• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN YANG TERKOORDINASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN YANG TERKOORDINASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun 2015)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN YANG TERKOORDINASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun 2015)

Oleh

ANISA AYU LESTARI

(2)

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN YANG TERKOORDINASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun 2015)

Oleh

ANISA AYU LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN YANG TERKOORDINASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN. (Studi di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun 2015)

(Skripsi)

Oleh Anisa Ayu Lestari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

(5)

DAFTAR ISI 2.1Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini ... 8

2.2Perkembangan Motorik Anak Usia Dini ... 10

2.2.1 Hakikat Perkembangan Motorik ... 10

2.2.2 Jenis Perkembangan Motorik ... 11

2.2.3 Gerakan Motorik Kasar Anak Usia Dini ... 12

2.2.4 Kemampuan Gerakan Terkoordinasi Anak Usia Dini ... 13

2.3Pengembangan Kecerdasan Jamak ... 17

2.3.1 Kecerdasan Fisik-Kinestetik ... 20

2.4 Perkembangan Gerak dan Irama (Rithme) ... 21

3.4Definisi Konseptual variabel ... 30

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.6Teknik Analisis data ... 33

(6)

4.1.1 gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.2 Proses Belajar dan Pembelajaran ... 38

4.1.3 Kondisi Guru dan Karyawan TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung ... 38

4.1.4 Kondisi Siswa ... 39

4.1.5 Data Penelitian ... 40

4.1.5.1 Deskripsi Data Latihan Senam Irama (Variabel X) ... 40

4.1.5.2 Deskripsi Data Kemampuan Melakukan Gerakan yang Terkoordinasi (Variabel Y) ... 41

4.1.6 Analisis Uji Hipotesis ... 43

4.2Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 47

5.2Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 32 2. Tolak Ukur Tingkat kemampuan ... 34 3. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 36 4. Daftar Kondisi Guru dan Karyawan TK Melati Puspa

Tanjung Senang Bandar Lampung ... 39 5. Kondisi Anak Didik TK Melati Puspa Tanjung Senang

Bandar Lampung ... 39 6. Distribusi Frekuensi data Latihan Senam Irama (X) ... 40 7. Distribusi frekuensi Kemampuan Melakukan Gerakan yang

Terkoordinasi (Y) ... 41 8. Silang Latihan Senam Irama dengan kemampuan Melakukan

Gerakan yang Terkoordinasi ... 42 9. Kerja Mencari Hubungan antara Latihan Senam Irama

(8)

Motto

Semangat dan Terus semangat dalam meraih Cita-Cita ..

(9)
(10)
(11)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim...

Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , kupersembahkan karyaku ini kepada:

Mamak dan (Alm) Papa tersayang

(Alm) Papaku terimakasih atas limpahan kasih sayang semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti.

Trimkasih ntuk Mamakku atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang

terbaik untuk anaknya. Trimkasih Papa ... Trimaksih mamak.

My Brother’s “Kak Ferdi, Azwar dan Ari”

kakak-kakakku, trimakasih untuk dukungan moril dan meterilnya. Kalian adalah tempat saya untuk kembali,

disaat saya benar dan salah, disaat saya suka dan duka.

My Beloved “Nadir Syaputra”

Sebagai tanda cinta kasihku, adek persembahkan karya ini buatmu. Trimakasih atas kasih sayang, perhatian,

dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan karyaku ini. Semoga

engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku. Trimkasih Kak ...

