• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PUNYIMBANG ADAT LAMPUNG SAIBATIN PAKSI PAK SEKALA BEGHAK KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PUNYIMBANG ADAT LAMPUNG SAIBATIN PAKSI PAK SEKALA BEGHAK KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PUNYIMBANG ADAT LAMPUNG SAIBATIN

PAKSI PAK SEKALA BEGHAK KABUPATEN

LAMPUNG BARAT

Oleh:

Reki Fahlevi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

SISTEM PUNYIMBANG ADAT LAMPUNG SAIBATIN

PAKSI PAK SEKALA BEGHAK KABUPATEN

LAMPUNG BARAT

Oleh:

Reki Fahlevi

Masyarakat Lampung pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan masyarakat atau (kh) ruwa jurai yaitu Jurai Pepadun dan Jurai Saibatin. Budaya Lampung Barat yang juga golongan masyarakat Jurai Saibatin ditandai dengan adat istiadat yang masih terpelihara hingga saat ini. Suku bangsa asli yang mendiami wilayah Kabupaten Lampung Barat berasal dari Sekala Beghak. Paksi Pak Sekala Beghak kemudian adalah Punyimbang di wilayah Sekala Beghak, kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan, kekuasaan dan aturan adat hanya berlaku ke dalam Klan mereka sendiri dan tidak berlaku untuk Klan yang lain. Pelapisan Sosial pada Paksi Pak Sekala Beghak dari yang tertinggi sampai yang terendah meliputi Suntan, Raja, Batin, Radin, Minak, Kimas, dan Mas.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah bagaimanakah Sistem Punyimbang adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak Kepaksian Bejalan diway. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fungsional struktural dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi dan wawancara.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa pada Paksi Pak Sekala Beghak Kepaksian Bejalan diway terdapat struktur kebangsawanan yang dipegang tetap oleh Punyimbang tertinggi yang bergelar suttan dan turun temurun terwarisi berdasarkan garis keturunan anak laki-laki tertua (Patrilineal),Struktur kebangsawanan tersebut telah ada dan berlangsung sejak zaman dahulu bahkan sempat dipengaruhi Pemerintah Hindia Belanda dengan menetapkan aturan-aturan berdasarkan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda di wilayah

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

C. Tujuan, kegunaan dan ruang lingkup penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 6

8. Konsep Stratifikasi Sosial ... 20

B. Kerangka Pikir ... 21

(6)

C. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Informan ... 26 Sekala Beghak Kepaksian Bejalan diway ... 66

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak

mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

dari ciptaan manusia,dan Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari

berbagai macam suku bangsa, yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat,

bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda.

Keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama,

bahasa, budaya dan letak daerah, yang bersatu dengan harmonis itulah Indonesia,

salah satu dari berbagai suku bangsa itu adalah suku Lampung,Lampung

merupakan suatu daerah yang terletak di bagian tenggara pulau sumatera dengan

luas wilayahnya 35. 376 km , bagian barat berbatasan dengan samudera

Indonesia, bagian timur berbatasan dengan laut Jawa, bagian utara berbatasan

dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, dan di bagian selatan

berbatasan dengan Selat Sunda. Penduduk Lampung terdiri dari penduduk asli

dan pendatang, penduduk asli disebut Suku Lampung atau Ulun Lampung.

Ditinjau dari historisnya Lampung dipengaruhi pemerintah Hindia Belanda,

seperti pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda menetapkan marga-marga

teritorial genealogis suku Lampung, sekaligus menentukan batas-batas wilayah

kekuasaan masing-masing.Kekuasaan marga teritorial berdasarkan keturunan ini

(8)

setelah itu pemerintahan marga diubah menjadi pemerintahan negeri, sejak tahun

1970 pemerintahan negeri dihapus dan digantikan pemerintahan kecamatan.

Orang Lampung terdiri dari dua masyarakat atau (kh) Ruwa Jurai Yaitu

JuraiPepadun dan JuraiSaibatin,dalam kesehariannya sebagian besar Ulun

(orang) Pepadun menggunakan dialek O sedangkan Ulun (orang) Saibatin

menggunakan dialek A. Perbedaan bukan hanya dalam dialek, akan tetapi dalam

kebudayaan dan adat istiadat pun memiliki perbedaan.

Kondisi sosial budaya Lampung Barat yang juga golongan masyarakatSaibatin

ditandai dengan adat istiadat yang masih terpelihara hingga saat ini. Lampung

Barat juga dikenal dengan sebutan Tanah Sai Betik atau tanah yang indah dengan

tata kehidupan masyarakat dengan sistem patrilinial, dimana harta pusaka, gelar

dan nama suku diturunkan menurut garis Ayah/Bapak. Suku bangsa asli yang

mendiami wilayah Kabupaten Lampung Barat berasal dari Sekala Beghak.

Sekala Beghak adalah kawasan yang sampai saat ini dapat disaksikan warisan

peradabannya, kawasan ini boleh dibilang kawasan yang sudah hidup sejak Masa

pra-sejarah. Menhir, dolmen, dan bangunan megalitik lainnya serta makam tua

yang tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat bukti ada tanda kehidupan

menyejarah.

Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung Sekala

Beghak sebagai berikut Inder Gajah gelarBuay Bejalan diway kedudukan di

Puncak DalomPekon Kembahang Kecamatan Batu Brak, Pak Lang gelar Buay

(9)

3

Buay Nyerupa Kedudukan di Tapak Siring Kecamatan Sukau, Belunguh gelar

Buay Belunguh Kedudukan di Kenali Kecamatan Belalau.

