• Tidak ada hasil yang ditemukan

An Analysis of IifeSupporting Capacity of Habitat and Dynamic Model of Bawean Deer (Axis kuhlii) on the Game Sanctuary of Bawean Island

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "An Analysis of IifeSupporting Capacity of Habitat and Dynamic Model of Bawean Deer (Axis kuhlii) on the Game Sanctuary of Bawean Island"

Copied!
380
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA

POPULASI RUSA BAWEAN

(Axis kuhlii)

DI

SUAKA

MARGASATWA PULAU BAWEAN

OLEH

:

ACHMAD IQBAL

SEKOLAH

PASCASARJANA

(2)

ABSTRAK

A C W D IQBAL. Analisis Daya Dukung Habitat dan Model Dimmika Populasi Rusa Bawean (Axis ktthlii) di Suaka Margasatwa Pulau Bawean. Dibimbing Oleh Hadi S. Alikodra, M. Sri Saeni, Gono Scrniadi, dan Hartisari H.

Hardjomidjojo.

Penelitian dengan judul Analisis Daya Dukung Habitat dan Model Dinamika Populasi Rusa Bawean (AXIS kuhljj) di Suaka Margasatwa Pulau Bawean dilakukan pada bulan April 2002 sampai dengan Juni 2004. Tujuan penelitian adaIah untuk menganalisis kondisi daya dukung habitat rusa bawean, interaksi masyarakat dengan kaw-asan Suaka Margasatwa, dan menyusun model dinarnika populasi rusa bawean.

H a i l penelitian menunjukkan bahwa kualitas komponen daya dukung habitat berupa k d i t a s air sungai di kawasan Suaka Margasatwa Pulau Bawean, baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan, mernenuhi syarat sebagai air minum rusa karena sesuai dengan baku mutu air kelas 3 . Namun demikian kandmgan unsur-unsur hara tanah di padang rumput Tanah Gresik, padang rumput Langpelem, dan padang rumput Surnkrlanas berada pada keadaan

sangat rendah sarnpai dengan sedang. Komuni tas tumbuhan yang terdapat di Desa Komalasa berbeda dengan komunitas tumbuhan yang terdapat di Desa Pudakit Barat dan Desa Patar SeIamat, clan antara kornunitas tumbuhan di Desa

Pudakit Barat dengan komunitas tumbuhan di Desa Patar Selamat relatif sama. Produksi rumput di padang rumput Tanah Gresik Suaka Margasatwa Pulau Bawean pada musim kernarau 32,5 kgha per hari, sedangkan pada musim penghujan mencapai 84 kgha per hari.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disusun struktur model dinamika populasi rusa bawean &lam tiga sub model, yaitu sub model populasi ma, sub model hijauan pakan rusa, dan sub model masyarakat. HasiI simuIasi

rnenunjukkan bahwa populasi puncak rusa bawean &lam kondisi seperti sekarang (pemburuan 0,5 ekorhutan dan pngambilan rumput sebmyak 27,5 kg/orang per hari pada luas habitat efektif 1200 ha) akan terjadi pa& tahun 2015, yaitu mencapi 1.142 ekor. Namun biIa pemburuan mencapai 4 ekorfbulan, maka popdasi nrsa aka11 terus menurun dan pada tahun 2016, tinggal 165 ekor. Pendekatan sistern dapat memberikan gambaran dinamika populasi ntsa bawean

jmgka panjang, dan bergurn daIarn pembinaan Suaka Margasatwa Pulau Bawean. Berdasarkm hasil pengarnatan terhadap komponen habitat rusa, disarankan

adanya pembinaan dan pefigelolaan yang intensif, baik terhadap habitatnya maupun terhadap masyarakat di sekitx kawasan Suaka Margasatwa. Agar hasil peneIitian dinamika populasi rusa bawean &pat d i a p l i h i kan pedu dilakukm penelitian terhadap dinamika populasi rusa tersebut yang analisisnya menggunakan model dengan rnemasukkan peubah komponen-komponen habitat y ang mempengaruhrnya

(3)

ACHMAD IQBAL An Analysis of IifeSupporting Capacity of Habitat and Dynamic Model of Bawean Deer (Axis kuhlii) on the Game Sanctuary of l3awean Island (Under the Supenision of Hadi S. Alikodra, M. Sri Saeni, Gono Semiadi. and Hartisari H.

hardjornidjojo).

This study conducted from April 2002 to June 2004. The purpose of the study was to analyze the life-supporting condition of Bawean deer habitat and the interaction between tbe community and the game sanctuary area and to formdate a dynamic model of Bawean deer population.

The result of the study showed that the quality of one component of life-

supporting capacity, i.e. the stream water in the region of Bawean Game Sanctuary both in dry and rainy seasons, had met the requirement of drinking water for deer because it was of the third grade of water quality standard. However, the content of humus in the soil of savannah of Tanah Gresk, Langpelem, and Sumbedanas varied

b m low to medium levels. The plant community in the Village of Kornalasa was

different from those in the Villages of hdalut Barat and Patar Selamat, but the plant community in the last two villages (Pudakit Barat and Patar Selamat) was relatively the same. The production of grass on the Tanah Gresik Savannah in the dry season was 32.5 kg perhectare per day, while in the rainy season it was 84 kglhectare per day. Based the collected data, a structure of a dynamic model of bawean deer population can be formulated, consisting of 3 sub-models : a sub-model of deer population, a sub-model of greenery feed for deer, and a sub-model of community. The result of simulation showed

that

the highest population of bawean deer in the current condition (i.e. with 0.5 deer hunting per month and 27.5 kg of grass cutting per person per day on the effective habitat of 1200 hectare) would happen in 2015, reaching 1,142 deer. However, if hunting is at the rate of four deer per month, then the deer population will canthue to decrease and in 2016, there will be 165 deer left. A systemic approach can provide a long-term picture of pupuiation change of deer and it is useful for the development of the game sanctuary on the Bawean Island.

Based on the observation of the components of deer habitat, it is recommended that intensive improvement and management be carried out both for the habitat and the community around the game sanctuary a m . In order that the result of the study on the population change of deer couId be applied, it is necessary to do research on the population change of deer whose analysis uses the variables of habitat-infl uencing component.

Key word : lrfe-supporting capaciy, hbitat. 4,namic model, game sanchtary,

(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul

ANALISIS DAYA

DUKUNG

HABITAT DAN MODEL DINAMIKA POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii) DI SUAKA MARGASATWA PULAU BAWEAN

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah

(5)

DINAMIKA POPULASI RUSA BAWEAN

(Axis

kuhlii)

DI SUAKA MARGASATWA PULAU BAWEAN

OLEH

:

ACHMAD

IQBAL

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untu k memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Nama NRP

Program Studi

: Analisis Daya Dukung Habitat dm Model Dinamika Populasi Rusa Baweam (Axis hhlii) Di Suaka Margasatwa Pdau Bawean

: Achmad Iqbal

: Ilmu PengeIolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Men yetujui,

1 . Komisi Pembimbing

~ r o f k , l r . ~ . ~ a d i

~ . k l i

K d a ,

MS.

ProfI3r.Ir.M. Sri Saeni,

MS.

Ketua AWgota

Dr. Gono Semiadi, APU Dr. Ir. Hartismi H. Hardiomidioio,MSc.

Anggota Ansgota

2. Ketua Program Studi Pengel Sumberdaya Alam dan t i n

Dr.lr. Surjono H. Sutiahio,

MS.

(7)

Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada tanggal 3 1 Maret 1958 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara dari ayah Djamil Dhofir dan Ibu Hadidjah. Pendidikan sarjana di tempuh di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1992, penulis mendapatkan kesempatan meng kuti Program S2 pada Program Studi I lmu

Lingkungan, Universitas Indonesia, jakarta, dan menarnatkannya pada tahun

1995. Kesempatan untuk meIanjutkan ke program S3 pada Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya AIarn clan Lingkungan, lnstitut Pertanian Bogor di peroIeh pada tahun 2000. Beasiswa pendidikan pascasa rjana diperoleh d m DUE

LIKE UNSOED.

Penulis menikah pada tanggal I5 Juni 1987 dengan Ir. Endang Sriningsih,

MP, clan dikarunia 3 orang anak, yaitu Galuh Yulieta Nitihapsari (1 61, Ghani Aul ia Rahman (aim); dan Ghina Maulina (9).

