ABSTRACT
THE RELATIONS BETWEEN ENTREPRENEURS CHARACTERISTICS WITH BUSINESS SUCCESS OF KEMPLANG SMALL INDUSTRY
(Case in Kemplang Small Industries, Sekip Rahayu Village, Bandar Lampung City)
by Raisa Diti
This study aims to determine : the characteristics of kemplang’s entrepreneurs in Sekip Rahayu Village, the success of a business kemplang’s entrepreneur, and the relations between entrepreneurs characteristics with business success of kemplang small industry in Sekip Rahayu Village, Bandar Lampung City. The research was conducted in the Sekip Rahayu Village, District Bumi Waras, Bandar Lampung city. The research method used is census. The respondents research are the whole entrepreneurs kemplang in Sekip Rahayu Village which are 30 entrepreneurs. Data were analyzed with descriptive analysis and categorization mode, as well as verification analysis using Spearman rank correlation. The results showed that the kemplang’s entrepreneur in Sekip Rahayu Village generaly have the confidence attitude, task and result oriented, taking risks bravery, future oriented, and hard-working. The success level of kemplang’s entrepreneur in Kampung Sekip Rahayu commonly were still in the moderate category. The entrepreneurs characteristics such as confidence, task and result oriented, future oriented, and hard-working have a significant relationship with business success, while taking risk bravery does not have a significant relationship.
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN DENGAN KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI KECIL KEMPLANG
(Kasus di Industri Kecil Kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kota Bandar Lampung)
Oleh Raisa Diti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, mengetahui keberhasilan usaha wirausahawan kemplang dan mengetahui hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kecil kemplang. Penelitian dilaksanakan di Kampung Sekip Rahayu, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Metode
penelitian yang digunakan adalah sensus. Responden penelitian adalah seluruh wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu sebanyak 30 orang. Data dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu modus dan kategorisasi, serta analisis verifikatif menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu secara umum telah memiliki sikap percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras. Tingkat keberhasilan usaha wirausahawan kemplang secara umum masih berada pada kategori sedang, sejalan dengan perkembangan usaha dan pengalaman berwirausaha. Karakteristik wirausahawan berupa percaya diri, berorientasi tugas hasil, orientasi masa depan, dan kerja keras memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan usaha, sedangkan berani mengambil risiko tidak memiliki hubungan yang signifikan.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran hubungan antara karakteristik wirausahawan
dengan keberhasilan usaha ... 28 2. Garis kategorisasi variabel X dan Y... 46 3. Proses produksi industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, tahun 2014 ... 60 4. Garis kontinum variabel percaya diri karakteristik wirausahawan
kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 69 5. Garis kontinum variabel berorientasi tugas dan hasil karakteristik
wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 73 6. Garis kontinum variabel berani mengambil risiko karakteristik
wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 77 7. Garis kontinum variabel orientasi masa depan karakteristik
wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 81 8. Garis kontinum variabel kerja keras karakteristik wirausahawan
kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 85 9. Garis kontinum variabel keberhasilan usaha karakteristik
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Pustaka ... 10
7. Hubungan Karakteristik Wirausahawan dan Keberhasilan Usaha ... 21
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Pemikiran ... 24
III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Definisi Operasional ... 29
1. Variabel Karakteristik Wirausahawan (X) ... 29
a. Percaya Diri (X1) ... 29
b. Berorientasi Tugas dan Hasil (X2) ... 30
B. Lokasi, Waktu dan Sampel Penelitian...36
C. Jenis Data, Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .. 36
1. Jenis Data ... 35
2. Metode Pengumpulan Data ... 37
3. Instrumen Penelitian ... 37
a. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 44
1. Metode Analisis Data ... 44
a. Analisis Deskriptif ... 45
b. Analisis Verifikatif ... 45
VI. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN...48
A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung ... 48
1. Keadaan Umum ... 48
V. HASIL DAN PEMBAHASAN...56
A. Karakteristik Responden ... 57
B. Keragaan Industri Kecil Kemplang ... 59
C. Deskripsi Variabel ... 66
1. Karakteristik Wirausahawan ... 66
2. Keberhasilan Usaha ... 85
D. Analisis Verifikatif ... .91
... ...97
B. Saran ... 98
VII. DAFTAR PUSTAKA...99
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Realisasi pertumbuhan industri kecil Kota Bandar Lampung,
2011-2012 ... 3
2. Perkembangan usaha industri kecil di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 ... 4
3. Hasil uji validitas variabel percaya diri (X1) ... 38
4. Hasil uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil (X2) ... 39
5. Hasil uji validitas variabel berani mengambil risiko (X3) ... 40
6. Hasil uji validitas variabel orientasi masa depan (X4)... 41
7. Hasil uji validitas variabel kerja keras (X5) ... 42
8. Hasil uji validitas variabel keberhasilan usaha (Y) ... 42
9. Uji reliabilitas variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y ... 44
10. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut kelompok umur, 2013 .... 53
11. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut mata pencaharian, 2013.. 54
12. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan jenis kelamin di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 56
13. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan usia di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 57
14. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan tingkat pendidikan di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 58
dan hasil (X2) ... 71
18. Distribusi jawaban responden pada variabel berani mengambil risiko (X3) ... 75
19. Distribusi skor jawaban responden pada variabel orientasi masa depan (X4) ... 79
20. Distribusi skor jawaban responden pada variabel kerja keras (X5) ... 83
21. Distribusi skor jawaban responden pada variabel keberhasilan usaha (Y) ... 89
22. Hasil analisis rank spearman antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha, tahun 2014.... ...92
23. Identitas wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu,2014...`..101
24. Skor jawaban pertanyaan variabel percaya diri (X1)...102
25. Skor jawaban pertanyaan variabel berorientasi tugas dan hasil (X2)...103
26. Skor jawaban pertanyaan variabel berani mengambil risiko (X3)...104
27. Skor jawaban pertanyaan variabel orientasi masa depan (X4)...105
28. Skor jawaban pertanyaan variabel kerja keras (X5)...106
29. Skor jawaban pertanyaan variabel keberhasilan usaha (Y)...107
30. Rekapitulasi masing-masing total skor variabel percaya diri (X1), berorientasi tugas dan hasil (X2), berani mengambil risiko (X3), orientasi masa depan (X4), dan kerja keras (X5) ... ...108
31. Hasil uji validitas variabel percaya diri (X1) ...109
32. Hasil uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil (X2)...110
33. Hasil uji validitas variabel berani mengambil risiko (X3) ... ...111
34. Hasil uji validitas variabel orientasi masa depan (X4) ... ...112
38. Hasil rank spearman antara karakteristik wirausahawan
terhadap keberhasilan usaha, tahun 2014 ... ....116 39. Biaya produksi wirausahawan industri kecil kemplang di Kampung
Sekip Rahayu ...118 40. Biaya tenaga kerja selama 1 tahun ...121 41. Biaya penyusutan peralatan responden penelitian ...123 42. Penerimaan wirausahawan industri kecil kemplang di Kampung Sekip
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Raisa Diti dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 27 Juli 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Drs. A. Nawardi dan Ibu Kuswati.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pengajaran Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan tingkat lanjutan pertama ditempuh di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat lanjutan atas di SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.