My Best Friend’s

Teman-teman PGPAUD A 2011 dan sahabat seperjuangan dan sepenanggungan “Intan, Heni, dan Elvira. Trimkasih

atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti. Semoga

(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

(14)
(15)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah- Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Latihan Senam Irama dengan

Kemampuan Melakukan Gerakan yang Terkoordinasi pada Anak Usia 5-6 tahun”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman. M.S.i, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Ibu Ari Sofia, S.Psi, Ma.Psi, selaku Plt. Ketua Program Studi PGPAUD Universitas Lampung;

(16)

5. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum, selaku Pembimbing kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu;

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PGPAUD Universitas Lampung; 8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FKIP Universitas lampung;

9. Ibu Rena Jayanti, S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK Melati Puspa yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung;

10.Ibu Dini Mirantika, Ibu Idha Surida dan seluruh rekan-rekan kerja TK Melati Puspa, Terimakasih atas bantuan dan kebersamaan kalian.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 9 Oktober 2015 Penulis

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang merupakan masa emas perkembangan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(18)

2

Demikian dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, pemerintah mulai memperhatikan setiap tumbuh kembang anak. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun yaitu anak mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

Anak usia dini sedang mengalami pertumbuhan, terutama pertumbuhan jasmani yang sangat pesat. Kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah besar merupakan karakteristik aktivitas anak pada masa ini. Oleh sebab itu anak memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik, baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.

(19)

3

jasmani anak ditekankan pada koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan.

Pada awalnya gerakan anak belum terkoordinasi dengan baik, seiring dengan kematangan dan pengalaman anak, gerakan terkoordinasi tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik (Jamaris, 2006:10)

Gerakan-gerakan dasar dilatih sedemikian rupa secara bertahap sehingga dikuasi oleh anak didik. Guru harus mencotohkan setiap gerakan dan anak didik diberi kesempatan untuk melakukannya bersama guru. Guru tidak hanya memberikan instruksi dan anak yang melakukan, akan tetapi kegiatan terebut dilakukan bersama-sama.

(20)

4

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung, terlihat bahwa anak belum mampu melakukan gerakan yang terkoordinasi dengan baik, seperti gerakan memutar, berjinjit, berdiri diatas satu kaki. Dari 28 anak kelompok usia 5-6 tahun, hanya 28,57 persen yang sudah terkoordinasi dengan baik, selebihnya yang 71,42% belum seperti yang diharapkan.

Kondisi tersebut mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional. Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan senam irama sudah dilakukan, namun dalam pelaksaanya lebih didominasi oleh guru, anak kurang mendapat bimbingan dan senam yang dilakukan secara berulang-ulang dengan senam yang itu-itu saja sehingga anak sering kali malas jika diminta menirukan gerakan senam.

(21)

5

meningkatkan gerakan terkoordinasi, sehingga anak dapat mengekspresikan gerakan dan bergerak lebih baik sesuai dengan keterampilan geraknya.

Dengan mengikuti irama, anak lebih bebas bergerak, berimajinasi serta berani menghadapi tantangan baru. Oleh sebab itu agar kemampuan gerak anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya tentunya harus ada dukungan dari orang tua dan guru dalam memberikan kesempatan pada anak untuk terus bergerak.

1.2Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih bersifat konvensional.

2. Anak kurang mendapat bimbingan ketika melakukan kegiatan senam irama.

3. Senam irama yang dilakukan secara berulang-ulang dengan senam yang itu-itu saja

4. kemampuann anak dalam melakukan gerakan yang terkoordinasi belum berkembang sesuai yang diharapkan.

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu :

(22)

6

2. Penelitian ini dilaksanakan di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung

3. Penelitian ini dibatasi pada anak TK kelas B1 usia 5-6 tahun.

1.4Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas diajukan rumusan masalah sebagai berikut “kemampuan anak usia 5-6 tahun dalam

melakukan gerakan yang terkoordinasi di TK Melati Puspa belum berkembang sesuai yang diharapkan”

Maka permasalahan pada penelitian ini adalah:

”adakah hubungan antara latihan senam irama dengan kemampuan melakukan

gerakan yang terkoordinas pada anak usia 5-6 tahun?”

1.5Tujuan Penelitian

(23)

7

1.6Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran pada pendidik anak usia dini, khususnya dalam kemampuan melakukan gerakan terkoordinasi anak. Menambah pengetahuan serta mengerti kegiatan senam irama yang bisa digunakan untuk keterampilan anak usia dini.

