• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi dan sikap penduduk, terhadap penggunaan air sungai Ciliwung: studi kasus penduduk tepian singai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "persepsi dan sikap penduduk, terhadap penggunaan air sungai Ciliwung: studi kasus penduduk tepian singai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

CfJ

6?>/'7

r

l

cU

F(lj)

p

PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI JAKARTA

TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG

(Studi Kasus Penduduk Tepian Sungai Ciliwung

di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan)

Oleh:

AMIR FADHILAH,

s.

Sos.

NIP. 150. 293.244

LEMBAGA PENELITIAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

!II

LEMBAR PENGESAHAN

Kepala Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, mengesahkan Penelitian Individual dengan judul Judul Penelitian :

"PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG" (Studi Kasus Penduduk Tepian Sungai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan), yang dilaksanakan oleh:

Oleh:

Amir Fadhilah, S. Sos.

NIP. 150 293 244

. Mengesahkan :

AIN. rセォエッNイ UIN Syarif Hidayatullah

r··

k・ーセZセ・ャゥエゥ。ョ

..

N[セ[|N[[セ[ケ

DR>RUSMIN

TUMANGGOR MA

NIP. 150060949

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

ABSTRAKSI PENELITIAN

Penelitian ini mengkaji tentang "PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI

JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG" (Studi Kasus

Penduduk Tepian Sungai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan).

Penelitian ini bertujuan : (a). Untuk memperoleh data deskriptif tentang Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung dalam menggunakan air sehari-hari . (b). Untuk memperoleh data deskriptif tentang pengaruh status sosial ekonomi dan pengetahuan akan air bersih terhadap perilaku dan sikap dalam penggunaan air sungai Ciliwung. (c). Untuk memperoleh data deskriptif tentang usaha-usaha yang telah ditempuh masyarakat dalam bidang

.,

pelestarian Iingkungan Sungai Ciliwung. .' ,

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bukitduri Kecamatan t・「セエ Kodya

Jakarta Selatan. Sasaran penelitian ini (responden) adalah penduduk di' tepian

Sungai Ciliwung. Metode .. penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

.

,.

pendekatan survai, sehing£la pengumpulan datanya menggunakan kuesioner

sebagai instrumen pertama yang didukung dengan metode wawancara m'endalam

dan observasi serta pemanfaatan data sekunder, Sumber data yang dipakai adalah

,

.

(1) Metode pengambilan sample menggunakan tehnik Sampel acak sederhana,

dengan sasaran penelitian penduduk yang ada di wilayah penelitian, yaitu sebanyak

30 responden. Sedangkan. metode analisa yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif dengan menampilkan tabel frekuensi untuk menggambarkan karakteristk

sample, agar memudahkan dalam menganalisa data sehingga akan memperjelas

hasil penelitian .

Melalui penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian Sungai

Ciliwung dalam memanfaatkan air sungai dalam kehidupannya di samping

dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dan pengetahuan terhadap kebersihan

[image:3.521.12.452.120.583.2]
(4)

v

ektern (seperti Iingkungan tempat tinggal, kebiasaan dan tradisi di Iingkungan sekitarnya) berpengaruh terhadap perilaku mereka.

2. Penduduk di daerah tepian Sungai Ciliwung cenderung mempunyai

pengetahuan yang rend8h terhadap kebersihan dan kesehatan Iingkungan. Disisi lain rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki tersebut, mengakibatkan mereka mempunyai sifat tertentu (dalam hal ini setuju) terhadap penggunaan air sungai untuk kehidupan sehari-hari.

3. Pemanfaatan sungai dalam kehidupan masyarakat khususnya penduduk di teplan sungai Ciliwung tidak lepas dari beragam pandangan yang melandasi mereka. Ada empat pola pemanfaatan air sungai oleh penduduk di tepian Sungai Ciliwung, yaitu : untuk maMi, memasak, mencuci, dan sebagai jamban. Dengan

karakteristik pemanfaatan· melalui pola : (1) pola menggelontor; (2) pol a

.'.\

membersihkan; (3) pola merebus dan (4) pola bersuci.

Saran yang diberikan' adalah : (1). Adanya "persepsi masyarakat di tepian Sunagi Ciliwung yang tidak. tepat mengenai Iingkungan dan kualitas Iingkungan, maka harus dibangun dulu persepsi yang benar di kalangan mereka. Masyarakat harus dilibatkan dan diperhatikan persepsinya dalam pengelolaan Iingkungan, sebab masyarakat memiliki peran ganda, yaitu sebagai obyek dan subyek. Sebagai obyek mereka harus menikmati hasil pengelolaan secara adil dan merata, sedang sebagai subyek mereka perlu terus meningkatkan dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat menjadi pengelola yang baik. (2). Untuk mengendalikan kualitas air sungai,

perlu mengupayakan pengendalian sumber-sumber pencemarnya. Dengan

demikian untuk dapat mengendalikan kualitas air sungai sangat diperlukan data jumlah beban dari miising-masing sumber pencemar, yaitu :industri, domestik

(rumah tangga), pertanian. ;:Jeternakan dan pemotongan hewan. Hal ini berartl

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahrrahmanirrahim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasullah SAW.

Penelitian dengan judul "PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI

JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG" (Studi Kasus Penduduk Tepian Sungai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan),

mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap penduduk

yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung dalam menggunakan air Sungai Ciliwung dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini dapat diselesaikan atas kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis sampai terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada penduduk di kawasan tepian Sungai Ciliwung Kelurahan Bukitduri

Kecamatan Tebet Kodya Jakarta Selatan yang telah bersedia menjadi responden

penelitian ini. Selanjutnya terimakasih peneliti sampai juga sampaikan kepada

DR. Armai Arief, MA yang telah memberikan arahannya sebagai konsultan

penelitian ini. Demikian juga kepada Kepala Lembaga beserta staff Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dana demi terlaksananya penelitian ini. Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan semua yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

(6)

Vll

DAFTARISI

Halaman

Halaman Sampul .

Lembar Persetujuan..

Lembar Pengesahan.

Abstraksi Penelitian .

ii

iii

iv

Kata Pengantar... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ix

dセ。イセュセイNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah.... . 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian... 5

D. Hipatesis... 6

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Sumber daya Air... 7

B. Persepsi dan Sikap Sasial... 9

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Penentuan Lakasi Penelitian .

B. Papulasi dan Sampel Penelitian ..

C. Tehnik Pengambilan Sampel. .

D. Pendekatan Data ..

E. Tehnik Pengambilan Data .

F. Sumber Data ..

G. Teknik Pengalahan Data .

16

16

16

16

17

18

18

(7)

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

A. Selayang Pandang Sunagi Ciliwung 19

B. Deskripsi Wilayah... 20

C. Identitas Responden... 24

D. Pembahasan dan Analisa Data... 27

1. Persepsi masyarakat Bukitduri tepian Sungai Terhadap

Penggunaan Air Sungai Ciliwung... 27

2. Persepsi dan sikap tentang kebersihan dan kesehatan

lingkung an. 34

3. Hubungan antara status sosial ekonomi dan pengetahuan

tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan terhadap

sikap dan penggunaan air Sungai Ciliwung... ... ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. I<esimpulan 42

B. Saran-saran... 43

Daftar Puslaka

(8)

IX

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel1. Penggunaan Air untuk Pemukiman di Pulau Jawa... 8

Tabel2. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Bukitduri Berdasarkan Mata Pencaharian... 21

Tabel3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bukitduri Menurut Agama... 22

Tabel4. Jumlah Sarana Peribadatan di Kelurahan Bukitduri... 23

Tabel5. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kelurahan Bukitduri... 23

Tabel6. Jumlah Sarana Kesehatan menurut Kelurahan di Wilayah Kelurahan Bukirduri... 24

Tabel7. Karakteristik Umur Responden... 24

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden Penelitian... 25

Tabel 9. Karakteristik Responden Menurut Waktu Lamanya Tinggal di Lokasi Penelitian.. 26

Tabel10. Karakteristik Sistem Mata Pencaharian Responden... 26

Tabel11. Pola Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Menurut Responden... 28

Tabel12. Alasan-alasan yang Mendorong Warga Tepian Sungai Ciliwung Bukitduri dalam Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Menurut Responden... 31

Tabel13. Sikap Responden Terhadap Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan sebagai Tanggungjawab Bersama... 34

(9)

DAFTARGAM BAR

[image:9.521.24.430.161.607.2]

Halaman

Gambar 1. Skema Proses terbentuknya persepsi 11

(10)

1

BABI PENOAHULUAN

A. Latar Belakang

Ounia semakin padat, pertumbuhan penduduk dunia sangat eepat. Salah satu aspek yang turut mempengaruhi kepadatan penduduk adalah adanya fenomena urbanisasi. Urbanisasi merupakan fenomena yang umum terjadi di

dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Urbanisasi

eenderung meningkat sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dari

negara yang bersangkutan, karena menurut data ada hubungan yang

nyata antara jumlah penduduk perkotaan dengan GNP per kapita (Siswono,

1991 .1)

Jumlah pendatang yang eukup besar tidak hanya menyibukkan

pemerintah di segi penyediaan lapangan pekerjaan saja, tetapi juga di bidang

penyediaan pemukiman. Pemukiman dalam konteks ini adalah suatu

lingkungan yang terdiri dari perumahan tempat tinggal manusia dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasara kehidupan masyarakat.