SANWACANA
Alhamdulillah dengan rasa syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Karaktersitik Wirausahawan dengan Keberhasilan Usaha Industri Kecil Kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kota Bandar Lampung. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian di Universitas Lampung.
Penulis telah mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., selaku Pembimbing Utama, terima kasih atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini,
2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Pembimbing Kedua, terima kasih atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini,
5. Dr. Ir. F.E Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
6. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah membimbing penulis dengan sangat baik dan bijak sejak awal masuk perkuliahan,
7. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat,
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Agribisnis, yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama perkuliahan,
9. Papaku tersayang, Drs.A. Nawardi, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan materi dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
10.Mamaku tersayang, Kuswati, yang selalu memberikan doa-doa terbaiknya, semangat, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
11. Adikku yang aku banggakan, M. Rafiqo Ardi, yang telah memberikan doanya,
dukungan, semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
teman seperjuangan Agribisnis 2010, yang telah mengisi hari-hari dengan semangat dan senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis,
14.Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu hal yang selalu diharapkan oleh negara berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Industri kecil di Indonesia merupakan suatu komponen yang berperan sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Adanya suatu kegiatan ekonomi yang memiliki hakikat penting dalam menciptakan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, industri kecil sangat diharapkan terus keberadaannya dan harus terus ditingkatkan.
Industri kecil saat ini terus berkembang, di mana telah banyak masyarakat Indonesia yang terjun ke dalam industri kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Semakin berkembangnya industri kecil dan menengah di Indonesia menandakan semakin banyak masyarakat Indonesia yang telah mengerti arti pentingnya kewirausahaan. Tumbuhnya kewirausahaan di masyarakat akan mendorong kemajuan bangsa karena salah satu ciri negara maju dan mandiri adalah tumbuh dan berkembangnya kreatifitas masyarakat di berbagai bidang usaha.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dinyatakan bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Wirausahawan berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal wirausahawan berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, wirausahawan berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang
Jika dilihat dari seberapa penting peran wirausahawan dalam dunia perekonomian Indonesia, tentunya wirausaha dapat dikatakan sebagai
pengendali atau penggerak perekonomian. Bila dikaitkan kembali pada PDB Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB industri, maka seorang wirausaha adalah subjek atau pelaku industri kecil menengah yang mampu
menghasilkan barang dan jasa, sehingga dapat meningkatkan PDB Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB industri. Jadi, tumbuh tidaknya
perekonomian suatu negara salah satunya tergantung dari peran wirausaha.
Kota Bandar Lampung adalah pusat pemerintahan Provinsi Lampung yang mempunyai potensi peningkatan jumlah wirausaha yang baik dengan adanya peningkatan industri kecil jika dilihat dari perkembangannya hingga saat ini. Tabel 1 menunjukkan realisasi pertumbuhan industri kecil di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011-2012 dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, investasi dan nilai produksi.
Tabel 1. Realisasi pertumbuhan industri kecil Kota Bandar Lampung, 2011-2012
Kondisi perekonomian yang stabil pada tahun 2011-2012 mendorong
persen, diikuti oleh terserapnya tenaga kerja sebesar 5,54 persen.
Peningkatan ini secara tidak langsung juga diikuti peningkatan nilai investasi yang masuk di Kota Bandar Lampung sebesar 13,07 persen serta tingginya nilai produksi yang mencapai 51,88 persen. Peningkatan sektor industri kecil di Bandar Lampung diperkuat juga oleh perkembangan jumlah usaha industri kecil pada lima tahun terakhir yang terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan usaha industri kecil di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Bandar Lampung, 2013
Industri kecil dibedakan menjadi golongan IKAH (Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan) dan golongan ILMEA (Industri Logam, Mesin Elektronik dan Aneka). Berdasarkan Tabel 2, industri kecil IKAH terus meningkat
jumlahnya dari tahun ke tahun, hingga mencapai 1.238 industri kecil pada tahun 2012. Industri kecil ILMEA juga terus meningkat setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak pada tahun 2012 yaitu 937 industri kecil. Dari Tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa industri kecil IKAH lebih banyak
Salah satu golongan IKAH adalah industri Agro. Menurut Kemenperin (2012), industri Agro terdiri dari industri makanan, industri pengolahan kelapa sawit, industri kakao, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan kopi, industri gula, industri hasil tembakau, industri furniture, industri kertas, dan industri pengolahan susu. Salah satu industri agro yang ada di Kota Bandar Lampung adalah industri makanan. Industri makanan meliputi pengolahan buah dan sayur, bumbu masak, kerupuk, pengolahan ikan,
emping dan daging olahan. Kerupuk merupakan salah satu kelompok industri makanan yang terdapat di kota Bandar Lampung yang memiliki potensi untuk terus berkembang. Permintaan kerupuk yang terus naik menimbulkan
banyaknya usaha kecil pembuatan kerupuk di Bandar Lampung. Permintaan kerupuk yang terus naik tidak lain karena kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia yang menggunakan kerupuk sebagai pelengkap makanan. Kerupuk berbahan dasar ikan merupakan salah satu dari berbagai macam jenis bahan baku kerupuk yang ada di Kota Bandar Lampung.
