individu
lain dalam peranata-peranata” (Chapple, 1986: 107).
Jadi masyarakat adalah sekumpulan individu (manusia) yang terkait oleh
pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) yang sama, disamping adanya
sekumpulan individu didalamnya juga terdapat interaksi antara mereka, jadi bukan
sekedar sekumpulan individu. Sekelompok individu hanya akan menghasilkan
jamaah (kumpulan) saja, bukan masyarakat, lagi pula yang membentuk
masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat yang ada didalamnya.
Masyarakat yang akan diteliti disini adalah masyarakatyang merupakan keturunan
Paksi Pak Sekala Beghak, menurut koentjaraningrat bahwa lahirnya masyarakat
diawali dengan hubungan tiap-tiap indivudu yang hanya mencakup kaum
keluarga, kerabat dan tetangga dekat saja yang menjadi satu kesatuan.
OrangLampungSaibatin adalah sekelompok masyarakat yang berusaha menjaga
kemurnian daerah dalam mendudukkan seseorang pada jabatan adat, yang pada
kelompok adat disebut Punyimbang, dan masyarakat Lampung pesisir memliki
cici-ciri:
1. Martabat kedudukan tetap, tidak ada upacara peralihan adat.
2. Jenjang kedudukan Saibatin tanpa tahta.
3. Bentuk perkawinan jujur dan semanda.
4. Pakaian adat hanya dimiliki dan dikuasai oleh Saibatin (siger, mahkota
sebelah).
5. Kebangsawanan keturunan hanya terbatas pada kerabat Saibatin.
17
7. Belum diketahui kitab pegangan adatnya.
8. Pengaruh agama islam lebih kuat.
9. Peradilan adat mulai melemah (Hadikusuma, 1989: 119).
Dari penjelasan di atas dapat diambil intisarinya bahwa orang LampungSaibatin
adalah kelompok masyarakat adat yang dominan bertempat tinggal didaerah
pesisir dan menjaga kemurnian darah dalam Kepunyimbangan.
6. Konsep Paksi Pak Sekala Beghak
Sebelum kita beranjak pada konsep Paksi Pak Sekala Beghak akan lebih baik kita
mengetahui terlebih dahulu konsep Sekala Beghak itu sendiri.Sekala Beghak
memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi orang Lampung. Ia
melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri.Sekala
Beghak secara etimologis berasal dari kata Sekala dan Beghak, Sekala adalah
tumbuhan yang hanya terdapat di sekitar lereng gunung pesagi, sedangkan
Beghakdalam bahasa Lampung berarti luas atau lebar, dengan demikian secara
etimologis Sekala Beghakberari tumbuhan yang luas dan hanya terdapat di lereng
gunung pesagi Kabupaten Lampung Barat.
Hilman Hadikusuma menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal
dari Sekala Beghak, di kaki gunung pesagi Lampung Barat. Penduduknya dihuni
oleh Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong.
Negeri ini menganut kepercayaan animisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu
Bairawa.Masyarakat Tumi kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa
Islam yang berasal dari Pagaruyung Sumatera Barat yang datang ke sana,mereka
inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Beghak(Adat Istiadat
Lampung:1983).
7. Konsep Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan adalah hubungan berdasarkan pada model hubungan yang
dipandang antara seorang ayah dengan anak serta seorang ibu dengan anak (Ali
Imron, 2005:27).Hubungan kekerabatan masyarakat Lampung terdiri dari tiga
kelompok kerabat menyanak, yaitu kelompok wari (saudara), adik wari (saudara
adik beradik), dan apak kemaman (paman saudara-saudara bapak), yang
sepertalian darah, kelompok lebu kelama (kerabat ibu sendiri dan kerabat ibu dari
bapak), dan kelompok menulung kenubi (kerabat kemenakan dari saudara wanita
sendiri atau dari bapak serta kerabat bersaudara ibu)(Hilman Hadikusuma
1989:141).
saudara-19
7. Bik Ibu (Bibi) 15. Ego
8. Ayah 16. Adik Wari (Adik)
Bagan 2. Kelompok Lebu Kelama(kerabat ibu sendiri dan kerabat ibu dari bapak)
Ego
Kelama Lebu
Bagan 3. Kelompok Menulung Kenubi
Hubungan kekerabatan yang positif ini terlihat pada pelaksanaan upacara adat
yang dilakukandengan cara bersakai sembayan antara keluarga yang satu dengan
keluarga yang lainnya dalam menghadapi masalah bersama baik dalam adat.
