• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Konflik Partai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Konflik Partai"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

S

UARA

P

EMBARUAN

SENIN, 17 DESEMBER 2012

O

PINI

& E

DITORIAL

5

Cegah Korupsi Sejak Dini

Peringatan Hari Antikorupsi tahun ini diwarnai de-ngan peristiwa besar. Untuk pertama kalinya seorang menteri aktif, yakni Menpora Andi Mallarangeng, dite-tapkan sebagai tersangka oleh KPK. Agaknya tekad pe-merintah dan penegak hukum untuk serius menangani kejahatan korupsi sehingga tidak ada pembiaran dan te-bang pilih dalam penanganan kasus korupsi, mulai ter-wujud.

Namun laporan Transparency International Indone-sia (TII) tahun 2012 masih memasukkan IndoneIndone-sia sebagai negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, ber-dasarkan buruknya indeks persepsi korupsi (IPK). Di kawasan Asia Tenggara, posisi IPK Indonesia masih berada di jajaran bawah. Masih kalah dibandingkan Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Secara akademis penelitian itu masih bisa diperde-batkan karena yang diukur adalah variabel persepsi bu-kan korupsinya itu sendiri. Mengukur persepsi atau ang-gapan tidak bisa digunakan untuk memperlihatkan fakta lapangan korupsi di Indonesia. Upaya pemberantasan korupsi selain kepada aspek penindakan, harus juga mengarah kepada aspek pencegahan.

Upaya luar biasa yang dilakukan KPK ataupun lem-baga penegak hukum lain dalam hal penindakan layak diapresiasi.

Fakta seorang pejabat publik sekelas menteri dibidik menjadi tersangka jelas sebuah prestasi tersendiri untuk KPK. Namun, aspek pencegahan jelas tidak boleh dise-pelekan dan dinomorduakan.

Meski perangkat pencegahan itu sudah ada seperti Inpres No 17/2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pem-berantasan Korupsi yang merupakan kelanjutan dari In-pres No 9/2011. Namun masih perlu langkah revolusio-ner yang bersifat dini dan membudaya.

Sebuah terobosan telah dibuat oleh KPK dan BKKBN yang memfokuskan kerja sama

Yohane Wawengkang

Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat

Tindak Tegas Pelaku Penggelap

BBM Bersubsidi

Polda Bengkulu menangkap dua orang diduga pe-nimbunan BBM jenis premium, pada 30 November 2011. Direktur Reskrimsus Bengkulu Kombes Mahen-dra Jaya mengatakan dua tersangka ditangkap anggota Propam Polda Bengkulu, karena diduga telah menya-lahgunakan pengangkutan atau perniagaan dengan me-nyimpan BBM bersubsidi tanpa dilengkapi surat izin menjual BBM bersubsidi tersebut.

Kita prihatin dengan aksi penimbunan BBM ber-subsidi yang mungkin akan disalahgunakan untuk di selundupkan ke luar negeri. Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah untuk bahan bakar minyak di Indonesia, ketimbang di luar negeri, membuat komodi-tas ini menjadi barang yang menggiurkan untuk diselun-dupkan.

Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, mengata-kan aksi penyelundupan atau diibaratmengata-kannya sebagai BBM “Spanyol” atau “Separuh Nyolong”, saat ini telah dilakukan secara sistemik, karena ada mafia besar di balik aksi tersebut.

Penggelapan BBM bersubsidi , tentunya akan ber-dampak pada berkurangnya pasokan kebutuhan masya-rakat dalam negeri. Negara pun dirugikan cukup besar dari aktivitas illegal ini. Agar tidak semakin berlarut-la-rut dan kegiatan illegal sehingga menjadi hal yang bia-sa, diperlukan ketegasan untuk menindak para pelaku-nya. Jangan ragu menindak siapapun yang membekingi-nya, sehingga penyelundupan maupun penggelapan BBM bersubsidi dapat dicegah dan tepat sasaran.