1.6.2 Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap guru dan sekolah:

1. Manfaat bagi Guru/Pendidik

Sebagai masukan bagi guru dalam upaya mengembangkan kemampuan koordinasi gerakan melalui latihan senam irama yang menarik bagi anak.

2. Manfaat bagi sekolah

(24)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini

Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Itu artinya guru dan pendidik anak usia dini lainnya perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi dalam diri anak.

Anak Usia Dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Hainstok dalam (Sujiono, 2013:54) mengatakan bahwa masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diaharapkan muncul pada pola prilakuknya sehari-hari

(25)

9

sistematis, progresif dan berkesinambung, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Selanjutnya dijelaskan oleh Hamalik dalam (Susanto,2012:19) yang mengemukakan bahwa perkembangan merujuk kepada perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dari segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.

Sedangkan Catron dan Allen (Sujiono, 2013:62) mengemukakan bahwa terdapat 6 (enam) aspek perkembangan Anak Usia Dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik, sedangkan keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi.

(26)

10

2.2 Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

2.2.1 Hakikat Perkembangan Motorik

Ada dua istilah dalam perkembangan motorik, yaitu yang disebut dengan gerak dan motorik. Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang

menurut Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses motorik(Samsudin,2008:10).

Zukifli (Samsudin 2008:11) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh yang didalamnya terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, syaraf dan otak.

(27)

11

2.2.2 Jenis Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik mancakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.2.1Kemampuan Motorik Kasar

Menurut Samsudin (2008,9) kemampuan motorik kasar adalah kemampuan anak TK beraktivitas menggunakan otot-otot besar. Anak usia taman kanak-kanak tidak lagi direpotkan dengan berbagai kegiatan jasmani yang bersifat dasar, seperti bagaimana agar dapat berdiri atau berjalan dengan baik. Pada masa ini tugas perkembangan jasmani anak ditekankan pada koordinasi gerakan tubuh seperti berlari, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan (Jamaris, 2006:7)

2.2.2.2Kemampuan Motorik Halus

Menurut Jamaris (2006:7) kemampuan motorik halus anak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus, dalam hala ini berkaitan dengan kegiatan meletakan atau memgang suatu objek dengan menggunakan jari-jari tangan.

(28)

12

2.2.3 Gerakan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Menurut Jamaris (2006:6) anak usia taman kanak-kanak tidak lagi direpotkan dengan berbagai kegiatan jasmani yang bersifat dasar, namun pada masa ini anak ditekankan pada gerakan tubuh secara terkoordinasi. Menurut Samsudin (2008:9) ada tiga kategori gerakan pada motorik kasar yang dapat di lakukan oleh anak yaitu lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif.

1. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, berjingkrak dan lari seperti kuda berlari (gallop).

2. Kemampuan Non-lokomotor

Kemampuan menggerakan bagian atau anggota-anggota tubuh seperti kepala, bahau, tangan, pinggang, kaki tanpa melakukan perpindah. Kegiatan ini dapat berupa gerakan mendorong, menarik, mengayun, meliuk, memutar, peregangan, mengangkat, membungkuk, angkat satu kaki, dan lain-lain.

2. Kemampuan Manipulatif

(29)

13

Berdasarkan uraian diatas menjelaskan bahwa gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan merupakan salah satu tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun yang tertulis dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 sedangkan menurut Jamaris (2006:6) pada usia tersebut gerakan tubuh secara terkoordinasi merupakan bagian yang perlu ditekankan dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar anak yang dikategorikan kedalam tiga gerakan yaitu gerakan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif.

2.2.4 Kemampuan Gerakan Terkoordinasi Anak Usia Dini

Menurut Jamaris (2006:10) Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus. Koordinasi diartikan sebagai kemampuan pelaksanaan untuk mengintegrasikan jenis gerakan kebentuk yang lebih kompleks (Decaprio, 2013:51). Disamping itu kemampuan koordinasi motorik kasar juga mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan, dan kekuatan (Jamaris, 2006:13).

(30)

14

Malina dalam (Jamaris, 2006:10) mengemukakan bahwa ada 5 prinsip utama perkembangan motorik yaitu kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik.