Penulis bekerja di Jumsan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Sdirman, Purwokerto, sejak tahun 1990 sampai dengan

(8)

Puji clan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalarn penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2002 sampai dengan Juni 2004

adalah habitat rusa bawean, dengan juduf Analisis Daya Dukung Habitat dan Model Dinamika Populasi Rusa Bawean Di Pulau Bawean.

Terirna kasih penulis ucapkan kepada Pr0f.Dr.h. H. Hadi S. Alikodra, MS. Sebagai ketua komisi pembimbing, ProEDr.lr. M.Sri Saeni, MS., Dr. Gono Semiadi APU, dm Dr. Ir. Hartisari H.Hardjomidjojo, M. Sc., selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memkri kan bimbingan dengan sabar dan dorongan mori l sejak dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian

disertasi ini.

Penulis ucapkan tenma kasi h kepada Pi rnpinan Universitas Jenderal Soedinnan clan Dekan Fakultar Peltanian U N S O E ~ Punvokerto yang telah

memberikan ijin kepada penuIis untuk melanjutkan studi ke jenjang S-3, Direktur

Program Pascasarjana dan Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan hstitut Pertania Bogor yang telah memberikan ijin penulis untuk mengkuti program S-3.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Team Managerial DUE LIKE

UNSOED, yang teIah memberikan beasiswa kepada penulis selama penuIis

(9)

Pulau Bawean yang telah memberikan ijin dan bantun yang tulus selama penulis

meiakukan penelitian

di

Kawasan Margasatwa Pulau Bawean.

Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Kepala PPLH WSOED, Ketua

Program Magister Sains Ilmu Lingkungan (PMSIL) UNSOED beserta staf yang telah memberikan bantuan materi dan dorongan moril yang tulus sehigga penulis terdorong untuk segera menyelesaikannya.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada orang tua penulis (Ibu Hadidjah) yang telah membesarkan penulis, memberi kan bim bingan,

do'a dm dorongan moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Istri

tercinta Ir. Endang Sriningsih, MP., dan anak-anak tersayang, Galuh Yulieta Nitihapsari dan Ghina Maulina, dengan sabar dan tabah telah banyak berkorban bai k rnoril maupun rnateriil, memberikan semangat selama penuli s men@ kuti

pekul iahan, melaksanakan peneli t ian hingga penyelesaian disertasi ini, penulis ucapkan terima kasih '

Penulis rnenyadari bahwa disertasi ini jauh dari sempuma, kriti k dan saran penulis terima dengan besar hati dan ucapan terima kasih. Semoga disertasi ini memberi kan manfaat kepada yang membacany a , dan berperanserta dalam

pengembangan iImu pengetahuan.

(10)
(11)

.

7 KondisiSosiaIEkonomiMasyarakat ... 66

...

B

.

ANALSISIS DATA PRIMER

...

1 . Komponen Daya Dukung Habitat

a . Kualitas Air Minum ... ... 1 . pH

... 2 . Daya Hantar Listri k (DHL)

3 . Kandungan Nitri t dan Ni trat ... 4 . Fosfor ...

... 5 . Bahan Organik, DO. BOD. dan COD

6 . Kesadahan ... ... b . Kesuburan Padang Rumput

1 . Keasarnan (pH) Tanah ... 2 . Kandungan Karbon ...

3 . Kandungan Nitrogen ...

4 . Kandungan Fosfor ... 5 . Kandungan Kalsium, Magnisium, Kalium. dan Natrium ... 6 . Kapasits Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB ...

c . Andisis Vegetasi ...

1 . Struktur Vegetasi ...

.

.

2 . Kompos~st Jenis ... 3 . Komunitas Tumbuhan ...

:

... d . Produktivitas dan Daya Dukung Padang Rumput ...

. .

1 . Produktlv~tas Rumput ...

2 . Daya Dukung Padang Rumput ... 2 . Interaksi Masyarakat Dengan Suaka Margasatwa ... a . Frekuensi P e n p b i l a n Kay u ... b . Peruntukan kayu ... c

.

Kontnbusi Pendapatan Dari Kayu ...

C .

RANCANG

BANGUN MODEL DWAMIKA

RUSA BAWEAN ... 1 . Identifikasi Sistem ...

(12)

SIMULASI MODEL DINAMIKA POPULASI RUSA ...

Simulasi Populasi Rusa Selarna 20 tahun pada Kondisi Lapangan

.

.

Simulasi PopuIasi Rusa Selarna 20 tahun dengan Pelarangan berburu oleh Masyarakat Sekitar Suaka Margasatwa

Pulau Bawean ... Simulasi Populasi Rusa Selama 20 tahun dengan Pembatasan Jumlah Hijauan yang Diambil Mayarakat (0; 1 7,5; 27,5

... clan 37,5 kg)

Simulasi Tanpa Adanya Pem buruan dan Tanpa Pengam bi Ian Hijauan Oleh Masyarakat kkitar Pulau bawean Selama 20 tahun ...

Simulasi Penggunaan Sel wuh Luas Suaka Margasatwa pada Kondisi Lapangan (perburuan 0,5 ekor/bu!an dan

pengambilan hijauan 27,5 kglorang per hari) ...

Simulasi Selama 20 tahun dengan Perburuan 0,5 ekorhulan clan perbunran 0,5 ekorhulan dan pengambilan hijauan

27,5 kglorang per hari ... Simulasi Selama 20 tahun dengan adanya perburuan

1 ekorhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan clan pengambilan

hijauan 27,5 kg/orang per hari ...

Sirnulasi Selama 26 tahun dengan adanya Perburuan

2 ekorhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan dan pengambilan

hijauan 27,5 kgorang per hari ... Simulasi Selama 38 tahun dengan adanya Perburuan

3 ekor~bulan clan perburuan 0,5 ekorhulan dan pengambilan hijauan 27,5 kdorang per hri ... Simulasi Selama I8 tahun dengan adanya Perburuan

4 e korhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan clan pengam bilan hijauan 27,5 kgiorang per hari ... Analisis Sensitivitas ...

KESlMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ...

...

Saran.

(13)

Kornpunen daya dukung habitat. interaksi masyarakat.

... dan model dinamika popuiasi rusa yang diamati 51

Jenis dan Metode Analisis Sifat Fisik clan Kimia Air Minum

...

Rusa 52

Jenis

dan

Metode Analisis Kandungan Unsur Hara Tanah ... 53

Curah Hujan dan Hari Hujan rata-Rata BuIanan Periode Tahun

...

2000 . 2003 61

Luas Wilayah Menumt Jenis Penggunaan Lahan Di Kecarnatan

...

Sangkapura dan Kecamatan Tambak 62

...

JurnIah dan Kepadatan Penduduk Pulau Bawean 67 Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 68

Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang

...

Di tamatkan 69

Fasilitas Pendidikan Di Puiau Bawean ... 71 Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian (orang) ... 72 Produktivitas Lahan Terhadap Tanaman Semusim Di Kecarnatan

Sangkapura dan Tam bak Pulau Bawean ... 74

H a i l Analisis Sifat Fisik dm kimia Air Minum Rusa Pada

... ...

Musim Kemarau : 78

H a i l Analisis Sifat Fisik dan kimia h r minum Rusa Pa&

Musim Penghujan ... 79

Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Tanah Gresik Suaka

Margasatwa Pulau Bawean ... 87 Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Langpelem Suaka

Margasatwa Pdau Bawean ... 87 Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Sumberlanas Suaka

Margasatwa Pulau Bawean ... 88 Jumlah Jenis. kerapatan. dan Luas Bidang Dasar Pohon Di

(14)

Jurnlah Jenis, kcrapatan, dan Luas Bidang Dasar

... Anak Pohon Di Tiga Lokasi Penelitian

Penyebaran Kelas Diameter Batang Pohon Di Tiga Lokasi

...

Penel itian

Penvebaran Kelas Diameter Batang . . Anak p h o n Di Tiga Lokasi Penel~t~an ...

Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), Nilai Penting (NP), Luas Bidang Datar (LBD) Dan Kernpatan Setiap Jenis Pohon Di desa Komalasa ... Nilai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), Nilai Penting (NP), Luas Bidang Datar (LBD)

Dan Kerapatan Setiap Jenis Pohon Di Desa Patar Selamat ...

