• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Gerakan Kerja Perempuan (2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Gerakan Kerja Perempuan (2014)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

GERAKAN PEKERJA

PEREMPUAN

SEHAT PRODUKTIF

(GP2SP)

Kerjasama antara:

Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Dalam Negeri RI

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan PA RI

Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia

Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(2)
(3)

KAlA PENGANlAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif ini selesai tersusun. Pedoman ini disusun dengan tujuan meningkatkan produktifitas kerja pekerja perempuan melalui perbaikan status gizi dan kesehatan. Program penanggulangan anemia gizi (Anemia Gizi Besi) dan permasalahan kesehatan pad a pekerja perempuan telah dilaksanakan di berbagai provinsi. Namun demikian agar pelaksanaan kegiatan berjalan lebih dinamis, perlu dilaksanakan suatu gerakan yang berkesinambungan serta memacu perusahaan agar lebih proaktif dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi pekerja perempuan .

"Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif" (GP2SP) ini

merupakan revitalisasi dari "Gerakan Pekerja Wanita Sehat

Produktif" (GPWSP) dan disusun oleh stakeholders terkait antara lain

Kemeterian Kesehatan RI, Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. GP2SP ini diharapkan mampu mningkatkan partisipasi pihak pemerintah dan perusahaan serta menggali potensi yang ada di masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dan gizi pekerja perempuan.

Buku Pedoman GP2SP ini, disusun untuk para pengusaha dan Tim GP2SP sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan terse but.

(4)

para pengelola di lapangan serta dapat meningkatkan derajat kesehatan pekerja perempuan.

Jakarta, 24 Agust 2012

Direktur Jend ral Bina Gizi dan KIA -...tKementeria

,

sehatan RI

Dr, dr. H. Siamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS

(5)

SAMBUTAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan dan mendukung pencapaian target Millenium Development Goals (MDG's) yang telah disepakati dunia internasional. Pemerintah, dunia usaha diharapkan dapat selalu meningkatkan produktivitas melalui upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. Partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena yang baru di Indonesia. Jumlah pekerja perempuan setiap tahun semakin meningkat. Namun, status kesehatan maupun gizi pekerja perempuan pada umumnya belum mendapat perhatian yang baik. Perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja serta kodrat perempuan sebagai pekerja masih belum mendapat perhatian sebagaimana yang kita harapkan. Selain itu upaya-upaya dalam meningkatkan status kesehatan dan gizi pekerja perempuan di perusahaan-perusahaan/tempat-tempat kerja juga masih dirasa kurang, sehingga dapat berdampak terhadap daya tahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Untuk meningkatkan produktivitas sangat diperlukan pekerja yang sehat dan produktif.

(6)

Dengan partisipasi pihak swasta dan dukungan dari berbagai pihak terkait, "Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produkfif(GP2SP) " dapat dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berkesinambungan dalam perbaikan kesehatan pekerja perempuan di Indonesia.

(7)

SAMBUTAN

DIRJEN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSIVIIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Penanggulangan Anemi Gizi (kekurangan zat besi) bagi pekerja perempuan adalah merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan dan daya tahan yang bersangkutan. Dengan tubuh yang sehat pekerja perempuan akan dapat bekerja lebih produktif yang merupakan syarat bagi kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Agar harapan tersebut di atas dapat dicapai secara maksimal, maka diperlukan buku "Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif, yang dapat dijadikan pegangan bagi para pelaksana baik di tingkat Pusat maupun daerah.

Saya menyambut baik diterbitkannya pedoman ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat dan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kepada tim yang telah berhasil menyusun buku pedoman ini, saya sampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

Jakarta, Oktober 2012

Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenaga Kerjaan

..

セ@
(8)
(9)

SAMBUTAN

DEPUTI BIDANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG

POLITIK, SOSIAL DAN HUKUM

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

PERLINDUNGAN ANAK

Pembinaan dan pemberian pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pekerja sangat bergantung atas kemauan baik dan kesungguhan

(Goodwill dan Commitment) pengusaha yang berhubungan langsung dan ikut bertanggungjawab atas kesejahteraan perempuan pekerja yang bekerja pad a unit usahanya.

Salah satu masalah yang secara reguler dihadapi oleh perempuan bekerja terkait dengan pelaksanaan fungsi reproduksi mereka berupa anemia atau kekurangan darah. Meskipun harga zat besi dan vitamin yang diperlukan untuk menanggulangi masalah anemia tersebut tidak

mahat namun pelaksanaannya tergantung goodwill dan commitment

dari pengusaha terse but di atas. Dalam menunaikan misi advokasinya Kementerian Pemberdayaan perempuan dan perlindungan Anak selalu mendorong terciptanya dua syarat terse but.

Oleh karena itu kami menyambut baik diterbitkannya keputusan bersama tentang Penaggulangan Anemi Gizi (Kekurangan Zat Besi) bagi Perempuan Pekerja dan Buku Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan dan Produktif untuk memudahkan pelaksanaannya. Kami berharap Pedoman ini dapat cepat sampai di tangan para pengusaha dan lembaga terkait baik swasta maupun pemerintah dan dapat segera dilaksanakan sehingga dapat bermanfaat bagi upaya pembinaan perempuan pekerja yang sehat dan produktif.

Jakarta, 3 Oktober 2012

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum

(10)
(11)

SAMBUTAN

KETUA UMUM DEWAN PENGURUS NASIONAL

ASOSIASI PENGUSAHA INDONESIA

Dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan kualitas tenaga kerja, baik dari segi ketangguhan fisik maupun keterampilan kerja. Bersamaan itu dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas, dunia usaha harus dipacu dalam melakukan efisiensi, memupuk produktivitas dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

APII\JDO sebagai wadah bagi para pengusaha dengan konsentrasi kegiatan bidang sumberdaya manusia dan hubungan industrial, senantiasa mendukung setiap upaya perbaikan derajat kesejahteraan tenaga kerja pada umumnya dan tenaga kerja perempuan pada khususnya, termasuk usaha penanggulangan anemia gizi, mengingat jumlah tenaga kerja perempuan yang berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional makin meningkat dan peran klh ususnya sebagai ibu keluarga.

Berkaitan dengan hal tersebut DPN-APINDO menyambut baik

diterbitkannya buku "Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat

Produktif". Penerbitan buku ini sudah barang tentu akan sangat

membantu dalam penyelenggaraan program di,lapangan. Sehubungan itu APINDO sebagai penyalur aspirasi para pengusaha mengharapkan agar pelaksanaannya di tingkat perusahaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien, sekian.

Jakarta, Oktober 2012

Dew Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha

In one ia

(12)
(13)

SAMBUTAN

KETUA UMUM DEWAN PIMPINAN PUSAT KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA

PADA PROGRAM PENINGKATAN KESEHATAN DAN GIZI PEKERJA PEREIVIPUAN

Upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja perempuan merupakan hal yang amat penting dan mendasar, karena kegiatan tersebut akan berdampak positif bagi peningkatan produktivitas pekerja Indonesia, khususnya pekerja perempuan, yang jumlahnya makin besar dan memegang peranan yang makin penting. Dalam jangka panjang perbaikan anemia gizi pekerja perempuan akan memberikan pula sumbangan bagi lahirnya anak-anak Indonesia yang lebih sehat dan lebih cerdas, suatu generasi yang diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi pendahulu.

Bagi Serikat Pekerja/Serikat Buruh, hal ini merupakan momentum yang sangat strategis untuk dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja khususnya perempuan, dimana peranan gizi bagi kesehatan tubuh sangat menentukan tingkat produktivitas, baik dalam kondisi haid maupun dalam kondisi hamil serta melahirkan.