Paksi Pak Sekala Beghak kemudian adalah Punyimbang (pemimpin) di wilayah

Sekala Beghak, kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih

dituakan, dan kekuasaan, aturan adat hanya berlaku ke dalam Klan mereka sendiri

dan tidak berlaku untuk Klan yang lain, Paksi Pak Sekala Beghak adalah mutlak

masyarakat adat bersendikan islam.

Sebagai kesatuan budaya (cultural based) keberadaan Punyimbangpada Paksi

Pak Sekala Beghak turun temurun terwarisi dan dalam peraturan adat tidak

terdapat kemungkinan untuk membeli perangkat adat, kepangkatan seseorang

dalam adat tidak dapat dinilai dari materi dan kekuatan.

Terkait mengenai hal kebudayaan dan Sistemkepemimpinan termuat dalam

undang-undang dasar 1945 yaitu dalam pasal 28 I yang berbunyi:“Identitas

budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan

zaman dan peradapan”.

Pemimpin adalah orang yang memiliki kecakapan dan kemampuan

mempengaruhi, mengajak, mengumpulkan dan menggerakan orang lain untuk

menangani masalah yang ada. Seorang pemimpin harus mampu membina orang

lain atau bawahannya untuk membentuk satu kesatuan kerja dan bersama-sama

mereka bekerja, bahkan kadang-kadang rela berkorban demi suksesnya pekerjaan

itu. Hal ini jugalah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin adat yang

(10)

PunyimbangAdat Lampung Saibatin adalah mengenai status dan gelar seorang

Raja adat, bagi adat Lampung Saibatin dalam setiap generasi atau masa

kepemimpinan hanya mengenal satu orang pemimpin adat yang bergelar Suntan,

hal ini sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin yang artinya Satu Batin (Satu orang

junjungan).

Seorang Saibatin adalah seorang Suntan berdasarkan garis lurus sejak zaman

Kerajaan (keratuan) yang pernah ada di Lampung sejak zaman dahulu dan inilah

yang disebut SaibatinPaksi. Sebagai keturunan langsung dari keratuan Paksi Pak

Sekala Beghak sejak zaman dahulu sebagai satu-satunya pemilik dan penguasa

adat tertinggi dilingkungan Paksinya.

Hal yang menarik dari adat Lampung Saibatin yaitu dalam memaknai Pepadun itu

sendiri. Dalam adat Lampung Saibatin,Pepadun berarti tempat bertahtanya

seorang Raja yang dinobatkan khususnya dalam Paksi Pak Sekala Beghak.

Ketetapan adat hanya keturunan yang lurus dan garis keturunan Raja yang berhak

untuk dapat duduk diatas Pepadun, namun di daerah lain Pepadun merupakan

adat kebiasaan suatu kelompok masyarakat. Kedua kelompok adat tersebut

memiliki perbedaan baik dalam sistem kepemimpinannya maupun dalam bahasa

dan seni budaya.

Melihat fenomena yang terjadi bahwa banyak masyarakat Lampung yang tidak

mengetahui sistem kekerabatannya sendiri atau tergolong pada geneologis apa,

Selain itu banyak para Punyimbang atau tokoh adat yang tidak mengetahui peran,

fungsi dan wewenangnya dalam adat terutama ketika diadakannya acara-acara

(11)

5

apakahKepunyimbangan Adat Lampung Saibatin sudah sesuai dengan ketentuan

yang ada dan apakah peran, fungsi dan wewenang masing-masing sudah jelas dan

berjalan dengan baik ataukah hal tersebut hanya merupakan simbol dalam

Kepunyimbangan adat Lampung.

B. Analisis Masalah 1.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

1. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

BeghakKepaksian Bejalan diway.

2. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

BeghakKepaksian Nyerupa.

3. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

BeghakKepaksian Pernong.

4. SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

BeghakKepaksian Belunguh.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi

masalah yaituSistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

(12)

3. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimanakahSistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

BeghakKepaksian Bejalan diway?

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahuiSistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak

Kepaksian Bejalan diway dan diharapkanmasyarakat tidak hanya mengetahui

tentang Punyimbang di Lampung secara umum saja, akan tetapi mengenal

Punyimbang juga pada masyarakatLampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak.

2.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai salah satu wawasan bagi penulis untuk mengetahui

tentangSistemKepunyimbanganAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala

Beghak Kepaksian Bejalan diway.

2. Sebagai informasi kepada orang LampungSaibatin KabupatenLampung Barat

agar selalu menjaga dan melestarikan budaya Lampung yang secara turun

(13)

7

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu :

1. Subjek Penelitian : SistemPunyimbang

2. Objek Penelitian : Paksi Pak Sekala Beghak

3. Tempat penelitian : Kabupaten Lampung Barat.

4. Waktu : 2012-2013

(14)

REFERENSI

Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat Adat dan budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.

Depdikbud 1977/1978. Sejarah Daerah Lampung. Kanwil Prov. Lampung: Bandar Lampung.

Muhammad, Bushar. 1978. Asas-asas Hukum Adat (suatu pengantar). Pradya Paramita. Jakarta

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A.Tinjauan Pustaka 1. Konsep Sistem

Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini, berikut penulis menyajikan beberapa pengertian sistem yang

diungkapkan oleh para ahli.

Menurut Webster’s New Colligiate Dictionari (2001:33) sistem terdiri atas kata

“syn” dan Bistanai (greek) yang artinya menempatkan bersama yaitu suatu

kumpulan pendapat-pendapat, prinsif-prinsif yang membentuk satu kesatuan dan

hubungan satu sama yang lainnya. Di dalamnya ada tiga unsur yaitu faktor-faktor

yang dihubungkan , hubungan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk satu

kesatuan.