Sony Atmaja

Jl Dewi Sartika, Jakarta Timur

Suara pembaca dikirim melalui email opini@suarapembaruan.com atau Faks ke redaksi, disertai alamat lengkap dan fotocopy identitas yang masih berlaku

SUARA PEMBACA

P

artai-partai politik di Indonesia hampir semuanya pernah mengalami keretakan internal yang berujung pada konflik. Sebagian partai bahkan mengalami konflik yang sangat tajam sehingga mengaki-batkan perpecahan. Partai-partai baru akibat dari perpecahan tersebut pun kemudian bermunculan dengan nama yang hampir serupa dengan partai in-duknya. Sebut saja misalnya Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) yang merupakan pecahan dari Partai De-mokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kedaulatan Bangsa Indone-sia Baru (PKBIB) yang notabene pe-cahan dari Partai Kebangkitan Bang-sa (PKB) dan lain sebagainya.

Konflik, seperti yang diungkap-kan Thomas dan Killman (1978), me-rupakan kondisi terjadinya ketidakco-cokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik dalam diri in-dividu atau antar inin-dividu. Realitas ini biasa terjadi dalam sebuah organi-sasi seperti partai politik Per-bedaan tersebut biasanya ti-dak bisa dikelola dengan baik oleh para elite partai sehingga alih-alih dapat diredam, justru kian menajam. Hal ini kian di-perparah dengan kecende-rungan adanya faksionalisme di tubuh partai politik. Sebe-narnya keberadaan faksi di dalam sebuah partai merupa-kan sesuatu yang wajar dan alamiah, namun jika tidak di-manage dengan baik justru dapat mengakibatkan konflik semakin melebar.

Kasus Demokrat

Apa yang terjadi pada Par-tai Demokrat belakangan ini, yaitu pencopotan Ruhut Si-tompul dari jabatannya di DPP sebagai Ketua Divisi Ko-munikasi dan Informasi, bisa dipan-dang dari perspektif di atas. Meski-pun sebagian elite Demokrat ada yang berargumentasi bahwa penco-potan tersebut merupakan hal yang biasa, atau sekadar rotasi seperti dite-gaskan Saan Mustafa, namun tidak dapat dimungkiri bahwa ada aroma politis di dalamnya. Apalagi Ruhut pada kenyataannya tidak diberikan jabatan baru di DPP alias dibiarkan berada di luar kepengurusan. Dengan demikian, Ruhut hanya menjadi ang-gota partai biasa.

Aroma politis tersebut sangat ken-tal jika melihat pada konteks politik yang terjadi di partai yang berlam-bang mercy tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa Ruhut kerap berse-berangan dengan pemikiran mainstre-am partai. Selain itu, Ruhut merupa-kan pengurus partai yang paling se-ring mengeluarkan pernyataan agar Ketua Umum Demokrat, Anas Urba-ningrum, mengundurkan diri untuk sementara, terutama setelah namanya sering disebut-sebut oleh Muhammad

Nazaruddin dalam proses pengadilan. Padahal kebijakan partai menegaskan bahwa seorang pengurus harus mau mengundurkan diri jika sudah menja-di tersangka. Sementara Anas sampai saat ini belum dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tentu saja para pengurus harian DPP di bawah pimpinan Anas merasa gerah dengan pernyataan-pernyataan Ruhut tersebut karena bisa meng-ganggu soliditas partai. Maka, penco-potan pun tidak dapat dihindari. Mes-kipun Ruhut sendiri menolak penco-potan tersebut dan bersikeras bahwa hanya Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina yang berhak menco-potnya, tetapi sulit baginya untuk ber-ada kembali di DPP sebagai peng-urus. Dengan kata lain, sudah ada re-sistensi atas keberadaan Ruhut di De-mokrat, setidaknya seperti terlihat pa-da aksi pengusiran dirinya pa-dari Sila-turahmi Nasional (Silatnas) pada Ju-mat kemarin.