NiIai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relati f (KR), Dominansi Ref at if (DR), Nilai Penting (W), Luas Bidang Datar (LBD)

Dan Kerapatan Setiap Jenis Pohon Di Pu&kit Barat ...

Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), Nilai Penting

(NP),

Luas Bidang Datar (LBD)

Dan Kerapatan Setiap Jenis Anak Pohon Di Desa Komalasa

...

Ni lai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi

Relatif

(DR),

Nilai Penting

(NP),

Luas Bidang Datar (LBD) Dan Kerapatan Setiap Jeni s Anak Pohon Di Desa Patar Selamat ...

Nilai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan ReIati f (KR), Dominansi Relatif

(DR),

Nilai Penting (NP), Luas Bidang Dabr (LBD) Dan Kerapatan Setiap Jenis Anak Pohon Di Desa Pudakit Barat ...

H a i l Pemanenan Rumput Pada Musim Kemarau clan Musim Penghujn Di Padang Rumput Tanah Gresik Suaka Margasatwa Pulau Bawean ...

Hasil Analisis Tumbuhan Bawah Di Padang Rumput Tanah Gresik S w h Margasatwa Pdau bawean ...

... Tingkat Konsumsi Hijauan Terhadap 2 Ekor Rusa Per Hari

Frekuensi Pengarnbilan Kayu Oleh Masyarakat Di Daerah

. .

(15)

32. Kontri busi Pendapatan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat

Di Daerah Penelitian (%) . . .

. . .

. . .

.

.

. . .

.

.

. . .

.

. . .

. . .

. . . 1 1 5

33. Analisis Sidik Ragam Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

... ...

Bagan Alur Pikir Penelitian -- 8

Contoh Rusa Betina Bawean Yang Dipelihara Masyarakat

Bawean ... 16

Contoh Rusa Jantan Bawean yang Dipelihara Masyarakat

Balvean ... 16 Peta Lokasi Pulau Bawean ... 49

... ...

Tata Laksana PeneItian ;. 50

Aktivitas Pembuatan Petak Contoh ... 55

...

Luas W i layah Menurut Penggunaan Lahan 63 Jurnlah clan Kepadatan Penduduk Pulau Bawean ... 67

Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan ... 70

...

FasiIitas Pendidikan Di Pulau Bawean 71 Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian ... 73

... Lanskap Padang Rumput Tanah Gresi k 105 Produktivitas Rumput Di Padang Rurnput Tanah Gresik ... 107

...

...

Pemtukan Kayu Di daerah Penelitian

.:

114 Kontnbusi Pendapatan Kayu Terhadap Pendapatan Total

...

115 Diagram Causal Loop Dinamika Populasi Rusa di Suaka

...

Margasahra Pdau Bawean 119

Model Dinarnika Populasi Rusa ... 121

Sub Model Popdasi Rusa

...

122

...

Sub Model Hijauan Pakan Rusa ... .... 124

...

(17)

Di Pulau Bawean pada Kondisi Lapangan ... PopuIasi Rusa dengan Masih Adanya Pernburuan ( 1 ) dan

... Populasi Rusa Tanpa Adanya Pembuwn (2)

Perkembangan Hij auan U usa dengan Masi h Adanya Pemburuan ( I ) clan Tanpa Adanya Pembunran (2) ... Perkem bangan Popul asi Rusa yang Dipenganrhi Oleh

Pengambilan Hijauan Oleh Masyarakat Sebanyak 0 kglorang per

Hari ( I ) f 7,5 kgorang per hari (2) 27,5 kglorang per hari 373 kg/ Orang per hari (4). ... Perkembangan Hijauan Pakan Rusa yang Dipengaruhi Oleh Pengambilan Hijauan Oleh Masyarakat Sebanyak 0 kglorang per Hari ( 1 ) 1 7,5 kg/orang per hari (2) 27,5 kgforang per hari (3) dan 37,5 kg/ Orang per hari ( 4 ) ...

Populasi Rusa Tanpa Adanya Pemburuan dan Tanpa Adanya Pengambilan Hijauan ( 1 ) dan Populasi Rusa Sesuai Dengan Kondisi Sekarang/lapangan (2) ...

...-

...

Perkembangan Hijauan Pakan Rusa Tanpa Adanya Pemburuan dan Tanpa Adanya Pengambilan Hijauan ( 1 ) dan Pengambih Hij auan Sesuai Dengan Kondi si Sekarangllapangan (2) ...

Populasi Rusa ( 1 ) clan Hijauan Pakan Rusa (2) Pada Penggunaan Luas Total ...

Dinamika Populasi Rusa ( 1 ) dan Perkembangan Hijauan (2) Pada ... Perburuan 0,5 ekorhulan selarna 20 tahun

Dinamika Populasi Rusa ( I ) dan Perkernbangan Hijauan (2) Pada ... Perburuan 1 ekorhulan selama 20 tahun

Dinarnika Populasi Rusa (1) dan Perkembangan Hijauan (2) Pada ... Perbunran 2 ekorlbulan selama 26 tahun

Dinamika PopuIasi Rusa ( 1 ) dan Perkembangan Mjauan (2) Pada ... Perburuan 3 ekor/bulan selarna 40 tahun

Dinamika Populasi Rusa (1) clan Perkembangan Hijauan (2) Pada

...

P e r b m 4 ekorhulan selama 18 tahun

(18)

DAFTA R TABEL LAMPIRAN

Halaman

...

I

.

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas 153 2. Kriteria PeniIaian Kandungan Unsur Hara Tanah (PPT, 1983). ... 1 56 3. Kriteria Penilaian Kandungan Unsur Hara dan Kemasaman

Tanah (Team LPB, 1979).. ... 156

4. Analisis Sbtistik Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap

Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penelitian ... 157 5 . Uji BBda Nyata Kontnbusi Kay u Dengan Metode Duncan

...

Multiple Range Test (DMRT) f 58

6. Keanekaragarnan Jenis Pohon dan Anak pohon Di Daerah

...

PeneIitian 1 59

8. Jumlah Rumput yang di Panen Warg di Padang Rumput Tanah

...

Gresi k 164

9. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa Pa& Pemburuan dan tanpa

...

Pembunran.. 165

10. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa dengan Pembatasan

. .

Pengambilan H~jauan ... 1 66

I I . Simulasi Penggunaan Sel uruh Lahan Kondisi Lapangan

dan Sirnulasi Tanpa Diburu dan Tidak Diambil Hijaunya

...

168 12. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa pada Beberapa Tingkat

...

(19)

1.1. Latar Belakang

Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan kompsisi, penyebaran, clan produktivi tas flora dan fauna. Habitat yang mempunyai kualitas tinggi atau daya dukung yang tinggi akan menghasiIkan kehidupan flora d m fauna yang kualitasnya tinggi pula. Demi kian sebaliknya, habitat yang rendah kualitasnya atau rendah daya dukungnya, juga akan menghasilkan kondisi atau kualitas flora dan fauna yang rendah termasuk daya regenerasinya (Ali kodra, 1 997a).

Habitat asIi rusa bawean terdapat di Pulau Bawean, terletak sekitar 150 krn sebelah ubra Gresik, di kawasan Laut Jawa. Letak geografis Pulau Bawean

ada pada 5" 40' - 5" 50' LS dan 1 12" 3' - 1 12" 36' BT. Luas total Pulau Bawean

sebesar 190 km2 dengan daerah yang bergunung (400 - 646 m dpl) berada di sekitar barat clan tengah Pulau Bawean. Musim kemarau berlangsung dari bulan

Agustus sarnpai dengan November dan dilanj utkan dengan musim penghujan disertai angin barat yang kencang mulai awal bulan Desem ber hingga Pebruari.

Rusa bawean (Axis kuhlii) merupakan rusa as1 i Indonesia - yang endemi k d~ Pulau Bawean (Massicot, 2002). Sempitnya habitat m a bawean dan letaknya

yang terisolir menjadikan rusa bawean sebagai satu-satunya m a di dunia yang terisolasi sehinm kurang mendapat perhatian (Huffman, 1 999). Menurut Baillie dan Groombrib (19961, sampai saat sekarang tidak diketahui dengan pasti, berapa jumlah

rusa

bawean, bagaimana penyebarannya, keadaan habitatnya, dan
(20)

(ZUCN), rusa bawean terrnasuk dalam katagori Threatened (TUCN, 2002) dm juga

&lam CITES (Convention on IniernatronaI trade in Endangered Species of WiW

Flora und F a m ) masuk ddarn daftar uppendix 1 (CITES, 2000).