Sistem adalah sebuah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur,

komponen, satu sama lainnya berada dalam keterikatan yang kait mengait dan

fungsional. Sistem juga dapat diartikan suatu cara yang mekanismenya berpola

dan konsisten bahkan mekanismenya sering bersifat otomatis.( Rusadi

Kantaprawira1983:7).

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir

atau suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk

(16)

Menurut (Moh. Kusnardi dan Harmaili Ibrahim1996:73) sistem adalah suatu

keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional

baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya,

sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian

yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan

mempengaruhi keseluruhan itu.

Menurut (Prajudi 1992:6) sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur

yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk

menggerakan suatu fungsi yang utama dari suatu usaha atau urusan.

Sedangkan menurut (Sumantri 1983:4) sistem adalah sekelompok bagian-bagian

yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud, apabila salah satu

bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya maka maksud yang hendak

dicapai tidak akan terpenuhi atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud

akan mendapat gangguan.

Menurut (Syafe’i 1993:14) Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu

rangkaian yang kait mengait satu sama lain, bagian atau anak cabang dari suatu

sistem menjadi induk sistem dari rangkaian selanjudnya, begitulah seterusnya

sampai pada bagian yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan mengganggu

kestabilan sistem itu sendiri.

Pengertian sistem secara umum yaitu merupakan suatu kesatuan dari suatu

rangkaian yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling berkaitan atau memiliki

pengaruh antara yang satu dan yang lainnya dan digunakan sebagai pola untuk

(17)

11

Sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan

komponen lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda untuk setiap kasus

yang terjadi di dalam sistem tersebut. Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa

sudut pandangan, seperti contoh sistem yang bersifat abstrak, sistem alamiah,

sistem yang bersifat deterministik dan sistem yang bersifat terbuka dan tertutup.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka yang dimaksud sistem merupakan

jaringan kerja atau prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama

untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

2.Konsep Fungsi

Fungsi adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna bagi suatu kehidupan

masyarakat. Keberadaan sesuatu itu mempunyai arti penting dalam kehidupan

sosial masyarakat. Kata fungsi selalu meunjukan kepada pengaruh terhadap

sesuatu yang lain, apa yang kita namakan fungsional itu tidak berdiri sendiri tetapi

justru dalam suatu hubungan tertentu memperoleh arti dan maknanya.

(Koentjaraningrat, 1993:52).

Fungsi menurut Malinowski sama dengan “guna”. Fungsi menurut Malinowski

adalah kegunaan dari institusi dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologis

individu-individu masyarakat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut

individu harus menjaga kesinambungan kelompok sosial (Marzali dalam

(18)

M.E Spiro dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi Kontjaraningrat (2009 : 173)

menjelaskan bahwa dalam karangan ilmiah, ada tiga cara pemakaian kata fungsi

antara lain:

1. Menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara sesuatu hal dengan

suatu tujuan yang tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat

untuk mentranspor manusia atau barang dari suatu tempat ketempat yang

lain).

2. Menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yang lain (kalau nilai dari satu

hal x itu berubah, maka nilai dari suatu hal lain yang ditentukan oleh x tadi,

juga berubah).

3. Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain

dalam suatu sistem yang terintegrasi (suatu bagian dari suatu organisme yang

berubah menyebabkan perubahan dari berbagai bagian lain, malahan sering

menyebabkan perubahan dalam seluruh organisme).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep fungsi pada Punyimbang

yaitu ingin mengungkapkan atau mendeskripsikan tentang Sistem Punyimbang

Adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak Kabupaten Lampung Barat.

3. Konsep Struktural

Semua benda yang ada didalam bumi merupakan sebuah kesatuan yang tersusun, dan

memiliki sebuah struktur yang terorganisir. Begitu juga pandangan dalam

teoristrukturalisme ini. Semua yang berhubungan dengan kesosialan pasti mempunyai

sebuah tatanan atau susunan yang telah terbentuk dan juga memiliki struktur – struktur

(19)

13

Dan beberapa penelitian ada yang beranggapan bahwa strukturalisme dirumuskan seperti

benda pada umumnya. Dimana hukumnya tentang apapun benda yang berbentuk

dipastikan memiliki struktur.

Menurut KBBI (1997;964) struktur adalah cara sesuatu yang disusun atau

dibangun dengan pola tertentu, pengaturan unsur-unsur atau bagian-bagian dari

suatu benda atau wujud.

Dalam teori strukturalisme Levi Straus (2005;79) struktur adalah model – model yang

dibuat oleh para ahli untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang

dianalisisnya, yang tidak ada kaitannya dengan fenomena empiris kebudayaan itu

sendiri.

Menurut levi Straus sendiri dalam menggambarkan sebuah prinsip dasar untuk teori

strukturalisme-nya. Dia membangun prinsip tersebut ke dalam empat syarat model yang

bertujuan agar terbentuk struktur sosial.Prinsip dasar tersebut adalah :

1. Sebuah struktur menawarkan sebuah karakter sistem. Struktur terdiri atas elemen –

elemen seperti sebuah modifikasi apa saja, yang salah satunya akan menyeret

modifikasi seluruh elemen lainnya.

2. Seluruh model termasuk dalam sebuah kelompok transformasi, dimana masing –

masing berhubungan dengan sebuah model dari keluarga yang sama, sehingga

seluruh transformasi ini membentuk sekelompok model.