Persoalannya adalah apakah pen-copotan Ruhut dari kepengurusan di DPP akan berimplikasi pada keretakan internal partai? Kecenderungan ke arah itu sangat mungkin terjadi apalagi jika kita melihat adanya faksionalisme di tubuh Demokrat itu sendiri. Seperti diketahui bahwa sejak Kongres De-mokrat di Bandung beberapa waktu yang lalu di mana Anas muncul

seba-gai ketua umum, ada tiga faksi di par-tai biru ini, yaitu faksi Andi Alfian Mallarangeng yang dekat dengan Ci-keas, faksi Marzuki Alie dan faksi Anas Urbaningrum. Sampai saat ini tampaknya residu kekalahan pada faksi Andi dan Marzuki masih ada meskipun di permukaan tidak kelihat-an.

Ruhut sendiri sebenarnya pada awalnya merupakan salah seorang tim sukses Anas pada saat kongres, tetapi belakangan ia lebih merapat ke kubu Cikeas terutama setelah terkuat kasus korupsi pembangunan Wisma Atlit dan Hambalang dengan terdak-wa Nazaruddin. Oleh karena itu, bu-kan tidak mungkin pencopotan Ruhut dari kepengurusan di DPP akan me-nyimpan benih “dendam” pada kubu Cikeas terhadap kubu Anas. Komen-tar dari sejumlah anggota Dewan Pembina Demokrat, meski tidak ber-nada keras, yang menyayangkan tin-dakan pencopotan tersebut sebenar-nya merupakan sisebenar-nyal ketidaksetuju-an terhadap kebijakketidaksetuju-an kubu Anas.

Manajemen Konflik

Seberapa besar potensi konflik yang mungkin muncul dari sebuah kebijakan dalam organisasi apapun, sebenarnya dapat diantisipasi jika pa-ra pengurus organisasi tersebut mam-pu mengelolanya dengan baik. Poten-si konflik dari dampak pencopotan Ruhut, misalnya, dapat diredam jika Anas Urbaningrum sebagai ketua umum partai mampu mengelolanya dengan baik setidaknya dengan me-minimalisasi potensi konflik tersebut. Pencopotan Ruhut sendiri sebe-narnya merupakan salah satu ikhtiar Anas untuk mengambil salah satu yang lebih ringan dari dua hal yang sama-sama merugikan partai. Mem-biarkan Ruhut berada di dalam kepe-ngurusan tetapi selalu berseberangan dengan pemikiran utama para peng-urus lainnya, tentu jauh lebih buruk daripada membuatnya di luar kepe-ngurusan. Oleh karena itu, pencopot-an Ruhut dari kepenguruspencopot-an di DPP mau tidak mau harus diambil oleh Anas.

Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan Anas adalah bagaimanapun Ruhut merupakan orang yang pernah sangat dekat dengan dirinya, sehing-ga mengetahui betul kebaikan sekali-gus keburukannya. Maka, jika Ruhut dibiarkan berada di luar kepengurus-an dengkepengurus-an rasa dendam ykepengurus-ang memun-cak akibat dicopot, bukan tidak mungkin Ruhut akan le-bih kencang menyuara-kan kritiknya. Bahmenyuara-kan mungkin akan lebih nekat dengan “menelanjangi” Anas habis-habisan di muka publik. Dengan ka-ta lain, Ruhut tidak segan-segan untuk mengung-kapkan “borok-borok” Anas di muka umum. Jika ini yang terjadi, tentu sa-ngat tidak menguntung-kan bagi kelangsungan Demokrat ke depan apa-lagi akan menghadapi pe-milu pada 2014.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen konflik adalah bagaimana elite atau pe-mimpin organisasi mampu mengarahkan perselisihan pada suatu titik yang berorientasi pada penyelesaian konflik sehingga dapat meminimalisasi potensi konflik terse-but. Salah satu caranya antara lain de-ngan kesediaan untuk mengakomodasi kepentingan orang yang di dalam kon-flik tersebut berada di pihak yang “di-rugikan”. Dalam konteks Demokrat, Ruhut sebagai orang yang “dirugikan” karena dicopot dari kedudukannya, seyogianya tetap diakomodasi di da-lam partai. Meskipun tidak dada-lam ke-pengurusan di DPP, mungkin saja di lembaga lain seperti lembaga non struktural tetapi memiliki garis koordi-nasi dengan ketua umum.