Besarnya jumlah industri kemplang di Kota Bandar Lampung tidak terlepas dari ketersediaan bahan baku ikan yang melimpah di pesisir Teluk Lampung. Salah satu daerah di Kota Bandar Lampung yang merupakan sentra produksi kemplang adalah Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras. Dalam menjalankan usahanya pengusaha kemplang di
Kampung Sekip Rahayu kebanyakan meneruskan usaha dari keluarga dan dikembangkan ke masyarakat sekitarnya. Dengan semakin berkembangnya pengusaha kemplang di Kelurahan Bumi Waras, khususnya Kampung Sekip Rahayu, maka semakin terlihat daya saing antarpengusaha. Pemilik usaha dituntut untuk selalu berinovasi agar usaha yang dijalankan terus
berkembang.
pribadi atau kepribadian yang dimiliki wirausahawan dapat diidentifikasi melalui karakteristik wirausahawan industri kecil kemplang tersebut
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan antara Karakteristik Wirausahawan dengan
Keberhasilan Usaha Industri Kecil Kerupuk Kemplang (Kasus di
Industri Kecil Kerupuk Kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kota
Bandar Lampung).”
B. Rumusan Masalah
Dengan kata lain, keberhasilan usaha dapat dicapai dari adanya kemauan dan kemampuan dari pribadi pengusaha itu sendiri. Kemampuan dan kepribadian masing-masing wiarausahawan dapat membantu memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan suatu usaha.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik wirausahawan pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.
2. Bagaimana keberhasilan usaha pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik wirausahawan pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.
3. Mengetahui hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi pengusaha kemplang, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai keberhasilan usaha untuk memajukan usahanya di masa mendatang.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Industri Kecil
Menurut BPS (2013)b,klasifikasi usaha dapat didasarkan pada jumlah tenaga kerja, jika tenaga kerjanya 5 sampai 19 orang maka termasuk usaha kecil, sedangkan jika tenaga kerjanya terdiri dari 20 sampai 99 orang maka termasuk usaha menengah. Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar per tahun.
Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, batasan Industri Kecil dan Menengah didefinisikan sebagai :
Menengah atau Usaha Besar, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
2. Deskripsi Kemplang
Kemplang adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari ikan. Makanan ini diolah sedemikian rupa sebagai camilan. Kemplang adalah makanan ringan yang dikenal sebagai oleh-oleh dari daerah Lampung atau kota lain di wilayah Sumatera dan merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diminati dan memiliki citra tersendiri oleh publik Indonesia. Karena memiliki rasa yang unik dan dengan harga yang terjangkau, maka kemplang menjadi pilihan utama sebagian masyarakat sebagai makanan ringan untuk oleh-oleh atau makanan ringan setiap hari (Wikipedia, 2012).
Kemplang dibuat dari tapioka, ikan berdaging putih, dan bumbu-bumbu lainnya. Cara pembuatan kemplang cukup sederhana. Daging putih dari ikan digiling, dicampur dengan sedikit air dan bumbu, kemudian diaduk sampai rata dan khalis. Adonan yang dihasilkan dicetak, dikukus, dijemur dan dipanggang. Kerupuk kemplang terkenal unik dengan teksturnya yang agak keras karena dipanggang (Ristek , 2001).
3. Pengertian Kewirausahaan
Secara harfiah kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat awalan ke dan akhiran an, sehingga dapat diartikan bahwa kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan
wirausaha, sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, dengan demikian kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Menurut Zimmerer (2005), kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Artinya, untuk menciptakan sesuatu, diperlukan suatu kreatifitas dan jiwa inovator yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreatifitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Ducker (1994) dalam Suryana (2003), kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk
Menurut Suryana (2003), kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Dari pandangan ahli, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan berfikir kreatif dan inovatif seseorang dalam menciptakan peluang dan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menghasilkan keuntungan dalam menghadapi risiko dan tantangan hidup.
4. Pengertian Wirausaha
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave 1995, dalam Suryana, 2003).
Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau
berkelompok. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan (Kasmir, 2006).
Menurut Schumpeter (1934) dalam Suryana (2003), entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan – kemungkinan baru dalam perekonomian. Menurut Prawirokusumo (1997) dalam Suryana (2003), wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang, sedangkan menurut Suryana (2003),
wirausaha adalah pelopor bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam
berprestasi di bidang usaha. Dari penjelasan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa, wirausaha adalah seorang pelopor bisnis yang memiliki jiwa pemberani dalam memulai usaha dan menanggung risiko serta memiliki ide atau pemikiran yang jauh ke depan dalam menciptakan suatu peluang usaha yang dapat memberikan
Menurut Cantillon dalam Astamoen (2005), enterpreneur memiliki fungsi unik sebagai penanggung resiko. Jadi cakupan dalam diri enterpreneur adalah:
a. Sebagai manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kretifitas, inovasi, ide motivasi, dan cita-cita.
b. Berusaha atau berproses untuk mengisi peluang dalam usaha jasa atau barang untuk tujuan ekonomi.
c. Untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha. d. Berhubungan dengan pembeli atau pelanggan yang
membutuhkan jasa atau barang yang dijualnya dengan selalu memberikan kepuasan.
e. Berani menghadapi segala resiko sebagai risk taker tetapi resiko tersebut sudah diperhitungkan.
5. Karakteristik Wirausahawan
Karakteristik wirausaha dapat diartikan sebagai sesuatu yang
Menurut Meredith (1996) dalam Suryana (2003), ciri-ciri profil wirausaha adalah :
a. Percaya diri
Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidak ketergantungan terhadap orang lain, individualisme dan optimisme.
b. Berorientasikan tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, dan inisiatif.
c. Berani mengambil resiko
Kemampuan mengambil resiko yang wajar. d. Kepemimpinan
Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
e. Keorisinilan
Inovatif, kreatif, dan fleksibel. f. Berorientasi masa depan
Memiliki perspektif pandangan terhadap masa depan.
Menurut Astamoen (2005), ciri orang yang berjiwa enterpreneur antara lain:
a. Mempunyai visi, pandangan jauh ke depan sebagi sasaran. b. Kreatif dan inovatif. Para enterpreneur harus selalu kreatif dan
dalam bentuk produk, jasa, proses, pola,cara, dan sebagainya, untuk selalu memajukan bisnisnya.
c. Mampu melihat peluang. Peluang selalu menjadi sasaran usaha para enterpreneur, karena melalui peluang itulah ia bisa
menjalankan usahanya dengan cara menciptakan pasar atau mengisi pasar.
d. Orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan. Kepuasan pelanggan harus selalu dijaga agar mereka tidak lari kepada pesaingnya.
e. Orientasi pada laba dan pertumbuhan, semakin besar suatu usaha maka akan semakin dipercaya dan semakin besar lagi usaha itu dapat dikembangkan.
f. Berani menanggung resiko. Resiko dihadapi dengan sadar dan bertanggung jawab.
g. Berjiwa kompetisi. Harus mampu berkompetisi dengan menjual produk dan layanan yang terbaik.
h. Cepat tanggap dan gerak cepat, sadar bahwa kehidupan penuh dinamika, setiap saat segalanya bisa berubah.
i. Berjiwa sosial dengan menjadi dermawan dan berjiwa alturis.
