• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Fuzzy Expert System Berbasis Pemakai Pada P.T. Batik Semar Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Fuzzy Expert System Berbasis Pemakai Pada P.T. Batik Semar Cabang Medan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI

PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN

TESIS

PUTRA SURI ALIM

117038062

PROGRAM STUDI MAGISTER S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI

PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika

PUTRA SURI ALIM 117038062

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

JUDUL : MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM

BERBASIS

PEMAKAI PADA P.T. BATIK SEMAR

CABANG MEDAN

NAMA : PUTRA SURI ALIM

NOMOR INDUK MAHASISWA : 117038062

PROGRAM STUDI : MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Zakarias Situmorang Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl. Math., M.Si

Diketahui/disetujui oleh

Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI

PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN

TESIS

Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, 13 Februari 2014

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Putra Suri Alim

NIM : 117038062

Program Studi : Magister (S2) Teknik Informatika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty

Free Right) atas tesis saya yang berjudul:

MODEL FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI PADA P.T. BATIK SEMAR CABANG MEDAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,

memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis

saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis dan sebagai pemegang dan/ atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 13 Februari 2014

(6)

Telah diuji pada

Tanggal: 13 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Tulus, Vor. Dipl. Math., M.Si

Anggota : 1. Dr. Zakarias Situmorang

2. Prof. Dr. Herman Mawengkang

3. Prof. Dr. Muhammad Zarlis

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Putra Suri Alim

Tempat dan Tanggal Lahir : Sidomulyo, 26 Desember 1983

Alamat Rumah : Jln. KP. Tandean Link. VII Kel.

Sidomulyo Kec. Stabat Kab. Langkat

20813

Telepon : 085372720561

E-Mail : putrasurialim@yahoo.com

Instansi tempat kerja : SMA Negeri 7 Medan

Alamat Kantor : Jln. Timor No. 36 Medan

Telepon kantor : 061 4557332

DATA PENDIDIKAN

SD : No. 054901 Sidomulyo Tamat: 1997

SLTP : Swasta Harapan Stabat Tamat: 2000

SLTA : Swasta Persiapan Stabat Tamat: 2003

D-1 : PABT Medicom Medan Tamat: 2005

D-3 : AMIK Medicom Medan Tamat: 2007

S-1 : STMIK Sisingamangaraja XII Medan Tamat: 2008

A-IV : Universitas Darma Agung Medan Tamat: 2009

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat dan karunianya berupa pengetahuan, kesehatan dan kesempatan yang

diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “MODEL

FUZZY EXPERT SYSTEM BERBASIS PEMAKAI PADA P.T. BATIK SEMAR

CABANG MEDAN”.

Dalam penyusunan untuk menyelesaikan Tesis ini, Penulis banyak mendapati

pelajaran yang besar, baik berupa saran maupun nasehat dari berbagai pihak terutama

dari dosen pembimbing serta dari dosen pembanding, sehingga pengerjaan Tesis ini

dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lepas dari dukungan orang tua, yang juga telah

banyak memberikan bantuan sehingga Penulis dapat sampai pada tahap penyelesaian

Tesis ini.

Untuk itu Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar–

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp, A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Muhammad Zarlis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan

Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan Ketua Program Studi

Magister Teknik Informatika dan juga sebagai pembanding pada penulisan

Tesis ini dan berkat saran dan bantuannya beliau yang telah bersedia

memberikan motivasi serta pengarahan hingga selesainya penulisan Tesis

ini.

3. Muhammad Andri Budiman, ST., M.Comp.Sc., M.E.M selaku sekretaris

Program Studi Magister Teknik Informatika yang telah banyak

memberikan bantuan dan motivasinya selama perkuliahan sehingga

Penulis dapat menyelesaikan Tesis dan Perkuliahan ini.

4. Prof. Dr. Tulus, selaku Pembimbing I, yang telah bersedia memberikan

bimbingan serta pengarahan hingga terselesaikannya penulisan Tesis ini.

5. Dr. Zakarias Situmorang selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

bersedia memberikan bimbingan serta pengarahan hingga selesainya

(9)

6. Prof. Dr. Herman Mawengkang selaku pembanding yang telah bersedia

memberikan pengarahan hingga terselesesaikannya penulisan Tesis ini.

7. Dr. Erna Budhiarti Nababan, M.IT selaku pembanding yang telah bersedia

memberikan saran dan pengarahan hingga terselesesaikannya penulisan

Tesis ini.

8. Seluruh Staff pengajar pada Program Studi Magister Teknik Informatika,

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis selama

perkuliahan hingga selesai.

9. Seluruh Staff administrasi Program Studi Magister Teknik Informatika

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan pelayanan terbaik

kepada penulis.

10. Rekan - rekan seperjuangan Angkatan 2011 Kom-A yang telah

memberikan dukungan dalam penyelesaian Tesis ini.

11. Drs. H. Muhammad Daud, MM selaku Kepala SMA Negeri 7 Medan

beserta seluruh staff pengajar dan pegawai yang telah memberikan

dorongan dan dukungan untuk menyelesaikan kuliah dengan baik.

12. Kedua Orangtua saya tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya,

serta doa yang tak pernah putus, serta dukungan yang besar kepada saya

sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik.

13. Karyawan/i di P.T. Batik Semar Cabang Medan Jln. H. Z. Arifin No.

163-165 yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan Tesis ini, untuk

itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan

penelitian selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya dalam bidang pendidikan.

Medan, 13 Februari 2014

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN

PERNYATAAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

RIWAYAT HIDUP

UCAPAN TERIMA KASIH i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Batik 6

2.2Pengertian Sistem Pakar 9

2.3Manfaat Sistem Pakar 10

2.4Ciri-ciri Sistem Pakar 10

2.5Konsep Dasar Sistem Pakar 11

2.6Komponen Sistem Pakar 13

2.7Arsitektur Sistem Pakar 14

2.8Logika Fuzzy 16

2.9Himpunan Logika Fuzzy 17

2.10 Fungsi Keanggotaan 18

2.11 Operator Logika Fuzzy 21

2.12 Komponen-komponen Pembentukan Sistem Fuzzy 21

2.13 Perbandingan Cara Kerja Logika Fuzzy 25

2.14 Riset Terkait 26

2.15 Perbedaan Dengan Riset Yang Lain 28

2.16 Kontribusi Riset 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian 29

3.2 Flow Chart Sistem 30

3.3 Fuzzifikasi 34

(12)

3.4.1 Inferensi Himpunan Usia 38

3.4.2 Inferensi Himpunan Warna Kulit 39

3.4.1 Inferensi Himpunan Kemampuan Harga Batik 40

3.5 Defuzifikasi 43

3.6 Jenis-Jenis Kriteria atau Variable Berdasarkan Tingkat Kepentingan 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 47

4.1.1 Input Data Pemakai 47

4.1.2 Input Data Kesesuaian Warna Kulit Dengan Batik 48

4.1.3 Input Data Bahan Batik 49

4.1.4 Perhitungan Fuzzy Kepentingan Calon Pemakai Batik 50

4.1.5 Perhitungan Kesesuaian Pemakai Batik (Expert System) 51

4.2 Pembahasan 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 55

5.2 Saran 50

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Aneka Macam Motif Batik 8

Gambar 2.2 Arsitektur Sistem Pakar 15

Gambar 2.3 Representasi Kurva Naik 19 Gambar 2.4. Representasi Kurva Turun 19 Gambar 2.5. Representasi Kurva Segitiga 20 Gambar 2.6. Representasi Kurva Trapesium 20

Gambar 2.7 Inferensi dengan menggunakan Metode Tsukamoto 22 Gambar 2.8 Proses Logika Fuzzy 24 Gambar 3.1 Diagram FES Berbasis Pemakai 29 Gambar 3.2 Flow Chart Kesesuaian Pemakai Batik 30

Gambar 3.3 Himpunan Fuzzy Untuk Setiap Variabel Pada Antaseden 36 Gambar 3.4 Himpunan Fuzzy Untuk Kesesuaian Pemakai Batik 37 Gambar 3.5 Himpunan Fuzzy Untuk Kepentingan pemakaian Batik 44 Gambar 4.1 Tampilan Menu Utama Aplikasi 46