1. Kematangan Saraf

Pada waktu dilahikan, anak hanya memiliki otat seberat 25% dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada dipusat susunan saraf belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya dalam mengontrol gerakan motorik. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neorological maturation (kematangan neurologis). Kematangan secara neurologis ini merupakan hal yang penting dan berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengontrol gerakan motoriknya.

(31)

15

dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar atau mewarnai gambar dengan tidak keluar garis.

Pada usia 5 tahun, anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersiafat kompleks, yaitu kemampuan untuk mengombiansi gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.

2. Urutan

Proses perkembangan fisologis manusia berlangsung secara berurutan, yang terdiri dari:

a. Urutan pertama disebut pembedaan yang mencakup perkembangan secara perlahan dari gerakan motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerakan yang lebih terarah sesuai dengan fungsi gerakan motorik kasar.

b. Urutan kedua keterpaduan, yaitu kemampuan dalam menggambungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerakan yang baik, seperti berlari dan berhenti.

3. Motivasi

(32)

16

(b) Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktiviatas fisik, baik yang melibatkan gerakan motorik kasar maupun halus. Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar. Misalnya, memberikan kesemptan kepada anak untuk melakuakan berbagai aktivitas motorik dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.

4. Pengalaman dan Latihan

Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik, yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampialn motorik anak secara optimal.peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik, akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.

(33)

17

diantaranya: (a) melompat berulang-ulang, (b) berlari mengelilingi ruangan atau dihalaman, (c) bergelantung, (d) mencoret-coret kertas, (e) merobek-robek kertas, (f) menggambar, (g) menyusun balok menjadi suatu bangunan.

Pengalaman dalam berbagai kegiatan bermain yang dilakukan anak ini bermanfaat bagi pengembangan keterampialan motorik anak secara optimal. Untuk mempelajari keterampilan gerak, anak-anak harus menggabungkan memori atau ingatan dengan pengalaman sebelumnya. Memanfaatkan kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru, serta memperaktekan apa yang telah dipelajari.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip utama perkembangan fisiologis anak yaitu koordinasi gerakan motorik dimana koordinasi yang diartikan sebagai kemampuan pelaksanaan untuk mengintegrasikan jenis gerakan kebentuk yang lebih komplek yang dilakukan melalui tiga prinsip perkembangan motorik yaitu kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik.

2.3 Pengembangan Kecerdasan Jamak

(34)

18

dimiliki oleh setiap individu yang baru dilahirkan untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Sujiono, 2013:180).

Gardner dalam (Sujiono, 2013:182) mengemukakan teori yang disebut

Multiple Intelligences dalam bukunya Frames of Mind. Teori ini menyatakan, ada banyak cara belajar dan anak dapat menggunakan intelegensinya yang berbeda untuk mempelajari sebuah keterampilan atau konsep. Gardner pada mulanya memaparkan 7 aspek intelegensi yang menunjukan kompetensi intelektual yang berbeda, kemudian menambahkannya menjadi 8 aspek kecerdasan, yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan fifik/kinestetik, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan naturalis, tetapi dalam penerapan di indonesia ditambahkan menjadi 9 yaitu kecerdasan spiritual. Berikut ini akan diuaraikan berbagai hal yang berhubungan dengan delapan kecerdasan tersebut.

1) Kecerdasan Linguistik (Word Smart)

Kecerdasan lunguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.

2) Kecerdasan Logika-Matematika (Logic-Smart)

Keceredasan logis-matematika adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengelolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.

(35)

19

Kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan di mana saat menggunakannya kita mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus. Berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya.

4) Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)

Visual Spasial merupaka salah satu bagian dari kecerdasan jamak yang berhubungan erat dengan kemampuan untuk menmvisualisasikan gambar di dalam pikiran seseorang, atau untuk anak di mana dia berfikit dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban.

5) Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonala merupakan kemampuan diri untuk berfikir secara reflektif, yaitu mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.