Beberap upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalarn rangka pelestarian satwa langka, khususnya rusa bawean, di anhranya melalui

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/ 1 21 1979, tertanggal 5 Desember 1979 dengan menetapkan habitat rusa bawean sebagai Suaka Margasatwa (3.83 1,6 ha), maupun sebagai Cagar Alam (725 ha). Rusa bawean juga dimasukkan dalam kategori sahva yang dilindungi melalui Keputusan

Menteri Pertanian

No.

42 1 /KeptsNmlB/ 1970.

Walaupun habitat rusa bawean dinyatakan sebagai kawasan

perlindungan, dan rusa bawean telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi,

namun demikian tidak menjamin kelestarian msa bawean tersebut. Habitat rusa

bawean t e r m dalam beberapa lokasi dan m e n m y a kualitas habitat rusa karena tumbuhnya anakan jati serta kecepatan penyebaran dm sifat alelopati gulma Euphutorim odorcrtu meny ebabkan berkurangny a pakan atau hij auan bagi

nrsa (Semiadi dkk.,1999). Selain itu habitat rusa juga terganggu karena kegiatan manusia y ang memanfaatkan hutan, seperh pengembilan kayu bakar, pengambilan kayu sebagai bahan bangum, dan hijauan pakan temak.

Demikian pula kecepatan penurnan populasi rusa bawean terjadi karena spesies tersebut hanya terdapat pada daerah atau pulau tertenty karena

perbuman, dan juga h n a perubahan habitat satwa tersebut rnenjadi perkbunan

(21)

atau beberap pulau dm hanya terdiri atas satu atau beberapa populasi lokal.

Kekayaan sumberdaya hayati dan ekosistemnya saat sekarang dalam keadaan cenderung makin menurun, sebagai akibat banyaknya upaya eksploitasi, dan terutarna disebabkan oleh perfakuan umat manusia yang kurang bijaksana, sehingga dapat mengaki batkan musnahnya berbagai jenis tumbuhan, satwa liar, serta rusaknya habitat (Ali kodra, 1997a). Menurut Primack dkk, ( I998), ancaman

utama pada keanekaragaman hayati yang disebab kan oleh keg atan manusia

adalah perusakan habitat, fragmentasi habitat, gangguan pada habitat (termasuk poIusi), penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia, introduksi spesies-spesies eksotik dan penyebaran penyakit. Demikian juga berkembangnya industri kapitalis dm masyarakat moderen yang materialistik menyebabkan kenai kan permintaan akan kekay aan alam terutama di negara- negara maju. Pemakaian yang tidak efisien serta penggunaan kekayaan alam yang tidak seimbang juga penyebab utama menunrnnya keane karagaman hayati.

Kekayaan (uang, tanah, pertanian yang subur, sumberdaya kayu, dsb) umumnya dimiliki oleh sejumlah kecil populasi manusia. Sebagai akibatnya, penduduk di

daerah-daerah terpencil terdesak untuk merusak komunitas biologi d m memburu spesies langka sampai punah karena mereka miskin dan tidak mempunyai lahan sendiri untuk ditanami (Wiyono, 1998). Masyarakat perdesaan ymg miskin itulah yang memikul beban kerusakan lingkungan akibat penggunaan surnberdaya alam

secara berlebihan.

(22)

negati fnya, oleh karena itu di perlukan kegiatan konservasi terhadap habitat melalui pembinaan habitat dan pernbinaan masyarakat yang tinggal di seki tar

Suaka Margasatwa.

1.2. Perurnusan MorsaItth

Kawasan Suaka Margasatwa di Pulau Bawean rnerupakan kawasan yang potensial sebagai wi layah konservasi rusa bawean (Axis kuhlii) yang hidup endemik. Namun demikian, di sekitar kawasan tersebut terdapat beberapa desa

yang penduduknya sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Keberadaan

penduduk dan desa di sekitar kawasan sebenarnya rnerupakan bagian dari ekosistem alam untuk hidup akrab dengan lingkungannya. Narnun demikian, keberadaan daerah permukiman di sekitar kawasan dengan penduduk yang terus bertambah akan menambah pula aktivitas penduduk claim penebangan kayu, bai k

untuk keperluan kayu bakar maupun untuk bahan pembuatan rumah, pengambilan lujauan pakan temak dan perburuan terhadap ktwa liar hususnya rusa bawean.

Berdasarkan permasatahan tersebut, maka &pat disusun penunusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana kondisi daya dukung habitat msa bawean, baik kualitas air rninumnya, kesuburan tanahny a, keadaan vegetasiny a, produktivitas rumput, dm daya dukung padang rumputnya

2. Bagaimana interaksi rnasyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa Pulau

Bawean, dan seberapa besar kontribusi penciapatan dm kayu yang diambil dari Suaka Margasatwa terhadap pdapatm keluarga

(23)

Tuj uan penelitian adalah menganalisis daya dukung habitat dan model dinamika populasi rusa bawean di Pulau Bawean.

Adapun tujuan operasional dari penelitian adalah :

1. Menganalisis kualitas komponen daya dukung habitat yang rneliputi kuaiitas air minum rusa, kesuburan tanah, vegetasi , dan produktivitas rumput

2. Menganalisis interaksi masyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa dan menganalisis kontribusi pendapatan dari kayu terhadap pendapatan keluarga

3. Menyusun model dinami ka populasi rusa bawean

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai dasar bagi pengarnbil kebijakan daIam mengeloIa kawasan konservasi

Suaka Margasatwa dan melindungi satwa langka endemi k.

2. Sebagai dasar pengelolaan

d m

pembinaan masyarakat se ki tar kawasan agar i kut berperanserta &lam menjaga kelestarian kaw- konmrvasi dan

melindungi satwa langka endemi k khususnya rusa bawean.

3. Sebagai sumber informasi dalam pengem bangan ilmu-ilmu 1 ingkungan

1.5. Kerangka Pernikiran

Satwa liar khususnya rusa bawean dapat hidup dan berkernbang biak dengan sempuma di kawasan Suaka Margasatwa yang merupakan habitatqya. Populasi satwq liar (rusa bawean) akan berub& mengikuti pembahan abu d l q a ~ i k l i @ ~ ~ ~ y a . Suaka Margasatwa d- daya dukung yang bai4 akan

. u \

(24)

rusa meningkat pula. Bila daya dukungnya rendah, produktivitas rusa akan

rendah dan akhimya populasi rusa juga akan rendah atau menurun.

Dalam kehidupan dan akhvitas manusia, hutan merupakan salah satu sum berdaya yang rnernpunyai peranan yang penting

.

Manusia memanfaatkan

hutan sebagai sumber pendapatan, penghasii kayu, penghasil buah, perkebunan, pengambilan &un dan rumput pakan ternak, dan perbuntan satwa liar. Di

sam pi ng sebagai sum ber pendapatan bagi manusia, hutan juga merupakan habitat alami tempat hidup dan berkembangnya satwa liar.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia di

bidang pembangunan terutama di bidang pertanian khususnya di daerah

perdesaan, daya dukung lahan sering terlarnpaui (over carpyzng cupucily),

sehingga mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam yang Iain seperti sumberday a hutan (Green, 1 992). E ksploitasi sumberdaya hutan yang berlebi han j uga akan mengakibatkan menurunnya kual ifas hutan yang berperan sebagai Suaka Margasatwa. Menurunny a kuali tas hutan se bagai kawasan Suaka

Margasatwa khususnya sebagai habitat rusa diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti penebangan kayu, pengambilan rumput, pengambilan buah, perburuan liar, dan karena kebisingan yang ditimhl~l kan mesin pernntong k a y a kan herpengaruh

negatif terhadap keberadaan rusa di kawasan Suaka Margasatwa.