Gambar 4.2 Tampilan Input Data Pemakai 48

Gambar 4.3 Tampilan Input Kesesuaian Warna Kulit 49

Gambar 4.4 Tampilan Input Data Bahan Batik 50

Gambar 4.5 Tampilan Perhitungan Fuzzy Kepentingan Calon Pemakai Batik 51

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar 12

Tabel 2.2 Penelitian Terkait 26

Tabel 3.1 Data Pemakai Batik 33

Tabel 3.2 Kesesuaian Pemakai Dengan Batik 33

Tabel 3.3 Nilai Fuzzy Usia 34

Tabel 3.4 Nilai Fuzzy Warna Kulit 34

Tabel 3.5 Nilai Fuzzy Harga Batik 35

Tabel 3.6 Nilai Fuzzy Bahan 35

Tabel 3.7 Nilai Fuzzy Himpunan 36

Tabel 3.8 Aturan (Rule) Kecocokan Warna Batik Dengan Warna Kulit Pemakai 44

Tabel 3.9 Aturan (Rule) Kecocokan Motif Batik Dengan Usia Pemakai 45

(15)

ABSTRAK

Model fuzzy expert system digunakan untuk menggunakan model penggunaan pemakai batik dengan menggunakan metode tsukamoto untuk mengidentifikasi berbasis pemakai pada P.T. Batik Semar Cabang Medan berdasarkan inventaris variabel yang sesuai dengan usia, warna kulit, rencana kegiatan pemakai batik serta kemampuan harga pembelian batik berdasarkan motif dan warna batik yang dihasilkan dengan menggabungkan logika fuzzy dan system pakar dengan perangkat lunak aplikasi yang digunakan yaitu Microsoft Visual Basic 6.0. Hasil dari peneliti ini yang menggabungkan logika fuzzy dan system pakar yaitu bahwa hasil logika fuzzy adalah diperoleh nilai kepentingan pemakai batik antara 50 sampai dengan 82 dan hasil system pakar yang teridentifikasi dengan nilai kepentingan >=50 dengan melakukan penetapan warna batik, bahan serta kisaran kemampuan harga untuk setiap pemakai batik.

(16)

FUZZY EXPERT SYSTEM MODEL BASED USER ON P.T. BATIK SEMAR BRANCH OF MEDAN

ABSTRACT

Fuzzy expert system models used to using a model of the use of batik user using the Tsukamoto method to identify user based on P.T. Batik Semar Branch of Medan based inventory variables according to age, skin color, batik user activity plan and the ability of the purchase price of batik based batik motifs and colors are produced by combining the fuzzy logic and expert system with application software used is Microsoft Visual Basic 6.0. The results of this research which combines fuzzy logic and expert system fuzzy logic is that the result is the value of the benefit obtained batik user between 50 to 82 and the results of an expert system that is identified with importance > = 50 to make the determination of batik colors, materials and price range capability for each user batik.

(17)

ABSTRAK

Model fuzzy expert system digunakan untuk menggunakan model penggunaan pemakai batik dengan menggunakan metode tsukamoto untuk mengidentifikasi berbasis pemakai pada P.T. Batik Semar Cabang Medan berdasarkan inventaris variabel yang sesuai dengan usia, warna kulit, rencana kegiatan pemakai batik serta kemampuan harga pembelian batik berdasarkan motif dan warna batik yang dihasilkan dengan menggabungkan logika fuzzy dan system pakar dengan perangkat lunak aplikasi yang digunakan yaitu Microsoft Visual Basic 6.0. Hasil dari peneliti ini yang menggabungkan logika fuzzy dan system pakar yaitu bahwa hasil logika fuzzy adalah diperoleh nilai kepentingan pemakai batik antara 50 sampai dengan 82 dan hasil system pakar yang teridentifikasi dengan nilai kepentingan >=50 dengan melakukan penetapan warna batik, bahan serta kisaran kemampuan harga untuk setiap pemakai batik.

(18)

FUZZY EXPERT SYSTEM MODEL BASED USER ON P.T. BATIK SEMAR BRANCH OF MEDAN

ABSTRACT

Fuzzy expert system models used to using a model of the use of batik user using the Tsukamoto method to identify user based on P.T. Batik Semar Branch of Medan based inventory variables according to age, skin color, batik user activity plan and the ability of the purchase price of batik based batik motifs and colors are produced by combining the fuzzy logic and expert system with application software used is Microsoft Visual Basic 6.0. The results of this research which combines fuzzy logic and expert system fuzzy logic is that the result is the value of the benefit obtained batik user between 50 to 82 and the results of an expert system that is identified with importance > = 50 to make the determination of batik colors, materials and price range capability for each user batik.

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada

kecerdasannya. Dengan kecerdasan manusia menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi. Manusia kemudian membuat berbagai macam karya termasuk salah satunya

adalah komputer. Peranan komputer sangat besar untuk meringankan pekerjaan

manusia karena dapat mengolah data dalam jumlah yang besar dengan tingkat

ketelitian yang tinggi. Penerapan komputer juga dilakukan pada berbagai bidang ilmu

termasuk diantaranya dalam bidang ketenaga-kerjaan. Salah satu negara yang yang

sedang berkembang, yaitu indonesia yang membutuhkan tenaga kerja yang handal dan

memiliki kriteria yang sesuai dengan pekerjaannya untuk mendukung perkembangan

dan kemajuan negara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam ketatnya persaingan global yang bergerak

begitu cepat, kemampuan perusahaan untuk terus menghasilkan produk baru yang

bernilai dimata pelanggan menjadi faktor penentu yang membedakan pemenang

dalam sebuah persaingan. (Febransyah, 2006).

Berdasarkan penjelasan diatas maka perusahaan membutuhkan seorang pakar

yang dapat menangani berbagai macam masalah diperusahaan. Dengan adanya system

pakar maka peranan komputer akan sangat diperlukan untuk membantu perusahaan

dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, maka dibuatlah suatu sistem

pakar untuk memudahkan perusahaan dalam memilih karyawan secara baik

berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan. Penyelesaian dari

permasalahan ini adalah penggunaan sistem pakar yang dipergunakan untuk

(20)

Pada kesempatan ini peneliti akan mencoba diperusahaan P.T Batik Semar Cabang Medan yang memproduksi batik. Perlu kita ketahui bahwa batik adalah suatu warisan budaya Indoensia yang telah berkembang hingga sekarang dan terus menjadi

tradisi pakaian yang banyak digunakan untuk berbagai acara baik formal atau pun non

formal bahkan di setiap lembaga pemerintah ataupun swasta, batik merupakan pakaian

seragam yang wajib di pakai. Perkembangan ini dapat dilihat dari berbagai industri

yang memproduksi batik terus bertambah di Indonesia bahkan di perusahaan juga

banyak yang memproduksi batik sesuai dengan keunggulan atau kualitas batik yang

dihasilkannya yang dapat menarik perhatian seseorang untuk memakainya

berdasarkan dari kualitas yang dihasilkan baik dari segi bahan, proses pembuatan,

harga, motif dan warna batik tersebut.

Setiap daerah mempunyai corak dan khas yang berbeda-beda dikarenakan

pengaruh budaya-budaya masyarakat setempat. Corak batik daerah Jawa Tengah

seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan lebih banyak bermotif flora dengan alur

yang rapat dengan warna-warna gelap seperti hitam ataupun coklat tua, berbeda

dengan corak batik daerah Madura terutama Sumenep yang mengkombinasikan antara

flora dan fauna dengan dominasi warna merah. Tentunya untuk mengenalkan seni

batik hasil karya masyarakat Indonesia ke seluruh manca negara dengan utuh dan

berkesinambungan memerlukan suatu sistem informasi yang menyeluruh dan dapat

disempurnakan secara terus-menerus maupun periodik. Mengenalkan seni corak batik

ke seluruh manca negara secara tidak langsung juga mengenalkan suatu kepribadian

yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Seni batik selain nilai budaya juga mempunyai

nilai ekonomi berbasis ekspor. (Lusiana, 2009).