6) Kecerdasan Interpersonal (People Smart)

Kecerdasan ini merupakan berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain.

7) Kecerdasan Musikal (Musik Smart()

Kecerdasan Musikal yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer), mengekspresikan (penyanyi). 8) Kecerdasan Natural

(36)

20

9) Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhlik Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Dari pemaparan yang sudah dijelaskan diatas tentang 9 kecerdasan anak, dalam penelitian ini kecerdasan yang akan dikembangkan adalah kecerdasan Fisik-Kinestetik (Body Smart) yaitu belajar melalui gerakan atau sentuhan.

2.3.1 Kecerdasan Fisik-Kinestetik

Kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan di mana saat menggunakannya kita mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus, berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya (Sujiono, 2013:188). Orang dengan modalitas kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan untuk menstimulus kecerdasan fisik pada anak yaitu menari, bermain peran, drama, latihan fisik, pantomim, berbagai olah gerak seperti senam (Sujiono, 2013:177).

(37)

21

2.4 Perkembangan Gerak dan Irama (Rithme)

Menurut Delphie (2005:19) Perilaku gerak (motor behavior) merupakan subdisiplin yang lebih menekankan pada investigasi mengenai prinsip-prinsip perilaku gerak manusia. Perilaku gerak dibagi kedalam tiga bagian yaitu:

1. Teori gerak adalah studi mengenai faktor-faktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Fungsi syaraf terkait dengan sistem syaraf. Sistem syaraf merupakan bagain penting dalam memproduksi gerak manusia sebab sel-sel syaraf merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia yang diinginkan.

2. Belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak (motor skill). Sebab keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu.

3. Perkembangan gerak merupakan bidang studi, salah satu definisinya adalah “ bahwa perkembangan gerak sebagai perubahan dalam perilaku yang mengrefeksikan interaksi dari kematangan organisme dan lingkungngannya”. Perkembangan gerak juga merupakan perubahan kemampuan gerak dari masa bayi sampai masa dewasa yang melibatkan beberapa aspek perilaku manusia.

Dari pengertian tersebut diatas, maka perkembangan gerak dapat terjadi melalui proses yang panjang secara terus menerus, oleh sebab itu maka diperlukan adanya prsoses pembelajaran yang mampu memicu perkembangan gerak seseorang sehingga dapat meningkatkan keterampilan geraknya.

(38)

22

Untuk dapat melakukan gerakan irama atau ritmik seperti spontan dan baik, guru dapat memberikan latihan gerakan-gerakan dasar secara terpimpin agar anak dapat menguasai gerakan tersebut, seperti gerakan yang termasuk kedalam jenis gerakan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif.

2.5 Latihan Senam Irama

Harsono (1988:101) dalam Kunarti mengemukakan bahwa latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan Menurut Nenggala (2007:82) Senam irama adalah salah satu jenis senam yang dilakukan dengan mengikuti irama musik atau nyanyian, ada dua jenis senam irama yaitu senam irama tanpa alat dan senam irama dengan alat. Menurut Sumaryanti (2000:1) dalam Kunarti yang menuliskan bahwa senam irama adalah suatu aktivitas fisik yang disusun secara sitematis, gerakannya melibatkan otot besar, yang dilakukan secara terus menerus, dinamis dan ritmis, dalam senam irama dapat dipilih gerakan mudah, menyenangkan dan bervariasi sehingga memungkinkan seseorang untuk melakukan secara teratur.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun latihan senam irama menurut Woerjati Soekarno, (1997:7) dalam Kunarti adalah sebagai berikut:

(39)

23

tepat, (c) Dilaksanakan dengan sikap permulaan dan akhir yang benar, dan (d) Suatu latihan mempunyai dosis yang sesuai dengan tujuannya.

2. Tahap pelaksanaan latihan sesuai dengan tingkat kesukaran menguasai gerak diurutkan sebagai berikut: (a) Latihan dimulai dari latihan yang mudah ke yang sukar, (b) latihan dimulai dengan yang sederhana ke yang komplek.