Karena itu pada tempatnyalah saya menyambut gembira atas diterbitkannya buku "Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif" dan bagi Tim penyusun buku, saya ucapkan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pekerja perempuan.

Jakarta, 24 September 2012 Dewan Pimpinan Pusat

Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(14)
(15)

DAFTAR 151

Halaman

KATA PENGANTAR ...

SAM BUTAN... iii

DAFTAR 151... xiii

BAB I PEI\lDAHULUAI\I ... A. Latar Belakang ... B. Tujuan... 4

C. Sasaran ... 4

D. Pengertian ... 5

E. Landasan Hukum ... 7

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI... 9

A. Kebijakan ... 9

B. Strategi ... 9

BABIII PROGRAM GP2SP ... 11

A. Peningkatan status gizi pekerja perempuan... 11

B. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ... 27

C. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pekerja Perempuan... 29

D. Peningkatan Pemberian ASI selama Kerja di Tempat Kerja ... 31

BAB IV PENGORGANISASIAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 35 A. Organisasi... 35

(16)

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN GP2SP ... 39

A. Persia pan ... 39

B. Perencanaan... 42

C. Penggerakan Pelaksanaan ... 45

BAB VI PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI... 47

A. Pembinaan ... ... 47

B. Pemantauan ... 48

C. Evaluasi ... 50

BABVII PENUTUP... 51

DAFTAR SINGKATAN ... 52

LAMPIRAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(17)

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan memegang peranan penting, tanpa kesehatan tidak mung kin seseorang dapat meningkatkan produktivitas. Slogan

Health is not everything but without health everything is

nothing

merupakan cerminan pentingnya kesehatan dalam

pembangunan nasional utamanya dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya man usia. Dalam era globalisasi kualitas sumberdaya manusia sangat menentukan, tanpa SDM yang memadai tidak akan mung kin memenangkan persaingan . Oleh karena itu kita perlu memantapkan dan meningkatkan pembangunan dengan mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkannya diperlukan kesehatan dan gizi yang optimal disamping pemenuhan hak-hak reproduksinya.

Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 165 menyatakan bahwa Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja.

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data BPS tahun 2012 menunjukkan jumlah angkatan kerja telah mencapai 120,4 juta jiwa, 108,3 juta jiwa diantaranya telah bekerja dan 39,95 juta jiwa adalah pekerja perempuan.

(18)

International yakni terkait dengan target MDG's nomor 4 yaitu penurunan angka kematian anak dan nomor 5 yakni penurunan angka kematian ibu.

Derajat kesehatan dan status gizi bangsa Indonesia telah menunjukkan perbaikan pada berbagai indikator dampak kesehatan, seperti peningkatan umur harapan hidup, penurunan angka kematian ibu, penurunan angka kematian bayi dan angka kematian balita serta penurunan prevalensi gizi anak balita (SDKI, 2007, Susenas, 2007). I\lamun demikian, kita juga masih dihadapkan pada masalah Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Energi Kronik (KEK), dan Anemi Gizi Besi yang prevalensinya masih cukup tinggi serta mulai meningkatnya kasus

overweight. Pada pekerja perempuan masalah tersebut

memerlukan perhatian khusus karena masalah tersebut berdampak pada penurunan intelektualitas dan produktivitas yang akhirnya akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan nasional.

Saat ini pekerja perempuan, bekerja hampir di semua sektor. Pekerja perempuan mempunyai peran ganda, selain menjadi pekerja, juga mempunyai beban mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bertanggungjawab terhadap kualitas anak sebagai generasi penerus. Sesuai kodratnya, pekerja perempuan mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Kondisi ini memerlukan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang baik, agar generasi penerus terjamin kesehatannya.

(19)

kerjanya rata-rata 5% lebih rendah serta kapasitas kerjanya per minggu rata -rata 6.5 jam lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak anemia (Scholz, dkk, 1997; Untoro dkk, 1998). Anemia gizi besi juga mengakibatkan pekerja menjadi mudah sa kit, mudah terjadi kecelakaan sehingga angka absensi meningkat dan kemungkinan apabila hamil akan mempunyai risiko sa at melahirkan serta melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.

Permasalahan lainnya adalah tingkat pendidikan pekerja perempuan masih rendah. Data BPS tahun 2012 menunjukkan bahwa 37% berpendidikan SD ke bawah. Hal ini akan berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi. Disamping lingkungan yang kurang menguntungkan dimana biasanya tinggal di pemukiman yang kurang memperhatikan sanitasi, memungkinkan pekerja tersebut mengalami penyakit infeksi yang kronis seperti malaria,TBC, dan kecacingan.

Mengingat hal tersebut di atas, pemerintah sejak tahun 1996 telah menanggulanginya dengan menurunkan prevalensi anemia gizi besi pada pekerja perempuan . Salah satu upayanya adalah Kerjasama antara Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan (Binawas) Departemen Tenaga Kerja dan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Mayarakat Departemen Kesehatan telah menyepakati upaya penanggulangan anemia gizi bagi pekerja Perempuan dengan dikeluarkannya Keputusan Bersama Nomor Kep 22/BW/1996 dan Nomor 202/BM/DJ/BGM/II/1996 tanggal 13 Pebruari 1996 tentang "Penanggulangan Anemia Gizi (Kekurangan Zat Besi) bagi Pekerja Perempuan"

Selain itu sejak tahun 1997 telah dicanangkan Gerakan Pekerja Wanita Sehat Produktif (GPWSP). Gerakan ini lebih merupakan suatu upaya yang berkesinambungan baik dari pemerintah, masya ra kat maupun pengusaha u ntuk meng u paya kan peningkatan kesehatan pekerja perempuan.

(20)

lagi. Oleh karena itu dipandang perlu untuk merevitalisasi atau menggalakkan kembali gerakan ini. Demikian juga dengan pedoman GPWSP yang telah ada sejak tahun 1997, perlu ditinjau ulang mengingat makin banyaknya permasalahan kesehatan pekerja perempuan dan banyaknya perubahan kebijakan di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Berdasarkan hal tersebut diatas dipandang perlu adanya pedoman GP2SP yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan perusahaan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Meningkatkan status kesehatan dan gizi pekerja perempuan untuk mencapai produktivitas kerja yang maksimal.

2. Tujuan Khusus

a. Terselenggaranya GP2SP di tempat kerja

b. Mendorong tercapainya pemberdayaan di tempat kerja dalam penyelengaraan GP2SP

c. Mendorong pekerja untuk berperan aktif dalam

pelaksanaan GP2SP

d. Keterlibatan tim GP2SP dalam mendorong perusahaan

dan pekerja untuk melaksanakan GP2SP

C.

SASARAN

1. Sasaran langsung adalah seluruh pekerja perempuan dan

pengusaha/Pengelolal Pengurus Perusahaan/tempat kerja.

2. Sasaran tidak langsung merupakan penggerak GP2SP yang

berda di setiap jenjang admininstratif dalam bentuk Tim GP2SP, yang beranggotakan :

a. Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota;

b. APINDO;

(21)

ketenagakerjaan lainnya; d. BPJS Kesehatan;

e. BPJS Ketenagakerjaan;

f. Stakeholder terkait

D. PENGERTIAN

1. Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP) merupakan upaya dari pemerintah, masyarakat maupun pengusaha untuk menggalang dan berperan serta guna meningkatkan kepedulian dalam upaya memperbaiki kesehatan dan status gizi pekerja Perempuan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kualitas generasi penerus.

2. ASI Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

3. Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menu run tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru

4. Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen zat gizi yang

(22)

dapat berupa TTD program, TTD Mandiri, TTD generik dan TTD dengan merek dagang.

5. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

6. Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang pekerja kerja untuk menghasilkan prod uk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap pekerja selama sebulan. Seorang pekerja dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan pekerja lain dalam waktu yang sama.

7. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaah yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh.

8. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

(23)

mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

10. Usia Produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu

bekerja dan menghasilkan sesuatu, usia antara 15-64 tahun

E.

LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang No.23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak

3. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 , tentang Ketenagakerjaan

4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah

5. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan PP l\Jo. 33 Tahun 2012, tentang Pemberian ASI Eksklusif 6. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan (Binawas) Departemen Tenaga Kerja dan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Nomor Kep

22/BW/1996 dan Nomor 202/BM/DJ/BGM/II/1996 tanggal

13 februari 1996 tentang "Penanggulangan Anemia Gizi (Kekurangan Zat Besi) bagi Pekerja Perempuan

(24)

Menteri Kesehatan No 48/Men .PP/XII/2008, Nomor Per.27/Men/XII12008, Nomor 1177 IMenkes/PB/XII12008 tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Kerja di Tempat Kerja .

(25)

BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. KEBIJAKAN

1. Mendorong pekerja untuk berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan dirinya sehingga produktif

2. Mendorong pengusaha melaksanakan kewajiban dan

memberikan hak-hak pekerja dalam mewujudkan pekerja perempuan yang sehat dan produktif

3. Meningkatkan dukungan instansi terkait dan semua

pemangku kepentingan (Pemerintah, Pengusaha, Pekerja, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, APINDO, Serikat Pekerja/Serikat Buruh) dalam pelaksanaan GP2SP.

4. Meningkatkan peran pemerintah pusat dan daerah dalam

pembinaan dan pengawasan pelaksanaan GP2SP.

B. STRATEGI

Untuk terlaksananya GP2SP di setiap tempat kerja perlu didukung oleh Tim GP2SP selaku penggerak di setiap jenjang administratif. Adapun strategi penggerakannya sebagai berikut:

,. Mengintegrasikan GP2SP dalam program keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja;

2. Meningkatkan komitmen pengusaha, pekerja dan

pemangku kepentingan dalam melaksanakan GP2SP

3. GP2SP dilakukan secara berkesinambungan dengan

(26)

4. Menjadikan gerakan bersama yang terpadu dan saling menguntungkan

(27)

BAB III

PROGRAM GP2SP

Program GP2SP diarahkan pada pemenuhan kecukupan gizi pekerja perempuan, pemeriksaan kesehatan pekerja perempuan, pelayanan kesehatan reproduksi pekerja perempuan dan peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja.

A. PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI PEKERJA PEREMPUAN

Pekerja perempuan merupakan kelompok sasaran yang rawan terjadinya anemia gizi yang disebabkan oleh menstruasi, asupan gizi yang rendah, tingkat pengetahuan gizi yang kurang dan lain sebagainya. Kegiatan untuk pemenuhan kecukupan gizi pekerja perempuan melalui:

1. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, agar dapat menentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui:

a. Antropometri

Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (lMT) dengan rumus sebagai berikut :

BeratBadan /kg)

IAff

]MMMMMMMMMMMMMMMMセ|GセMMMMMMM
(28)

- - -

-Dari penghitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan klasifikasi sebagai berikut :

MMセ セM MM

< 17.0 Gili Kurang Sangat kurus

17.0 - 18.5 Gili Kurang Kurus

18.5 - 25.0 Gili Baik Normal Gemuk

> 25 .0 - 27.0 Gili Lebih

> 27.0 Gili Lebih Sangat Gemuk

Sumber: PUGS, 2005

Pengukuran IMT merupakan cara yang sederhana untuk menilai status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa berumur

>

'8 tahun

dan tidak dapat diterapkan pada perempuan hamil.

Agar status gizi pekerja perempuan di setiap perusahaan/tempat kerja dapat terpantau, maka budayakan pengukuran berat badan pekerja perempuan secara rutin 1 (satu) bulan sekali.

Setelah diketahui klasifikasi status gizi pekerja perempuan, intervensi yang tepat dapat diberikan dengan pengaturan menu makanan.

b. Pemeriksaan Klinis

(29)

survey). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda kekurangan salah satu atau lebih zat gizi, dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa mulut atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c. Pemeriksaan Biofisik

Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

d. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk pengukuran status gizi mikro. Pada umumnya yang dinilai adalah zat besi, vitamin, protein dan mineral.

2. Kebutuhan Gizi Pekerja Perempuan

Kebutuhan gizi pekerja perempuan yang dimaksud meliputi kebutuhan gizi untuk sehari, selama bekerja (8 jam) dan dalam keadaan khusus.

a. Kebutuhan Gizi sehari Pekerja Perempuan

(30)

Kebutuhan gizi pekerja selama sehari dipenuhi oleh pekerja selama di rumah dan di tempat kerja.

Sebelum mengatur menu makanan, terlebih dahulu perlu diketahui status gizi pekerja, kemudian memperhitungkan kebutuhan energi per hari dengan mengacu pada lampiran.1.

• Aktivitas

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang pekerja dapat digunakan untuk menentukan lamanya kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan kapasitas kerjanya. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan proporsi waktu kerja mengacu pada FAa/WHO (1985) yang dimodifikasi (WNPG VIII, 2004) sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.1 Pengelompokan Aktivitas pada Perempuan dan Laki-Iaki

I

II

I

, ' , ! セ@ ,

Ii

" , - ' , - - - -

-,''''0' " ,

1

=

-Ringan

Laki-Iaki

Perempuan

75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berp indah (moving)

1.58 1.45 Sedang

Laki-Iaki

Perempuan

25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75 % adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaaannya.

1.67 1.55

Berat

Laki-Iaki

Perempuan

40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusu s dalam bidang pekerjaannya.

1,88 1.75

[image:30.595.50.427.345.576.2]
(31)

Contoh jenis aktivitas berdasarkan pengelompokan beban kerja dapat diuraikan sebagai berikut: Beban kerja ringan: aktivitas kantor tanpa olahraga, aktivitas fisik yang tidak menguras tenaga, duduk memotong kedua ujung batang rokok (pada perempuan)

Beban kerja sedang : bekerja dimana harus naik turun tangga, olahraga ringan, pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api ke dalam kotak (pada perempuan)

Beban kerja berat: pekerjaan lapangan, pekerjaan kuli bangunan, driller, ngeprekl memecah batu (pada perempuan), berdiri mengangkat balok kayu

Usia

Dengan bertambahnya umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram be rat badannya.

• Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan)

Makin besar ukuran tubuh, semakin besar kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi ditentukan terutama oleh komponen lemak dari berat badan .

Jenis kelamin

Kebutuhan zat gizi antara laki-Iaki dan perempuan dewasa berbeda, terutama disebabkan oleh perbedaan komposisi tubuh (komponen lemak dan non-Iemak) dan jenis aktivitasnya.

(32)

serta persiapan produksi ASI

Keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia maka kebutuhan zat gizi lebih besar dari keadaan biasanya.