Akti vitas penebangan akan menurunkan kerapatan tegakan (jurnlah

pohon), demikian j uga ahifitas pengambilan rumput dapat mempengaruhl ketersediaan sumkr pakan yang merupakan spesies tumbuhan yang dikonsumsi rusa. Penunman kerapatan tegakan ljumlah pohon) dan penurunan ketersediaan

(25)

lingkungan Suakrt Margasatwa sebagai habitat m a berpengamh terhadap keberadaan rusa Liawean sebagai satwa langka endemik. Oleh karena itu,

pengamatan dalam penelitian

skan

difokuskan terhadap daya dukung habitat m a

(vegetasi, kuaiitas air minum rust, kesuburan tanah, dan prduktivitas rumput sebagai pakan rusa), interaksi masy arakat dengan kawasan Suaka Margasatwa dan

(26)

Garnbar 1. Bagan Alur Pikir Penelitian

Rusa Bawen

-

-KerusakadFragmentasi

Habitat Perburuan Liar

+

Populasi Menurun

Ukuran Populasi Menjadi Kecil

J

Ancaman Kepunahan

Pembinaan Habitat 4

-

Pembinaan Populasi

Kegiatm Konservasi

4

b

Studi Analisis Daya Dukung Habitat dan

(27)

2.1. Sejarah Pulau Bawean

PuIau Bawean terletak sekitar 150 krn dari Gresi k, ke arah utara dari

Laut Jawa. Secara administratif Pulau Bawean berada ddam wilayah Kabupaten Tingkat 11 Gresik dan terbagi atas dua kecamatan, yaitu Kecarnatan Sangkapura

y ang terdi ri atas 1 7 desa dm Kecarnatan Tambak yang tediri atas 1 3 desa.

Menurut Hoogerwerf (1966) Pulau Bawean terbentuk dari sisa-sisa

gunung berapi tua. Sekitar 85% dari Pulau Bawean terdiri atas laplsan sedimen

batuan tua yang terdiri atas batu kapur, lapisan pasir, tanah liat dan batu. Terdapat beberapa buah gunung di Pulau Bawean, di antaranya G. Kastoba, G. Besar, G.

Bengkowang, G. Dedawang, G. Gadung, dm G.Tinggi yang merupakan gunung tertinggi sampai mencapai 665 m. Bentangan pegunungan berada dise k i b r tengah pulau dengan kete jalan lereng antara 5 hingga 75%.

Primack, dkk., (1998) membagi pulau-pulau di Indonesia berdasar sejarah geologinya menjadi Pulau Laut dan Pulau Benua. Pulau Bawean temasuk

ke daIam Pulau Benua yaitu pulau yang pada masa lampau mempunyai hubungan

dengan daratan atau benua lainnya karma turunnya permukaan laut. Menurut Lekagul dan McNeely ( 1 9771, selama m a n PIeistosen ( satu juta sampai dengan 10.000 tahun yang lalu), perrnukaan laut dan semua pulau-pulau di Subwilayah Sunda dihubungkan oleh dataran ke Benua Asia. Lebih lanjut Primack, dkk.,

( 1998) menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai dm wilayah biogmgrafi utarna, yaitu Oriental

dan

Australia yang d i p i d d m oleh garis Wallace sebagai g a n s

pemisahan fauna. Garis Wallace memisahkan paparan Sun& yang terdiri atas

(28)

10

yang herd dari benua Australia. Sehnj utnya Sastrapradj a dkk., ( 1 989)

menjelaskan bahwa kepulauan yang terdapat di sebelah timur Garis Wallace sejak semula sehlu saling terpisah clan tidak termasuk WiIayah Australia, karena garis batas barat Wilayah Australia adalah Garis Lydekker yang rnengikuti batas

paparan Sahd, sehingga terdapat herah antara atau transisi yang dibatasi Garis Wallace di sebelah barat dan Garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua garis tersebut terdapat garis keseirnbangan fauna sebagai akibat adanya perembesan dua arah, yaitu Garis Weber.

2.2. Sejarah danTaksonomi Rusa Bawean

Asal usul rusa bawean dan bagaimana caranya mencapai Pulau Bawean tidak diketahui dengan pasti (Wilson dm Reeder, 1993). Menurut Bemmel ( 1953) nenek moyang rusa bawean terpisah dari kerabatnya sekitar m a Diuvial, ketika daratan Selat Sunda terpisah akibat naiknya permukaan lad. Menurut Geist (19981, nenek moyang rusa hawean berasal dm spesies Axis yang mencapai

bawean pada jaman Pleistosin yaitu ketika Pulau Bawean berhubungan dengan daratan Jawa. Dugaan lainnya adalah bahwa nenek moyang rusa bawean yang mencapai Pulau Bawean krasal dan Fil ipina (Bemmel, 1944). Selanj utnya Sitwell ( 1 970) menyatakan bahwa rusa bawean teridenti fikasi sebagai jenis satwa baru oleh Salomon Muller tahun 1836 di daerah Tuban, dan kemudian pada tahun 1841, berhasil ditangkap rusa bawean

di

habitat aslinya di Pulau Bawean (Bemmel, 1953).
(29)

taring, sehingga sebagian taksonom berpendapat bahwa satwa tersebut selayakn ya

masuk ke &lam marga (genus) Axis. Namun demikian, sebagian bksonom lainnya menganggap kurang tepat untuk memasukkan satwa rusa bawean ke

daiarn marga Axis oleh karena struktur ranggahnya yang berbeda sekali dengan

kelompok Axis, dan secara fisik, rusa bawean menyerupai Cervus porcinus

(Sdater, 1863 daiam Bemmel, 1944). Hal tersebut didukung oleh beberapa taksonom lainny a dengan membandngkan keadaan tengkorakn y a (cranium).

Selanjutnya Bemrnel (1944) berpendapat bahwa msa Bawean seharusnya masuk ke dalam marga Axis dengan anak mar@ (subgenus)

Hyelaphus. Secara m u m rusa bawean menunit Bemmel (1944) Iebih banyak rnenyerupai rusa hog { h i s porcinw) clan tampaknya erat hubungannya dengan

keluarga Axis culurniurzensis yang ada di Filipina. Penemuan fosil ma C E ~ U S oppenoorthi dari masa Pleistosin Jawa diduga merupakan cikal bakal dari rusa

bawean (Bemmel, 1 953). Groves dan Crubb (1 987) mempunyai pandangan

sendiri terhadap asal usul rusa bawean. Pertama, kemunghnan Axis kuh/ii berasal

dari keiompok rusa hog yang didatangkan dari herah India rnelalui perdagangan sekitar 2000 tahun yang lalu dan selanjutnya membentuk jenis tersendiri.

Kemungkinan kedua adalah nenek moyang rusa bawean rnemang merupakar!

bagian dari populasi yang per& ada di daratan Sunda (Sunda land) sebagai bagian dari kelompok rusa hog, kernudian rusa tersebut mampu bertahan hidup

dm beradaptasi terhadap pembahan lingkungan. Terlepas dari berbagai

(30)

Menurut Bernmel (19441, pa& akhimya rusa bawean didalam taksonominya lrnasukkan kedalam marga Axis, jenis (spesies) hhlii, dengan

pertirnbangan :

1. Tidak adanya g g i taring, dm ggi tengah incisor agak mernbesar.

2. Ranggah dengan cabang utamanya panjang dan menurun panjangnya secara proporsional dengan semakin kompaknya ranggah utama. Struktur ranggahnya sederhana menyempai Axis porcinus.

3. Tengkorak pendek dengan penulangan hidung yang lurus dan vuulted serta

cauLial margin tidak membulat. Lubang bullue besar dan buIging dengan lubang kelenj ar preorbital dangkd.

4. Bulu pendek dan halus.

3. Tinggi gumba sekitar 165 cm.

6. Kelenjar preorbital lebih kecil daripada kelornpok rusa. Kel enjar metatarsal dan pedal menyerupai kelompok Axis lainnya.