3. Sistematika program irama, yang berarti pengulangan gerak secara sistematis dan teratur dengan tujuan meningkatakan kemampuan fisik seseorang.

Pada prinsipnya tidak ada bedanya dengan senam biasa, hanya pada senam irama kita menambahkan irama (rhytme). Hal yang harus ditekankan pada latihan senam irama adalah sebagai berikut:

1. Irama

Irama adalah elemen musik yang paling penting karena halnya degan suatu irama saja tanpa elemen lainnya seseorang dapat mendengarkan suatu bentuk musik. Irama dalam musik adalah susunan yang berurutan dari suara atau bunyi ketukan dan nilai not lagu yang lambar dan cepat. Jadi susunan pola-gerak waktu tang terdapat pada musik disebut irama (Delphie, 2005:101).

2. Kelenturan Tubuh (Flexibilitas)

(40)

24

meliuk, merentang, menekuk, membungkuku yang akan diperoleh dalam waktu yang lama dengan latihan. Latihan ini penting bagi senam irama agar tidak menimbulkan gerakan-gerakan yang kaku. 3. Kontinus Gerakan

Rangkaian gerak ini diperoleh dari gerak-gerakan senam yang sudah disusun dalam bentuk rangkaian yang siap ditampilkan.

2.5.1 Manfaat senam Irama

Menurut Sumaryanti (2000:1) dalam Kunarti mengemukakan bahwa manfaat senam irama banyak sekali, diantaranya dilihat dari segi fisik, psikologi, sosial, maupun ekonomis.

1. Segi fisik: mencegah penyakit akibat kurang gerak (preventif), peningkatan kebugaran atau peningkatan kualitas fisik, terapi dan rehabilitas (asma, kegemukan, penyimpangan bentuk tubuh, dll) 2. Segi sosial: karena senam irama dilakukan bersama-sama maka pada

akhirnya akan menciptakan sebagai media komunikasi informasi dan akan berdampak pada kesehatan sosial emakin baik.

3. Segi psikis: mengurangi ketegangan, dan dapat menimbulkan kegembiraan.

4. Segi ekonomis: mengurangi biaya perawatan kesehatan.

(41)

25

menggerakan anggota tubuh, mengikuti instruktur senam dan mengikuti irama atau musik yang diperdengarkan dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, memberikan kesenangan dan mengembangkan kemampuan motorik kasar khususnya pada kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi.

2.6 Kerangka Berfikir

Salah satu tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik kasar anak usia 5-6 sebagaimana yang tertulis pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 yaitu anak mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Pada usia tersebut gerakan tubuh secara terkoordinasi merupakan bagian yang perlu ditekankan dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar anak yang dikategorikan kedalam tiga gerakan yaitu gerakan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif.

(42)

26

Agar kemampuan koordinasi gerakan motorik kasar anak usia dini lebih baik lagi didukung dengan kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Senam irama merupakan suatu aktivitas fisik yang disusun secara sistematis, gerakannya melibabtkan otot besar, yang dilakukan secara terus menerus, dinamis dan ritmis, dalam senam irama dapat dipilih gerakan mudah, menyenangkan dan bervariasi sehingga memungkinkan seseorang untuk melakukan secara teratur.. Latihan senam irama yang dilakukan dalam waktu 30 menit selama 3 kali seminggu dengan 9 kali pertemuan, merupakan cara yang dapat dilakukan oleh pendidik, jika latihan senam irama dilakukan dengan baik dan benar maka kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi pada anak usia 5-6 tahun di TK Melati Puspa akan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut,

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

Kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi (variabel y) Latihan senam irama

(43)

27

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: ada hubungan yang signifikan antara latihan senam irama dengan kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi pada Anak Usia 5-6 Tahun.

(44)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:3) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan yang tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Selain itu, untuk membantu menganalisis data dan fakta yang diperoleh dari lapangan, penelitian ini menggunakan rumus statistik.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. 3.2.2 Tempat Penelitian

(45)

29

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi dalam penelitian ini adalah anak didik kelompok B usia 5-6 tahun di TK Melati Puspa Tanjung senang Bandar lampung, yang keseluruhan anak berjumlah 46 anak.