Keadaan lingkungan kerja; seperti suhu ekstrim, tekanan udara, radiasi dan bahan kimia meningkatkan kebutuhan zat gizi.

b. Kebutuhan Gizi Pekerja Perempuan selama Bekerja (8jam)

[image:32.595.118.434.319.583.2]

Setelah diketahui kebutuhan energi perhari, langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan energi selama waktu kerja (8 jam) dengan asumsi keadaan lingkungan dalam keadaan normal (suhu, tekanan udara, kelembaban) dan tubuh dalam kondisi sehatlnormal, kebutuhan energi dan protein pekerja perempuan adalah sebagai berikut:

Tabel.2 Kebutuhan Energi dan Protein $elama bekerja (8 jam)

Usia/jenis Kebutuhan energi (kkal) Kebutuhan protein (g)

pekerjaan Perempuan Perempuan

19-29 tahun

Ringan 720 20

Sedang 760 20

Berat 860 20

30-49 Tahun

Ringan 680 20

Sedang 720 20

Berat 820 20

50-64 tahun

Ringan 660 20

Sedang 700 20

Berat 800 20

(33)

c. Kebutuhan Gizi Menurut Kondisi Khusus Pekerja Perempuan

1) Pekerja Perempuan Selama Hamil

Pekerja perempuan yang hamil membutuhkan tambahan energi untuk perkembangan janinnya. Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang membutuhkan kalori ekstra sebesar:

• 180 kkallhari pada trimester I • 300 kkallhari pada trimester 2 dan 3

2) Pekerja Perempuan Selama Menyusui Seorang pekerja perempuan yang sedang menyusui membutuhkan energi tambahan untuk produksi ASI, energi yang perlu ditambahkan sebesar:

• 700 kkal/hari pada 6 bulan pertama

• 550 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya

3) Pekerja anemia gizi besi

Untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran hijau.

Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet tambah darah dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari.

4) Pekerja lembur, shift kerja

(34)

· .

⦅MiセO@ ': セGB@ Nセ@ " " "" - .I セB@ ' . , _ I" • •

berlaku pula bagi pekerja shift malam, termasuk pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00. contohnya: bubur kacang hijau, teh manis dengan roti isi selai, tahu isi, dll

5) Lingkungan Kerja Yang Berisiko

• Pada tempat kerja dengan suhu tinggi perlu diperhatikan kebutuhan air dan elektrolit yang dapat diperoleh dari garam dan sari buah.

• Pekerja yang pekerjaannya menggunakan

bahan kimia membutuhkan tambahan zat gizi.

• Pekerja yang berhubungan dengan bahan

radiasi perlu ditambahkan makanan dan minuman yang mengandung Se dan Zn, seperti banyak terkandung pada daging, hati, kacang-kacangan. 

3. Penyediaan Makanan Bagi Pekerja Perempuan

Setelah  mengetahui kebutuhan energi (kalori)  sehari  dan  selama  bekerja  (8  jam), perlu  dipikirkan  cara  memenuhi  kebutuhan  tersebut  dalam  menu  pekerja  sehari­hari.  Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta zat-zat  lain dalam tubuh perlu  diperhatikan proporsinya agar  seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : 

•  Karbohidrat (50­65% dari total energi) 

•  Protein (10­20% dari total energi) 

•  Lemak (20­30% dari total energi) 

Kebutuhan  energi  diterjemahkan  ke  dalam  porsi  bahan  makanan  seperti  pada  Lampiran 2.  Pemberian  makanan  utama  di tempat  kerja  dilakukan  sa at istirahat (4­5  jam  setelah  kerja)  diselingi  pemberian  kudapan  (makanan  selingan). 

(35)

a. Standar Porsi Makanan yang Memenuhi Kecukupan Gizi Pekerja

Standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori aktivitas fisik lihat lampiran.

b. Perencanaan Menu Makanan bagi Pekerja selama 8ekerja

Perencanaan menu pekerja merupakan serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi yang serasi untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja. Tujuan perencanaan menu sebagai pedoman dalam kegiatan pengolahan, mengaturvariasi dan kombinasi hidangan, menyesuaikan biaya yang tersedia, serta menghemat waktu dan tenaga.

Perencanaan menu dilakukan untuk beberapa hari atau yang disebut siklus menu, misalnya 5 hari atau 10 hari. Penyusunan menu berdasarkan siklus menu berfungsi untuk:

1) Variasi dan kombinasi bahan makanan dapat diatur, sehingga:

• Pekerja tidak bosan, karena terlalu sering menghidangkan jenis makanan tertentu

• Pada saat tertentu dapat dihidangkan makanan

kesukaan yang menjadi makanan favorit bagi pekerja

• Dapat menanamkan kebiasaan menyukai

berbagai macam-macam makanan. Kebiasaan makan yang baik akan mengurangi resiko terjadinya masalah gizi.

2) Makanan yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi pekerja. (Misalnya pada kondisi : Sakit, hamil atau menyusui)

(36)

tersedia, sehingga :Mengurangi adanya kebocoran dana dan dapat menghindari pembelian bahan makanan yang terlalu banyak atau berlebihan

4) Waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan sebaik-baiknya

5) Mengurangi beban mental, karena segala sesuatunya telah diatur jauh hari sebelumnya. Contoh menu makanan bagi pekerja selama bekerja (8 jam) lihat lamiran 3.

c. Cara pengelolaan makanan

Dalam menyediakan makanan bagi pekerja ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan dalam menetapkan tatalaksana dan penyelenggaraan makanan bagi pekerja diantaranya:

1) Kerjasama perusahaan dengan pekerja (swakelola) Perusahaan menyediakan sarana (tenaga, dana, peralatan, ruangan) dan pelaksanaan kegiatan dibebankan pada tenaga kerja.

2) Diborongkan kepada pihakjasa boga

• Perusahaan hanya menyediakan ruang makan

dan meja kursi saja. Dan sarana lain disediakan oleh jasa boga. Dengan demikian pihak jasaboga mengirim makanan jadi dalam jumlah besar.

• Perusahaan menyediakan dapur, ruang makan

dan peralatannya. Pihak jasa boga mempekerjakan pegawainya untuk pemaskan makanan.

• Perusahaan menyediakan dapur, ruang makan,

(37)

perjanjian resmi atas ketetapan yang telah disepakati. Unsur pengawasan kuatintas dan kualitas harus dari keduabelah pihak yang bersepakat.

3) Dengan kafetarial kantin

Pedagang yang telah mendapat izin dari perusahaan berkumpul disuatu tempat yang disediakan dan pekerja dapat menukar kupon dengan makanan yang dijajakan sesuai dengan keinginan.

4. Pencegahan dan penanggulangan Anemia Gizi Besi Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin (SE Menkes Nomor : 736a/Menkes/X1/1989), yaitu:

• Anak Balita 11 gram%

• Anak Usia Sekolah 12 gram%

• Wanita Dewasa 12 gram%

• Laki-Iaki dewasa 13 gram%

• Ibu Hamil 11 gram%

• Ibu menyusui > 3 bulan 12 gram%

Penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan di Indonesia dan merupakan masalah gizi utama salah satunya adalah anemia gizi besi (AGB). Anemia gizi tidak hanya . disebabkan oleh kekurangan besi tapi juga bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin B12, tembaga, dan folat.

(38)

dampak positif bagi peningkatan produktivitas kerja. Dalam jangka panjang, perbaikan anemia defisiensi gizi pekerja perempuan akan memberikan sumbangan lahirnya anak-anak Indonesia yang sehat dan cerdas. 

Beberapa kemungkinan yang  melatarbelakangi terjadinya  anemia antara lain: 

a.   Kekurangan  konsumsi  akibat  kurangnya  daya  beli  masyarakat untuk mengkonsumsi sumber sumber zat  besi, terutama dalam bentuk besi­hem. 

•   Secara  alamiah,  proses  penyerapan  besi  di  dalam  tubuh sangat terbatas. Jika mengkonsumsi sumber  zat besi dari protein nabati, yang bisa terserap hanya  sekitar 1­2% saja, sedangkan jika berasal dari protein  hewani, yang dapat terserap sekitar 10­20%, hal  ini  dapat  dikaitkan  dengan  ketersediaan  biologik  (bioavailability) sumber hewani yang  lebih tinggi  daripada sumber protein nabati. 