Masyarakat di PekonKembahangKecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat menganut prinsip sistem kekerabatan yang ditarik berdasarkan atas garis
keturunan ayah atau patrilineal. Dengan struktur kekerabatan seperti ini sangat
berpengaruh juga kepada sistem pewarisan harta, pusaka maupun gelar adat 1
1 1
1
1 1
1 1
1 1 1
dimana penerus dan pengalihan hak penguasa atas harta dan tanggung jawab
diberikan kepada anak laki-laki tertua.
8. Konsep Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Pelapisan Sosial) adalahpenggolongan untuk pembedaan
orang-orangdalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensikekuasaan, previlese dan prestise.Penggolongan untuk
pembedaan artinya setiap induvidumenggolongkan dirinya sebagaiorang yang
termasuk dalam suatu lapisan tertentu menganggapdirinya lebih rendah atau
lebihtinggi dari pada orang lain untukdigolongkan kedalam lapisantertentu.
Menurut Pitirim A. Sorokin(1959:11)stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis),
perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, setiap lapisan
itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa stratifikasi sosial merupakan
ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur. Lapisan-lapisan di dalam
masyarakat memang belum jelas batas-batasnya, tetapi tampak bahwa setiap
lapisan terdiri atas individu-individu yang mempunyai tingkatan atau strata sosial
yang secara relatif adalah sama.
Dalam masyarakat adatLampungSaibatin, stratifikasi masyarakat di kategorikan
menjadi dua golongan, pertama adalah golongan Masyarakat pemegang Adat
Saibatin atau Punyimbang, dan kedua adalah golongan orang-orang biasa, untuk
21
B.Kerangka Pikir
Lampung pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan masyarakat atau
(kh) Ruwa Juri yaitu JuraiPepadun dan JuraiSaibatin. dalam kesehariannya
sebagian besar orang Pepadun menggunakan dialek O sedangkan orang Saibatin
menggunakan dialek A.
LampungSaibatin pada dasarnya dapat diketahui dengan kesempatan untuk
menduduki atau meningkatkan kedudukan dalam adat diperoleh dari
keturunan,karena Punyimbang berlangsung secara dinasti.Kepunyimbangan dalam
arti kedudukan seseorang sebagai pemuka adat atau pemimpin adat menurut garis
hierarki keturunan masing-masing yang mempunyai peran, fungsi dan wewenang.
Inilah yang ada pada Paksi Pak Sekala Beghak, yaitu Buay Bejalan diway, Buay
Nyerupa, Buay Belunguh, Buay Pernong, pada umumnya memiliki dasar yang
kuat sebagai Punyimbang adat (pemimpin adat), sebab mereka mempunyai
wilayah, masyarakat dan aturan adat yang berlaku.
Kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan, dan
kekuasaan, aturan adat masing-masing hanya berlaku pada Klan mereka sendiri
dan tidak berlaku untuk Klan yang lain, namun Paksi Pak Sekala Beghak
memiliki pelapisan sosial berdasarkan gelar adat dari yang tertinggi sampai yang
C.Paradigma
Keterangan :
: Garis Pengaruh
: Garis akibat Lampung
Pepadun Saibatin
Punyimbang Adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak 1. Suntan
2. Raja 3. Batin 4. Radin 5. Minak 6. KieMas 7. Mas
Paksi Pak Sekala Beghak
23
REFERENSI
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat Adat dan budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.
Puspawidjaja, Rizani. 2003.Materi Pelatihan Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan Kampung Tua (PPEK-KT), pola kepemimpinan Masyarakat. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Kontjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. UI Press. Jakarta.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Yang Digunakan
Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu
penelitian. Menurut Maryaeni (2005:58), metode adalah cara yang ditempuh
peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang
diterapkan.
Sedangkan menurut Winarno Surachmad (1982 : 111), metode adalah cara utama
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis
dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Berdasarkan pengertian
diatas, maka metode adalah cara untuk mencapai suatu tujuan dari penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut
Husin Sayuti (1989; 41) metode deskriptif adalah suatu metode yang memberikan
gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau
kelompok tertentu.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiamana adanya. Metode
deskriptif juga memusatkan perhatiannya pada penemuan fatkta-fakta
25
metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat pencandraan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu.
Dengan demikian maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau melukiskan suatu kejadian atau pristiwa secara
sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan
sebagaimana adanya.