Dengan cara seperti di atas, seti-daknya Ruhut merasa tetap dihargai sehingga tidak akan terlalu kencang bersuara miring di luar. Demokrat pun bisa lebih fokus untuk melaku-kan konsolidasi guna mempersiapmelaku-kan diri menghadapi Pemilu 2014.

PENULIS ADALAHDEPUTIDIREKTUR

THEPOLITICALLITERACYINSTITUTE, DOSEN

KOMUNIKASIPOLITIKFISIP UIN JAKARTA

Manajemen Konflik Partai

I

DING

R H

ASAN

Namun, pola kepemimpinan seperti itu juga menuai kritik. JK dinilai terlalu banyak mengambil peran yang seharusnya dimainkan presiden. Apala-gi JK yang berlatar belakang pengusaha, dikhawa-tirkan mempengaruhi pembuatan kebijakan yang menguntungkan bisnisnya.

Kiprah JK yang belakangan ini fokus pada ke-giatan kemanusiaan, antara lain menjadi ketua u-mum Palang Merah Indonesia (PMI), dan menjadi penengah konflik masyarakat, dinilai Ary sebagai upaya memperbaiki citranya menjelang Pilpres 2014. Meski demikian, jalan menuju Pilpres 2014 juga belum mulus karena JK tidak memiliki partai politik (parpol).

“Undang-undang memang mengatakan begitu (capres hanya diajukan oleh parpol, Red). Pilpres berbeda dengan pilkada yang bisa maju secara independen. Pertanyaannya, apakah JK punya ken-daraan politik? Golkar yang pernah dipimpin JK, kini mencalonkan Aburizal Bakrie. Pencalonan JK masih harus dilihat dari tingkat elektabilitasnya beberapa waktu ke depan,” kata Ary.

Pengabdian

Dalam berbagai kesempatan, JK menyambut positif hasil survei dan respons masyarakat terha-dap dirinya. Mantan wakil presiden ini pun mem-berikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada masyarakat.

“Saya berterima kasih jika masyarakat membe-rikan penilaian positif. Memang penilaian positif tentunya memakan waktu. Orang menilai karena pengabdian yang lama,” katanya di sela-sela acara penganugerahan penghargaan Satyalencana Ke-baktian Sosial kepada donor darah sukarela (DDS) 100 kali di Jakarta, pekan lalu.

JK mengaku belum ada pembicaraan serius de-ngan parpol mengenai pengajuan dirinya sebagai salah satu capres dalam Pilpres 2014. Menurutnya,

saat ini belum waktunya membicarakan capres-ca-wapres karena parpol masih mempelajari semua keadaan. Menurutnya, pencalonan seseorang seba-gai capres atau cawapres tetap bergantung pada ha-sil Pemilu Legislatif 2014.

Dalam kesempatan berbeda, saat ditemui di se-la-sela acara pemberian penghargaan sebagai tokoh publik pilihan versi SPS 2012, JK menyatakan be-lum ada kesepakatan dengan pihak mana pun ter-kait Pilpres 2014. Meski begitu, JK tidak menyang-kal menyang-kalau dirinya sudah melakukan pembicaraan dan diskusi dengan sejumlah pihak mengenai pen-calonan dirinya sebagai presiden. Secara tegas JK menyatakan pencalonannya tidak melalui Partai Golkar.