Zimmerer ( 1993) dalam Suryana (2003), mengemukakan delapan karakteristik wirausahawan, yang meliputi :
b. Preference for moderate risk, yaitu memiliki risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik risiko yang rendah maupun tinggi.
c. Confidence in their ability to succes, yaitu percaya akan kemampuan diri akan berhasil.
d. Desire for immediate feedback, yaitu menginginkan umpan balik segera.
e. High level of energy, yaitu memiliki semangat kerja keras untuk mewujudkan keinginan demi masa depan.
f. Future orientation, yaitu berorientasi terhadap masa depan. g. Skill at organizing, yaitu keterampilan organisasi untuk
menciptakan nilai tambah.
h. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.
6. Keberhasilan Usaha
Menurut Noor (2007) dalam Lestari (2012), keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya. Keberhasilan usaha merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada didalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan.
suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu
perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Kinerja perusahaan adalah output dari berbagai faktor usaha, sehingga perlu dihubungkan dengan target perusahaan yang ditentukan oleh pemilik usaha. Kinerja usaha juga merupakan tolak ukur untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha.
Menurut Suryana (2003), untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang. Agar usahanya berhasil, selain kerja keras, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan baik dengan mitrausahanya sesuai kepentingan perusahaan. Selain itu Suryana juga mengemukakan bahwa indikator keberhasilan usaha antara lain adalah modal, jumlah pendapatan, volume penjualan, output produksi dan tenaga kerja.
a. Ketahanan Usaha
Ketahanan usaha menunjukkan berapa lama suatu usaha bisa bertahan (survival) sebagai salah satu faktor ukuran kesuksesan usaha kecil. Ketahanan usaha diukur dengan indikator usia usaha sejak tahun berdiri hingga tahun saat ini.
b. Pertumbuhan Tenaga Kerja
Penentu keberhasilan usaha salah satunya dapat dilihat dari adanya perkembangan jumlah tenaga kerja.
c. Pertumbuhan Penjualan
Seberapa besar tingkat penjualan yang telah dicapai perusahaan dalam perkembangan usahanya.
7. Hubungan karakteristik wirausahawan dan keberhasilan
usaha
Menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2003), keberhasilan wirausaha tergantung dari kemampuan pribadi wirausaha itu sendiri (karaktersitik wirausahawan), dimana faktor-faktor keberhasilan tersebut adalah :
a. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas
b. Mempunyai kemauan dan kemampuan menghadapi risiko, baik waktu maupun uang.
c. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankan. d. Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak
terkait
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat terlihat bahwa karakteristik wirausahawan berhubungan erat dengan keberhasilan usaha. Jadi, untuk mencapai keberhasilan usaha tergantung dari bagaimana pribadi wirausahawan dalam menjalankan usahanya.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Ochtaviana (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Motivasi terhadap Keberhasilan Usaha pada Sentra U M Boneka ain di Sukamulya Bandung”. Metode
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik kewirausahaan dan motivasi secara bersama-sama memberikan
kontribusi atau pengaruh sebesar 74,1 persen terhadap keberhasilan usaha para pengusaha boneka kain di Kecamatan Sukajadi Bandung.
Wijayanto 2013 , melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Karakteristik Wirausahawan terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha Studi Pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang”.
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial menggunakan multiple linear regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kecakapan pribadi dan kecakapan sosial secara simultan maupun parsial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel keberhasilan usaha dan variabel ketrampilan sosial berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha.
Firmansyah 2010 , melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil.”
kecil, sebaliknya semakin rendah perilaku inovatif seorang wirausaha maka akan semakin rendah tingkat keberhasilan usaha kecil.
Hardian 2011 , melakukan penelitian dengan judul “ nalisis
Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif, dengan menggunakan alat analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan sebagian besar pedagang masih berada dalam kategori sangat tinggi, sedangkan sikap berada pada kategori tinggi, keterampilan berada dalam kategori rendah, dan perilaku wirausaha berada dalam kategori tinggi. Unsur-unsur perilaku wirausaha yang dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan dan sikap wirausaha pedagang martabak itu sendiri.
C. Kerangka Pemikiran
Untuk melihat bagaimana seorang wirausahawan siap dalam
menjalankan usahanya, maka hal tersebut dapat dilihat dari karakteristik seorang wirausahawan. Karakteristik wirausahawan dapat berpengaruh dalam perkembangan usaha.
Menurut Meredith (1996) dalam Suryana (2003), karakteristik
wirausahawan dapat dipahami melalui ciri-ciri dan watak kewirausahaan yang meliputi percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,
pengambilan resiko dan suka tantangan, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Kasmir (2006) menyatakan bahwa, ciri-ciri wirausaha yang berhasil adalah memiliki visi dan tujuan yang jelas, inisiatif dan selalu proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil resiko, kerja keras, bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, komitmen pada berbagai pihak, mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.
Dengan adanya karakteristik wirausahawan yang dimiliki oleh pelaku usaha, maka diharapkan dapat tercapainya keberhasilan usaha yang dijalankan. Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha mengalami peningkatan dari hasil yang sebelumnya. Menurut Noor (2007) dalam Lestari (2012), keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya. Keberhasilan usaha
merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada didalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan. Berhasil atau tidaknya seorang wirausahawan tergantung dari kepribadian dalam mengelola usahanya.