Adapun hal lain yang mungkin bisa dilakukan untuk mempromosikan batik

keunggulan setiap daerah seperti yang dilakukan perusahaan batik Irmasasirangan di

kota Banjarmasin dengan menganalisis keputusan Bauran Promosi yang dilaksanakan

oleh perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap proses pembelian konsumen

pada perusahaan tersebut yaitu sebesar 74,40% sedangkan pengaruh variabel lain di

luar penelitian ini 25,60%. (Lestari, et al. 2011)

Dengan berbusana yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang,

banyak orang tidak belajar dengan serius tentang bagaimana berbusana yang serasi.

(21)

bahan yang bagus dan warna yang sedang tren, dan kurang memperhatikan apakah

busana yang dipilih akan betul-betul cocok dan serasi dengan profil dan kepribadian

mereka. Kesimpulan ini didapat melalui observasi di tempat-tempat umum. Walaupun

ada fakta ini, berdasarkan hasil survei penulis, toko busana tradisional maupun online

belum memberikan saran bagaimana memilih busana yang sesuai. Toko busana atau

kain/tekstil membiarkan para pelanggan memilih sendiri busana atau kain dari koleksi

yang sangat banyak atau beragam yang dapat mengakibatkan salah pilih.Setiap batik

mempunyai perbedaan dalam hal motif, teknik produksi, variasi warna, bahan warna

dan bahan tekstil. Motif yang dirancang dengan arti filosofis tertentu akan

memberikan impresi tertentu kepada pemakainya. Karena keberagaman motif dan

warna batik, memilih batik yang sesuai dengan profil pemakai (meliputi kepribadian,

warna kulit dan rambut) agar berpenampilan menarik, terkadang tidak mudah untuk

dilakukan karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang batik. (Moertini, 2007).

Pada kesempatan ini juga peneliti berusaha untuk menganalisis kualitas batik

yang dihasilkan berdasarkan orang yang memakai batik hasil dari produksi Batik

Semar. Apakah setiap batik yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan

sesuai dengan yang memakainya berdasarkan harga, proses pembuatan, bahan, motif

atau corak dan warna yang disesuaikan dengan warna kulit pemakai dan faktor usia

pemakai, karena setiap orang yang memakai batik mengalami perbedaan penampilan,

seperti orang yang lebih muda bisa kelihatan lebih tua jika memakai batik atau

sebaliknya karena kualitas batik itu sendiri yang mempengaruhinya saat memakai

batik tersebut. Selain itu kualitas juga bisa dilihat dari hasil pencucian setelah

pemakainan apakah warna dan bahan yang dipakai akan luntur atau mengalami

penyusutan.

Untuk memecahkan masalah di atas salah satu metode yang digunakan adalah

dengan menggunakan model fuzzy expert system. Dengan menggunakan model fuzzy

expert system kita bisa mengetahui model penggunaan pemakai batik dengan

menggunakan metode tsukamoto untuk mengidentifikasi penggunaan berbasis

pemakai berdasarkan inventaris variable yang sesuai dengan usia dan warna kulit

pemakai berdasarkan motif dan warna batik yang dihasilkan.

(22)

Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana model fuzzy expert system

dapat digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan batik berbasis pemakai dengan

menggunakan metode tsukamoto. Metode ini dipilih karena setiap konsekuen pada

aturan yang berbentuk IF-THEN direpresentasikan dengan himpunan fuzzy dengan

fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output dari setiap aturan

diberikan secara tegas berdasarkan α, kemudian diperoleh hasil akhir dengan

menggunakan rata-rata terpusat. Metode tersebut akan digunakan untuk menentukan

nilai kepentingan (fuzzy) dan kesesuaian (expert system) pemakai batik berdasarkan

variabel-variabel yang akan direpresentasikan dengan fungsi keanggotaan fuzzy yang

sesuai dengan usia dan warna kulit pemakai berdasarkan motif dan warna batik yang

dihasilkan dengan cara menggabungkan logika fuzzy dan sistem pakar.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah diatas, dibatasi dengan beberapa hal sebagai berikut :

1. Menganalisis sebuah model fuzzy expert system yang bersifat statis (fuzzy)

dengan menggunakan metode Tsukamoto yang dipresentasikan menggunakan

fungsi keanggotaan segitiga serta bersifat dinamis (expert system) berbasis

pemakai.

2. Tingkat kepentingan setiap kriteria diberikan berdasarkan nilai linguistik

logika fuzzy dan rule pada expert system.

3. Dalam membuat metode penelitian ini, penulis menggunakan perangkat lunak

Visual Basic 6.0.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat model penggunaan pemakai

batik dengan menggunakan fuzzy expert system yaitu dengan menggabungkan logika

fuzzy Tsukamoto dan sistem pakar untuk mengidentifikasi penggunaan batik berbasis

pemakai berdasarkan inventaris variabel untuk menghasilkan batik terbaik yang sesuai

(23)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan sebuah model fuzzy expert system berbasis pemakai pada

P.T Batik Semar Cabang Medan.

2. Memudahkan pihak yang memakai untuk mendapatkan kualitas batik yang

terbaik dan sesuai dengan usia dan warna kulit pemakai khususnya di kota

Medan berdasarkan model fuzzy expert system.

3. Memberikan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang meminati dan

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batik

Menurut sejarah batik berkembang dengan cepat sekitar tahun 1755, yaitu pada zaman

Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Pada waktu itu masing-masing keraton

mengembangkan gayanya, sehingga kaya akan motif, corak maupun pewarnaannya.

Berbicara masalah batik maka tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan motif

pada batik. Peranan motif pada batik khususnya batik klasik akan sangat menentukan

visualisasi batik secara keseluruhan. Motif pada batik dapat menunjukan latar

belakang budaya dan perkembangannya. Beberapa daerah pembatikan di Indonesia

mempunyai berbagai macam jenis batik dengan variasi dan coraknya. Seperti halnya

batik kawung yang menurut penggolongannya termasuk golongan motif geometris

yang ciri khas motifnya mudah disusun, dibagi-bagi menjadi kesatuan motif atau pola

yang utuh dan lengkap. Pada proses batik umumnya terdapat tiga tahapan yang

meliputi :

1. Penggambaran motif di atas kain mori dengan cara menutup bagian yang tidak

dikehendaki warna dengan lilin (malam), dan dengan alat canting.

2. Pencelupan dengan zat warna dingin sesuai dengan motif yang diinginkan.

3. Pelorodan, yaitu menghilangkan lilin (malam) dengan air mendidih, sehingga

akan tampak motif dan warna seperti yang direncanakan.

Berdasarkan tahapan tersebut sering kali desain tekstil atau batik diartikan sebagai

(25)

sudah umum ini mengakibatkan pengertian desain tekstil atau batik sebagai suatu

prosses yang panjang dan rumit menjadi kabur. (Rizali, 2001).

(26)

Adapun beberapa contoh motif batik yang dapat mempengaruhi penampilan

seseorang berdasarkan usia dan warna kulit pemakai yaitu :

Motif lereng yang memberi impresi: (a) jelas-tegas-dinamis (b) rapi-sejuk

(27)

Motif ceplok yang memberi impresi: (a) berenergi (b) hangat (c)

rapi-matang-klasik (d)-sejuk (e) tegas :

Dan motif buketan yang memberi impresi: (a) feminim (b) klasik (c)

rapi-dinamis :

(28)

2.2 Pengertian Sistem Pakar

Sistem Pakar merupakan cabang dari Artificial Intellegence (AI) yang cukup tua

karena sistem ini mulai dikembang pada pertengahan 1960. Sistem pakar yang muncul

pertama kali adalah General-purpose Problem Solver (GPS) yang dikembangkan oleh

Newel dan Simon. Sampai saat ini sudah banyak sistem pakar yang dibuat, seperti

MYCIN untuk diagnosa penyakit, DENDRAL untuk mengidentifikasikan struktur

molekul campuran yang tak dikenal, XCON dan XSEL untuk membantu konfigurasi

sistem konfigurasi sistem komputer besar, SOPHIE untuk analisis sirkuit elektronik,

PROSPECTOR digunakan dibidang geologi untuk membantu mencari dan

menemukan deposit, FOLIO digunakan untuk membantu memberikan keputusan bagi

seorang manager dalam stok dan investasi, DELTA dipakai untuk pemeliharaan

lokomotif listrik diesel. Sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistem yang

berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat

menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Atau dengan kata

lain sistem pakar adalah sistem yang didesain dan diimplementasikan dengan bantuan

bahasa pemrograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti yang

dilakukan oleh para ahli. Diharapkan dengan sistem ini, orang awam dapat

menyelesaikan masalah tertentu baik ‘sedikit’ rumit ataupun rumit sekalipun ‘tanpa’

bantuan para ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan bagi para ahli, sistem ini dapat

digunakan sebagai asisten yang berpengalaman. Tujuan pengembangan sistem pakar

sebenarnya bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubstitusikan

pengetahuan manusia ke dalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang

banyak. (Rohman, et al. 2008).