B.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat. Lokasi ini dipilih
berdasarkan teknik Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan sengaja, cara
penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari oleh lokasi penelitian juga tidak
jauh dari Pekon kelahiran penulis dengan harapan penulis akan dapat lebih mudah
melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi dengan
para responden yang rata-rata berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Lampung.
Menurut Suwardi Endraswara (2006: 15) sampel adalah salah satu cara
pembatasan (penyempitan) wilayah yang akan digarap. Dengan kata lain sampel
adalah sumber dari informasi data itu sendiri. Sampel dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang mengerti dan memahami tentang SistemPunyimbang Adat
Barat.Sedangkan Menurut Mohamad Ali (1985: 54) sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap
seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
C.Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Informan 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek
penelitian. Variabel adalah segala faktor yang menyebabkan aneka perubahan
pada fakta-fakta suatu gejala tentang kehidupan (Ariyono Suyono, 1985: 431).
Sedangkan menurut pendapat yang lain dijelaskan bahwa variabel adalah
himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya
yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di
luar dan berpengaruh pada objek penelitian (Hadari Nawawi, 1996: 55)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel adalah sesuatu
yang menjadikan objek dalam penelitian. Variabel dalam penelitian adalah
SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak.
2. Definisi Operasional Variabel
Menurut Muhammad Nazir definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Moh. Nazir, 1985:
27
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi menyatakan definisi operasional
variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur suatu variable (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989: 40).
Dengan demikian maka definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang
memberitahukan cara mengukur suatu variabel dengan cara memberikan arti atau
menspesifikasikan kegiatan agar mudah diteliti.
3. Informan
Pemahaman tentang informan ini penting karena peneliti budaya mau tidak mau
akan berhadapan langsung dengannya. Informan adalah seseorang atau ketua adat
yang memiliki pengetahuan budaya yang di teliti (Suwardi, 2006 : 119).
Narasumber yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu karena itu maka
perlu dipilih orang yang benar-benar mengetahui tentang objek yang akan diteliti.
Informan menurut Moleong (1998: 90) adalah orang yang mempunyai banyak
pengetahuan tentang latar penelitian dan bersedia untuk memberikan inforMasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Syarat-syarat seseorang
informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak
termasuk pada salah satu kelompok yang bertikai dalam latar belakang penelitian
dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.
Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling (mengambil
orang yang telah dipilih secara cermat oleh peneliti). Pemilihan informan
memberikan data dalam penelitian ini.Informan yang dipilih berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu. Kriteria informan pada penelitian ini adalah:
1. Tokoh masyarakat atau tokoh adat
Tokoh adat disini dimaksudkan adalah orang yang dianggap memahami secara
mendalam tentang adat istiadat orang Lampung dan penduduk asli setempat.
2. Informan memiliki kesediaaan dan waktu yang cukup.
3. Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya.
4. Orang yang memahami objek yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara
Pada penelitian ini salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik wawancara. Wawancara atau metode interview, mencangkup cara yang
dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan
bercakap-cakap berhadapan(Koentjaraningrat, 1973: 162).
Teknik ini untuk mencari keterangan secara lengkap, berdasarkan difinisi tersebut
maka peneliti melakukan teknik wawancara dengan tokoh-tokoh adat di
Kabupaten Lampung Barat yang mengerti dan memahami tentangPunyimbang
Adat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak Kabupaten Lampung
Barat.Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur dan wawancara tidak berstruktur.
29
Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyapaikan beberapa pertanyaan
yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya.(Esther Kuntjara, 2006: 168).
Jadi wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan terlebih
dahulu menyusun pertanyaan dalam bentuk dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika
informan memberikan keterangan tidak melantur kemana-mana.
b. Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena terkadang
informan memberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak terduga
yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal itu biasa
menambah informasi yang diperoleh terkait informasi yang akan diteliti.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka teknik wawancara digunakan dalam
penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara langsung melalui tanya-jawab
dengan informan, sehingga mendapatkan informasi lebih jelas..
2. Teknik Observasi
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati
perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara senghaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala
psikis untuk kemudian dilakukan penelitian.
Observasi menurut Mardalis ialah teknik yang digunakan dalam rangka
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan
tertentu yang diinginkan.
MenurutSuwardi Endraswara (2006:133) observasi adalah suatu penelitian secara
sistematis dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini
dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam.
Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai
objek yang akan diteliti.
Tehnik Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan
data dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang
sedang diteliti sehingga mendapatkan data yang berkaitan dengan
SistemPunyimbang Adat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak Kabupaten
Lampung Barat.
3. Teknik Dokumentasi
Tehnik dokumentasi menurut Komarudin (1997 ; 50) adalah sesuatu yang
memberikan bukti dimana dipergunakan sebagai alat pembukti atau bahan-bahan
untuk membandingkan suatu keterangan atau informasi penjelasan atau
dokumentasi dalam naskah atau informasi tertulis. Menurut Suharsimi Arikunto,
teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda, dan sebagainya(Suharsimi Arikunto, 1997 : 236).
Sedangkan menurut Hadari Nawawi mengatakan bahwa dokumentasi adalah cara
31
dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan
(Nawawi,1991:133).Maka berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengadakan
penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada berupa catatan-catatan, buku yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
teknik analisis data yang akan dipergunakan untuk mendapatkan informasi dan
data tertulis maupun dalam bentuk gambar, foto, catatan, buku, surat kabar dan
lain sebagainya yang memiliki hubungan dengan maslah yang akan diteliti.
4. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data Kualitatif karena
data yang diperoleh bukan berupa angka-angka sehingga tidak dapat diuji secara
statistik. Selain itu analisis data kualitatif yang dapat memberikan penjelasan yang
nyata dalam kehidupan kita sesuai dengan hal yang akan di teliti.
Menurut Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data(Moleong, 1998: 103).
Sedangkan Bogdan dan Totylor (dalam Lexy J. Moleong 2004:280)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menentukan tema dan rumusan hipotesis (ide), seperti yang disarankan oleh
Langkah-langkah dalam penelitian menganalisis data dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan dituangkan dalam laporan atau uraian yang
lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu
dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diferivikasi. Hasil wawancara dan dokomentasi digolongkan dalam
fokus-fokus kajian penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan penelitian melihat data secara
keseluruhan dan bagian-bagian penting. Bentuk penyajian data yang digunakan
pada data kualitataif adalah bentuk teks naratif, oleh karena itu informasi yang
kompleks akan disederhanakan kedalam bentuk tabulasi yang selektif dan mudah
dipahami.Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang
lebih relevan dengan konteks penelitian, disajikan dalam kalimat baku dan mudah
dimengerti.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah data direduksi dan memasukan data kedalam bentuk bagan, matrik, dan
grafik maka tindak lanjut peneliti adalah mencari arti pula, konfigurasi yang
mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus
33
Adapun langka-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil suatu
kesimpulan adalah :
a. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian.
b. Menyusun data-data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber
yang didapat di lapangan.
c. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya
REFERENSI
Goodman. Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media.
Ihromi, T.O. ed. (1981) Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia.
Levi-Strauss. Claude. 2005. Antropologi Struktural. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Kontjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. UI Press. Jakarta.
. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Geramedia. Jakarta.
Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta.
Endraswara, suwardi. 2006. Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.
Komarudin. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta-Gramedia.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara:Jakarta
Singarimbun, Masri. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta LPSES.
Surachmad , Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Angkasa : Bandung
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
dalam Sistem Punyimbang Adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak
Kepaksian Bejalan diwaysebagai berikut:
SuntanPaksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway adalah Selayar Akbar
Azrim Efendi Puspanegara adokSuntan Jayakesuma IV merupakan Punyimbang
tertinggi yang ke 20, pucuk pimpinan tertinggi pada masyarakat adat PaksiPak
Sekala Begahak Kepaksian Bejalan diway.
RajaPaksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway berjumlah 12 Raja, baik
RajaJukkuan maupun Raja Kappung Batin, yang kesemuanya berfungsi
membantu Suntan dan berada dibawah Suntan, Raja-Raja ini masing-masing
membawahi kelompok-kelompok kecil atau Klan-Klan kecil berdasarkan wilayah
yang mereka pimpin.