Tambunan (2002) dalam Darmawan (2004), mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha kecil dapat diukur oleh dengan dimensi ketahanan usaha, jumlah tenaga kerja, dan volume penjualan. Ketahanan usaha menunjukkan berapa lama suatu usaha bisa bertahan (survival) sebagai salah satu faktor ukuran kesuksesan usaha kecil. Ketahanan usaha diukur dengan indikator usia usaha sejak tahun berdiri hingga tahun saat ini. Selain itu peneliti juga menambahkan dimensi jumlah pendapatan menurut Suryana (2003) sebagai salah satu dimensi keberhasilan usaha dengan indikatornya adalah jumlah pendapatan dalam satu tahun. Pendapatan merupakan salah satu aspek yang dilihat untuk mengetahui hasil dari keberhasilan usaha.
masing-masing wiarausahawan yang berbeda dan relevan serta dapat membantu memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan suatu usaha. Untuk itu perlu kajian mengenai hubungan antara karakteristik
wirausahawan dengan keberhasilan usaha. Kerangka pemikiran dibuat secara skematis seperti Gambar 1.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : Diduga karakteristik wirausahawan (percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani
Gambar 1. Paradigma hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung.
Keberhasilan Usaha (Y) a. Jumlah tenaga kerja
b. Jumlah penjualan c. Ketahanan usaha d. Pendapatan
Peran industri kecil terhadap perekonomian
Industri kecil kemplang
Karakteristik wirausahawan
Percaya diri (X1) Berorientasi tugas dan hasil (X2)
Kerja keras (X5) Orientasi masa depan (X4)
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel independen yang diteliti meliputi :
a. Percaya diri (X1), yaitu sikap wirausahawan yang memberi keyakinan kuat pada kemampuan diri untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Dimensi percaya diri adalah :
(1) Komitmen, yaitu sikap kesediaan diri wirausahawan untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas. Indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen adalah memiliki prinsip yang kuat dalam membangun usaha dan tidak pernah
melakukan kesalahan dalam bekerja.
(3) Optimisme, yaitu sikap wirausahawan yang percaya akan adanya keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Indikator yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah tingkat optimisme terhadap usaha yang dijalankan, keyakinan mencapai tujuan usaha dan kemampuan melawan persaingan usaha.
Variabel percaya diri memiliki 3 dimensi dan 7 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.
b. Orientasi tugas dan hasil (X2), yaitu sikap wirausahawan yang selalu mengutamakan mengerjakan tugas - tugasnya dengan baik, sehingga mendapatkan hasil yang baik pula. Dimensi orientasi tugas dan hasil adalah :
(1) Orientasi laba, yaitu sikap wirausahawan dalam menentukan arah keuntungan atau laba usaha. Indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi laba adalah tingkat ketercapaian laba yang ingin dicapai melalui pencatatan keuangan.
(2) Ketekunan
Indikator yang digunakan untuk mengukur ketekunan adalah tidak berhenti sebelum pekerjaan selesai dan melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati.
(3) Hasrat umpan balik segera, yaitu keinginan kuat wirausahawan untuk mendapatkan hasil dari perjuangan yang telah
dilakukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasrat umpan balik segera adalah keinginan untuk cepat mengetahui hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan.
Variabel berorientasi tugas dan hasil memiliki 3 dimensi dan 5 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di
kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.
c. Berani mengambil risiko (X3)
Berani mengambil resiko yaitu sikap wirausahawan yang berani berspekulasi terhadap resiko yang akan dihadapi dan dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Dimensi berani mengambil risiko adalah :
dengan pengusaha-pengusaha lain dan berani mengambil keputusan.
(2) Antisipatif, yaitu sikap tanggap wirausahawan terhadap sesuatu yang akan terjadi. Indikatoryang digunakan untuk mengukur antisipatif adalah kemampuan menekan dan
memperkecil resiko dan kesiapan menghadapi tantangan usaha.
Variabel berani mengambil risiko memiliki 2 dimensi dan 7 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di
kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.
d. Orientasi masa depan (X4), yaitu cara pandang dan pengelolaan wirausahawan dalam merencanakan hidup di masa yang akan datang dengan harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang. Dimensi orientasi masa depan adalah :
(1) Memiliki tujuan usaha yang jelas yaitu kewenangan wirausahawan terhadap apa yang ingin dicapai dalam usahanya. Indikator yang digunakan untuk mengukur
memiliki tujuan usaha yang jelas adalah usaha yang dijalankan harus mempunyai prospek ke depan dan antisipasi
kemungkinan terburuk di masa depan.
(2) Kemampuan mencari peluang, yaitu kesanggupan
memanfaatkan keuntungan yang ada. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan mencari peluang adalah tingkat mencari peluang untuk memajukan usaha dan mempertimbangkan hal yang berhubungan dengan
kepentingan usaha di masa depan.
Variabel orientasi masa depan memiliki 2 dimensi dan 5 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban
disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.
e. Kerja Keras (X5), yaitu sikap wirausahawan yang bekerja secara sungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dengan memanfaatkan waktu optimal untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Dimensi kerja keras adalah :
(1) Displin, yaitu sikap wirausahawan yang tecermin dalam tingkah laku berupa kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Indikator yang digunakan untuk mengukur disiplin adalah melakukan sesuatu sesuai aturan atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan memanfaatkan waktu secara optimal.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pantang menyerah adalah tidak berhenti di tengah jalan dalam berusaha.
(3) Semangat, yaitu keinginan dan pengorabanan diri untuk meraih tujuan atau hasil yang diharapkan. Indikator yang digunakan adalah menganggap setiap hari adalah hari terbaik dalam mencapai tujuan usaha dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal.
Variabel kerja keras memiliki 3 dimensi dan 5 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.
2. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen (Y) penelitian adalah keberhasilan usaha dan penilaian keberhasilan usaha didasarkan pada 4 dimensi, yaitu : a. Jumlah tenaga kerja, adalah banyaknya orang yang bekerja pada
usaha kemplang di Kampung Sekip Rahayu. Indikatornya adalah jumlah karyawan yang dimiliki oleh wirausahawan kemplang dinyatakan dalam satuan orang.
penjualan kemplang , dan perkembangan hasil usaha beberapa tahun.
c. Ketahanan usaha, yaitu lama usaha yang dijalankan oleh wirausahawan kemplang. Indikatornya adalah lama atau umur usaha yang dijalankan dan usaha pernah vakum atau berhenti produksi .
d. Pendapatan, adalah jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh wirausahawan dari usaha kemplang. Indikatornya adalah
pendapatan usaha selama satu tahun yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Dari penjelasan mengenai dimensi dan indikator keberhasilan usaha ada beberapa indikator yang masih berskala rasio yaitu jumlah tenaga kerja, volume penjualan, frekuensi produksi, dan pendapatan, maka skala tersebut diubah menjadi skala ordinal sehingga dapat digabungkan dengan indikator lain yang berskala ordinal dengan cara klasifikasi yang dengan terlebih dahulu menentukan range atau rentang dengan rumus :
Range = Nilai maksimum – Nilai minimum 5
Keterangan :
5 = Klasifikasi yang ditetapkan
Klasifikasi yang ditetapkan adalah 5 yang merupakan tingkatan skor1-5. Skor 1 berarti “sangat rendah”, skor 2 berarti “rendah”, skor 3 berarti
“sedang”, skor 4 berarti “tinggi, dan skor 5 berarti “sangat tinggi”
B. Lokasi, Waktu dan Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampung Sekip Rahayu, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kampung Sekip Rahayu merupakan sentra produksi kemplang di Kota Bandar Lampung.
Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan April – Mei 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik sensus. Sampel penelitian adalah seluruh pengusaha kemplang di Kampung Sekip Rahayu sebanyak 30 orang. Menurut Sugiyono (2012), sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
C. Jenis Data, Metode Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari responden (wirausahawan kemplang) melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner di industri kecil kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, dan lembaga-lembaga penelitian atau publikasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data (Sugiyono, 2012).
3. Instrumen Penelitian
kuesioner diharapkan memiliki data yang baik. Untuk mendapatkan data yang baik, yaitu yang benar-benar mengukur variabel, maka instrumen penelitian (kuesioner) harus diuji validitas dan
reliabilitasnya. Dengan menggunakan instrumen penelitian yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil
penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Mustafa (2009), sebaik apapun kuesioner yang telah disusun peneliti, dan mengingat subyek penelitiannya adalah pendapat atau sikap orang, maka pengujian instrumen perlu dilakukan. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan
reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Untuk itu diperlukan uji validitas dan reliabilitas dalam mengukur instrumen, sehingga dapat dicapai keberhasilan penelitian (Sugiyono, 2012).
(1) Uji Validitas
Validitas sebuah tes menunjukkan sejauhmana instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
√ √ ...(1)
Keterangan:
r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koresponden
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item ∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y ∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X ∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y
Menurut Sugiyono (2013), kriteria uji validitas adalah: (a) Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner
adalah valid
(b) Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid.
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan korelasi product moment didapatkan hasil seperti disajikan pada Tabel 3-8.
Tabel 3. Hasil uji validitas variabel percaya diri (X1)
Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan
Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk tujuh item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel percaya diri diperoleh nilai item lebih dari nilai kritis 0,30. Jadi dapat
disimpulkan bahwa item pernyataan variabel percaya diri yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel percaya diri dapat dilihat pada Tabel 31 pada lampiran.
Tabel 4. Hasil uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil (X2)
Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan
item 1 0,488 0,30 Valid
item 2 0,385 0,30 Valid
item 3 0,556 0,30 Valid
item 4 0,564 0,30 Valid
item 5 0,380 0,30 Valid
Tabel 4 menunjukkan bahwa untuk lima item pertanyaan
Tabel 5. Hasil uji validitas variabel berani mengambil risiko (X3)
Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan
item 1 0,515 0,30 Valid
Tabel 5 menunjukkan bahwa untuk tujuh item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel berani mengambil risiko dan hasil diperoleh nilai item lebih dari nilai kritis 0,30. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel berani mengambil risiko yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel berani mengambil risiko dapat dilihat pada Tabel 33 pada lampiran.
Tabel 6. Hasil uji validitas variabel orientasi masa depan (X4)
Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan
item 1 0,580 0,30 Valid
item 2 0,518 0,30 Valid
item 3 0,446 0,30 Valid
item 4 0,361 0,30 Valid
item 5 0,408 0,30 Valid
validitas variabel orientasi masa depan dapat dilihat pada Tabel 34 pada lampiran.
Tabel 7. Hasil uji validitas variabel kerja keras (X5)
Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan
item 1 0,590 0,30 Valid
item 2 0,701 0,30 Valid
item 3 0,364 0,30 Valid
item 4 0,541 0,30 Valid
item 5 0,667 0,30 Valid
Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk lima item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel kerja keras diperoleh nilai item memiliki nilai lebih dari nilai kritis 0,30. Jadi dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel kerja keras yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel kerja keras dapat dilihat pada Tabel 35 pada lampiran.
Tabel 8. Hasil uji validitas variabel keberhasilan usaha (Y)
Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan
item 1 0,567 0,30 Valid
disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel keberhasilan usaha yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel keberhasilan usaha dapat dilihat pada Tabel 36 pada lampiran.
(2) Uji Reliabilitas
Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji ketepatan dan kepercayaan alat penguji dari data. Pengujian reliabilitas digunakan dengan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan perhitungan SPSS. Uji Realibilitas diukur menggunakan rumus Cronbach’s Alpha
(Sugiyono, 2013) sebagai berikut.
Berdasarkan pengolahan dengan rumus koefisien Alpha Cronbach didapatkan hasil seperti disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pertanyaan kuesioner untuk variabel X1,X2,X3,X4,X5 dan Y yang digunakan memiliki nilai item lebih dari nilai CronbachAlpha > 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel yang digunakan di dalam penelitian ini reliabel dan dapat digunakan dalam analisis data selanjutnya. Hasil uji reliabilitas variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y dapat dilihat pada Tabel 37 pada lampiran.
Tabel 9. Uji reliabilitas variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y
Orientasi masa depan 0,612 0,60 Reliabel
Kerja keras 0,718 0,60 Reliabel
Keberhasilan usaha 0,641 0,60 Reliabel
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Metode Analisis Data
Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk
usaha industri kecil kemplang. Metode verifikatif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dan merumuskan hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan kedua yaitu dengan menjelaskan bagaimana karakteristik
wirausahawan dan keberhasilan usaha industri kecil kemplang. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk
mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain : (1) Analisis deskriptif variabel X (karakteristik wirausahawan)
yang meliputi percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras. (2) Analisis deskriptif variabel Y (keberhasilan usaha) yang
meliputi jumlah tenaga kerja, volume penjualan, ketahanan usaha, dan jumlah pendapatan.