Secara pribadi, JK mengakui tidak bisa menca-lonkan diri karena UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden menyebutkan pengajuan capres dan cawa-pres harus melalui parpol. “Nanti, kita tunggu saja. Sekarang masih terlalu jauh,” ujarnya.

Dalam pandangan JK, salah satu persoalan be-sar bangsa Indonesia adalah menjamurnya praktik korupsi di berbagai bidang kehidupan. JK menya-takan, apa pun alasan dan motifnya, pelaku korupsi tidak dapat dimaafkan.

Baginya, hukum harus berlaku umum dan tidak pandang bulu, termasuk bagi pejabat aktif yang di-duga melakukan tindak pidana korupsi. “Bisa saja benar, banyak orang tidak tahu (telah melakukan korupsi, Red). Tetapi tidak berarti dia harus terbe-bas hukuman,” tegasnya.

Seseorang yang melakukan tindak pidana ko-rupsi pasti memenuhi salah satu dari tiga unsur korupsi, yakni melanggar hukum, menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dan merugikan negara. “Tindakan korupsi, selama memenuhi tiga unsur tersebut, tetap dikatakan korupsi. Dalam aturan hu-kum, tidak bisa dikatakan sengaja atau tidak. Yang korupsi, harus dihukum,” tegasnya. [R-15/152]

Sosok Tegas dan Cepat Mengambil Keputusan

dari halaman 1

Sedangkan, gerbang dua untuk mengurangi de-posit pada alat pembayaran elektronik di kendaraan (onboard unit/OBU).

Deputi Gubernur DKI Jakarta Soetanto Soe-hodho mengatakana, pembatasan kendaraan de-ngan metode ERP rencananya mulai diterapkan awal 2014. Selama dua tahun ke depan, ujarnya, selain penyiapan infrastruktur pendukung, pihak-nya juga akan menyiapkan payung hukum berupa peraturan pemerintah (PP), yang mengatur prose-dur pemungutan biaya.

Menurut dia, rancangan peraturan darah (per-da) tentang penerapan ERP di Jakarta telah lama rampung. Namun, perda penerapan ERP itu me-merlukan payung hukum yang lebih tinggi.

“PP yang mengatur tentang prosedur pemungu-tan tarif, yang ada pada UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi, sampai sekarang ma-sih diproses di Kementerian Keuangan. PP itu mengatur masalah pengadaan alat, tarif, dan hal-hal terkait ERP,” ujarnya.

Dia juga menegaskan, nantinya ERP juga di-berlakukan untuk roda dua. Sebab, menurut dia, ji-ka ERP hanya diterapji-kan untuk kendaraan roda empat, penggunanya bisa saja beralih ke roda dua.

Lebih Baik

Pakar transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Alvinsyah mengatakan, penerapan ERP lebih baik dibandingkan pembatasan kendara-an pribadi dengkendara-an metode gkendara-anjil-genap. Di negara-negara maju, ERP sukses mengurai kemacetan, se-dangkan sistem pembatasan dengan nomor kenda-raan genap-ganjil ternyata gagal.

“Sejumlah negara yang pernah menerapkan bijakan ganjil-genap rata-rata gagal mengurai ke-macetan lalu lintas. Kota-kota yang pernah mene-rapkan kebijakan itu, antara lain Athena, Mexico City, Roma, dan Beijing. Sedangkan, ERP rata-rata sukses diterapkan di negara maju, seperti Singapu-ra. ERP mampu memecah kemacetan di kota-kota

yang menerapkan aturan itu,” ujarnya.

Alvinsyah mengatakan, rencana penerapan ganjil-genap harus benar-benar dikaji secara ma-tang oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal utama yang harus diperhatikan jika sistem genap-ganjil tetap digunakan adalah penyediaan angkutan umum. Pemprov DKI harus mengkaji secara mendalam tentang kesiapan dana dan waktu yang diperlukan untuk menyediakan kapasitas tambahan angkutan umum, karena sebanyak 50 persen warga yang menggunakan kendaraan pribadi akan beralih ke angkutan umum.