Secara lengkap, sistimatika rusa bwean menurut Bernmel ( 1 944) adalah sebagai berikut :

Ordo (bangsa) : Artiodactyla Suh-ordo

(anak

bangsa) Rurninansia

hfra ordo : Pecora

Family (sultu) : Cervidae Sub family (anak

. .

suku) : Cerviane

Genus (marga) : Axis

(31)

Di

lihat dari struktur morfologinya, nrsa bawean terrnasuk kelompok

ma k b & n

Irecil, dan rusa d e w tingginya rnencapi 165 cm. Warm bulu tubuh ummnya &!ah kecoklatan dengan ada &kit campwan warna k e k u n i m Lapism bulu termasuk hdus, berkilau dengan lembut (Sitwell,

1970). Ekomya tidak terlalu panjang, kecoklatan dibagm atas dan putih dibagian belakang atau hawah (Whitehead, 1 993). Pada pejantan tidak dij umpi bu1u malai

( m n e )

dan

pada mak rusa bawean ketika lahir terdapt warm tot01 pmh sepanjang punggungnya p n g akan hilsmg kberapa hari setelah lahir ( k m m e l

1953). Btouch dan Atmosoedirdjo ( 1987) menmbahkan bafiwa panjang tubuh rusa dewasa mencapai I40 cm dengan t i n u kaki depan sekitar 3 15 mm. Ranggah pada y ang jantan dewasa hanya mencap& tiga -bang (Bernmel, 1 948). Berat lahir anak rusa bawean &pat m e n c a p antara 1,O kg hingga 1,s kg pstda anak rusa ktina dm 1,5 kg hingga 2,O kg pada anak rusa jantan (Ma'sum dan Afhndhy t 9921, dan pada rusa dewasa beratnya &pat menmpi 50

-

60 kg (Kurt, 1990). WiI penelltian Semiadi dl&.( 1 999) menunjukkan bahwa rnorfologi rusa bawean mempunyai ciri-ciri sebagai beri kut :

1. Anggota kepat a

Bentult mata pads rusa bawean adalah bulat

dan

menyempit ke 4 srrah d M . Di ujung distal mata terdapat suatu Iekukan

rfrrneSral

dan kecil (1-2 cm)
(32)

b. Moncong

Keadaan moncong nw bawean agak meruncing ke depan, sedilrit

rnenyerupai Imcipnya moncong ti1,w. Hidung bewarm hitam dan seIdu terlihat tembab, serta bibir agak gelap kehtaman. Warm bulu di sekitar moncong pada rusa betina adalah coklat muda, sedangkan pada yang jantan berwarna coflat gelap kehitaman. Warm gelap tersebut sama seperti pada warna bdu di daerah badannya.

c. Leher

Leher rusa agak panjang sehingp memungkinkan

nrsa

&pat meno teh ke

belakang hampir sejajar dengan badannya. Warna bulu di sekitar leher cenderung lebih terang

di

bandingkan dengan warria bulu di daerah bag an badan.

d. Ranggah

Ranggah prtama (spike) pada m a bawean pndek sekali, yaitu hanya

40-50 mm. Bentuk batang mnggah pertama menunjukkan bentuk yang a@

pipih.

Rang@

yang tumbub normal dan pada saat pertumbuhan maksimal adalah krupa dm camdengm tiga pucuk ranggah. Cabang pertama beds di brtgian bawah dekat dengan pedicle. sedangkan cabang laimva b e d di bagan atas hampir dekat den- ujung rang&.

e. Telinga

Bentuk telinga terkesan bertPeda antars teIinga rusa jantan dengan telinga

(33)

wan luar dam telinga cukup banyak dan Iebih panjang dibandingkan pda bagian dalam daua telinga. Warna bulu pada luar daun telinga adalah coklat muda, sedangkan pada w a n dalam daun telinga berwama agak keput i h .

2. Badan

a. Posisi sarnping

Bentuk badan rusa bawean adahh ramping dengan kecendrungan badan

yang mengarah lebih miring ke depan. Miringnya bentuk tubuh ke arah &pan dikarenakan b k i depan rusa ceo&rung lebih pendek dm kaki belakang. Badan tertutup mpat oieh bulu dengan panjang bulu di h r a h tulang punggung adalah

22,5 mm. Warna bulu di daerah badan pada rusa betina adalah wklat muda dan coklat gelap pada rusa jantan.

b. Ekor

Ekor rusa bawean relatif panjang, yaitu arrtara 10 I - 1 10 mm dengan

buIu ekor yang lebih panjang diban&ngkm d e n p bulu di daerah badan. Warna bulu p d a bagian Ittar ekor adalah coklaf clan pada -an &lam be- agrtk kevutihan.

3. Anggota gerak

(34)
(35)

Daerah yang dilindungi rnempkan sarana penting untuk rnenyelarnatkan keanekaragaman hayati. Di s e l h dunia,

terdapat

8 163 daerah yang dilndungi

rnencakup 750 jub h e h yang terdiri

dari

ekosistem iaut dan darat, yang mmpakan 1,5 perser~ dari pennukaan bumi atau 5,l persen dari wilayah tamh

nasional (WRI, WCN, and

UNEP,

1992). Keseluruhan areal kawasan yang

&l indungi berkonb-ibusi terhadap pelestanan keanekmgaman hayati. Menurut John

dkk.

(1 993) beberapa Itriteria unhk menetapkan ka- dilindungi, yaitu :

a. Lkuran : Nilai pelestman suatw kawasan adalah fimgsi dari ukurannya. Pada

prinsipnya, k a m tersebut hams cukup ukuran &n k n h h y a untuk

rnendukung seluruh unit ekologi atau populasi flora dm fauna yang lestari.

Sebagai kaidah urnurn, kepentingan pelestarian suatu kawasan rneningkat dengan krtmbahnya ukuran.

b. M r i s t i k atau keunikan ekosistem: Kekhasan suatu habitat dan komunitas yang terdapat &lam unit biogeografi, cukup terwakili

.

c. Kekayaan dan keanekmgaman: Kekayam dan keanekaragaman spesies urnumnya erat kaitannya dengan

k~~

habitat.

d Alami : Hanya sedikit tempat di bumi prig klum berubah oleh p n @ manusia. Kawasan dami tersebut sediht sekali jurnlahnya, oleh kare~lti itu sangat bemilai.

e. KeIangkm : Mah satu dari tujuan terpenting taman nasiond d m

ka-

pelestmian addah u t u k melindmgi spesies

dran

komunitas langka atau

tefancam punah. Kelangkaan s p i e s dapat dikaidran den-

-

k

(36)

18

f. Kerapuban : Witat, s p i a dan komunitas yang rapuh memiliki kepekaan

genetika lain yang mendukung pelestarian.

h Fungsi perlindungan hi&ologi : tanah. air, dm iklim lokaI.

i. Fasilitas untuk rekresi alam, wisata. Misalnya danau, pantai, pemandangan pgunungan, dan satwa liar yang menarik.

j. Tempat peninggalan budap. MisaInya cadi, kui 1, dm galian p M a B e r w kategori kawrtsan yang diIindungi tersebut akan mernudahkan

pengintegrasian pengelolaan s w h ke dalam tata guna tanah d m rencana pembangunan. SeIanjubrya John

dkk. (1993)

menyajikan ikhtisar singkat 10 kawasan y ang dilindungi serta tujuan pengelolaannya, yaitu :

I . Cagar Alarn

Dimaksudkan untuk melindungi alam

d m

menjaga proses alami dalam kondisi y ang tidak terganggu dengan maksud untuk mernperoleh wntohcontoh ekologis yang rnewakili I i n g k m ~ alamj. yang dapt dimanfaatkan hj keperluan studi iImiah, pmnbuan lingkungan, pendidikan, dm ~meliharaan sumberdaya plasma nutfah

daJam

suatu

&

k

dinamis dan berevolusi.

2. Taman Nasional

Dimaksudkan untuk melindungi hwasm alami dan berpanarrdangan

iadah

yang penting,

seam

nasional atau intemasional serta mwziliki nifai bagi
(37)

Dimakslmdkan untuk melindungi

dan

meiesearikan ciri-ciri Jam yang krnilai secara nasional karena menarik perhatian atau mempunyai karakteristik yang unik. Kawasan Monumen Alam relettif kecil yang dipwtkan pada

perlindungan ciricciri spesi fi k.

Dimaksudkan untuk menjamin kondisi dami yang perlu bagi

periindungan spesies, kumpulan spesies, komunitas hayati, atau ciri-ciri fisik Iingkungan y ang penting seam nasional, mungkr n di perlukan cam pur tangan

manusia yang spesi fi k untuk menjaga kelestarhmya.