Sistem pakar memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan secara

cepat dan akurat. Selain itu Sistem pakar (expert system) juga merupakan system

berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran

dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang

pakar. (Fitrianti, et al. 2012).

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence juga merupakan salah satu

bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan

pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. (Latumakulita, et al. 2011).

Sistem pakar juga memiliki beberapa karakteristik utama yaitu terbatas pada

(29)

pengetahuan yang dapat ditambahkan oleh pakar dan menggunakan algoritma

pencarian atau penelusuran untuk menghasilkan suatu kesimpulan. (Solichin. 2011).

Penggunaan Sistem pakar dikembangkan dalam berbagai bidang, termasuk

dalam bidang medis. Saat ini kebutuhan manusia akan pelayanan medis yang lebih

baik sangat mendesak, yang berarti dukungan instrumentasi dan informatika medis

modern (telemedis) menjadi sangat dibutuhkan termasuk metode untuk membantu

analisisnya sehingga dihasilkan diagnosis yang lebih optimal. (Handayani, et al.

2008).

2.3 Manfaat Sistem Pakar

Manfaat Sistem Pakar (Rohman, et al. 2008) :

1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan

para ahli

2. Menyederhanakan pekerjaan dan meningkatnya efisiensi kerja

3. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis

4. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar

5. Meningkatkan output dan produktivitas

6. Meningkatkan kualitas

7. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar

8. Mampu beroperasi dalam lingkungan berbahaya

9. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan

10.Memiliki realibilitas

11.Meningkatkan kapabilitas system komputer

12.Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap

dan mengandung ketidakpastian

13.Sebagai media pelengkap dalam pelatihan

14.Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah

15.Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan

2.4 Ciri-ciri Sistem Pakar

Ciri-ciri Sistem Pakar (Rohman, et al. 2008) adalah :

a) Memiliki fasilitas informasi yang handal

(30)

c) Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer

d) Memilki kemampuan untuk belajar beradaptasi.

e) Bekerja secara sistematis berdasarkan pengetahuan dan mekanisme

tertentu.

f) Pengambilan keputusan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu dan dapat

merespon masukkan user (melalui kotak dialog).

g) Dapat menalar data-data yang tidak pasti dan memberikan beberapa

alasan pemilihan.

h) Outputnya berupa saran atau anjuran.

2.5 Konsep Dasar Sistem Pakar

Konsep dasar system pakar meliputi enam hal sebagai berikut :

1. Kepakaran (expertise)

Kepakaran adalah pengetahuan yang ekstensif (meluas) dan spesifik yang

diperoleh melalui rangkaian pelatihan, membaca, dan pengalaman. Pengetahuan

membuat pakar dapat mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih cepat

daripada non-pakar dalam memecahkan problem yang kompleks. Kepakaran

mempunyai sifat berjenjang, pakar top memiliki pengetahuan lebih banyak dari

pada pakar junior.

2. Pakar (Expert)

Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman, metode

khusus, serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberi nasihat

dan memecahkan masalah. Misalnya seorang dokter, penasehat keuangan, pakar

mesin mobil, dan lain-lain.

3. Pemindahan Kepakaran (Tranfering Expertise)

Untuk memindahkan kepakaran dari seorang pakar kedalam komputer,

kemudian ditranfer kepada orang lain yang bukan pakar.

4. Inferensi (Inferencing)

Sebuah prosedur yang mempunyai kemampuan dalam melakukan penalaran

yang ditampilkan kesuatu komponen yang disebut mesin inferensi yang

mencakup prosedur-prosedur mengenai pemecahan masalah.

(31)

Yaitu pengetahuan disimpan terutama dalam bentuk rule, sebagai

prosedur-prosedur pemecahan masalah.

6. Kemampuan menjelaskan (Explanation Capability)

Untuk memeriksa penalaran yang dibuatnya sendiri dan menjelaskan

operasi-operasinya. Karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh system pakar

berbeda dengan system konvensional.

Perbedaan ini ditunjukkan pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar (Rohman, et al. 2008)

Sistem Konvensional Sistem Pakar Informasi dan pemrosesan umumnya

digabung dlm satu program sequential

Knowledge base terpisah dari

mekanisme pemrosesan (inference)

Program tidak pernah salah (kecuali

programer-nya yang salah)

Program bisa saja melakukan

kesalahan

Tidak menjelaskan mengapa input

dibutuhkan atau bagaimana hasil

diperoleh.

Penjelasan (explanation) merupakan

bagian dari ES

Membutuhkan semua input data Tidak harus mambutuhkan semua

input data atau fakta

Perubahan pada program merepotkan Perubahan pada rules dapat dilakukandengan mudah

Sistem bekerja jika sudah lengkap Sistem dapat bekerja hanya dengan

rules yang sedikit

Eksekusi secara algoritmik (

step-by-step)

Eksekusi dilakukan secara heuristic

dan logik

Manipulasi efektif pada database yang

besar

Manipulasi efektif pada

knowledge-base yang besar

Efisiensi adalah tujuan utama Efektifitas adalah tujuan utama

(32)

Menangkap, menambah dan

mendistribusi data numerik atau

informasi

Menangkap, menambah dan

mendistribusi pertimbangan

(judgment) dan pengetahuan

2.6 Komponen Sistem pakar

Sebuah program sistem pakar terdiri atas beberapa komponen (Widiastuti, et al. 2009)

yaitu:

a. Basis Pengetahuan ( knowledge base )

Basis pengetahuan merupakan inti program sistem pakar karena basis pengetahuan ini

merupakan representasi pengetahuan ( knowledgerepresentation ) dari seorang pakar.

Sementara tahap pengembangan basis pengetahuan itu sendiri meliputi (Yudatama.

2008) :

a. Mendefinisikan kemungkinan penyelesaian. Dalam tahap ini yang dilakukan

adalah menentukan domain pengetahuan ke dalam daftar kemungkinan

penyelesaian jawaban, pilihan atau rekomendasi lain.

b. Mendefinisikan data masukan. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah

identifikasi dan mendaftar semua data yang diperlukan sistem.

c. Pengembangan garis besar. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah menambah

domain penyelesaian dan data masukan yang diperlukan untuk mengatasi

kesulitan dalam menulis aturan.

d. Menggambar pohon pengetahuan, dalam tahap ini yang dilakukan adalah

membuat kontruksi sebuah pohon keputusan dan pencarian.

e. Membuat matrik akuisisi pengetahuan. Dalam hal ini yang dilakukan adalah

membuat akuisisi basis pengetahuan pengetahuan berbentuk sebuah matrik.

f. Pengembangan software, dalam hal ini yang dilakukan adalah menulis basis

pengetahuan yang sudah ada dan siap digunakan kedalam bahasa yang

dimengerti oleh komputer.

b. Basis Data

Basis data adalah bagian yang mengandung semua fakta, baik fakta awal pada saat

sistem mulai beroperasi maupun fakta yang didapatkan pada saat pengambilan

kesimpulan sedang dilaksanakan.

c. Mesin Inferensi

Mesin inferensi adalah bagian yang mengandung mekanisme fungsi berfikir dan

(33)

menganalisa suatu masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau

kesimpulan yang terbaik. mesin inferensi merupakan komponen terpenting dalam

sistem pakar. Di dalam mesin inferensi terjadi proses untuk memanipulasi dan

mengarahkan kaidah, model dan fakta yang disimpan pada basis pengetahuan

dalam rangka mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam sistem pakar terdapat dua

strategi dalam mesin inferensi, yaitu strategi penalaran dan strategi pengendahan.