•   Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah 

makanan yang  berasal  dari  hewani  (seperti  ikan,  daging, hati, ayam, telur) 

•   Makanan nabati (dari tumbuh­tumbuhan) misalnya 

sayuran  hijau  tua,  walaupun  kaya  akan  zat  besi,  namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik  oleh  usus  akibat  ketersediaan  biologiknya  (bioavailability) yang rendah. sumber besi dari nabati  dapat  diperoleh  dari  serealia  tumbuk,  kacang-kacangan, sayuran  hijau dan  beberapa jenis buah. 

•   Pemenuhan  gizi  secara  seimbang  selain  dengan 

(39)

b. Gangguan absorbsi

Gangguan absorbsi pada umumnya dapat terjadi ketika terjadi penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gastro intestinal

c.

Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh

Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:

Kecacinga, Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit, tetapi jika terjadi terus-menerusakan mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi. • Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi dapat

memperberat keadaan anemianya.

• Haid dan atau persalinan. Kehilangan darah pada

waktu haid yang banyak dan atau persalinan berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah . Perdarahan hebat

• Perdarahan akut (mendadak)

Kecelakaan

• Pembedahan

• Pecah pembuluh darah

• Pendarahan kronik (menahun)

• Perdarahan hidung

• Wasir (hemoroid)

• Ulkus peptikum

• Kanker atau polip di salur,an pencernaan

• Tumor ginjal atau kandung kemih.

d. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

• Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan

remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam.

• Pada masa kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat

(40)

• Kebutuhan tubuh akan zat besi juga akan meningkat pada penderita penyakitmenahun seperti TBC.

e. Berkurangnya pembentukan/produksi sel darah merah Zat gizi yang berperan dalam pembentukan Hb diantaranya besi, protein, piridoksin (Vitamin B6), asam folat dan vitamin B12 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul Hb, vitamin C mempengaruhi absorbsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E mempengaruhi stabilitas membransel darah merah. selain itu, pembentukan sel darah merah dapat terhambat akibat adanya penyakit kronik.

f. Faktor keturunan

g. Meningkatnya penghancuran sel darah merah/sel darah merah prematurt, yangdisebabkan karena :

• Pembesaran limpa

• Kerusakan mekanik pada sel darah merah

• Reaksi autoimun terhadap sel darah merah, meliputi:

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis herediter, Elliptositosis herediter

• Kekurangan G6PO

• Penyakit sel sabit

• Penyakit hemoglobin C

• Penyakit hemoglobin S-C

• Penyakit hemoglobin E

• Thalasemia

Upaya penanggulangan anemia gizi bagi pekerja perempuan dilakukan melalui pemberian tablet tambah darah, obat cacing dan obat lainnya sesuai penyebabnya

a. Tata Cara Pelayanan:

(41)

dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet selama 10 (sepuluh) hari.

• Setiap calon pengantin wanita, dianjurkan

mengkonsumsi TTO sebelum pernikahan dengan dosis seminggu sekali 1 (satu) tablet selama 16 minggu (SK Oirjen Pembinaan Kesehatan

Masyarakat Nomor: 1656/BM/OJ/BGM/XI/97 tentang

Penanggulangan Anemia Gizi untuk Calon Pengantin Wan ita).

Wanita Usia Subur (WUS) dianjurkan minum TTO secara rutin dengan dosis 1 (satu) tablet setiap minggu.

• Ibu Hamil dianjurkan minum TTO dengan dosis 1

(satu) tablet setiap hari minimal 90 hari selama masa kehamilannya. Bila kadar Hb Ibu Hamil <11 gram%, diberikan 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya, dan 42 hari setelah melahirkan .

• Ibu Nifas dianjurkan minum TTO dengan dosis 1

(satu) tablet setiap hari dan 2 (dua) Kapsul Vitamin A 200.000 IU selama nifas (42 hari setelah melahirkan).

• Untuk pekerja Anemia Gizi Besi diberikan TTO

dengan dosis 60 mg 2x seminggu sampai anemia teratasi.

• Bagi pekerja yang menderita anemia karena

kecacingan dapat diberikan obat cacing 3 hari sebelum mulai diberikan tablet tam bah darah.

Preparat yang digunakan adalah Pyrantel Pamoate

dengan dosis tunggal 500 mg atau Mebendazole dengan dosis tunggal 500 mg atau preparat Albendazole dengan dosis tunggal400 mg. Untuk r,1encegah timbulnya kecacingan, diberikan obat cacing setiap 6 (enam) bulan sekali.

• Bagi pekerja perempuan untuk mencegah anemia,

(42)

b. Pengadaan Dan Distribusi Tablet

• Pengadaan TTD dilakukan oleh perusahaan.

• Distribusi TTD kepada seluruh pekerja perempuan

dilakukan melaui klinik perusahaan atau sasaran lain.

SKEMA PEMBERIAN TABLET TAM BAH OARAH

PAOA GP2SP 01 TINGKAT PERUSAHAAN

J

PEMERIKSAA

I

I

N

I

i

I

PENGOBATAN

Hb <89r%

セ@

I

PENGOBATAN

Hb 8-129r% I

l

Obat cacing dosis tunggal [image:42.595.59.425.174.526.2]

I

Tablet besi folat

1 x per minggu, Haid: 2 - 3 perhari selama 10 hari

I

Pemeriksaan Ulang Hb

f

I

PENGOBATAN

Hb >129r% I

j

Obat cacing dosis tunggal

I

I Tablet besi folat

1 x per minggu selama 16 minggu, Haid : 1 x 1 sehari perhari selama 10 hari

.----

---Hb tetap

turun

/

セ@

RUJUK Hb > 12 9

Cari penyebab %

(43)

B. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA PEREMPUAN

Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja disesuaikan dengan jenis pajanan di tempat kerja. Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi semua pekerja di lingkungan perusahaan baik pekerja tetap maupun kontrak yang meliputi:

1. Pemeriksaan Kesehatan Awal Bekerja

a) Pemeriksaan Kesehatan Pra kerja

Sebagai karyawan baru, pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum penempatan seorang calon pekerja pada suatu pekerjaan yang spesifik

b) Pra Penempatan

Pemeriksaan kesehatan pra penempatan dilakukan pada seorang pekerja yang dipindahkan ke pekerjaan lain dengan faktor risiko yang berbeda dengan sebelumnya.

2. Pemeriksaan Kesehatan Selama Bekerja

a) Pemeriksan Kesehatan Berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala menurut

Permenakertrans Nomor 02/Men/1980 perlu dilakukan

sekurang-kurangnya sekali dalam setahun bagi pekerja perempuan termasuk pemeriksaan Hb.

b) Pemeriksaan Kesehatan Khusus

• Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan apabila

(44)

• Pekerja perempuan berusia 40 tahun ke atas perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan khusus terkait dengan risiko kesehatan pada perempuan, seperti pemeriksaan Pap smear

3. Pemeriksaan Kesehatan Akhir 8ekerja

a) Pemeriksaan Kesehatan Pasca penempatan

Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan setelah pekerja selesai melaksanakan suatu tugas yang mengandung unsur yang berisiko terhadap kesehatan dan beralih ke tempat tugas yang lain.

b) Pemeriksaan Kesehatan Setelah Pensiun

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa semua aspek yang berhubungan dengan kesehatan pekerja selama masa pengabdiannya

Pemeriksaan kesehatan pekerja perempuan yang perlu dilaksanakan secara rutin adalah pemeriksaan Hb dan pemeriksaan status gizi dengan pengukuran antropometri terutama penimbangan berat badan. Pemeriksaan Hb dan pengukuran antropometri bagi pekerja perempuan dapat dilakukan di poliklinik perusahaan atau bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pendanaan untuk pemeriksaan kesehatan disediakan oleh perusahaan atau program BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan Asuransi Kesehatan lainnya

1. Penilaian status gizi dengan antropometri

• Dilakukan penimbangan berat badan secara rutin setiap bulan

• Berdasarkan hasil pengukuran berat badan hitung indeks masa tubuh pekerja perempuan, lakukan setiap bulan

• Nilai status gizi pekerja perempuan dengan menggunakan klasifikasi IMT, lakukan setiap bulan • Penilaian status gizi dilakukan oleh petugas/kader yang

(45)

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Hb sebagai berikut:

a. Untuk mengevaluasi hasil kegiatan program GP2SP, dianjurkan pemeriksaan Hb dilakukan selang 4 (em pat) bulan sekali, sebelum dan sesudah pemberian tablet

tambah darah. Dengan pemeriksaan Hb dapat ditapis

penderita anemia gizi yang harus diberikan pengobatan secara khusus (kuratif).