Analisis deskriptif dilakukan dengan modus, yaitu dengan melihat angka yang paling banyak muncul dan juga kategorisasi. Menurut Sugiyono (2013), untuk mengetahui gambaran umum variabel X dan Y, maka digunakan rumus daerah kriterium (katageorisasi) dengan cara :
(1) Menentukan jumlah skor kriterium (SK) dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
SK : Skor tertingggi JB : Jumlah butir soal JR : Jumlah responden
(2) Menghitung rentang kategorisasi dengan rumus :
Rentang skor kategori = (JRxJBxST) (JRxJBxSR)...(6) ST
(3) Membuat daerah kategorisasi (Sugiyono, 2013), dengan cara : Tinggi = ST x JB x JR
Sedang = SD x JB x JR Rendah = SR x JB x JR
Keterangan : SR = Skor tertinggi SD= Skor terendah JB = Jumlah bulir JR = Jumlah responden
(4) Menentukan daerah kategorisasi variabel karakteristik wirausahawan (X) dan variabel keberhasilan usaha (Y)
Sangat rendah Rendah Sedang tinggi Sangat tinggi
b. Analisis verifikatif
Analisis verifikatif digunakan untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu merumuskan hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan korelasi rank spearman. Rumus untuk mengukur koefisien Rank Spearman adalah (Sugiyono, 2012) :
Keterangan :
= koefisien korelasi Rank Spearman yang
di = selisih mutlak antara rangking data variabel X dan variabel Y (X1– Y1)
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung
1. Keadaan Umum
Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan juga sebagai pusat perekonomian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung memiliki letak yang strategis karena
merupakan pintu gerbang antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Sebagai ibukota provinsi, Bandar Lampung memiliki keuntungan karena setiap kegiatan, baik dari pemerintahan, politik, perdagangan, industri, pendidikan, kebudayaan dan perekonomian, lebih cepat bertumbuh dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi Lampung (BPS, 2013)C.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan. Secara geografis, Kota Bandar Lampung terletak pada 5˚20’ sampai dengan 5˚30’ Lintang Selatan dan 105˚28’
Bandar Lampung adalah (Bandar Lampung Dalam Angka, 2013, tidak dipublikasiakan).
a. di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan,
b. di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung,
c. di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, serta
d. di sebelah Timur berbatasan Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.
B. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras
1. Sejarah Singkat
Kecamatan Bumi Waras merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kota Bandar Lampung. Kecamatan Bumi Waras merupakan bagian dari wilayah Kota Bandar Lampung hasil pemekaran dari wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2012 tanggal 17 September 2012 (Bumi Waras Dalam Angka, 2013, tidak
dipublikasikan).
2. Keadaan Geografi dan Luas Kecamatan
Kecamatan Bumi Waras adalah wilayah Kota Bandar Lampung dan
50.757 jiwa, dan berbatasan di (Bumi Waras Dalam Angka 2013, tidak dipublikasikan):
a. sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Kecamatan Kedamaian,
b. sebelah Selatan dengan Teluk Lampung,
c. sebelah Timur dengan Kecamatan Panjang, serta
d. sebelah Barat dengan Kecamatan Teluk Betung Selatan.
3. Topografi
Topografi wilayah Kecamatan Bumi Waras terdiri dari daerah yang relatif datar, terutama bagian yang menyusuri pantai, dan sebagian kecil
mempunyai wilayah perbukitan atau bergelombang, terutama di bagian Utara wilayah Kecamatan Bumi Waras. Kecamatan Bumi Waras termasuk wilayah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2000 s/d 3000 mm setiap tahun. Struktur tanah Kecamatan Bumi Waras berwarna merah kehitaman dan sedikit jenis podsolik serta latosol berkategori sedang (Bumi Waras Dalam Angka, 2013, tidak dipublikasikan).
C. Keadaan Umum Kelurahan Bumi Waras
1. Keadaan Geografi dan Luas Kelurahan
Bumi Waras) dengan jumlah penduduk 13.369 jiwa dengan 3.439 Kepala Keluarga (KK), dan berbatasan di :
a. sebelah Utara dengan Kelurahan Pecoh Raya,
b. sebelah Selatan dengan Teluk Lampung dan Kelurahan Kangkung, c. sebelah Timur dengan Kelurahan Sukaraja, serta
d. sebelah Barat dengan Kelurahan Kupang Raya. (Monografi Kelurahan Bumi Waras, 2013, tidak dipublikasikan).
Kelurahan Bumi Waras terdiri dari 3 Lingkungan (LK) dan 45 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Bumi Waras dibagi menjadi 3 Lingkungan (LK) dengan rincian :
a. Lingkungan (LK) I terdiri dari Kampung Kebon Dangder, Cendana,
dan Sekip Rahayu,
b. Lingkungan (LK) II terdiri dari Kampung Tanjung Raman Bawah, Tanjung Raman Atas, dan Jualang,
c. Lingkungan (LK) III terdiri dari Kampung Sriasih dan Kunyit Dalam (Monografi Kelurahan Bumi Waras, 2013, tidak dipublikasikan)
2. Topografi
kemplang Lampung (Monografi Sekip Rahayu, 2013, tidak dipublikasikan).
3. Letak Daerah Penelitian
Sekip Rahayu adalah salah satu lingkungan di Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Sekip Rahayu terdiri dari 6 RT, yaitu RT 14 – RT 19. Jarak dari Sekip Rahayu ke Kecamatan Bumi Waras kurang lebih 1 (satu) km dengan waktu tempuh sekitar 5 menit. Kampung Sekip Rahayu langsung berbatasan dengan Teluk Lampung yang merupakan penghasil ikan sebagai bahan baku kemplang. Selain itu, Sekip Rahayu juga didukung dengan keberadaannya yang dekat dengan pasar ikan gudang lelang dan pasar kangkung, sehingga tidak terlalu sulit untuk menemukan bahan baku untuk keperluan produksi kemplang (Monografi Sekip Rahayu, 2013, tidak dipublikasikan).