Oi lain pihak lahan tanah di OKI Jakarta sang at terbatas dan juga sudah

digunakan untuk berbagai fasilitas kehidupan baik untuk gedung

perkantoran, industri maupun berbagai bidang lainnya, maka seeara tidak

langsung akan menyebabkan harga tanah melambung tinggi mengikuti

hukum permintaan dan penawaran. Oi lain pihak sistem ekonomi kota yang eenderung bersifat dualistis ditambah dengan rendahnya kualifikasi yang dimiliki oleh pam pendatang, maka sebagian besar mereka bekerja di sektor informal ataupun pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khsusus.

Para pendatang dan penduduk OKI Jakarta yang berpenghasilan keeil hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, akibatnya mereka tidak mampu untuk membeli atau mengontrak tempat tinggal yang

layak. Salah satu akibat dari fenomena ini adalah bahw8 mereka sering

(11)

pemukiman (Patrick Mc. Aus/an, '/986 : 2-3). Biasanya mereka bermukim

bertahun-tahun dengan fasilitas hidup seadanya.

Tepian sungai salah satu contohnya, dengan penduduknya yang rata-rata

berasal dari golongan miskin, make sarana sungai yang ada didaerah

tersebut sering dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup, dari

membuang sampah, MCK dan berbagai aktifitas lainnya. Selain itu adapula

penduduk yang menggunakan pompa akhir di pinggir bantaran sungai

dengan kondisi kualitas air yang tidak terjamin unsur kesehatannya.

Pencemaran air dapat menimbulkan berbagai macam penyakit yang

menular melalui air (waterborne diseases), seperti : kolera, desentri, lypus,

paratypus, hepatitis A, dan infeksi intensial parasitic (the Wold Bank, 1994).

Menurunnnya kualitas air sungai seperti itu dapat berkaitan dengan factor

psikologis dan social budaya masyarakat. Persepsi yang salah terhadap air

sungai misalnya, bisa menyebabkan seseorang menjadi pencen;Jar air sungai.

Sebaliknya persepsi yang benar terhadap air sungai, dapat mendorong

seseorang untuk menjadi pengelola air sungai yang baik.

Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan hidup seperti

merosotnya kualitas air sungai sudah mulai tumbuh, akan tetapi kesadaran ini

belum secara maksimal diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari. Hasil

penelitian Asisten I Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1986) di

Jakarta menunjukkan bahwa sikap positip masyarakat terhadap pembuangan

sampah tidak disertai tindakan yang mendukung sikap tersebut.

Senada dengan hal tersebut menurut Haeruman H. (1982) menyatakan

bahwa walau kesadaran masyarakat tentang pentingnya memelihara

Iingkungan semakin meningkat, kesadaran untuk berbuat sesuatu guna

mencegah perusakan dan pencemaran lingkungan masih merupakan

kelemahan utama.

Menyadari menurunnya kualitas sungai di berbagai tempat di Indonesia,

sejak tahun 1989 pemerintah telah melakukan penanggulangan melalui

Program Kali Bersih (Prokasih) dan Program Penilaian Kinerja PerUsahaan di

(12)

3

Tujuan utama Prokasih adalah menurunkan beban pencemaran Iimbah yang

masuk ke sungai dan meningkatkan kualitas air sungai. Namun demikian

usaha tersebut belum berjalan secara maksimal. Mencermati kondisi

demikian kita dapat melihat sikap masyarakat terhadap program

pengelolaaan kualitas air sungai (prokasih) mungkin sudah cukup baik,

namun partisipasi mereka sebagai suatu tindakan nyata dapat tidak

konsisten dengan sikapnya.

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota

Jakarta dan memiliki nilai historis bagi penduduk Jakarta, sebab sejak dulu

sungai ini telah berfungsi sebagai urat nadi perdagangan dan pintu

pertahanan serta menjadi salah satu sumber air yang digunakan untuk

kebutuhan sehari-hari. Namun dalam perkembangan sekarang ini kondisi

Sungai Ciliwung sangat memprihatinkan karena sudah tercemar baik oleh

Iimbah industri maupun limbah rumah tangga.

Kondisi ini senada dengan hasil penelitian Sri Saeni (1986)

menyatakan bahwa kualitas air sungai Ciliwung untuk daerah hulu tergolong

tercemar, di daerah tengah tergolong tercemar parah dan daerah hilir

tergolong tercemar sangat parah.

Kondisi demikian mengakibatkan Sungai Ciliwung mengalami

pencemaran yang sangat memprihatinkan, mengingat beratnya beban

pencemaran sungai tersebut, maka sudah selayaknya air Sungai Ciliwung

tidak lagi dipergunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari. Namun

dalam kenyataannya masih banyak penduduk yang menetap ditepian sungai

Ciliwung yang memanfaatkan air tersebut untuk keperluan hidup sehari-hari.

Kondisi demikian tidak lepas dari suatu persepsi yang salah mengenai

lingkungan dan kualitas lingkungan dapat menyebabkan baku kualitas

lingkungan menjadi rendah, tidak layak secara fisik, kimia, biologi maupun

social. Sebagai contoh masyarakat yang hidup di pinggiran sungai di

kota-kota besar yang mampu beradaptasi dengan air sungai yang kotor dan

tercemar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti itu. Persepsi

(13)

dipakai sebagai ukuran, sebab hidup dengan menggunakan air yang kotor

dan tercemar jelas tidak sehat. Kondisi demikian menurut Oto Soemarwoto

(1991) merupakan suatu adaptasi yang dapat dianggap sebagai 'rna!

adaptasF dan tidak dapat diterima.

Jika persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan kualita,s lingkungan

masih salah, maka harus dibangun dulu persepsi yang benar di kalangan

mereka. Masyarakat harus di!ibatkan dan diperhatikan persepsinya dalam

pengelolaan lingkungan, sebab masyarakat memiliki peran ganda, yaitu

sebagai obyek dan subyek (Untung, 1995). Sebagai obyek mereka harus

menikmati hasi! pengelolaan secara adi! dan merata, sedang sebagai subyek

mereka perlu terus meningkatkan dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat

menjadi pengelola yang baik. Fenomena ini merupakan wacana yang

menarik untuk dilakukan kajian secara mendalam melalui suatu penelitian.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, seperti kita ketahui bahwa Sungai

Ciliwung mengalami pencemaran yang sangat memprihatinkan, dan

mengingat beratnya beban pencemaran sungai tersebut, maka sudah

selayaknya air Sungai Ciliwung tidak lagi dipergunakan oleh penduduk untuk

keperluan sehari-hari. Namun dalam prakteknya masih banyak penduduk

yang menetap ditepian sungai Ciliwung yang memanfaatkan air terse but

untuk keperluan hidup sehari-hari.

Dari itu pertanyaan pokok penelitian ini adalah :" Bagaimana sikap dan

peri!aku penduduk OK! Jakarta terhadap penggunaanair Sungai Ciliwung ?".

Untuk itu pertanyaan yang mesh terjawab dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian

Sungai Ciliwung dalam menggunakan air sehari-hari ?

2. Apakah hal terse but dipengaruhi oleh status sasial ekonomi dan

(14)

5

3. Apakah benar faktor-faktor tersebut membentuk sikap tertentu dalam diri

mereka terhadap air yang bersih dan sehat ?

4. Apakah orang yang tinggal di tepian Sungai Ciliwung memiliki sikap dan

persepsi yang sama terhadap penggunaan air suiャYセゥ Ciliwung ?

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

a. Untuk memperoleh data deskriptif tentang Faktor-faktor apa yang

mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung

dalam menggunakan air sehari-hari

b. Untuk memperoleh data deskriptif tentang pengaruh status sosial

ekonomi dan pengetahuan akan air bersih terhadap perilaku dan sikap

dalam penggunaan air sungai Ciliwung

c. Untuk memperoleh data deskriptif tentang usaha-usaha yang telah

ditempuh masyarakat dalam bidang pelestarian lingkungan Sungai

Ciliwung

2. Signifikansi Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagaiberikut :

a. Manfaat praktis bagi Pemda DKI Jakarta (instansi terkait) adalah tersedianya data empirik yang berguna dalam upaya pembinaan

penduduk tepian sungai guna menunjang terwujudnya pembangunan

yang berwawasan lingkungan hidup.

b. Sedangkan manfaat akademis adalah sebagai bahan penambahan referensi dan peningkatan wawasan akademis serta sebagai bahan

(15)

D. Hipotesis

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Semakin tinggi status sosial ekonomi penduduk dapat menyebabkan

semakin berkurang penggunaan air sungai Ciliwung

2. Semakin tinggi tingkat pengetahuan penduduk mengenai kebersihan dan

kesehatan lingkungan dapat menyebabkan semakin berkurang

penggunaan air Sungai Ciliwung.

3. Semakin tinggi status sosial ekonomi penduduk dan semakin tinggi tingkat

pengetahuan penduduk, dapat menyebabkan semakin tidak setuju sikap

mereka dalam penggunan air sungai Ciliwung untuk keperluan sehari-hari.