5 . Bentangan Alam dan Bentangan Laut Dilindungi

Dimaksudkan untuk menjap bentang alam a h i yang penting artinya

secara

mional, yang rnemiliki hakteristik inimksi yang semi antara manusia

dm

lingkungannya. Sementara itu juga tersedia kesempatan bag masyarakat

kegiatan ekonomi normal di hwrtsan tersebut.

6. Cagar Sumkrdaya

Dimaksudkan untuk meIindungi sumhdaya a l m hwasan tersebut bagi

7. Cagar Budaya

(38)

8. Kawasan PengeIolaan Manfaat Ganda atau Kawasm Surnberdaya Dikelola Dimaksudkm untuk m e n y e d i m produksi air, kayy saw padang penggmbalaan

dm

obyek wisata secara berkelanj utan tenrtama ditujulm untuk

9. Gaga Biosfer.

s e h g dan

masa

&pan, dan untuk menjaga keanekmgaman plasma autfah

dari

spesies yang m e r g d m bahm baku bag evolusinya. Kawasan Cagar Biosfer

secara internasional &tunjuk untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan

Dirnaksudkan untuk melindung b e m g dam ymg dianggap memiliki nilai universal yang menonjol dan merupkan d a b pilihan dari kawasan alami dan budaya yang

unik

di bumi.

Demikian juga dalam ketenaian Undang-undang No. 5 Tahun 1990

b e b p a kawasan konmasi, ?aim: Kamsan Suaka -dam, bwacan Cagar Alam, Kawasan Swka Margasa* Kawam P e l e m Aim, K a w a m Tsman

(39)

W u s i a menggunakan kekavaan alam sepertl kayu b*, bangunan, daging dari satwa liar, serta tumbuhan liar, dan m u s i a j u e mengubah habitat alami menjadi lahan pertanian, tempat tinggal, dm untuk kegiatan industri. Bertamhhnya jumlah manusia akan semakin meningkatkan pula pn-

kekayaan dam dan &pat berdampak terhadap kemsakan pacia I i n g k m ~ ymg berarti ancaman terhadap

hi

langnya keanekaragaman spesies akan semakin =pat.

Menurut WRI,IUCN,dan UNEP (1992) mekanisrne p&ya keaneka w a n hayati diakibatkm oleh penyebab langsung maupun tidak langsung,

yaitu :

1. Hilangnya habitat dan fragmentasi

Bertambahnya j umlah penduduk mengalubatkan meningkatnya sumkdaya yang dikonsumsi sehingga menyebabkan habitat yang m u l a tidak terusik telah menyusut secara drastis. Sernbilan puluh deIapan persen

dari

hutan kering tropis sepanjang pantru Pasifik Amerika T e r n tehh punah. Demikian juga penyebab kerusakan habitat adalah industn krsekala besar dan

kegiatan komersial yaw berhubungan dmgan ekonomi global, s e e pertamhangan, peterdm: pen- komersial. p p a h a a n hutan, perkebunan, indud, dm pembangman dam yang bertujuan

untuk

menda@an keuntun&an yang besar. Program transmipsi, program pemerintah untuk rnernuhnh penduduk chi J a w dm Bali

ke

puIau-pulau

di

luar

J a w

j u g rnengdubatkan k e m a h dm perubahan besar pada penggunaan tanah

hufm

Selanjutnya A l i k h (19a7b) menyamla bahwa

ada

b e h p a Wtor yang menyebsbIcsn tegadinya perubtthan atau

kerusakan

(40)

22

pembukaan hutan untuk berbagai keperluan, pernbuatm dam, pengerhgm

raw), kebkam hum, penggembalaan ternak, dan pe- oleh balun-

bahan kimia. 2. Spesiespendatmg

Spesies pendatang ikut bertanggung jawab terhadap kepunahan spesies yang terdapat di daerah tertentu, khususnya

di

pulau-pulau. Ddam

ekosistem yang tensoias~ tersebut, pemangsa, pesaing, gulma atau patogen baru akm membahayakan spesies asli yang ti& &pat berdarnpingan bersarna

spesies pendatang baru.

3. Ehploitasi jenis-jenis tanaman

dan

binatang secam krlebihan

Banyak sekali sumkrdaya hutan, dan satwa liar telah dieksploitasi secara berlebihan, kadang-kadang sampai ice titik yang harnpir punah. Bad&

Sumatra dm jawa tehh diburu h q g a mhg kepunahan. Banyak kepunahan disebabkan karena pencarian

akan

komoditi yang krharga, bususnya gadmg, untuk hewan peliharaan, barang antik, dm h gkoleksi,

4. Pencemaran p d a tanah, air, dan atmosfer

Penazmaran pada suatu habitat dapat mengum@ atau melenyapkan spesies yang p e k Kontaminetsi &pat m e n p g g u sepanjang rantai mkanm Jasad re&

taaah

juga menc8erita karena pencemaran &bat industri logam b t . Hujan asam telstti rnembuat kondisi rlanau serta kolam di
(41)

5. Penrbahan iklim duniol

Efek samping pencemaran udara se@ global dapat merusak organisme hidup dunia. Menmgkatnya "gas rumah kaca" akan

menaikkan tmperatur bwni 1 ' ~ hingga 3 ' ~ selama abad benkutnya dan

menyehabkan kenaikan permukaan air laut I hingga 2 meter (Soemarwoto,

1997).

.

Kenailcan temperatur tersebut &an menyebabkan banyak s p i e s tidak clapat menyesuikan diri dengan cepat terhadap perubahm suhu bumi. Spesies-spies yang mernpunyai penyebareur sempit abu ttdak mempunyai

kemarnpuan menyebar akm punah. Kepunahan tersebut

akan

diperapat oleh fragmentasi habitat yang &pat menci ptakan pnghaIang bag penyebarannya.

6 . Pertmian dan kehutanan

Para petani dan petemak di seiuruh dunia membiakkan dan memelihara keanekmgaman tanaman

dm ternak,

tetapi k ~ k m g m a n pda pertman dapat k k u r a n g dengan cepat karena adanya program

pernbiakan maman modern. Perolehan prduktivitas yang tinggi j u g diperoleh dengan menanam tsnaman yang k-annya rendah tetapi mponsif terhadap pupuk, air, dm pestisida. Kecendmgan serupa telah men_& berbagai ekusistem hutan y m g beragam menjadi pxkebwam

rnonokultur

yang

mempunyai hasil tinggi.
(42)

24

M d a k adilan d a b kepemilikn, pengelolaan, dm penyduran ke-gan dari pengguman dan pelestariaa sumberdaya hayati; kurangnya pengetah- dm

penera- dan sistem hukum

d m

kelembagaan yang mendorong eksploitasi.

2.6. Pemanfaatra d m Nilai Ekooomi Kanekaragamm Hayati

S u m M y a alam hayati rnerupakan unsur ekosistern yang &pat dimanfaatkan

unbk

meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat dan mutu kehidupan manusia dengan t a p mempertahankan keseimhngan e kosistem. Upaya untuk

mengelola

dan

memanfaatkan sumkdaya alam hayati

dan

ekosistemnya pada

hakekatnya rneqakm usaha pengendalian atau pabatasan dahm pemanfaa~an sumberdaya aim hayati dm e kosistemnya yang pelaksanaannya per1 u di lakukan

searia semi

dan

seimbang sebagai penvujudan dari azas konservasi sumberdaya a i m hayati

dm

ekosistemnya, sehingga pemanfaatan tersebut &pat dilakukan secara terus me- pada masa mendatang. Menunit Suri pto ( 1 998) tujuan yang ingin dicapai dari smtegi pgeiolaan dm pentanfaatan keanekaragaman hayati addah untuk mempertahankan pemanfaatan keanekaragaman hapti yang bemaskan pelestarian yang =&at diperlukan h i k bagi generasi kini maupun g e m i Mkusnya untuk kesejahterartnnya; untuk melestarikan ptemi keanekaragaman hayati sehingga ketersedimya se-i sumber daya untuk pbangunan tejamin seha-laman~a;

dan

untuk mempelajari keanekmagamm hayati ymg lrita miliki sebagai landasan pengemlmgm pelesEarian pnanhtannya
(43)

sumberdaya hayati sehingga &pat b e d m -1 menjamin WWI~ keanekaragaman hayati itu digunakan untuk meningbUran k e s e J a h t m manusia, dan mernandang bahwa sumberdaya tersebut terbag~ setam seimbang.