• Bila ditemui pekerja dengan kadar Hb <12g%, pemeriksaan Hb dilakukan 1 (satu) bulan sekali

untuk memantau perkembangan Hb sampai

dengan Hb normal (Hb >12 g%) sambil dicari penyebabnya.

Bilamana tidak ada peningkatan kadar Hb pada

pemeriksaan ke II, agar dirujuk ke tingkat yang lebih tinggi atau Rumah Sa kit.

• Bila ditemukan pekerja dengan kadar Hb <8 g%, perlu di rujuk ke tingkat yang lebih tinggi atau Rumah Sakit untuk mencari penyebab lainnya.

b. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar Hb

darah adalah metode Sahli atau Cyanmethemoglobin. Bila menggunakan metode Sahli, angka yang didapat perlu di konversi dengan faktor 1,13 kali. Contoh: hasil pemeriksaan Hb Sahli sebesar 10,5 g% dikonversi ke Hb Cyanmethemoglobin adalah 1 O,5x1, 13=11,9 g%

C. PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PEKERJA PEREMPUAN

Pelayanan kesehatan reproduksi pekerja perempuan meliputi pelayanan :

1. Sebelum hamil

(46)

c.

Pemeriksaan kesehatan alat reproduksi. Pekerja perempuan yang berusia 40 tahun ke atas perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan khusus terkait dengan risiko kesehatan pada perempuan, seperti pemeriksaan Pap smear yang dilakukan minimall (satu) kali setahun.

d. Konseling mengenai;

• Infeksi Menular Seksual (lMS) • Infeksi Saluran Reproduksi (lSR) • Gizi pekerja

e. Pemenuhan kecukupan gizi

f. Pemantauan BB/IMT

g. Pelayanan KB

h. Pemberian imunisasi TT bagi pekerja perempuan saat menjadi calon pengantin

2. Saat Hamil:

a) Promosi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan

tumbuh kembang janin

b) Pengaturan administratifterkait masalah ergonomi yang dapat mengganggu kehamilan, seperti bekerja sambi! berdiri terlalu lama, mengangkat beban berat, shift malam, kerja lembur, dll

c) Meningkatkan pengetahuan bahaya di tempat kerja

yang berpengaruh terhadap kehamilan serta penanggulangannya

d) Penempatan pada tempat kerja yang sehat dan aman dari bahaya yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin

e) Pemeriksaan kehamilan minimal4 kali selama kehamilan

f) Pemenuhan kecukupan gizi pekerja saat hamil

g) Konseling mengenai:

• Kehamilan

• Persiapan melahirkan

(47)

• ASI Eksklusif

h) Distribusi tablet tambah darah

3. Saat Melahirkan

a) Konseling gizi ibu menyusui dan ASI Ekslusif

b) Jaminan untuk persalinan di fasiltas kesehatan oleh tenaga kesehatan.

c) Mendapatkan cuti melahirkan

d) Mendapatkan buku KIA

e) Mengikuti Program Perencanaan Persalinan dengan

Pencegahan Komplikasi (P4K)

f) Mendapatkan jaminan penanganan bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayi

4. Pasca Melahirkan

a) Pelayanan KB pasca bersalin b) Memberikan ASI eksklusif

c) Konseling menyusui

d) Pemberian 2 kapsul vitamin A selama nifas

e) Pengetahuan bahaya di tempat kerja yang berpengaruh

terhadap ibu dan bayi

o.

PENINGKATAN PEMBERIAN ASI SELAMA WAKTU KERJA

01 TEMPAT KERJA

Ibu yang bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian AS\. Memberikan ASI merupakan hak pekerja perempuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Selain itu ASI merupakan hak anak, konvensi tentang hak anak mengatakan bahwa anak menyandang hak untuk hidup dan kepastian untuk dapat bertahan hidup dan tumbuh kembang yang optimal.

(48)

• Menurunkan angka absensi karena bayi yang diberikan ASI jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula .

• Ibu yang memberikan ASI mempunyai prestasi kerja yang

lebih baik dan produktivitas kerja lebih meningkat .

• Menghemat pengeluaran biaya pengobatan kesehatan bagi

bayi ASI eksklusif, karena telah terbukti bayi ASI eksklusif punya daya tahan tubuh yang baik sehingga jarang sakit dan dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula .

• Meningkatkan citra perusahaan.

Bentuk dukungan perusahaan/tempat kerja terhadap peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja adalah dengan menyediakan ruangan memerah ASI dan perlengkapannya, sebagai berikut:

1. Ruangan Memerah ASI

Luas ruangan minimal 3x4 m2 atau disesuaikan dengan jumlah yang sedang menyusui.

Tertutup, tersendiri dan bisa dikunci dari dalam. Bersih, cukup ventilasi, cahaya

Lantai keramik/semen/karpet/kayu

Washtafel dengan air mengalir dan sabun untuk cuci tangan.

Tidak bersebelahan dengan tOilet, gudang, dapur atau tempat wudhu.

Lokasi ruang mudah dijangkau dan aman dari bahaya lingkungan kerja.

Tata letak ruangan memerah ASI tersendiri atau bergabung dengan ruang lain

2. Alat yang dibutuhkan meliputi:

Refrigerator, bila belum memungkinkan dapat menggunakan termos es.

(49)

Dispenser (air panas dan dingin) Pompa ASI bila diperlukan Botol untuk menyimpan ASI

Cooler

box/tas

untuk membawa ASI perah

Alat pensteril botol Kursi dan meja

Kain pembatas pakai krey untuk memerah ASI Alat ukur tinggi badan dan berat badan

Washlap untuk kompres payudara Tempat sampah tertutup

Buku catatan, pendaftaran , Buku keluhan dan mengatasinya

3. Alat konseling

(50)
(51)

BAB IV

PENGORGANISASIAN, TUGAS DAN

TANGGUNGJAWAB

A. ORGANISASI

Organisasi dalam GP2SP meliputi organisasi di pemangku kepentingan dan perusahaan.

1. Organisasi Oi Pemangku Kepentingan

Tim GP2SP perlu dibentuk untuk menggalang kesepakatan dan terlaksananya GP2SP. Dalam menggerakan GP2SP perlu melibatkan berbagai lintas program dan lintas sektor terkait mulai dari Pusat sampai kepada kabupaten/kota. Diharapkan GP2SP dapat dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi, bertahap dan berkesinambungan. Tim GP2SP harus ada pada setiap jenjang administrasi. Anggota tim GP2SP dapat terdiri dari unsur pemerintah, APIf\lDO, PT.Jamsostek, BPJS Kesehatan dan serikat pekerja/serikat buruh, dan dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

2. Organisasi di Perusahaan

Pelaksanaan GP2SP di perusahaan, diserahkan pada divisi yang menangani Keselamatan dan kesehatan kerja atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan klinik perusahaan atau HRD yang menangani kesehatan kerja.