(16)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pemanfaatan Sumber Daya Air

Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia. Secara

langsung air dapat dipergunakan bagi percukupan kebutuhan sehari-hari,

sedang secara tidak langsung air dapat dimanfaatkan bagi upaya

pengembangan lingkungan hidupnya.

Meningkatnya kuantitas dan kualitas air yang diperlukan dari waktu ke

waktu sangat ditentukan oleh perkembangan kependudukan serta

perkembangan tingkat kesejahteraan manusia (Badrudin Mahbub, 1990: 63).

Sementara itu kita menghadapi kenyataan bahwa kuantitas sumber daya air

tidak mungkin ditingkatkan, sedangkan keterdapatan dan penyebaran sumber

daya air tidak mungkin ditingkatkan. Kualitas air bagi peruntukannya

ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan kandungan bakteri di dalamnya. Kualitas

air ini dapat berubah-rubah karena terpengaruh oleh kegiatan alam ataupun

oleh kegiatan manusia.

Majunya teknologi dan meningkatnya kesejahteraan penduduk menuntut

kebutuhan air yang berkualitas tinggi. Sedangkan dilain pihak terdapat

kecenderungan terus menurunnya kualitas air karena meningkatnya

pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai aktivitas kehidupan manusia

seperti : limbah bunagn rumah tangga ataupun indiustri, limbah aktivitas

pertambangan, intensifikasi pertanian serta berbagai aktivitas lainnya.

Akibat bungan limbah banyak sungai-sungai di pulau Jawa dan Sumatera

telah tercemar oleh berbagai limbah dalam bentuk bahan organik dan

bakteri.

Pencemaran lingkungan akan mengakibatkan menurunnya kualitas

lingkungan dan terganggunya kesehatan mahluk hidup, termasuk di

dalamnya manusia. Unsur-unsur yang dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran dapat digolongkan menjadi dua hal, yaitu : Pertama, yang

(17)

di alam, tetapi jumlahnya telah bertambah sekian banyaknya sehingga

membuat peneemaran lingkungan. Kedua, yang bersifat kualitatif, terdiri dari

unsur-unsur yang terjadi akibat langsung persenyawaan yang dibuat seeara

sintesis, seperti pestisida, deterjen dan lain-Iainnya (Supardi, 1983 : 19).

Penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga (pemukiman) sekarang ini

terbatas, dan dibandingkan untuk pertanian penggunaannnya lebih asedikit.

Jumlah air yang digunsakan untuk pemukiman perkotaan dan pedesaan

adalah 1,26 milyar M3, yaitu sekitar 1% dari potensi sumber air atau kurang

lebih 2% dari air yang digunakan untuk pertanian (Suma T. Djajadiningrat,

1990: 69). Sekitar duapertiga air untuk pemukiman berasal dari sungai dan

sepertiganya dari mata air. Pad a saat ini jumlah kapasitas penyediaan air

bersih pad a kota-kota di Indonesia adalah 43 M3 per detik dengan sumber air

terbesar (60,6%) bersal dari air sungai. Penggunaan air diperkotaan di pulau

[image:17.524.23.443.140.502.2]

Jawa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Penggunaan Air untuk Pemukiman di Pulau Jawa

I Propinsi Perkotaan Pedesaan

M"/det Juta M' M'/det Juta M"

Jawa Barat 4,67 147,6 5,8 183,0

DKI Jakarta 16,75 213,4 0,76 24,0

Jawa Tengah 4,00 128,2 5,29 167,2

Jawa Timur 6,24 197,2 6,33 202,1

Total 21,66 686,4 18,18 574,3

Sumber: Dlrektora/ Jendera/ Clpta Karya (da/am KLH, 1990)

Sesuai dengan peruntukkannya Pemerintah Indonesia melalui Peraturan

No. 20 tahun 1990 menetapkan air menjadi empat golongan (A,B,C dan D).

Air golongan A adalah air yang dapat digunakan sebagai air minum seera

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Air golongan B adalah air yang

dapat digunakan sebagai air baku air minum. Air golongan C adalah air yang

dapat digunakan untuk keperluan perikanan, dan air golongan D adalah air

yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan

untuk usaha perkotaan, industri serta pembangkit listrik (Bapeda/, 1997b).

(18)

, 9

ukuran obyektif, Namun untuk mencapai suatu kualitas sungai optimal

sebaiknya diperlihatikan pula persepsi masyarakat penggunanya sebagai

ukuran subyektif (Herihanto, 2001 : 45).

Secara obyektif kualitas air sungai biasanya diukur melalui sejumlah

parameter: fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktivitas. Parameter fisik yang

biasa digunakan adalah cahaya, kecerahan dan kekeruhan, suhu, warna,

konduktivitas (daya hantar listrik) dan padatan (total, terlarut, tersuspensi).

Parameter yang biasa digunakan adalah pH, oksigen terlarut, karbondioksida,

alkalinitas, kesadahan dan bahan organic (TOC, BOD, dan COD). Parameter

mikrobiologi yang biasa digunakan adalah koliform tinja dan total koliform.

Sedangkan parameter radioaktifvitasnya biasanya digunakan adalah aktivitas

alpha dan aktivitas beta (Effendi dan Soebrata, 1997).

Sementara itu menurut Wagner & Lanoix ( 1959) air yang aman untuk

keperluan rumah tangga harus mempunyai 3 syarat, yaitu : (1) tidak

terkontaminasi oleh penyakit-penyakit yang dapat disebarkan lewat air (water

borne disease). (2). Bebas dari zat-zat beracun. (3) bebas dari kandungan

mineral dan bahan organic yang berlebihan.

Secara khusus pencemaran air dapat didefinisikan sebagai perubahan

alami atau terinduksi pad a kualitas air, sehingga air tersebut tidak dapat

dipakai atau membahayakan dipandang dari kesehatan manusia dan hewan

sebagai sumber makanan, keperluan industri, pertanian, perikanan atau

keperluan rekreasi.

2. Persepsi dan Sikap Sosial

Persepsi sosial dalam perspektif psikologi merupakan proses pencarian

informasi untuk dipahami (Sarlito, 1999 : 94). Alat untuk memperoleh

informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran,

perabaan dan penciuman), sedangkan alat untuk memahaminya adalah

kesadaran (kognisi).

Orang cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang/pihak lain

(19)

orang/pihak lain pertama kali ditentukan oleh kesan yang kita bentuk dari

mereka. Pandangan sepintas pad a potret seseorang atau pihak lain yang

lewat di jalan baik itu untuk berdemonstrasi, unjuk rasa maupun aktivitas

lainnya. Akan memberikan gambaran tentang bagaimana mereka.

Orang menggunakan informasi apa saja yang dapat diperoleh guna

membentuk kesan terhadap orang atau pihak lain dalam rangka menilai dan

menyimpulkan kepribadian mereka. Proses demikian biasa biasa disebut

sebagai persepsi diri, yaitu proses bagaimana kita memebuat kesan pertama,

prasangka apa yang mempengaruhi mereka, jenis informasi apa yang dipakai

untuk sampai pada kesan tersebut dan bagaimana akuratnya pesan tersebut

(David O. Searsdkk, 1994.95).

Sedangkan menurut Sarlito (1999 : 95) persepsi mengenai orang

tersebut atau pihak lain serta untuk mengetahui dan memahaminya disebut

persepsi sosial. Ada dua hal yang ingin diketahui dalam persepsi sosial, yaitu

keadaan dan perasaan orang atau pihak lain pad a saat itu, ditempat tersebut

melalui komunikasi baik lisan maupun non lisan.

Persepsi sosial dalam prakteknya kadang-kadang serupa, sama bahkan

seragam, dan sebaliknya kadang-kadang juga berbeda. Menurut Kenny DA

dalam bukunya Interpersonal Perception. A Social Relations Analysis (dalam

Sarlito, 1999) bahwa ada per,bedaan antara persepsi tentang orang (person

perception) dan persepsi dalam hubungan antar pribadi (interpersonal

perception). Dalam konteks pertama objeknya adalah lebih abstrak

sehingga orang cenderung memberi persepsi yang sama, sedangkan pada·

konteks kedua objeknya lebih konkret sehingga lebih banyak faktor yang

mempengaruhinya, seperti : motif ataupun perilaku serta adanya sikap yang

berbeda.

Proses pembentukan persepsi menurut Gibson (dalam Sarwono, 1992 :

46) dapat dijelaskan melalui pendekatan ekologik. Menurut pendekatan ini

individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya

karen a sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri

(20)

11

secara spontan dan langsung. Spontanitas terjadi karena setiap organisme

selalu menjajagi (menekplorasi) lingkungannya. Dalam penjajagan ini ia

melibatkan setiapobyek yang ada di lingkungan, dan setiap obyek

menonjolkan sifat-sifatnya yang khas. Sebuah sungai dengan airnya yang

jernih dan mengalir perlahan misalnya menampilkan makna bagi manusia

sebagai tempat yang nyaman untuk mandi dan berenang, dan menampilkan

makna sebagai habitat yang nyaman bagi sejumlah satwa air. Sifat-sifat yang

menampilkan makna seperti itu disebut affordances (afford = memberikan,

menghasilkan, bermanfaat). Dengan kata lain, obyek-obyek atau stimulus itu

aktif berinteraksi dengan organisme yang menginderanya sehingga timbullah

makna-makna spontan.