3. Sifat – sifat yang telah ditunjukkan sebelumnya tadi memungkinkan kita untuk

memperkirakan dengan cara apa model akan beraksi menyangkut modifikasi salah

satu dari sekian elemennya.

4. Model itu harus dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga kegunaannya bisa

(20)

4. Konsep Punyimbang Adat

Secara Etimologis kata Punyimbangberasal dari kata Pun dan Nyimbang, Pun

berarti yang dihormati dan dituakan, sedangkan Nyimbang berarti mengimbang

dan mewarisi.

Punyimbangadalah pemimpin adat yang diperoleh secara turun temurun,

Punyimbangseperti ini dianut oleh Ulun LampungSaibatin, sedangkan

Kepunyimbangan dalam arti kedudukan seseorang sebagai pemuka adat

disamping urutan kedudukannya sebagai anak laki-laki tertua menurut garis

hierarki keturunan Masing-Masing(Ali Imron, 2005 :100).

Punyimbangartinya orang yang dituakan dalam keluarga, kerabat atau kebuayan,

dengan adanya Kepunyimbangan ini maka keluarga Lampung mempunyai

pemimpin berdasarkan keturunan laki-laki atau patrilineal (Hilman Hadikusuma,

1989 : 17).

Menurut Rizani Puspawidjaja (2003 : 5) dalam Materi Pelatihan Pemberdayaan

Ekonomi Kerakyatan Kampung Tua (PPEK-KT), pola kepemimpinan masyarakat

adat Saibatinpada hakekatnya terpola dengan struktur pemimpin tetap dipegang

anak laki-laki tertua, dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Dengan demikian maka Punyimbangadalah pemimpin adat yang diperoleh secara

turun temurun serta kedudukan sebagai pemuka adat dan pada hakekatnya terpola

dengan struktur tetap dipegang anak laki-laki tertua.

(21)

15

Dalam orang LampungSaibatin kata Ulun biasanya digunakan sebagai kata ganti

orang atau masyarakat dan menunjukan identitas suatu suku, untuk itu sebelum

kita beranjak pada konsep orang LampungSaibatin akan lebih baik kita

mengetahui terlebih dahulu konsep Masyarakat itu sendiri.

Istilah yang lazim untuk menyebut kesatuan (kolektivitas) hidup manusia adalah

masyarakat, dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata

lainsocius, yang berarti kawan. Istilah Masyarakat sendiri berasal dari kata arab

syakara yang berarti “ikut serta” atau “berpartisipasi”. masyarakat ialah memang

sekumpulan manusia yang paling bergaul dan berinteraksi.

Masyarakat pada satu kesatuan manusia tentunya memiliki ikatan-ikatan seperti

adanya instansi diantara warganya, adanya ikatan adat istiadat khas dalam

kehidupannya yang berlangsung terus menerus, adanya rasa identitas diantara

warganya, adanya norma-norma atau hukum dan aturan-aturan yang khas

mengatur pola prilaku warganya (Dalam Sosiologi dan Antropologi, 1987: 136).

Dari ciri-ciri yang dikemukakan tersebut, Koentjaraningrat mendefinisikan

masyarakat sebagai berikut , “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat kontinue, dan terikat

suatu rasa identitas bersama”.

Menurut Warner (1986:105)masyarakat adalah “suatu kelompok perorangan yang

berinterkasi timbal balik”, konsekuensinya adalah jika hubungan manapun dari

konfigurasi sosial tertentu diransang, maka itu akan mempengaruhi semua bagian

(22)

diungkapkan oleh Chapple“bahwa hampir seluruh kehidupan seseorang individu

lain dalam peranata-peranata” (Chapple, 1986: 107).

Jadi masyarakat adalah sekumpulan individu (manusia) yang terkait oleh

pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) yang sama, disamping adanya

sekumpulan individu didalamnya juga terdapat interaksi antara mereka, jadi bukan

sekedar sekumpulan individu. Sekelompok individu hanya akan menghasilkan

jamaah (kumpulan) saja, bukan masyarakat, lagi pula yang membentuk

masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat yang ada didalamnya.

Masyarakat yang akan diteliti disini adalah masyarakatyang merupakan keturunan

Paksi Pak Sekala Beghak, menurut koentjaraningrat bahwa lahirnya masyarakat

diawali dengan hubungan tiap-tiap indivudu yang hanya mencakup kaum

keluarga, kerabat dan tetangga dekat saja yang menjadi satu kesatuan.

OrangLampungSaibatin adalah sekelompok masyarakat yang berusaha menjaga

kemurnian daerah dalam mendudukkan seseorang pada jabatan adat, yang pada

kelompok adat disebut Punyimbang, dan masyarakat Lampung pesisir memliki

cici-ciri:

1. Martabat kedudukan tetap, tidak ada upacara peralihan adat.

2. Jenjang kedudukan Saibatin tanpa tahta.

3. Bentuk perkawinan jujur dan semanda.

4. Pakaian adat hanya dimiliki dan dikuasai oleh Saibatin (siger, mahkota

sebelah).

5. Kebangsawanan keturunan hanya terbatas pada kerabat Saibatin.

(23)

17

7. Belum diketahui kitab pegangan adatnya.

8. Pengaruh agama islam lebih kuat.

9. Peradilan adat mulai melemah (Hadikusuma, 1989: 119).

Dari penjelasan di atas dapat diambil intisarinya bahwa orang LampungSaibatin

adalah kelompok masyarakat adat yang dominan bertempat tinggal didaerah

pesisir dan menjaga kemurnian darah dalam Kepunyimbangan.