B. Tugas Dan Tanggungjawab

(52)

1. Kementerian Kesehatan RI

a. Membentuk tim GP2SP di tingkat pusat;

b. Menyusun kebijakan terkait dengan GP2SP;

c.

Melakukan Advokasi dan Sosialisasi kegiatan GP2SP;

d. Menyediakan petugas terlatih dan melakukan pelatihan

tentang kegiatan GP2SP;

e. Melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi

kegiatan GP2SP;

f. Menyusun dan menyebarluaskan media Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi tentang GP2SP; dan

g. Mendorong terbentuknya Program dan sarana GP2SP

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2. Kementerian Dalam Negeri RI

a. Mendorong pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/kota dalam pelaksanaan GP2SP di pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten I Kota; b. Melakukan sosialisasi dan fasilitasi dalam rangka menciptakan komitmen pemerintah daerah dalam program GP2SP; dan

c.

Mendorong terbentuknya Program dan sarana GP2SP

di pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

a. Melakukan Advokasi dan Sosialisasi kegiatan GP2SP;

b. Mendorong pengusaha/pengurus, Asosiasi Pengusaha,

Serikat Pekerja/Serikat Buruh mengintegrasikan program GP2SP dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; 

c.

Melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan 

program GP2SP  sebagai  bagian dari  pembinaan dan  pengawasan ketenagakerjaan; 

d.   Menyusun dan menyebarluaskan  media Komunikasi, 

Informasi,  dan  Edukasi  tentang  GP2SP;  dan 

e.   Mendorong terbentuknya Program dan sarana  GP2SP 

(53)

4. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI

a. Melakukan advokasi dan sosialisasi pada sektor terkait pemerintah daerah dan lembaga masyarakat tentang pengarusutamaan gender dan kebijakan perlindungan perempuan dalam ketenagakerjaan.

b. Mendorong Institusi yang membidangi pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengarusutamaan gender dan perlindungan perempuan dalam ketenagakerjaan; dan

c.

Menyusun dan menyebarluaskan media Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi tentang kebijakan perlindungan perempuan dalam ketenagakerjaan.

S. Pemerintah Provinsi

a. Melakukan TOT bagi petugas di Kabupaten/Kota tentang kegiatan GP2SP.

b. Penyediaan dan penyebarkuasan data dan informasi terkait dengan GP2SP.

c.

Dukungan sumber daya untuk pelaksanaan GP2SP.

d. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan GP2SP.

6. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan kegiatan GP2SP.

b. Menggerakan dan menyediakan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan GP2SP.

c.

Melaksanakan kegiatan GP2SP yang telah disepakati

bersama.

7. Apindo

a. Mendorong dan memotivasi pengusaha dalam pelaksanaan program GP2SP.

b. Membantu memfasilitasi penyediaan sarana dan prasaran yang diperlukan untuk pelaksanaan program GP2SP.

c.

Mensosialisasikan program GP2SP bersama tim terkait
(54)

d . Bersama dengan serikat pekerja membuat perjanjian kerja bersama untuk melaksanakan program GP2SP. e. Mendukung pelaksanaan pemberian penghargaan bagi perusahaan yang telah berhasil melaksanakan program GP2SP.

8. Serikat Pekerja ISerikat Buruh

a. Bersama tim mensosialisasikan program GP2SP kepada pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh. b. Bersama pengusaha membuat perjanjian kerja bersama

untuk melaksanakan kegiatan GP2SP.

9. BPJS Ketenagakerjaan dan atau Asuransi Lain Yang

Ditunjuk Perusahaan

a. Menyediakan Suplemen gizi, obat-obatan (malaria, TBC, cacing) dan peralatan konseling untuk mendukung pelaksanaan kegiatan GP2SP

b. Memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja perempuan yang meliputi:

• Pemeriksaan kesehatan berkala

• Pemeriksaan kehamilan/ANC

• KB

• Jaminan persalinan di fasilitas kesehatan

• Post Natal Care

10. Tempat Kerja

a. Melaksanakan kegiatan program GP2SP.

b. Membina dan mendorong pekerja perempuan agar mendukung terlaksanya program GP2SP berjalan dengan baik.

c. Membina dan mendorong mitra kerja, agar mendukung

terlaksanya program GP2SP berjalan dengan baik. d. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan program GP2SP.

(55)

BABV

PELAKSANAAN KEGIATAN GP2SP

Pelaksanaan kegiatan GP2SP dilakukan dengan beberapa tahap yakni persia pan, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Dilaksanakan secara bertahap agar implementasi kegiatannya lebih terarah dan terkoordinasi dengan baik. Tujuan pelaksanaan kegiatan GP2SP sangat tergantung dari implementasi ruang lingkup kegiatan GP2SP yang telah dibahas dan dikemukakan pada bab sebelumnya. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan GP2SP ini adalah sebagai berikut:

A. PERSIAPAN

Persiapan dalam menggerakan GP2SP di tempat kerja oleh tim GP2SP di pusat, provinsi dan kabupaten/kota meliputi:

1. Menyiapkan tim yang akan menggerakan GP2SP

2. Menyiapkan metode yang akan digunakan untuk

menggerakan GP2SP melalui kegiatan: a. Advokasi dan Sosialisasi

b. Seminar/lokakarya

c. Pemasaran sosial, Kegiatan pemasaran sosial dilakukan

melalui:

Pencanangan dan pelaksanaan gerakan Kampanye

Tayangan/siaran melalui media elektronik dan media cetak (TV, Spot, Radiospot dll).

d . Fasilitasi

e. Pengawasan dan pembinaan

f. Monitoring dan evaluasi

3. Menyiapkan dan mengembangkan materi serta bahan untuk

(56)

Pemeriksaan kesehatan pekerja perempuan Kesehatan reproduksi pekerja perempuan

Pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja

4. Menyiapkan sasaran dan lokasi pelaksanaan advokasi,

sosialisasi Seminar/lokakarya dan pemasaran sosial yang terdiri dari:

Perusahaan/tempat kerja SPSI

Lintas program dan lintas sektor terkait

Persia pan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melaksankan GP2SP, meliputi:

1. Dukungan pimpinan perusahaan terhadap GP2SP, meliputi:

a. Kebijakan tertulis mengenai GP2SP yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan

b. Sumber daya manusia

Perusahaan perlu membentuk tim pelaksana atau menunjuk petugas untuk mengelola dan menjalankan program GP2SP

c. Dana

Sumber dana untuk pelaksanaan GP2SP dapat bersumber dari: APBN, APBD, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan atau perusahaan asuransi lainnya, Sumber Lain yang tidak mengikat dan perusahaan

d. Perlengkapan

Perlengkapan yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan GP2SP meliputi:

1) Perlengkapan peningkatan Status Gizi Pekerja

Perempuan

(57)

seperti: timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan

• Tablet tambah darah

• Suplemen Vitamin A

• Obat (acing

• Alat penyuluhan terkait Gizi seperti Food Model

• Materi penyuluhan seperti: Pedoman Umum

Gizi Seimbang, Gizi bagi Perempuan Pekerja, Masalah gizi pekerja perempuan, Gizi dan produktivitas, Gaya hidup sehat dan Masalah Kecacingan

• Buku catatan

2) Perlengkapan Pemeriksaan Kesehatan Berkala

• Alat pengukur Hb

• Alat penimbangan berat badan

• Bahan dan alat penyuluhan

• Buku catatan

3) Perlengkapan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pekerja Perempuan

• Buku KIA

• Media penyuluhan

• Perlengkapan pemeriksaan

• Perlengkapan pelayanan KB

• TabletTambah Darah

• Vitamin A

• Buku pencatatan

kehamilan

4) Perlengkapan Peningkatan Pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja, yaitu:

• Ruangan Memerah ASI

• Perlengkapan untuk memerah ASI

• Alat konseling

(58)

B. PERENCANAAN

Perencanaan di perusahaan

Perencanaan pelaksanaan GP2SP di perusahaan disusun oleh Tim GP2SP di perusahaan. Perencanaan dikembangkan berdasarkan permasalahan yang ada di tempat kerja dan target perubahan yang ingin dicapai.