Selanjutnya makna peletarim

mu

menyelamadcan k e a n e k a - r a w hapti berarti mengambil Iangkah untuk melindung gen, s p i e s , habitat, clan ekosistem. Cara yang paling baik untuk mernpertahankan s p i e s adalah dengan rnernpertahaakan habitatnya, oleh karena itu penyelamatan kcmehagaman hayati seringkali melibatkan upaya untuk mencegah merosotnya ekosistem a i m yang utamrt

dm

mengelola serta melindungi secam efektif. Selanjrrtnya maknrm

memplajari kemekamgman hayati a&lah mendokwnentasikau komposisi, disbibusi, smktur dm fungsinya; memahami peran dan fungi gen, spesies, dan

*

ekosistem; memahami hubungm yang komplek di antara sistem yang bersifat alami dan ymg telah dimodifhi; dan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk

menddung pmbangunan yang berkelanjutan Hal itu juga berarti mernberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menghar@ keanebprnan, memasukkan isu keanehagmm hayati ke &lam kmikulum pendidikm, dm menjamin h h w a publik mendapat informasi tentang kemekaragmm hayati, k~.wusnya tentang pmbangman y g akan m e m p g a n h n y .

Camp dan Dougherty (1991), men- bahw dalm m a a t a n

sumbwdaya alam perlu dikembaqhn prinsip

kwservasi

sew M k u t : m e i h h n kegiaian atas dasar kesamaan persepsi

di

d a b ekologi &rmolsuk

ddam jaringan makanan di alam, mengembangbn konsep ekosistem di d d m

m e m e d k m

kbagu pmmahhmn szrmlmlaya

alam

dan li

-

(44)

manusia. Selanjutnya Alikodra (1998a) mengembangkan konsep k w m i melalui tip prinsip, yaitu :

I . M e n g a r n a b (save it), yaitu mengsmankan ekosistem yang berarti

melindungi genetik, spesies dan ekosistem dengan cara : menjaga p e n m

kualitas

dari

komponen-komponen utama ekosistem, mengembangkan upaya mengeloh dm melindungi secara efekti f, mengemhlikan spies-spesies yang telab Mang kepada habitat aslinya

dan

memelihamnya

di

bank genetik seperti kebun raya dm fasilitas a situ l a h y a .

2. Mempelstjari (stu& if), m n y a melakukan inventarisasi dm identifikasi mengenai karakteristik si fat biologis, ekologis clan sosid ekonomi masyarakat .

Hal ini berarti juga membina kesadaran akan nilai sumberdaya alam,

keanekaragaman dm serta memasukkm isu tentang sumkdaya

dan

ekosistemnya kt dalarn bagan kuriMum penddikan.

3. Mernanfaatkan (use it), artinya melakukan pemnfaam sumberdaya alam

secarzt testari dm seirnbmg, agar terus dapat dikemhgkan dengan t e h k pemanfaatan yang dapat

ma-

keberadaan sumberdaya dam.

Pemanfmtan sumkdaya alam b y untuk memprbaiki kchidupan urnat manusia

dan

memberikan jaminan bahwa surnberdaya alam tersebut

dirnanfkukan

untuk

kemabnuran *at secara adil dan bijaksana

p m f k t a n keanelraragaman bayati di- pada tip dasar yang menjadi

kc@

etiw@tu : 1) trlilitariun berkenaan dengan kegimam atau manfaat,
(45)

tersebut manusia m e m h nilai terhadap bencla yang akan hmanfaatkannya, 3) instrumentalis yaitu bila biota dianggap sehagai alat untuk kq- rnanusia d e n p menggunakan akal budi sebaei dat mengontro! lingkungan

dan

niiainya ditenhdm oleh manfaatnya pada manusia.

Dilihat dari asas-asas yang terkandung dalam keanekara- hayati, maka makna yang terkandung &sun keanebqpman, peranannya yang pent@ baik terhadap w u s i a , lingkungan dm terhadap negara yaitu sebagai surnber bahan pangan, kesehatan, fungi ekologis dan penyumbang devisa negara Saam Iebih sederhana manfaat keanebgaman hayati &pat

dini

hi secaxa langsung dan nilai tidak Iangsung.

Menurut Thohara (19981, keanekaqaman hayati mempunyai panan

yang hrsifat langsung dm

ti&

langsmg, yaib : I . Peranan langsung

Secara hngsung

~~

hayati &pat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Penamaan diperoleh karena masyamkat secara langsung memanfaah sumberchya hayati. P e m a n f m secara lanpune dqat diplon&m kegiatan _vang bersifat

komumti f.

a. NiIai konsumtif

Pedaatsln

~~

hay& dilakukan oleh semua golongan masymkat, baik ymg tinggal W k a t a n dengan l o b i sumberdaya bayati maupun yang jauh d d smbmya. aemikim pula berdasarkan psesnya,

ada yang lmgsung dimbil dari dam, ataupun meialui mtai p m s m n .

(46)

d i m a n f d m

secara

Iangsung dari dam, khpi ada pula pemanfaatannya rnelalui proses budidaya.

Peranan langsung yang termas& nir-konsumtif meliputi :

I . Flora dm fauna merupdkatl obyek pengamatan bag pencinta Iingkungan 2. Kmekaragam hay& di suatu Iokasi m e r u m obye k wisata.

3. Flora dan fauna serta komponen keanekaqpmm hayati iainnya merupakan obyek pnelitian.

4. Sumberdaya hayati yang ada di habitatnya dapat di-n sebagai

2. Peranan secara tidak iangsung

Peranan keanekaragaman hayati

secara

tidak Iangsung berkaitan

& n p nailai-nilai ymg herd dari fungi lingkungm sebagai pengatur atau fungsi ekologis yang secara tidak langsung mendukung

dan

melindungi

aktivitas dm kekayaan ekonomi. Adapun beberap jmmm keaneka-ragaman hayati yang secara ti& langsung adalah sebagai berikut :

a. Fungsi perlindungm oleh hutan mangrove

b. Pencegahm banjir

dan

bahaya erosi oleh daerah aliran sun@.

c. Muarapantar memasok gizi. bagl perikanan Iepas pantai.

d. Fungsi mikr~-klirnat

serta

sifat memmpung k a h n dari hutan.

Seianjutnya Suripto (1998) m e n y a h bahwa seam

ti&

langsung keaflekamgam hayati mempunyai nihi p i I i h dm nilai kebemhn. N i k peluang pilihan diseba jqp & a p "niIai haqgupan", yaitu ptensi yang

dimiliki s&ap spesies temtma yang belum ditemuh, atau yang ciriciri

(47)

seperti pangan, balm genetika, o b t , atau khan lainnya Nilai keber

Gambar

Gambar 5. Tata Laksana Penelitian
Tabel 2. Jenis dan metode anaIisis sifat fisik dan kimia air minum rusa
Tabel 6 Jurnlah clan Kepsldatan Penduduk Pulau Bawean
Tabel 10 krseb@ ~j~
+7

Referensi

Dokumen terkait

Citra Landsat multitemporal mampu digunakan sebagai sumber data dalam memperoleh informasi perubahan garis pantai, khususnya di pesisir Surabaya, Sidoarjo dan

Untuk dapat mengetahui tingkat keoptimalannya maka diperlukan penelitian mengenai rasio pupuk Urea dan TSP yang berbeda terhadap pertumbuhan Gracillaria sehingga didapat

Bunyi pasal 66 ayat (1) yaitu: ³3HUOLQGXQJDQ NKXVXV EDJL anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual sebagaimana dimaksud Pasal 59 merupakan kewajiban dan

Jika sumber daya ikan pelagis kecil dikelola secara optimal maka produksi harus mengikuti trajektori optimal dengan input le vel yang sesuai dengan perhitungan

Bahwa yang dimaksud dengan Keputusan tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat tata usaha negara yang berdasrkan

Meski begitu beliau mencantumkan pendapat Ibnu Arabi dalam kitab Syarah At-Tirmidzi yang membantah siapapun yang berusaha untuk mendefinisikan ilmu dan berkata, ”Ilmu

atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol krayon, pensil), nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran,

Keluarkan tawaran dan buat hebahan kepada semua staf berjawatan tetap untuk memohon bagi menduduki Program Transformasi Minda (PTM) melalui emel dan portal.. 6-8