Sampai pada saat ini Batin pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan
diway berjumlah 64 Batin, yang semuanya berfungsi membantu para Raja dalam
mengurusi wilayah Masing-Masing, serta Batin selalu dibawah Raja dan biasanya
membantu segala kebutuhan yang diperlukan Raja dalam acara adat pada
Radin pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway tidak diketahui
jumlah pastinya, fungsi Radin banyak berperan pada pelaksanaan, ia berada pada
posisi tengah atau pada pelapisan sosial yang berada ditengah, biasanya
membantu para Batin biasa juga membantu Minak dan Kiemas, namun pada
pelaksanaanya Radin lebih terlihat sebagai punggawa yang memagang peralatan
atau benda-benda pusaka dalam prosesi adat yang berlangsung.
Minak pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway tidak diketahui
jumlah pastinya, fungsi Minak lebih banyak membantu Radin dalam kegiatannya,
selain itu Minak juga lebih banyak berfungsi sebagai perlengkapan dalam acara
adat yang berlangsung.
Kiemas pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway tidak diketahui
jumlah pastinya mengingat pelapisan sosial yang keenam ini sudah berada pada
lapisan sosial bawah, Jika Radin dan Minak lebih banyak berperan pada saat
pelaksanaan acara adat maka Kiemas lebih kepada pelaksanaan atau pada
persiapan acara di dalam adat, seperti Minak mempersiapkan peralatan,
membantu mengkondisikan tempat, dan menjadi pelaksana perintah dari pada
para Raja dan Batin.
Mas adalah pelapisan sosial paling bawah pada Paksi Pak Sekala
BeghakKepaksian Bejalan diway, secara umum fungsiMas lebih banyak mendapat
instruksi dari atasannya, ia bahkan tidak ikut dalam pengambilan keputusan adat
93
B.Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan maka ada beberapa
saran yang akan penulis sampaikan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masyarakat Lampung yang mempunyai Klan-Klanmasing-masing
hendaknya memahami KepunyimbanganAdat khususnya marganya
masing-masing.
2. Hendaknya seorang Suntan benar-benar mengetahui peran, fungsi dan
wewenangnya sebagai Punyimbang Adat agar tidak terjadi tumpang tindih
peran, fungsi dan wewenang dalam lembaga adat.
3. Adanya Paksi Pak Sekala Beghakhendaknya kita sadari sebagai bentuk keanekaragaman adat budaya serta warisan nenek moyang yang ada di
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka Amani, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rinclce Cipto
Aries Djaenuri, 2003. Sistem Pemerintahan Desa. Pusat Penerbitan UT.Jakarta
Bushar Muhammad. Azas-azas Hukum Adat (suatu pengantar). Pradya Pamaritha, Jakarta.
Depdikbud 1977/1978. Sejarah Daerah Lampung. Kanwil Prov. Lampung: Bandar Lampung.
Evendhy M. Siregar. 1989. Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil. Yayasan Mari Belajar. Jakarta.
Endraswara, suwardi. 2006. Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.
Goodman. Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media.
Hilman,Hadikusuma. 1990. Masyarakat Adat dan budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.
Sejarah Hukum Adat di Indonesia. Bandung. Alumni. 1978
Hukum Adat dan Pembangunan. Universitas Lampung, Teluk Betung 1978
Ihromi, T.O. ed. (1981) Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia.
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Kantaprawira.Rusadi 1983. Sistem Politik Indonesia. Sinar Baru. Bandung
Kansil, Cristine. 2001. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.
2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta
Kontjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. UI Press. Jakarta.
. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Geramedia. Jakarta.
Kantaprawira.Rusadi 1983. Sistem Politik Indonesia. Sinar Baru. Bandung
Komarudin. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta-Gramedia.
Levi-Strauss. Claude. 2005. Antropologi Struktural. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Muhammad, Bushar. 1978. Asas-asas Hukum Adat (suatu pengantar). Pradya paramita. jakarta
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara:Jakarta
Puspawidjaja, Rizani. Materi Pelatihan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kampung Tua (PPEK-KT), pola kepemimpinan Masyarakat. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 2003.
Rasyid Ryaas. 1998. Desentralisasi Dalam Menunjang Pembangunan Daerah Dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta.PT Pustaka. LP3ES
Syafe’I, Kencana Inu. 1993. Sistem Pemerintahan Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta
Singarimbun, Masri. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta LPSES.
Surachmad , Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Angkasa : Bandung
Suwondo Bambang. Upacara Tradisional Daerah Lampung . Depdikbud. 1981/1982
Suryabrata, Sumadi.1983. Metode Penelitian. Jakarta-Rajawali.
Singarimbun, Masri. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta LPSES.
Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta.
Selayang Pandang Dinas Perhubungan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Lampung Barat.