Terdapat 2 (dua) kelas strategi penalaran yaitu strategi penalaran pasti (exact

reasoning mechanism) dan strategi penalaran tidak pasti (inexact reasoning

mechanism). Berbagai contoh strategi penalaran pasti mencakup modus ponens dan

modus tollens. Kaidah modus ponens dapat digambarkan sebagai berikut

(Rangkuti, et al. 2009) :

A—> B

A

B

Artinya Apabila ada kaidah A dan B dan diketahui bahwa A benar, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa B benar.

Kaidah modus tollens pada prinsipnva merupakan kebalikan dan kaidah modus

ponens.

A—> B

NOT B

NOT A

Kaidah jika A maka B dan diketahui B salah, maka dapat disimpulkan bahwa A

salah.

Mesin inferensi berperan sebagai pemandu proses penalaran terhadap suatu

kondisi dan didalam setiap prosesnya menggunakan strategi penalaran dan strategi

pengendalian. (Tentua. 2010).

d. Antar Muka Pemakai (User Interface)

Antar muka pemakai adalah bagian penghubung antara program sistem pakar

dengan pemakai. Antar muka pemakai merupakan bagian software yang

menyediakan sarana untuk user agar bisa berkomunikasi dengan sistem. Antar muka

pemakai akan mengajukan pertanyaan dan juga menyediakan menu pilihan untuk

(34)

2.7 Arsitektur Sistem Pakar

Dalam pengembangan suatu Sistem Pakar, pengetahuan (knowledge) dapat berasal

dari seorang ahli, atau merupakan pengetahuan dari media seperti majalah, buku,

jurnal, dan sebagainya. Selain itu pengetahuan yang dimiliki Sistem Pakar bersifat

khusus untuk satu domain masalah saja. Semakin banyak pengetahuan yang

dimasukan kedalam Sistem Pakar, maka sistem tersebut akan semakin baik dalam

bertindak, sehingga hampir menyerupai pakar yang sebenarnya.

Struktur Sistem Pakar terdiri atas dua bagian utama, yaitu lingkungan

pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation

environment). Lingkungan pengembangan digunakan untuk memasukkan

pengetahuan pakar kedalam lingkungan Sistem Pakar, sedangkan lingkungan

konsultasi digunakan pengguna bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar

(Saputra. 2011).

Arsitektur yang terdapat dalam Sistem Pakar terdiri dari antarmuka pemakai,

basis pengetahuan fakta dan aturan, akuisisi pengetahuan, mekanisme inferensi,

workplace, fasilitas penjelasan dan perbaikan pengetahuan. Seperti pada gambar

(35)

Gambar 2.2 Arsitektur Sistem Pakar (Wijaya. 2007)

2.8 Logika Fuzzy

Arti dari Fuzzy yaitu tidak tentu, kabur atau tidak jelas. Istilah fuzzy sets digunakan

untuk mengadaptasi konsep kekaburan ke dunia teknis. Bermula dari konsep dasar

inilah maka lahirlah salah satu cabang rekayasa yang dikenal dengan fuzzy enginering.

Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Lotfi Zadeh (UC Berkeley) pada tahun

1965, sebagai suatu cara matematis untuk menyatakan keadaan yang tidak menentu

(samar) dalam kehidupan sehari-hari. Ide ini didasarkan pada kenyataan bahwa di

dunia ini suatu kondisi sering diinterpretasikan dengan ketidakpastian atau tidak

memiliki ketepatan secara kuantitatif, misalnya: panas, dingin, dan cepat. Dengan

logika fuzzy, kita dapat menyatakan informasi-informasi yang samar tersebut (kurang

spesifik), kemudian memanipulasinya, dan menarik suatu kesimpulan dari informasi

tersebut. Logika fuzzy ini didasarkan pada teori fuzzy set atau himpunan fuzzy, yang

merupakan perkembangan dari teori himpunan klasik (Crisp). Konsep fuzzy ini

dikenal sejak penerapannya pada sistematika kontrol pada tahun 1980-an. Pada

dasarnya, logika fuzzy adalah suatu cara untuk memetakan ruang-ruang input ke dalam

suatu ruangan output yang sesuai. Ada banyak cara untuk memetakan ruang input ke

output ini, seperti dengan sistem linear, jaringan saraf, dan persamaan differensial.

Meskipun banyak cara selain fuzzy, namun fuzzy dianggap memberikan solusi terbaik

karena dengan menggunakan fuzzy akan lebih cepat dan lebih murah. Beberapa

keuntungan menggunakan logika fuzzy lainnya antara lain (Effendi. 2009) :

1. Konsep matematis yang mendasari penalarannya sederhana sehingga mudah

dimengerti

2. Memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat

3. Mudah untuk digabungkan dengan teknik-teknik kendali konvensional

4. Mampu memodelkan suatu sistem secara akurat

5. Pengenalan pola-pola secara mudah dan simpel

Pada sistem pakar perhitungan ketidakpastian dapat dilakukan dengan

beberapa metode, salah satunya adalah dengan logika Fuzzy. Logika Fuzzy merupakan

suatu logika yang memiliki nilai kekaburan atau kesamaran antara benar atau salah.

(36)

keanggotaan yang dimilikinya, logika Fuzzy memiliki derajat keanggotaan dalam

rentang 0 atau 1. Logika Fuzzy adalah salah satu cara yang tepat untuk memetakan

suatau ruang input ke dalam suatu ruang output, memiliki nilai kontinyu. Kelebihan

dari logika Fuzzy adalah kemampuan dalam proses penalaran secara bahasa (linguistic

reasioning), sehingga dalam perancangannya tidak memerlukan persamaan matematik

dari objek yang akan dikendalikan. Sedangkan pada logika Fuzzy terdapat sistem

inferensi Fuzzy yaitu sistem yang dapat melakukan penalaran dengan prinsip serupa

seperti manusia melakukan penalaran dengan nalurinya. Sedangkan pada metode

Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan berbentuk IF-Then harus direpresentasikan

dengan suatu himpunan Fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai

hasilnya, output hasil interferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (crisp) berdasarkan α-predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata berbobot. (Pujiyanta, et al. 2012).

Sistem fuzzy adalah sistem yang memiliki hubungan langsung dengan konsep

fuzzy (himpunan fuzzy, variable linguistik dan sebagainya). Karena sistem fuzzy

diberikan sekumpulan aturan if–then fuzzy yang diambil dari pengetahuan manusia,

maka sistem fuzzy juga disebut sistem berbasis pengetahuan (knowledge-based) atau

sistem berbasis aturan (rulebased). (Abadi, et al. 2006).

2.9 Himpunan Logika Fuzzy

Himpunan samar merupakan suatu group yang mewakili suatu kondisi atau keadaan

tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut (Sejati, et al.

2008) yaitu:

1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: MUDA,

PAROBAYA, TUA.

2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variable seperti: 40, 25, 50, dsb.

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy yaitu:

1. Variabel fuzzy. Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam

suatu sistem fuzzy. Contoh: umur, temperatur, harga dan lain-lain.

2. Himpunan fuzzy. Himpunan fuzzy merupakan suatu group yang mewakili suatu

(37)

Variabel umur terdiri atas 3 himpunan Fuzzy, yaitu: muda, parobaya, dan tua.

Variabel temperature terdiri atas 5 himpunan Fuzzy, yaitu: dingin, sejuk, normal,

hangat, dan panas.

Variabel harga terdiri atas 3 himpunan fuzzy, yaitu mahal, sedang dan murah.

3. Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk

dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Contoh:

Semesta pembicaraan untuk variabel umur: [0+~]

Semesta pembicaraan untuk variabel harga: [1+~]

Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik

(bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat

berupa bilangan positif maupun negatif. Ada kalanya nilai semesta pembicaraan ini

tidak dibatasi batas atasnya. Domain himpunan samar adalah keseluruhan nilai yang di

ijinkan dalam semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang

senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat

berupa bilangan positif maupun bilangan negatif.

2.10 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan

pemetaan titik-titik input data kedalam nilai keanggotaan yang memiliki interval

antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. (Fechera, et al. 2012).

Beberapa fungsi atau kurva yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

keanggotaan (Kusumadewi, et al. 2005).

1. Representasi linier

Pada representasi linier, pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan

sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang

baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas.

Ada dua keaadaan himpunan Fuzzy yang linier. Pertama, kenaikan

himpunan dimulai pda nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol [0]

bergerak kekanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan

(38)

Gambar 2.3. Representasi kurva naik

Kedua, merupakan kebalikan dari yang pertama. Garis lurus dimulai dari

nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak

menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah atau sering

disebut dengan kurva linear turun.

Gambar 2.4. Representasi kurva turun

(39)

2. Kurva segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linier)

seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.5. Representasi Kurva Segitiga

Fungsi keanggotaan:

3. Representasi kurva trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada titik yang

memiliki nilai keanggotaan 1.

Gambar 2.6. Representasi kurva trapesium

(40)

2. 11 Operator logika fuzzy

Operator logika fuzzy atau disebut operator dasar Zadeh yaitu operator AND, OR dan

NOT dikatakan sebagai operator-operator pengganti (compensatory operators), jika

operator-operator tersebut bekerja untuk menggantikan fungsi minimum, maksimum,

dan komplemen yang bekerja secara kaku. Berikut ini adalah operator-operator

alternatif yang didefinisikan dalam bentuk fungsi:

Interseksi µABA*B = gAND

(

µA

[ ] [ ]

xB y,k

)

.

Union µABA*B = gOR

(

µA

[ ] [ ]

xB y,k

)

. Komplemen µA' =gCOMP

(

µA

[ ]

x,k

)

. Dengan fungsi g adalah operator klas (k: tipe operasi aljabar) yang merepresentasikan

keluarga atau kelas yang berhubungan. (Widiastuti. 2012).

2. 12 Komponen-komponen Pembentuk Sistem Fuzzy

Sistem fuzzy terdiri dari 3 (tiga) komponen atau tahapan utama (Thendean, et al. 2008)

yaitu :

1. Fuzzifikasi/Fuzzyfication, mengubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya

bersifat pasti (crisp input) ke dalam bentuk fuzzy input, yang berupa nilai

linguistic yang semantiknya ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan tertentu.

2. Inferensi/Inference, melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules

yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output.

Secara sintaks suatu fuzzy rule dituliskan sebagai berikut :

IF antecendent THEN consequent.

Metode-metode di bawah ini merupakan metode inferensi yang dipergunakan dalam

fuzzy (Wahyu, et al. 2012) :

a. Metode Tsukamoto

Setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus

direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan

yang monoton. Sebagai hasilnya output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas berdasarkan α-predikat. Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot.

Misalnya ada dua variabel input yaiyu x dan y serta satu variabel output Z.

(41)

terbagi atas himpunan B1 dan B2. Variabel z juga terbagi atas dua himpunan

Gambar 2.7 Inferensi dengan menggunakan Metode Tsukamoto. (Rakhman, et al. 2012)

b. Metode Mamdani

Sering dikenal dengan nama Metode Max-Min. Metode ini diperkenalkan oleh

Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk mendapatkan output, diperlukan 4

tahapan:

1. Pembentukan himpunan fuzzy

Pada Metode Mamdani, baik variabel input maupun variabel output dibagi

menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy.

2. Aplikasi fungsi implikasi (aturan)

Pada Metode Mamdani, fungsi implikasi yang digunakan adalah Min.

(42)

3. Komposisi aturan

Aturan tidak seperti penalaran monoton, apabila sistem terdiri-dari

beberapa aturan,maka inferensi diperoleh dari kumpulan dan korelasi

antar aturan. Ada 3 metode yang digunakan dalam melakukan inferensi

sistem fuzzy, yaitu: max, additive dan probabilistik OR (probor).

4. Penegasan (deffuzy)

Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang

diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang

dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy

tersebut. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range

tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crsip tertentu sebagai output

c. Metode Sugeno

Penalaran ini hampir sama dengan penalaran Mamdani, hanya saja output

(konsekuen) sistem tidak berupa himpunan fuzzy melainkan berupa konstanta

atau persamaan linear. Metode ini disebut juga dengan sebutan

Takagi-Sugeno-Kang yang diperkenalkan pada tahun 1985.

3. Deffuzifikasi/Deffuzification, mengubah fuzzy output menjadi crisp rule

berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan. Terdapat beberapa metode

defuzzifikasi, diantaranya adalah :

a.Centroid Method disebut juga dengan Center of Area / Center of Gravity

b.Height method, dikenal dengan prinsip keanggotaan maksimum karena metode

ini secara sederhana memilih nilai crisp yang memiliki derajat keanggotaan

maksimum yang hanya dapat digunakan untuk sebuah singletone. Metode ini

merupakan yang paling sederhana dan paling cepat karena hanya nilai-nilai

puncak dari himpunan fuzzy yang dimodifikasi yang diambil dalam

pertimbangan (Kermiche, et al. 2006).

c.First (or last) of Maxima, merupakan generalisasi dari Height method untuk

kasus dimana fungsi keanggotaan output memiliki lebih dari satu nilai

maksimum.

d.Mean-Max method, Middle of Maxima, merupakan generalisasi dari Height

method untuk kasus dimana terdapat lebih dari satu nilai crisp yang memiliki

(43)

e.Weighted Average, metode ini mengambil nilai rata-rata dengan menggunakan

pembobotan berupa derajat keanggotaan.

Sementara proses atau langkah-langkah yang digunakan pada logika fuzzy

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.8 Proses Logika Fuzzy (Laksono, et al. 2011) Masukan

Fungsi Keanggotaan

Fuzzyfikasi

Evaluasi Rule

Defuzzifikasi Fuzzy Input

Fuzzy Output Masukan Crisp

(44)

z =

z =

2.13 Perbandingan Cara Kerja Logika Fuzzy

Perbandingan antara metode fuzzy Tsukamoto, metode fuzzy Mamdani dan metode

Fuzzy Sugeno antara lain:

a. Metode Fuzzy Tsukamoto

1. Saat proses evaluasi aturan dalam mesin inferensi, metode fuzzy Tsukamoto

menggunakan fungsi implikasi MIN untuk mendapatkan nilai α-predikat

tiap-tiap rule (α1, α2, α3,.... αn). Masing-masing nilai α-predikat digunakan untuk

menghitung hasil inferensi secara tegas (crisp) masing-masing rule (z1, z2,

z3,.... zn).

2. Proses defuzzyfikasi pada metode Tsukamoto menggunakan metode rata-rata

(Average) dengan rumus berikut:

Σα1.z1 Σα1

b. Metode Fuzzy Mamdani

1. Saat melakukan evaluasi aturan dalam mesin inferensi, metode Mamdani

menggunakan fungsi MIN dan komposisi antar-rule menggunakan fungsi

MAX untuk menghasilkan himpunan fuzzy baru.

2. Proses defuzzyfikasi pada metode Mamdani menggunakan metode Centroid

dengan rumus berikut:

∫ μ(z).z dz ∫ μ(z)��

c. Metode Fuzzy Sugeno

Penalaran dengan metode Sugeno hampir sama dengan penalaran Mamdani, hanya

saja output (konsekuen) sistem tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa

konstanta atau persamaan linear.