Mengacu pada pendekatan ini, manusia merupakan makluk yang dapat

mengubah kemanfatan suatu stimulus sesuai dengan keinginannya sehingga

lebih memenuhi keperluannya (sendiri). Untuk iebih memahami proses yang

terjadi sejak individu bersentuhan melalui inderanya dengan obyek di

lingkungannya sampai terjadinya reaksi oleh Paul A. Bell dkk (dalam Sarlito)

[image:20.532.7.447.161.670.2]

dapat dilihat pad a skema sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Proses terbentuknya persepsi (sumber Sarlito, 1992)

Efel<

lanjutan

Adaptasil

Adjustmen

Sukses Homeo statis

i-J>

I

Stress

Oalam batas optimal

(21)

Mengacu pada skema di atas terlihat bahwa proses terbentuknya persepsi

di awali dengan koritak fisik manusai dengan obyek lingkungannya. Obyek

tampil dengan kemanfaatannya, manusia dating dengan sifat-sifat

individualnya seperti pengalkaman, bakat, minat, sikap dan berbagai cirri

kepribadiannya. Hasil interaksi ini menimbulkan persepsi individu atas obyek.

"

Jika persepsi itu ada dalam batas optimal, maka individu dalam I,eadaaan

'homoeslalis, yang biasanya ingin dipertahankan karena menimbulkan

perasaan senang. Sebaliknya, jika persepsi ada di luar batas optimal (seperti

: terlalu kotor, terlalu keruh, terlalu berbau, dan sebagainya), maka individu

akan mengalami stress. Tekanan energi dalam dirinya meningkat, sehingga

harus melakukan 'coping' untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau

menyesusaikan lingkungan dengan kondisi dirinya. Orang dari daerah

pegunungan yang biasa melihat dan mandi di sungai yang airnya jernih

mempersepsikan air sungai itu dalam batas optimal. Akan tetapi ketika ia

dating ke pemukiman kumuh di pinggir sungai di kota-kota. besar dan melihat

sungai yang airnya keruh, kotor dan penuh sampah, maka persepsinya

terhadap air di luar batas optimal, sehingga mengalkami stress yang tampil

dalam bentuk terkejut, heran dan semacamnya. Selanjutnya ia melakukan

penyesuaian diri (coping behavior), misalnya memilih untuk tidak mandi dari

pada harus mandi di sunagi yang airnya kotor, atau sebaliknya terpaksa

mandi daripada tidak mandi sama sekali.

Hasil perilaku coping itu ada dua. Per/ama, tidak membawa hasil seperti

yang diharapkan. Kegagal'iln ini menyebabkan stress berlanjut dan bisa

berdampak pada! kondisi individu maupun persepsinya. Kegagalan yang

berulang-ulang akan meningkatkan kewaspadaan. Akan tetapi pada suatu

titik akan terjadi ganguan mental yang serius, seperti putus asa, bosari,

perasaan tak berdaya dan menurunnya prestasi. Kedua, perilaku coping

berhasil. Terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungannya

(adaplasi), atau penyesuaia keadaan lingkungan dengan diri individu

(adjusmenl). Keberhasilan yang berulang-ulang dapat menurunkan tingkat

(22)

13

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena

itu, sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah.

Sikap berbeda dengan sifat yang lebih merupakan bawaan dan sulit diubah.

Menurut Sarlito (1999 : 232) Sikap memiliki Giri-Giri khas antara lain: (1).

Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi,benda dan

sebagainya). (2). Mengandung penilaian (setuju tidak setuju, suka tidak

suka).

Sikap merupakan kesediaan bereaksi terhadap suatu objek atau hal.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Komponen kognitif, yaitu pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

2. Komponen afeksi, yaitu hubungan emosi terhadap suatu objek yang dapat

dirasakan sebagai suatu yang disukai atau tidak suka, sehingga tumbuh

perasaan positif dan negatif pada suatu objek.

3. Komponen tingkah laku, yaitu kecenderungan untuk bertindak, sesual

dengan kognisi dan afeksinya terhadap sikap (Mar'at, 1981: 13)

Peranan sikap dalam kehidupan manusia besar sekali, sebab apabila

sudah terbentuk maka sikap akan turut menentukan cara-cara tingkah laku

manusia terhadap objek-objeknya. Selain itu sikap juga memegang peranan

penting dalam interaksi manusia dan akan terbentuk pada diri manusia

melalui proses sosialisasi.

Menurut David O. Sears dkk (1994 : 169) pendekatan yang sering

digunakan ada tiga pendekatan yang biasa digunakan dalam disiplin

Psikologi sosial untuk menganalisa sikap manusia, yaitu: teori belajar, teori

insentif dan pendekatan kognisi.

Pertama, teori belajar dengan asumsi dasarnya yang melatar belakangi ,

pendekatan ini adalah bahwa sikap dipelajat-i dengan cara yang sama seperti

kebiasaan lainnya. Orang memperoleh informasi dan fakta-fakta, mereka juga

mempelajari perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan fakta

tersebut. Hal ini berarti bahwa proses-proses dasar terjadinya belajar dapat

diterapkan pada pembentukan sikap. Dimana individu dapat memperoleh

(23)

nformasi dan perasaan melalui proses asosiasi. Dalam kontek ini asosiasi

:erbentuk bila stimulus. mljncul pada saat dan tempat yang sama. Proses

lainnya dalam pendekatan belajar adalah adanya peneguhan kembali dan

proses imitasi.

Kedua, pendekatan insentif yang memandang pembentukan sikap

sebagai proses menimbang baik buruknya berbagai kemungkinan posisi dan

kemudian mengambil 91ternatif yang terbaik. Pendekatan ini mempunyai

kesamaan dengan pendekatan belajar dalam pengertian bahwa sedikit

banyak sikap ditentukan oleh jumlah dari unsur negatif dan positif.

Sedangkan letak perbeqaanya adalah bahwa teori insentif mengabaikan asal

usul sikap dan hanya mempertimbangkan keseimbangan insentif yang terjadi.

Perbedaan lainnya jika teori intensif menekankan keuntungan atau kerugian

apa yang akan dialami seseorang bila mengambil posisi tertentu. Sebaliknya

pendekatan belajar memperlakukan orang sebagai reflektor lingkungan yang

pasif

Ketiga, pendekatan kognitif yang memandang orang sebagai makhluk

yang berusaha mempertahankan konsistensi antara berbagai sikap mereka,

antara afeksi dan kognitif mereka terhadap objek tertentu, serta antara sikap

dan perilaku mereka.

Sikap dalam konteks penelitian ini terutama ditujukan pada sikap

penduduk tepian Sungai Ciliwung terhadap berbagai aktivitas pemanfaatan

air sungai tersebut. Ada berbagai factor yang dapat mempengaruhi sikap

manusia, menurut Jonathan L. Freedman (1970: 250) salah satu factor yang dapat mempengaruhi sikap adalah factor sosial ekonomi.Mengacu pada

pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa factor sosial ekonomi dalam

hal ini status sosial ekonomi dapat menetukan sikap penduduk tepian sungai

dalam menggunakan air Sungai Ciliwung.

Mengacu pada kerangka pemikiran di atas ada beberapa asumsi yang

muncul, yaitu :

1. Penduduk yang bermukim di tepi sungai pada umumnya mempunyai

(24)

15

2. Penduduk di daerah terse but cenderung mempunyai pengetahuan yang

rendah terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.

3. Rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki tersebut,

mengakibatkan mereka mempunyai sifat tertentu (dalam hal ini mungkin

dapat diartikan setuju) terhadap penggunaan air sungai untuk kehidupan

sehari-hari.

Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan

dalam skema sebagai berikut :

Status Sosial

I

-Ekonomi

Pengetahllall teutang Kebersihall

I

-dan Kesehatan Lillgkungall

Sikap dan

Persepsi

Pellggunaan ail' SUlIgai

[image:24.521.19.435.160.534.2]

Ciliwung

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah tepian Sungai Ciliwung

Kelurahan Bukitduri Keeamatan Tebet Jakarta Selatan. Hal ini sesuai

dengan maksud penelitian , yaitu Persepsi dan Sikap Penduduk OKI Jakarta

Terhadap Penggunaan Air Sungai Ciliwung (Studi Kasus Penduduk Tepian

Sungai Ci/iwung di k・ャセイ。ィ。ョ Bukitduri Jakarta Selatan).

Alasan pemilihan lokasi adalah bahwa Kelurahan Bukitduri merupakan

salah satu wi/ayah yang di OKI Jakarta yang dilalui aliran Sungai Ciliwung.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sasaran penelitian (responden) adalah penduduk yang tinggal di

tepian Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan

Tehnik Pengambilan Sampel

Metode pengambi/an sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Sampel aeak sederhana (Sample Random Sampling), yaitu sebuah sampel

yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitianl satuan

elementer dari populasinya mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sampel (Masri Singarimbun, 1989. 155).

Pendekatan Data

Metode penelitian ini adalah diskriptif kualitatifdengan pendekatan survai.