Sebelum merencanakan kegiatan secara keseluruhan, maka perlu diperhatikan dan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Inventarisasi permasalahan pekerja perempuan di tempat

kerja da n penga ru h nya terhada p prod u ktivitas. Pengelola/pengurus tempat kerja harus melakukan identifikasi atau inventarisasi permasalahan gizi dan kesehatan pada pekerja perempuan di tempat kerja tersebut, serta melakukan penilaian dan pengendalian, terutama permasalahan gizi kerja, kesehatan reproduksi dan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja yang menjadi prioritas untuk dikendalikan. Contoh permasalahan utama adalah anemia pada pekerja perempuan, maka prioritas kegiatan yang dilakukan adalah pemberian TTD.

2. Menentukan tujuan pelaksanaan GP2SP

3. Menentukan sasaran pelaksanaan GP2SP

4. Menetapkan kegiatan yang dapat diimplementasikan sesuai

dengan situasi dan kondisi tempat kerja.

5. Menentukan metode yang akan digunakan dalam

pelaksanaan GP2SP

6. Menentukan media yang akan digunakan dalam

pelaksanaan GP2SP

7. Menyusun rencana evaluasi dan Menetapkan indikator

kinerja yang harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja organisasi/tim pelaksana GP2SP yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian implementasi GP2SP di tempat kerja.

(59)
[image:59.595.25.398.34.512.2]

Tabel.8 Jadual perencanaan kegiatan GP2SP di Perusahaan

IN

Bulan

Lingkup Kegiatan

1

\2. 3

Ket

0 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Peningkatan Status gizi pekerja

- Persia pan sumber daya I I

-

Menilai status gizi pekerja. I

-Menilai tingkat kebutuhan

I

energi pekerja per hari berdasarkan tingkat aktivitas, umur, jenis kelamin, keadaan tertetentu

-Menentukan kecukupan gizi pekerja perempuan selama hamil, menyusui, pekerja lembur, shift kerja, pekerja di lingkungan kerja yang berisiko.

2 Pengelolaan makanan bagi pekera - Menentukan standar porsi

セ N ォ。ョ。ョ@ pekerja selama bekerja - Merencanakan menu makanan

hingga peyajiannya

-Menentukan tempat

pengolahan, waktu, tempat dan teknis penyajian.

-Mempersiapkan dan mengarur sumber daya yang diperlukan

-Pelaksanaan

3 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi

I

Persiapan sumber daya kegiatan meliputi:

- ketenagaan, - alat bahan,

- Tablet tambah darah, suplemen dan obat cacing

Pemberian obat

4 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) ! izi bagi pekerja dan keluarga

-Menentukan sasaran KIE, jumlah peserta, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaan

I - -

-- Persiapan sumber 、セ。@

- Persia pan Mated KIE

(60)

-

-N Bulan

Lingkup Kegiatan

1

Ket

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

5 Intervensi dengan deworming (pemberian obat cacin! ) dan pemberian obat lainnya

- Persia pan sumber daya: tenaga,

alat bahan, jumlah obat dll I

­+-­­=­r;:mberia n obat cacing  I 

­

-Pemberian TabletTambah  Darah 

1--セ ・ ュ「 セ ゥ。ョ@ Ka ps ul Vitamin A  I 

­ Evaluasi 

-

'-

1

6 Pemeriksaan Hb

­ Menyiapkan tenaga, bahan d an  alat untuk pemeriksaan Hb +---Menentukan sasaran 

I

pemeriksaan Hb - Pemeriksaan Hb -Membandingkan hasil  pemeriksaan Hb sebelum dan 

I

sesudah intervensi  1-

'---- Membuat  laporan 

- Membuat  laporan 

"7  Pap Smear

-Menentukan sasaran  ­ Pemeriksaan  ­ Membuat Laporan 

8 Pemberia n ASlselama waktu kera

­ Menyiapkan pernyataan tertulis  pimpinan. 

­ Menentukan waktu untuk 

セ セオウ ャANN ゥOュ・ュ・イ。 セ@

­ Menyiapkan sarana  dan 

prasarana yang  mendukung  pemberian ASI  ses uai  standar.  -Menyiapkan bahan KIE 

I

pemberian ASI  di tempat kerja.  ­ Menyiapkan tenaga 

I

Motivator/fasil itator 

pengel olaan ASI 

-Sosialisasi  pemberian ASI 

I

(61)

C. PENGGERAKAN PELAKSANAAN

keberhasilan GP2SP sangat tergantung dari motivasi Tim GP2SP di semua level adminstrasi, mulai dari pusat sampai kepada pengurus, pimpinan perusahaan dan organisasi pekerja. Penggerakan pelaksanaan GP2SP dilakukan dengan cara dan strategi sebagai berikut :

1. Pernyataan tertulis atau komitmen pimpinan perusahaan

tentang tujuan dan target GP2SP yang jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh pekerja, yang dijadikan sebagai landasan pelaksanaan program .

2. Menunjuk petugas/ pengelola/tim pelaksana GP2SP

Implementasi GP2SP sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas dan pekerja perempuan terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan program. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas, pol a pembagian tanggung jawab. Petugas/pengelola/tim pelaksana perlu mempersiapkan data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan program, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada para pekerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.

(62)

3. Memotivasi pengelola/pengurus, pimpinan perusahaan, organisasi pekerja dan pekerja perempuan. Motivasi dapat timbul dengan berbagai kegiatan yang diikuti seperti mengikuti pertemuan seperti sosialisasi, pelatihan dan seminar/lokakarya.

4. Promosilpenyuluhan gizi dan kesehatan di tempat kerja

dengan materi :

Mengenali risiko yang ada di tempat kerja Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pedoman kecukupan gizi dan produktivitas Pedoman umum gizi seimbang

Gizi bagi pekerja perempuan dan permasalahannya Gizi dan Produktivitas

Masalah kecacingan Kesehatan reproduksi ASI dan ASI Ekslusif Keluarga Berencana

Sasaran: karyawan perusahaan khususnya perempuan

• Waktu: pada waktu istirahat dilakukan penyuluhan

kelompok (dua bulan sekalil, materi diberikan secara bertahap

• Petugas penyuluhan: petugas poliklinik perusahaan

(63)

BABVI

PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Dalam hal pembinaan, pemantauan dan evaluasi lebih diarahkan untuk peningkatan produktivitas pekerja perempuan. Kegiatan sebagai berikut:

A. PEMBINAAN

1. Sasaran pembinaan :

a. Tim GP2SP disetiap jenjang administrasi

b. Pelaksana kegiatan GP2SP di perusahaan, meliputi: Manajemen perusahaan

Pengelola makanan di kantin/catering perusahaan Poliklinik perus

Gambar

Tabel.1 Pengelompokan Aktivitas pada Perempuan dan Laki-Iaki
Tabel.2 Kebutuhan Energi dan Protein $elama bekerja (8 jam)
Tablet besi folat I  1 x per minggu,
Tabel.8 Jadual perencanaan kegiatan GP2SP di Perusahaan

Referensi

Dokumen terkait