6. Konsep Paksi Pak Sekala Beghak

Sebelum kita beranjak pada konsep Paksi Pak Sekala Beghak akan lebih baik kita

mengetahui terlebih dahulu konsep Sekala Beghak itu sendiri.Sekala Beghak

memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi orang Lampung. Ia

melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri.Sekala

Beghak secara etimologis berasal dari kata Sekala dan Beghak, Sekala adalah

tumbuhan yang hanya terdapat di sekitar lereng gunung pesagi, sedangkan

Beghakdalam bahasa Lampung berarti luas atau lebar, dengan demikian secara

etimologis Sekala Beghakberari tumbuhan yang luas dan hanya terdapat di lereng

gunung pesagi Kabupaten Lampung Barat.

Hilman Hadikusuma menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal

dari Sekala Beghak, di kaki gunung pesagi Lampung Barat. Penduduknya dihuni

oleh Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong.

Negeri ini menganut kepercayaan animisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu

Bairawa.Masyarakat Tumi kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa

Islam yang berasal dari Pagaruyung Sumatera Barat yang datang ke sana,mereka

(24)

inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Beghak(Adat Istiadat

Lampung:1983).

7. Konsep Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan adalah hubungan berdasarkan pada model hubungan yang

dipandang antara seorang ayah dengan anak serta seorang ibu dengan anak (Ali

Imron, 2005:27).Hubungan kekerabatan masyarakat Lampung terdiri dari tiga

kelompok kerabat menyanak, yaitu kelompok wari (saudara), adik wari (saudara

adik beradik), dan apak kemaman (paman saudara-saudara bapak), yang

sepertalian darah, kelompok lebu kelama (kerabat ibu sendiri dan kerabat ibu dari

bapak), dan kelompok menulung kenubi (kerabat kemenakan dari saudara wanita

sendiri atau dari bapak serta kerabat bersaudara ibu)(Hilman Hadikusuma

1989:141).

(25)

saudara-19

7. Bik Ibu (Bibi) 15. Ego

8. Ayah 16. Adik Wari (Adik)

Bagan 2. Kelompok Lebu Kelama(kerabat ibu sendiri dan kerabat ibu dari bapak)

Ego

Kelama Lebu

Bagan 3. Kelompok Menulung Kenubi

Hubungan kekerabatan yang positif ini terlihat pada pelaksanaan upacara adat

yang dilakukandengan cara bersakai sembayan antara keluarga yang satu dengan

keluarga yang lainnya dalam menghadapi masalah bersama baik dalam adat.

Masyarakat di PekonKembahangKecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung

Barat menganut prinsip sistem kekerabatan yang ditarik berdasarkan atas garis

keturunan ayah atau patrilineal. Dengan struktur kekerabatan seperti ini sangat

berpengaruh juga kepada sistem pewarisan harta, pusaka maupun gelar adat 1

1 1

1

1 1

1 1

1 1 1

(26)

dimana penerus dan pengalihan hak penguasa atas harta dan tanggung jawab

diberikan kepada anak laki-laki tertua.

8. Konsep Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial (Pelapisan Sosial) adalahpenggolongan untuk pembedaan

orang-orangdalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hirarkis

menurut dimensikekuasaan, previlese dan prestise.Penggolongan untuk

pembedaan artinya setiap induvidumenggolongkan dirinya sebagaiorang yang

termasuk dalam suatu lapisan tertentu menganggapdirinya lebih rendah atau

lebihtinggi dari pada orang lain untukdigolongkan kedalam lapisantertentu.

Menurut Pitirim A. Sorokin(1959:11)stratifikasi sosial adalah pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis),

perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, setiap lapisan

itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa stratifikasi sosial merupakan

ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur. Lapisan-lapisan di dalam

masyarakat memang belum jelas batas-batasnya, tetapi tampak bahwa setiap

lapisan terdiri atas individu-individu yang mempunyai tingkatan atau strata sosial

yang secara relatif adalah sama.

Dalam masyarakat adatLampungSaibatin, stratifikasi masyarakat di kategorikan

menjadi dua golongan, pertama adalah golongan Masyarakat pemegang Adat

Saibatin atau Punyimbang, dan kedua adalah golongan orang-orang biasa, untuk

(27)

21

B.Kerangka Pikir

Lampung pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan masyarakat atau

(kh) Ruwa Juri yaitu JuraiPepadun dan JuraiSaibatin. dalam kesehariannya

sebagian besar orang Pepadun menggunakan dialek O sedangkan orang Saibatin

menggunakan dialek A.

LampungSaibatin pada dasarnya dapat diketahui dengan kesempatan untuk

menduduki atau meningkatkan kedudukan dalam adat diperoleh dari

keturunan,karena Punyimbang berlangsung secara dinasti.Kepunyimbangan dalam

arti kedudukan seseorang sebagai pemuka adat atau pemimpin adat menurut garis

hierarki keturunan masing-masing yang mempunyai peran, fungsi dan wewenang.

Inilah yang ada pada Paksi Pak Sekala Beghak, yaitu Buay Bejalan diway, Buay

Nyerupa, Buay Belunguh, Buay Pernong, pada umumnya memiliki dasar yang

kuat sebagai Punyimbang adat (pemimpin adat), sebab mereka mempunyai

wilayah, masyarakat dan aturan adat yang berlaku.

Kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan, dan

kekuasaan, aturan adat masing-masing hanya berlaku pada Klan mereka sendiri

dan tidak berlaku untuk Klan yang lain, namun Paksi Pak Sekala Beghak

memiliki pelapisan sosial berdasarkan gelar adat dari yang tertinggi sampai yang

(28)

C.Paradigma

Keterangan :

: Garis Pengaruh

: Garis akibat Lampung

Pepadun Saibatin

Punyimbang Adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak 1. Suntan

2. Raja 3. Batin 4. Radin 5. Minak 6. KieMas 7. Mas

Paksi Pak Sekala Beghak

(29)

23

REFERENSI

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Universitas Lampung: Bandar Lampung

Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat Adat dan budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.

Puspawidjaja, Rizani. 2003.Materi Pelatihan Pemberdayaan Ekonomi

Kerakyatan Kampung Tua (PPEK-KT), pola kepemimpinan Masyarakat. Universitas Lampung: Bandar Lampung

Kontjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. UI Press. Jakarta.

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan

Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu

penelitian. Menurut Maryaeni (2005:58), metode adalah cara yang ditempuh

peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang

diterapkan.

Sedangkan menurut Winarno Surachmad (1982 : 111), metode adalah cara utama

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis

dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Berdasarkan pengertian

diatas, maka metode adalah cara untuk mencapai suatu tujuan dari penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

Husin Sayuti (1989; 41) metode deskriptif adalah suatu metode yang memberikan

gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau

kelompok tertentu.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiamana adanya. Metode

deskriptif juga memusatkan perhatiannya pada penemuan fatkta-fakta

(31)

25

metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat pencandraan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu.

Dengan demikian maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

untuk menggambarkan atau melukiskan suatu kejadian atau pristiwa secara

sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan

sebagaimana adanya.

B.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat. Lokasi ini dipilih

berdasarkan teknik Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan sengaja, cara

penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari oleh lokasi penelitian juga tidak

jauh dari Pekon kelahiran penulis dengan harapan penulis akan dapat lebih mudah

melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi dengan

para responden yang rata-rata berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

Lampung.

Menurut Suwardi Endraswara (2006: 15) sampel adalah salah satu cara

pembatasan (penyempitan) wilayah yang akan digarap. Dengan kata lain sampel

adalah sumber dari informasi data itu sendiri. Sampel dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang mengerti dan memahami tentang SistemPunyimbang Adat

(32)

Barat.Sedangkan Menurut Mohamad Ali (1985: 54) sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap

seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.

C.Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Informan 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek

penelitian. Variabel adalah segala faktor yang menyebabkan aneka perubahan

pada fakta-fakta suatu gejala tentang kehidupan (Ariyono Suyono, 1985: 431).

Sedangkan menurut pendapat yang lain dijelaskan bahwa variabel adalah

himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya

yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di

luar dan berpengaruh pada objek penelitian (Hadari Nawawi, 1996: 55)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel adalah sesuatu

yang menjadikan objek dalam penelitian. Variabel dalam penelitian adalah

SistemPunyimbangAdat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak.

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Muhammad Nazir definisi operasional adalah suatu definisi yang

diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau

menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Moh. Nazir, 1985:

(33)

27

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi menyatakan definisi operasional

variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya

mengukur suatu variable (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989: 40).

Dengan demikian maka definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang

memberitahukan cara mengukur suatu variabel dengan cara memberikan arti atau

menspesifikasikan kegiatan agar mudah diteliti.

3. Informan

Pemahaman tentang informan ini penting karena peneliti budaya mau tidak mau

akan berhadapan langsung dengannya. Informan adalah seseorang atau ketua adat

yang memiliki pengetahuan budaya yang di teliti (Suwardi, 2006 : 119).

Narasumber yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu karena itu maka

perlu dipilih orang yang benar-benar mengetahui tentang objek yang akan diteliti.

Informan menurut Moleong (1998: 90) adalah orang yang mempunyai banyak

pengetahuan tentang latar penelitian dan bersedia untuk memberikan inforMasi

tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Syarat-syarat seseorang

informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak

termasuk pada salah satu kelompok yang bertikai dalam latar belakang penelitian

dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling (mengambil

orang yang telah dipilih secara cermat oleh peneliti). Pemilihan informan

(34)

memberikan data dalam penelitian ini.Informan yang dipilih berdasarkan kriteria-

kriteria tertentu. Kriteria informan pada penelitian ini adalah:

1. Tokoh masyarakat atau tokoh adat

Tokoh adat disini dimaksudkan adalah orang yang dianggap memahami secara

mendalam tentang adat istiadat orang Lampung dan penduduk asli setempat.

2. Informan memiliki kesediaaan dan waktu yang cukup.

3. Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya.

4. Orang yang memahami objek yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara

Pada penelitian ini salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik wawancara. Wawancara atau metode interview, mencangkup cara yang

dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan

keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan

bercakap-cakap berhadapan(Koentjaraningrat, 1973: 162).

Teknik ini untuk mencari keterangan secara lengkap, berdasarkan difinisi tersebut

maka peneliti melakukan teknik wawancara dengan tokoh-tokoh adat di

Kabupaten Lampung Barat yang mengerti dan memahami tentangPunyimbang

Adat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak Kabupaten Lampung

Barat.Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur dan wawancara tidak berstruktur.

(35)

29

Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyapaikan beberapa pertanyaan

yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya.(Esther Kuntjara, 2006: 168).