4. Luas Daerah dan Keadaan Alam
Menurut Monografi Sekip Rahayu, 2013 (tidak dipublikasikan), luas Sekip Rahayu saat ini adalah 10 ha. Seluruh lahan di Sekip Rahayu digunakan untuk berbagai kegiatan, yaitu 50 persen digunakan untuk penjemuran kemplang dan kerupuk ikan, dan sisanya digunakan untuk pemukiman, bangunan, jalan, tempat pemakaman, sarana pendidikan, sarana ibadah dan lapangan. Untuk menjangkau Sekip Rahayu dari ibukota Bandar
mobil atau menggunakan kendaraan umum seperti Bus apid Transit dan ngkutan ota , dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Sekip
ahayu terletak di dataran dengan suhu 37 dan langsung berbatasan
dengan Teluk Lampung.
5. Keadaan Sosial Ekonomi
Jumlah penduduk Sekip Rahayu adalah 1.107 jiwa terdiri dan 196 KK, 558 jiwa laki-laki dan 549 jiwa perempuan. Keadaan penduduk Sekip Rahayu Tahun 2013 menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut kelompok umur, 2013
Kelompok umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
< 1 25 2,34 Sumber : Monografi Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras, 2013
(tidak dipublikasikan)
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur di Sekip Rahayu didominasi oleh penduduk usia 15 -56 tahun (41,43 persen). Penduduk Sekip Rahayu tidak hanya bekerja sebagai wiraswasta saja tetapi juga sebagai buruh, PNS, dan lain-lain. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11.
persen). Wiraswasta berada di posisi ketiga (sebesar 14,04 persen), dimana wirausahawan kemplang masuk dalam persentase tersebut.
Tabel 11. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut mata pencaharian, 2013
Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
PNS 25 5,49
Wiraswasta 64 14,04
Buruh 216 47,37
Pensiunan 17 3,72
Lain-lain 134 29,38
Jumlah 456 100,00
Sumber : Monografi Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi Waras, 2013 (tidak dipublikasikan)
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Sekip Rahayu antara lain adalah transportasi, jalan umum, sarana ibadah, bangunan sekolah dan lapangan. Sarana transportasi berupa kendaraan umum dan kendaraan pribadi yang menghubungkan Sekip Rahayu dengan daerah sekitarnya. Selain itu Sekip Rahayu juga memiliki lapangan yang langsung menghadap Teluk
Lampung, yang digunakan untuk menjemur kemplang dan kerupuk (Monografi Sekip Rahayu, 2013, tidak dipublikasikan).
7. Latar Belakang Industri Kecil Kemplang
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras secara umum telah memiliki sikap percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras.
2. Tingkat keberhasilan usaha wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras secara umum berada pada kategori sedang, sejalan dengan perkembangan volume usaha dan pengalaman berwirausaha.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat disarankan bahwa :
1. Banyak wirausahawan kemplang yang belum melakukan pembukuan
usaha dengan baik. Oleh karena itu, upaya peningkatan wirausahawan
kemplang harus dilakukan dengan diberikan pelatihan pencatatan
keuangan.
2. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti karakteristik wirausahawan
yang belum dimasukkan dalam penelitian ini, seperti kepemimpinan,
DAFTAR PUSTAKA
Astamoen, M. P. 2005. Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Alma,B. 2007. Kewirausahaan, Edisi Revisi. Bandung : Alfabeta. Badan Pusat Stastistik. 2013a. Bandar Lampung dalam Angka. Badan Pusat Stastistik. 2013b. Bumi Waras dalam Angka.
Darmawan, I.P.S. 2004. Analisis tipe strategi Industri Kecil dan Menengah di kawasan Sarbagita, Bali. Malang: Tesis Universitas Brawijaya Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Bandar Lampung. 2013.
Perkembangan Industri Kecil Bandar Lampung.
Endang, M.G.W. 2012. Faktor-faktor motivasi berwirausaha terhadap keberhasilan usaha pengusaha UKM Kota Malang. Malang : Jurnal ilmu sosial Universitas Brawijaya.
Firmansyah, M.A. 2010. Hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Yogyakarta : Jurnal Psikologi Sosila Hubungan Sikap, Perilaku Universitas Islam Indonesia. Ghozali, I. 2006. Statistik Nonparametrik. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ginting, K. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha (studi kasus pada pengusaha rumah makan di Kelurahan Helvetia Tengah Medan). Medan: Jurnal Ilmu Sosial USU.
Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hardian. W. 2011. Analisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang
martabak manis kaki lima di kota Bogor. Bogor: Jurnal Agribisnis Institut Pertanian Bogor.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2012. PDB IKM terhadap PDB Industri.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2013. IKAH dan ILMEA. Kementerian Riset dan Teknologi. 2001. Kemplang.
Lestari, F. 2012. Pengaruh Jiwa kewirausahaan dan Kreativitas terhadap Keberhasilan Usaha pada Sentra Industri Rajutan Binong Jati Bandung. Bandung: Jurnal Unikom.
Longenecker, J. G. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Mustafa, Z.EQ. 2009. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Masykuri, A.A. 2013. Analisis Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengrajin Songkok di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noersasongko, E. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik di Jawa Tengah. Skripsi. Malang. Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang.
Ochtaviana, D. 2012. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Motivasi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Sentra UKM Boneka Kain Sukamulya Bandung. Bandung: Jurnal UNIKOM.
Pratama, A.W. 2013. Ketenagakerjaan Menurut Bank Dunia. (Online) : http://youcanseemine.blogspot.com/2013/04/ketenagakerjaan. Diakses : 18 Agustus 2014.
Purnama, C. 2010. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Mojokerto: Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta, Bandung. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval. Semarang : Prosiding Seminar Nasional Stastistika Universitas Dipenegoro ISBN: 978-979-097-142-4. Supriatna, D. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
dan Kegagalan Penerapan Manajemen Informasi dalam organisasi. Skripsi: IPB. Bogor.
Surya, M.H. 2012. Hubungan Self Efficacy. (web.unair.ac.id). Diakses tanggal 15 Mei 2014.
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Tanjung, D.B. 2012. Analisis Faktor-faktor Keberhasilan Toko Emas Sriwijaya Gunung Sitoli. Medan: Jurnal Ilmu Sosial USU. Wijayanto, A. (2013) Pengaruh Karakteristik Wirausahawan terhadap
Tingkat Keberhasilan Usaha: Studi Pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan Di Krobokan Semarang. Semarang: Jurnal Ilmu Sosial UNDIP.
Wikipedia. 2013. Definisi Kemplang. (www.wikipedia.com). Diakses tanggal 14 Desember 2013.
Zimmerer, T. W. & N.M.Scarborough. 2005. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: PT Indeks.