(26)

17

penelitian (orang, lembaga, masyarakat dan lainnya) berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 1995 : 63). Penelitian ini tidak untuk membuktikan hipotesis melainkan menganalisa data

lapangan, sebab hipotesis yang diajukan sebagai pijakan awal dalam

menggali dan menganalisa data penelitian sehingga akan menghasilkan data

deskriptif ucapan ataupun perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu

sendiri.

Tehnik Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data dalam bentuk daftar

pertanyaan terstruktur, agar responden dapaf memberikan jawa6an

secara lebih bebas dengan menggunakan istilah mereka sendiri dan

menulis ulasan-ulasan yang dianggap penting dalam ruang yang telah

disediakan.

2. Wawancara

Wawancara dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan pada

masalah tertentu atau pusat perhatian untuk mendapatkan informasi

dengan bertanya langsung pada responden .

3. Observasi

Observasi merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui gejala-gejala

yang ada hubungannya dengan masalah penelitian yang sedang diteliti

melalui pengamatan dari dekat dengan harapan akan memperoleh suatu

(27)

4. Pemanfaatan Data Sekunder

Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data melalui pencatatan data

sekunder yang tercatat pada instansi terkait, mengenai data yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

situasi-situasi sosial melalui metode wawancara, kuesioner dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dipero!eh dari catatan-catanl dokumen

yang berkaitan dengan penelitian baik diperoleh di lokasi penelitian

maupun instansi terkait lainnya.

Tehnik Pengolahan Data

Tehnik pengolahan data yang akan digunakan adalah dengan

pembuatan table frekuensi dan table silang dengan cara tabulasi langsung. Dalam hal ini data langsung ditabulasikan dari kuesioner ke kerangka table yang telah disiapkan.

. Tehnik Analisa Data

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah deskriplif

kualilatif dengan menampilakn label frekuensi untuk menggambarkan

karakteristik sampel, agar memudahkan dalam menganalisa dan

(28)

19

BABIV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

SELAYANG PANDANG SUNGAI CILlWUNG

Seeara geografis Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung di batasi oleh Sub

DAS Cisadane di sebelah Barat dan Selatan, DAS Citarum sebelah Timur dan

Sub DAS Cibeet di sebelah Utara. Sungai Ciliwung berhulu di Gunung

Mandalawangi (danau Telaga) dan bermuara di teluk Jakarta. Sungai ini

mengalir dari Selatan ke Utara, melewati wilayah Kabupaten Bogor (keeamatan

Cisarua, Ciawi, Kedung Halang, dan Cibinong), Kota Bogor, Kota Depok dan

Wilayah DKI Jakarta.

Luas DAS Ciliwung dari hulu sampai Manggarai sekitar 347 Km2 (Mus/im Munaf,1992 :6) yang terdiri dari 3 bagian : (a). DAS Ciliwung bagaian I seluas sekitar 146 Km2, mulai dari hulu sampai stasiun pengamat Katulampa meliputi :

Keeamatan Kedunghalang, Cisarua dan Ciawi. (b). DAS Ciliwung bagian II

seluas 95 Km2, mulai dari stasiun pengamat Katulama sampai stasiun pengamat

Ratujaya (Depok) meluputi keeamatan Kedunghalang dan Keeamatan Cibinong

Kabupaten Bogor, Kodya Bogor dan Keeamatan Paneoranmas Depok. (3) DAS

Ciliwung bagian III seluas 82 KM2, mulai dari stasi un pengamat Ratujaya Depok

sampai stasi un pengamat Rajawali (Kalibata) meliputi wilayah Keeamatan

Cimanggis, Keeamatan Pancoranmas(Depok), dan DKI Jakarta.

Das Ciliwung bag ian I terbagi atas empat Sub DAS. Pertama, Sub DAS

Ciseek seluas 3.457 Ha dengan anak sungai anatar lain: Cinangka, Cirangrang,

Ciguntur, Ciesek dan Cipaseban. Kedua Sub DAS Cibogo/Cisarua seluas 3.975

Ha dengan anak sungai antara lain : Citeko, Cisarua, Cijulang dan Cibogo.

Ketiga, Sub DAS Ciseuseupan / Cisukabirus seluas 2.991 Ha dengan anak

sungai antara lain: Cigadog, Cijambe, Ciseuseupan dan Cisukabirus (Sub BLKT

(29)

Jerarus deras, banyak tebing curam dengan dasar batu, pasir dan kerikil serta

alur sungai yang berbelok-belok.

Pada DAS Ciliwung bagian II banyak dijumpai daerah depresi antara

bukit-bukit dimana anak sungai mengalir dan bermuara, di wilayah ini dijumpai

dua anak sungai utama, yaitu Cikampay dan Ciluar. Sedangkan pada DAS

Ciliwung bagian III yang mempunyai topografi datar, aliran sungai Ciliwung

semakin lambat, tetapi dengan volume air yang semakin besar karena

merupakan penampungan dari aliran bagian I dan II.

Kondisi iklim di DAS Ciliwung secara umum adalah tropis basah, dengan

temperatur berkisar antara 21,80 sampai 330C dan kelembaban udara berkisar

antara 51 sampai 99% (Mus/im Munaf, 1992. 12).

Curah hujan di sepanjang DAS Ci!iwung cukup bervariatif. Di DAS

Ciliwung bagian I curah hujan berkisar antara 128 - 698 mm/bulan. Bulan basah

berkisar antara 8 - 10 bulan (Agustus - Mei) dan bulan terbasah pada bulan

Desember. Sedangkan bulan lembab berkisar 2-4 bulan (Juni - September),

dengan bulan terkering pad a bulan Juni. Sedangkan di DAS Ciliwung bagian II

curah hujan berkisar antara 119 - 513 mm/bulan.Bulan basah 10-12 bulan

(Januari - Desember), dengan bulan lembab berkisar 1-2 bulan (Juni-Agustus)

sedangkan bulan kering tidak ada. Sementara itu untuk DAS Ciliwung III curah

hujan berkisar antara 54 - 399 mm/bulan. Bulan basah 2-4 bulan

(Desember-Maret) dengan bulan terbasah pada bulan Januari, bulan lembab 3 bulan

(April-Mei-November) dan bulan kering 5-7 bulan (April - Oktober) dengan bulan

terkering bulan Juli (Erni Susanti, 1989).

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Kondisi Geografis

Kelurahan Bukitduri merupakan salah satu kelurahan yang berada di dalam

wilayah Kecamatan Tebet Kotamadya Jakarta Selatan, dengan batas-batas

(30)

21

-. Utara

-. Timur

-. Bar·at

-. Selatan

Kelurahan Manggarai dan kali Ciliwung

Kelurahan Kampung Melayu dan Kali Ciliwung

Kelurahan Kelurahan Manggarai Selatan

Kelurahan Kebon Baru dan Kelurahan Tebet Timur

Kelurahan Bukitduri terletak di atas ketinggian 26,2 DPL, dengan luas

wilayah 107,70 Ha. yang terbagi ke dalam 81,21 Ha untuk pemukirnan dan

26,49 Ha untuk kategori lain (fasilitas umurn).

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bukitduri

Penduduk di Kelurahan Bukitduri sejurnlah 49.668 jiwa, terdiri dari :

25.675 laki-Iaki dan 23.993 perempuan.

Distribusi penduduk (Kepala Keluarga) Kelurahan Bukitduri berdasarkan

mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Bukitduri Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian ...Jumlah Persentase

1. Pertanian

-2. Industri 862 8.19

3. Bangunan 753 7.16

4. Transportasi I Komunikasi 1.042 9.90

5. Keuangan I Perbankan 588 5.59

6. Perdagangan 2.644 25.13

7. Pemerintahan 2.324 22.09

8. Jasa 1.263 12.01

9. Lain-lain 1.045 9.93

JUMLAH TOTAL 10521 100.00

..

Sumber: Surval Flslk Kelurahan BPS Kodya Jakarta Selalan 1999

Mengacu pad a table 2 di atas, mata pencaharian penduduk

Kelurahan Bukitduri sebagian besar adalah dalam bidang perdagangan, yaitu

2.644 orang atau sekitar 25,13 %. Kemudian disusul dalam bidang

pemerintahan sebanyak 2.324 orang atau sekitar 22,09 %. 8idang

pemerintahan dalam konteks ini adalah sebagai PNS, TNI/POLRI atau staf

[image:30.524.24.448.65.556.2]
(31)

kehidupan. Mata pencaharian lainnya adalah bidang jasa sebanyak 1.263

orang atau sekitar 12,01 %, bidang transportasi/komunikasi sebanyak 1.042

orang atau sekitar 9,90 %, bidang industri sebanyak 862 orang atausekitar

8,19%, bidang bangunan sebanyak 753 orang atau sekitar7,16% dan bidang ,

kategori lain-lain (seperti buruh ataupun pekerjaa·n kasar lainnya) sebanyak

1.045 orang atau sekitar 9,93%.