Selain itu, ujarnya, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab terkait penerapan sistem genap-ganjil, yakni seberapa akurat data jumlah armada angkutan umum yang benar-benar layak beroperasi saat ini. Lingkup trayek pelayanan angkutan umum pun harus mampu mengakomodasi kebutuhan ma-syarakat, terutama yang berada di pinggir Jakarta. Kalau transportasi umum tidak dibereskan dulu, menurut dia sulit menerapkan sistem genap-ganjil.

Menurut Alvinsyah, fakta beberapa tahun ter-akhir menunjukkan bahwa masyarakat sangat ke-cewa terhadap kondisi angkutan umum di Jakarta. Sikap masyarakat itu terlihat dari meningkatnya kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Belum lagi as-pek sosial, ekonomi, psikologi, dan hukum yang perlu dikaji lebih mendalam agar pembatasan ken-daraan dengan nomor genap-ganjil bisa diterapkan.

Pandangan berbeda disampaikan Sekretaris Jen-deral (Sekjen) Institute Studi Transportasi (Instran) Achmad Izzul Waro. Menurut dia, sistem ERP baru bisa diterapkan setelah sistem genap-ganjil tak mam-pu mengatasi kemacetan di Jakarta. Sebab, kata dia, ERP membutuhkan biaya yang lebih besar.

“ERP itu masih membutuhkan peralatan elek-tronik yang canggih dan mahal jika ingin diterap-kan. Sedangkan, kalau sistem genap-ganjil tidak terlalu mahal. Tinggal aparat kepolisian yang memperketat pengawasan,” katanya. [H-14]

ERP Diusulkan Rp 30.000

dari halaman 1

Dengan mengeluarkan peraturan tentang pem-batasan outsourcing /subcontractingpada jenis kegiatan tertentu, maka menakertrans telah me-langgar batas kewenangannya. Kemnakertrans tidak berhak menentukan jenis kegiatan outsour-cing/subcontractingmana yang layak atau tidak layak, karena hal tersebut bukanlah kompetensi dari kementerian tersebut. Regulasi tentang jenis-jenis usaha yang dapat digeluti dunia usaha meru-pakan domain dari banyak kementerian, termasuk Kementerian Hukum dan HAM, Perdagangan, Perindustrian, ESDM, Pertanian, BKPM, dan sebagainya.

Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, mencari sumber luar (outsource) untuk melakukan suatu tugas/kegiatan tertentu adalah hal yang mendunia saat ini. Bahkan, menjadi suatu ke-harusan apabila kita ingin mempertahankan eksis-tensi di dalam persaingan global yang sedemikian kerasnya.

Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, tidak saja di negara-negara Barat (Amerika, Eropa), bahkan di negara komunis pun (Tiongkok dan Ru-sia), melakukan langkah-langkah outsourcing un-tuk meningkatkan daya saing dan mengamankan keberadaannya di tengah-tengah kompetisi global yang semakin tajam.

Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa hampir semua perusahaan penerbangan di Ameri-ka meng-outsourceatau menunjuk perusahaan-perusahaan dari luar untuk kegiatan-kegiatan back office-nya (pekerjaan rutin administrasi kantor), antara lain call center, ticketing, dan payroll, yang memang memiliki spesialisasi dan keahlian peker-jaan-pekerjaan tersebut.

Menurut pandangan pengusaha penerbangan, lebih penting untuk memfokuskan peningkatan ke-mampuan dalam core business, yakni menerbang-kan pesawat dengan selamat dan memuasmenerbang-kan pe-numpang dengan pelayanan yang optimal, ketim-bang melakukan kegiatan-kegiatan, seperti menja-wab telepon dari pelanggan ataupun kegiatan an-tarjemput pilot serta kru pesawat.