1. Model Fuzzy Sugeno Orde-Nol

Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno Orde-Nol adalah:

IF (x1 is A1) • (x2 is A2) • (x3 is A3) • ... • (xN is AN) THEN z=k

dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, dan k adalah suatu

(45)

2. Model Fuzzy Sugeno Orde-Satu

Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno Orde-Satu adalah:

IF (x1 is A1) • ... • (xN is AN) THEN z = p1*x1 + … + p N*xN + q

dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, dan pi adalah suatu

konstanta (tegas) ke-i dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen.

Apabila komposisi aturan menggunakan metode Sugeno, maka deffuzifikasi

dilakukan dengan cara mencari nilai rata-ratanya.

2.14 Riset Terkait

Dalam analisis kualitas batik, dengan menggunakan fuzzy expert system atau system

pakar berbasis pemakai pada PT. Batik Semar cabang Medan, dalam kasus ini, setelah

peneliti mengkaji dalam beberapa hasil penelitian yang berbeda yang dapat

memberikan kontribusi yang baik. Diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penelitian Terkait

Tahun Penulis Penjelasan Penelitian

2012 Pujianta, et al.

Jurnal Informatika

Membangun sebuah system pakar yang

dapat digunakan untuk menentukan

jenis penyakit hati, serta memberikan

informasi kepada masyarakat tentang

penyakit hati dari gejala, penyebab dan

solusinya. Adapun langkah-langkah

yang digunakan yaitu menggunakan

forward chaining dan logika yang

digunakan adalah system inferensi fuzzy

metode Tsukamoto. Tahap

pengembangan aplikasi diawali dengan

analisis data, perancangan system,

pengkodean (Coding) dengan

menggunakan Visual Basic 6.0 dan

Testing (pengujian system dengan Black

(46)

2012 Widiastuti.

Jurnal Komputer

dan Informatika

Memodelkan perilaku berjalan agen

sehingga menghasilkan kecepatan

berjalan yang dinamis. Adapun

langkah-langkahnya: Metode inferensi

yang digunakan adalah metode

Mamdani dan metode defuzzifikasi

Mean Of Maximum.

2012 Rakman, et al.

SNATI

Menghasilkan sebuah system

pendukung keputusan yang dapat

membantu mahasiswa dalam

menentukan konsentrasi studi.

2007 Moertini.

Disertasi ITB

Memaparkan algoritma klasifikasi data

mining, khususnya C4.5, untuk

mendalami algoritma ini, mengetahui

versi-versi turunannya dan hasil

penelitian yang sudah ada yang terkait

dengan upaya untuk mengembangkan

dan mengintegrasikan algoritma ini ke

dalam ORDBMS.

2005 Kusumadewi, et al.

Jurnal Media

Informatika

Merancang dan merealisasikan

perangkat lunak, yaitu membuat

program yang mampu menganalisa

masukan-masukan berupa

kriteria-kriteria permasalahan yang menjadi

pendukung suatu keputusan yang akan

diambil, sehingga software yang

dirancang mampu memberikan

(47)

2.15 Perbedaan Dengan Riset Yang Lain

Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba menganalisis dengan menggunakan

model fuzzy expert system yang dalam pemilihan kualitas batik dengan menggunakan

dengan penggabungan fuzzy logic tsukamoto dengan expert system melalui beberapa

kriteria yaitu harga, proses pembuatan, bahan, motif atau corak dan warna yang

disesuai dengan warna kulit pemakai dan faktor usia pemakai. Sedangkan tingkat

kepentingan kriteria tersebut diberikan preferensinya berdasarkan nilai linguistik dan

aturan rule yang telah ditentukan.

2.16 Kontribusi Riset

Peneliti berharap dengan menggunakan model fuzzy expert system dalam pemilihan

kualitas batik dengan menggunakan penggabungan fuzzy logic tsukamoto dengan

expert system, akan mampu memberikan hasil analisis yang optimal dalam pemilihan

(48)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada tahapan rancangan ini, peneliti akan memberikan sebuah bentuk gambaran dari

pendekatan model Fuzzy Expert System (FES) dengan metode Tsukamoto untuk

mengidentifikasi pemakai batik berbasis pemakai pada P.T. Batik Semar Cabang

Medan. Data input berupa warna kulit pemakai, usia, rencana kegiatan pemakaian

batik serta kemampuan harga pembelian batik. Hasil akhir yang diharapkan adalah

pemakai batik akan dapat mengetahui tingkat kesesuaian motif dan warna batik yang

sesuai dengan usia dan warna kulit untuk dipakai dalam berbagai acara atau kegiatan

tertentu berdasarkan inventaris variabel yang telah ditetapkan.

3.1Rancangan Penelitian

Dalam pembuatan sistem FES berbasis pemakai pada P.T. Batik Semar Cabang

Medan dilakukan beberapa tahapan seperti yang terlihat pada diagramGambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram FES Berbasis Pemakai Start

Perhitungan Tingkat Kepentingan

Perhitungan Tingkat Kesesuaian

Pemakai Batik

(49)

3.2Flow Chart Sistem

Flow Chart mencari kesesuaian pemakai batik dapat dilihat seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Flow Chart Kesesuaian Pemakai Batik Hitung Derajat Keanggotaan Setiap Data(μ)

i=i-1,ß=ß-1 Rule Pemakai Batik (ß)

Defuzzifikasi (Z) = Nilai Kepentingan Setiap Data(£)

No

Start

Data Pemakai Batik (i), Variabel

Inferensi

P hi P dik S i D ( )

i=0 ? or ß=0

Yes

Stop

Kesesuaian Pemakai Batik (Ʊ)

Expert System

(50)

Pada Gambar 3.2 di atas menjelaskan alur suatu model fuzzy expert system

berbasis pemakai yang memiliki beberapa kriteria atau variabel yang bersifat statis

(fuzzy) dan bersifat dinamis (expert system) yang akan dikombinasikan menjadi suatu

keluaran (output). Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Mendefinisikan masalah yaitu dapat mengetahui tingkat kesesuaian motif dan

warna batik yang sesuai dengan data pemakai (i) yaitu usia, kemampuan harga,

kegiatan pemakaian batik dan warna kulit untuk dipakai dalam berbagai acara atau

kegiatan tertentu pada P.T. Batik Semar Cabang Medan.

2. Fuzifikasi, yaitu pemetaan nilai input yang merupakan nilai tegas ke dalam fungsi

keanggotaan himpunan fuzzy untuk kemudian diolah di dalam mesin penalaran.

3. Inferensi, yaitu melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rule

yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output.

4. Defuzifikasi, yaitu pemetaan dari himpunan fuzzy ke himpunan tegas dengan nilai

kepentingan pemakai batik (£) yang diambil dengan metode rata-rata.

5. Dari nilai (£) dilakukan penalaran secara expert system kesesuaian batik dengan

pemakai dengan aturan yang sudah ditentukan oleh P.T. Batik Semar Cabang

Medan.

6. Hasil akhir yang diperoleh dari penalaran adalah informasi kesesuaian pemakai

dengan batik-batik tertentu (Ʊ).

Variabel yang bersifat statis merupakan suatu bentuk model statis berdasarkan

nilai linguistik dari tiap – tiap variabel pada suatu kondisi yaitu harga batik dan usia

pemakai yang disesuaikan, maka nilai linguistik yang disesuaikan tersebut akan

dipresentasikan menggunakan bilangan fungsi keanggotaan, sehingga menghasilkan

fuzzy output dengan inferensi yang digunakan adalah metode Tsukamoto. Dan fuzzy

output tersebut akan menjadi crisp rule dengan metode deffuzifikasi yang digunakan

adalah metode rata - rata. Sedangkan variabel yang bersifat dinamis merupakan suatu

model dinamis berdasarkan rule dari tiap-tiap variabel pada suatu kondisi tertentu

(51)

Hasil akhir dari defuzifikasi yang berupa crisp value tersebut akan dikombinasikan

atau digabungkan dengan expert system berdasarkan rule yang telah ditentukan.