3.3.2 Sampel

(46)

30

3.4Definisi Konseptual Variabel

3.4.1 Latihan Senam Irama (Variabel X)

Latihan Senam irama merupakan suatu kegiatan yang termasuk kedalam jenis olahraga yang dilakukan mengikuti irama musik atau nyanyian. Melakukan aktivitas latihan senam irama seperti mendengarkan musik sambil mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh instruktur senam secara berulang-ulang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh instruktur senam.

3.4.2 Kemampuan Melakukan Gerakan yang Terkoordinasi (Variabel Y)

Kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi diartikan sebagai kemampuan pelaksanaan untuk mengintegrasikan jenis gerakan kebentuk yang lebih kompleks. Disamping itu, kemampuan koordinasi motorik kasar juga mencakup katahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, kesimbangan, dan kekuatan. Ada tiga kategori gerakan yang dapat dilakukan oleh anak yaitu lokomotor (gerakan berpindah tempat, non-lokomotor (gerakan ditempat) dan manipulatif.

3.4.3 Definisi Oprasional Variabel

3.4.3.1Definisi Oprasional Variabel Dependen atau “Y” (kemampuan melakukan gerakan terkoordinasi)

(47)

31

terkoordinasi ketika mengikuti latihan senam irama seperti gerakan berdiri diatas satu kaki, membungkukan badan, berjinjit, memutar, melompat dengan satu kaki, berjalan mundur, berjalan sambil berjinjit, berjalan maju.

3.4.3.2Definisi Oprasional Independen atau “X” (latihan senam irama) Yang dimaksud dengan latihan Senam irama dalam penelitian ini adalah frekuensi mengikuti latihan senam irama yang dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan dinilai dari absen kehadiran anak.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data atau melaksanakan tugas mengumpulkan data tentang yang sedang di teliti. Teknik yang digunakan pada penelitian ada dua, yaitu:

3.5.1 Observasi

(48)

32

dinilai sesuai dengan indikator yang diajarkan dan yang sudah berisi lajur cek list dalam kisi-kisi instrumen penelitian.

3.5.2 Dokumentasi

Tekhnik dokumentasi yaitu untuk memperkuat data yang dibuktikan dengan video atau foto-foto pada saat peneliti melakukan observasi kepada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Aspek yang diamati

(49)

33

3.6Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dengan uji statistik yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Tata Jenjang (Spearman Rank). Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan, yaitu uji analisis tabel.

3.6.1 Analisis Tabel

3.6.1.2Analisis Tabel Latihan Senam Irama (Variabel X)

Untuk menyajikan data mengikuti latihan senam irama digolongkan menjadi 4 kategori yaitu: Sangat Aktif, Aktif, Kurang Aktif dan Tidak aktif. Anak dikatakan sangat aktif apabila anak mengikuti latihan senam irama lebih dari 7 kali dengan interval nilai 76,00-100,00, anak dikatakan aktif apabila anak mengikuti latihan senam irama 5-6 kali dengan interval nilai 51,00-75,00, anak dikatakan kurang aktif apabila mengikuti latihan senam irama 3-4 kali dengan interval nilai 26,00-50,00 dan anak dikatakan tidak aktif apabila tidak pernah mengikuti latihan senam irama atau mengikuti latihan senam irama hanya 1-2 kali dengan interval nilai 0,00-25,00.

3.6.1.3Analisis Tabel Kemampuan Melakukan Gerakan yang Terkoordinasi.

(50)

34

1. Mengamati anak pada setiap pertemuan menskor kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi pada setiap aspek yang telah ditentukan.