Sebagai dampak gejala mencari “sumber luar” yang mendunia ini, maka tumbuhlah dengan subur perusahaan-perusahaan spesialis dalam berbagai bidang yang pada umumnya adalah perusahaan menengah dan kecil yang memberikan kontribusi luar biasa dalam menciptakan lapangan kerja. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan tersebut te-lah merangsang inovasi dan kreativitas dan pene-muan teknologi baru.

India merupakan negara yang paling sukses memanfaatkan peluang menjadi pemasok sumber luar (outsource) bagi Amerika yang menghasilkan devisa setiap tahun mencapai 100 miliar dolar AS dari kegiatan tersebut.

Atas alasan-alasan di atas, marilah kita meng-hindari langkah-langkah yang sengaja atau tidak sengaja dapat membelenggu dan melemahkan bangsa kita. Untuk meningkatkan daya saing seca-ra optimal, negaseca-ra perlu menciptakan iklim yang dapat menumbuhkan dengan subur kreativitas, inovasi, entrepreneurship, serta peluang-peluang pasar untuk menciptakan sebanyak mungkin la-pangan kerja.

Peluang emas ada pada kita saat ini. Hampir semua prasyarat untuk menjadi negara adidaya ki-ta miliki. Namun, semuanya tidak akan membuah-kan hasil yang optimal apabila berkah dari Allah SWT yang melimpah tidak kita kelola secara arif bagi kemakmuran rakyat dan bangsa kita. Salah satu contoh ketidakarifan adalah apabila kita me-ngira bahwa outsourcing adalah barang yang ha-ram dan perlu dilarang.

Diperlukan upaya sosialisasi kepada teman-te-man buruh bahwa kegiatan outsourcingjustru da-pat menciptakan lapangan kerja yang banyak dan bukan sesuatu kegiatan yang haram. Kegiatan out-sourcing atau subcontracting adalah praktik bisnis yang universal, dipakai oleh perusahaan-perusaha-an global, efisien, dperusahaan-perusaha-an dapat membuka lapperusahaan-perusaha-angperusahaan-perusaha-an kerja yang luas. Jadi praktik ini tidak boleh dila-rang. Yang dilarang adalah hubungan yang tidak adil dalam subcontracttersebut dan penyimpang-an ypenyimpang-ang merugikpenyimpang-an buruh. ◆

“Outsourcing” Bukan Barang Haram

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur penelitian ini menggunakan model Akker [15] yang menerapkan 4 tahapan utama yaitu: (1) pemeriksaan pendahuluan ( preliminary investigation ) yang dimaksudkan untuk

Padahal pelaksanaan kegiatan tambang permukaan telah diatur dalam Kepmen Pertambangan dan Energi No : 1211.K/008/M.PE/1995 tentang : Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan

Utvrđivanje prometnih tokova jedna je od najvažnijih informacija prilikom prometnog planiranja. Višegodišnje sustavno prikupljanje podataka o prometu, te analiziranje

Penelitian ini mengunakan populasi total dengan alat pengumpulan datanya adalah skala yang diisi oleh orangtua, yakni Compassion Scale untuk mengungkap compassion orangtua

Dalam melakukan kontekstualisasi kebijakan pengembangan koleksi Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta perlu melakukan komunikasi yang lebih masif guna membangun

Daerah utama penghasil karet di Indonesia adalah pesisir timur Sumatera mulai dari Aceh sampai dengan Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat,. KalimantanTimur,

Kondisi lingkungan yang kurang baik dan toksik terhadap bakteri seperti adanya sub minimum biofilm inhibitory concentration (sub-MBIC) dari bahan antibiofilm dapat

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kandungan dan profil mineral pada makanan hasil laut (seafood) yang umum dikonsumsi yaitu cumi-cumi (Loligo sp) dan udang