Penduduk Menurut Agama

Komposisi penduduk Kelurahan Bukitduri menurut agama yang dianutnya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bukitduri Menurut Agama No PEMELUK AGAMA JUMLAH PERSENTASE

1 Islam 46.561 93,74

2 Katholik 1.441 2,90

3 Protestan 1.279 2,58

,

4 Hindu 223 0,45

5 Budha 164 0,33

TOTAL 49.668 100,00

Sumber: Surval Flslk Kelurahan BPS Kodya Jakarta Selatan 1999

Berdasarkan pad a tabel di atas, teriihat bahwa mayoritas penduduk

Kelurahan Bukirduri adalah beragama Islam, yaitu sebahyak 46.561 orang

atau sekitar 93,74 %. Penganut agama Kristen Katolik, yaitu 1.441 atau

sekitar 2,90 persen. Agama Kristen Protestan sejumlah 1.279 atau sekitar

2,58 persen. Agama Hindu sejumlah 223 atau sekitar 0,45 persen. Penganut

(32)

23

2. Sarana dan Prasarana Masyarakat Kelurahan Bukitduri

1/. Sarana Peribadatan

Untuk mengetahui jumlah sarana peribadatan masyarakat

[image:32.525.26.446.160.605.2]

KecamatanTebet dapat di lihat pad a tabel berikut :

Tabel4. Jumlah Sarana Peribadatan di Kelurahan Bukitdufi

No

SARANA PERIBADATAN

JUMLAH

PERSENTASE

1 Masjid 8 16,00

2 Mushola 41 82,00

3 Gereja 1 2,0

4 Lainnya ,

-

0,00

Total 50 100,00

Sumber. Surval Flslk Keiurahan BPS Kodya Jakarta Selatan 1999

b. Sarana Pendidikan

Untuk mengetahui jumlah sarana pendidikan yang ada di wilayah

Kelurahan Bukitduri dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan di Wi/ayah Kelurahan Bukitduri

No

SARANA PENDIDIKAN

JUMLAH

PERSENTASE

1 TK 10 32,26

2 SD 18 58,06

3 SLTP 1 3,23

4 SLTA 2 6,45

Total 31 セ 100,00

..

Sumber: Surval F,slk Kelurahan BPS Kodya Jakarta Selatan

c. Sarana Kesehatan

Untuk mengetahui jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah

(33)

Tabel6. Jumlah Sarana Kesehatan di Wi/ayah Kelurahan Bukir Duri

No SARANA KESEHATAN JUMLAH PERSENTASE

1 Rumah Sakit

-

-2 PUSKESMAS 1 1,54

3 POSYANDU 26 40,00

4 Dokter Praktek 12 18,46

5 Lain-lain 26 40,00

Total 65 100,00

..

Sumber: SUlVal Flslk Keturahan BPS Kodya Jakarta Seta/an

IDENTITAS RESPONDEN

Populasi penelitian ini adalah penduduk di tepian Sungai' Ciliwung di

Kelurahan Bukitduri Keeamatan Tebet Kodya Jakarta Selatari, dalam penelitian

ini peneliti mengambil sampel 30 keluarga yang kami tentukan seeara Beak,

kemudian diambil 1 orang sebagai wakil keluarga tersebut.

1. Umur Responden

Umur responden penelitian ini eukup bervariasi berkisar antara 15 _. 59

tahun, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik umur responden

dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7.Karakteristik Umur Responden

No UMUR RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE

1 15 - 25 tahun 2 6,66

2 26 - 35 tahun 7 23,33

3 36 - 45 tahun 9 30,00

4 46 - 55 tahun 8 26,66

5 ->56 tahun , " - 4 --- 31,33

--Total 30 100,00

[image:33.526.15.428.130.531.2]
(34)

25

Mengacu pad a tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa 2 orang atau sekitar 6,66

persen responden berumur antara 15 -25 tahun, 7 orang responden atau

sekitar 23,33 persen responden berumur antara 26 - 35 tahun, 9 orang atau

sekitar 30,00 persen responden berumur 36 - 45 tahun, 8 orang atau sekitar

26,66 persen responden berumur 46 - 55 tahun, dan sisanya 4 orang atu

sekitar 31,33 persen berumur di atas 56 tahun.

2. Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagaian besar respond en

penelitian adalah berpendidikan SLTA. Hal ini berarti mereka cukup memiliki kemampuan dalam memberikan berbagai informasi data yang berkaitan

dengan masalah penelitian. Untuk mengetahui komposisi responden rnenurut

[image:34.524.22.443.147.509.2]

tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden Penelitian

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1. TarnatSD 6 20,00

2. TarnatSLTP 19 63,33

3. TamatSLTA 5 16,67

4. Tamat Perguruan Tinggi

-

-Jumlah 100,00

Surnber :Data pnmer yang dlolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar

responden adalah tarnat SLTP, yaitu 19 orang atau sekitar 63,33 persen

responden. Sisanya tamat SLTA sebanyak 5 orang atau sekitar 16,67 persen

dan SD sebanyak 6 orang atau sekitar 20,00 persen responden.

3. Status Kependudukan Responden

Populasi penelitian ini adalah penduduk tetap yang berada di lokasi

(35)

Tebet Kodya Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan sesuai dengan tempat domisili responden penelitian inl. Untuk mengetahui komposisi status kependudukan respond en penelitian ini menurut lamanya waktu tinggal di lokasi dapat dilihat pad a tabel berikut ini :

Tabel 9. Karakteristik Responden Menurut Waktu Lamanya

Tinggal di Lokasi Pene/itian

No. Lamanya Tinggal Frekuensi Persentase

1. 1 - 5 tahun 6 20,00

2. 6 - 9tahun 13 43,33

3. > 10 tahun 11 36,67

Jumlah 30 100,00

Sumber :Data pnmer yang dJolah

Berdasarkan pada tabel 9 di atas dapat dilihi:lt bahwa sebagian besar

responden sudah cukup lama tinggal di lokasi penelitian dengan sebaran data 6 orang atau sekitar 20,00 persen responden sudah tinggal ditepian

Sungai Ciliwung sekitar 1 - 5 tahun, 13 orang atau sekitar 43,33 persen

responden sudah tinggal di tepiang Sungai Ciliwung sekitar6 - 9 tahun, dan

sisanya 11 orang atau sekitar 36,67 persen responden sudah tinggal

ditepian Sungai Ciliwung lebih dari 10 tahun. Pad a umumnya mereka yang telah tinggal lenih dari 10 tahun ada yang asH penduduk Bukitduri sejak kecii.

4. SistemMata Pencaharian Responden

Untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik respond en menurut sistem mata pencahariannya di masyarakat dapat dilihat pad a tabel berikut :

Tabel10. Karakteristik Sistem Mata Pencaharian Responden

No. Sistem Mata Pencaharian Frekuensi Persentase

1. Pedagang 3 10,00

2. Sapir 5 16,67

r ,

-セYァ。ョァ Kaki iima / asangan 9 SPLセ

3.

I ' c ' "

-6

4. Tukang kayu /bangunan 20,00

5. Karyawan 4 13,33

6. Tukang Parkir 3 10,00

(36)

27

Mengacu pad a tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas

responden bekerja pad a sektor informal dengan. sebaran data sE;bagai

berikut : sebagai pedagang (sayur, buah-buahan,) sebanyak 3 orang atau

sekitar 10,00 persen responden, 5 orang atau sekitar 16,67 persen

responden sebagai sopir, 9 orang atau sekitar 30,00 persen responden

sebagai pedagang kaki lima ataupun asongan, 6 orang atau sekitar 20,00 .

persen I"esponden sebagai tukang kayu ataupun bangunan, sebagai

karyawan sebanyak 4 orang atau sekitar 13,33 persen respond en, dan sisa 3

orang atau sekitar 10,00 persen responden sebagai tukang parkir.

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

1. Persepsi Masyarakat Bukitduri Tepian Sungai Terhadap Penggunaan Air Sungai Ciliwung

Persepsi orang terhadap air sungai pada dasarnya memiliki nuansa

penilaian tersendiri. Sebab sering kali persepsi manusia dipengaruhi oleh

faktor-faktor intern yang ada dalam diri manusia (sepertikemauan, perasaan,

kebutuhan dan lain-lain) dan disisi lain faktor-faktor ektern (seperti

lingkungan tempat tinggal, kebiasaan dan tradisi di Iingkungan sekitarnya)

berpengaruh juga.

Mengacu pad a data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa

persepsi dan sikap warga masyarakat Tepian Sungai Ciliwung Bukitduri

terhadap pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari cukup

beragam, mayoritas responden menyatakan pemanfaatan air sungai dalam

kehidupan dengan tingkat intensitas dan pola yang beragam. Untuk

mengetahui pola pemanfaatan air sungai Ciliwung oleh responden dapat

(37)

Tabel11. Pola Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Mel1urut Responden

N BENTUK INTENSITAS PEMANFAATAN

0 PEMANFAATA SERING KADANG- TIDAK JUMLAH

N KADANG PERNAH TOTAL

N % N % N % N %

1 Mandi 26 86,67 4 13,33

-

-

30 100,0

2 Memasak 6 20,00 14 46,67 10 33,33 15 100,0

, .

3 Mencuci 24 80,0 6 20,0 -

-

15 100,0

4 Jamban 4 13,33 24 80,0 2 6,67 15 100,0

Sumber.' Data pnmer yang dlolah

Berdasarkan pad a tabel 11 dapat dilihat bahwa ada empat pola

pemanfaatan air sungai dalam kehidupan respond en, yaitu : untuk mandi,

memasak, Illencuci, dan sebagai jamban.