2. Menghitung kemampuan anak berdasarkan setiap indikator yang dipecah kedalam aspek yang diamati, maka digunakan rumus pencapaian hasil belajar menurut Sudjana (2006:69):

N = ℎ

ℎ x 100 %

3. Setelah memperoleh nilai berdasarkan pertimbangan rubrik selanjutnya menafsirkan hasil perhitungan data yang digolongkan kedalam kriteria tingkat kemampuan sebagai berikut:

Tabel 2. Tolak Ukur Tingkat Kemampuan Melakukan Gerakan yang Terkoordinasi

Kategori Kemampuan Keterangan Interval Nilai

Berkembang sangat baik >7 gerakan terkoordinasi 76,00 – 100,00

Berkembang sesuai harapan 5 – 6 gerakan terkoordinasi 51,00 – 75,00

Mulai berkembang 3 – 4 gerakan terkoordinasi 26,00 – 50,00

Belum berkembang <2 gerakan terkoordinasi 0,00 – 25,00

Sumber: adopsi dari Dimyati (2013:103)

(51)

35

apabila sudah mampu melakukan gerakan yang terkoordinasi 5-6 gerakan dengan interval nilai 51,00- 75,00, anak dikatakan mulai berkembang apabila sudah mampu melakukan gerakan yang terkoordinasi 3-4 gerakan dengan interval nilai 26,00-50,00, dan anak dikatakan belum berkembang apabila belum mampu melakukan 8 gerakan yang terkoordinasi atau hanya 1-2 gerakan dengan interval nilai 0,00-25,00.

3.6.2 Analisis Uji Hipotesis

Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menguji

hipotesis asosiatif diuji menggunakan Spearman Rank. Spearman Rank ini digunakan untuk mengetahui hubungan bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2009:244). Berikut ini adalah rumus Korelasi Spearman Rank.

Sumber : Sugiyono (2009:245)

Gambar 2. Rumus Korelasi Spearman Rank

Keterangan:

ᵖ = Kooefisien Spearman Rank

bᵢ = selisih peringkat setiap data n = jumlah data

berdasarkan hasil perhitungan dengan Korelasi Spearman Rank. Maka dapat diketahui apakah hipotseis yang diajukan dapat diterima atau tidak dilihat dari tabel nilai r Spearman (lihat lampiran 12).

H₀ diterima bila (�)

(52)

36

H₀ ditolak bila > (�)

Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilihat keeratanya dengan menggunakan pedoman interpretasi koefesiensi korelasi sebagai berikut:

Tabel 3. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

(53)

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan dan bernilai positif antara latihan senam irama dengan kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi pada anak usia 5-6 tahun di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan korelasi Speraman Rank dan dibandingkan dengan tabel Rho yang menunjukan bahwa antara latihan senam irama dengan kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi memiliki hubungan signifikan dan bernialai positif.

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

(54)

48

kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi sehingga menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan bermakna bagi anak.

2. Guru hendaknya lebih mengintefsikan pembelajaran melalui kegiatan yang menyenangkan.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori pembelajaran Motorik diSekolah. DIVA Press.Jogjakarta.

Delphie, Bandi. 2005. Program Pembelajaran Individu Berbasis Gerak Irama. Pustaka Bani Quraisy.Bandung.

Dimyati, Jhon. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana.Jakarta.

Harianto, Sugeng P. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Hurlock, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Erlangga

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. PT Grasindo.Jakarta.

Kunarti, Tri Ulan.2013. Pengaruh Latihan Senam Irama terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa-Siswi kelas VII SMP N 2 Abung Tengah lampung Utara tahun Ajaran 2012/2013. Universitas Lampung.

Nenggala, Asep Kurnia. 2007. Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan. Drafindo Media Pratama.Bandung.

Samsudin.2008. Pembelajaran Motorik di Taman kanak-Kanak. Pranada Media group.Jakarta.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rusda Karya.Bandung.

Sugiyono. 2009. Statitika untuk Penelitian. Alfa Beta.Bandung

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. ALFABETA, cv.Bandung.

(56)

Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 2. Tolak Ukur Tingkat Kemampuan Melakukan Gerakan
Gambar 2. Rumus Korelasi Spearman Rank
+2

Referensi

Dokumen terkait