Jadi wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan terlebih

dahulu menyusun pertanyaan dalam bentuk dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika

informan memberikan keterangan tidak melantur kemana-mana.

b. Wawancara Tidak Berstruktur

Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena terkadang

informan memberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak terduga

yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal itu biasa

menambah informasi yang diperoleh terkait informasi yang akan diteliti.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka teknik wawancara digunakan dalam

penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara langsung melalui tanya-jawab

dengan informan, sehingga mendapatkan informasi lebih jelas..

2. Teknik Observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati

perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat

dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Observasi adalah pengamatan yang

dilakukan secara senghaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala

psikis untuk kemudian dilakukan penelitian.

Observasi menurut Mardalis ialah teknik yang digunakan dalam rangka

(36)

secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan

tertentu yang diinginkan.

MenurutSuwardi Endraswara (2006:133) observasi adalah suatu penelitian secara

sistematis dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini

dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam.

Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai

objek yang akan diteliti.

Tehnik Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan

data dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang

sedang diteliti sehingga mendapatkan data yang berkaitan dengan

SistemPunyimbang Adat LampungSaibatinPaksi Pak Sekala Beghak Kabupaten

Lampung Barat.

3. Teknik Dokumentasi

Tehnik dokumentasi menurut Komarudin (1997 ; 50) adalah sesuatu yang

memberikan bukti dimana dipergunakan sebagai alat pembukti atau bahan-bahan

untuk membandingkan suatu keterangan atau informasi penjelasan atau

dokumentasi dalam naskah atau informasi tertulis. Menurut Suharsimi Arikunto,

teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda, dan sebagainya(Suharsimi Arikunto, 1997 : 236).

Sedangkan menurut Hadari Nawawi mengatakan bahwa dokumentasi adalah cara

(37)

31

dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan

(Nawawi,1991:133).Maka berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengadakan

penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada berupa catatan-catatan, buku yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

teknik analisis data yang akan dipergunakan untuk mendapatkan informasi dan

data tertulis maupun dalam bentuk gambar, foto, catatan, buku, surat kabar dan

lain sebagainya yang memiliki hubungan dengan maslah yang akan diteliti.

4. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data Kualitatif karena

data yang diperoleh bukan berupa angka-angka sehingga tidak dapat diuji secara

statistik. Selain itu analisis data kualitatif yang dapat memberikan penjelasan yang

nyata dalam kehidupan kita sesuai dengan hal yang akan di teliti.

Menurut Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan

oleh data(Moleong, 1998: 103).

Sedangkan Bogdan dan Totylor (dalam Lexy J. Moleong 2004:280)

mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal

untuk menentukan tema dan rumusan hipotesis (ide), seperti yang disarankan oleh

(38)

Langkah-langkah dalam penelitian menganalisis data dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan dituangkan dalam laporan atau uraian yang

lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu

dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat

ditarik dan diferivikasi. Hasil wawancara dan dokomentasi digolongkan dalam

fokus-fokus kajian penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan penelitian melihat data secara

keseluruhan dan bagian-bagian penting. Bentuk penyajian data yang digunakan

pada data kualitataif adalah bentuk teks naratif, oleh karena itu informasi yang

kompleks akan disederhanakan kedalam bentuk tabulasi yang selektif dan mudah

dipahami.Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang

lebih relevan dengan konteks penelitian, disajikan dalam kalimat baku dan mudah

dimengerti.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data direduksi dan memasukan data kedalam bentuk bagan, matrik, dan

grafik maka tindak lanjut peneliti adalah mencari arti pula, konfigurasi yang

mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus

(39)

33

Adapun langka-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil suatu

kesimpulan adalah :

a. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian.

b. Menyusun data-data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber

yang didapat di lapangan.

c. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya

(40)

REFERENSI

Goodman. Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media.

Ihromi, T.O. ed. (1981) Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia.

Levi-Strauss. Claude. 2005. Antropologi Struktural. Yogyakarta. Kreasi Wacana.

Kontjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. UI Press. Jakarta.

. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.

. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Geramedia. Jakarta.

Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta.

Endraswara, suwardi. 2006. Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.

Komarudin. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta-Gramedia.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara:Jakarta

Singarimbun, Masri. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta LPSES.

Surachmad , Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Angkasa : Bandung

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

dalam Sistem Punyimbang Adat Lampung Saibatin Paksi Pak Sekala Beghak

Kepaksian Bejalan diwaysebagai berikut:

SuntanPaksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway adalah Selayar Akbar

Azrim Efendi Puspanegara adokSuntan Jayakesuma IV merupakan Punyimbang

tertinggi yang ke 20, pucuk pimpinan tertinggi pada masyarakat adat PaksiPak

Sekala Begahak Kepaksian Bejalan diway.

RajaPaksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway berjumlah 12 Raja, baik

RajaJukkuan maupun Raja Kappung Batin, yang kesemuanya berfungsi

membantu Suntan dan berada dibawah Suntan, Raja-Raja ini masing-masing

membawahi kelompok-kelompok kecil atau Klan-Klan kecil berdasarkan wilayah

yang mereka pimpin.

Sampai pada saat ini Batin pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan

diway berjumlah 64 Batin, yang semuanya berfungsi membantu para Raja dalam

mengurusi wilayah Masing-Masing, serta Batin selalu dibawah Raja dan biasanya

membantu segala kebutuhan yang diperlukan Raja dalam acara adat pada

(42)

Radin pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway tidak diketahui

jumlah pastinya, fungsi Radin banyak berperan pada pelaksanaan, ia berada pada

posisi tengah atau pada pelapisan sosial yang berada ditengah, biasanya

membantu para Batin biasa juga membantu Minak dan Kiemas, namun pada

pelaksanaanya Radin lebih terlihat sebagai punggawa yang memagang peralatan

atau benda-benda pusaka dalam prosesi adat yang berlangsung.