Pertallla, untuk Illandi sebagailllana dinyatakan oleh responden

dengan intensitas pelllanfaatan dalalll kategori sering (hampir tiap hari)

sebanyak 26 orang atau sekitar 86,67 persen responden, dan dalalll

kategori kadang-kadang sebanyak 4 orang atau sekitar 13,33 persen

responden.

Kedua, untuk Illelllasak dengan sebaran jawaban dalalll kategori

sering sebanyak 6 orang atau sekitar 20,0 persen responden, kategori

kadang-kadang sebanyak 14 orang atau sekitar46,67 persen respond en

dan kategori tidak pernah 10 orang atau sekitar 33,33 persen responden.

Penggunaan air untuk Illelllasak dalam kontek ini adalah untuk merebus

bahan makanan yang ada kulitnya, seperti singkong, jagung ataupun lainnya

yang Illasih ada kulitnya., sedangkan untuk bahan makanan yang tidak

berkulit seperti sayuran, beras ataupun lainnya tidak rnenggunakan air

sungai Ciliwung, delllikian juga untuk minulll pendudukdi tepian sungai

(38)

29

diendapkan terlebih dulu dengan diberi tawas, sebagaimana penuturan

Rahman salah satu responden penelitian sebagai berikut :

"...Penggunaan air Kali Citiwung dalam kegiatan memasak sifatnya

kadangkala tidak terus langsung mengambit dari sungai langsung dipakai, tetapi kami endapkan di bak penampung (drum bekas), kemudian kami campuri dengan tawas agar aimya bening terutama bita musim kemarau dengan kondisi air yang keruh dan agak berbau,

namun setelah diproses sebagaimana disebutkan tadi ...al hamdullllah

aimya dapat kami pakai termasuk untuk memasak, namun demikian kami tidak setiap hari demikian, hanya pada saat-saat tertentu ".

Ketiga, untuk mencuci baik untuk pakaian maupun peralatan dapur,

dengan sebaran jawaban dalam kategori sering sebanyak 24 orang atau

sekitar 80,0 persen responden, kategori kadang-kadang sebanyak 6 orang

atau sekitar 20,0 persen responden dan untuk kategori tidak pernah tidak

ada responden yang menjawab kategori ini.

Keempat,untuk jamban terdapat sebaran jawaban dalam kategori

sering sebanyak 2 orang atau sekitar 13,33 persen responden, kategori

kadang-kadang sebanyak 24 orang atau sekitar 80,0 persen responden dan

untuk kategori tidak pernah sebanyak 2 orang atau sekitar 6,67 persen

responden.

Pemanfaatan sungai \Jalam kehidupan masyarakat khususnya bagi

penduduk tepian sungai Ciliwung tidak lepas dari beragam pandangan yang

melandasi mereka. Berdasarkan pemaparan data di atas pola pemanfaatan

air Sungai Ciliwung oleh warga tepian Sungai Ciliwung dapat dikategorikan .

menjadi empat pola'pemanfaatan, yaitu (1) pola menggelontor; (2) pola

membersihkan; (3) pola merebus dan (4) pola bersuci.

Pertama, pola menggelontor. Dalam konteks ini adalah mengalirkan

sampah dan tinja ke sungai yang dilakukan oleh penduduk di tepian sungai

Ciliwung. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia menggelontor adalah

menyiram dengan air banyak-banyak supaya hanyut (Poerwodarminta,

1985). Dalam pandangan mereka setiap sampah yang dibuang ke sungai,

(39)

dibilang segera bersih kembali. Demikian juga halnya dengan tinja yang masuk ke situ. Kotoran tersebut segera di bawa arus sungai. Dengan begitu lingkungan sekitarnya mereka anggap bersih.

Pola kedua adalah membersihkan. Dalam konteks ini air sungai Ciliwung digunakan untuk mandi, mencuci dan menggososk gigi. Air yang

digunakan untuk membersihkan di sini pad a dasarnya mempunyai fungsi

menggelontor kotoran juga.

Mengacu pad a fenomena tersebut, tampaknya mereka berasumsi bahwa air sungai dapat digunakan untuk menggelontorkan berbagai kotoran dan sampah rumah tangga, dalam konteks lebih jauh penduduk di tepian Sungai Ciliwung menganggap sungai memiliki fungsi sebagai pembersih segala sampah dan kotoran yang ada di lingkungannya. Aktivitas untuk mandi biasanya dilakukan mulai Subuh, terutama bagi meraka yang akan

bekerja. Sedangkan ibu-ibu rata-rata sekitar pukul 6.30 sId. 8 pagi dan pukul

16 - 17 sore hari. Jam mandi di lokasi penelitian dapat dibedakan menurut golongan pemakainaya, yaitu : mandi anak-anak dengan sebaran waktu lebih banyak, mandi orang dewasa dengan sebaran waktu pada waktu-waktu tertentu. Dan lebih jauh pola pun masih dibedakan antara laki-Iaki dan perempuan. Para laki-Iaki pada umumnya mandi dengan menjeburkan diri

ke sungai selama beberapa menit dan sekaligs berendam untuk

menyegarkan badan. Selain untuk mandi juga untuk mencuci, baik p"!kaian maupuin perabot rumah tangga. Aktivila smencuci ini ada umumnya dilakukan olek para wanita, 'yang berlangsung pada siang dan sore hari

sekitarーオャセオャ 16.00.

Po/a ketiga, merebus. Merebus dengan menggunakan air Sungai

Ciliwung terutama dilakukan oleh mereka yang membuat tempe dan tahu.

Setelah kedelai mereka cuci dengan air sungai beberapa kali, kemudian

(40)

31

Pole keempet, bersuci. Bersuei dalam konteks ini terutama untuk air

wudhu bagi mereka yang memeluk agama Islam. Dalam konteks ini air sungai dianggap sebagai simbol saran a penyuei. Pandangan tersebut tidak lepas dari anggapan yang memamndang air sungai Ciliwung merupakan air yang mengalir sehingga ,mereka anggap sebagai air suei. Penggunaan air untuk wudhu dapat diamati dari tindakan para ibu-ibu, sehabis mandi biasanya mereka berwudhu.

Mengaeu pad a pemaparan data di atas, menunjukkan bahwa Sungai

Ciliwung memiliki peranan penting dalam kehidupan responden dan

keluarganya. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi responden untuk memanfaatkan air Sungai Ciliwung dapat dilihat pad a tabel berikut ini :

Tabel12. A/asan-a/asan yang Mendorong Warga Tepian Sungai Ciliwung Bukitduri da/am Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Menurut Responden

..

-NO ALASAN KRITERIA PENILAIAN RESPONDEN

PEMANFAATAN

SETUJU TIDAK RAGU- JUMLAH

SETUJU RAGU TOTAL

N % N % N % N %

1 Tidak memerlukan 30 100,0 . .

I _

-

30 100

biaya

I

2 Tidak lTlengeluarkan 20 66,67 2 6,67 8 26,66 30 100

tenaga yang banyak

3 Tidak berbau karat 24 80,0

-

-

6 20,0 30 100,0

4 Tidak memiliki sUlTlur 12 40,00 10 33,33 8 26,66 30 100,0

5 Pad a waktu Illusilll 26 86,67

-

-

4 13,33 30 100,0

keillarau

Sumber. data pruner yang dlOlal1

(41)

: tidak rnernerlukan biaya, tanpa rnengeluarkan エセョ。ァ。 yang banyak, tidak berbau karat, karena tidak rnerniliki surnur,ketika rnusirn kernarau dengan asurnsi penilaian yang beragarn.

Alasan pertarna tidak perlu rnengeluarkan biaya, sernua responden

setuju dengan asurnsi tersebut sebagairnana dinyatakan oleh 30 orang atau 100 persen responden. Alasan terse but berdasarkan anggapan bahwa air sungai telah tersedia dengan gratis tinggal rnernanfaatkan saja tanpa harus rnengeluakan biaya.

Alasan kedua, tidak rnengeluarkan tenaga banyak,rnerniliki sebaran jawaban untuk kategori setuju sebanyak 20 orang atau sekitar 66,67 persen responden, kategori tidak setuju sebanyak 2 orang atau sekitar 6,67 persen

respond en dan kategori ragu-ragu 8 orang atau sekitar 26,66 persen

responden. Asurnsi dasar dari alasan ini harnpir sarna dengan alasan di atas yaitu rnernanfaatkan air sungai lebih rnenghernat tenaga. Asurnsi dasar dari alasan ini harnpir sarna dengan alasan di atas yaitu bahwa air sungai sudah

tersedia sehingga tinggal rnengarnbil rnernariftaatkan sesuai dengan

kebutuhannya

Alasan ketiga tidak berbau karat, rnerniliki sebaran jawaban untuk

kategori setuju sebanyak 24 orang atau sekitar 80,00 persen responden, . kategori tidak setuju tidak ada responden yang rnernilih kriteria ini, dan untuk kategori ragu-ragu 6 orang atau sekitar 20,00 persen responden. Asurnsi dasar dari alasan ini terutarna untuk penggunaan surnur pompa air ataupun sarana yang rnernakai pipa air dari besi seringkali airnya terkena lunturan

karat ataupun bau karat besi , sehingga responden lebih rnemilih

menggunakan air sungai untuk rnenyuplai kebutuhan hidupnya.