Dalam rancangan model fuzzy expert system terbagi menjadi dua bagian, yaitu

penalaran fuzzy (inferensi fuzzy) berdasarkan aturan fuzzy untuk setiap variabel serta

expert system. Kedua model tersebut saling berhubungan untuk mencapai hasil untuk

mengetahui tingkat kecocokan motif dan warna batik yang sesuai dengan usia dan

warna kulit untuk dipakai dalam berbagai acara atau kegiatan tertentu, dimana

manajemen model merupakan tahap awal dalam menganalisa masalah tersebut yang

diselesaikan melalui fuzzy logic yang akan menjadi suatu bentuk expert system yang

merupakan tahap akhir untuk mendapatkan alternatif terbaik.

Pada bagian manajemen basisdata diperlukan untuk mendukung proses

manajemen model melalui pengambilan data yang relevan seperti data harga batik dan

usia, sebagai nilai linguistik dengan parameter - parameter yang telah ditetapkan.

Sementara untuk pakar adalah orang yang ahli atau mengetahui sesuatu seperti ahli

batik.

Untuk dialog dalam model fuzzy expert system merupakan tahap akhir yang

diimplementasikan sebagai pembuktian untuk menguji model fuzzy expert system agar

dapat mengetahui sejauh mana hasil yang optimal yang akan diberikan oleh model

fuzzy expert system dalam penentuan untuk mengetahui tingkat kecocokan motif dan

warna batik yang sesuai dengan usia dan warna kulit untuk dipakai dalam berbagai

acara atau kegiatan tertentu.

Pada penelitian ini terbagi dua bagian antara lain mencari tingkat kepentingan

calon pemakaidalam penggunaan batik dalam berbagai acara atau kegiatan yang

diselesaikan dengan Fuzzy metode Tsukamoto serta kesesuaian pemakai dengan batik

yang diselesaikan dengan Expert System dimana hasil output Fuzzy akan menjadi

input pada proses Expert System. Tingkat kepentingan calon pemakai dalam

(52)

kegiatan acara pemakaian batik serta kesanggupan harga. Data diatas terangkum

dalam data input pemakai batik seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Pemakai Batik

No Field Keterangan

1 NmPemakai Nama Pemakai Batik

2 Usia Usia pemakai (1-100)

3 WarnaKulit Warna Kulit pemakai (Putih, Kuning,

Sawo matang, Coklat, Hitam)

4 Kegiatan Acara Formal, Pesta, Kerja, Santai

5 Harga Harga Batik (50.000 – 2.000.000)

Hasil yang diharapkan dari pemrosesan data pemakai batik dengan logika

fuzzy dan expert system adalah kesesuaian pemakai dengan batik-batik tertentu seperti

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kesesuaian Pemakai dengan Batik

No Nama

Pemakai

Warna

Kulit

Nilai

Kepentingan

Warna

Batik

Motif Bahan Kategori

Harga

1 Pemakai-1 xxx xx xxxx xxxxxxx xxxxx xxxxx

2 Pemakai-2 xxx xx xxxx xxxxxxx xxxxx xxxxx

3 Pemakai-3 xxx xx xxxx xxxxxxx xxxxx xxxxx

4 Pemakai-4 xxx xx xxxx xxxxxxx xxxxx xxxxx

(53)

3.3Fuzzifikasi

Proses Fuzzifikasi dengan metode Tsukamoto untuk mencari tingkat kepentingan

pemakai batik dilakukan dengan mengubah data-data variabel ke dalam bilangan

fuzzy dengan nilai antara 0 sampai 100. Data field pada Tabel 3.1 antara lain Usia,

warna kulit serta harga diolah dengan bilangan fuzzy antara lain seperti pada Tabel

3.3.

Tabel 3.3 Nilai Fuzzy Usia

No Nilai linguistik Nilai Bawah Nilai Atas

1 Sangat Tua 70 100

2 Tua 40 69

3 Sedang 20 39

4 Muda 10 19

5 Sangat Muda 0 9

Dari field warna kulit Tabel 3.1 diatas dapat dibentuk bilangan fuzzy untuk

warna kulit pemakai batik seperti pada Table 3.4.

Tabel 3.4 Nilai Fuzzy Warna Kulit

No Nilai linguistik Nilai Bawah Nilai Atas

1 Putih 80 100

2 Kuning 60 79

3 SawoMatang 40 59

4 Coklat 20 39

5 Hitam 0 19

Dari field harga Tabel 3.1 diatas dapat dibentuk bilangan fuzzy untuk harga

(54)

Tabel 3.5 Nilai Fuzzy Harga Batik

No Nilai linguistik Nilai Bawah Nilai Atas FuzzyNilai

Bawah

FuzzyNilai

Atas

1 SangatMahal 1.000.000 2.000.000 70 100

2 Mahal 500.000 999.999 40 69

3 Sedang 200.000 499.999 20 39

4 Murah 50.000 199.999 10 19

5 SangatMurah 0 49.999 0 9

Dari field bahan batik dapat dibentuk bilangan fuzzy untuk bahan batik seperti

pada Table 3.6.

Tabel 3.6 Nilai Fuzzy Bahan

No Nilai linguistik Nilai Bawah Nilai Atas

1 Sutra 90 100

2 Doby 70 89

3 Satin 50 69

4 Polyester 30 49

5 Katun 10 29

6 Shantung 0 9

Untuk memproses data dengan logika fuzzy, maka setiap variabel dimasukkan

pada himpunan fuzzy dimana setiap variabel terbagi atas 5 himpunan yaitu sangat

rendah (SR), rendah (R), sedang (S), tinggi (T) dan sangat tinggi (ST) dengan nilai

(55)

Tabel 3.7 Nilai Fuzzy Himpunan

No Nilai linguistik Nilai Bawah Nilai Atas

1 Sangat Tinggi (ST) 70 100

2 Tinggi (T) 40 69

3 Sedang (S) 20 39

4 Rendah (R) 10 19

5 Sangat Rendah (SR) 0 9

Nilai linguistik pada Tabel 3.7 dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Himpunan Fuzzy untuk Setiap Variabel pada Antaseden

3.4Inferensi (Inference)

Persamaan fungsi keanggotaan untuk setiap himpunan pada Gambar 3.3 adalah

sebagai berikut:

a. Himpunan Sangat Rendah (SR)

μSR(x)= ... (3.1)

b. Himpunan Rendah (R)

μR(x)= ... (3.2)

SR R S T ST

0 25 50 75 100

μ(x)

(56)

c. Himpunan Sedang (S)

μS(x)= ... (3.3)

d. Himpunan Tinggi (T)

μT(x)= ... (3.4)

e. Himpunan Sangat Tinggi (ST)

μST(x)= ... (3.5)

Tingkat kesesuaian pemakai dengan batik dapat dilihat pada himpunan Fuzzy

untuk kesesuaian seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Himpunan Fuzzy untuk Kesuaian Pemakai Batik

0 50 75 100

μ(x)

0 1

Sesuai Tidak Sesuai

(57)

3.4.1 Inferensi Himpunan Usia

Dengan menggunakan persamaan 3.1 sampai 3.5 perhitungan inferensi himpunan usia

adalah:

If Usia [Sangat Tua]Then

If Usia <= 75 Then μSTUsia = 0

ElseIf Usia >= 75 And Usia <= 100 Then μSTUsia = (Usia - 75) / 25

End If

ElseIf Usia [Tua] Then

If Usia <= 50 Then μTUsia = 0

ElseIf Usia >= 50 And Usia <= 75 Then μTUsia = (Usia - 50) / 25

ElseIf Usia >= 75 And Usia <= 100 Then μTUsia = (100 - Usia) / 25

End If

ElseIf Usia [Sedang] Then

If Usia <= 25 Or Usia >= 75 Then μCUsia = 0

ElseIf Usia >= 25 And Usia <= 50 Then μCUsia = (Usia - 25) / 25

ElseIf Usia >= 50 And Usia <= 75 Then μCUsia = (75 - Usia) / 25

End If

ElseIf Usia [Muda] Then

If Usia <= 25 Or Usia >= 0 Then μRUsia = Usia / 25

Gambar

Gambar. 2.1 Aneka macam motif batik (Moertini, 2007)
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar
Gambar 2.4.  Representasi kurva turun
Gambar 2.6. Representasi kurva trapesium
+7

Referensi

Dokumen terkait