Minak pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway tidak diketahui

jumlah pastinya, fungsi Minak lebih banyak membantu Radin dalam kegiatannya,

selain itu Minak juga lebih banyak berfungsi sebagai perlengkapan dalam acara

adat yang berlangsung.

Kiemas pada Paksi Pak Sekala BeghakKepaksian Bejalan diway tidak diketahui

jumlah pastinya mengingat pelapisan sosial yang keenam ini sudah berada pada

lapisan sosial bawah, Jika Radin dan Minak lebih banyak berperan pada saat

pelaksanaan acara adat maka Kiemas lebih kepada pelaksanaan atau pada

persiapan acara di dalam adat, seperti Minak mempersiapkan peralatan,

membantu mengkondisikan tempat, dan menjadi pelaksana perintah dari pada

para Raja dan Batin.

Mas adalah pelapisan sosial paling bawah pada Paksi Pak Sekala

BeghakKepaksian Bejalan diway, secara umum fungsiMas lebih banyak mendapat

instruksi dari atasannya, ia bahkan tidak ikut dalam pengambilan keputusan adat

(43)

93

B.Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan maka ada beberapa

saran yang akan penulis sampaikan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masyarakat Lampung yang mempunyai Klan-Klanmasing-masing

hendaknya memahami KepunyimbanganAdat khususnya marganya

masing-masing.

2. Hendaknya seorang Suntan benar-benar mengetahui peran, fungsi dan

wewenangnya sebagai Punyimbang Adat agar tidak terjadi tumpang tindih

peran, fungsi dan wewenang dalam lembaga adat.

3. Adanya Paksi Pak Sekala Beghakhendaknya kita sadari sebagai bentuk keanekaragaman adat budaya serta warisan nenek moyang yang ada di

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka Amani, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rinclce Cipto

Aries Djaenuri, 2003. Sistem Pemerintahan Desa. Pusat Penerbitan UT.Jakarta

Bushar Muhammad. Azas-azas Hukum Adat (suatu pengantar). Pradya Pamaritha, Jakarta.

Depdikbud 1977/1978. Sejarah Daerah Lampung. Kanwil Prov. Lampung: Bandar Lampung.

Evendhy M. Siregar. 1989. Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil. Yayasan Mari Belajar. Jakarta.

Endraswara, suwardi. 2006. Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.

Goodman. Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media.

Hilman,Hadikusuma. 1990. Masyarakat Adat dan budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.

Sejarah Hukum Adat di Indonesia. Bandung. Alumni. 1978

Hukum Adat dan Pembangunan. Universitas Lampung, Teluk Betung 1978

Ihromi, T.O. ed. (1981) Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia.

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Universitas Lampung: Bandar Lampung

Kantaprawira.Rusadi 1983. Sistem Politik Indonesia. Sinar Baru. Bandung

(45)

Kansil, Cristine. 2001. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta

Kontjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. UI Press. Jakarta.

. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.

. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Geramedia. Jakarta.

Kantaprawira.Rusadi 1983. Sistem Politik Indonesia. Sinar Baru. Bandung

Komarudin. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta-Gramedia.

Levi-Strauss. Claude. 2005. Antropologi Struktural. Yogyakarta. Kreasi Wacana.

Muhammad, Bushar. 1978. Asas-asas Hukum Adat (suatu pengantar). Pradya paramita. jakarta

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara:Jakarta

Puspawidjaja, Rizani. Materi Pelatihan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kampung Tua (PPEK-KT), pola kepemimpinan Masyarakat. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 2003.

Rasyid Ryaas. 1998. Desentralisasi Dalam Menunjang Pembangunan Daerah Dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta.PT Pustaka. LP3ES

Syafe’I, Kencana Inu. 1993. Sistem Pemerintahan Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta

Singarimbun, Masri. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta LPSES.

Surachmad , Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Angkasa : Bandung

Suwondo Bambang. Upacara Tradisional Daerah Lampung . Depdikbud. 1981/1982

Suryabrata, Sumadi.1983. Metode Penelitian. Jakarta-Rajawali.

Singarimbun, Masri. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta LPSES.

Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta.

(46)

Selayang Pandang Dinas Perhubungan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Lampung Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kedudukan

Pengetahuan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran dan keterangan-keterangan tentang proses perkawinan adat Saibatin bujujogh yang dimiliki

Secara keseluruhan di dalam penelitian ini yang akan di bahas adalah tentang makna Gelar Adat Lampung Saibatin studi dipekon Kenali Kecamatan Kenali Kabupaten

Judul skripsi ini adalah MAKNA FILOSOFIS SIGOKH PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat) untuk

Makna Filosofis Sigokh Pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin Marga Pugung Penegahan Kecamatan Lemong Kabuten Pesisr Barat. Sigokh sebagai simbol adat masyarakat

Di dalam hukum adat Lampung Saibatin yang menjadi ahli waris ialah anak lelaki tertua atau anak lelaki di dalam sebuah keluarga tersebut, apabila dalam sebuah keluarga tersebut

hidup orang Lampung yakni Sakai Sambayan yaitu suatu tradisi yang berupa tolong menolong dalam acara perkawinan adat pada masyarakat Lampung Saibatin khususnya di

Peranan tokoh adat dalam pelestarian Adat Mego Pak Tulang Bawang Marga Buay Bulan Udik adalah tugas formal yang dijalankan tokoh adat sesuai dengan acara yang