Alasan keernpat untuk kategori tidak memiliki sumur, terdapat

sebaran jawaban sebagai berikut : untuk kategori setuju terdapat jaViiaban

sebanyak 12 orang atau sekitar 40,00 persen responden, kategori tidak

(42)

33

dasar. Asumsi ini berdasarkan kenyataan yang ada bahwa penduduk di tepian Sungai Ciliwung memiliki sumur di sekitar tempat tinggalnya, namun mereka lebih memilih ke sungai. Kondisi ini tidak lepas dari kebiasaan yang ada di lingkungan responden yang berlangsung sejak. dulu. Kondisi ini sebagaimana yang digambar oleh Romdoni yang menjadi salah satu responden dan sekaligus informan penelitian ini sebagaiberikut :

"... Kebiasaan memanfaatkan air sungai bagi warga di tepian Kali

Ciliwung sudah ada sejak saya keeil hingga sekarang. Kita lebih senang ke sungai walaupun memiliki sumur di rumah. Pada waktu kita

ke sungai kita dapat berjumpa dengan tetangga-tetangga kita

sehingga dapat bertegur sapa seeara langsung dan seringkali menjadi pertemuan informal di kalangan warga yang dapat saling bertukar informasi. Jadi ada manfaat lebih keUka kiti;J ke sungai... "

Alasan kelima adalah pad a waktu musim kemarau, memiliki sebaran jawaban untuk kategori setuju seb:,nyak 26 orang atau sekitar 86,67 persen respond en, kategori tidak setuju lidak ada responden yang memilih alternatif

jawaban ini, dan untuk kategori ragu-ragu sebanyak 40rang atau sekitar

13,33 persen responden. Asumsi ini tidak lepas dari kebiasaan yang ada di wilayah Tepian Sungai Ciliwung Bukitduri yang menggunakan air sungai Ciliwung sebagai alternatif utama untuk menyuplai kebutuhan air ketika berlangsung musim kemarau.

Berdasarkan pemaparan data di atas dapat kita lihat bahwa factor-faktor tersebut berpengaruhi terhadap sikap dan persepsi responden dalam

memanfaatkan air Sungai Ciliwung. Peranan sikap dalam kehidupan

manusia besar sekali, sebab apabila sudah terbentuk maka sikap akan turut

menetukan cara-cara tingkahlaku manusia terhadap objek-objeknya.

Pengalaman pribadi yang diperoleh responden membuat mereka lebih banyak memikirkan dan membicarakannya dibandingkan bila ia jauh dari objek tersebut.

Pengalaman langsung masa lalu yang berkaitan dengan kebiasaan

(43)

kekuatan sikap seseorang terhadap perilakunya (David 0 Sears, 1994 : 151). Jadi sumber kekuatan sikap responden yang lain nampaknya muncull dari kebutuhan akan suplai air dalam kehidupannya. Selain itu sikap juga memegang peranan penting dalam interaksi manusia dan dalam interaksi manusia dan akan terbentuk pada diri manusia melalui sosiolisasi.

2. Persepsi dan Sikap Tentang Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan

Orang cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan informasi terbatas sesuai yang diterima oleh masing-rnasing individu. Salah satu faktor yang berkaitan dengan masalah penelitian adalah tentang persepsi dan sikap masyarakat terhadap aspek kebersihan dan kelestarian lingkungan, khususnya sungai Ciliwung. Untuk mengetahui persepsi dan sikap responden terhadap tanggungjawab terhadap kebersihan dan kelestarian dapat dilihat padJ faiJel berikut ini :

Tabe/13. Sikap Responden Terhadap Kebersi/Jan dan Ke/estarian L'IngJkunqan seb ' r ,aqal anqqunmawa. bBersama

NO

SIKAP RESPONDEN

JUMLAH

PERSENTASE

1 Setuju 24 80,0

2 Tidak setuju

-

-3 Raqu-raqu 6 20,0

TOTAL

30 100,00

Sumber : data primer yang dlolah

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar respond en setuju terhadap statemen bahwa kebersihan den kelestarian lingkungan sebagai tanggungjawab bersama sebagaimana yang dinyatakan oleh 12 orang atau sekitar 80,00 persen responden. Sedangkan sisanya 3 orang atau sekitar 20,0 persen responden menjawab ragu-ragu.

(44)

35

kebersihan dan kelestarian Iingkungan (dalam hal ini sungai) sebagai. tanggungjawab bersama. Namun dalam prakteknya mereka menyimpang dari sikap tersebut. Fenomena demikian menurut Ancok (1986) dikarenakan perilaku manusia seseorang tidak selalu konsekuen dengan sikapnya.

Dalam kontek ini Schuman H. dan MP. Johson dalam bukunya 'Attitude and

Behavior' (da/am Harihanto, 2001 30) menyatakan bahwa keterkaitan

antara sikap dan perilaku dibatasi oleh berbagai keadaan dan obyek dari sikap dan perilaku tersebut. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi faktor-faktor lainnya seperti : kebiasaan, norma sosial dan pandangan mengenai akibat dari perilaku yang akan dilakukan.

Kebiasaan merupakan tindakan yang secara otomatis dilakukan oleh seseorang pada keadaan tertentu, tanpa atau dengan dasar pemikiran yang

sang at terbatas (Taryoto, 1991). Kebiasaan merupakan suatu perilaku yang

memiliki sifat khas, sehingga seringkali antara orang yang satu dengan lainnya perilakunya berbeda. Kebiasaan dalam konteks ini adalah kebiasaan yang biasa dilakukan oleh penduduk di tepian Sungai Ciliwung dalam memelihara kebersihan lingkungannya, terutama kebiasaan membuang sampall di sungai.

Salah satu bentuk pencemaran terhadap sungai adalah membuang sampah ke dalamnya, untuk mengetahui persepsi dan sikap responden

terhadap perilaku membuang sampah di sungai dapat di lihat pada tabel

berikut ini :

Tabe/14. Sikap Responden Terhadap Peri/aku Membuang Sampah

Ke Sungai

-SIKAP RESPONDEN

I

_.

I

peiセsentセᄃᆪ

NO JUMLAH

1 ⦅ᄃ・エオェセ⦅ .24 80,00

MMMセセ

2 Tidak setuju 2 6,67

3 Ragu-ragu 4 13,37

TOTAL 30 100,00

(45)

Berdasarkan tabel 14 di atas dapat di lihat bahwa sebagian besar

responden setuju membuang sampah di sungai sebagaimana yang

dinyatakan oleh 24 orang atau sekitar 80,00 persen responden. Umumnya

mereka yang menjawab setuju berpandangan bahwa air sungai mengalir

sehingga di anggap dapat menghanyutkan sampah yang mereka buang, ke hilir tanpa berpikir apakah hal tersebut akan mencemarinya air sungai.

Sedangkan yang menjawab tidak setuju ada 2 orang atau sekitar 6,67

persen responden, sikap mereka pada dasarnya lebih dipengaruhi oleh

kepercayaan lokal jika di sungai Ciliwung ada 'penunggunya', bagi yang

mempercayainya mereka tidak berani melanggar. Fenomena ini

sebagaimana dituturkan oleh Mak Icih salah satu resoponden penelitian ini sebagaiberikut :

a...

kami kagak (tidak) berani sembarangan membuang Sampah Ke

Kali Ci/iwung, sebab menurllt kakek nenek kami du/u terutama di daerah hli/ll kite kagak bo/eh membuang sampah sembarangan, sebab ntar yang nunggu ka/i (mak/uk ha/us) akan marah. Emang sih tidak semua orang percaya padaha/ tersebut, namun bagi kami yang as/i dari sini sampe sekarang kagak berani me/anggamya"

Sementara itu 4 orang atau sekitar 13,37 persen responden bersikap ragu-ragu, sebab kadang-kadang mereka ikut membuang sampah juga ke kali, walaupun dalam frekuensi tidak setiap hari.

Membuang segala jenis sampah ke sungai dalam pandangan

penduduk di tepian sungai Ciliwung di anggap bukan tindakan mengotori sungai sebab dalam pandangan mereka, bersih tidaknya sungai bukan tergantung pada kebiasaan mereka membuang sampah tetapi tergantung pada musim. Jika musim hujan biasanya sungai banjir, maka air sungai keruh dan

banyak mengandung lumpur sehingga seringkali mereka anggap 'kotor'.

Fenomena ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Maman salah satu responden penelitian ini sebagaiberikut :

a...Ketika banjir datang dan air Sungai Ci/iwung menjadi kerllh, maka

(46)

37

saat sunga; meluap dan banjir kotorannya meningkat baik dalam bentuk lumpu maupun sampah dari berbagai penjuru".

Kesadaran akan bahaya dari dampak pembuangan sampah

sembarangan belum dipikirkan oleh mereka, kondisi ini yang memperparah proses peneemaran pad a Sungai Ciliwung. Fenomena tersebut senada derigan hasil penelitian KP2L OKI yang menyatakan bahwa Sungai Ciliwun

Gambar

tabel frekuensi untuk menggambarkan karakteristk
Gambar 1. Skema Proses terbentuknya persepsi
Tabel 1. Penggunaan Air untuk Pemukiman di Pulau Jawa
Gambar 1. Skema Proses terbentuknya persepsi (sumber Sarlito, 1992)
+6

Referensi

Dokumen terkait